کمالوندی

کمالوندی

 

Republik Islam Iran Jumat (17/9/2021) di KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Dushanbe, Tajikistan dikukuhkan sebagai anggota resmi organisasi ini.

Pemimpin delapan negara anggota asli SCO menandatangani dokumen kesepakatan untuk mengubah Iran dari anggota pengamat menjadi anggota tetap. Pemimpin Uzbekistan, Tajikistan, Pakistan, Cina, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan dan India berharap prakarsa organisasi ini di komunitas internasional akan meningkat mengingat kekuatan Iran di dunia.

Terkait hal ini, Mahmoud Reza Sajjadi, mantan dubes Iran di Rusia dan pakar isu-isu internasional mengatakan, “Republik Islam Iran tidak akan pernah menyerah kepada ketamakan Barat, dan bahkan tidak akan bergerak dalam koridor pemaksaan kubu hegemon. Iran di komunitas internasional senantiasa mendukung pihak tertindas dan menentang hegemoni, dan pendekatan Iran ini merupakan kredibilitas besar bagi SCO.”

Dengan keanggotaan tetap Republik Islam Iran dalam Organisasi Kerjasama Shanghai, bobot politik dan ekonomi organisasi ini akan meningkat secara signifikan. Iran memiliki populasi muda dan tenaga kerja terampil, sumber daya ekonomi yang melimpah, kemajuan teknis yang dapat diterima di bidang teknik, dan teknologi asli, dan memfasilitasi akses SCO ke pasar Timur Tengah yang masih belum terjamah.

Negara-negara anggota SCO
Dr. Yang Jiemian, anggota pusat riset internasional Shanghai (SISU) terkait hal ini mengatakan, “Negara-negara sekutu AS juga berusaha menjadi anggota SCO, dan ini mengindikasikan bobot organisasi ini. Dengan keanggotaan tetap Iran di SCO, bobot ini meningkat. Selain itu, Iran juga mendapat manfaat besar khususnya sanksi Barat terhadap Tehran akan semakin mandul. Oleh karena itu, ini sebuah kerja sama win-win dan kubu anti-hegemoni akan semakin kuat dan solid.”

Amerika Serikat telah melakukan banyak upaya selama bertahun-tahun untuk mengisolasi Republik Islam Iran, tetapi faktanya berbeda. Permusuhan ini, dengan perlawanan yang tak tertandingi dari bangsa Iran dan dukungan dari cita-cita revolusi, menyebabkan semua kebencian ini menjadi bumerang, dan negara-negara di dunia, mengingat posisi regional dan internasional Iran, ingin meningkatkan kerja sama dengan Tehran. Keanggotaan tetap Iran dalam SCO adalah contoh dari fakta ini dan pencapaian unik Republik Islam di arena internasional.

Terkait hal ini Dr. Yang Jiemian menambahkan, “Dengan menjadi anggota tetap SCO, Iran telah mencapai salah satu tujuannya bahwa organisasi ini menjadi kanal hubungan Tehran untuk menyampaikan suara tuntutan kebebasan dan kebenarannya serta tempat untuk merefleksikan sikap kuat Iran di dunia. Selain itu, kekuatan dan pengaruh Iran bakal meningkat. Dengan keanggotaan tetap ini, program perluasan ekonomi Iran juga akan semakin cepat dan dapat mengakses pasar ini.”

Presiden Iran saat menghadiri KTT SCO di Dushanbe
Kerjasama regional dan internasional merupakan salah satu tujuan dibentuknya serikat dan organisasi regional agar dapat mempertahankan kemerdekaan dan keamanan ekonomi dan politik melalui kerjasama dan tumpang tindih dalam menghadapi ancaman keamanan dan ekonomi. Keamanan telah menjadi salah satu komponen Organisasi Kerja Sama Shanghai, yang memiliki dimensi luas. Organisasi Kerja Sama Shanghai telah dibentuk untuk tujuan yang sama. Sekarang, dengan keanggotaan tetap Iran, lingkup kegiatan SCO akan meningkat dalam semua aspek dengan negara-negara tetangga Iran.

