کمالوندی

کمالوندی

Minggu, 09 November 2014 00:00

Ibn Sakan Meninggal Dunia

Pada tanggal 15 Muharram 303 hijriah, Ibn Sakan, ilmuan dan ahli hadis terkenal abad ke empat hijriah meninggal dunia.

Ia lahir pada tahun 294 hijriah di kota Baghdad dan melakukan banyak perjalanan dalam rangka menimba ilmu pengetahuan. Di Khorasan, Irak, Syam dan Mesir beliau mengumpulkan dan mencatat hadis, sehingga akhirnya memilih untuk menetap di Mesir.

Ia banyak memperoleh riwayat dan hadis karena melakukan kunjungan ke berbagai negeri Islam dan berjumpa dengan para perawi hadis. Di antara karya pentingnya ialah Al Huruf Fis Shahabah yang membahas tentang sejarah para sahabat nabi.

Pada tanggal 15 Muharram tahun 589 hijriah, Ali bin Musa bin Ja'far yang terkenal dengan nama Sayid ibn Thawus, faqih, ahli hadis dan ulama terkenal muslim lahir di Hillah, Irak. Beliau memenuhi waktunya dengan belajar sejak kanak-kanak hingga menginjak usia remaja. Kemudian beliau berpindah ke Baghdad dan tinggal disana selama 15 tahun.

Sayid Ibnu Tawus merupakan salah seorang ilmuan terkemuka karena kedalaman ilmu, ketakwaan dan akhlaknya. Ibn Tawus menghasilkan banyak karya yang menjadi sumber rujukan dalam kepustakaan Islam.

Di antara karyanya yang terkenal ialah al-Luhuf ÔÇÿala Qatlat Thufuf berkaitan dengan kebangkitan Imam Husein dan peristiwa Asyura yang merupakan buku yang sangat berharga. Buku ini telah berulang kali dicetak di Iran, Lebanon dan Najaf. Karya lain Ibnu Tawus ialah "Sa'dus Su'ud" dan "al-Iqbal bi Shalihil A'mal". Sayid Ibnu Tawus wafat pada tahun 664 hijriah dalam usia 75 tahun.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Hijab

Islam dalam topik hijab mengkaji masalah dengan sangat bijaksana. Semakin seseorang detil, maka ia akan mendapati topik tersebut lebih dalam. Tentunya syariat Islam menentukan batasan tertentu terkait hukum hijab dan batasan itu harus dikenali. Tidak perlu melangkahi batasannya atau ekstrim kanan dan kiri di dalamnya. Hijab wanita-wanita Iran adalah hijab yang bagus. Tentunya ini bukan satu-satunya bentuk hijab. Muslimah-muslimah lainnya di dunia juga memiliki beragam hijab lainnya, meskipun tidak punya chadur. Sekalipun menurut pandangan kami, chadur adalah hijab yang lebih bagus. Chadur adalah hijab yang bagus dan merupakan hijab yang terbagus. Siapa saja yang menginovasi chadur- chadur pada hakikatnya adalah hijab Irani- ia telah menginovasi pakaian yang bagus. Prinsipnya adalah topik hijab dan makna hijab harus dipahami. Hijab bukan berarti hijab wanita dari lelaki. Hijab kita adalah antara wewenang kehidupan khusus lelaki dan wanita. Tentunya wanita harus menjaga dengan cara tertentu dan lelaki juga harus menjaganya dengan cara yang lain. Terkait kehalusan yang kami jelaskan, sebagian hal dipaksakan kepada wanita. Imam Ali as berkata, ÔÇ£AlmarÔÇÖatu Raihaanatun.ÔÇØ Wanita adalah bunga. Ini adalah ibarat yang ajaib dan memiliki kelembutan dan kehalusan tersendiri dalam dirinya. Terkait lelaki tidak ada ibarat seperti ini, yang mengatakan ÔÇ£AlmarÔÇÖu RaihaanunÔÇØ menjadi bunga akan memaksakan sebagian hal kepada seseorang dan mau tidak mau harus menjaga sebagian hal tertentu.
 

 

Menjaga hijab, bagi kaum wanita, pertama tidak menjadi penghalang aktivitas keilmuan dan politik sama sekali. Bila kita ingin mengajukan dalilnya, para wanita yang pandai, mengenyam bangku sekolah, berpendidikan, memiliki aktivitas politik, aktivitas sosial, hadir dan aktif di kebanyakan kancah kehidupan dengan memakai hijab; hijab baginya bukan penghalang.

 

Bukan berarti di tengah-tengah masyarakat kita, orang-orang yang tidak memakai hijab dengan baik  pasti maju atau hadir di lingkungan keilmuan. Di masa ketika politik pemerintahan yang berkuasa di negara ini menetapkan bahwa semua digiring ke arah untuk tidak berhijab bahkan ke arah kekejian, mereka yang lebih banyak tenggelam dalam lumpur ini bukanlah orang-orang yang berilmu, memiliki spesialisasi, berpengetahuan dan berpendidikan. Tapi sebaliknya. Mereka yang berpendidikan dan semacamnya malah menyingkirkan diri. Sekarang ini juga demikian. Dengan demikian, hijab dari satu sisi bukan penghalang. Dan ini adalah pakaian khusus seorang muslimah dan menjaganya tidak membuatnya menjadi penghalang baginya untuk melakukan pekerjaan yang baik,  dan tidak menjadi penghalang untuk mencapai kemajuan spiritual, materi dan lahiriah. Dari sisi lain, hijab bagi kaum wanita di tengah-tengah masyarakat memberikan pelbagai anugerah yang tidak ada bandingannya. Salah satu dari anugerah itu adalah menjaga pondasi rumah tangga. Dengan tanpa hijab, pondasi rumah tangga tidak akan terjaga dengan baik dan akan melemah. Problem ini sekarang ada di Barat.

 

Jangan katakan bahwa ada orang-orang yang memiliki keluarga yang baik, penyayang dan lingkungan rumah tangga yang baik, sementara mereka juga tidak berhijab. Tentunya pasti ada keluarga seperti ini. Kita tidak ingin mengatakan bahwa di mana saja hijab tidak dijaga, maka rumah tangga pasti akan goyah. Tapi kita ingin mengatakan bahwa ketika di lingkungan masyarakat prinsip ini tidak dijaga maka prinsip yang itu dengan sendirinya akan goyah. Dan hal inilah yang telah terjadi di Barat.

 

Masalah ini akan menampakkan akibatnya yang benar-benar menyakitkan di tengah-tengah masyarakat. Masalah melemahnya pondasi rumah tangga, masalah perdagangan wanita yang benar-benar membuat orang menangis dan tragis. Sekarang di dunia, berdasarkan laporan yang disampaikan. Laporan ini menurut saya adalah laporan PBB, laporan sebuah badan resmi, perdagangan yang paling cepat berkembang adalah perdagangan  wanita dan penyelundupan wanita. Ada sejumlah negara terburuk dalam bidang ini, antara lain rezim Zionis. Wanita dan anak-anak perempuan atas nama mencari pekerjaan dan atas nama perkawinan dan semacamnya dikumpulkan dari negara-negara miskin, dari Amerika Latin, dari sebagian negara Asia, dari sebagian negara miskin Eropa dan mereka dibawa dan diserahkan ke pusat-pusat dengan kondisi yang benar-benar tragis, dimana badan manusia bergetar untuk membayangkan dan menyebut nama mereka. Semua ini berdasarkan pandangan yang salah, ini adalah ketidakseimbangan secara aniaya terkait kedudukan wanita di tengah-tengah masyarakat. Fenomena anak haram dan jumlah terbesar anak haram juga ada di Amerika. Fenomena hidup bersama di luar nikah. Yakni pada hakikatnya, menghancurkan lembaga rumah tangga, lingkungan rumah tangga yang hangat dan akrab dan keberkahan rumah tangga. Hal ini menjauhkan manusia dari keberkahan. Semua ini bersumber dari problem pertama. Hal ini harus dipikirkan.  Kedudukan wanita harus didefinisikan dan harus bertahan di hadapan logika rumor Barat dengan serius.

