کمالوندی

کمالوندی

 

Bentrokan lanjutan antara pasukan militer Myanmar dan kelompok oposisi dan militan di negara itu telah menyebabkan banyak orang mencari perlindungan di kota-kota perbatasan India.

Sebagian besar penduduk Myanmar di dekat perbatasan India hari Rabu melarikan diri meninggalkan negaranya.

Sekitar 10 ribu orang yang tinggal di Thantlang di Negara Bagian Chin, melarikan diri dan mencari perlindungan di daerah sekitar termasuk di India.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak pemerintah yang dipimpin oleh pemimpin pro-demokrasi Aung San Suu Kyi digulingkan oleh militer pada 1 Februari 2021.

Kepala kelompok hak asasi manusia di India mengatakan sebanyak 5.500 warga Myanmar telah memasuki dua daerah di negaranya sejak pekan lalu untuk menghindari aksi represif militer negaranya.

Myanmar menghadapi ketegangan dan tantangan baru setelah kudeta militer 1 Februari 2021.

Selain keprihatinan rakyat negeri ini, situasinya jauh lebih sulit bagi ras minoritas seperti Muslim Rohingya yang terpaksa mengungsi ke negara tetangga dan terus hidup dengan harapan bantuan kemanusiaan.

Selasa, 21 September 2021 19:46

Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (5)

 

Bismillah

Assalamulaikum wr.wb

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengupas kehidupan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim as. Beliau dikenal penyabar, takwa, dan tidak memiliki kecenderungan terhadap kehidupan duniawi serta bertawakal kepada Allah swt. Kehidupan Siti Hajar menjadi contah dari orang paling mulia menurut al-Quran dalam Surat Al-Hujurat ayat 13, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu”. Kali ini kita akan menelisik kisah Ratu Saba dalam kisah al-Quran. Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Al-Quran memberikan perhatian besar terhadap perempuan, bahkan menamai salah satu suratnya dengan nama “Nisa” yang berarti para wanita. Islam memandang perempuan dan laki-laki diciptakan dari hakikat yang satu. Etnis, suku, bangsa, warna kulit juga gender bukan keutamaan antara satu dengan yang lain.Tapi hanya ketakwaanlah yang menjadikan seseorang, baik laki-laki maupun perempuan lebih utama dibandingkan yang lain. Berbagai cerita dalam al-Quran menjelaskan tentang wanita-wanita mulia salah satunya adalah Ratu Bilqis yang menjadi penguasa kerajaan Saba.

 

Suatu hari burung Hud-hud mengirimkan pesan kepada Nabi Sulaiman as, yang menjadi raja bagi Jin dan manusia serta memahami bahasa binatang. Dalam pesannya, Hud Hud mengabarkan adanya sebuah kerajaan bernama Saba yang dipimpin oleh seorang ratu yang adil, dan mereka menyembah matahari. Hud-hud melanjutkan, “Setan menjadikan perbuatan mereka tampak indah, sehingga mereka tidak berada di jalan Tuhan. Itulah sebabnya mereka tidak mendapat petunjuk.”

 

Nabi Sulaiman mendengarkan cerita Hud-hud hingga selesai. Lalu beliau berkata, “Berikan surat ini kepada mereka. Kemudian berhentilah untuk melihat reaksi mereka terhadap surat itu. Setelah itu kembalilah !” Burung Hud-hud membawa surat dari Nabi Sulaiman dan memberikannya kepada Ratu Bilqis. Penguasa kerajaan Saba itu heran, lalu membaca surat yang dibawa Hud-hud.

 

Ratu Bilqis dengan teliti membaca surat dari Nabi Sulaiman. Ia memanggil penasehatnya, seraya berkata, “Surat sangat bernilai datang padaku. Surat ini dari Sulaiman yang diawali dengan kalimat, “Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Bilqis dengan bijak menyikapi masalah tersebut. Kemudian melanjutkan membaca surat itu untuk para pejabat tinggi kerajaan. Nabi Sulaiman dalam suratnya menulis,“Saran saya jangan membanggakan diri, mari terimalah kebenaran.” Sebagaimana diketahui, selain seorang raja, Sulaiman juga merupakan seorang Nabi yang diutus oleh Allah swt untuk menyampaikan ajaran tauhid kepada umat manusia.

 

Ratu Bilqis terdiam. Dengan bijak merenungkan isi surat itu. Sebagai penguasa Saba tidak tampak sedikitpun perasaan rendah diri. Dengan bijak ia memanggil seluruh pejabat teras istana. Ratu Bilqis berkata, “Wahai para pejabat kerajaan bagaimana pendapat kalian menyikapi surat penting ini. Selama ini tidak ada keputusan penting yang saya ambil tanpa kehadiran kalian.”

 

Para pejabat tinggi Saba menyatakan bahwa kerajaannya memiliki kekuatan militer yang besar. “Tapi terserah Anda wahai Ratu, keputusan apa yang akan diambil, kami akan mematuhinya,” tutur seorang pejabat Saba. Ratu Bilqis mengungkapkan pandangannya yang menentang perang. Baginya perang tidak menghasilkan apapun kecuali kehancuran dan kebinasaan. Kota-kota hancur dan rakyat banyak yang mati. Untuk itu, Ratu Bilqis menolak perang sebagai solusi dan mendahulukan damai. Bilqis menuturkan, “Saya akan mengirimkan hadiah berharga kepada mereka dan kita lihat apa pesan dari utusan kita yang pergi ke sana.”

 

Cerita ini diabadikan dalam Al-Quran surat an-Naml ayat 36-37, “Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina".

 

Nabi Sulaiman ingin menunjukkan mujizat ilahi kepada Ratu Bilqis untuk membuktikan bahwa dirinya adalah Nabi Allah swt yang diutus sebagai pemberi petunjuk bagi umat manusia. Raja sekaligus Nabi itu memanggil seluruh pejabat istana dan menanyakan siapa yang sanggup membawa singgasana Ratu Bilqis ke hadapannya. Di antara yang hadir, jin Ifrit menyatakan bahwa dirinya bisa membawa singgasana Ratu Bilqis ke hadapan Nabi Sulaiman sebelum beliau berdiri dari tempat duduknya. Tapi, ada orang yang menyanggupi lebih cepat dari Ifrit, yaitu orang yang memiliki ilmu dari Al Kitab.

 

Al-Quran merekam percakapan Nabi Sulaiman dengan para pejabatnya. Dalam surat an-Naml ayat 38 dan 38, Allah swt berfirman, “Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya". Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip".

 

Benar saja, dalam hitungan kedipan mata singgasana Ratu Bilqis telah berada di hadapan Nabi Sulaiman. Al-Quran menjelaskan dengan baik sikap Nabi Sulaiman mengenai peristiwa ini. Allah swt dalam surat an-Naml ayat 40 berfirman, “...Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". 

 

Sulaiman berharap dengan dipindahkan singgasana kerajaan Saba, Ratu Bilqis menyaksikan mujizat ilahi dan hakikat kenabian dirinya. Sulaiman berkata, “Ubahlah singgasananya; maka kita akan melihat apakah Ratu Bilqis mengenalnya atau tidak ?". Allamah Thabatabai, mufasir kontemporer Iran menyatakan bahwa maksud Nabi Sulaeman mengubah singgasana Ratu Bilqis adalah untuk menguji kecerdasan penguasa Saba itu, apakah ia mengenalnya atau tidak?

 

Ketika Ratu Saba memasuki kerajaan Sulaeman, Nabi Allah itu memberi isyarat ke arah singgana, seraya berkata, “Apakah ini singgasanamu ?” Ratu Bilqis menjawab, “Pertama kali saya melihatnya tidak percaya. Sebab singgasana ini berada di negeri Saba.Tapi setelah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, saya percaya ini singgasana saya.”  Bilqis sadar, singgasananya tiba lebih cepat dari dirinya dengan jalan yang tidak biasa. Melihat keajaiban itu, Ratu Bilqis menerima kebenaran dan mengakui Sulaiman sebagai Nabi Allah. Al-Quran surat an-Naml ayat 42 dan 43, mengabadikannya, “Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri". Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya, karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.” 

 

Berbeda dengan Firaun yang menyaksikan mukjizat Nabi Musa as, tapi justru semakin hari kekafirannya kian membesar. Ratu Bilqis menerima kebenaran dan bertaubat atas kekafirannya selama ini.(IRIBIndonesia/PH)

 

Rekan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian kelima. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.

 

 

 

Selasa, 21 September 2021 19:44

Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (4)

 

Bismillah

Assalamulaikum wr.wb

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengupas keagungan iman, serta ketinggian akhlak Siti Sarah, istri Nabi Ibrahim as. Kali ini kita akan membahas salah seorang perempuan teladan lainnya yang dijelaskan dalam al-Quran dan sejarah Islam yaitu Siti Hajar. Beliau menjadi contoh orang-orang yang menang dengan kesabaran dan ketakwaannya sebagaimana dalam al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 13, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.” Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Sepanjang sejarah muncul perempuan-perempuan teladan, salah satunya adalah Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim as. Beliau adalah ibu dari Nabi Ismail as. Sejak kecil beliau hidup sebagai seorang budak perempuan di istana, dan beliau dalam kehidupannya tidak memiliki kecenderungan untuk hidup mewah bergelimang harta. Sebab hidupnya senantiasa didedikasikan untuk pertumbuhan dan perkembangan spiritualnya. Untuk itu, keindahan dunia tidak menarik baginya. Hajar menilai kemewahan dunia sebagai penghalang baginya untuk mencapai kesempurnaan spiritual. Kebersamaan dalam keluarga Nabi Ibrahim as bagi Hajar merupakan peluang emas untuk mengarungi lebih dalam kehidupan maknawi.

 

Siti Hajar merupakan seorang perempuan yang bertakwa. Meskipun fisiknya seorang budak kulit hitam yang dihadiahkan seorang penguasa Mesir kepada Siti Sarah, istri Nabi Ibrahim, tapi dalam dirinya melimpah keluhuran akhlak dan ketinggian spiritual. Inilah alasan mengapa Siti Sarah yang khawatir suaminya tidak memiliki keturunan dari perkawinan mereka, mengusulkan untuk menikahi Siti Hajar. Ketakwaan dan keutamaan akhlak Siti Hajar membuat Nabi Ibrahim mempertimbangkan usulan istrinya. Kemudian Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar dan kemudian perempuan Mesir itu tidak lagi menjadi budak, tapi istri seorang Nabi yang mengemban tanggung jawab menyebarkan ajaran agama ilahi kepada umat manusia.

 

Allah swt mewahyukan kepada Ibrahim untuk membawa istrinya Siti Hajar dan putranya Ismail yang masih kecil keluar dari Syam. Ibrahim berkata, “Tuhanku kemana harus pergi ?” Allah menjawab dan memerintahkan istri dan anaknya pergi menuju Mekah. Kemudian, Nabi Ibrahim as menyampaikan wahyu yang diterimanya supaya mereka berdua tinggal di tempat yang diperintahkan Allah swt. Siti Hajar menerima dengan ikhlas perintah Allah swt, meski harus meninggalkan daerah yang subur menuju daerah yang kering-kerontang. Bagi Hajar perintah Allah swt harus ditaati meski harus dijalani dengan kesulitan. Mendengar jawaban istrinya, Nabi Ibrahim senang karena Siti Hajar terbukti sebagai perempuan yang bertakwa kepada Allah swt.

 

Ketika sampai di Mekah, terdapat sebuah pohon. Hajar menatap Nabi Ibrahim, lalu berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah engkau akan membiarkan istri dan anakmu hidup di daerah kering tanpa air, tanpa tumbuhan ?” Nabi Ibrahim menjawab, “Allah memerintahkanku untuk membawa kalian ke tempat ini. Percayalah Allah pasti akan memberikan solusi untuk masalah yang kalian alami”. Setelah mengatakan itu, Nabi Ibrahim menengadahkan tangan dan berdoa untuk istri dan anaknya yang masih bayi. Lalu mereka berpamitan dan berpisah dengan penuh kesedihan.

 

Al-Quran dalam surat Ibrahim ayat 37 mengabadikan doa Nabi Ibrahim kepada Allah swt. “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

 

Siti Hajar dan Ismail tinggal di tanah wahyu Mekah. Ketika itu daerah tersebut kering tanpa air dan tumbuhan. Meski demikian Hajar tetap yakin kepada janji Allah swt. Suatu hari, Ismail kehausan, lalu Hajar mencari air. Ia pergi berlari menuju bukit Shafa dengan harapan akan mendapatkan air, tetapi hanya batu dan pasir  yang ada di sana. Kemudian dari bukit Shafa ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah, dan larilah ia ke tempat itu, namun ternyata hanya fatamorgana belaka dan kembalilah Hajar ke bukit Shafa. Hajar bolak-balik berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah untuk menemukan air.

 

Secara tiba-tiba terjadi keajaiban, tanah yang diinjak di bawah telapak kaki Ismail memancarkan air yang kemudian disebut “air zam zam”. Mata air zam-zam memberikan berkah bukan hanya bagi Hajar dan Ismail, tapi warga jazirah Arab yang mulai mendatanginya dan tinggal di sekitar sumber air itu hingga beranak-pinak. Hingga kini mata air itu setelah ribuan tahun berlalu masih memancarkan air.

 

Suatu hari Ibrahim datang menjenguk anak dan istrinya yang berada di tempat baru. Nabi Allah ini tampak senang melihat terjadinya keajaiban yang menimpa keluarganya itu. Beliau semakin yakin janji Allah pasti terjadi. Ketika Ismail remaja, Allah swt memerintahkan Ibrahim membangun Kabah bersama anaknya. Terkait hal ini, Imam Shadiq berkata, “...Ibrahim tengah sibuk membangun Kabah, dengan bantuan Ismail yang membawa batu dari bukit Dzi Tuwa... setelah Ibrahim dan Ismail selesai membangun Kabah, Hajar menutupinya dengan Abaya... mereka hidup di bawah lindungan Kabah...”

 

Siti hajar memiliki keluhuran akhlak. Beliau dikenal penyabar, takwa, dan tidak memiliki kecenderungan terhadap kehidupan duniawi serta bertawakal kepada Allah swt. Untuk itulah Hajar bisa hidup jauh dari suami dalam kondisi yang sulit bersama anaknya yang masih kecil.

 

Bersama suaminya Nabi Ibrahim yang menyusul ke Mekah, Siti Hajar membesarkan Ismail yang kelak menjadi Nabi Allah sebagai penerus ayahnya menyebarkan ajaran ilahi kepada umat manusia. Ketika Ismail berusia 13 tahun, keikhlasan Hajar dan putranya kembali diuji. Ketika Allah swt mewahyukan kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Hajar dan Ismail menaati perintah ilahi itu. Kemudian, Allah mengganti Ismail yang siap disembelih dengan seekor kambing. Hari pengorbanan mereka dikenang sebagai peristiwa “Hari Raya Qurban” yang merupakan puncak ibadah haji. Mereka adalah contoh orang-orang yang menang dengan kesabarannya.

 

Al-Quran surat as-Saffat ayat 102 mengabadikan peristiwa besar ini, “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

 

Hajar hijrah dari Mesir ke Palestina, dan dari tempat itu ia kembali hijrah ke Mekah bersama anaknya Ismail dengan menempuh berbagai rintangan dan penderitaan. Ketawakalan dan ketakwaan mereka dalam menjalani ujian dari Allah swt diabadikan dalam  bentuk ibadah Sai, sebagai rukun ibadah haji yang dilaksanakan jutaan muslim dari segenap penjuru dunia setia tahun. Kehidupan Siti Hajar menjadi contah dari orang paling mulia menurut al-Quran dalam Surat Al-Hujurat ayat 13, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu”.(IRIBIndonesia/PH)

 

Rekan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian keempat. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.

Selasa, 21 September 2021 19:41

Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (3)

 

Bismillah

Assalamulaikum wr.wb

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Pada pembahasan sebelumnya kita telah membahas peran gemilang perempuan sejak awal kedatangan Islam. Agama ilahi ini telah memberikan ruang bagi perempuan untuk aktif di ranah sosial dan politik. Sementara itu, perempuan di Barat hanya diperbolehkan terjun di ranah politik baru dimulai sekitar abad kedua puluhan. Latar sejarah ini menunjukkan dukungan besar Islam terhadap peran aktif perempuan di tengah masyarakat baik di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Salah satu perempuan teladan yang dijelaskan dalam al-Quran dan sejarah Islam tentang keagungan keimanan dan ketakwaan, serta ketinggian akhlaknya adalah Siti Sarah, istri Nabi Ibrahim as. Beliau lahir 3361 tahun setelah Nabi Adam as, dan 2855 tahun sebelum Nabi Muhammad Saw di daerah pegunungan Babel, Irak. Ayahnya Lahej dan ibunya adalah bibi Nabi Ibrahim as. Siti Sarah menikah dengan Nabi Ibrahim di usia ke-36 dan hingga akhir hayatnya hidup bersama sang suami.

 

Sarah merupakan wanita kaya raya di zamannya. Dia memiliki ladang dan kebun yang luas serta ternah yang banyak. Namun setelah menikah, seluruh harta kekayaannya diserahkan kepada Nabi Ibrahim untuk dipergunakan di jalan Allah swt. Meskipun hidup di era jahiliyah yang menyembah berhala, namun sejak remaja ia telah memalingkan diri dari tuhan buatan itu. Bersama saudaranya, Luth, Sarah meyakini kenabian Ibrahim dan beriman kepada Allah swt.

 

Sarah memiliki keluhuran akhlak dan ketinggian spiritual. Salah satu keutamaan sifat Siti Sarah adalah kesabaran dan keridhaannya kepada Allah swt. Selain itu, Sarah juga dikenal dengan ketawakalan dan keikhlasannya. Sebelum menikah dengan Nabi Ibrahim, ia hidup sangat berkecukupan dengan harta yang melimpah. Tapi setelah menikah dengan Nabi Ibrahim, Sarah dengan kesabaran menjalani kehidupan yang penuh kesulitan. Dengan tawakal dan ikhlas, Sarah menerima kondisi yang menimpa kehidupannya. Tidak diragukan lagi, keimanannya yang kokoh kepada Allah swt menyebabkan Sarah mampu menjalani kehidupan yang sulit bersama Nabi Ibrahim.

 

Ketika Nabi Ibrahim diceburkan ke dalam kobaran api, Siti Sarah berdoa supaya Allah swt menyelamatkan utusan-Nya itu. Dan doanya terkabul, api itu dingin atas perintah Allah swt. Setelah peristiwa itu, kaum musyrik mengusir Nabi Ibrahim, Siti Sarah dan Luth. Akhirnya mereka berjalan menuju Syam. Demi menyebarkan ajaran Allah swt, Sarah bersama suami dan saudaranya mengalami penderitaan diusir oleh penduduk satu daerahnya setelah sekian tahun berada di tanah kelahirannya itu. 

 

Nama Sarah termasuk dalam jajaran perempuan besar yang pernah ada dalam sejarah Islam, bahkan dunia. Berbagai riwayat menunjukkan ketika Sayidah Fatimah, putri Rasulullah Saw lahir, empat perempuan agung hadir menemaninya. Keempat perempuan itu adalah Siti Sarah, Siti Asyiah istri Firaun, Siti Kultsum saudari Nabi Musa, dan Siti Maryam ibu Nabi Isa. Keempat perempuan itu atas perintah Allah swt hadir di hadapan Siti khadijah untuk membantu persalinan sayidah Fatimah. Dari keempat perempuan itu, Sarah menjadi wakil mereka. Ia berbicara kepada Khadijah, “Jangan berduka, kami diutus oleh Allah swt untuk membantu persalinanmu. Saya Sarah, ini Asyiah yang akan menjadi temanmu di Surga, ini Maryam putri Imran dan yang ketiga Kultsum saudari Musa.”

 

Kemuliaan para wanita agung ini tiada bandingannya. Meskipun dikarunia keanggunan dan kecantikan fisik, seperti Sarah misalnya, meskipun demikian tidak pernah menampakkannya kepada selain muhrimnya. Dengan hijab yang sempurna beliau hadir di tengah masyarakat. Selain itu, Sarah juga dikenal dengan pengabdiannya yang tulus dan pemaaf.

 

Setelah menikah bertahun-tahun dengan Nabi Ibrahim, keduanya tidak dikarunia anak. Dengan pengabdiannya, Sarah mengusulkan kepada suaminya untuk menikahi seorang budak perempuan yang beriman dan bertakwa bernama Hajar, supaya Nabi Ibrahim memperoleh keturunan yang akan melanjutkan  perjuangannya menyebarkan ajaran Allah swt. Dari pernikahan Nabi Ibrahim dengan Siti Hajar dikarunia putra bernama Ismail yang kelak menjadi Nabi. 

 

Sarah menjadi istri yang setia bagi suaminya. Setelah bertahun-tahun mendampingi Nabi Ibrahim dalam suka dan duka, akhirnya mereka dikarunia seorang putra bernama Ishaq yang kelak menjadi Nabi. Mereka dikarunia keturunan yang merupakan mukjizat dari Allah swt, sebab secara medis, Siti Sarah yang sudah berusia 90 tahun ketika itu tidak mungkin mengandung dan memiliki keturunan.

 

Nabi Ibrahim dan Siti Sarah merupakan sosok yang sangat ramah dan melayani tamu. Bersama suaminya, Sarah menemani tamu ketika makan bersama. Suatu hari Nabi Ibrahim kedatangan tamu yang tidak biasa, tapi malaikat yang menyerupai manusia. Nabi Ibrahim menyambut kedatangan tamunya dan menyediakan daging sapi besar untuk mereka, dan Sarah pun membantu suaminya menyiapkan hidangan untuk tamu. Malaikat yang menjadi tamu mereka menyampikan maksudnya diutus oleh Allah swt untuk menyampaikan kabar gembira bahwa Nabi Ibrahim dan istrinya akan dikarunia keturunan.

 

Terkait hal ini, Al-Quran surat Hud ayat 72 dan 73 mengabadikannya, “Isterinya (Sarah) berkata: ‘Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh’. Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah".

 

Benar saja, kemudian tidak berapa lama kemudian Siti Sarah pun mengandung dan lahirlah Ishaq dari perkawinannya dengan Nabi Ibrahim ketika mereka berada di usia senja. Nabi Ishaq adalah ayah Nabi Yaqub, sedangkan Nabi Yaqub adalah kakek para nabi Bani Israel. Dari merekalah lahir keturunan generasi para Nabi seperti Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi Sulaeman, Nabi Zakaria, Nabi Isa dan Nabi Yahya.

 

Agama Islam memandang keutamaan manusia bukan dari gendernya, tapi dari ketakwaannya kepada Allah swt. Dalam Islam, manusia mukmin lebih utama dari yang lainnya, karena kesempurnaan spiritualnya dan kemuliaan akhlaknya. Dengan demikian, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki peluang menjadi orang yang paling mulia di sisi Allah swt. Sarah merupakan salah satu dari contoh perempuan mulia dan agung yang mempersembahkan seluruh hidupnya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Setelah mengabdi demi perjuangan ajaran ilahi yang dibawa Nabi Ibrahim, Siti Sarah meninggal dunia di usia 120 tahun. Meski beliau telah tiada ribuan tahun lalu, tapi keagungan dan kemuliaannya senantiasa dikenang dalam sejarah hingga kini.(IRIBIndonesia/PH)

 

Rekan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian ketiga. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.