 

Sekaitan dengan ini, Dr. Rajab Safarov, direktur Pusat Studi Iran Kontemporer di Moskow mengatakan, “SCO adalah organisasi pro-keamanan yang pertama kali dibentuk untuk memerangi terorisme. Iran juga berperan baik dalam membangun keamanan dan stabilitas di kawasan dan dunia, dan ini telah menimbulkan kebanggaan nasional terhadap Iran. Oleh karena itu, kami menyambut baik keanggotaan tetap Iran dalam Organisasi Kerja Sama Shanghai. Dalam dimensi ekonomi, dengan keanggotaan tetap Iran dan perluasan hubungan ekonomi di SCO, biaya dan harga akhir barang akan berkurang sesuai dengan kontrak ekonomi dan akan membuat pasar SCO kompetitif. Perdagangan berkembang pesat di kawasan ini, yang baik untuk semua anggota SCO dan Iran.”

Keanggotaan tetap Iran di SCO juga akan mendongkrak ekspor Tehran di Eurasia. Selain itu, negara-negara kawasan penting ini juga membutuhkan produksi Iran dan Tehran melalui SCO akan dengan mudah dapat mengakses pasar ini.

Sheikh Attar, mantan dubes Iran untuk India dan Jerman serta pengamat internasional, terkait hal ini mengatakan, “SCO memiliki lebih dari 25 persen Good manufacturing practices (GMP) dunia, dan ini sebuah keunggulan yang bagus bagi Republik Islam Iran dan SCO untuk meningkatkan level ini.”

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi bersama sejawatnya dari Tajikistan
Dr. Safarov juga mengatakan, “Negara-negara di kawasan Eurasia membutuhkan produk dan barang Iran dan sangat senang memiliki hubungan yang luas dengan Iran. Karena ribuan perusahaan Rusia bangkrut selama tahun-tahun ini, karena perusahaan-perusahaan ini bekerja sama dengan negara-negara Barat dan Eropa, dan dengan pengenaan sanksi Barat terhadap Rusia, perusahaan-perusahaan Barat berhenti bekerja sama. Kerugian dari pemutusan kerja sama ini sangat berat dan pengalaman yang pahit.”

Presiden Republik Islam Iran, Sayid Ebrahim Raisi di pidatonya di KTT SCO selain mengucapkan terima kasih atas keanggotaan tetap Iran di organisasi ini mengatakan, “Organisasi Kerja Sama Shanghai akan melanjutkan jalur pertumbuhannya, yang telah berhasil mendapatkan posisi regional dan internasional terkemuka dalam waktu singkat.”

Sementara Presiden Rusia, Vladimir Putin di KTT ini juga mengatakan, “Bergabungnya Iran dengan SCO akan meningkatkan kekuatan organisasi ini.”

Kesimpulannya adalah kini Barat memahami dengan benar nilai regional Republik Islam Iran, dan sampai pada kesimpulan bahwa tanpa Iran, keamanan di kawasan tidak mungkin tercapai serta SCO dengan menandatangani dokumen keanggotaan tetap Iran di organisasi ini, telah membatalkan seluruh skenario Barat untuk mencegah keanggotaan Iran di SCO. Tak hanya itu, Organisasi Kerja Sama Shanghai kini juga meraih posisi penting di kawasan dan dunia. Posisi yang akan membuat kekuatan global SCO di masa depan meningkat tajam.

 

Konvoi truk pengangkut bahan bakar dari Iran untuk Lebanon, Sabtu (18/9/2021) dinihari sudah melewati perbatasan Suriah.

Stasiun televisi Al Mayadeen melaporkan, konvoi kedua truk pengangkut bahan bakar Iran sudah melewati perbatasan Suriah, dan sedang menuju ke arah Lebanon.
 
Akibat sanksi Amerika Serikat, sejak 1,5 tahun lalu, Lebanon mengalami krisis ekonomi yang cukup parah, salah satunya ditandai dengan kelangkaan bahan bakar.
 
Untuk membantu mengurangi tekanan terhadap rakyat Lebanon dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar, Hizbullah membeli bahan bakar dari Iran. Konvoi truk bahan bakar Iran pertama sudah sampai di Lebanon, hari Kamis lalu.
 
Seorang pejabat senior militer rezim Zionis Israel secara implisit mengakui bahwa Israel memilih untuk tidak mengalangi pengiriman bahan bakar Iran ke Lebanon, karena menghindari konfrontasi langsung dengan Iran di laut, dan mencegah serangan rudal Hizbullah.

 

Perdana Menteri Lebanon mengatakan bahwa dirinya menunggu saudara-saudara tua Arab untuk membantu Lebanon, namun sampai sekarang tidak ada satu pun dari negara Arab yang mengontaknya.