 

Pada waktu tertentu saya mengatakan, saya ditanya bahwa apa yang bisa Anda jawab di hadapan isu-isu Barat terkait masalah wanita di negara kita? Saya jawab, kita tidak perlu mempertahankan diri, tapi kita yang harus menyerang mereka. Terkait dengan masalah wanita kita berposisi sebagai penuntut Barat. Kita sebagai pengklaim. Merekalah yang sedang melakukan kezaliman terhadap wanita. Mereka menghina wanita. Mereka menurunkan posisi wanita. Atas nama kebebasan, atas nama karier, atas nama memberikan tanggung jawab, para wanita ditekan secara kejiwaan, psikologi, perasaan kepribadian serta kehormatan mereka diinjak-injak. Barat yang harus memberikan jawaban.

 

Sumber: Khanevadeh; Be Sabke Sakht Yek Jalaseh Motavval Motavva Dar Mahzar-e Magham Moazzam Rahbari.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Nasihat Imam Husein as: Pahala Beribadah

Pahala Beribadah

 

Imam Husein as berkata:
 

 

ÔÇ£Barangsiapa yang menyembah Allah Swt dikarenakan Dia layak disembah, niscaya Allah menganugerahkan lebih dari yang diinginkan dan dibutuhkan.ÔÇØ (Bihar al-Anwar, jilid 71, hal 184)

 

Manusia yang begitu mencintai Allah dan menyembah-Nya dikarenakan Allah layak untuk disembah senantiasa menyibukkan dirinya dengan penghambaan kepada-Nya. Dengan beribadah itu ia berusa meraih pertolongan dan rahmat Allah, sehingga nikmat Allah terus menerus diturukan kepadanya.

 

Selain itu, ibadah dan penyembahan yang dilakukan kepada Allah Swt mempengaruhi jiwanya, sehingga hatinya menjadi kuat dan tenang. Itulah mengapa orang yang banyak beribadah dengan mudah dapat melewati segala masalah yang dihadapinya.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Al-Quran dalam Kehidupan Imam Husein as

Apakah Anda mengenal manusia-manusia langit? Adalah yang hati mereka dipenuhi keyakinan, perilaku mereka lembut dan dada mereka penuh dengan kecintaan kepada Allah. Dengan tangan-tangan mereka masalah masyarakat terselesaikan dan langkah-langkah mereka untuk beramal semata-mata demi keridhoan Allah Swt. Sedemikian terkesima dan terpesona mereka kepada Allah Swt sehingga malam-malam mereka lalui dengan shalat dan beristighatsah serta meratap kepada Sang Pencipta. Mereka hidup di dunia dan bekerja akan tetapi tidak pernah tertipu oleh kenikmatan dunia yang cepat berlalu dan seperti yang disebutkan al-Quran:
 

ÔÇ£Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayar zakat...ÔÇØ (al-Nur, ayat 37)

 

Imam Husein as adalah salah satu manifestasi dari manusia unggul tersebut yang memiliki hubungan cinta dengan Sang Pencipta, dan yang kehidupannya terikat dengan al-Quran. Imam Husein as mendapat bimbingan langsung Rasulullah Saw, Sayidah Fatimah as dan Imam Ali bin Abi Thalib as. Sejak usia dini beliau telah mengenal dan mempelajari al-Quran. Rasulullah Saw dalam hadis terkenal Tsaqalain, menyebut Ahlul Bait-nya dan al-Quran saling terikat dan bersabda: ÔÇ£Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka : kitab Allah (al-Quran) dan itrahku (Ahlul Bait) dan keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiku di telaga sorga.ÔÇØ

 

Mengingat Ahlul Bait as memiliki hubungan yang sedemikian kuat dengan al-Quran, maka tafsir al-Quran juga harus dicari dalam ucapan dan amal mereka, karena khazanah kemuliaan dan keutamaan al-Quran tersimpan dalam wujud mereka.

 

Perjalanan hidup Imam Husein as terikat erat dengan al-Quran sehingga pada detik-detik akhir hidupnya di padang gersang Karbala, beliau tetap memberikan nasehat dengan ayat-ayat al-Quran dan bahkan menunjukkan kepada pasukan Yazid tentang akibat yang akan mereka alami dengan membacakan ayat-ayat wahyu.

 

Setelah kematian Muawiyah, Imam Husein as ditekan oleh penguasa Madinah untuk berbaiat kepada Yazid. Di hadapan tekanan tersebut dan dalam menjawab tuntutan penguasa Madinah, Imam Husein as menyebut dirinya dan Ahlul Bait sebagai khazanah risalah dan imamah, serta menyebut Yazid sebagai orang yang fasiq. Kemudian kepada penguasa Madinah, Imam Husein as berkata, ÔÇ£Dia adalah orang yang fasiq, lalu bagaimana mungkin aku berbaiat kepadanya?ÔÇØ

 

Menghadapi tekanan penguasa Madinah, Imam Husein as kemudian berkata, ÔÇ£Aku dari keluarga suci sebagaimana Allah telah menurunkan ayat tentang mereka kepada Rasulnya: Sesungguhnya Allah berkehendak melenyapkan dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.ÔÇØ (al-Ahzab ayat 33)

 

Imam Husein as tetap menghadapi tekanan dari penguasa Madinah dan akhirnya beliau bersama rombongan keluarganya keluar dari Madinah menuju Mekkah selain untuk menunaikan haji juga untuk menghindari bahaya. Ketika itu Imam Husein membacakan ayat 21 surat al-Qasas: ÔÇ£Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu." Doa inilah yang dibaca Nabi Musa as ketika terbebas dari cengkeraman Firaun.

 

Setibanya di Mekkah, Imam Husein as kembali mengucapkan doa yang juga diucapkan oleh Nabi Musa dan disebutkan dalam al-Quran: Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): ÔÇ£Semoga Tuhanku membimbingku ke jalan yang benarÔÇØ. Pembacaan ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Imam Husein as di masanya sama seperti Nabi Musa, sendirian dan menghadapi ancaman dari pemerintah zalim, juga menunjukkan puncak ketidakpedulian umat Islam saat itu dalam mendukung Ahlul Bait Nabi as.

 

Imam Husein as yang tidak dapat menerima kezaliman dan kesewenang-wenangan Yazid serta pendistorsian hukum dan sunnah Islam oleh manusia fasiq itu, memutuskan untuk menyadarkan para pemimpin kabilah Arab. Beliau di Mekkah menulis dua surat untuk warga Basrah dan Kufah. Kepada warga Basrah beliau menulis, ÔÇ£Sesungguhnya Rasulllah Saw telah diutus untuk kalian dengan al-Quran dan aku menyeru kalian kepada al-Quran dan sunnah Rasul Saw karena mereka telah menyimpangkan sunnah dan menghidupkan kembali bidÔÇÖah! Jika kalian mengikutiku, maka aku akan membimbing kalian ke jalan kebahagiaan dan kebebasan.ÔÇØ

 

Kepada warga Kufah, Imam Husein as menulis, ÔÇ£... bukan pemimpin kecuali jika seseorang yang mengamalkan kitab Allah Swt (al-Quran), menegakkan keadilan, menjadikan kebenaran sebagai pilar hukum masyarakat dan menjaga dirinya tetap jalan lurus Allah Swt.ÔÇØ

 

Benar bahwa tugas besar Imam Husein as adalah mengembalikan umat pada bimbingan kebahagiaan dalam al-Quran dan sunnah Rasulullah Saw.

 

Setelah menerima ribuan surat baiat dari warga Kufah, Imam Husein as bergerak menuju kota tersebut (di Irak sekarang). Akan tetapi di tengah jalan dan di padang Karbala, perjalanan beliau dihadang pasukan musuh. Saat itu, warga Kufah bukan saja meninggalkan Imam Husein as sendirian, melainkan juga bertindak bertentangan dengan baiat mereka dan bahkan sebagian di antara mereka bergabung dengan pasukan Umar bin Saad untuk menumpahkan darah manusia termulia kala itu. Namun, Imam Husein as yang selalu bersama dengan cahaya al-Quran, mengetahui bahwa ÔÇ£siratul mustaqimÔÇØ adalah jalan yang sedang ditempuh beliau.

 

Sore hari kesembilan bulan Muharram, Umar bin Saad mengerahkan pasukannya menyerang tenda-tenda keluarga dan sahabat Imam Husein as. Imam Husein as meminta saudaranya Abbas untuk berbicara kepada pasukan musuh agar memberikan kesempatan satu malam untuk berdoa, shalat, membaca al-Quran dan bermunajat serta menyampaikan cinta dan penyerahan diri kepada Allah Swt.