 

 

 

Selasa, 21 September 2021 19:40

Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (2)

 

Bismillah

Assalamulaikum wr.wb

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengupas penjelasan al-Quran bahwa Islam tidak membedakan laki-laki dan perempuan dari sisi kemanusiaan. Islam memandang perempuan seperti juga laki-laki, sebagai manusia yang memiliki potensi untuk mengembangkan dan menyempurnakan dirinya dengan iman, ilmu, pengetahuan dan amalnya. Agama ilahi ini menilai ketakwaan bukan diukur dari gender, sebab baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki potensi untuk mencapai kesempurnaan. Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Islam memandang perempuan sebagai manusia sempurna, sebagaimana laki-laki. Dalam pandangan Islam, perempuan juga memiliki potensi berpikir dan bertindak baik. Demikian juga dalam ibadah, Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Allah swt dalam al-Quran menyatakan bahwa iman dan amal saleh bukan khusus laki-laki maupun perempuan semata, tapi keduanya tanpa membedakan gender.

 

Terkait hal ini, di surat An-Nahl ayat 97, Allah swt berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan,”. Berdasarkan ayat ini, ganjaran akhirat dan ketakwaan kepada Allah swt tidak mengenal gender, tetapi ditentukan oleh keimanan dan amal saleh masing-masing.

 

Di sisi lain, Allah swt dalam al-Quran menjelaskan bahwa tujuan penciptaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan adalah untuk beribadah kepada-Nya.

Ibadah yang ikhlas sebagai pakaian keagungan bagi manusia untuk mencapai Khalifatullah dengan menempuh maqam (tingkatan) penghambaan kepada Allah swt.

 

Perempuan yang memiliki ruh yang relatif lebih lembut daripada laki-laki lebih mudah untuk mencapai maqam penghambaan. Dan, salah satu syarat kesempurnaan manusia adalah adanya ruh yang lembut. Sejarah Islam juga menunjukkan contoh para wanita agung seperti Sayidah Fatimah, Sayidah Maryam dan lainnya. Mereka merupakan contoh dari manusia sempurna yang ikhlas, taat dan bertakwa kepada Allah swt. Mereka bukan hanya contoh bagi perempuan saja tapi menjadi model manusia sempurna bagi umat manusia, bukan hanya wanita.

  

Salah satu nilai yang melampaui gender adalah ilmu dan pengetahuan. Untuk itulah Islam menegaskan urgensi menuntut ilmu bagi siapapun, baik laki-laki maupun perempuan. Agama ilahi ini tidak pernah menghalangi perempuan untuk menuntut ilmu dan pengetahuan, bahkan sangat menganjurkannya. Allamah Thabathabai, mufasir terkemuka Iran menulis, “Perempuan sama seperti laki-laki dalam hal ibadah dan hukum sosial. ketika laki-laki independen di berbagai masalah seperti warisan, perdagangan, pendidikan dan pengajaran, pembelaan hukum dan lainnya, wanita juga demikian, kecuali sesuatu itu bertentangan dengan tuntutan naturalnya [sebagai perempuan]”.

 

Sejak kedatangannya 14 abad lalu, Islam mendukung perempuan menuntut ilmu, jauh sebelum Barat menggembar-gemborkan kebebasan bagi perempuan di bidang pendidikan. Misalnya di Inggris, perempuan hingga tahun 1947 tidak diberi ijazah meskipun telah lulus menyelesaikan pendidikan tinggi. Para pengelola pendidikan di Inggris ketika itu menilai perempuan tidak boleh diberikan ijazah. Berbeda dengan di Barat, Islam memandang perempuan memiliki kemampuan untuk menuntut ilmu dan pengetahuan. Sebab masyarakat membutuhkan kemampuan perempuannya demi mencapai kemajuan dan kesempurnaan.

 

Allah swt senantiasa memuji orang-orang yang berilmu baik laki-laki maupun perempuan. Di berbagai ayat, al-Quran menyebut orang yang berilmu dan tidak berilmu baik laki-laki maupun perempuan tidaklah sama. Untuk itu Islam sangat menganjurkan menuntut ilmu. Dalam surat al-Mujadilah ayat 11, Allah swt berfirman, “...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

 

Dengan demikian, perempuan seperti juga laki-laki bisa mencapai derajat tinggi di bidang ilmu dan pengetahuan, dan mengabdikan potensinya demi kemajuan masyarakat. Terkait hal ini pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei berkata, “Jika perempuan dalam masyarakat bisa menuntut ilmu dan pengetahuan, meraih kesempurnaan spiritual dan moral yang dianugerahi Allah swt kepada semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan secara sama, maka pendidikan anak-anak akan lebih baik, keluarga lebih hangat dan damai, masyarakatpun mencapai kemajuan, dan berbagai masalah yang melilit kehidupan pun lebih mudah diatasi.. tujuan dari semua itu.. perempuan menjadikan manusia-manusia besar. Semua itu mungkin dan Islam telah membuktikannya.”

 

Jelas kiranya menghalangi kemajuan perempuan di bidang ilmu pengetahuan dalam sebuah masyarakat merupakan kezaliman besar terhadap wanita. Ayatullah Khamenei berkata, “Jika perempuan memiliki potensi, misalnya di bidang keilmuan; potensi di bidang penemuan, potensi politik, potensi kerja sosial, tapi tidak diberikan jalan untuk mewujudkan potensi tersebut sehingga potensinya berkembang, maka hal itu termasuk kezaliman.”

 

Perempuan merupakan modal sosial terbesar yang memainkan peran penting dan sensitif dalam masyarakat Islam. Islam meninggikan kedudukan perempuan sehingga perannya dalam masyarakat tidak dilihat dari gender, tapi dari aspek kemanusiaannya. Untuk itulah perempuan juga memegang tanggungjawab sosial  yang besar di tengah masyarakat. Di zaman Rasulullah Saw pun para wanita bersama laki-laki juga berbaiat kepada beliau, dan para wanita terjun di ranah politik.

 

Sejarah menorehkan peran gemilang perempuan sejak awal kedatangan Islam. Agama ilahi ini telah memberikan ruang bagi perempuan untuk aktif di ranah sosial dan politik. Sementara itu, perempuan di Barat hanya diperbolehkan terjun di ranah politik baru dimulai sekitar abad kedua puluhan. Latar sejarah ini menunjukkan dukungan besar Islam terhadap peran aktif perempuan di tengah masyarakat baik di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun politik.

 

Para zaman Rasulullah Saw, ufuk cerah bagi perempuan terbentang lebar dan hasilnya muncul perempuan-perempuan yang mumpuni di berbagai bidang ilmu pengetahuan, dan aktif di berbagai bidang. Para perempuan ini menjadi contoh peran aktif mereka di bidang keilmuan, sosial, budaya, politik bahkan berjihad melawan musuh-musuh Islam. Sejarah peradaban Islam menunjukkan bahwa perempuan dalam pandangan Islam bisa mencapai kesempurnaan dan derajat tinggi baik material maupun spiritual sebagaimana laki-laki. (IRIBIndonesia/PH)

 

Rekan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian kedua. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.

 

Selasa, 21 September 2021 19:37

Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (1)

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Sepanjang sejarah muncul manusia-manusia teladan, dan salah satu yang dijelaskan dalam al-Quran adalah perempuan-perempuan teladan.Dalam sejarah Islam juga dijelaskan mengenai keutamaan perempuan-perempuan mulia yang menjadi teladan sepanjang zaman. Dalam acara baru ini kita akan mengupas keagungan perempuan teladan dalam Islam. Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Salah satu masalah penting yang menjadi perhatian dunia, terutama di bidang sosial dan politik dalam beberapa dekade terakhir adalah masalah perempuan, dengan identitas dan posisinya di tengah keluarga dan masyarakat. Sejumlah aliran pemikiran menempatkan perempuan sebagai “Gender Kelas Dua” dan tidak meletakkan posisi perempuan sebagai sosok manusia yang mulia. Misalnya, Aristoteles memandang perempuan diciptakan tidak sempurna, dan perempuan tidak memiliki kedudukan kemanusiaan sebagaimana laki-laki.

 

Perempuan dalam pemikiran Aristoteles memiliki sejumlah kekurangan, bahkan dipandang rendah dan cacat. Sedangkan laki-laki dianggap mampu memainkan peran penting dan menempati kedudukan yang tinggi dan berpengaruh dalam berbagai posisi. Dengan pemikiran seperti ini, laki-laki memiliki hak melebihi perempuan, bahkan perempuan dijadikan sebagai bagian dari kepemilikan laki-laki-laki. Berdasarkan pemikiran ini, perempuan tidak bisa mencapai kedudukan yang tinggi dari sisi kesempurnaan dan spiritualitasnya.

 

Perempuan Barat hingga permulaan abad 20 diabaikan hak-haknya, bahkan yang paling dasar sekalipun. Baru sekitar permulaan abad ke-21, mereka bisa menikmati hak-haknya, sebagaimana yang terjadi pada perempuan di dunia Timur. Menghadapi gelombang pemikiran yang memarjinalkan perempuan, muncul gerakan Feminisme yang memperjuangkan hak-hak perempuan.Tapi seperti pemikiran yang mereka kritik dan tolak, Feminisme juga terjebak pada ekstremitas. Mereka mengabaikan karakteristik natural perempuan, dan menolak perbedaan psikis serta psikologis antara laki-laki dan perempuan.

 

Kaum Feminis menggulirkan pemikiran seperti kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, penolakan perempuan di ranah domestik, dan perempuan harus berperan di ranah sosial di luar rumah, mendukung Lesbian, dan berbagai slogan lainnya yang menyebabkan perempuan kehilangan posisi dan kedudukan sebenarnya di dalam keluarga dan masyarakat.

 

Para teoritikus Feminis mengira gerakan yang melakukan lancarkan akan mengangkat harkat dan martabat perempuan. Padahal, mereka lupa bahwa upayanya hanya cenderung mengangkat aspek kebebasan semata dan mengabaikan sisi kemanusiaan perempuan. Akibatnya muncul berbagai masalah yang menimpa perempuan. Steven Rhodes peneliti dari Universitas Virginia dalam risetnya membuktikan terjadinya penyimpangan dalam masyarakat akibat munculnya gerakan Feminisme selama empat puluh tahun.

 

Rhodes dalam bukunya,“Taking Sex Differences Seriously” menulis, “Komitmen laki-laki dalam keluarga sebagai suami dan ayah demi kesehatan dan pembinaan kehidupan anak-anak. Kekuatan perempuan merupakan masalah lain dengan potensinya yang berbeda pula. Kemampuan yang luar biasa dalam mengikat hubungan keluarga (dengan melahirkan dan mendidik anak-anak) yang dipersembahkan bagi masyarakat,”.

 

Syahid Muthahari dalam bukunya, “Hak-hak Perempuan dalam Islam” berkeyakinan bahwa sumber pengabaian terhadap hak-hak sejati perempuan mungkin dipicu sebagai lahirnya gerakan Feminis yang muncul secara prematur di Eropa, sebab gerakan yang berupaya menjauhkan rangkaian ketertindasan perempuan itu justru menimbulkan berbagai masalah lain bagi umat manusia. Selanjutnya Muthahari menulis, “Di masa lalu, kemanusiaam perempuan dilupakan, dan kini keperempuananlah yang dihilangkan”.

 

Di masa jahiliyah di jazirah Arab sebelum datangnya Islam, perempuan tidak diperlakukan sebagai manusia. Mereka dipandang sebagai bagian dari kepemilikan laki-laki. Bahkan mereka diperjualbelikan seperti barang dagangan. Tidak hanya itu, sebagian dari mereka membunuh bayi perempuan yang baru lahir.

Untuk itulah al-Quran mengecam perbuatan mereka. Di Surat al-Isra ayat 31, Allah swt berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.”   

 

Islam datang memberikan cahaya dan melakukan perubahan besar terhadap nasib perempuan. Rasulullah Saw mengangkat posisi dan kedudukan perempuan yang diabaikan dalam budaya Arab jahiliyah ketika itu. Nabi Muhammad Saw memandang perempuan sebagai manusia yang layak untuk mencapai seluruh kesempurnaan dan keutamaannya. Penjelasan mengenai penciptaan laki-laki dan perempuan dalam berbagai ayat al-Quran menunjukkan bahwa Islam tidak membedakan keduanya dari sisi kemanusiaan. Dalam Islam, laki-laki dan perempuan memiliki potensi yang sama untuk mencapai kesempurnaan. Al-Quran memandang kedudukan “khalifatullah” tidak dikhususkan untuk laki-laki saja, tapi juga berlaku bagi perempuan.

 

Islam memandang perempuan seperti juga laki-laki, sebagai manusia yang memiliki potensi untuk mengembangkan dan menyempurnakan dirinya dengan iman, ilmu, pengetahuan dan amalnya. Agama ilahi ini menilai ketakwaan bukan diukur dari gender, sebab baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki potensi untuk mencapai kesempurnaan. Dan ketakwaan pun dinilai dari tingkat keimanan, ilmu dan akhlaknya, bukan gendernya. Oleh karena itu, Islam memandang keutamaan siapapun tanpa mengenal gender dari sisi ketakwaan kepada Allah swt.

 

Dalam al-Quran, surat al-Hujurat ayat 13, Allah swt berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei berkata, “Semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan diciptakan substansi yang sama.Tidak ada kelebihan satu dari yang lain, kecuali ketakwaannya. Dalam Islam tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam Islam, gender baik laki-laki maupun perempuan tidak mengemuka, yang mengemuka adalah kesempurnaan kemanusiaannya...  Sebab tidak ada perbedaan dari kedua jenis manusia ini dari sisi kemanusiaan dan aspek transendennya.”(IRIBIndonesia/PH)

 

Reakan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian pertama. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.

Selasa, 21 September 2021 19:34

Doa Jausyan Kabir

Doa ini disebutkan dalam Kitab al-Balad al-Amîn dan al-Mishbâh, karya Kaf'ami. Doa ini diriwayatkan dari Imam Zainul Abidin, dari ayah beliau, dari kakek beliau, Rasulullah saw. Malaikat Jibril membawa doa ini ketika beliau sedang dalam peperangan. Pada waktu itu, beliau memakai sebuah baju besi (jausyan) mahal yang karena beratnya sehingga membuat badan beliau kesakitan. Kemudian Malaikat Jibril berkata, "Wahai Muhammad, Tuhanmu mengirimkan salam kepadamu. Ia berfirman, "Lepaslah baju besi itu dan bacalah doa ini. Karena ia adalah pengaman bagimu dan umatmu".

Setelah itu, Kaf'ami menyebutkan keutamaan-keutamaan yang dimiliki oleh doa ini yang pada kesempatan ini tidak mungkin untuk disebutkan semua. Di antara keutamaan-keutamaannya adalah:

  1. Sesiapa menuliskannya di atas kafannya, maka Allah merasa malu untuk menyiksanya dengan api neraka.
  2. Sesiapa membacanya di awal bulan Ramadhan dengan niat yang tulus, Allah akan menganugerahkan kepadanya (kesempatan mendapatkan) lailatul qadr dan menciptakan tujuh puluh ribu malaikat baginya yang tugas mereka adalah bertasbih dan menyucikan (Allah), lalu pahalanya disimpan untuknya.
  3. Sesiapa membacanya pada bulan Ramadhan sebanyak tiga kali, Allah akan mengharamkan jasadnya atas api neraka, mewajibkan surga baginya, memerintahkan dua malaikat untuk selalu menjaganya dari maksiat, dan ia akan selalu berada dalam lindungan Allah selama hidupnya.

Di akhir hadis, Imam Husain as berkata, "Ayahku, Ali bin Abi Thalib berwasiat agar aku menjaga doa ini, menuliskannya di atas kafannya, mengajarkannya kepada keluargaku, dan menyuruh mereka untuk membacanya. Dan doa ini (berisi) seribu asma dan di antaranya adalah asma yang teragung (al-ism al-a'zham).

Menurut pendapatku, dari hadis tersebut, dapat disimpulkan dua hal:

Pertama, disunnahkan untuk menuliskannya di atas kafan. Dalam kitab ad-Durrah, Allamah Bahrul Ulum (semoga Allah mengharumkan kuburnya) berkata (dalam sebuah syair),

Sunnah dituliskan di atas kafan,

kesaksian Islam dan iman,

pun jua al-Qur’an dan Jausyan,

sebagai perisai dari api siksaan.

 

Kedua, sunnah untuk membacanya di awal bulan Ramadhan. Adapun (kesunnahan) membacanya khusus di malam lailatul qadr, tidak ada hadis yang menyebutkan hal itu. Akan tetapi, Allamah Majlisi (semoga Allah menyucikan ruhnya) dalam kitab Zâd al-Ma'âd ketika beliau menyebutkan amalan-amalam malam lailatul qadr berkata, "Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa doa Jausyan Kabir hendaknya dibaca pada salah satu dari tiga malam (lailatul qadr) tersebut." Dalam hal ini, cukuplah kesaksian beliau itu bagi kita. Semoga Allah menempatkannya di dalam surga.

Ala kulli hâl, doa ini terdiri dari seratus pasal, dan setiap pasalnya meliput sepuluh asma Ilahiî. Di akhir setiap pasal, kita harus membaca,

 

سُبْحَانَكَ يَا لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، الْغَوْثَ الْغَوْثَ ، خَلِّصْنَا مِنَ النَّارِ يَا رَبِّ

Mahasuci Engkau, wahai (Yang) tiada Tuhan selain Engkau, curahkanlah pertolongan-Mu, curahkanlah pertolongan-Mu, bebaskanlah kami dari neraka ya Tuhanku.

 

Dalam kitab al-Balad al-Amîn disebutkan bahwa di awal setiap pasal kita membaca Bismillâh, dan di akhirnya membaca,

 

سُبْحَانَكَ يَا لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، الْغَوْثَ الْغَوْثَ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ خَلِّصْنَا مِنَ النَّارِ يَا رَبِّ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَ اْلإِكْرَامِ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Mahasuci Engkau, wahai (Yang) tiada Tuhan selain Engkau, curahkanlah pertolongan-Mu, curahkanlah pertolongan-Mu, dan limpahkanlah shalawat-Mu atas Muhammad dan keluarganya, bebaskanlah kami dari (jeratan) api neraka ya Tuhanku, wahai Pemilik keagungan dan anugerah, wahai Yang lebih Pengasih dari mereka yang pengasih.

 

Doa itu adalah sebagai berikut:

 

(١) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا اللَّهُ، يَا رَحْمَانُ، يَا رَحِيْمُ، يَا كَرِيْمُ، يَا مُقِيْمُ، يَا عَظِيْمُ، يَا قَدِيْمُ، يَا عَلِيْمُ، يَا حَلِيْمُ، يَا حَكِيْمُ،﴿سُبْحَانَكَ يَا لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، اَلْغَوْثَ الْغَوْثَ، خَلِّصْنَا مِنَ النَّارِ يَا رَبِّ﴾

(1) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, ya Allah, wahai Yang Maha Pengasih, wahai Yang Maha Pengasih, wahai Yang Maha Dermawan, wahai Yang Maha Menegakkan, wahai Yang Mahaagung, wahai Yang Maha Dahulu, wahai 

Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Penyabar, wahai Yang Mahabijaksana, Mahasuci Engkau wahai yang tiada Tuhan selain Engkau; curahkanlah pertolongan-Mu, curahkanlah pertolongan-Mu, bebaskanlah kami dari (jeratan) api neraka wahai Tuhanku;

(٢) يَا سَيِّدَ السَّادَاتِ، يَا مُجِيْبَ الدَّعَوَاتِ، يَا رَافِعَ الدَّرَجَاتِ، يَا وَلِيَّ الْحَسَنَاتِ، يَا غَافِرَ الْخَطِيْئَاتِ، يَا مُعْطِيَ الْمَسْأَلاَتِ، يَا قَابِلَ التَّوْبَاتِ، يَا سَامِعَ اْلأَصْوَاتِ، يَا عَالِمَ الْخَفِيْاتِ، يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ،

(2) WahaiPemimpin dari segala pemimpin, wahai Pengabul semua doa, wahai Pengangkat derajat, wahai Pemilik segala kebaikan, wahai Pengampun segala kesalahan, Wahai Pemberi segala permohonan, wahai Penerima semua taubat, wahai Pendengar semua suara (rintihan), wahai Yang Mengetahui hal-hal yang tersembunyi, wahai Penolak segala bencana,

 

 (٣) يَا خَيْرَ الْغَافِرِيْنَ، يَا خَيْرَ الْفَاتِحِيْنَ، يَا خَيْرَ النَّاصِرِيْنَ، يَا خَيْرَ الْحَاكِمِيْنَ، يَا خَيْرَ الرَّازِقِيْنَ، يَا خَيْرَ الْوَارِثِيْنَ، يَا خَيْرَ الْحَامِدِيْنَ، يَا خَيْرَ الذَّاكِرِيْنَ، يَا خَيْرَ الْمُنْزِلِيْنَ، يَا خَيْرَ الْمُحْسِنِيْنَ،

 (3)Wahai sebaik-baik Pengampun, wahai Sebaik-baik Pembuka, wahai Sebaik-baik Penolong, wahai Sebaik-baik Penguasa, wahai Sebaik-baik Pemberi Rezeki, wahai Sebaik-baik Pewaris, wahai Sebaik-baik Pemuji, wahai Sebaik-baik Penyebut, wahai Sebaik-baik Penurun (rahmat), wahai Sebaik-baik Yang Berbuat kebaikan,

 

 (٤) يَا مَنْ لَهُ الْعِزَّةُ وَ الْجَمَالُ، يَا مَنْ لَهُ الْقُدْرَةُ وَ الْكَمَالُ، يَا مَنْ لَهُ الْمُلْكُ وَ الْجَلاَلُ، يَا مَنْ هُوَ الْكَبِيْرُ الْمُتَعَالِ، يَا مُنْشِئَ السَّحَابِ الثِّقَالِ، يَا مَنْ هُوَ شَدِيْدُ الْمِحَالِ، يَا مَنْ هُوَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ، يَا مَنْ هُوَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ، يَا مَنْ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ يَا مَنْ عِنْدَهُ أَمُّ الْكِتَابِ،

 (4) Wahai Yang bagi-Nya kemuliaan dan keindahan, wahai Yang bagi-Nya kekuasaan dan kesempurnaan, wahai Yang bagi-Nya kerajaan dan keagungan, wahai Yang Mahabesar dan Mahatinggi, wahai Pembentuk awan yang tebal, wahai Yang Mahakeras balasan-Nya, wahai Yang Mahacepat perhitungan-Nya, wahai Yang Mahakeras siksa-Nya, wahai Yang di sisi-Nya segala balasan baik, wahai Yang di sisi-Nya induk segala catatan,

 

 (٥) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا حَنَّانُ يَا مَنَّانُ، يَا دَيَّانُ يَا بُرْهَانُ، يَا سُلْطَانُ يَا رِضْوَانُ، يَا غُفْرَانُ يَا سُبْحَانُ، يَا مُسْتَعَانُ يَا ذَا الْمَنِّ وَ الْبَيَانِ،

(5)Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang Maha Penyayang, wahai Yang Maha Dermawan, wahai Yang Maha Pembalas, wahai Yang Petunjuk (orang-orang yang sesat), wahai Raja Diraja, wahai Yang Maha Meridhai, wahai Yang Maha Pengampun, wahai Tempat Memohon pertolonga, wahai Pemilik Karunia dan Penjelasan,

 