Najib Mikati, Jumat (17/9/2021) dalam wawancara dengan stasiun televisi CNN mengaku dirinya sedang menanti bantuan dari saudara-saudara tua Arab untuk melewati krisis ekonomi dan sosial di Lebanon.
 
Ia menambahkan, “Lebanon adalah negara kecil di Dunia Arab, dan kami mencari saudara yang lebih tua di setiap negara Arab, untuk mengulurkan tangannya kepada kami, dan mengeluarkan Lebanon dari kekacauan ini.”
 
Menurut Mikati, Lebanon yang stabil akan menguntungkan seluruh Dunia Arab. Saat ditanya tentang anggota kabinetnya yang berasal dari Hizbullah, ia menjawab, “Hizbullah adalah partai politik di Lebanon, dan partai ini tidak bisa diabaikan.”

 

Seorang pejabat senior militer rezim Zionis Israel secara implisit mengakui bahwa segala bentuk serangan terhadap konvoi bahan bahan bakar yang diekspor Iran ke Lebanon, dianggap tidak perlu, dan Tel Aviv tidak ingin melakukannya.

Meski mengaku khawatir soal impor bahan bakar dari Iran oleh Lebanon, dan berusaha mengubah masalah ini menjadi masalah keamanan, namun Israel nampaknya tidak berani menyerang konvoi bahan bahan bakar Iran untuk Lebanon.
 
Situs Times of Israel, Jumat (17/9/2021) melaporkan, seorang pejabat senior militer Israel yang tidak mau diungkap identitasnya kepada Channel 12 TV Israel mengklaim, Tel Aviv tidak mau melakukan hal ini karena serangan langsung terhadap ekonomi Lebanon akan memicu protes rakyat negara ini, dan masyarakat internasional.
 
Sementara itu mantan perwira militer Israel, Laksamana Eli Sharvit dalam wawancara dengan Associated Press mengatakan, Israel telah meningkatkan kesiagaan di Laut Merah untuk mengantisipasi peningkatan ancaman Iran terhadap kapal-kapal Israel.
 
Ia menambahkan, Israel beberapa kali telah menggagalkan pengiriman senjata untuk Hizbullah lewat laut, namun mengingat krisis ekonomi Lebanon saat ini, Israel tidak tertarik untuk menghalangi pengiriman bahan  bakar Iran ke negara itu.

 

Sekitar 65 truk tangki memasuki Lebanon dari Suriah.

Kapal yang membawa bahan bakar telah merapat di pelabuhan Banyas Suriah. Kiriman itu kemudian ditransfer oleh truk tangki dari Suriah.

Lebih banyak pengiriman bahan bakar Iran yang ditujukan ke Lebanon diharapkan dalam beberapa hari mendatang.

Sebagian dari bahan bakar akan disumbangkan ke rumah sakit pemerintah dan lembaga serupa.

Sebuah perusahaan swasta kemudian akan ditugaskan untuk menjual bahan bakar ke pihak swasta.

Hizbullah telah memperingatkan bahwa kelompok Perlawanan menganggap konvoi itu sebagai bagian dari “tanah Lebanon”.

Pengiriman bahan bakar Iran ke Lebanon akan membuka cakrawala baru dalam hubungan kedua negara.

Ini akan menjadi panggung bagi kekalahan hegemoni AS di kawasan.

Kapal-kapal bermuatan bahan bakar Iran telah mematahkan pengepungan Lebanon.

Lebanon telah terperosok dalam krisis keuangan yang mendalam sejak akhir 2019. Ini juga menyebabkan mata uang Lebanon kehilangan banyak nilainya. Kekurangan bahan bakar yang parah juga telah melumpuhkan Lebanon.

AS telah memperburuk krisis dengan memberlakukan pengepungan di Lebanon. AS berusaha memaksa pembentukan pemerintahan yang ramah Barat di sana.

 

Juru Bicara Komando Operasi Angkatan Darat Irak, Mayjen Thasin Al Khafaji mengumumkan penarikan 2.500 tentara AS dari Irak pada akhir bulan ini.

Mayjen Tahsin Al Khafaji hari Sabtu (18/9/2021) menyatakan, "Pada akhir September, sebanyak 2.500 tentara AS, dan pada 31 Desember 2021, semua pasukan tempur AS akan meninggalkan Irak,".

Al-Khafaji mengatakan bahwa pertemuan penting telah diadakan antara pejabat Irak dan AS dalam beberapa hari terakhir mengenai penarikan pasukan AS dari Irak, serta menyepakati dukungan konsultasi dan logistik serta pelatihan dan peningkatan kapasitas pasukan Irak.