 

Pada malam kesepuluh Muharram atau Asyura, Imam Husein as mengucapkan kata-kata yang menunjukkan puncak cinta beliau kepada Allah Swt dan berkata, ÔÇ£Allah Swt mengetahui dengan baik bahwa aku selalu mencintai shalat, membaca al-Quran, banyak berdoa dan memohon ampunan dari-Nya.ÔÇØ

 

Imam Husein as pada siang dan malam Asyura membacakan berbagai ayat untuk menyadarkan umat. Termasuk di antaranya adalah pada malam Asyura dan tentang kondisi pasukan Yazid beliau membacakan ayat 178 dan 179 surat al-Imran:

 

ÔÇ£Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian kesempatan Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi kesempatan kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin).ÔÇØ

 

Dalam khutbah di hari Asyura, beliau berulangkali menyinggung ayat al-Quran agar pasukan musuh menyadari kesalahan mereka. Agar tidak terbersit anggapan bahwa beliau mengandalkan sarana materi, Imam Husein membacakan ayat 196 surat al-AÔÇÖraf: ÔÇ£Sesungguhnya pelindungku adalah Yang telah menurunkan Al Kitab (Al Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.ÔÇØ

 

Pada hari itu, seorang dari pasukan Umar bin Saad bernama Muhammad AsyÔÇÖats berkata kepada Imam Husein as: ÔÇ£Wahai Husein putra Fatimah! Posisi dan keunggulan apa dari Rasullah Saw yang ada pada dirimu yang tidak ada pada orang lain?ÔÇØ Imam Husein as menjawabnya dengan ayat 33 surat al-Imran: ÔÇ£Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).ÔÇØ Imam Husein as menjelaskan bahwa dirinya adalah dari keturunan Nabi Ibrahim as dan Allah Swt telah memuliakannya lebih dari manusia lain.ÔÇØ

 

Dan ketika Imam Husein as menyadari bahwa nasihat dan peringatan kasih sayang beliau tidak berguna lagi bagi pasukan musuh, beliau membacakan ayat 71 surat Yunus:

 

ÔÇ£Hai kaumku, jika terasa berat bagimu untuk tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi kesempatan kepadaku.ÔÇØ

 

Dan musuh pun membantai Imam Husein as beserta keluarga dan sahabat beliau secara sadis di padang Karbala.

 

Keakraban Imam Husein as dengan al-Quran tidak hanya pada masa kehidupan jasmani beliau saja, melainkan juga berlanjut setelah kesyahidan beliau. Salmah bin Kuhail mengatakan, ÔÇ£Aku melihat kepala suci (Imam Husein as) di ujung tombak yang membacakan ayat ini ÔÇÿMaka Allah akan menjagamu dari [keburukan] mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha MengetahuiÔÇÖ.ÔÇØ (al-Baqarah ayat 137)

 

Nasehat dan peringatan Imam Husein as serta kehidupan dan kebangkitan beliau, semuanya terilhami dari al-Quran. Beliau tidak menerima kehinaan dan kenistaan walau sedetik pun, dan pesan-pesan kebangkitan beliau menunjukkan kehormatan dan komitmen pada jalan al-Quran.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Imam Baqir as, Mata Air Hakikat

Hari ketujuh bulan Zulhijjah bertepatan dengan hari syahidnya Imam Muhammad Baqir as, cucu Rasulullah Saw. Imam Baqir seperti para Imam Ahlul Bait as lainnya merupakan pribadi agung dan teladan bagi seluruh umat manusia. Beliau mendapat gelar Baqirul Ulum, 'pengungkap dan penyebar ilmu'. Gelar tersebut membuktikan kedalaman ilmu dan pengetahuan beliau, karena Imam Baqir memahami dengan baik seluk beluk keilmuan dan keruwetannya. Rahasia-rahasia setiap ilmu pun dipahami dengan baik oleh Imam Baqir.
 

 

Imam Muhammad Baqir as mereguk cawan syahadah pada hari ketujuh Zulhijjah tahun 114 H di usia ke 57 tahun. Keberadaan beliau di tengah umat sebagai mentari yang menyinari seluruh umat manusia rupanya membuat penguasa Bani Umayyah tak tahan. Mereka pun berusaha keras membunuh imam umat Islam ini. Akhirnya impian mereka tercapai dan umat kehilangan seorang pemimpin dan pencerah yang senantiasa memberikan bimbingan kepada mereka.

 

Imam Muhammad Baqir, seperti juga para imam lainnya, adalah seorang manusia yang sempurna dan terpelihara dari segenap aib dan kekurangan serta memiliki semua kesempurnaan insani. Pernyataan tersebut bukan hanya diyakini oleh para pecinta Ahlulbait, melainkan juga oleh para penentangnya. Di kalangan masyarakat umum dan khusus, ia lebih populer, terkenal, dan lebih berwibawa. Apa yang tampak dari ilmu agama, sunnah, tafsir al-Quran, sirah, serta adab kehidupan Imam tidaklah tampak pada diri anak-anak Hasan dan Husain lainnya. Sisa-sisa sahabat, para pembesar dari tabi'in, dan ulama fikih meriwayatkan persoalan agama dari Imam Baqir. Imam Baqir populer dengan keutamaan ilmu sehingga berbagai macam syair dikumandangkan untuk menyifati keutamaannya itu. Abu Fida' mengenai Imam mengatakan, "Muhammad bin Ali bin Husain Abu Ja'far Baqir adalah tabi'in yang sangat mulia dari segi ilmu, amal, dan qiyadah.

 

Kehidupan Imam Baqir as merupakan sebuah prestasi besar bagi umat Islam. Imam Baqir dari satu sisi aktif memperkokoh landasan ideologi dan keyakinan masyarakat dan dari sisi lain dengan metode argumentatif mengkritik pemikiran menyimpang serta keyakinan sesat. Imam Baqir as juga dapat disebut sebagai revolusioner ideologi besar di dunia Islam. Beliau pencetus serta peletak dasar-dasar gerakan keilmuan dan budaya yang luas di dunia Islam, dengan demikian Imam Baqir telah mempersiapkan terbentuknya sebuah universitas global Islam.

 

Imam Baqir barusaha keras mengenalkan ajaran Islam murni seperti yang diajarkan oleh kakeknya, Rasulullah Saw kepada para pecinta kebenaran. Gerakan besar keilmuan dan kebudayaan yang dirintis Imam Baqir as ini dikemudian hari terlihat hasilnya yang nyata. Di zaman Imam Baqir as, krisis politik yang mendera dinasti Umawiyah membuat Ahlul Bait sedikit dapat bernafas dengan lega dan pemerintah zalim tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk merecoki keluarga suci Nabi ini.  Saat itu, dinasti Umawiyyah dirundung konflik politik dan sendi-sendi pemerintahannya semakin lemah dan goyah.  Dalam kondisi seperti ini, terbuka peluang bagi Ahlu Bait Nabi untuk meyebarkan budaya dan ajaran Islam.

 

Di era Imam Baqir as, sejumlah syuhbat dan ideologi impor mulai merambah masyarakat Muslim. Saat itu, Imam Baqir berusaha keras untuk mencabut akar-akar pemikiran sesat dan menyimpang tersebut. Beliau mengenalkan kepada umat bahwa al-Quran, Sunnah Nabi dan Ahlul Baitnya sebagai rujukan paling tepat dan benar untuk menyelesaikan kendala pemikiran serta ideologi umat Islam. Dengan parameter yang dikenalkan Imam tersebut diharapkan para cendikiawan dan umat Islam mampu memilah mana jalan yang benar dan mana yang menyimpang.

 

Imam Baqir a.s. dikenal karena keluasan ilmu dan takwanya. Ia selalu menjadi rujukan muslimin dalam setiap problema. Keberadaan Imam Baqir a.s. adalah sebuah pengantar bagi perbaikan umat. Masyarakat mengenalnya sebagai putra orang-orang luhur yang rela mengorbankan jiwa dan raga mereka demi mencegah penyelewengan umat yang hampir saja memusnahkan Islam. Dengan pengorbanan mereka ini, diharapkan muslimin dapat mengetahui bahwa para penguasa yang memerintah atas nama Islam tidak seperti kenyataan di alam realita. Mereka tidak pernah mau untuk mempraktekkan Islam dalam pemerintahan mereka.