 (۶) يَا مَنْ تَوَاضَعَ كُلُّ شَيْئٍ لِعَظَمَتِهِ، يَا مَنِ اسْتَسْلَمَ كُلُّ شَيْئٍ لِقُدْرَتِهِ، يَا مَنْ ذَلَّ كُلُّ شَيْئٍ لِعِزَّتِهِ، يَا مَنْ خَضَعَ كُلُّ شَيْئٍ لِهَيْبَتِهِ، يَا مَنِ انْقَادَ كُلُّ شَيْئٍ مِنْ خَشْيَتِهِ، يَا مَنْ تَشَقَّقَتِ الْجِبَالُ مِنْ مَخَافَتِهِ، يَا مَنْ قَامَتِ السَّمَاوَاتُ بِأَمْرِهِ، يَا مَنِ اسْتَقَرَّتِ اْلأَرَضُوْنَ بِإِذْنِهِ، يَا مَنْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ، يَا مَنْ لاَ يَعْتَدِيْ عَلَى أَهْلِ مَمْلَكَتِهِ،

(6) Wahai Yang segala sesuatu merendah karena keagungan-Nya, wahai Yang segala sesuatu menyerah karena kekuasaan-Nya, wahai Yang segala sesuatu hina karena kemuliaan-Nya, wahai Yang segala sesuatu tunduk karena kewibaan-Nya, wahai Yang segala sesuatu taat karena takut kepada-Nya, wahai Yang gunung-gunung terbelah karena takut kepada-Nya, wahai Yang langit tegak berdiri karena perintah-Nya, wahai Yang bumi ajek karena izin-Nya, wahai Yang kilat bertasbih memuji-Nya, wahai Yang tidak pernah menindas para penghuni kerajaan-Nya,

  

 (۷) يَا غَافِرَ الْخَطَايَا، يَا كَاشِفَ الْبَلاَيَا، يَا مُنْتَهَى الرَّجَايَا، يَا مُجْزِلَ الْعَطَايَا، يَا وَاهِبَ الْهَدَايَا، يَا رَازِقَ الْبَرَايَا، يَا قَاضِيَ الْمَنَايَا، يَا سَامِعَ الشَّكَايَا، يَا بَاعِثَ الْبَرَايَا، يَا مُطْلِقَ اْلأُسَارَى،

 (7) wahai Pengampun segala kesalahan, wahai Penolak segala bencana, wahai Puncak segala harapan, wahai Penganugerah segala karunia, wahai Pemberi segala hadiah, wahai Pemberi rezeki manusia, wahai Pemenuh cita-cita, wahai Pendengar segala keluhan, wahai Pembangkit manusia, wahai Pembebas para tawanan,

 

(۸) يَا ذَا الْحَمْدِ وَ الثَّنَاءِ، يَا ذَا الْفَخْرِ وَ الْبَهَاءِ، يَا ذَا الْمَجْدِ وَ السَّنَاءِ، يَا ذَا الْعَهْدِ وَ الْوَفَاءِ، يَا ذَا الْعَفْوِ وَ الرِّضَاءِ، يَا ذَا الْمَنِّ وَ الْعَطَاءِ، يَا ذَا الْفَصْلِ وَ الْقَضَاءِ، يَا ذَا الْعِزِّ وَ الْبَقَاءِ، يَا ذَا الْجُوْدِ وَ السَّخَاءِ، يَا ذَا اْلآلاَءِ وَ النَّعْمَاءِ،

 (8) wahai Pemilik pujian dan sanjungan, wahai Pemilik keagungan dan kehebatan, wahai Pemilik kemuliaan dan kebesaran, wahai Yang memilik janji dan  kesetiaan, wahai Pemilik maaf dan ridha, wahai Pemilik karunia dan pemberian, wahai Pemilik keputusan dan ketentuan, wahai Pemilik kemuliaan dan kekekalan, wahai Pemilik kedermawanan dan kemurahan, wahai Pemilik karunia dan kekaruniaan, 

 

 (۹) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ يَا مَانِعُ يَا دَافِعُ، يَا رَافِعُ يَا صَانِعُ، يَا نَافِعُ يَا سَامِعُ، يَا جَامِعُ يَا شَافِعُ، يَا وَاسِعُ يَا مُوْسِعُ،

 (9) ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang Maha Pencegah, wahai Yang Maha Penolak, wahai Yang Maha Pengangkat, wahai Yang Maha Pembuat, wahai Yang Maha Pemberi Manfaat, wahai Yang Maha Mendengar, wahai Yang Maha Pengumpul, wahai Yang Maha Pemberi Syafaat, wahai Yang Mahaluas, wahai Yang Maha Melapangkan,

 

 (۱۰) يَا صَانِعَ كُلِّ مَصْنُوْعٍ، يَا خَالِقَ كُلِّ مَخْلُوْقٍ، يَا رَازِقَ كُلِّ مَرْزُوْقٍ، يَا مَالِكَ كُلِّ مَمْلُوْكٍ، يَا كَاشِفَ كُلِّ مَكْرُوْبٍ، يَا فَارِجَ كُلِّ مَهْمُوْمٍ، يَا رَاحِمَ كُلِّ مَرْحُوْمٍ، يَا نَاصِرَ كُلِّ مَخْذُوْلٍ، يَا سَاتِرَ كُلِّ مَعْيُوْبٍ، يَا مَلْجَأَ كُلِّ مَطْرُوْدٍ،

 (10) Wahai Pembuat setiap ciptaan, wahai Pencipta setiap makhluk, wahai Pemberi rezeki setiap makhluk, wahai Pemilik setiap hamba, wahai Penyingkap kesusahan, wahai Penghilang setiap kesedihan, wahai Pengasih setiap yang dikasihi, wahai Penolong setiap yang dicampakkan, wahai Penutup setiap cela, wahai Tempat Berlindung setiap yang terusir,

 

(۱۱) يَا عُدَّتِيْ عِنْدَ شِدَّتِيْ، يَا رَجَائِيْ عِنْدَ مُصِيْبَتِيْ، يَا مُوْنِسِيْ عِنْدَ وَحْشَتِيْ، يَا صَاحِبِيْ عِنْدَ غُرْبَتِيْ، يَا وَلِيِّيْ عِنْدَ نِعْمَتِيْ، يَا غِيَاثِيْ عِنْدَ كُرْبَتِيْ، يَا دَلِيْلِيْ عِنْدَ حَيْرَتِيْ، يَا غَنَائِيْ عِنْدَ افْتِقَارِيْ، يَا مَلْجَإِيْ عِنْدَ اضْطِرَارِيْ، يَا مُعِيْنِيْ عِنْدَ مَفْزَعِيْ،

(11) Wahai Bekalku di saat kesulitanku, wahai Harapanku di saat cobaanku, wahai Penghiburku di saat kesusahanku, wahai Teman Setiaku di saat keterasinganku, wahai Pemilikku dalam karuniaku, wahai Penolongku dalam kegelisahanku, wahai Penunjuk (jalan)ku di saat kebingunganku, wahai Pencukupku di saat kebutuhanku, wahai Tempat Berlindungku di masa sulitku, wahai Penolongku dalam kecemasanku, 

 

 (۱۲) يَا عَلاَّمَ الْغُيُوْبِ، يَا غَفَّارَ الذُّنُوْبِ، يَا سَتَّارَ الْعُيُوْبِ، يَا كَاشِفَ الْكُرُوْبِ، يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، يَا طَبِيْبَ الْقُلُوْبِ، يَا مُنَوِّرَ الْقُلُوْبِ، يَا أَنِيْسَ الْقُلُوْبِ، يَا مُفَرِّجَ الْهُمُوْمِ، يَا مُنَفِّسَ الْغُمُوْمِ،

 (12) Wahai Yang mengetahui hal-hal yang gaaib, wahai Pengampun segala dosa, wahai Penutup segala cela, wahai Penyirna segala kesusahan, wahai Yang membolikbalikkan hati, wahai Penenang hati, wahai Penerang hati, wahai Penghibur hati, wahai Penyingkap segala kesedihan, wahai Penghilang segala duka,

 

 (۱۳) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا جَلِيْلُ يَا جَمِيْلُ، يَا وَكِيْلُ يَا كَفِيْلُ، يَا دَلِيْلُ يَا قَبِيْلُ، يَا مُدِيْلُ يَا مُنِيْلُ، يَا مُقِيْلُ يَا مُحِيْلُ،

 (13) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang Mahaagung, wahai Yang Mahaindah, wahai Yang Maha Penjaga, wahai Yang Penjamin, wahai Pemberi petunjuk, wahai Penjamin, wahai Pemenang, wahai Pemberi, wahai Pemaaf, wahai Pengubah,

 

 (۱۴) يَا دَلِيْلَ الْمُتَحَيِّرِيْنَ، يَا غِيَاثَ الْمُسْتَغِيْثِيْنَ، يَا صَرِيْخَ الْمُسْتَصْرِخِيْنَ، يَا جَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ، يَا أَمَانَ الْخَائِفِيْنَ، يَا عَوْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ، يَا رَاحِمَ الْمَسَاكِيْنِ، يَا مَلْجَأَ الْعَاصِيْنَ، يَا غَافِرَ الْمُذْنِبِيْنَ، يَا مُجِيْبَ دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّيْنَ،

 (14) Wahai Petunjuk orang-orang yang kebingungan, wahai Penolong

orang-orang yang memohon pertolongan, wahai Yang mendengar jeritan orang-orang yang menjerit, wahai Pelindung orang-orang yang memohon perlindungan, wahai Pengaman orang-orang yang ketakutan, wahai Penolong mukminin, wahai Pengasih orang-orang miskin, wahai Tempat pelarian orang-orang yang bermaksiat, wahai Pengampun orang-orang yang berlumuran dosa, wahai Pengabul doa orang-orang yang ditimpa kesulitan,

 

 (۱۵) يَا ذَا الْجُوْدِ وَ اْلإِحْسَانِ، يَا ذَا الْفَضْلِ وَ اْلإمْتِنَانِ، يَا ذَا اْلأَمْنِ وَ اْلأَمَانِ، يَا ذَا الْقُدْسِ وَ السُّبْحَانِ، يَا ذَا الْحِكْمَةِ وَ الْبَيَانِ، يَا ذَا الرَّحْمَةِ وَ الرِّضْوَانِ، يَا ذَا الْحُجَّةِ وَ الْبُرْهَانِ، يَا ذَا الْعَظَمَةِ وَ السُّلْطَانِ، يَا ذَا الرَّأْفَةِ وَ الْمُسْتَعَانِ، يَا ذَا الْعَفْوِ وَ الْغُفْرَانِ،

(15) Wahai Pemilik kemurahan dan kebaikan, wahai Pemilik karunia dan pemberian, wahai Pemilik rasa aman dan ketentraman, wahai Pemilik kemurnian dan kesucian, wahai Pemilik hikmah dan penjelasan, wahai Pemilik rahmat dan keridhaan, wahai Pemilik hujjah dan dalil, wahai Pemilik keagungan dan kerajaan, wahai Pemilik kasih sayang dan tempat memohon pertolongan, wahai Pemilik masa dan ampunan, 

 

 (۱۶) يَا مَنْ هُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْئٍ، يَا مَنْ هُوَ إِلَهُ كُلِّ شَيْئ يَا مَنْ هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْئٍ، يَا مَنْ هُوَ صَانِعُ كُلِّ شَيْئٍ، يَا مَنْ هُوَ قَبْلَ كُلِّ شَيْئٍ، يَا مَنْ هُوَ بَعْدَ كُلِّ شَيْئٍ، يَا مَنْ هُوَ فَوْقَ كُلِّ شَيْئٍ، يَا مَنْ هُوَ عَالِمٌ بِكُلِّ شَيْئٍ، يَا مَنْ هُوَ قَادِرٌ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ، يَا مَنْ هُوَ يَبْقَى وَ يَفْنَى كُلُّ شَيْئٍ،

Wahai Tuhan Yang mengatur segala sesuatu, wahai Tuhan segala sesuatu,

wahai Tuhan Pencipta segala sesuatu, wahai Tuhan Pembuat segala sesuatu, wahai Tuhan yang telah ada sebelum segala sesuatu, wahai Tuhan yang akan tetap ada setelah segala sesuatu, wahai Yang ada di atas segala sesuatu, wahai Yang Mengetahui segala sesuatu, wahai Tuhan yang mampu atas segala sesuatu, wahai Tuhan yang akan tetap kekal dan akan sirna segala sesuatu,

 

  • اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا مُؤْمِنُ يَا مُهَيْمِنُ، يَا مُكَوِّنُ يَا مُلَقِّنُ، يَا مُبَيِّنُ يَا مُهَوِّنُ، يَا مُمَكِّنُ يَا مُزَيِّنُ، يَا مُعْلِنُ يَا مُقَسِّمُ،

 (17) ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Pemberi keamanan, wahai Penguasa (jagad), wahai Yang Membentuk, wahai Yang Membimbing, wahai Yang Menjelaskan, wahai Yang Memudahkan, wahai Yang Menguatkan, wahai Yang Memperindah, wahai Yang Menampakkan, wahai Yang Membagi,

 

 (۱۸) يَا مَنْ هُوَ فِيْ مُلْكِهِ مُقِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ سُلْطَانِهِ قَدِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ جَلاَلِهِ عَظِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ عَلَى عِبَادِهِ رَحِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ بِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ بِمَنْ عَصَاهُ حَلِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ بِمَنْ رَجَاهُ كَرِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ صُنْعِهِ حَكِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ حِكْمَتِهِ لَطِيْفٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ لُطْفِهِ قَدِيْمٌ،

 (18) Wahai Yang Kekal dalam kerajaan-Nya, wahai Yang Mahadahulu dalam kekuasaan-Nya, wahai Yang Mahaagung dalam kebesaran-Nya, wahai Yang Maha Pengasih atas hamba-hamba-Nya, wahai Yang Mengetahui segala sesuatu, wahai Yang Mahasabar atas hamba yang menentang-Nya, wahai Yang Maha Dermawan kepada hamba yang mengharapkan-Nya, wahai Yang Mahabijaksana dalam ciptaan-Mya, wahai Yang Mahalembut dalam kebijaksaan-Nya, wahai Yang Mahadahulu dalam kelembutan-Nya, 

 (۱۹) يَا مَنْ لاَ يُرْجَى إِلاَّ فَضْلُهُ، يَا مَنْ لاَ يُسْأَلُ إِلاَّ عَفْوُهُ، يَا مَنْ لاَ يُنْظَرُ إِلاَّ بِرُّهُ، يَا مَنْ لاَ يُخَافُ إِلاَّ عَدْلُهُ، يَا مَنْ لاَ يَدُوْمُ إِلاَّ مُلْكُهُ، يَا مَنْ لاَ سُلْطَانَ إِلاَّ سُلْطَانُهُ، يَا مَنْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْئٍ رَحْمَتُهُ، يَا مَنْ سَبَقَتْ رَحْمَتُهُ غَضَبَهُ، يَا مَنْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْئٍ عِلْمُهُ، يَا مَنْ لَيْسَ أَحَدٌ مِثْلُهُ،

 (19) Wahai Zat yang tidak diharapkan kecuali karunia-Nya, wahai Zat yang tidak dimohon kecuali maaf-Nya, wahai Zat yang tidak dilihat kecuali kebaikan-Nya, wahai Zat yang tidak ditakuti kecuali keadilan-Nya, wahai Zat yang tidak akan sirna kerajaan-Nya, wahai Zat yang tidak ada kerajaan kecuali kerajaan-Nya, wahai Zat yang rahmat-Nya meliputi segala sesuatu, wahai Zat yang rahmat-Nya mengalahkan amarah-Nya, wahai Zat yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, wahai Zat yang tak seorang pun setara dengan-Nya,

 

 (۲۰) يَا فَارِجَ الْهَمِّ، يَا كَاشِفَ الْغَمِّ، يَا غَافِرَ الذَّنْبِ، يَا قَابِلَ التَّوْبِ، يَا خَالِقَ الْخَلْقِ، يَا صَادِقَ الْوَعْدِ، يَا مُوْفِيَ الْعَهْدِ، يَا عَالِمَ السِّرِّ، يَا فَالِقَ الْحَبِّ، يَا رَازِقَ اْلأَنَامِ،

 (20) Wahai Penyirna kesedihan, wahai Penyingkap kesusahan, wahai Pengampun dosa, wahai Penerima taubat, wahai Pencipta makhluk, wahai Yang benar janji-Nya, wahai Yang menepati janji, wahai Yang Mengetahui segala rahasia, wahai Pembelah biji-bijian, wahai Yang Mengaruniakan rezeki kepada manusia, 

 

 (۲۱) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا عَلِيُّ يَا وَفِيُّ، يَا غَنِيُّ يَا مَلِيُّ، يَا حَفِيُّ يَا رَضِيُّ، يَا زَكِيُّ يَا بَدِيُّ، يَا قَوِيُّ يَا وَلِيُّ،

 (21) Ya Allah, aku meohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang Mahatinggi, wahai Yang Maha Menepati janji, wahai Yang Mahakaya, wahai Yang Mahakuat, wahai Yang Maha Pengasih, wahai Yang Meridhai, wahai Yang Suci, wahai Pencipta, wahai Yang Mahakuat, wahai Yang Mencintai,

 

         (۲۲) يَا مَنْ أَظْهَرَ الْجَمِيْلَ، يَا مَنْ سَتَرَ الْقَبِيْحَ، يَا مَنْ لَمْ يُؤَاخِذْ بِالْجَرِيْرَةِ، يَا مَنْ لَمْ يَهْتِكِ السِّتْرَ، يَا عَظِيْمَ الْعَفْوِ، يَا حَسَنَ التَّجَاوُزِ، يَا وَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ، يَا بَاسِطَ الْيَدَيْنِ بِالرَّحْمَةِ، يَا صَاحِبَ كُلِّ نَجْوَى، يَا مُنْتَهَى كُلِّ شَكْوَى،

 (22) Wahai Zat yang menampakkan yang indah, wahai Zat yang menutupi yang jelek, wahai Zat yang tidak segera menyiksa karena suatu kesalahan, wahai Zat yang tidak menyingkap tabir (dosa-dosa), wahai Yang agung maaf-Nya, wahai Yang Mahabaik maaf-Nya, wahai Yang Mahaluas ampunan-Nya, wahai Yang terbuka kedua tangan-Nya dengan rahmat, wahai Yang Mendengar

 

 (۲۳) يَا ذَا النِّعْمَةِ السَّابِغَةِ، يَا ذَا الرَّحْمَةِ الْوَاسِعَةِ، يَا ذَا الْمِنَّةِ السَّابِقَةِ، يَا ذَا الْحِكْمَةِ الْبَالِغَةِ، يَا ذَا الْقُدْرَةِ الْكَامِلَةِ، يَا ذَا الْحُجَّةِ الْقَاطِعَةِ، يَا ذَا الْكَرَامَةِ الظَّاهِرَةِ، يَا ذَا الْعِزَّةِ الدَّائِمَةِ، يَا ذَا الْقُوَّةِ الْمَتِيْنَةِ، يَا ذَا الْعَظَمَةِ الْمَنِيْعَةِ،

 (23) Wahai Pemilik karunia yang melimpah, wahai Pemilik rahmat yang luas, wahai Pemilik anugerah yang terdahulu (dari keberadaan), wahai Pemilik hikmah tertinggi, wahai Pemilik kekuasaan yang sempurna, wahai Pemilik hujjah yang tak terbantah, wahai Pemilik kedermawanan yang nampak, wahai Pemilik kemuliaan yang abadi, wahai Pemilik kekuatan yang kokoh, wahai Pemilik keagungan yang tegar

 

 (۲۴) يَا بَدِيْعَ السَّمَاوَاتِ، يَا جَاعِلَ الظُّلُمَاتِ، يَا رَاحِمَ الْعَبَرَاتِ، يَا مُقِيْلَ الْعَثَرَاتِ، يَا سَاتِرَ الْعَوْرَاتِ، يَا مُحْيِيَ اْلأَمْوَاتِ، يَا مُنْزِلَ اْلآيَاتِ، يَا مُضَعِّفَ الْحَسَنَاتِ، يَا مَاحِيَ السَّيِّئَاتِ، يَا شَدِيْدَ النَّقِمَاتِ،

 

(24) Wahai Pencipta langit, wahai Pembuat kegelapan, wahai Pengasih air mata (yang menetes), wahai Pengampun kesalahan, wahai Penutup cela dan aib, wahai Penghidup orang-orang telah mati, wahai Penurun ayat-ayat, wahai Yang melipatgandakan (pahala) kebaikan, wahai Penyirna segala kejelekan, wahai Yang dahsyat siksa-Nya,

 

 (۲۵) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا مُصَوِّرُ يَا مُقَدِّرُ، يَا مُدَبِّرُ يَا مُطَهِّرُ، يَا مُنَوِّرُ يَا مُيَسِّرُ، يَا مُبَشِّرُ يَا مُنْذِرُ، يَا مُقَدِّمُ يَا مُؤَخِّرُ،

 (25) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu,

wahai Pembentuk, wahai Penentu, wahai Pengatur, wahai Penyuci, wahai Penerang, wahai Pemudah (segala urusan), wahai Pemberi berita gembira, wahai Pengancam, wahai Yang mendahulukan, wahai Yang mengakhirkan

(۲۶)يَا رَبَّ الْبَيْتِ الْحَرَامِ، يَا رَبَّ الشَّهْرِ الْحَرَامِ، يَا رَبَّ الْبَلَدِ الْحَرَامِ، يَا رَبَّ الرُّكْنِ وَ الْمَقَامِ، يَا رَبَّ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ، يَا رَبَّ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، يَا رَبَّ الْحِلِّ وَ الْحَرَامِ، يَا رَبَّ النُّوْرِ وَ الظَّلاَمِ، يَا رَبَّ التَّحِيَّةِ وَ السَّلاَمِ، يَا رَبَّ الْقُدْرَةِ فِيْ اْلأَنَامِ،

(26) Wahai Tuhan Ka’bah yang suci, wahai Pemelihara bulan yang suci, wahai Penjaga negeri yang suci, wahai Tuhan Rukn (sisi-sisi Ka’bah) dan Maqam[1], wahai Tuhan

Masy’aril Haram (Muzdalifah), wahai Tuhan Masjidil Haram, wahai Tuhan halal dan haram, wahai Tuhan cahaya dan kegelapan, wahai Tuhan penghormatan dan salam, wahai Tuhan Yang Berkuasa atas seluruh manusia,  

 

 (۲۷) يَا أَحْكَمَ الْحَاكِمِيْنَ، يَا أَعْدَلَ الْعَادِلِيْنَ، يَا أَصْدَقَ الصَّادِقِيْنَ، يَا أَطْهَرَ الطَّاهِرِيْنَ، يَا أَحْسَنَ الْخَالِقِيْنَ، يَا أَسْرَعَ الْحَاسِبِيْنَ، يَا أَسْمَعَ السَّامِعِيْنَ، يَا أَبْصَرَ النَّاظِرِيْنَ، يَا أَشْفَعَ الشَّافِعِيْنَ، يَا أَكْرَمَ اْلأَكْرَمِيْنَ،

 (27) Wahai Yang lebih bijaksana dari mereka yang bijaksana, wahai Yang lebih adil dari mereka yang adil, wahai Yang benar dari mereka yang berkata benar, wahai Yang paling suci dari mereka yang suci, wahai Yang paling baik dari mereka yang menciptakan, wahai Yang paling cepat hisab-Nya, wahai Yang paling mendengar dari mereka yang dapat mendengar, wahai Yang paling melihat dari mereka yang dapat melihat, wahai Yang Maha Pensyafaat dari mereka yang dapat memberi syafaat, wahai Yang paling mulia dari mereka yang mulia,