Badr al-Zaydi, anggota parlemen Irak di komite pertahanan dan keamanan negara itu pada hari Kamis menjelaskan bahwa tidak ada pasukan AS yang akan tetap berada di Irak hingga 1 Januari 2022.

Berdasarkan perjanjian Baghdad-Washington, kurang dari empat bulan tersisa sampai penarikan pasukan Amerika dari Irak. Menurut perjanjian yang ditandatangani antara Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi dan Presiden AS Joe Biden, semua pasukan AS harus meninggalkan Irak paling lambat 31 Desember 2021.

Sabtu, 18 September 2021 20:18

Iran Resmi Jadi Anggota Penuh SCO

 

Setelah sekian lama menjadi anggota pengamat di Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), Republik Islam Iran secara resmi diterima sebagai anggota penuh organisasi ini pada Jumat (17/9/2021).

Keputusan itu diumumkan pada Konferensi Tingkat Tinggi ke-21 SCO yang diadakan di Dushanbe, Tajikistan. Selama ini, Iran berstatus sebagai anggota pengamat di organisasi itu.

Presiden Cina Xi Jinping, yang menghadiri KTT SCO di ibu kota Tajikistan secara virtual, mengumumkan bahwa Iran diterima sebagai anggota penuh Organisasi Kerja Sama Shanghai.

Dia meminta negara-negara anggota untuk bersatu dan tidak membiarkan negara lain menyerang anggota organisasi ini.

Perdana Menteri India Narendra Modi juga menyambut keanggotaan penuh Iran di SCO.

Sekarang SCO memiliki sembilan negara anggota yaitu Cina, India, Rusia, Iran, Kazakhstan, Kirgistan, Pakistan, Tajikistan, dan Uzbekistan.

Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi mengatakan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) dapat menjadi lokomotif bagi multilateralisme global.

"SCO menunjukkan dengan baik bahwa ia dapat menjadi kekuatan pendorong multilateralisme global dengan bersandar pada kapasitas ekonomi, politik, nilai-nilai, dan demografinya," ujarnya dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi SCO di Dushanbe, Tajikistan, Jumat (17/9/2021).

Dia menekankan bahwa kebijakan luar negeri Republik Islam Iran selalu didasarkan pada partisipasi aktif di organisasi-organisasi internasional, (mendukung) multilateralisme, dan menentang unilateralisme.

Kebijakan Iran, lanjut Raisi, berpijak pada keadilan, kerja sama, saling menghormati, dan pentingnya berperan konstruktif dalam menghadapi tantangan regional dan internasional.

Menurutnya, penguatan kerja sama bilateral, khususnya di bidang ekonomi, merupakan faktor penting untuk meningkatkan peran strategis SCO dalam perekonomian global.

Presiden Iran menyatakan bahwa hari ini dunia telah memasuki era baru, sementara hegemoni dan unilateralisme telah melemah. Tatanan dunia bergerak menuju multipolar dan redistribusi kekuasaan yang menguntungkan negara-negara independen.

"Saat ini, perdamaian dan keamanan dunia terancam oleh hegemoni dan tantangan-tantangan seperti terorisme, ekstremisme, dan separatisme. Sebuah ancaman yang menargetkan negara dunia, terutama anggota dan mitra SCO," jelasnya.

Raisi menegaskan bahwa memelihara dan memperkuat perdamaian di wilayah yang luas ini bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan.

"SCO dan semangat yang melandasinya yaitu rasa saling percaya, kepentingan kolektif, kesetaraan, konsultasi timbal-balik, keragaman budaya, dan pembangunan bersama merupakan sarana kunci untuk menjaga perdamaian di abad ke-21," pungkasnya.

Sementara itu, Asisten Menteri Luar Negeri Iran Alireza Haghighian mengatakan, diterimanya Republik Islam Iran secara resmi di Organisasi Kerja Sama Shanghai, SCO berarti pengumuman gagalnya proyek pengucilan Iran oleh Amerika Serikat.

Alireza Haghighian, Sabtu (18/9/2021) menyinggung kekalahan kebijakan unilateralisme Barat dalam KTT SCO di Dushanbe, Tajikistan baru-baru ini.

Ia menuturkan, jalur kerja sama negara-negara anggota SCO di masa depan akan memperkuat multilateralisme.