 

Dalam diri Imam Baqir terdapat ilmu dan hikmah yang luas serta akhlak yang mulia sehingga terpancar kesempurnaan insani dalam diri manusi suci ini. Gelar Baqirul Ulum, 'pengungkap dan penyebar ilmu', bukan sembarang gelar yang disematkan kepada beliau. Gelar ini dibuktikan dengan kedalaman ilmu yang beliau miliki yang telah diakui oleh kawan maupun lawan beliau. Muhammad Abdul Fattah, salah satu ulama dari mazhab Hanafi berkata, ÔÇ£Muhammad bin Ali as mendapat gelar al-Baqir karena beliau berhasil menyingkap hikmah dan ajaran yang terpendam.ÔÇØ Di zaman Imam Baqir banyak ulama dari mazhab lain yang berguru kepada beliau. Zuhra, Abu Hanifah, Malik bin Anas dan Imam Syafii termasuk ulama besar yang sempat belajar kepada Imam Muhammad Baqir as. Selain itu, karya sejumlah ulama dan sejarawan Ahlu Sunnah seperti Tabari, Baladhiri, Khatib Baghdadi dan Zamakhsyari juga mengambil riwayat dari Imam Baqir as.

 

Imam Baqir as dan Ahlul Bait dengan keagungannya dan kedudukan serta keilmuannya yang tinggi senantiasa membaur dengan masyarakat dan tidak mengambil jarak dengan mereka. Sejarah manusia-manusia suci ini mengindikasikan bahwa mereka memilih kehidupan yang sederhana dan tidak bermewah-mewahan. Ahlul Bait Nabi sangat menekankan usaha dan pekerjaan, artinya seseorang harus terus berusaha dan bekerja mencari nafkah. Para ahlul bait meski mereka mencapai derajat spritual yang tinggi, namun memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Mereka bekerja membanting tulang untuk memenuhi kehidupan mereka serta keluarganya.

 

Salah satu yang sangat ditekankan oleh Imam Baqir adalah bekerja untuk menafkahi keluarga. Beliau pun menerapkan hal ini pada pribadinya. Di tengah terik matahari yang menyengat Imam Baqir tak segan-segan bercocok tanam dan mencangkul sawah. Beliau meyakini bekerja demi mendapat rizki yang halal termasuk ibadah. Imam Baqir as mencela sikap malas dan tak mau bekerja (pengangguran). Pengangguran selain menciptakan ketidakstabilan jiwa, juga merusak kehormatan dan kepribadian seseorang. Imam Baqir as bersabda, ÔÇ£Aku sangat membenci mereka yang mengada-adakan alasan dan tidak mau bekerja serta berkata, Ya Allah! Berilah hamba-Mu rizki.ÔÇØ

 

Imam Baqir as menilai berupaya mencari rizki yang halal sebagai karakteristik orang-orang yang dicintai Allah Swt. Beliau bersabda, ÔÇ£Ketahuilah bahwa auliyaullah (orang yang dicintai Allah) adalah orang yang menghindari hal-hal yang diharamkan dan meraih rizki yang halal melalui bekerja serta berdagang. Auliyaullah adalah orang-orang yang menjalankan kewajiban yang dibebankan di pundaknya dan Allah memberi berkah pada perdagangan serta pekerjaan mereka.ÔÇØ

 

Imam Baqir as adalah sosok yang senantiasa memperjuangkan hak dan kebenaran serta tidak pernah diam menyaksikan ketidakadilan dan kezaliman. Dalam berbagai kesempatan, Imam Baqir as membongkar kejahatan pemerintah Bani Umayyah. Menurut beliau para pemimpin berperan aktif dalam kebahagiaan atau kesengsaraan umat. Jika seorang pemimpin adalah orang-orang saleh dan lurus, mereka akan mengarahkan masyarakat pada kebahagiaan dan kesejahteraan. Imam Baqir as bersabda, ÔÇ£Keagungan dan keselamatan agama umat Mukmin adalah ketika baitulmal berada di tangan orang yang menjaga hak-hak umat serta memanfaatkannya untuk hal yang semestinya. Sementara kerusakan agama dan umat Mukmin ketika sumber finansial dan ekonomi berada di tangan orang-orang yang tidak memperhatikan keadilan serta hak-hak masyarakat.ÔÇØ

 

Meskipun usaha Imam Muhammad Al-Baqir as hanya tercurahkan di bidang-bidang ilmu pengetahuan dan penyebaran agama, akan tetapi para penguasa Bani Umayyah tidak bisa tenang melihat keberadaannya, khususnya setelah orang-orang mengetahui keutamaan, keluhuran, dan keluasan ilmu beliau. Kepribadian, akhlak, dan rasa kemanusiaannya menyinari mereka. Sebagaimana dari silsilah nasab beliau yang bersambung langsung ke Rasulullah saw, semua itu mengangkat kedudukannya di hati umat Islam menjadi begitu tinggi nan agung.

 

Begitu pula bagi Hisyam bin Abdul Malik. Dia senantiasa berpikir untuk membunuh Imam Al-Baqir as. Akhirnya, dia gunakan racun untuk membunuh beliau. Di tangannyalah Imam as syahid pada 7 Dzulhijjah 114 H. Imam Muhammad Al-Baqir as telah menjalani masa hidupnya selama 57 tahun untuk mengabdi sepenuhnya kepada Islam dan kaum muslimin serta menyebarkan ilmu pengetahuan dan ajaran Ahlulbait as.

Dalam tulisan ini akan dijelaskan mengenai sebagian keistimewaan para sahabat Imam Husein as yang akan menjadi contoh bagi para penolong Imam Mahdi as. Ahlul Bait as sebagai penerus Rasulullah Saw berasal dari satu cahaya, di mana mereka mengejar tujuan yang sama. Keberadaan masing-masing dari mereka bagaikan sebuah lentera penerang dan bendera kebanggaan yang menunjukkan jalan yang benar dan sempurna kepada hamba-hamba Allah Swt dan mencegah mereka dari jalan yang sesat.
 

 

Meski setiap Imam memiliki metode yang bervariasi sesuai dengan masa dan posisinya untuk menyampaikan kebenaran, namun mereka mempunyai satu tujuan, yaitu menciptakan dunia yang aman, adil dan sejahtera. Imam Husein as adalah salah satu dari Imam Maksum as yang meletakkan arah kebijakan petunjuknya pada keridhaan Allah Swt dan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang suci. Dalam meniti jalan tersebut beliau tidak hanya sendiri, namun bersama dengan sahabat-sahabatnya, beliau menciptakan epik menakjubkan dan keindahan akhlak dan kemanusiaan yang abadi.

 

Penelitian mengenai berbagai dimensi dan tujuan gerakan Imam Husein as akan memperjelas tentang bagaimana beliau menyiapkan dasar bagi­ hukum-hukum dan nilai-nilai ilahi di alam semesta di akhir zaman nanti. Beliau juga memberikan gambaran jelas tentang cinta, pengorbanan dan makrifat bagi para peniti jalan kebahagiaan, terutama bagi mereka yang ingin bersama dengan hujjah terakhir Tuhan, Imam Mahdi as.

 

Salah satu hal mendasar bagi setiap kebangkitan Islam adalah adanya teladan dalam tindakan, yaitu teladan-teladan yang mengorbankan diri mereka dalam merealisasikan tujuan dan cita-cita Imam dan pemimpin mereka, dan sekaligus contoh nyata dalam jalan ketaatan. Terkait hal ini, tidak ditemukan dalam sejarah tentang orang-orang yang lebih layak dari pada para sahabat Imam Husein as.

 

Sahabat-sahabat Imam Husein as telah membantu beliau dengan cara yang terbaik demi mewujudkan tujuan-tujuan mulia beliau, bahkan akal manusia tidak mampu memahami upaya dan pengorbanan mereka. Imam Husein as berkata, ÔÇ£Aku tidak mengenal sahabat-sahabat yang lebih baik dan lebih setia dari pada sahabat-sahabatku.ÔÇØ

 

Sebenarnya, para sahabat Imam Husein as telah memberikan kriteria jelas kepada generasi selanjutnya supaya mereka mempraktekkan kriteria itu untuk lebih mempersiapkan diri di hari kebangkitan dunia; yaitu di hari kemunculan Imam Mahdi as.