 

 (۲۸) يَا عِمَادَ مَنْ لاَ عِمَادَ لَهُ، يَا سَنَدَ مَنْ لاَ سَنَدَ لَهُ، يَا ذُخْرَ مَنْ لاَ ذُخْرَ لَهُ، يَا حِرْزَ مَنْ لاَ حِرْزَ لَهُ، يَا غِيَاثَ مَنْ لاَ غِيَاثَ لَهُ، يَا فَخْرَ مَنْ لاَ فَخْرَ لَهُ، يَا عِزَّ مَنْ لاَ عِزَّ لَهُ، يَا مُعِيْنَ مَنْ لاَ مُعِيْنَ لَهُ، يَا أَنِيْسَ مَنْ لاَ أَنِيْسَ لَهُ، يَا أَمَانَ مَنْ لاَ أَمَانَ لَهُ،

 (28) Wahai Sandaran bagi yang tidak memiliki sandaran, wahai Tumpuan bagi yang tidak memiliki tumpuan, wahai Simpanan bagi yang tidak memiliki simpanan, wahai Penjaga bagi yang tidak memiliki penjaga, wahai Pelindung bagi yang tidak memiliki pelindung, wahai Kebanggaan bagi yang tidak memiliki kebanggaan, wahai Kemuliaan bagi yang tidak memiliki kemuliaan, wahai Penolong bagi yang tidak memiliki penolong, wahai Pujaan bagi yang tidak memiliki pujaan, wahai Pengaman bagi yang tidak memiliki pengaman,

 

(۲۹) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا عَاصِمُ يَا قَائِمُ، يَا دَائِمُ يَا رَاحِمُ، يَا سَالِمُ يَا حَاكِمُ، يَا عَالِمُ يَا قَاسِمُ، َا قَابِضُ يَا بَاسِطُ،

(29) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang Maha Penjaga, wahai Yang Berdiri Sendiri, wahai Yang Mahakekal, wahai Yang Maha Penyayang, wahai Yang terselamatkan (dari segala kekurangan), wahai Yang Maha Berkuasa, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Membagi, wahai Yang Maha Menahan, wahai Yang Maha Melimpahkan, 

ي (۳۰) يَا عَاصِمَ مَنِ اسْتَعْصَمَهُ، يَا رَاحِمَ مَنِ اسْتَرْحَمَهُ، يَا غَافِرَ مَنِ اسْتَغْفَرَهُ، يَا نَاصِرَ مَنِ اسْتَنْصَرَهُ، يَا حَافِظَ مَنِ اسْتَحْفَظَهُ، يَا مُكْرِمَ مَنِ اسْتَكْرَمَهُ، يَا مُرْشِدَ مَنِ اسْتَرْشَدَهُ، يَا صَرِيْخَ مَنِ اسْتَصْرَخَهُ، يَا مُعِيْنَ مَنِ اسْتَعَانَهُ، يَا مُغِيْثَ مَنِ اسْتَغَاثَهُ،

 (30) wahai Pelindung bagi yang memohon perlindungan kepada-Nya, wahai Penyayang kepada yang meminta kasih sayang-Nya, wahai Pengampun bagi yang meminta ampunan kepada-Nya, wahai Penolong bagi yang meminta pertolongan-Nya, wahai Penjaga bagi yang meminta penjagaan dari-Nya, wahai Yang Memuliakan orang yang meminta kemuliaan dari-Nya, wahai Pembimbing bagi yang meminta bimbingan kepada-Nya, wahai Yang Mendengar jeritan orang yang memohon bantuan kepada-Nya, wahai Penolong bagi yang meminta pertolongan kepada-Nya, wahai Pelindung bagi orang yang meminta perlindungan-Nya,

 

 (۳۱) يَا عَزِيْزًا لاَ يُضَامُ، يَا لَطِيْفًا لاَ يُرَامُ، يَا قَيُّوْمًا لاَ يَنَامُ، يَا دَائِمًا لاَ يَفُوْتُ، يَا حَيًّا لاَ يَمُوْتُ، يَا مَلِكًا لاَ يَزُوْلُ، يَا بَاقِيًا لاَ يَفْنَى، يَا عَالِمًا لاَ يَجْهَلُ، يَا صَمَدًا لاَ يُطْعَمُ، يَا قَوِيًّا لاَ يَضْعُفُ،

 (31) wahai Mahaperkasa yang tak ‘kan teraniaya, wahai Mahalembut yang tak ‘kan tergapai (hakikat-Nya), wahai Mahategar yang tak ‘kan pernah tidur, wahai Mahaabadi yang tak ‘kan pernah sirna, wahai Mahahidup yang tak ‘kan pernah mati, wahai Raja Diraja yang tak ‘kan terjatuhkan, wahai Mahakekal yang tak ‘kan pernah musnah, wahai Maha Mengetahui yang tak ‘kan pernah bodoh, wahai Tempat Bergantung yang tak pernah butuh bantuan, wahai Mahakuat yang tak ‘kan pernah lemah,

 

 (۳۲) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا أَحَدُ يَا وَاحِدُ، يَا شَاهِدُ يَا مَاجِدُ، يَا حَامِدُ يَا رَاشِدُ، يَا بَاعِثُ يَا وَارِثُ، يَا ضَارُّ يَا نَافِعُ،

 (32) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang Mahatunggal, wahai Yang Maha Esa, wahai Yang Maha Menyaksikan, wahai Yang Mahamulia, wahai Yang Maha Memuji, wahai Maha Pemberi petunjuk, wahai Maha Pembangkit, wahai Maha Pewaris, wahai Yang Memberikan bahaya, wahai Yang Memberikan manfaat,

 

 (۳۳) يَا أَعْظَمَ مِنْ كُلِّ عَظِيْمٍ، يَا أَكْرَمَ مِنْ كُلِّ كَرِيْمٍ، يَا أَرْحَمَ مِنْ كُلِّ رَحِيْمٍ، يَا أَعْلَمَ مِنْ كُلِّ عَلِيْمٍ، يَا أَحْكَمَ مِنْ كُلِّ حَكِيْمٍ، يَا أَقْدَمَ مِنْ كُلِّ قَدِيْمٍ، يَا أَكْبَرَ مِنْ كُلِّ كَبِيْرٍ، يَا أَلْطَفَ مِنْ كُلِّ لَطِيْفٍ، يَا أَجَلَّ مِنْ كُلِّ جَلِيْلٍ، يَا أَعَزَّ مِنْ كُلِّ عَزِيْزٍ،

(33) Wahai Yang lebih agung dari setiap yang agung, wahai Yang lebih Dermawan dari setiap yang dermawan, wahai Yang lebih pengasih dari setiap pengasih, wahai Yang lebih mengetahui dari setiap yang mengetahui, wahai Yang lebih bijaksana dari setiap yang bijaksana, wahai Yang lebih dahulu dari setiap yang dahulu, wahai Yang lebih besar dari setiap yang besar, wahai Yang lebih lembut dari setiap yang lembut, wahai Yang lebih perkasa dari setiap yang perkasa, wahai Yang lebih mulia dari setiap yang mulia,

 

 (۳۴) يَا كَرِيْمَ الصَّفْحِ، يَا عَظِيْمَ الْمَنِّ، يَا كَثِيْرَ الْخَيْرِ، يَا قَدِيْمَ الْفَضْلِ، يَا دَائِمَ اللُّطْفِ، يَا لَطِيفَ الصُّنْعِ، يَا مُنَفِّسَ الْكَرْبِ، يَا كَاشِفَ الضُّرِّ، يَا مَالِكَ الْمُلْكِ، يَا قَاضِيَ الْحَقِّ،

 (34) Wahai Yang Mahamulia maaf-Nya, wahai Yang Mahabesar pemberian-Nya, wahai Yang banyak kebaikan-Nya, wahai Yang Mahadahulu karunia-Nya, wahai Yang selalu abadi kemurahan-Nya, wahai Yang lembut ciptaan-nya, wahai Pembasmi kegundahan, wahai Penyingkap kesusahan, wahai Pemilik segala kerajaan, wahai Penegak kebenaran

 

 (۳۵) يَا مَنْ هُوَ فِيْ عَهْدِهِ وَفِيٌّ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ وَفَائِهِ قَوِيٌّ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ قُوَّتِهِ عَلِيٌّ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ عُلُوِّهِ قَرِيْبٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ قُرْبِهِ لَطِيْفٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ لُطْفِهِ شَرِيْفٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ شَرَفِهِ عَزِيْزٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ عِزِّهِ عَظِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ عَظَمَتِهِ مَجِيْدٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ مَجْدِهِ حَمِيْدٌ،

 

(35) Wahai Yang selalu menepati janji-Nya, wahai Yang Mahakuat dalam kesetiaan-Nya, wahai Yang Mahatinggi dalam kekuatan-Nya, wahai Yang Mahadekat dalam kemahatinggian-Nya, wahai Yang Mahalembut dalam kedekatan-Nya, wahai Yang Mahamulia dalam kelembutan-Nya, wahai Yang Mahakuat dalam kemuliaan-Nya, wahai Yang Mahaagung dalam kekuatan-Nya, wahai Yang Mahaperkasa dalam keagungan-Nya, wahai Yang Maha Terpuji dalam keperkasaan-Nya,

 

 (۳۶)اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا كَافِيْ يَا شَافِيْ، يَا وَافِيْ يَا مُعَافِيْ، يَا هَادِيْ يَا دَاعِيْ، يَا قَاضِيْ يَا رَاضِيْ، يَا عَالِيْ يَا بَاقِيْ،

(36) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang Maha Mencukupi, wahai Yang Maha Menyembuhkan, wahai Yang Maha Menunaikan janji, wahai Yang Maha Menyembuhkan, wahai Pemberi petunjuk, wahai Yang selalu menyeru, wahai Pemutus (perkara), wahai

Yang selalu meridhai, wahai Yang Mahatinggi, wahai Yang Mahakekal

 

 (۳۷) يَا مَنْ كُلُّ شَيْئٍ خَاضِعٌ لَهُ، يَا مَنْ كُلُّ شَيْئٍ خَاشِعٌ لَهُ، يَا مَنْ كُلُّ شَيْئٍ كَائِنٌ لَهُ، يَا مَنْ كُلُّ شَيْئٍ مَوْجُوْدٌ بِهِ، يَا مَنْ كُلُّ شَيْئٍ مُنِيْبٌ إِلَيْهِ، يَا مَنْ كُلُّ شَيْئٍ خَائِفٌ مِنْهُ، يَا مَنْ كُلُّ شَيْئٍ قَائِمٌ بِهِ، يَا مَنْ كُلُّ شَيْئٍ صَائِرٌ إِلَيْهِ، يَا مَنْ كُلُّ شَيْئٍ يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ، يَا مَنْ كُلُّ شَيْئٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ،

 (37) wahai Zat yang segala sesuatu tunduk kepada-Nya, wahai Zat yang segala sesuatu menjadi khusyuk di hadapan-Nya, wahai Zat yang segala sesuatu menjadi ada karena-Nya, wahai Zat yang segala berada karena-Nya, wahai Zat yang segala sesuatu kembali kepada-Nya, wahai Zat yang segala sesuatu takut kepada-Nya,

wahai Zat yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya, wahai Zat yang segala sesuatu akan pergi menjumpai-Nya, wahai Zat yang segala sesuatu bertasbih dengan memuji-Nya, wahai Zat yang segala sesuatu akan sirna kecuali Zat-Nya, 

 

 (۳۸) يَا مَنْ لاَ مَفَرَّ إِلاَّ إِلَيْهِ، يَا مَنْ لاَ مَفْزَعَ إِلاَّ إِلَيْهِ، يَا مَنْ لاَ مَقْصَدَ إِلاَّ إِلَيْهِ، يَا مَنْ لاَ مَنْجَى مِنْهُ إِلاَّ إِلَيْهِ، يَا مَنْ لاَ يُرْغَبُ إِلاَّ إِلَيْهِ، يَا مَنْ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِهِ، يَا مَنْ لاَ يُسْتَعَانُ إِلاَّ بِهِ، يَا مَنْ لاَ يُتَوَكَّلُ إِلاَّ عَلَيْهِ، يَا مَنْ لاَ يُرْجَى إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يُعْبَدُ إِلاَّ هُوَ،

 (38) wahai Yang tiada tempat pelarian kecuali kepada-Nya, wahai Yang tiada tempat bernaung kecuali pada-Nya, wahai Yang tiada tujuan kecuali kepada-Nya, wahai

Yang tiada tempat menyelamatkan diri kecuali kepada-Nya, wahai Yang tiada didambakan kecuali Ia, wahai Yang tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan)-Nya, wahai Yang tiada dapat dimintai pertolongan kecuali Ia, wahai Yang tiada dapat dipasrahkan kecuali kepada-Nya, wahai Yang tiada dapat diharapkan kecuali Ia, wahai Yang tiada layak disembah kecuali Ia

 

(۳۹)يَا خَيْرَ الْمَرْهُوبِيْنَ، يَا خَيْرَ الْمَرْغُوبِيْنَ، يَا خَيْرَ الْمَطْلُوبِيْنَ، يَا خَيْرَ الْمَسْؤُوْلِيْنَ، يَا خَيْرَ الْمَقْصُوْدِيْنَ، يَا خَيْرَ الْمَذْكُوْرِيْنَ، يَا خَيْرَ الْمَشْكُوْرِيْنَ، يَا خَيْرَ الْمَحْبُوْبِيْنَ، يَا خَيْرَ الْمَدْعُوِّيْنَ، يَا خَيْرَ الْمُسْتَأْنِسِيْنَ،

 (39) Wahai Sebaik-baik yang dapat ditakuti, wahai Sebaik-baik yang dapat didambakan, wahai Sebaik-baik yang dapat diminta, wahai Sebaik-baik yang dapat dimohon, wahai Sebaik-baik yang dapat dituju, wahai Sebaik-baik yang dapat disebut, wahai Sebaik-baik yang dapat disyukuri, wahai Sebaik-baik yang dapat dicintai, wahai Sebaik-baik yang dapat diseru, wahai Sebaik-baik yang dapat memberi ketenangan

 

(۴۰) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا غَافِرُ يَا سَاتِرُ، يَا قَادِرُ يَا قَاهِرُ، يَا فَاطِرُ يَا كَاسِرُ، يَا جَابِرُ يَا ذَاكِرُ، يَا نَاظِرُ يَا نَاصِرُ،

(40) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang Maha Pengampun, wahai Yang Maha Menutupi (aib), wahai Yang Mahamampu, wahai Yang Mahaperkasa, wahai Yang Maha Pencipta, wahai Yang Maha Penghancur (tulang-belulang), wahai Yang Maha Menambal (tulang-belulang yang telah hancur), wahai Yang Maha Pengingat, wahai Yang Maha Mengawasi, wahai Yang Maha Penolong 

 

 (۴۱) يَا مَنْ خَلَقَ فَسَوَّى، يَا مَنْ قَدَّرَ فَهَدَى، يَا مَنْ يَكْشِفُ الْبَلْوَى، يَا مَنْ يَسْمَعُ النَّجْوَى، يَا مَنْ يُنْقِذُ الْغَرْقَى، يَا مَنْ يُنْجِي الْهَلْكَى، يَا مَنْ يَشْفِيْ الْمَرْضَى، يَا مَنْ أَضْحَكَ وَ

أَبْكَى، يَا مَنْ أَمَاتَ وَ أَحْيَى، يَا مَنْ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَ اْلأُنْثَى،

 (41) Wahai Yang menciptakan lalu menyempurnakan, wahai Yang menentukan lalu memberi petunjuk, wahai Yang menghilangkan petaka, wahai Yang mendengar rintihan, wahai Yang menyelamatkan mereka yang tenggelam, wahai Yang menyelamatkan mereka yang celaka, wahai Yang menyembuhkan mereka yang sakit, wahai Yang membuat orang tertawa dan menangis, wahai Yang mematikan dan menghidupkan, wahai Yang menciptakan satu pasangan, lelaki dan wanita

 

 (۴۲) يَا مَنْ فِيْ الْبَرِّ وَ الْبَحْرِ سَبِيْلُهُ، يَا مَنْ فِيْ اْلآفَاقِ آيَاتُهُ، يَا مَنْ فِيْ اْلآيَاتِ بُرْهَانُهُ، يَا مَنْ فِيْ الْمَمَاتِ قُدْرَتُهُ، يَا مَنْ فِيْ الْقُبُوْرِ عِبْرَتُهُ، يَا مَنْ فِيْ الْقِيَامَةِ مُلْكُهُ، يَا مَنْ فِيْ الْحِسَابِ هَيْبَتُهُ، يَا مَنْ فِيْ الْمِيْزَانِ قَضَاؤُهُ، يَا مَنْ فِيْ الْجَنَّةِ ثَوَابُهُ، يَا مَنْ فِيْ النَّارِ عِقَابُهُ،

(42) Wahai Yang di daratan dan lautan  jalan (menuju)-Nya, wahai Yang di alam semesta tanda-tanda (kebesaran)-Nya, wahai Yang di dalam tanda-tanda (kebesaran)-Nya petunjuk-Nya, wahai Yang dalam dalam kematian (tampak) kekuasaan-Nya, wahai Yang di dalam kubur pelajaran (berharga bagi makhluk)-Nya, wahai Yang di Hari Kiamat kerajaan-Nya, wahai Yang di Hari Hisab kewibawaan-Nya, wahai Yang di hari Timbangan (amal tampak) keputusan-Nya, wahai Yang di dalam surga pahala-Nya, wahai Yang di dalam neraka siksa-Nya

 

 (۴۳) يَا مَنْ إِلَيْهِ يَهْرُبُ الْخَائِفُوْنَ، يَا مَنْ إِلَيْهِ يَفْزَعُ الْمُذْنِبُوْنَ، يَا مَنْ إِلَيْهِ يَقْصِدُ الْمُنِيْبُوْنَ، يَا مَنْ إِلَيْهِ يَرْغَبُ الزَّاهِدُوْنَ، يَا مَنْ إِلَيْهِ يَلْجَأُ الْمُتَحَيِّرُوْنَ، يَا مَنْ بِهِ يَسْتَأْنِسُ الْمُرِيْدُوْنَ، يَا مَنْ بِهِ يَفْتَخِرُ الْمُحِبُّوْنَ، يَا مَنْ فِيْ عَفْوِهِ يَطْمَعُ الْخَاطِئُوْنَ، يَا مَنْ إِلَيْهِ يَسْكُنُ الْمُوْقِنُوْنَ، يَا مَنْ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُوْنَ،

 (43) Wahai Yang ke haribaan-Nya berlari orang-orang yang takut, wahai Yang kepada-Nya merasa takut orang-orang yang berdosa, wahai Yang kepada-Nya menuju orang-orang yang bertaubat, wahai Yang kepada-Nya mendamba orang-orang yang zuhud, wahai Yang kepada-Nya berlindung orang-orang yang kebingungan, wahai Yang dengan-Nya merasa tenteram orang-orang yang rindu, wahai Yang dengan-Nya berbangga orang-orang yang mencintai(-Nya), wahai Yang maaf-Nya diharapkan oleh orang-orang yang bersalah, wahai Yang dengan-Nya orang-orang yang yakin merasa tenteram, wahai Yang kepada-Nya orang-orang bertawakal berpasrah diri

 (۴۴) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا حَبِيْبُ يَا طَبِيْبُ، يَا قَرِيْبُ يَا رَقِيْبُ، يَا حَسِيْبُ يَا مَهِيْبُ (مُهِيبُ)، يَا مُثِيْبُ يَا مُجِيْبُ، يَا خَبِيْرُ يَا بَصِيْرُ،

 (44) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Kekasih, wahai Penyembuh, wahai Yang Dekat, wahai Yang Mengawasi, wahai Yang Menghitung, wahai Yang Berwibawa, wahai Yang memberi pahala, wahai Pengabul (doa), wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Melihat

 

 (۴۵) يَا أَقْرَبَ مِنْ كُلِّ قَرِيْبٍ، يَا أَحَبَّ مِنْ كُلِّ حَبِيْبٍ، يَا أَبْصَرَ مِنْ كُلِّ بَصِيْرٍ، يَا أَخْبَرَ مِنْ كُلِّ خَبِيْرٍ، يَا أَشْرَفَ مِنْ كُلِّ شَرِيْفٍ، يَا أَرْفَعَ مِنْ كُلِّ رَفِيْعٍ يَا أَقْوَى مِنْ كُلِّ قَوِيٍّ، يَا أَغْنَى مِنْ كُلِّ غَنِيٍّ، يَا أَجْوَدَ مِنْ كُلِّ جَوَادٍ، يَا أَرْأَفَ مِنْ كُلِّ رَؤُوْفٍ،

 (45) Wahai Yang lebih dekat dari setiap yang dekat, wahai Yang lebih pengasih dari setiap pengasih, wahai Yang lebih melihat dari setiap yang melihat, wahai Yang lebih tahu dari yang mengetahui, wahai Yang lebih mulia dari setiap yang mulia, wahai Yang lebih tinggi dari setiap yang tinggi, wahai Yang lebih kuat dari setiap yang kuat, wahai Yang lebih kaya dari setiap yang kaya, wahai Yang lebih dermawan dari setiap yang dermawan, wahai Yang lebih penyayang dari setiap penyayang 

 

 (۴۶) يَا غَالِبًا غَيْرَ مَغْلُوْبٍ، يَا صَانِعًا غَيْرَ مَصْنُوْعٍ، يَا خَالِقًا غَيْرَ مَخْلُوْقٍ، يَا مَالِكًا غَيْرَ مَمْلُوْكٍ، يَا قَاهِرًا غَيْرَ مَقْهُوْرٍ، يَا رَافِعًا غَيْرَ مَرْفُوْعٍ، يَا حَافِظًا غَيْرَ مَحْفُوْظٍ، يَا نَاصِرًا غَيْرَ مَنْصُوْرٍ، يَا شَاهِدًا غَيْرَ غَائِبٍ، يَا قَرِيْبًا غَيْرَ بَعِيْدٍ،

 (46) Wahai Yang selalu menang tak terkalahkan, wahai Yang membuat tak terbuat, wahai Yang menciptakan tak terciptakan, wahai Yang memiliki tak termiliki, wahai Yang menguasai tak terkuasai, wahai Yang Mahatinggi tak ada yang melebihi, wahai Yang menjaga tak memerlukan penjagaan, wahai Yang menolong tak perlu pertolongan, wahai Yang nyata tidak gaib, wahai Yang dekat tidak jauh

 

 (۴۷) يَا نُوْرَ النُّوْرِ، يَا مُنَوِّرَ النُّوْرِ، يَا خَالِقَ النُّوْرِ، يَا مُدَبِّرَ النُّوْرِ، يَا مُقَدِّرَ النُّوْرِ، يَا نُوْرَ كُلِّ نُوْرٍ، يَا نُوْرًا قَبْلَ كُلِّ نُوْرٍ، يَا نُوْرًا بَعْدَ كُلِّ نُوْرٍ، يَا نُوْرًا فَوْقَ كُلِّ نُوْرٍ، يَا نُوْرًا لَيْسَ كَمِثْلِهِ نُوْرٌ،