Haghighian menganggap kehadiran negara-negara berpengaruh semacam Cina dan Rusia yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, di SCO, juga dapat menjadi penjamin stabilitas keamanan kawasan.

"Ini merupakan pendahuluan, dan jalur menuju kemajuan bagi kami, dan kami berharap dengan dilakukannya percepatan dalam urusan administrasi, Iran akan segera memasuki fase kerja sama baru di kawasan," pungkasnya.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei menyampaikan terima kasih kepada para atlet Iran yang berpartisipasi dalam olimpiade dan paralimpiade Tokyo, dan menyebut para atlet sebagai kebanggaan nasional.

Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan para atlet hari Sabtu (18/9/2021) menegaskan manifestasi nilai-nilai kemanusiaan, agama dan spiritualitas dalam pertandingan sebagai masalah yang sangat berharga dan penting. Rahbar mengatakan, "Atlet wanita Iran dalam kompetisi ini membuktikan bahwa jilbab Islami tidak mencegah mereka tetap bersinar di bidang olahraga, yang juga terbukti dalam bidang politik, ilmu pengetahuan dan administrasi,".

"Jilbab atlet wanita Iran telah membuka jalan bagi atlet wanita di negara-negara Muslim, sehingga sekarang atlet wanita lebih dari 10 negara muslim menggunakan jilbab di arena olahraga," ujar Rahbar.

Di bagian lain statemennya, Ayatullah Khamenei memandang masalah tidak mengakui rezim Zionis di bidang olahraga sebagai isu yang sangat penting, dengan menjelaskan, "Rezim Zionis yang kejam, pelaku genosida, dan ilegal sedang mencoba untuk mendapatkan legitimasi dengan berpartisipasi dalam arena olahraga internasional. Oleh karena itu, para pejabat olahraga dan atlet yang terhormat tidak boleh pasif dalam hal ini dengan cara apa pun,". 

Menyinggung tindakan timbal balik rezim Zionis dan pendukungnya untuk merampas hak atlet Muslim, Rahbar menekankan, "Kementerian Olahraga dan Kementerian Luar Negeri serta perangkat hukum pemerintah harus mengejar masalah ini melalui jalur hukum dengan mendukung atlet dalam negeri, bahkan atlet Muslim dari negara lain seperti atlet Aljazair yang  dirampas haknya,".

Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan bahwa seorang atlet Iran tidak dapat berjabat tangan dengan perwakilan rezim Zionis demi medali dan mengakui eksistensinya. Rahbar menegaskan, "Masalah ini memiliki sejarahnya. Di masa lalu, atlet dari negara lain menolak untuk bersaing dengan perwakilan rezim apartheid di Afrika Selatan. Mereka melakukannya, dan setelah beberapa saat, rezim itu menghilang dan rezim Zionis juga akan dihancurkan,"

 

Perdana Menteri Pakistan mengatakan ketegangan dalam hubungan Iran dan Arab Saudi dapat mempengaruhi harga minyak dunia, oleh karena itu kesepahaman dua negara ini menguntungkan Pakistan.

Imran Khan, Sabtu (18/9/2021) dalam wawancara dengan stasiun televisi Russia Today menuturkan, “Iran adalah negara tetangga kami, dan kita harus hidup rukun dengan tetangga. Semakin baik dan kuat hubungan Anda dengan tetangga, maka perdagangan dan hubungan dengan seluruh kawasan juga akan lebih baik.”
 
Ia menambahkan, “Saudi adalah sekutu terdekat Pakistan. Saudi adalah sahabat yang berulangkali membantu Pakistan di masa-masa sulit, maka dari itu kepentingan utama kami adalah Iran dan Saudi mencapai kesepahaman. Karena akan menjadi bencana bagi Pakistan, jika Iran dan Saudi berperang. Bukan hanya bagi Pakistan, bahkan bagi seluruh negara berkembang, karena konflik apa pun yang terjadi di antara kedua negara ini dapat mempengaruhi harga minyak dunia.”
 
PM Pakistan menegaskan, “Saya percaya seluruh negara dunia harus bekerja keras supaya Iran dan Saudi dapat mencapai kesepahaman, karena konflik keduanya mambawa dampak destruktif bagi seluruh dunia.” 

Sabtu, 18 September 2021 20:17

Saat Hubungan antara Prancis dan AS Memanas

 

Bersamaan dengan eskalasi tensi hubungan Prancis dan Amerika Serikat, Paris mengambil langkah mengejutkan dengan memanggil dubesnya dari Washington.