 

Persoalan umat Islam yang muncul pasca wafatnya Nabi Muhammad Saw dikarenakan masyarakat tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang Imam dan hujjah di masa mereka. Warga Kufah tidak mengenal baik siapa sebenarnya Imam Husein as, dan pengetahuan mereka hanya terbatas pada nama dan nasab beliau. Mereka sama sekali tidak memiliki wawasan mengenai kedudukan tinggi yang dimiliki oleh Imam Husein as. Sebaliknya, para sahabat Imam Husein as sangat mengenal kedudukan beliau, bahkan mereka memilih syahid demi terwujudnya tujuan-tujuan mulia dari misi beliau. Berkat ilmu dan keyakinan mereka kepada Imam Husein as itulah, maka mereka abadi dalam sejarah umat manusia.

 

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pengenalan dan makrifat hakiki tentang Imam Mahdi as menjadi dasar penting bagi para sahabat sejati beliau untuk menolongnya. Membantu Imam Mahdi as tergantung pada pengenalan yang benar tentang beliau dan tujuan-tujuan tingginya. Namun jika makrifat para penanti Imam Mahdi as terbatas dan dangkal, maka ketika beliau muncul, mereka akan meninggalkannya seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat Kufah terhadap Imam Husein as.

 

Zuhud dan takwa adalah sifat-sifat utama bagi para penolong Ahlul Bait as. Makrifat yang menyebabkan seseorang mengikuti Ahlul Bait as adalah makrifat yang tidak tercemari oleh kecintaan dunia. Oleh karena itu, sahabat-sahabat sejati Ahlul Bait as adalah mereka yang terjaga dari penyakit-penyakit dunia demi meraih makrifat. Sahabat-sahabat Imam Husein as adalah orang-orang yang telah memutus ketergantungan mereka kepada dunia, keluarga dan harta, dan menghadiahkan semua miliknya termasuk jiwa mereka kepada beliau.

 

Ketika Imam Husein as kepada anak-anak Aqil berkata, "Syahadah adalah hal yang pasti. Dan cukuplah bagi keluarga kalian. Aku mengizinkan kalian untuk kembali ke rumah-rumah kalian. "Anak-anak Aqil itu menjawab, "Apakah kami akan mengatakan kepada masyarakat bahwa imam dan pemimpin kami telah kami tinggalkan sendiri di tengah-tengah kepungan musuh dan kami tidak membelanya? Demi Allah, kami tidak akan melakukannya. Kami akan mengorbankan jiwa dan harta kami demi Anda. "

 

Sebaliknya, kita juga melihat ada orang-orang yang tidak mengikuti Imam Husein as meskipun ia mengetahui kedudukan tinggi beliau. Hal itu di sebabkan ketergantungan mereka kepada dunia atau mungkin karena mereka takut terhadap musuh. Salah satu dari mereka adalah Ubaidullah bin Hur Ju`fa. Ketika Imam Husein as mengajaknya untuk ikut bersama beliau, ia mengatakan, "Aku bersumpah demi Tuhan bahwa siapapun yang mengikut Anda, ia akan bahagia dan selamat di akhirat, namun hal ini jangan dipaksakan kepadaku, sebab aku belum siap untuk mati. " 

 

Ketika kelak Imam Mahdi as muncul, orang-orang yang secara dzahir menanti kemunculan beliau akan menolaknya, sebab tidak ada keyakinan dalam hati mereka. Dan hanya para penolong sejati saja yang akan menyambut kedatangan beliau dan menyertainya. Para pengikut Imam Mahdi as adalah lulusan-lulusan madrasah Asyura yang tidak akan takut mati. Kehidupan mereka jauh dari kesenangan materi dan mereka terbebas dari kehinaan. Mereka telah memutus ikatan-ikatan perbudakan dari hati mereka. Ketika mensifati para pengikut Imam Mahdi as, Rasulullah Saw bersabda, "Mereka kerja keras dan serius dalam ketaatan dan pengabdian kepada Allah (Swt). "

Kegigihan, keuletan dan kesabaran menjadi kunci penting untuk mencapai keberhasilan. Allah Swt memuji orang-orang yang senantiasa melawan faktor-faktor penghalang upaya manusia untuk mencapai tujuan, dan bahkan menjanjikan surga bagi mereka yang sabar. Dalam Surat Fussilat Ayat 30, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Rabb kami adalah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka  malaikat akan turun kepada mereka, "Hendaknya kalian jangan merasa takut dan jangan pula kalian merasa sedih dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian. "

 

Tragedi di Karbala menggambarkan kegigihan dan perlawanan terindah di jalan keyakinan dan menunjukkan kesabaran dalam menanggung kesulitan dan bencana. Imam Husein as dan para sahabatnya menanggung tragedi yang sangat berat tersebut dengan mudah. Mereka telah belajar dari apa yang telah dilakukan oleh Imam Ali as, di mana resistensi dan kesabaran akan memudahkan dalam menghadapi bencana dan ujian yang berat.

 

Di masa keghaiban Imam Mahdi as, diperlukan kegigihan dan kesabaran dalam menghadapi musibah supaya kita terjaga dari hawa nafsu dan kebodohan. Rasulullah Saw bersabda, "Menunggu faraj (kemunculan Imam Mahdi as) dengan kesabaran adalah ibadah. "Dengan kesabaran dan perjuangan, para penolong Imam Mahdi as akan mampu menghadapi musuh-musuh yang besar dan kuat, dan merealisasikan pemerintahan yang adil di dunia.

 

Kecintaan sahabat-sahabat Imam Husein as kepada beliau telah memadamkan luapan api cinta kepada dunia di dalam diri mereka dan diganti dengan cinta sejati. Salah satu adegan penuh kasih itu adalah ketika Abbas bin Ali yang kehausan harus berjuang melawan musuh untuk mengambil air di Sungai Furat. Ketika ia sampai ke sungai tersebut dan ingin meminum air yang jernih dan segar itu, ia teringat Imam Husein as dan anak-anak beliau yang sedang kehausan sehingga beliau tidak meminum air itu. Ia kemudian berusaha membawa air itu menuju tenda Imam Husein as dan keluarganya.

 

Dalamnya makrifat dan kecintaan Abbas kepada Imam Husein as diungkapkannya dalam sebuah ucapan, "Wahai Husein! Demi Allah aku bersumpah, tidak ada seorang pun di dunia ini yang lebih mulia dan dicintai di sisiku daripada Anda. " Kecintaan mendalam para sahabat Imam Husein as telah mendorong mereka untuk menyertai beliau hingga titik darah penghabisan. Dengan demikian, salah satu hal yang diperlukan untuk membantu Imam Mahdi as adalah kecintaan mendalam kepada beliau.

 

Imam Musa Kazim as telah memberikan kabar baik kepada orang-orang yang┬á teguh mencintai Ahlul Bait as. Beliau berkata, "Berbahagialah para pengikut kami yang berpegang teguh pada tali kami di masa keghaiban al-Qaim (Imam Mahdi as) dan gigih dalam bersahabat dengan Imam dan kebencian terhadap musuh-musuh kami. Mereka dari kami dan kami dari merekaÔǪ demi Allah, mereka akan bersama kami di hari kiamat dan berada di barisan kami. "

Tanggal 12 Muharram bertepatan dengan gugur syahidnya Imam Ali bin Husein atau Imam Sajjad as. Imam yang setelah tragedi Asyura pada tahun 61 Hijriah, memikul tugas sebagai pemimpin umat Islam dan pada tahun 94 Hijriah, gugur syahid karena diracun oleh penguasa Dinasti Umawiyah saat itu, Hisyam bin Abdulmalik.
 

Yang banyak dinukil tentang Imam Sajjad as adalah ibadah dan sujud panjang beliau dan oleh karena itu beliau dijuluki dengan as-Sajjad yang berarti orang yang banyak sujud. Beliau juga dijuluki dengan Zainul Abidin yang berarti perhiasan orang-orang yang beribadah. Atas dasar itu pula sebagian orang berpendapat bahwa Imam Sajjad as berada di luar lingkup politik dan sosial dan sebagian besar waktunya dihabiskan beliau untuk beribadah. Padahal gerakan dan sikap Imam Sajjad as sesuai dengan jalur gerakan para imam terdahulu dalam mewujdukan pemerintahan ilahi di buka bumi dan merealisasikan Islam sejati.