(47) Wahai Cahaya bagi segala cahaya, wahai Pemberi cahaya bagi  segala cahaya, wahai Pencipta segala cahaya, wahai Pengatur segala cahaya, wahai Penentu segala cahaya, wahai Cahaya bagi setiap cahaya, wahai Cahaya sebelum setiap cahaya, wahai Cahaya setelah setiap cahaya, wahai Cahaya di atas setiap cahaya, wahai Cahaya yang tidak diserupai oleh cahaya mana pun,

 

 (۴۸) يَا مَنْ عَطَاؤُهُ شَرِيْفٌ، يَا مَنْ فِعْلُهُ لَطِيْفٌ، يَا مَنْ لُطْفُهُ مُقِيْمٌ، يَا مَنْ إِحْسَانُهُ قَدِيْمٌ، يَا مَنْ قَوْلُهُ حَقٌّ، يَا مَنْ وَعْدُهُ صِدْقٌ، يَا مَنْ عَفْوُهُ فَضْلٌ، يَا مَنْ عَذَابُهُ عَدْلٌ، يَا مَنْ ذِكْرُهُ حُلْوٌ، يَا مَنْ فَضْلُهُ عَمِيْمٌ،

(48) Wahai Yang pemberian-Nya mulia, wahai Yang perbuatan-Nya lembut, wahai Yang kelembutan-Nya tak ‘kan berubah, wahai Yang kebaikan-Nya terdahulu, wahai Yang firman-Nya benar, wahai Yang janji-Nya selalu tepat, wahai Yang maaf-Nya keutamaan, wahai Yang siksa-Nya keadilan, wahai Yang menyebut-Nya menyenangkan, wahai Yang karunia-Nya menyeluruh 

 

 (۴۹) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا مُسَهِّلُ يَا مُفَصِّلُ، يَا مُبَدِّلُ يَا مُذَلِّلُ، يَا مُنَزِّلُ يَا مُنَوِّلُ، يَا مُفْضِلُ يَا مُجْزِلُ، يَا مُمْهِلُ يَا مُجْمِلُ،

 (49) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang memudahkan (setiap perkara), wahai Yang merinci, wahai Yang mengganti, wahai Yang menghinakan, wahai Yang menurunkan, wahai Yang melimpahkan (anugerah), wahai Yang Maha Dermawan, wahai Yang mencurahkan (rahmat), wahai Yang memberi kesempatan, wahai Yang memberi keindahan

 

 (۵۰) يَا مَنْ يَرَى وَ لاَ يُرَى، يَا مَنْ يَخْلُقُ وَ لاَ يُخْلَقُ، يَا مَنْ يَهْدِيْ وَ لاَ يُهْدَى، يَا مَنْ يُحْيِيْ وَ لاَ يُحْيَى، يَا مَنْ يَسْأَلُ وَ لاَ يُسْأَلُ، يَا مَنْ يُطْعِمُ وَ لاَ يُطْعَمُ، يَا مَنْ يُجِيْرُ وَ لاَ يُجَارُ عَلَيْهِ، يَا مَنْ يَقْضِيْ وَ لاَ يُقْضَى عَلَيْهِ، يَا مَنْ يَحْكُمُ وَ لاَ يُحْكَمُ عَلَيْهِ، يَا مَنْ لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُولَدْ وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ،

50) Wahai Yang melihat dan tak dilihat, wahai Yang menciptakan dan tak dicipta, wahai Yang memberi petunjuk dan tidak diberi petunjuk, wahai Yang menghidupkan dan tidak dihidupkan, wahai Yang menanyai dan tidak ditanyakan, wahai Yang memberi makan dan tidak diberi makan, wahai Yang memberi perlindungan dan tidak diberi perlindungan, wahai Yang menentukan dan tidak ditentukan, wahai yang memutuskan dan tidak diputuskan, wahai Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan serta tidak seorang pun yang menyamai-nya, 

 

 (۵۱) يَا نِعْمَ الْحَسِيْبُ، يَا نِعْمَ الطَّبِيْبُ، يَا نِعْمَ الرَّقِيْبُ، يَا نِعْمَ الْقَرِيْبُ، يَا نِعْمَ الْمُجِيْبُ، يَا نِعْمَ الْحَبِيْبُ، يَا نِعْمَ الْكَفِيْلُ، يَا نِعْمَ الْوَكِيْلُ، يَا نِعْمَ الْمَوْلَى، يَا نِعْمَ النَّصِيْرُ،

 (51) Wahai Sebaik-baik penghitung (amalan), wahai Sebaik-baik penyembuh, wahai Sebaik-baik pengawas, wahai Sebaik-baik yang dekat, wahai Sebaik-baik pengabul (doa), wahai Sebaik-baik kekasih, wahai Sebaik-baik penjamin, wahai Sebaik-baik penanggung, wahai Sebaik-baik pemimpin, wahai Sebaik-baik penolong

 

 (۵۲) يَا سُرُوْرَ الْعَارِفِيْنَ، يَا مُنَى الْمُحِبِّيْنَ، يَا أَنِيْسَ الْمُرِيْدِيْنَ، يَا حَبِيْبَ التَّوَّابِيْنَ، يَا رَازِقَ الْمُقِلِّيْنَ، يَا رَجَاءَ الْمُذْنِبِيْنَ، يَا قُرَّةَ عَيْنِ الْعَابِدِيْنَ، يَا مُنَفِّسَ عَنِ الْمَكْرُوْبِيْنَ، يَا مُفَرِّجَ عَنِ الْمَغْمُوْمِيْنَ، يَا إِلَهَ اْلأَوَّلِيْنَ وَ اْلآخِرِيْنَ،

 (52) Wahai Hiburan para arif, wahai Harapan para pecinta, wahai Pujaan para pencari, wahai Kekasih para ahli taubat, wahai Pemberi rezeki orang fakir, wahai Harapan  para pendosa, wahai Permata hati para ahli ibadah, wahai Pelepas derita orang-orang yang dilanda derita, wahai Penyirna kesusahan orang-orang yang dilanda kesusahan, wahai Tuhan orang-orang dahulu dan kemudian,

 

(۵۳) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا رَبَّنَا يَا إِلَهَنَا، يَا سَيِّدَنَا يَا مَوْلانَا، يَا نَاصِرَنَا يَا حَافِظَنَا، يَا دَلِيْلَنَا يَا مُعِيْنَنَا، يَا حَبِيْبَنَا يَا طَبِيْبَنَا،

 (53) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Tuhan kami, wahai Sembahan kami, wahai Tuan kami, wahai Junjungan kami, wahai Penolong kami, wahai Penjaga kami, wahai Penunjuk jalan kami, wahai Yang membantu kami, wahai Kekasih kami, wahai Penyembuh kami, 

 

 (۵۴) يَا رَبَّ النَّبِيِّيْنَ وَ اْلأَبْرَارِ، يَا رَبَّ الصِّدِّيْقِيْنَ وَ اْلأَخْيَارِ، يَا رَبَّ الْجَنَّةِ وَ النَّارِ، يَا رَبَّ الصِّغَارِ وَ الْكِبَارِ، يَا رَبَّ الْحُبُوْبِ وَ الثِّمَارِ، يَا رَبَّ اْلأَنْهَارِ وَ اْلأَشْجَارِ، يَا رَبَّ الصَّحَارِيْ وَ الْقِفَارِ، يَا رَبَّ الْبَرَارِيْ وَ الْبِحَارِ، يَا رَبَّ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ، يَا رَبَّ اْلأَعْلاَنِ وَ اْلأَسْرَارِ،

 (54) Wahai Tuhan para nabi dan orang-orang bijak, wahai Tuhan orang-orang yang benar dan orang-orang yang terpilih, wahai Tuhan surga dan neraka, wahai Tuhan bagi anak kecil dan orang dewasa, wahai Tuhan bebijian dan buah-buahan, wahai Tuhan (Pencipta) sungai dan  pepohonan, wahai Tuhan tanah lapang dan gurun, wahai Tuhan (Pemilik) daratan dan lautan, wahai Tuhan (Pencipta) malam dan siang, wahai Tuhan segala yang tampak dan tersembunyi, 

 

 (۵۵) يَا مَنْ نَفَذَ فِيْ كُلِّ شَيْئٍ أَمْرُهُ، يَا مَنْ لَحِقَ بِكُلِّ شَيْئٍ عِلْمُهُ، يَا مَنْ بَلَغَتْ إِلَى كُلِّ شَيْئٍ قُدْرَتُهُ، يَا مَنْ لاَ تُحْصِي الْعِبَادُ نِعَمَهُ، يَا مَنْ لاَ تَبْلُغُ الْخَلاَئِقُ شُكْرَهُ، يَا مَنْ لاَ تُدْرِكُ اْلأَفْهَامُ جَلاَلَهُ، يَا مَنْ لاَ تَنَالُ اْلأَوْهَامُ كُنْهَهُ، يَا مَنِ الْعَظَمَةُ وَ الْكِبْرِيَاءُ رِدَاؤُهُ، يَا مَنْ لاَ تَرُدُّ الْعِبَادُ قَضَاءَهُ، يَا مَنْ لاَ مُلْكَ إِلاَّ مُلْكُهُ، يَا مَنْ لاَ عَطَاءَ إِلاَّ عَطَاؤُهُ،

 (55) Wahai Yang seluruh perintah-Nya selalu terlaksana dalam segala sesuatu, wahai Yang ilmu-Nya selalu meliputi segala sesuatu, wahai Yang kekuasaan-Nya meliputi

segala sesuatu, wahai Yang para hamba tak mampu menghitung karunia-karunia-Nya, wahai Yang para makhluk tidak mampu mensyukuri-Nya, wahai Yang semua pemahaman tidak mampu menjangkau keagungan-Nya, wahai Yang semua khayalan tidak mampu mencapai hakikat-Nya, wahai Yang keagungan dan kebesaran adalah pakaian-Nya, wahai Yang para hamba tidak mampu menolak ketentuan-Nya, wahai Yang tiada kerajaan kecuali kerajaan-Nya, wahai Yang tiada anugerah kecuali anugerah-Nya,

 

 (۵۶) يَا مَنْ لَهُ الْمَثَلُ اْلأَعْلَى، يَا مَنْ لَهُ الصِّفَاتُ الْعُلْيَا، يَا مَنْ لَهُ اْلآخِرَةُ وَ اْلأُوْلَى، يَا مَنْ لَهُ الْجَنَّةُ الْمَأْوَى، يَا مَنْ لَهُ اْلآيَاتُ الْكُبْرَى، يَا مَنْ لَهُ اْلأَسْمَاءُ الْحُسْنَى، يَا مَنْ لَهُ الْحُكْمُ وَ الْقَضَاءُ، يَا مَنْ لَهُ الْهَوَاءُ وَ الْفَضَاءُ، يَا مَنْ لَهُ الْعَرْشُ وَ الثَّرَى، يَا مَنْ لَهُ السَّمَاوَاتُ الْعُلَى،

 (56) Wahai Yang bagi-Nya seluruh perumpamaan yang paling sempurna, wahai Yang

bagi-Nya seluruh sifat yang paling agung, wahai Yang bagi-Nya alam akhirat dan dunia, wahai Yang bagi-Nya surga tempat kembali (yang abadi), wahai Yang bagi-Nya seluruh ayat yang maha besar, wahai Yang bagi-Nya asma yang baik, wahai Yang bagi-Nya hukum dan ketentuan, wahai Yang bagi-Nya seluruh udara dan ruang (dunia tak berbatas ini), wahai Yang bagi-Nya Arasy dan bumi, wahai Yang bagi-Nya seluruh langit yang (menjulang) tinggi

 

 (۵۷) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا عَفُوُّ يَا غَفُوْرُ، يَا صَبُوْرُ يَا شَكُوْرُ، يَا رَؤُوْفُ يَا عَطُوْفُ، يَا مَسْؤُوْلُ يَا وَدُوْدُ، يَا سُبُّوْحُ يَا قُدُّوْسُ،

(57) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang Maha Pemaaf, wahai Yang Maha Pengampun, wahai Yang Mahasabar, wahai Yang Maha Bersyukur, wahai Yang Maha Menyayangi, wahai Yang Maha Pengasih, wahai Yang layak diminta, wahai Yang Mahakasih, wahai Yang MahasSuci, wahai Yang Mahakudus

 

 (۵۸) يَا مَنْ فِيْ السَّمَاءِ عَظَمَتُهُ، يَا مَنْ فِيْ اْلأَرْضِ آيَاتُهُ، يَا مَنْ فِيْ كُلِّ شَيْئٍ دَلاَئِلُهُ، يَا مَنْ فِيْ الْبِحَارِ عَجَائِبُهُ، يَا مَنْ فِيْ الْجِبَالِ خَزَائِنُهُ، يَا مَنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهُ، يَا مَنْ إِلَيْهِ يَرْجِعُ اْلأَمْرُ كُلُّهُ، يَا مَنْ أَظْهَرَ فِيْ كُلِّ شَيْئٍ لُطْفَهُ، يَا مَنْ أَحْسَنَ كُلَّ شَيْئٍ خَلَقَهُ، يَا مَنْ تَصَرَّفَ فِيْ الْخَلاَئِقِ قُدْرَتُهُ،

 (58) Wahai Yang di langit keagungan-Nya, wahai Yang di bumi tanda-tanda (kekuasaan)-Nya, wahai Yang di dalam segala sesuatu bukti-bukti (keberadaan)-Nya, wahai Yang di lautan segala keajaiban-Nya, wahai Yang di gunung-gunung simpanan-Nya, wahai Yang memulai (penciptaan) makhluk dan mengembalikannya, wahai Yang kepada-Nya seluruh urusan akan kembali, wahai Yang di dalam segala sesuatu menampakkan kelembutan-Nya, wahai Yang telah memperindah penciptaan segala sesuatu, wahai Yang kekuasaan-Nya meliputi semua makhluk

 

 (۵۹) يَا حَبِيْبَ مَنْ لاَ حَبِيْبَ لَهُ، يَا طَبِيْبَ مَنْ لاَ طَبِيبَ لَهُ، يَا مُجِيْبَ مَنْ لاَ مُجِيْبَ لَهُ، يَا شَفِيْقَ مَنْ لاَ شَفِيْقَ لَهُ، يَا رَفِيْقَ مَنْ لاَ رَفِيْقَ لَهُ، يَا مُغِيْثَ مَنْ لاَ مُغِيْثَ لَهُ، يَا دَلِيْلَ مَنْ لاَ دَلِيْلَ لَهُ، يَا أَنِيْسَ مَنْ لاَ أَنِيْسَ لَهُ، يَا رَاحِمَ مَنْ لاَ رَاحِمَ لَهُ، يَا صَاحِبَ مَنْ لاَ صَاحِبَ لَهُ،

 (59) Wahai Kekasih bagi yang tidak memiliki kekasih, wahai Penyembuh bagi yang tidak memiliki penyembuh, wahai Pengabul (doa) bagi yang tidak memiliki pengabul (doa), wahai Penyayang bagi yang tidak memiliki penyayang, wahai Teman Sejati bagi yang tidak memiliki teman sejati, wahai Penolong bagi yang tidak memiliki penolong, wahai Pemberi (petunjuk) bagi yang tidak memiliki pemberi (petunjuk), wahai Pemberi ketenteraman bagi yang tidak memiliki pemberi ketentraman, wahai Pengasih bagi yang tidak memiliki pengasih, wahai Sahabat bagi yang tidak memiliki sahabat,

 

 (۶۰) يَا كَافِيَ مَنِ اسْتَكْفَاهُ، يَا هَادِيَ مَنِ اسْتَهْدَاهُ، يَا كَالِيَ مَنِ اسْتَكْلاَهُ، يَا رَاعِيَ مَنِ اسْتَرْعَاهُ، يَا شَافِيَ مَنِ اسْتَشْفَاهُ، يَا قَاضِيَ مَنِ اسْتَقْضَاهُ، يَا مُغْنِيَ مَنِ اسْتَغْنَاهُ، يَا مُوفِيَ مَنِ اسْتَوْفَاهُ، يَا مُقَوِّيَ مَنِ اسْتَقْوَاهُ، يَا وَلِيَّ مَنِ اسْتَوْلاهُ،

 

 (60) wahai Pemberi kecukupan bagi yang meminta kecukupan dari-Nya, wahai Pemberi petunjuk bagi yang meminta petunjuk-Nya, wahai Penjaga bagi yang meminta penjagaan-Nya, wahai Pemelihara bagi yang meminta pemeliharaan-Nya, wahai Penyembuh bagi yang meminta kesembuhan dari-Nya, wahai Penentu keputusan bagi yang membutuhkan keputusan-Nya, wahai Pemberi kekayaan bagi yang meminta kekayaan dari-Nya, wahai Penepat janji bagi yang menuntut-Nya, wahai Penganugerah kekuatan bagi yang meminta kekuatan dari-Nya, wahai Pemimpin bagi yang meminta kepemimpinan dari-Nya

 

 (۶۱) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا خَالِقُ يَا رَازِقُ، يَا نَاطِقُ يَا صَادِقُ، يَا فَالِقُ يَا فَارِقُ، يَا فَاتِقُ يَا رَاتِقُ، يَا سَابِقُ (فَائِقُ) يَا سَامِقُ،

 (61) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Pencipta, wahai Pemberi rezeki, wahai Yang Maha Berbicara, wahai Yang Mahabenar, wahai Pembelah (biji-bijian), wahai Pemisah, wahai Pembuka (pintu-pintu tertutup), wahai Yang memperbaiki, wahai Yang Mahatinggi, 

 

 (۶۲) يَا مَنْ يُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَ النَّهَارَ، يَا مَنْ جَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَ اْلأَنْوَارَ، يَا مَنْ خَلَقَ الظِّلَّ وَ الْحَرُوْرَ، يَا مَنْ سَخَّرَ الشَّمْسَ وَ الْقَمَرَ، يَا مَنْ قَدَّرَ الْخَيْرَ وَ الشَّرَّ، يَا مَنْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَ الْحَيَاةَ، يَا مَنْ لَهُ الْخَلْقُ وَ اْلأَمْرُ، يَا مَنْ لَمْ يَتَّخِذْ صَاحِبَةً وَ لاَ وَلَدًا، يَا مَنْ لَيْسَ لَهُ شَرِيْكٌ فِي الْمُلْكِ، يَا مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ،

 (62) wahai Yang mengubah siang dan malam, wahai Yang menjadikan kegelapan dan cahaya, wahai Yang menciptakan naungan dan terik panas, wahai Yang menundukkan matahari dan bulan, wahai Yang menentukan kebaikan dan kejelekan, wahai Yang menciptakan kematian dan kehidupan, wahai Yang bagi-Nya penciptaan dan segala urusan, wahai Yang tidak memiliki pasangan dan keturunan, wahai Yang tidak memiliki sekutu dalam kerajaan-Nya, wahai Yang tidak memiliki penolong (untuk menyelamatkan-Nya) dari kehinaan

 

 (۶۳) يَا مَنْ يَعْلَمُ مُرَادَ الْمُرِيْدِيْنَ، يَا مَنْ يَعْلَمُ ضَمِيْرَ الصَّامِتِيْنَ، يَا مَنْ يَسْمَعُ أَنِيْنَ الْوَاهِنِيْنَ، يَا مَنْ يَرَى بُكَاءَ الْخَائِفِيْنَ، يَا مَنْ يَمْلِكُ حَوَائِجَ السَّائِلِيْنَ، يَا مَنْ يَقْبَلُ عُذْرَ التَّائِبِيْنَ، يَا مَنْ لاَ يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِيْنَ، يَا مَنْ لاَ يُضِيْعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ، يَا مَنْ لاَ يَبْعُدُ عَنْ قُلُوْبِ الْعَارِفِيْنَ، يَا أَجْوَدَ اْلأَجْوَدِيْنَ،

 (63) Wahai Yang mengetahui kehendak semua orang yang berkehendak, wahai Yang mengetahui (isi) hati orang-orang yang diam, wahai Yang mendengar rintihan orang-orang yang lemah, wahai Yang melihat tangisan orang-orang yang takut, wahai Yang menjamin kebutuhan orang-orang yang meminta, wahai Yang menerima alasan

orang-orang yang bertaubat, wahai Yang memperbaiki tindakan orang-orang yang membuat kerusakan, wahai Yang tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan, wahai Yang tidak jauh dari kalbu para arif (‘ârif), wahai Yang lebih dermawan dari mereka yang dermawan,

 

 (۶۴) يَا دَائِمَ الْبَقَاءِ، يَا سَامِعَ الدُّعَاءِ، يَا وَاسِعَ الْعَطَاءِ، يَا غَافِرَ الْخَطَإِ، يَا بَدِيْعَ السَّمَاءِ، يَا حَسَنَ الْبَلاَءِ، يَا جَمِيْلَ الثَّنَاءِ، يَا قَدِيْمَ السَّنَاءِ، يَا كَثِيْرَ الْوَفَاءِ، يَا شَرِيْفَ الْجَزَاءِ،

 (64) Wahai Yang keabadian-Nya kekal, wahai Yang mendengarkan setiap doa, wahai Yang luas pemberian-Nya, wahai Yang mengampuni setiap kesalahan, wahai Yang menciptakan langit, wahai Yang setiap cobaan-Nya baik, wahai Yang pujian-Nya indah, wahai Yang keagungan-Nya terdahulu, wahai Yang memenuhi janji, wahai Yang mulia balasan-Nya,

 

 (۶۵) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا سَتَّارُ يَا غَفَّارُ، يَا قَهَّارُ يَا جَبَّارُ، يَا صَبَّارُ يَا بَارُّ، يَا مُخْتَارُ يَا فَتَّاحُ، يَا نَفَّاحُ يَا مُرْتَاحُ،

(65) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Penutup (aib), wahai Pengampun (dosa), wahai Yang Mahaperkasa, wahai Yang Mahakuasa, wahai Yang Mahasabar, wahai Yang selalu berbuat baik, wahai Yang Maha Memilih, wahai Yang Maha Pembuka, wahai Pemberi karunia, wahai Yang Maha Penghibur

 

 (۶۶) يَا مَنْ خَلَقَنِيْ وَ سَوَّانِيْ، يَا مَنْ رَزَقَنِيْ وَ رَبَّانِيْ، يَا مَنْ أَطْعَمَنِيْ وَ سَقَانِيْ، يَا مَنْ قَرَّبَنِيْ وَ أَدْنَانِيْ، يَا مَنْ عَصَمَنِيْ وَ كَفَانِيْ، يَا مَنْ حَفِظَنِيْ وَ كَلاَنِي، يَا مَنْ أَعَزَّنِيْ وَ أَغْنَانِيْ، يَا مَنْ وَفَّقَنِيْ وَ هَدَانِيْ، يَا مَنْ آنَسَنِيْ وَ آوَانِيْ، يَا مَنْ أَمَاتَنِيْ وَ أَحْيَانِيْ،

 (66) Wahai Yang telah menciptakan dan menyempurnakanku, wahai Yang telah memberiku rezeki dan mendidikku, wahai Yang telah memberiku makan dan minum, wahai Yang telah mendekatkan diriku dan menghampiriku, wahai Yang telah melindungi dan mencukupiku, wahai Yang telah memelihara dan menanggungku, wahai  Yang telah memuliakan dan memberiku kekayaan, wahai Yang telah memberiku taufik dan petunjuk, wahai Yang telah menenteramkan dan melindungiku, wahai Yang telah mematikan dan menghidupkanku