Selain itu, sebagai bentuk protes, Prancis juga dilaporkan memanggil dubesnya dari Australia. Pemerintah Prancis Kamis (16/9/2021) terang-terangan mengumumkan ketidakpuasannya atas pernyataan koalisi tiga negara, AS, Inggris dan Australia yang berujung pada pembatalan kontrak pembuatan kapal selam sebuah perusahaan Prancis dengan pemerintah Australia senilai 90 miliar dolar.

Menyusul penandatanganan kesepakatan kerja sama segitiga ini, acara peringatan ke-240 Perang Chesapeake (Battle of the Chesapeake) yang rencananya akan digelar di Kedubes Prancis di Washington akhirnya dibatalkan.

Menurut seorang petinggi Prancis, peringatan ini yang rencananya digelar untuk menekankan pengokohan hubungan Koalisi AS dan Prancis, sepertinya menggelikan karena pengumuman koalisi tiga negara ini. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Antoni Blinken demi menangkan suasana mengklaim bahwa negaranya memandang penting hubungan dan kerja sama dengan Prancis.

Sepertinya hubungan trans-Atlantik memasuki babak tensi baru. Presiden AS, Joe Biden sejak berkuasa di Gedung Putih, di pidato dan statemennya berulang kali mengisyaratkan kondisi tak meuaskan hubungan dan konvergensi trans-Atlantik karena kebijakan dan langkah Trump serta berjanji meninjau ulang masalah ini serta memulai proses kovergensi Eropa dan Amerika.

Presiden AS, Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron
Meski demikian, kini menjadi jelas bahwa statemen ini sekedar slogan dan dalam prakteknya, Washington masih menjadikan unilateralisme dan mengedepankan kepentingannya tanpa mengindahkan kepentingan Eropa di kebijakan dan langkahnya.

Contoh nyata di kasus ini adalah kinerja Biden terkait Afghanistan, di mana presiden Amerika ini mengabaikan pandangan Eropa di NATO terkait penarikan pasukan Barat dari Afghanistan. Menurut Eropa, pengalaman Afghanistan menunjukkan bahwa untuk selanjutnya mereka harus lebih berhati-hati mengekor Amerika di isu regional dan internasional.

Kini pemerintah Biden kembali memberi pukulan telak kepada negara penting kedua di Uni Eropa, yakni Prancis hanya untuk mengejar kepentingan pribadinya.

Amerika dengan membentuk koalisi baru dengan dua sekutu lamanya, yakni Inggris dan Australia, bersedia menyerahkan teknologi pembuatan kapal selam bertenaga nuklir kepada Australia.

Ini sebuah gebrakan baru AS mempersenjatai sekutunya dengan teknologi sensitif. Amerika di tahun 1958 memberi teknologi pembuatan kapal selam nuklir kepada Inggris. Hal ini mengindikasikan posisi penting Australia di strategi militer dan keamanan Amerika di kawasan Indo-Pasifik.

Sejatinya Washington dengan memperkuat militer Australia berencana menjadikan sekutu tradisionalnya ini menghadapi langkah Cina di kawasan ini.

Reza Ghabishawi, pengamat politik mengatakan, “Amerika dan Inggris di aksinya melawan Cina, berusaha menjadikan Australia sebagai ujung tombak melawan aksi militer Cina. Meski demikian, harga yang harus dibayar dari langkah ini bagi Eropa khususnya Prancis adalah sangat mahal. Pembatalan kontrak senilai 90 miliar dolar antara Prancis dan Australia untuk pembuatan 12 kapal selam, memberi pukulan besar bagi ekonomi dan kredibilitas Paris.”

Faktanya, mengingat statemen petinggi pemerintah Biden terkait hubungan hangan Washington dan Paris, Prancis tidak mengharapkan pukulan besar seperti ini dari pemerintah Biden yang mengklaim konvergensi kembali trans-Atlantik.

Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian menyebut langkah ini seperti tikaman dari belakang kepada Prancis dan pengkhianatan serta mengingatkan perilaku Donald Trump.

Selain itu, Uni Eropa seraya memprotes Koalisi AS, Inggris dan Australia, hari Kamis (16/9/2021) mengumumkan strategi resminya untuk menambah kehadirannya di wilayah Indo-Pasifik dan melawan kekuatan Cina yang terus meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa Eropa ingin mengejar strategi khususnya di kawasan strategis ini mengingat kebijakan monopoli AS.