 

Cucu Rasulullah Saw ini sama seperti para nabi dan auliya Allah, menjaga politik, keberanian dan ketelitian dalam setiap masalah dan setelah 35 tahun berjuang tanpa lelah melaksanakan tugas luhurnya, beliau meneguk cawan syahadah,

 

Pada tahun 61 Hijriah, Imam Sajjad as ikut dalam kafilah Imam Husein as yang bergerak menuju Kufah. Sebelum sampai ke Karbala, Imam Sajjad as mendadak sakit keras dan kondisi beliau berlanjut hingga beberapa hari setelah tragedi di Karbala. Namun sakit Imam Sajjad as tersebut adalah kehendak Allah Swt yang akhirnya menyelamatkan beliau dari tragedi Karbala, sehingga beliau dapat melanjutkan risalah yang diemban sang ayah, Imam Husein as, untuk menghidupkan agama Islam.

 

Kondisi lahiriyah masyarakat Islam pada masa itu, termasuk salah satu masa tersulit dalam sejarah Islam. Meski jauh hari sebelumnya pemerintahan Islam telah berubah menjadi rezim despotik, akan tetapi perbedaannya adalah pada era kepemimpinan Imam Sajjad as, para penguasa Dinasti Umawiyah secara terang-terangan menistakan kehormatan Islam. Mereka tidak segan-segan lagi di hadapan masyarakat melanggar semua pedoman dalam Islam dan tidak ada seorang pun yang berani menyoal. Tragedi Asyura telah menguak fakta tersebut di mana para penguasa Umawiyah khususnya Yazid bin Muawiyah, tidak ragu untuk membunuh Husein bin Ali as, cucu Rasulullah Saw, manusia suci dan terhormat di dunia Islam. 

 

Masalah penting lainnya adalah bahwa dunia Islam kala itu menghadapi keterbelakangan pemikiran. Ketidakpedulian terhadap ajaran agama, israf dalam memanfaatkan nikmat dunia serta memudarnya hubungan dengan Allah Swt dan spiritualitas, telah membuat masyarakat Islam tergelincir ke jurang kehancuran. Masyarakat hanya mengedepankan lahiriyah Islam dan mereka tidak lagi mementingkan esensi keimanan.

 

Puncak kehancuran spiritualitas umat Muslim dapat ditelaah dalam gemerlap dunia malam Mekkah dan Madinah kala itu. Cerita tentang tawaf Aisyah binti Talhah, seorang penyanyi yang mampu menguasai afeksi dan perhatian audien, berkaitan dengan era ini. Disebutkan bahwa perempuan itu sedang bertawaf ketika waktu azan tiba. Kepada Harits bin Khaled Makhzumi, penguasa Mekkah, Aisyah bin Talhah mengatakan agar azan ditangguhkan dahulu hingga tawafnya selesai. Haritsh pun menginstruksikan agar pengumandangan azan ditangguhkan. Dia diprotes mengapa harus menangguhkan azan hanya karena seorang sedang bertawaf dan menangguhkan shalat masyarakat. Harits menjawab, ÔÇ£Demi Tuhan jika tawafnya sampai besok pagi maka aku katakan jangan dikumandangkan azan.ÔÇØ

 

Contoh lain adalah kisah Umar bin Abi Rabiah. Dia adalah seorang penyair terkenal di masa itu. Pada musim haji dan di saat ia sedang mengenakan pakaian ihram, tanpa rasa malu dia duduk di satu sudut mengamati para gadis dan istri-istri para Muslim dan setiap kali dia melihat perempuan cantik, dia melantunkan puisi untuk menyifati kecantikan perempuan itu. Ketika dia meninggal, seluruh kota Madinah berduka dan semua orang menangisi kematiannya. 

 

Imam Sajjad as memikul tanggung jawab membimbing umat yang telah terjerumus dalam jurang penyimpangan. Pasca tragedi Asyura, Imam Sajjad, bergerak menuju Kufah dan dengan mengenakan baju sebagai tawanan, beliau mengungkap kebobrokan para pelaku tragedi tersebut. Ubaidullah bin Ziyad, penguasa Kufah yang menginstruksikan pembunuhan semua laki-laki dari keluarga Imam Husein as, terkejut melihat Imam Sajjad as dan berkata, ÔÇ£Bukankah Ali bin Husein telah dibunuh oleh Tuhan?ÔÇØ Imam Sajjad menjawab, ÔÇ£Aku punya kakak yang bernama Ali dan masyarakat telah membunuhnya.ÔÇØ Ibn Ziyad dengan congkak berkata, ÔÇ£Masyarakat tidak membunuhnya melainkan Tuhan.ÔÇØ Imam Sajjad as menjawab ucapan itu dengan membacakan ayat 42 surat al-Zumar, ÔÇ£Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.ÔÇØ

 

Mendengar jawaban tersebut, Ibn Ziyad menginstruksikan pemenggalan kepala Imam Sajjad as. Beliau berkata, ÔÇ£Apakah kau mengancam membunuh kami? Sementara kemuliaan kami adalah syahadah. Kami menilai terbunuh di jalan Allah swt sebagai kehormatan dan kami tidak takut mati.ÔÇØ Jawaban tersebut membuat Ubaidullah mundur dan mengirim Imam Sajjad as berserta kafilahnya menuju Syam, pusat pemerintahan Yazid.

 

Di Syam, ketika khatib istana Yazid naik ke atas mimbar dan mulai mengecam dan menghina Imam Ali dan Husein as, serta memuji para khalifah Bani Umayyah, Imam Sajjad as tidak diam diri dan berseru, ÔÇ£Celakalah kau khatib! Kau telah menukar keridhoan makhluk dengan murka Allah Swt dan kau telah menetapkan tempatmu di neraka jahannam?ÔÇØ

 

Kemudian Imam Sajjad as naik ke atas mimbar atas ijin Yazid. Beliau kemudian menjelaskan filsafat imamah kepada masyarakat dan menceritakan kesyahidan Imam Husein serta mengungkap peran rezim Umawiyah dalam kejahatan tersebut. Itu semua dijelaskan Imam Sajjad as di jantung kekuasaan Yazid.

 

Sebagian besar era kepemimpinan Imam Sajjad as pada masa khilafah Abdul Malik bin Marwan, yang berlangsung selama 21 tahun. Abdul Malik sedemikian haus darah dan tidak beragama sehingga dalam khutbahnya dia mengancam akan memenggal kepala orang yang menyerunya pada ketakwaan. Dia menunjuk Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi, seorang kriminal terkenal dan musuh Ahlul Bait, sebagai algojonya.

 

Dalam kondisi seperti ini, Imam Sajjad menggunakan cara sangat bijak dalam menghidupkan nilai-nilai Islam dalam masyarakat. Untuk mengenalkan masyarakat dengan Islam yang benar, beliau menyisipkan pesannya dalam bentuk nasehat dan wejangan. Cara ini memperkecil sensitivitas dari pihak penguasa. Melalui cara ini, beliau mampu menyampaikan pesannya bahkan kepada seorang kriminal terkenal seperti Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi.

 

Selain itu, Imam Sajjad as juga menyampaikan pesannya melalui doa dan munajat. Kumpulan doa Imam Sajjad as tercantum dalam kitab Sahifah Sajjadiyah. Tangisan beliau untuk para syuhada Karbala merupakan salah satu upaya dalam menjaga kenangan tragedi Karbala tetap hidup. Pada suatu hari, seseorang mendatangi Ima mdan berkata, ÔÇ£Apakah kesedihanmu tidak ada akhirnya?ÔÇØ Imam Sajjad as berkata, ÔÇ£Celakalah kau, Nabi YaÔÇÖqub yang satu dari 13 putranya hilang, menangisi perpisahan dengan anaknya itu sampai dia buta, padahal Yusuf masih hidup! Akan tetapi aku menyaksikan terbunuhnya ayahku, saudara-saudaraku, paman-pamanku dan 17 orang keluargaku yang jenazah mereka tergeletak di tanah. Lalu bagaimana kesedihanku berakhir?ÔÇØ

 

Air mata dan tangisan Imam Sajjad as menjadi salah satu faktor efektif dalam melestarikan dan memperkokoh tujuan Imam Husein as serta mengguncang istana rezim despotik Bani Umawiyah.(

Minggu, 09 November 2014 00:00

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Isra Ayat 3-6

Ayat ke 3

 

Ï░┘ÅÏ▒┘æ┘É┘è┘æ┘ÄÏ®┘Ä ┘à┘Ä┘å┘Æ Ï¡┘Ä┘à┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘ÄÏ╣┘Ä ┘å┘Å┘êÏ¡┘ì ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä Ï╣┘ÄÏ¿┘ÆÏ»┘ïϺ Ï┤┘Ä┘â┘Å┘êÏ▒┘ïϺ (3)