 

(۶۷) يَا مَنْ يُحِقُّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ، يَا مَنْ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ، يَا مَنْ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَ قَلْبِهِ، يَا مَنْ لاَ تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، يَا مَنْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ، يَا مَنْ لاَ مُعَقِّبَ لِحُكْمِهِ، يَا مَنْ لاَ رَادَّ لِقَضَائِهِ، يَا مَنِ انْقَادَ كُلُّ شَيْئٍ ِلأَمْرِهِ، يَا مَنِ السَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِيْنِهِ، يَا مَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ،

(67) Wahai Yang menetapkan kebenaran dengan kalimat-kalimat-Nya, wahai Yang menerima taubat para hamba-Nya, wahai Yang menjembatani antara manusia dan hatinya, wahai Yang syafaat tidak diberikan kecuali dengan seizin-Nya, wahai Yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya, wahai Yang tak seorang pun mampu menunda hukum (baca: keputusan)-Nya, wahai Yang tak seorang pun mampu menolak ketentuan-Nya, wahai Yang segala sesuatu tunduk kepada perintah-Nya, wahai Yang seluruh langit tergabungkan karena kekuasaan-Nya, wahai Yang meniupkan angin sebagai kabar gembira atas rahmat-Nya 

 

 (۶۸) يَا مَنْ جَعَلَ اْلأَرْضَ مِهَادًا، يَا مَنْ جَعَلَ الْجِبَالَ أَوْتَادًا، يَا مَنْ جَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا، يَا مَنْ جَعَلَ الْقَمَرَ نُوْرًا، يَا مَنْ جَعَلَ اللَّيْلَ لِبَاسًا، يَا مَنْ جَعَلَ النَّهَارَ مَعَاشًا، يَا مَنْ جَعَلَ النَّوْمَ سُبَاتًا، يَا مَنْ جَعَلَ السَّمَاءَ بِنَاءً، يَا مَنْ جَعَلَ اْلأَشْيَاءَ أَزْوَاجًا، يَا مَنْ جَعَلَ النَّارَ مِرْصَادًا،

 (68) Wahai Yang menjadikan bumi terhampar luas, wahai Yang menjadikan gunung sebagai tiang (penonggak bumi), wahai Yang menjadikan matahari sebagai penerang, wahai Yang menjadikan bulan sebagai cahaya, wahai Yang menjadikan malam sebagai pakaian, wahai Yang menjadikan siang sebagai waktu mencari penghidupan, wahai Yang menjadikan tidur sebagai istirahat, wahai Yang menjadikan langit sebagai bangunan (megah), wahai Yang menjadikan segala sesuatu berpasang-pasangan, wahai Yang menjadikan api (neraka) menunggu (kedatangan orang-orang kafir),

 

(۶۹) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا سَمِيْعُ يَا شَفِيْعُ، يَا رَفِيْعُ يَا مَنِيْعُ، يَا سَرِيْعُ يَا بَدِيْعُ، يَا كَبِيْرُ يَا قَدِيْرُ، يَا خَبِيْرُ (مُنِيْرُ) يَا مُجِيْرُ،

(69) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-mu, wahai Yang Maha Mendengar, wahai Pemberi syafaat, wahai Yang Mahatinggi, wahai Yang Mahategar, wahai Yang Mahacepat, wahai Yang Maha Pencipta, wahai Yang Mahabesar wahai Yang Mahakuasa, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha melindungi

 

 (۷۰) يَا حَيًّا قَبْلَ كُلِّ حَيٍّ، يَا حَيًّا بَعْدَ كُلِّ حَيٍّ، يَا حَيُّ الَّذِيْ لَيْسَ كَمِثْلِهِ حَيٌّ، يَا حَيُّ الَّذِيْ لاَ يُشَارِكُهُ حَيٌّ، يَا حَيُّ الَّذِيْ لاَ يَحْتَاجُ إِلَى حَيٍّ، يَا حَيُّ الَّذِيْ يُمِيْتُ كُلَّ حَيٍّ، يَا حَيُّ الَّذِيْ يَرْزُقُ كُلَّ حَيٍّ، يَا حَيًّا لَمْ يَرِثِ الْحَيَاةَ مِنْ حَيٍّ، يَا حَيُّ الَّذِيْ يُحْيِي الْمَوْتَى، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَ لاَ نَوْمٌ،

 (70) Wahai Yang Mahahidup sebelum segala yang hidup, wahai Yang Mahahidup setelah segala yang hidup, wahai Mahahidup yang tiada (makhluk) hidup (mana pun) yang menyerupai-Nya, wahai Mahahidup yang tiada (makhluk) hidup (mana pun) yang mampu menyekutui-Nya, wahai Mahahidup yang tidak butuh kepada makhluk (selain-Nya), wahai Mahahidup yang mematikan setiap yang hidup, wahai Mahahidup yang memberikan rezeki kepada setiap yang hidup, wahai Mahahidup yang tidak mewarisi kehidupan dari makhluk hidup (selain-Nya), wahai Mahahidup yang menghidupkan semua orang yang sudah mati, wahai Yang Mahahidup, wahai Yang Berdiri Sendiri (yang) tak pernah mengantuk dan tertidur

 

 (۷۱) يَا مَنْ لَهُ ذِكْرٌ لاَ يُنْسَى، يَا مَنْ لَهُ نُوْرٌ لاَ يُطْفَى، يَا مَنْ لَهُ نِعَمٌ لاَ تُعَدُّ، يَا مَنْ لَهُ مُلْكٌ لا يَزُوْلُ، يَا مَنْ لَهُ ثَنَاءٌ لاَ يُحْصَى، يَا مَنْ لَهُ جَلاَلٌ لاَ يُكَيَّفُ، يَا مَنْ لَهُ كَمَالٌ لاَ يُدْرَكُ، يَا مَنْ لَهُ قَضَاءٌ لاَ يُرَدُّ، يَا مَنْ لَهُ صِفَاتٌ لاَ تُبَدَّلُ، يَا مَنْ لَهُ نُعُوْتٌ لاَ تُغَيَّرُ،

(71) Wahai Yang bagi-Nya sebutan tak terlupakan, wahai Yang bagi-Nya cahaya tak terpadamkan, wahai Yang bagi-Nya kekaruniaan tak terhitung, wahai Yang bagi-Nya kerajaan tak 'kan pernah runtuh, wahai Yang bagi-Nya pujian tak terhingga, wahai Yang bagi-Nya keagungan tak tersifati, wahai Yang bagi-Nya kesempurnaan tak terjangkau, wahai Yang bagi-Nya ketentuan tak tertolak, wahai Yang bagi-Nya sifat-sifat tak terganti, wahai Yang bagi-Nya sifat-sifat tak berubah,

 

(۷۲) يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، يَا مَالِكَ يَوْمِ الدِّيْنِ، يَا غَايَةَ الطَّالِبِيْنَ، يَا ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ، يَا مُدْرِكَ الْهَارِبِيْنَ، يَا مَنْ يُحِبُّ الصَّابِرِيْنَ، يَا مَنْ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ، يَا مَنْ يُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ، يَا مَنْ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ، يَا مَنْ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ،

(72) Wahai Tuhan semesta alam, wahai Pemilik Hari Kiamat, wahai Tujuan para pemohon, wahai Tumpuan orang-orang yang berlindung, wahai Penjemput orang-orang yang lari, wahai Yang mencintai orang-orang yang sabar, wahai Yang mencintai orang-orang yang bertaubat, wahai Yang mencintai orang-orang yang bersuci, wahai Yang mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan, wahai Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk,

 

 (۷۳) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا شَفِيْقُ يَا رَفِيْقُ، يَا حَفِيْظُ يَا مُحِيْطُ، يَا مُقِيْتُ يَا مُغِيْثُ، يَا مُعِزُّ يَا مُذِلُّ، يَا مُبْدِئُ يَا مُعِيْدُ،

 (73) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang Maha Penyayang, wahai Sahabat Sejati, wahai Yang Maha Memelihara, wahai Yang Meliputi (seluk-beluk jagad), wahai Yang Memberi rezeki, wahai Penolong, wahai Yang memuliakan, wahai Yang menghinakan, wahai Yang Memulai (penciptaan), wahai Yang Mengembalikan(nya), 

 

 (۷۴) يَا مَنْ هُوَ أَحَدٌ بِلاَ ضِدٍّ، يَا مَنْ هُوَ فَرْدٌ بِلاَ نِدٍّ، يَا مَنْ هُوَ صَمَدٌ بِلاَ عَيْبٍ، يَا مَنْ هُوَ وِتْرٌ بِلاَ كَيْفٍ، يَا مَنْ هُوَ قَاضٍ بِلاَ حَيْفٍ، يَا مَنْ هُوَ رَبٌّ بِلاَ وَزِيْرٍ، يَا مَنْ هُوَ عَزِيْزٌ بِلاَ ذُلٍّ، يَا مَنْ هُوَ غَنِيٌّ بِلاَ فَقْرٍ، يَا مَنْ هُوَ مَلِكٌ بِلاَ عَزْلٍ، يَا مَنْ هُوَ مَوْصُوْفٌ بِلاَ شَبِيْهٍ، 

 (74) Wahai Zat Yang Maha Esa tanpa saingan, wahai Zat Yang Mahatunggal tanpa

tandingan, wahai Tempat Bersandar tanpa cela, wahai Zat Yang Mahasatu tanpa bentuk, wahai Zat Yang Maha Penentu tanpa aniaya, wahai Tuhan Pemelihara

tanpa pembantu, wahai Zat Yang Mahamulia tanpa kehinaan, wahai Yang Mahakaya tanpa kemiskinan, wahai Zat Raja Diraja tak pernah dijatuhkan, wahai Zat yang menyandang sifat tanpa tandingan, 

 

 (۷۵) يَا مَنْ ذِكْرُهُ شَرَفٌ لِلذَّاكِرِيْنَ، يَا مَنْ شُكْرُهُ فَوْزٌ لِلشَّاكِرِيْنَ، يَا مَنْ حَمْدُهُ عِزٌّ لِلْحَامِدِيْنَ، يَا مَنْ طَاعَتُهُ نَجَاةٌ لِلْمُطِيْعِيْنَ، يَا مَنْ بَابُهُ مَفْتُوْحٌ لِلطَّالِبِيْنَ، يَا مَنْ سَبِيْلُهُ وَاضِحٌ لِلْمُنِيْبِيْنَ، يَا مَنْ آيَاتُهُ بُرْهَانٌ لِلنَّاظِرِيْنَ، يَا مَنْ كِتَابُهُ تَذْكِرَةٌ لِلْمُتَّقِيْنَ، يَا مَنْ رِزْقُهُ عُمُوْمٌ لِلطَّائِعِيْنَ وَ الْعَاصِيْنَ، يَا مَنْ رَحْمَتُهُ قَرِيْبٌ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ،

 (75) Wahai Yang sebutan-Nya adalah kemuliaan bagi para penyebut-Nya, wahai Yang syukur-Nya adalah kemenangan bagi orang-orang yang bersyukur, wahai Yang memuji-Nya adalah kemuliaan bagi orang-orang yang memuji, wahai Yang ketaatan-Nya adalah keselamatan bagi orang-orang yang taat, wahai Yang pintu-Nya (selalu) terbuka bagi orang-orang yang meminta, wahai Yang jalan-Nya adalah jelas bagi orang-orang yang kembali (kepada-Nya), wahai Yang tanda-tanda (kekuasaan)-Nya adalah bukti jelas bagi orang-orang yang merenung, wahai Yang kitab-Nya adalah peringatan bagi orang-orang yang bertakwa, wahai Yang rezeki-Nya mencakup orang-orang yang taat dan membangkang, wahai Yang rahmat-Nya dekat kepada orang-orang yang berbuat kebajikan

 

 (۷۶) يَا مَنْ تَبَارَكَ اسْمُهُ، يَا مَنْ تَعَالَى جَدُّهُ، يَا مَنْ لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ، يَا مَنْ جَلَّ ثَنَاؤُهُ، يَا مَنْ تَقَدَّسَتْ أَسْمَاؤُهُ، يَا مَنْ يَدُوْمُ بَقَاؤُهُ، يَا مَنِ الْعَظَمَةُ بَهَاؤُهُ، يَا مَنِ الْكِبْرِيَاءُ رِدَاؤُهُ، يَا مَنْ لاَ تُحْصَى آلاَؤُهُ، يَا مَنْ لاَ تُعَدُّ نَعْمَاؤُهُ،

 (76) Wahai Yang Mahasuci asma-Nya, wahai Yang Mahatinggi kedudukan-Nya, wahai Yang tiada Tuhan selain-Nya, wahai Yang agung pujian-Nya, wahai Yang Mahakudus asma-Nya, wahai Yang kekal keberadaan-Nya, wahai Yang keagungan sebagai keindahan-Nya, wahai Yang kebesaran sebagai pakaian-Nya, wahai Yang pemberian-Nya tak terhingga, wahai Yang kekaruniaan-Nya tak terhitung

 

 (۷۷) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا مُعِيْنُ يَا أَمِيْنُ، يَا مُبِيْنُ يَا مَتِيْنُ، يَا مَكِيْنُ يَا رَشِيْدُ، يَا حَمِيْدُ يَا مَجِيْدُ، يَا شَدِيْدُ يَا شَهِيْدُ،

 (77) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang Maha Penolong, wahai Yang Maha Terpercaya, wahai Yang Maha Menjelaskan, wahai Yang Mahakokoh, wahai Yang Mahateguh, wahai Yang Maha Memberi petunjuk, wahai Yang Maha Terpuji, wahai Yang Mahamulia, wahai Yang Mahategas, wahai Yang Maha Menyaksikan,

 

 (۷۸) يَا ذَا الْعَرْشِ الْمَجِيْدِ، يَا ذَا الْقَوْلِ السَّدِيْدِ، يَا ذَا الْفِعْلِ الرَّشِيْدِ، يَا ذَا الْبَطْشِ الشَّدِيْدِ، يَا ذَا الْوَعْدِ وَ الْوَعِيْدِ، يَا مَنْ هُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيْدُ، يَا مَنْ هُوَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيْدُ، يَا مَنْ هُوَ قَرِيْبٌ غَيْرُ بَعِيْدٍ، يَا مَنْ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ شَهِيْدٌ، يَا مَنْ هُوَ لَيْسَ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ،

 (78) Wahai Pemilik ‘Arsy yang mulia, wahai Pemilik firman yang benar, wahai Pemilik perilaku yang baik, wahai Pemilik kemurkaan yang keras, wahai Pemilik janji dan

ancaman, wahai Pemimpin yang terpuji, wahai yang akan melakukan segala yang dikehendaki, wahai Yang Mahadekat tidak jauh, wahai Yang menyaksikan segala sesuatu, wahai Yang tidak pernah berlaku lalim kepada hamba-hamba-Nya,

 

 (۷۹) يَا مَنْ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ لاَ وَزِيْرَ، يَا مَنْ لاَ شَبِيهَ (شِبْهَ) لَهُ وَ لاَ نَظِيْرَ، يَا خَالِقَ الشَّمْسِ وَ الْقَمَرِ الْمُنِيْرِ، يَا مُغْنِيَ الْبَائِسِ الْفَقِيْرِ، يَا رَازِقَ الطِّفْلِ الصَّغِيْرِ، يَا رَاحِمَ الشَّيْخِ الْكَبِيْرِ، يَا جَابِرَ الْعَظْمِ الْكَسِيْرِ، يَا عِصْمَةَ الْخَائِفِ الْمُسْتَجِيْرِ، يَا مَنْ هُوَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرٌ بَصِيْرٌ، يَا مَنْ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ،

 (79) Wahai Yang tiada sekutu dan pembantu bagi-Nya, wahai Yang tak seorang pun menyerupai dan menandingi-Nya, wahai Pencipta matahari dan bulan yang terang-benderang, wahai Yang mencukupi orang sengsara yang fakir, wahai Pemberi rezeki anak-anak kecil, wahai Pengasih tua renta, wahai Yang menambal tulang yang patah, wahai Pelindung orang yang ketakutan yang meminta perlindungan, wahai Yang memperhatikan dan mengawasi semua hamba-Nya, wahai Yang Mahakuasa atas segala sesuatu,

 

 (۸۰) يَا ذَا الْجُوْدِ وَ النِّعَمِ، يَا ذَا الْفَضْلِ وَ الْكَرَمِ، يَا خَالِقَ اللَّوْحِ وَ الْقَلَمِ، يَا بَارِئَ الذَّرِّ وَ النَّسَمِ، يَا ذَا الْبَأْسِ وَ النِّقَمِ، يَا مُلْهِمَ الْعَرَبِ وَ الْعَجَمِ، يَا كَاشِفَ الضُّرِّ وَ اْلأَلَمِ، يَا عَالِمَ السِّرِّ وَ الْهِمَمِ، يَا رَبَّ الْبَيْتِ وَ الْحَرَمِ، يَا مَنْ خَلَقَ اْلأَشْيَاءَ مِنَ الْعَدَمِ،

 (80) wahai Pemilik kemurahan dan kekaruniaan, wahai Pemilik keutamaan dan

kemuliaan, wahai Pencipta Lauhul Mahfûzh dan Qalam (pena), wahai Pencipta biji-bijian dan manusia, wahai Pemberi ilham bangsa Arab dan Ajam (non-Arab),

wahai Pembasmi kesusahan dan rasa sakit, wahai Yang mengetahui rahasia dan segala keinginan (hati), wahai Tuhan Ka’bah dan Makkah, wahai Yang telah menciptakan segala dari ketiadaan,

 (۸۱) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا فَاعِلُ يَا جَاعِلُ، يَا قَابِلُ يَا كَامِلُ، يَا فَاصِلُ يَا وَاصِلُ، يَا عَادِلُ يَا غَالِبُ، يَا طَالِبُ يَا وَاهِبُ،

 (81) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang mengerjakan, wahai Yang Membuat, wahai Yang Menerima, wahai Yang Sempurna, wahai Yang memisahkan, wahai Yang Menyambung, wahai Yang bertindak adil, wahai Yang menang, wahai Yang menuntut, wahai Yang memberi,

 

 (۸۲) يَا مَنْ أَنْعَمَ بِطَوْلِهِ، يَا مَنْ أَكْرَمَ بِجُوْدِهِ، يَا مَنْ جَادَ بِلُطْفِهِ، يَا مَنْ تَعَزَّزَ بِقُدْرَتِهِ، يَا مَنْ قَدَّرَ بِحِكْمَتِهِ، يَا مَنْ حَكَمَ بِتَدْبِيْرِهِ، يَا مَنْ دَبَّرَ بِعِلْمِهِ، يَا مَنْ تَجَاوَزَ بِحِلْمِهِ، يَا مَنْ دَنَا فِيْ عُلُوِّهِ، يَا مَنْ عَلاَ فِيْ دُنُوِّهِ،

 (82) Wahai Yang menebarkan kekaruniaan dengan karunia-Nya, wahai Yang berderma dengan kemurahan-Nya, wahai Yang berbuat baik dengan kelembutan-Nya, wahai Yang perkasa dengan kekuasaan-Nya, wahai Yang menentukan dengan hikmah-Nya, wahai Yang menentukan hukum dengan aturan-Nya, wahai Yang mengatur dengan ilmu-Nya, wahai Yang memaafkan dengan kesabaran-Nya, wahai Yang dekat dengan ketinggian-Nya, wahai Yang tinggi dengan kedekatan-nya, 

 

 (۸۳) يَا مَنْ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ، يَا مَنْ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ، يَا مَنْ يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ، يَا مَنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ، يَا مَنْ يُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ، يَا مَنْ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ، يَا مَنْ يُعِزُّ مَنْ يَشَاءُ، يَا مَنْ يُذِلُّ مَنْ يَشَاءُ، يَا مَنْ يُصَوِّرُ فِيْ اْلأَرْحَامِ مَا يَشَاءُ، يَا مَنْ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ،

 (83) Wahai Yang menciptakan apa yang dikehendaki, wahai Yang melakukan apa yang dikehendaki, wahai Yang memberikan petunjuk kepada yang dikehendaki, wahai Yang menyesatkan siapa yang dikehendaki, wahai Yang menyiksa siapa yang dikehendaki, wahai Yang mengampuni siapa yang dikehendaki, wahai Yang memuliakan siapa yang dikehendaki, wahai Yang menghinakan siapa yang dikehendaki, wahai Yang membentuk di rahim apa yang dikehendaki, wahai Yang mengkhususkan rahmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki, 

 

 (۸۴) يَا مَنْ لَمْ يَتَّخِذْ صَاحِبَةً وَ لاَ وَلَدًا، يَا مَنْ جَعَلَ لِكُلِّ شَيْئٍ قَدْرًا، يَا مَنْ لاَ يُشْرِكُ فِيْ حُكْمِهِ أَحَدًا، يَا مَنْ جَعَلَ (مِنَ الْمَلاَئِكَةِ) الْمَلاَئِكَةَ رُسُلاً، يَا مَنْ جَعَلَ فِيْ السَّمَاءِ بُرُوْجًا، يَا مَنْ جَعَلَ اْلأَرْضَ قَرَارًا، يَا مَنْ خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا، يَا مَنْ جَعَلَ لِكُلِّ شَيْئٍ أَمَدًا، يَا مَنْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْئٍ عِلْمًا، يَا مَنْ أَحْصَى كُلَّ شَيْئٍ عَدَدًا،

 (84) Wahai Yang tidak memiliki pasangan dan keturunan, wahai Yang menentukan ukuran (tertentu) bagi segala sesuatu, wahai Yang tidak mengikutsertakan siapa pun dalam (menentukan) hukum (dan ketentuan), wahai Yang menjadikan para malaikat sebagai utusan, wahai Yang menciptakan gugusan (bintang-gemintang) di langit, wahai Yang menjadikan bumi tempat tinggal yang tenang, wahai Yang menciptakan manusia dari air, wahai Yang menentukan masa (tertentu) bagi segala sesuatu, wahai Yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu wahai Yang menghitung segala sesuatu dengan bilangan,

 

 (۸۵) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا أَوَّلُ يَا آخِرُ، يَا ظَاهِرُ يَا بَاطِنُ، يَا بَرُّ يَا حَقُّ، يَا فَرْدُ يَا وِتْرُ، يَا صَمَدُ يَا سَرْمَدُ،

 (85) Ya Allah, aku memohon  kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang Mahaawal, wahai Yang Mahaakhir, wahai Yang Mahazahir, wahai Yang Mahabatin, wahai Yang Mahabenar, wahai Yang Mahabenar, wahai Yang Mahatunggal, wahai Yang Satu, wahai Tempat Bergantung, wahai Yang Mahaabadi, 

 

 (۸۶) يَا خَيْرَ مَعْرُوْفٍ عُرِفَ، يَا أَفْضَلَ مَعْبُوْدٍ عُبِدَ، يَا أَجَلَّ مَشْكُوْرٍ شُكِرَ، يَا أَعَزَّ مَذْكُوْرٍ ذُكِرَ، يَا أَعْلَى مَحْمُوْدٍ حُمِدَ، يَا أَقْدَمَ مَوْجُوْدٍ طُلِبَ، يَا أَرْفَعَ مَوْصُوْفٍ وُصِفَ، يَا أَكْبَرَ مَقْصُوْدٍ قُصِدَ، يَا أَكْرَمَ مَسْؤُوْلٍ سُئِلَ، يَا أَشْرَفَ مَحْبُوْبٍ عُلِمَ،

 (86) Wahai Sebaik-baik Zat yang layak dikenal, wahai Seutama-utama Zat yang layak disembah, wahai Seagung-agung Zat yang layak disyukuri, wahai Semulia-mulia Zat yang layak disebut, wahai Setinggi-tinggi Zat yang layak dipuji, wahai Zat paling dahulu yang layak dicari, wahai Setinggi-tinggi Zat yang layak disifati, wahai Sebesar-besar Zat yang layak dituju, wahai Semulia-mulia Zat yang layak dimohon, wahai Semulia-mulia Kekasih yang layak diketahui,

 

(۸۷) يَا حَبِيْبَ الْبَاكِيْنَ، يَا سَيِّدَ الْمُتَوَكِّلِيْنَ، يَا هَادِيَ الْمُضِلِّيْنَ، يَا وَلِيَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، يَا أَنِيْسَ الذَّاكِرِيْنَ، يَا مَفْزَعَ الْمَلْهُوْفِيْنَ، يَا مُنْجِيَ الصَّادِقِيْنَ، يَا أَقْدَرَ الْقَادِرِيْنَ، يَا أَعْلَمَ الْعَالِمِيْنَ، يَا إِلَهَ الْخَلْقِ أَجْمَعِيْنَ،

(87) Wahai Kekasih orang-orang yang (merintih) menangis, wahai Tuan orang-orang yang pasrah diri, wahai Pemberi petunjuk orang-orang yang sesat, wahai Pemimpin mukminin, wahai Pemberi ketenteraman pada orang-orang yang mengingat(-Nya),

wahai Tempat Berlindung orang-orang yang teraniaya, wahai Penyelamat orang-orang yang benar, wahai Yang lebih kuasa dari mereka yang berkuasa, wahai Yang lebih mengetahui dari mereka yang mengetahui, wahai Tuhan seluruh makhluk,

(۸۸) يَا مَنْ عَلاَ فَقَهَرَ، يَا مَنْ مَلَكَ فَقَدَرَ، يَا مَنْ بَطَنَ فَخَبَرَ، يَا مَنْ عُبِدَ فَشَكَرَ، يَا مَنْ عُصِيَ فَغَفَرَ، يَا مَنْ لاَ تَحْوِيْهِ الْفِكَرُ، يَا مَنْ لاَ يُدْرِكُهُ بَصَرٌ، يَا مَنْ لاَ يَخْفَى عَلَيْهِ أَثَرٌ، يَا رَازِقَ الْبَشَرِ، يَا مُقَدِّرَ

كُلِّ قَدَرٍ،

(88) Wahai Yang tinggi lalu menundukkan, wahai Yang memiliki lalu menguasai, wahai Yang tersembunyi lalu mengetahui, wahai Yang disembah lalu bersyukur, wahai Yang dilanggar lalu mengampuni, wahai Yang tak terjangkau oleh pikiran, wahai Yang tak terjangkau oleh indra mata, wahai Yang segala sesuatu tak tersembunyi bagi-Nya, wahai Pemberi rezeki pada manusia, wahai Penentu setiap ketentuan,

 (۸۹) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا حَافِظُ يَا بَارِئُ، يَا ذَارِئُ يَا بَاذِخُ، يَا فَارِجُ يَا فَاتِحُ، يَا كَاشِفُ يَا ضَامِنُ، يَا آمِرُ يَا نَاهِيْ،

(89) ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Pemelihara, wahai Pencipta, wahai Pewujud, wahai Yang Agung, wahai Penghilang (kesengsaraan), wahai Pembuka, wahai Pengurai (tali kesusahan), wahai Penjamin, wahai Yang memerintah, wahai Yang melarang,

 

 (۹۰) يَا مَنْ لاَ يَعْلَمُ الْغَيْبَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يَصْرِفُ السُّوْءَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يَخْلُقُ الْخَلْقَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يَغْفِرُ الذَّنْبَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يُتِمُّ النِّعْمَةَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يُقَلِّبُ الْقُلُوْبَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يُنَزِّلُ الْغَيْثَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يُحْيِي الْمَوْتَى إِلاَّ هُوَ،

 (90) wahai Yang tiada mengetahui alam gaib kecuali Ia, wahai Yang tiada menyingkirkan keburukan kecuali Ia, wahai Yang tidak menciptakan makhluk kecuali Ia, wahai Yang tidak megampuni dosa kecuali Ia, wahai yang tidak menyempurnakan karunia kecuali Ia, wahai Yang tidak membolakbalikkan hati kecuali Ia, wahai Yang tidak mengatur segala urusan kecuali Ia, wahai Yang tidak menurunkan hujan kecuali Ia, wahai Yang tidak melapangkan rezeki kecuali Ia, wahai Yang tidak menghidupkan orang-orang yang sudah mati kecuali Ia,

 

 (۹۱) يَا مُعِيْنَ الضُّعَفَاءِ، يَا صَاحِبَ الْغُرَبَاءِ، يَا نَاصِرَ اْلأَوْلِيَاءِ، يَا قَاهِرَ اْلأَعْدَاءِ، يَا رَافِعَ السَّمَاءِ، يَا أَنِيْسَ اْلأَصْفِيْاءِ، يَا حَبِيْبَ اْلأَتْقِيَاءِ، يَا كَنْزَ الْفُقَرَاءِ، يَا إِلَهَ اْلأَغْنِيَاءِ، يَا أَكْرَمَ الْكُرَمَاءِ،

(91) wahai Penolong mereka yang lemah, wahai Sahabat mereka yang asing, wahai

Penolong para wali, wahai Penakluk para musuh, wahai Penegak langit, wahai Pujaan orang-orang suci, wahai Kekasih orang-orang yang bertakwa, wahai Harta Simpanan orang-orang fakir, wahai Tuhan orang-orang kaya, wahai Yang lebih Dermawan dari mereka yang dermawan

 

 (۹۲) يَا كَافِيًا مِنْ كُلِّ شَيْئٍ، يَا قَائِمًا عَلَى كُلِّ شَيْئٍ، يَا مَنْ لاَ يُشْبِهُهُ شَيْئٍ، يَا مَنْ لاَ يَزِيْدُ فِيْ مُلْكِهِ شَيْئٍ، يَا مَنْ لاَ يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْئٍ، يَا مَنْ لاَ يَنْقُصُ مِنْ خَزَائِنِهِ شَيْئٍ، يَا مَنْ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٍ، يَا مَنْ لاَ يَعْزُبُ عَنْ عِلْمِهِ شَيْئٍ، يَا مَنْ هُوَ خَبِيْرٌ بِكُلِّ شَيْئٍ، يَا مَنْ وَسِعَتْ رَحْمَتُهُ كُلَّ شَيْئٍ،

 (92) wahai Yang serba cukup dari segala sesuatu, wahai Yang mengawasi segala sesuatu, wahai Yang tidak dapat diserupai oleh suatu apa pun, wahai Yang segala sesuatu tidak dapat menambah (keagungan) kerajaan-Nya, wahai Yang segala sesuatu tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya, wahai Yang segala sesuatu tidak dapat mengurangi simpanan (kekayaan)-Nya, wahai Yang tidak ada satu pun yang sepadan dengan-Nya, wahai Yang tidak ada satu pun yang luput dari ilmu-Nya, Wahai Yang Mengetahui segala sesuatu, wahai Yang rahmat-Nya mencakup segala sesuatu,

 

 (۹۳) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا مُكْرِمُ يَا مُطْعِمُ، يَا مُنْعِمُ يَا مُعْطِيْ، يَا مُغْنِيْ يَا مُقْنِيْ، يَا مُفْنِيْ يَا مُحْيِيْ، يَا مُرْضِيْ يَا مُنْجِيْ،

 (93) ya Allh, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang memuliakan, wahai Yang memberi makan, wahai Yang memberi karunia, wahai Yang Maha Pemberi, wahai Yang memberi kekayaan, wahai Yang memberi kecukupan, wahai Yang membinasakan, wahai Yang menghidupkan, wahai Yang meridhakan, wahai Yang menyelamatkan,

 

 (۹۴) يَا أَوَّلَ كُلِّ شَيْئٍ وَ آخِرَهُ، يَا إِلَهَ كُلِّ شَيْئٍ وَ مَلِيْكَهُ، يَا رَبَّ كُلِّ شَيْئٍ وَ صَانِعَهُ، يَا بَارِئَ كُلِّ شَيْئٍ وَ خَالِقَهُ، يَا قَابِضَ كُلِّ شَيْئٍ وَ بَاسِطَهُ، يَا مُبْدِئَ كُلِّ شَيْئٍ وَ مُعِيْدَهُ، يَا مُنْشِئَ كُلِّ شَيْئٍ وَ مُقَدِّرَهُ، يَا مُكَوِّنَ كُلِّ شَيْئٍ وَ مُحَوِّلَهُ، يَا مُحْيِيَ كُلِّ شَيْئٍ وَ مُمِيْتَهُ، يَا خَالِقَ كُلِّ شَيْئٍ وَ وَارِثَهُ،

 (94) wahai Awal dan Akhir segala sesuatu, wahai Tuhan dan Pemilik segala seuatu, wahai Pemelihara dan Pembuat segala sesuatu, wahai Pewujud dan Pencipta segala sesuatu, wahai Yang Menahan dan  melepaskan segala sesuatu, wahai Yang Memulai penciptaan segala sesuatu dan mengembalikannya, wahai Pengada dan Penentu segala sesuatu, wahai Pembentuk dan Pengubah segala sesuatu, wahai yang Menghidupkan dan Mematikan segala sesuatu, wahai Pencipta dan Pewaris segala sesuatu, 

 

 (۹۵) يَا خَيْرَ ذَاكِرٍ وَ مَذْكُوْرٍ، يَا خَيْرَ شَاكِرٍ وَ مَشْكُوْرٍ، يَا خَيْرَ حَامِدٍ وَ مَحْمُوْدٍ، يَا خَيْرَ شَاهِدٍ وَ مَشْهُوْدٍ، يَا خَيْرَ دَاعٍ وَ مَدْعُوٍّ، يَا خَيْرَ مُجِيْبٍ وَ مُجَابٍ، يَا خَيْرَ مُوْنِسٍ وَ أَنِيْسٍ، يَا خَيْرَ صَاحِبٍ وَ جَلِيْسٍ، يَا خَيْرَ مَقْصُوْدٍ وَ مَطْلُوْبٍ، يَا خَيْرَ حَبِيْبٍ وَ مَحْبُوْبٍ،

 (95) wahai Sebaik-baik Yang mengingat dan Yang diingat, wahai Sebaik-baik Yang bersyukur dan Yang disyukuri, wahai Sebaik-baik Yang memuji dan Yang dipuji, wahai Sebaik-baik Yang menyaksikan dan Yang disaksikan, wahai Sebaik-baik Yang memanggil dan Yang dipanggil, wahai Sebaik-baik Yang mengabulkan dan Yang menerima, wahai Sebaik-baik Yang menenteramkan dan sahabat karib, wahai Sebaik-baik Sahabat dan Teman, wahai Sebaik-baik Yang dituju dan Yang dicari, wahai Sebaik-baik Kekasih dan Yang dicintai,

 

 (۹۶) يَا مَنْ هُوَ لِمَنْ دَعَاهُ مُجِيْبٌ، يَا مَنْ هُوَ لِمَنْ أَطَاعَهُ حَبِيْبٌ، يَا مَنْ هُوَ إِلَى مَنْ أَحَبَّهُ قَرِيْبٌ، يَا مَنْ هُوَ بِمَنِ اسْتَحْفَظَهُ رَقِيْبٌ، يَا مَنْ هُوَ بِمَنْ رَجَاهُ كَرِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ بِمَنْ عَصَاهُ حَلِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ عَظَمَتِهِ رَحِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ حِكْمَتِهِ عَظِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ إِحْسَانِهِ قَدِيْمٌ، يَا مَنْ هُوَ بِمَنْ أَرَادَهُ عَلِيْمٌ،

 (96) wahai Yang mengabulkan (doa) orang yang berdoa kepada-Nya, wahai Kekasih orang yang taat kepada-Nya, wahai Yang dekat kepada orang yang mencintai-Nya, wahai Yang mengawasi orang yang meminta perlindungan-Nya, wahai Yang dermawan terhadap orang yang mengharapkan-Nya, wahai Yang sabar terhadap orang yang membangkang kepada-Nya, wahai Yang Maha Penyayang dalam keagungan-Nya, wahai Yang Mahaagung dalam kebijaksanaan-Nya, wahai Yang Mahadahulu dalam kebaikan-Nya, wahai Yang Maha Mengetahui atas orang yang menginginkan-Nya,

 

 (۹۷) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ، يَا مُسَبِّبُ يَا مُرَغِّبُ، يَا مُقَلِّبُ يَا مُعَقِّبُ، يَا مُرَتِّبُ يَا مُخَوِّفُ، يَا مُحَذِّرُ يَا مُذَكِّرُ، يَا مُسَخِّرُ يَا مُغَيِّرُ،

 (97) ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu, wahai Yang Menyediakan segala sebab, wahai Yang Menganjurkan, wahai Yang Mengubah, wahai Yang Mengakhirkan, wahai Yang Mengatur, wahai Yang Memberikan rasa takut, wahai Yang Mengancam, wahai Yang Mengingatkan, wahai Yang Menundukkan, wahai Yang Mengubah,

 

 (۹۸) يَا مَنْ عِلْمُهُ سَابِقٌ، يَا مَنْ وَعْدُهُ صَادِقٌ، يَا مَنْ لُطْفُهُ ظَاهِرٌ، يَا مَنْ أَمْرُهُ غَالِبٌ، يَا مَنْ كِتَابُهُ مُحْكَمٌ، يَا مَنْ قَضَاؤُهُ كَائِنٌ، يَا مَنْ قُرْآنُهُ مَجِيْدٌ، يَا مَنْ مُلْكُهُ قَدِيْمٌ، يَا مَنْ فَضْلُهُ عَمِيْمٌ، يَا مَنْ عَرْشُهُ عَظِيمٌ،

 (98) wahai Yang ilmu-Nya dahulu, wahai Yang janji-Nya benar, wahai Yang kelembutan-Nya nyata, wahai Yang perintah-Nya menang, wahai yang Kitab-Nya kokoh, wahai Yang ketentuan-Nya pasti, wahai Yang al-Quran-Nya mulia, wahai Yang kerajaan-Nya terdahulu, wahai Yang karunia-Nya menyeluruh, wahai Yang ‘Arasy-Nya agung,

 

 (۹۹) يَا مَنْ لاَ يَشْغَلُهُ سَمْعٌ عَنْ سَمْعٍ، يَا مَنْ لاَ يَمْنَعُهُ فِعْلٌ عَنْ فِعْلٍ، يَا مَنْ لاَ يُلْهِيْهِ قَوْلٌ عَنْ قَوْلٍ، يَا مَنْ لاَ يُغَلِّطُهُ سُؤَالٌ عَنْ سُؤَالٍ، يَا مَنْ لاَ يَحْجُبُهُ شَيْئٍ عَنْ شَيْئٍ، يَا مَنْ لاَ يُبْرِمُهُ إِلْحَاحُ الْمُلِحِّيْنَ، يَا مَنْ هُوَ غَايَةُ مُرَادِ الْمُرِيْدِيْنَ، يَا مَنْ هُوَ مُنْتَهَى هِمَمِ الْعَارِفِيْنَ، يَا مَنْ هُوَ مُنْتَهَى طَلَبِ الطَّالِبِيْنَ، يَا مَنْ لاَ يَخْفَى عَلَيْهِ ذَرَّةٌ فِيْ الْعَالَمِيْنَ، 

 (99) wahai Yang tidak disibukkan oleh satu suara untuk mendengarkan (suara yang lain), wahai Yang tidak dicegah oleh satu perbuatan untuk (melakukan) perbuatan (yang lain), wahai Yang tidak dilalaikan oleh satu perkatan untuk (mendengarkan) perkataan (yang lain), wahai Yang tidak pernah menangkap satu permintaan karena (adanya) permintaan (yang lain), wahai Yang tak tertutupi oleh sesuatu untuk (melihat) sesuatu (yang lain), wahai Yang tidak pernah dibosankan oleh rintihan orang-orang yang merintih, wahai Puncak tujuan para pencari(-Nya), wahai Puncak keinginan para ‘ârif, wahai Puncak pencarian para pencari(-Nya), wahai Yang tak tersembunyi bagi-Nya satu atom pun di jagad ini,

 

 (۱۰۰) يَا حَلِيْمًا لاَ يَعْجَلُ، يَا جَوَادًا لاَ يَبْخَلُ، يَا صَادِقًا لاَ يُخْلِفُ، يَا وَهَّابًا لاَ يَمَلُّ، يَا قَاهِرًا لاَ يُغْلَبُ، يَا عَظِيْمًا لاَ يُوْصَفُ، يَا عَدْلاً لاَ يَحِيْفُ، يَا غَنِيًّا لاَ يَفْتَقِرُ، يَا كَبِيْرًا لاَ يَصْغُرُ، يَا حَافِظًا لاَ يَغْفُلُ،﴿سُبْحَانَكَ يَا لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، الْغَوْثَ الْغَوْثَ، خَلِّصْنَا مِنَ النَّارِ يَا رَبِ‏﴾

 (100) wahai Maha Penyabar yang tak tergesa-gesa, wahai Maha Dermawan yang tak pernah kikir, wahai Mahajujur yang tak pernah ingkar (janji), wahai Pemberi Anugerah yang tak pernah jemu, wahai Mahaperkasa yang tak pernah terkalahkan, wahai Mahaagung yang tak tersifati, wahai Mahaadil yang tak pernah berbuat lalim, wahai Mahakaya yang tak pernah membutuhkan, wahai Mahabesar yang tak pernah merasa kecil, wahai Pemelihara yang tak pernah lupa; Mahasuci Engkau wahai yang tiada Tuhan selain Engkau; curahkanlah pertolongan-Mu, curahkanlah pertolongan-Mu, bebaskanlah kami dari (jeratan) api neraka wahai Tuhanku.

 

 

[1] Maqâm adalah tempat Nabi Ibrahim as melaksanakan shalat di situ. Tempat ini terletak di depan Hajar Aswad. (Penerj.)

 

Empat puluh hari telah lewat dari musibah besar yang menimpa Imam Husain (as) di padang Karbala. Empat puluh hari sudah keluarga suci menanggung derita dan beban berat dari pelanggaran janji setia orang-orang yang mendengar seruan Husain bin Ali tapi tidak datang memenuhi panggilan itu. Empat puluh hari sudah anak-anak dan wanita-wanita itu berlomba menguras air mata dan menahan duka yang menyesakkan dada.

 

Tanggal 20 Safar tahun 61 hijriyah, 40 hari setelah syahidnya Imam Husain dan para sahabat setianya di Karbala, karavan itu tiba kembali di tanah Karbala setelah merampungkan perjalanan panjang penuh derita ke Kufah dan Syam. Karavan yang hanya menyisakan Ali bin Husain (as), sejumlah perempuan, dan anak-anak kecil itu sedang menuju Madinah, namun perjalanan pulang ini tak lengkap jika tanpa melepas rindu dengan penghulu para syuhada di Karbala.

 

Tiba di padang yang tandus itu, ingatan akan segala peristiwa yang terjadi 40 hari lalu pun hidup kembali di benak mereka. Jerit tangis pun tak terhindarkan. Tak ada yang bisa melukiskan perasaan sedih mereka. Masing-masing berbicara dan mengadukan semua yang mereka alami kepada sang syahid. Imam Ali bin Husain As-Sajjad berdiri menatap kubur para syuhada. Masih lekat di ingatan ketika beliau terakhir menatap jasad suci ayahnya yang tergeletak di atas tanah. Seretan pasukan Ibnu Ziyad saat itu tak memberinya kesempatan untuk memakamkan sang ayah dan para syuhada. Ketika itu, sang bibi, Zainab menghiburnya dan berkata, “Jangan kau kehilangan ketabahan menyaksikan ini semua. Allah telah menentukan sekelompok orang yang bakal datang ke sini untuk mengumpulkan anggota badan yang terpotong-potong ini lalu menguburkannya. Mereka akan membuat tanda untuk makam ayahmu. Berlalunya masa tak akan pernah bisa melenyapkannya. Kaum kafir dan mereka yang sesat berusaha keras menghapuskannya, tapi yang mereka lakukan hanya membuat nama ayahmu semakin harum.”

 

Apa yang dikatakan Zainab benar-benar terjadi.  Sejarah menyebutkan bahwa jasad para syuhada Karbala dimakamkan dengan baik oleh sekelompok orang dari kabilah bani Asad. Di hari keempatpuluh setelah terjadi peristiwa Asyura, keluarga para syuhada ini bersama Zainab dan Imam Sajjad tiba kembali di Karbala. Di sana, mereka bertemu dengan sosok pria tua dan buta yang hendak berziarah ke makam Imam Husain. Dia adalah Jabir bin Abdullah al-Anshari, sahabat setia Nabi dan Ahlul Bait, yang datang dari Madinah ke Karbala bersama beberapa orang dari bani Hasyim. Melihat Jabir, Imam Sajjad berkata kepadanya, “Wahai Jabir, demi Allah, di sini mereka membunuh semua laki-laki dari rombongan kami dan menawan perempuan-perempuannya. Di sinilah mereka membakar kemah-kemah kami.”

 

Jabir mendekat ke makam Imam Husain. Dia meletakkan tangan di makam itu dan menangis tersedu. Dalamnya duka yang dirasa membuatnya tak sadarkan diri. Setelah siuman, kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah nama Husain. Dia memanggil-manggil nama itu berulang kali, lalu berkata, “Demi Allah aku bersumpah, bahwa engkau adalah putra sebaik-baik nabi dan putra penghulu kaum mukmin. Engkau besar dalam bimbingan orang-orang yang saleh. Engkau hidup dengan kesucian dan meninggalkan dunia dengan kesucian. Kepergianmu meninggalkan duka di hati kaum mukmin. Salam sejahtera atasmu.”

 

Di sisi lain, nampak Zainab menjatuhkan diri di pusara kakaknya. Dengan rintihan yang menyayat hati dia mengadukan semua derita yang dialaminya kepada al-Husain. Meski duka telah membakar hatinya, namun Zainab sadar bahwa dia harus tegar. Sebab, setelah Asyura, di pundaknya ada tanggung yang besar.

 

Peristiwa Asyura sudah terjadi lebih dari 1300 tahun yang lalu. Peristiwa itu sudah menggariskan untuk umat manusia jalan perjuangan melawan kezaliman dan kedurjanaan. Itulah yang menjadi penggerak Imam Husain untuk bangkit dan mengorbankan jiwanya di Karbala. Saat hendak meninggalkan Madinah, beliau sudah mengumumkan tujuannya yang mulia dari gerakan ini. Beliau menyatakan bahwa dirinya bangkit untuk kebebasan, keadilan dan untuk melawan kezaliman dan kebejatan. Semboyan inilah yang selalu diagungkan dan disucikan oleh fitrah manusia sepanjang zaman. Kebangkitan Imam Husain adalah gerakan revolusi untuk meluruskan Islam dari penyimpangan.