 

Artinya:

(yaitu) Anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur. (17: 3)
 

 

Dalam ayat sebelumnya al-Quran mengatakan bahwa Kami telah mengirimkan Taurat demi menunjuki Bani Israil. Sementara ayat yang baru saja kita simak ini menyeru kepada mereka agar bersyukur kepada Allah atas nikmat besar ini dan menaati Taurat. Untuk menjelaskan masalah, al-Quran menyebut nama Nabi Nuh as sebagai seorang hamba yang banyak bersyukur. Ayat menyebutkan, ÔÇ£Kakek dan nenek moyang kalian adalah orang-orang yang diselamatkan bersama Nabi Nuh as dari angin topan. Mereka adalah orang-orang yang banyak bersyukur dan akhirnya diselamatkan. Oleh karenanya kalian juga harus banyak bersyukur agar mendapat keselamatan.ÔÇØ

 

Nabi Nuh as memiliki umur yang lebih panjang dibandingkan para nabi yang lain. Dengan umur yang demikian, Nabi Nuh as juga lebih banyak mendakwahkan agama Allah kepada masyarakat. Sekalipun banyak mendapat gangguan dan cemoohan dari masyarakat yang diajaknya untuk beriman kepada Allah, namun Nabi Nuh as tetap menunjukkan dirinya sebagai hamba yang banyak bersyukur kepada Allah. Beliau tidak pernah mengadukan kondisinya kepada Allah.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Mengajak anak-anak dan generasi baru kepada kemuliaan dan keimanan nenek moyangnya. Ini satu cara menyeru dan mendidikan mereka lewat pendekatan emosi.

2. Bersyukur dalam segala kondisi, baik dalam situasi sulit atau senang merupakan rahasia keselamatan dan kebahagiaan.

 

Ayat ke 4

 

┘ê┘Ä┘é┘ÄÏÂ┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ï¿┘Ä┘å┘É┘è ÏÑÏ│┘ÆÏ▒ϺϪ┘É┘è┘ä┘Ä ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘É ┘ä┘ÄϬ┘Å┘ü┘ÆÏ│┘ÉÏ»┘Å┘å┘æ┘Ä ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘à┘ÄÏ▒┘æ┘ÄϬ┘Ä┘è┘Æ┘å┘É ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϬ┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Å┘å┘æ┘Ä Ï╣┘Å┘ä┘Å┘ê┘æ┘ïϺ ┘â┘ÄÏ¿┘É┘èÏ▒┘ïϺ (4)

 

Artinya:

Dan telah Kami telah tetapkan terhadap Bani Israel dalam Kitab itu, ÔÇ£Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.ÔÇØ (17: 4)

 

Sebagai kelanjutan ayat-ayat sebelumnya, ayat ini juga masih berbicara kepada Bani Israil dan mengatakan, ÔÇ£Namun kalian ternyata bukannya mensyukuri nikmat-nikmat Allah, tapi melakukan kemungkaran dan kehancuran. Kalian hanya ingin hidup dengan menunjukkan kelebihan kalian di muka bumi.ÔÇØ Al-Quran dalam banyak ayat menyinggung pekerjaan-pekerjaan buruk Bani Israel seperti membunuh para nabi, menyebarkan perilaku menyogok, riba dan menyembunyikan kebenaran. Masih dari ayat ini disebutkan, ÔÇ£Kalian telah terjatuh dalam perbuatan fasad yang besar dan dampaknya akan menyeluruh di muka bumi.ÔÇØ

 

Dalam ayat ini dipakai dua kata ÔÇ£fasadÔÇØ dan ÔÇ£ÔÇÖuluwÔÇØ dan diletakkan berdampingan agar menunjukkan kepada manusia betapa akar segala kerusakan di muka bumi ini berasal dari perasaan ÔÇÿuluw (merasa lebih dari orang lain). Sebagaimana al-Quran mengenai al-Quran mengatakan, ÔÇ£Sesungguhnya Firaun merasa lebih dan tinggi dari yang lain di atas bumi.ÔÇØ. Itulah mengapa dalam ayat-ayat al-Quran yang lain disebutkan Allah hanya akan memberikan surga kepada orang-orang yang tidak merasa dirinya tinggi dan lebih dari yang lainnya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Kerusakan dan kebusukan punya pengalaman panjang dalam sejarah kaum Yahudi dan Bani Israil. Bahkan Kitab Taurat juga menyebutkan tentang masalah ini.

2. Sangat mungkin orang lemah yang kemudian meraih kekuasaan menjadi sombong. Bani Israil yang sebelumnya di bawah kekuasaan Firaun diselamatkan oleh Nabi Musa as. Namun setelah bebas, mereka malah menyebarkan kerusakan di atas bumi.

 

Ayat ke 5-6

 

┘ü┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ ϼ┘ÄϺÏí┘Ä ┘ê┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘Å Ïú┘Å┘ê┘ä┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘ÄϺ Ï¿┘ÄÏ╣┘ÄϽ┘Æ┘å┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ Ï╣┘ÉÏ¿┘ÄϺϻ┘ïϺ ┘ä┘Ä┘å┘ÄϺ Ïú┘Å┘ê┘ä┘É┘è Ï¿┘ÄÏú┘ÆÏ│┘ì Ï┤┘ÄÏ»┘É┘èÏ»┘ì ┘ü┘Äϼ┘ÄϺÏ│┘Å┘êϺ Ï«┘É┘ä┘ÄϺ┘ä┘Ä Ïº┘äÏ»┘æ┘É┘è┘ÄϺÏ▒┘É ┘ê┘Ä┘â┘ÄϺ┘å┘Ä ┘ê┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘ïϺ ┘à┘Ä┘ü┘ÆÏ╣┘Å┘ê┘ä┘ïϺ (5) Ͻ┘Å┘à┘æ┘Ä Ï▒┘ÄÏ»┘ÄÏ»┘Æ┘å┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘â┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÄÏ▒┘æ┘ÄÏ®┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏú┘Ä┘à┘ÆÏ»┘ÄÏ»┘Æ┘å┘ÄϺ┘â┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏú┘Ä┘à┘Æ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ì ┘ê┘ÄÏ¿┘Ä┘å┘É┘è┘å┘Ä ┘ê┘Äϼ┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ┘â┘Å┘à┘Æ Ïú┘Ä┘â┘ÆÏ½┘ÄÏ▒┘Ä ┘å┘Ä┘ü┘É┘èÏ▒┘ïϺ (6)

 

Artinya:

Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu. Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. (17: 5)

 

Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. (17: 6)

 

Ayat sebelumnya mengisahkan dua kali perbuatan Bani Israil yang merusak. Dua ayat yang baru saja kita simak berkata, ÔÇ£Allah juga telah berjanji akan menghukumi Bani Israil di setiap kali perbuatan merusak yang mereka lakukan. Janji Allah pasti berlaku.ÔÇØ Dalam buku-buku sejarah disebutkan, ÔÇ£Sekitar 600 tahun sebelum Masehi ada seorang raja bernama ÔÇ£NabudchadnezzarÔÇØ yang berkuasa di Babylonia. Ia seorang raja yang memiliki kekuasaan luas dan sangat perkasa. Ketika menyaksikan ketidaktaatan dan pemberontakan kaum Yahudi, ia langung memerintahkan untuk menyerang kota tempat tinggal kaum Yahudi. Dalam perang tersebut banyak kaum Yahudi yang tewas dan sebagian besar ditawan. Akhirnya Nabuchadnezzar memasuki Baitul Maqdis dan merusak kota ini. Selama Nabuchadnezzar hidup Bani Israil hidup dalam kondisi terhina dan tertawan di Babilonia.

 

Kondisi ini terus berlangsung hingga Kourosh, Raja Iran menguasai Babilonia dan membebaskan orang-orang Yahudi. Kourosh memberikan kesempatan kepada kaum Yahudi untuk kembali ke Baitul Maqdis dan membangunnya kembali. Setelah Bani Israel bertempat di Baitul Maqdis dan perlahan-lahan kekuatan mereka semakin bertambah dan populasi masyarakat terus bertambah, kembali Kaisar Romawi mengirimkan pasukannya ke Baitul Maqdis dan untuk kedua kalinya kota ini dikuasai kekuatan asing. Kaisar Romawi memerintahkan perusakan Baitul Maqdis dan membiarkan pasukannya merampas rumah dan tanah pertanian penduduk.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Para perusak dan pendurhaka harus mengetahui betapa di atas kekuataan masih ada kekuatan lain lagi. Bani Israel mendurhakai Allah dan merusak bumi. Di sini Allah membuat kekuatan lain menguasai Bani Israel agar mengetahui betapa mereka tidak seperti yang dibayangkan.

2. Taubat terbagi dua; individu dan sosial. Oleh karenanya, bila sebuah umat menyesali perbuatan buruk mereka di masa lalu dan kembali ke jalan yang benar, kasih sayang Allah akan meliputi mereka.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Isra Ayat 1-2

Ayat ke 1

 

Ï│┘ÅÏ¿┘ÆÏ¡┘ÄϺ┘å┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è Ïú┘ÄÏ│┘ÆÏ▒┘Ä┘ë Ï¿┘ÉÏ╣┘ÄÏ¿┘ÆÏ»┘É┘ç┘É ┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ä┘ïϺ ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÄÏ│┘ÆÏ¼┘ÉÏ»┘É Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘ÄÏ▒┘ÄϺ┘à┘É ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘Æ┘à┘ÄÏ│┘ÆÏ¼┘ÉÏ»┘É Ïº┘ä┘ÆÏú┘Ä┘é┘ÆÏÁ┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è Ï¿┘ÄϺÏ▒┘Ä┘â┘Æ┘å┘ÄϺ Ï¡┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘ä┘É┘å┘ÅÏ▒┘É┘è┘Ä┘ç┘Å ┘à┘É┘å┘Æ Ïó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘É┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘ç ┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïº┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘É┘èÏ╣┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¿┘ÄÏÁ┘É┘èÏ▒┘Å (1)

 

Artinya:

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (17: 1)
 

 

Surat ini dinamakan Isra yang berarti perjalanan terkait peristiwa perjalanan Nabi Muhammad Saw ke langit. Perjalanan ini diawali dari Mekah ke Masjidul Aqsa seperti yang telah disinggung ayat pertama dari surat ini. Lanjutan surat ini mengetengahkan tema-tema penting akidah dalam masalah tauhid, Hari Kebangkitan dan perlawanan terhadap kesyirikan, kezaliman dan penyimpangan.

 

Dalam peristiwa ini, perjalanan paling suci sepanjang sejarah sejatinya adalah perjalanan Rasulullah Saw ke langit dan kembalinya beliau ke bumi atau yang dikenal dengan nama Mikraj. Setelah melakukan perjalanan ini, beliau menyampaikan penyaksiannya atas keagungan langit. Camkan bagaimana Nabi Adam as diturunkan ke bumi disebabkan pembangkangannya kepada Allah, sementara Nabi Muhammad Saw justru dinaikkan ke langit dan membawa hakikat dan makrifat yang tinggi kepada manusia.

 

Berdasarkan riwayat-riwayat tentang Mikraj yang disampaikan Nabi Muhammad Saw kepada umat Islam, dalam perjalanannya beliau menyaksikan dari dekat surga dan neraka serta kondisi ahli surga dan neraka. Dalam perjalanan Mikraj, Nabi sempat bertemu dengan para nabi terdahulu dan menyaksikan keajaiban penciptaan dunia. Dasar perjalanan langit ini disepakati oleh seluruh umat Islam dan yang mengingkarinya berarti mengingkari prinsip agama. Mayoritas mazhab Islam meyakini perjalanan ini dilakukan dengan jasad dan hanya sebagian kecil yang menyebutnya hanya perjalanan rohani.

 

Sesuai penukilan hadis-hadis, peristiwa ini terjadi sebelum hijrah Nabi dari Mekah ke Madinah. Saat itu Nabi Muhammad Saw baru saja selesai menunaikan shalat Maghrib di Masjidul Haram lalu meninggalkannya menuju Masjidul Aqsa. Dari sana dengan mengendarai kendaraan langit bernama Buraq beliau melewati lapisan-lapisan langit. Sekembalinya dari langit, Rasulullah Saw melaksanakan shalat Subuh di Masjidul Haram.

 

Perjalanan ini merupakan mukjizat ilahi. Karena dengan mencermati jauhnya jarak dari Mekah hingga ke Baitul Maqdis, sangat tidak mungkin membayangkan perjalanan sejauh itu dapat dilalui hanya semalam dengan menggunakan kendaraan yang biasa dipakai masa itu.

 

Namun yang menarik dari ayat pertama surat Al-Isra adalah penyebutan kata ÔÇÿabd yang berarti hamba untuk memperkenalkan Nabi Muhammad Saw dan bukannya menggunakan kata rasul atau nabi (utusan atau nabi). Ayat ini menyebutkan, ÔÇ£Kami menjalankan hamba Kami ke Masjidul Aqsa.ÔÇØ Penyebutan hamba sejatinya berasal dari ketinggian derajat penghambaannya di sisi Allah. Yakni, karena Nabi Muhammad Saw adalah hamba Allah yang ikhlas, Kami membawanya ke perjalanan Mikraj. Terlebih lagi dengan mencermati awal dan tempat perjalanan malakuti ini adalah masjid yang menjadi tempat penghambaan kepada Allah. Artinya, Allah membawa hamba-Nya dari tempat penghambaan ke langit.

 

Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Penghambaan adalah pendahuluan untuk terbang dan memisahkan diri dari urusan materi menuju spiritual.

2. Malam hari adalah waktu terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karenanya, beribadah dan beristighfar di waktu malam mendapat perhatian lebih dalam Islam.

3. Masjid adalah tempat meluncur terbaik bagi orang yang beriman menuju spiritualitas.

4. Masjidul Aqsa adalah tempat suci yang harus dijaga oleh umat Islam.

 

Ayat ke 2

 

┘ê┘ÄÏó┘ÄϬ┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘Å┘êÏ│┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘Ä ┘ê┘Äϼ┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å ┘ç┘ÅÏ»┘ï┘ë ┘ä┘ÉÏ¿┘Ä┘å┘É┘è ÏÑ┘ÉÏ│┘ÆÏ▒┘ÄϺϪ┘É┘è┘ä┘Ä Ïú┘Ä┘ä┘æ┘ÄϺ Ϭ┘ÄϬ┘æ┘ÄÏ«┘ÉÏ░┘Å┘êϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ï»┘Å┘ê┘å┘É┘è ÔÇÄ┘ê┘Ä┘â┘É┘è┘ä┘ïϺ (2)

 

Artinya:

Dan Kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat) dan Kami jadikan Kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), "Janganlah kamu mengambil penolong selain aku.ÔÇØ (17: 2)

 

Setelah menjelaskan perjalanan Nabi Muhammad Saw ke Masjidul Aqsa, ayat ini mengatakan, ÔÇ£Sunnah ilahi sepanjang sejarah adalah memberi petunjuk masyarakat kepada tauhid dan penghambaan. Oleh karenanya, sebelum diutusnya Nabi Muhammad Saw Allah telah mengutus Nabi Musa as kepada Bani Israel. Nabi Musa as berdasarkan Kitab Taurat yang diturunkan Allah mengajak Bani Israel kepada Allah.ÔÇØ

 

Pengutusan para nabi dan penurunan kitab-kitab langit bertujuan menjauhkan masyarakat dari syirik dan menyeru mereka kepada tauhid. Tentu saja tidak cukup hanya dengan menyatakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, tapi tujuan paling penting adalah menyeru manusia kepada tauhid amali (tauhid perbuatan). Tauhid amali ini ditandai dengan terputusnya hati dari semua faktor-faktor materi di dunia ini dan hanya bergantung pada kekuatan mutlak ilahi. Itulah mengapa ayat selanjutnya mengatakan, ÔÇ£Kitab Taurat menyebut hanya Allah yang berpengaruh dalam pekerjaan dunia dan materi, Jangan bergantung pada siapa pun dan hanya kepada Allah kalian bertawakkal.ÔÇØ

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Inti seruan para nabi dan seluruh kitab langit adalah tauhid.

2. Dalam kehidupannya manusia senantiasa membutuhkan sandaran yang dipercaya. Di sini tugas para nabi adalah memperkenalkan Allah sebagai satu-satunya  sandaran yang hakiki.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 120-124