 

Sepeninggal Rasulullah Saw, agama ibarat kendaraan yang ditunggangi oleh kebanyakan penguasa untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Mereka hanya bisa menerima Islam tanpa bobot yang sebenarnya, Islam yang sudah diselewengkan. Islam seperti inilah yang bisa memperkuat posisi mereka untuk berkuasa dengan mudah atas umat. Karena itu, bani Umayyah dan para penguasa setelahnya tak segan untuk menafsirkan ajaran Islam semau mereka. Imam Sadiq (as) mengenai peran bani Umayyah dalam menyelewengkan Islam berkata, “Bani Umayyah membiarkan jalan bagi orang untuk mengenal iman tetap terbuka, tapi mereka menutup jalan untuk mengenali syirik. Dengan cara itu, mereka bisa mengajak umat kepada syirik. Sebab orang tidak mengenal syirik dengan sebenarnya…” (Ushul Kafi 2/41)

 

Bani Umayyah berusaha keras mengosongkan amal-amal ibadah dari isinya. Mereka membiarkan umat melaksanakan shalat puasa, haji dan semua amalan Islam setelah mengosongkan kandungannya. Ibadah pun hanya menyisakan bentuk luar. Tanpa itu, bani Umayyah tak akan mampu berkuasa cukup lama atas umat. A-Husain menilai bahwa kekuasaan sebenarnya adalah sarana untuk membawa manusia kepada kemuliaan insani. Karena itu, berulang kali beliau menegaskan bahwa kebangkitan ini bukan untuk mengejar takhta tapi untuk menegakkan agama Allah yang sebenarnya. Misi utama beliau adalah membongkar kedok yang selama ini menutupi wajah bani Umayyah dan melepaskan negeri Islam dari cengkraman orang-orang yang tak layak.

 

Imam Husain meyakini bahwa penyelewengan dan kebejatan masyarakat disebabkan oleh ketidakpedulian akan ajaran agama. Jauh dari Allah akan menjerumuskan manusia ke dalam jurang kenihilan dan keterasingan diri. Ketika umat rela hidup di bawah kekuasaan rezim yang kejam dan bejat, kondisi masyarakat saat itu sudah keluar dari jalur alami dan insaninya. Manusia agung seperti Husain bin Ali tak kuasa menyaksikan kelompok batil menyeret umat ke lembah penghambaan kepada selain Allah. Jika Islam mengajarkan kemuliaan, kebebasan dan keadilan, mengapa orang harus merelakan diri dipasung oleh kehinaan dan kezaliman? Ketika menyaksikan tiang-tiang agama dalam bahaya, Imam Husain tak bisa berdiam diri, sebab bahaya itu berarti ancaman kematian bagi kemanusiaan dan nilai-nilai yang suci.

  

Peristiwa Karbala adalah salah satu peristiwa yang terabadikan dalam sejarah. Hal itu terjadi berkat peran besar Zainab binti Ali, Imam Sajjad dan para Imam Ahlul Bait lainnya dalam menjaga kelestarian dan keabadian gerakan ini. Mereka menjelaskan misi sebenarnya dari perjuangan ini kepada umat sepanjang sejarah. Di sisi lain, bani Umayyah dengan seluruh sarana propaganda berusaha mengesampingkan peristiwa Karbala dan memalingkan umat darinya. Tapi hanya kesia-siaan yang mereka peroleh. Sebab, kebangkitan Asyura selalu dihidupkan oleh para pembawa pesannya. Pidato Zainab dan Imam Sajjad di Kufah dan Syam telah berhasil menyingkap kedok yang selama itu menutupi wajah asli bani Umayyah. Pidato Zainab yang fasih, indah dan tajam mengingatkan orang-orang Kufah akan ayahandanya, Ali bin Abi Thalib.

 

Di depan warga Kufah, Zainab binti Ali berkata,

“Puji dan syukur kupanjatkan kepada Allah, dan salam sejahtera kupersembahkan kepada kakekku Muhammad dan keluarganya yang suci. Wahai warga Kufah! Wahai orang-orang licik! Kalian tak ubahnya bagai perempuan yang memintal kapas menjadi benang lalu mengubahnya kembali menjadi kapas. Kalian telah memperalat iman untuk hidup dan bertipudaya. Sedikitpun kalian tak menghargai keimanan. Pada diri kalian hanya ada kesombongan, dusta, permusuhan tanpa alasan, kehinaan, dan tuduhan. Bagaimana kalian bisa menghapuskan cela membunuh putra Nabi dan penghulu pemuda surga? Kalian telah membunuh orang yang menjadi tumpuan harap kaum papa, pelipur lara kaum menderita, dan pembawa ilmu dan agama. Husain adalah sinar hidayah bagi manusia menuju kebenaran, pemimpin umat dan hujjah Allah. Dengannya kalian memperoleh petunjuk… Ketahuilah bahwa kalian telah melakukan dosa yang sangat besar dan kalian terjauhkan dari rahmat Allah. Apapun yang kalian lakukan tak akan pernah membantu diri kalian. Tangan kalian telah terputus di hadapan Allah, dan kalian sungguh telah merugi. Kalian menyesali tapi murka Allah telah jatuh atas kalian dan kehinaan telah menjadi bagian kalian.”

 

Selain Zainab, dalam beberapa kesempatan Imam Sajjad (as) lewat kata-kata beliau menghalangi upaya bani Umayyah memutakbalikkan fakta. Dengan keterangan yang disampaikan Imam Sajjad, misi kebangkitan Imam Husain semakin jelas terungkap dan direkam sejarah. Para Imam suci Ahlul Bait setelah beliau juga memainkan peran besar dalam menerangkan misi gerakan Imam Husain. Mereka tidak membiarkan media propaganda musuh mendistorsi kisah kepahlawanan dan perjuangan suci Karbala. Umatpun mengenal kedudukan agung kepemimpinan ilahiyah dan mengetahui wajah asli bani Umayyah dan kejahatan-kejahatan yang dilakukannya.

 

Pelaksanaan acara berkabung mengenang syuhada Karbala dan derita Imam Husain dan Ahlul Bait adalah tradisi para Imam suci untuk mengabadikan gerakan kebangkitan Asyura. Karena itu, kisah Karbala tidak hanya diagungkan oleh umat Islam tetapi juga dihormati oleh umat-umat lain yang mendambakan keterbebasan dari kezaliman. Mungkin itulah yang disinggung oleh Nabi Saw dalam sabda beliau, “Kesyahidan Husain akan mengobarkan gelora di hati kaum mukmin yang tak akan pernah padam.”

Selasa, 21 September 2021 19:29

Doa al-Mujîr

 

Doa ini adalah doa yang tinggi derajatnya dan diriwayatkan dari Rasulullah saw. Malaikat Jibril telah membawakan doa ini untuk beliau ketika beliau sibuk melakukan salat di maqam Ibrahim as.

Dalam kitab Balad al-Amîn dan al-Mishbâh, Kaf’ami menyebutkan doa ini dan pada catatan kakinya menyebutkan keutamaannya. Di antaranya ia berkata, “Sesiapa membaca dia ini pada waktu al-ayyâm al-bîdh (tanggal 13, 14, dan 15) bulan Ramadan, dosa-dosanya akan diampuni meskipun dosa-dosa itu sebanyak tetesan hujan, daun pepohonan dan kerikil di padang pasir.”

Doa ini juga bermanfaat untuk menyembuhkan orang sakit, melunasi utang, mendatangkan kekayaan, kekuatan, dan menyirnakan kesedihan. Doa itu adalah sebagai berikut:

بِسْمِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

سُبْحَانَكَ يَا اللَّهُ تَعَالَيْتَ يَا رَحْمَانُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا رَحِيْمُ تَعَالَيْتَ يَا كَرِيْمُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مَلِكُ تَعَالَيْتَ يَا مَالِكُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا قُدُّوْسُ تَعَالَيْتَ يَا سَلامُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُؤْمِنُ تَعَالَيْتَ يَا مُهَيْمِنُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا عَزِيْزُ تَعَالَيْتَ يَا جَبَّارُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُتَكَبِّرُ تَعَالَيْتَ يَا مُتَجَبِّرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا خَالِقُ تَعَالَيْتَ يَا بَارِئُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُصَوِّرُ تَعَالَيْتَ يَا مُقَدِّرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا هَادِي تَعَالَيْتَ يَا بَاقِي

أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا وَهَّابُ تَعَالَيْتَ يَا تَوَّابُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا فَتَّاحُ تَعَالَيْتَ يَا مُرْتَاحُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا سَيِّدِيْ تَعَالَيْتَ يَا مَوْلايَ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا قَرِيْبُ تَعَالَيْتَ يَا رَقِيْبُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُبْدِئُ تَعَالَيْتَ يَا مُعِيْدُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا حَمِيْدُ تَعَالَيْتَ يَا مَجِيْدُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا قَدِيْمُ تَعَالَيْتَ يَا عَظِيْمُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا غَفُوْرُ تَعَالَيْتَ يَا شَكُوْرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا شَاهِدُ تَعَالَيْتَ يَا شَهِيْدُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا حَنَّانُ تَعَالَيْتَ يَا مَنَّانُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا بَاعِثُ تَعَالَيْتَ يَا وَارِثُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُحْيِيْ تَعَالَيْتَ يَا مُمِيْتُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا شَفِيْقُ تَعَالَيْتَ يَا رَفِيْقُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا أَنِيْسُ تَعَالَيْتَ يَا مُوْنِسُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا جَلِيْلُ تَعَالَيْتَ يَا جَمِيْلُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا خَبِيْرُ تَعَالَيْتَ يَا بَصِيْرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا حَفِيُّ تَعَالَيْتَ يَا مَلِيُّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مَعْبُوْدُ تَعَالَيْتَ يَا مَوْجُوْدُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا غَفَّارُ تَعَالَيْتَ يَا قَهَّارُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مَذْكُوْرُ تَعَالَيْتَ يَا مَشْكُوْرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا جَوَادُ تَعَالَيْتَ يَا مَعَاذُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا جَمَالُ تَعَالَيْتَ يَا جَلاَلُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا سَابِقُ تَعَالَيْتَ يَا رَازِقُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا صَادِقُ تَعَالَيْتَ يَا فَالِقُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا سَمِيْعُ تَعَالَيْتَ يَا سَرِيْعُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا رَفِيْعُ تَعَالَيْتَ يَا بَدِيْعُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا فَعَّالُ تَعَالَيْتَ يَا مُتَعَالُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا قَاضِي تَعَالَيْتَ يَا رَاضِي أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا قَاهِرُ تَعَالَيْتَ يَا طَاهِرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا عَالِمُ تَعَالَيْتَ يَا حَاكِمُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا دَائِمُ تَعَالَيْتَ يَا قَائِمُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا عَاصِمُ تَعَالَيْتَ يَا قَاسِمُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا غَنِيُّ تَعَالَيْتَ يَا مُغْنِي أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا وَفِيُّ تَعَالَيْتَ يَا قَوِيُّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا كَافِي تَعَالَيْتَ يَا شَافِي أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُقَدِّمُ تَعَالَيْتَ يَا مُؤَخِّرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا أَوَّلُ تَعَالَيْتَ يَا آخِرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا ظَاهِرُ تَعَالَيْتَ يَا بَاطِنُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا رَجَاءُ تَعَالَيْتَ يَا مُرْتَجَى أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا ذَا الْمَنِّ تَعَالَيْتَ يَا ذَا الطَّوْلِ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا حَيُّ تَعَالَيْتَ يَا قَيُّوْمُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا وَاحِدُ تَعَالَيْتَ يَا أَحَدُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا سَيِّدُ تَعَالَيْتَ يَا صَمَدُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا قَدِيْرُ تَعَالَيْتَ يَا كَبِيْرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا وَالِي تَعَالَيْتَ يَا مُتَعَالِي (يَا عَالِي) أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا عَلِيُّ تَعَالَيْتَ يَا أَعْلَى أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا وَلِيُّ تَعَالَيْتَ يَا مَوْلَى أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا ذَارِئُ تَعَالَيْتَ يَا بَارِئُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا خَافِضُ تَعَالَيْتَ يَا رَافِعُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُقْسِطُ تَعَالَيْتَ يَا جَامِعُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُعِزُّ تَعَالَيْتَ يَا مُذِلُّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا حَافِظُ تَعَالَيْتَ يَا حَفِيظُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ حَلِيْمُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا حَكَمُ تَعَالَيْتَ يَا حَكِيْمُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا قَادِرُ تَعَالَيْتَ يَا مُقْتَدِرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا عَلِيْمُ تَعَالَيْتَ يَا يَا مُعْطِيْ تَعَالَيْتَ يَا مَانِعُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا ضَارُّ تَعَالَيْتَ يَا نَافِعُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُجِيْبُ تَعَالَيْتَ يَا حَسِيْبُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا عَادِلُ تَعَالَيْتَ يَا فَاصِلُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا لَطِيْفُ تَعَالَيْتَ يَا شَرِيْفُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا رَبُّ تَعَالَيْتَ يَا حَقُّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مَاجِدُ تَعَالَيْتَ يَا وَاحِدُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا عَفُوُّ تَعَالَيْتَ يَا مُنْتَقِمُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا وَاسِعُ تَعَالَيْتَ سُبْحَانَكَ يَا فَرْدُ تَعَالَيْتَ يَا وِتْرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُقِيْتُ تَعَالَيْتَ يَا مُحِيْطُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا وَكِيْلُ تَعَالَيْتَ يَا عَدْلُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُبِيْن تَعَالَيْتَ يَا مَتِيْنُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا بَرُّ تَعَالَيْتَ يَا وَدُوْدُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا رَشِيْدُ تَعَالَيْتَ يَا مُرْشِدُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا نُوْرُ تَعَالَيْتَ يَا مُنَوِّرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا نَصِيْرُ تَعَالَيْتَ يَا نَاصِرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا صَبُوْرُ تَعَالَيْتَ يَا صَابِرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُحْصِيْ تَعَالَيْتَ يَا مُنْشِئُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا سُبْحَانُ تَعَالَيْتَ يَا دَيَّانُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا مُغِيْثُ تَعَالَيْتَ يَا غِيَاثُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا فَاطِرُ تَعَالَيْتَ يَا حَاضِرُ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ، سُبْحَانَكَ يَا ذَا الْعِزِّ وَ الْجَمَالِ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَبَرُوْتِ وَ الْجَلاَلِ سُبْحَانَكَ لاَ إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ، فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَ نَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَ كَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِيْنَ، وَ صَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَ حَسْبُنَا اللَّهُ وَ نِعْمَ الْوَكِيلُ وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ

Mahasuci Engkau ya Allah, Mahatinggi Engkau wahai Yang Maha Penyayang, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Penyayang, Mahatinggi Engkau wahai Yang Maha Dermawan, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Raja Diraja, Mahatinggi Engkau wahai Pemilik (segala sesuatu), lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau ya Quddus, Mahatinggi Engkau wahai Penganugerah keselamatan, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Penganugerah rasa aman, Mahatinggi Engkau wahai Pemelihara dan Penguasa jagad, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung, Mahasuci Engkau wahai Yang Mahamulia, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahaagung, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahaagung nan Mahatinggi, Mahatinggi Engkau wahai Pemilik keagungan, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pencipta, Mahatinggi Engkau wahai Pengada, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pembentuk, Mahatinggi Engkau wahai Penentu (segala ketentuan), lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pemberi petunjuk, Mahatinggi Engkau wahai Yang Kekal, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pemberi anugerah, Mahatinggi Engkau wahai Penerima taubat, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pembuka (pintu rahmat), Mahatinggi Engkau wahai Pemberi kelapangan, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Tuanku, Mahatinggi Engkau wahai Junjunganku, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahadekat, Mahatinggi Engkau wahai Yang Maha Mengawasi, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pemulai, Mahatinggi Engkau wahai Pengembali, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Terpuji, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahamulia, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Terdahulu, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahaagung, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pengampun (dosa), Mahatinggi Engkau wahai Pensyukur, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Saksi, Mahatinggi Engkau wahai Pemantau (jagad raya), lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahaasih, Mahatinggi Engkau wahai Pemberi anugerah, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pembangkit (makhluk dari alam kubur), Mahatinggi Engkau wahai Pewaris, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Menghidupkan, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mematikan, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Pengasih, Mahatinggi Engkau wahai Sahabat (penuh kasih), lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Sahabat (Setia), Mahatinggi Engkau wahai Pendatang ketenangan, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahaagung, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahaindah, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Mengetahui, Mahatinggi Engkau wahai Yang Maha Melihat, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Mencintai, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahakuat, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang layak disembah, Mahatinggi Engkau wahai

Yang Ada, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Pengampun, Mahatinggi Engkau wahai Yang Maha Mengalahkan,  lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang layak diingat, Mahatinggi Engkau wahai Yang layak disyukuri, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Dermawan, Mahatinggi Engkau wahai Tempat berlindung, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai (Pemilik) keindahan, Mahatinggi Engkau wahai (Pemilik) keagungan, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Terdahulu, Mahatinggi Engkau wahai Pemberi rezeki, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahabenar, Mahatinggi Engkau wahai Pembelah (kegelapan malam dengan cahaya siang), lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Mendengar, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahacepat (pengabulan-Nya), lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahatinggi, Mahatinggi Engkau wahai Pencipta, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Zat yang selalu aktif (mencipta), Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahatinggi, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Penentu, Mahatinggi Engkau wahai Yang (selalu) Ridha, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Mengalahkan, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahasuci, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Mengetahui, Mahatinggi Engkau wahai Yang Berkuasa, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahakekal, Mahatinggi Engkau wahai Yang Maha Berdiri Sendiri, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Penjaga (dari dosa), Mahatinggi Engkau wahai Pembagi, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahakaya, Mahatinggi Engkau wahai Pemberi kekayaan, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Penepat (janji), Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahakuat, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pemberi kecukupan, Mahatinggi Engkau wahai Penyembuh (penyakit), lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mendahulukan, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mengakhirkan, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahaawal. Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahaakhir, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau

wahai Yang Mahazahir, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahabatin, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Harapan, Mahatinggi Engkau wahai Yang Diharapkan, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pemilik anugerah, Mahatinggi Engkau Pemilik kebajikan, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahahidup, Mahatinggi Engkau wahai Yang Berdiri Sendiri, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Esa, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahatunggal, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung.

Mahasuci Engkau wahai Tuan (seluruh makhluk), Mahatinggi Engkau wahai Tempat Bergantung, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahakuasa, Mahatinggi Engkau wahai yang Mahabesar, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Penguasa (jagad), Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahatinggi, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahatinggi, Mahatinggi Engkau Wahai Yang Tertinggi, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pemilik (segalanya), Mahatinggi Engkau wahai Tuan(ku), lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pencipta, Mahatinggi Engkau wahai Pewujud, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Penurun (derajat), Mahatinggi Engkau wahai Penaik (kedudukan), lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahaadil, Mahatinggi Engkau wahai Pengumpul (yang terpisah-pisah), lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Memuliakan, Mahatinggi Engkau wahai Yang Menghinakan, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Penjaga, Mahatinggi Engkau wahai Pengawas, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahakuasa, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahategar, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Mengetahui, Mahatinggi Engkau wahai Yang Maha Penyabar, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Penentu (keputusan), Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahabijaksana, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pemberi, Mahatinggi Engkau wahai Pencegah (pemberian), lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pendatang bahaya, Mahatinggi Engkau wahai Pendatang manfaat, lindungilah kami dari api neraka

wahai Pelindung. Maha Suci Engkau wahai Pengabul (doa), Mahatinggi Engkau wahai Penghisab (amal), lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahaadil, Mahatinggi Engkau wahai Pemisah, lindungilah kami dari api neraka wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahalembut, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahamulia, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Tuhan, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahabenar, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahabesar, Mahatinggi Engkau wahai Yang Maha Esa, lindungilah kami dari

api nereka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Maha Pemaaf, Mahatinggi Engkau wahai Pembalas (dendam), lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahaluas, Mahatinggi Engkau wahai Penganugerah kelapangan, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahaasih, Mahatinggi Engkau wahai Yang Maha Penyayang, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahatunggal, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahasatu, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahamampu, Mahatinggi Engkau wahai Yang Maha Meliputi, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Wakil (Yang Setia), Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahaadil, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Penjelas,

Mahatinggi Engkau wahai Yang Mahakokoh, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pelaku kebajikan, Mahatinggi Engkau wahai Pengasih, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Penunjuk jalan, Mahatinggi Engkau wahai Pemberi petunjuk, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Nur, Mahatinggi Engkau wahai Penganugerah nur, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Penolong, Mahatinggi Engkau wahai Penolong, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Maha Penyabar, Mahatinggi Engkau wahai Penyabar, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Penghitung, Mahatinggi Engkau wahai Yang Mewujudkan, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Yang Mahasuci, Mahatinggi Engkau wahai Penyiksa, lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Penolong, Mahatinggi Engkau wahai Pelindung, lindungilah kami dari api neraka. Mahasuci Engkau wahai Pencipta, Mahatinggi Engkau wahai Yang (selalu) Hadir (mengawasi), lindungilah kami dari api neraka, wahai Pelindung. Mahasuci Engkau wahai Pemilik kemuliaan dan keindahan, Mahasuci Engkau wahai Pemilik kekuasaan dan keagungan, Mahasuci Engkau, tiada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim. Lalu Kami kabulkan doanya dan menyelamatkannya dari kesedihan, dan begitulah Kami menyelamatkan mukminin. Semoga Allah selalu mencurahkan shalawat atas junjungan kami, Muhammad dan seluruh keluarganya, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, cukuplah Allah bagi kami dan Ia adalah Wakil yang terbaik, serta tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung.

أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ

 

Ketua fraksi Hizbullah di parlemen Lebanon mengatakan bahwa pemerintah AS telah menghabiskan 10 miliar dolar selama 10 tahun terakhir untuk menyerang gerakan Hizbullah dengan memobilisasi sejumlah media demi merusak citra muqawama.

Ketua Fraksi Hizbullah di parlemen Lebanon, Mohammad Raad dalam rapat mosi percaya parlemen Lebanon terhadap kabinet baru hari Senin (20/9/2021) mengatakan bahwa krisis ekonomi digunakan untuk memukul Hizbullah di Lebanon dan merusak kredibilitasnya. 

"Amerika Serikat bukannya memberikan bantuan ekonomi kepada Lebanon maupun mendukung militer negara ini untuik menjaga stabilitas nasional. Tapi mereka justru menghamburkan uangnya untuk menghasut orang-orang Lebanon supaya satu sama lain saling serang," ujar Raad.

"Beberapa misi mereka untuk menyebarkan bahwa stabilitas Lebanon bergantung pada orang-orang yang menentang perlawanan," tegasnya.

Anggota dewan legislatif Lebanon ini menilai keputusan Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayid Hassan Nasrullah untuk mengimpor bahan bakar dari Iran adalah keputusan yang sepenuhnya nasionalis demi membela kepentingan bangsa dan negara.

Krisis bahan bakar di Lebanon telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir ke titik yang menyebabkan pemadaman listrik telah memaksa beberapa rumah sakit, toko roti, perusahaan dan layanan utama lainnya ditutup, tetapi krisis sedikit mereda dengan kedatangan pasokan bahan bakar dari Iran.