
کمالوندی
Imam JaÔÇÖfar Shadiq as
a. Abu Hanifah, pemimpin dan imam mazhab Hanafiah. Ia berkata: ÔÇ£Aku tidak pernah melihat orang yang lebih alim dari JaÔÇÖfar bin MuhammadÔÇØ. Dalam kesempatan lain ia juga berkata: ÔÇ£Jika tidak ada dua tahun (belajar kepada JaÔÇÖfar bin Muhammad), niscaya NuÔÇÖman akan celakaÔÇØ. Nama asli Abu Hanifah adalah NuÔÇÖman bin Tsabit.
b. Malik, pemimpin dan imam mazhab Malikiah. Ia pernah berkata: ÔÇ£Beberapa waktu aku selalu pulang pergi ke rumah JaÔÇÖfar bin Muhammad. Aku melihatnya selalu mengerjakan salah satu dari tiga hal berikut ini: mengerjakan shalat, berpuasa atau membaca Al Quran. Dan aku tidak pernah melihatnya ia menukil hadis tanpa wudhu`ÔÇØ.
c. Ibnu Hajar Al-Haitsami berkata: ÔÇ£Karena ilmunya sering dinukil oleh para ilmuwan, akhirnya ia menjadi buah bibir masyarakat dan namanya dikenal di seluruh penjuru negeri. Para pakar (fiqih dan hadis) seperti Yahya bin SaÔÇÖid, Ibnu Juraij, Malik, Sufyan Ats-Tsauri, Sufyan bin ÔÇÿUyainah, Abu Hanifah, SyuÔÇÖbah dan Ayub As-Sijistani banyak menukil hadis darinyaÔÇØ.
d. Abu Bahar Al-Jaahizh berkata: ÔÇ£Ilmu pengetahuan JaÔÇÖfar bin Muhammad telah menguasai seluruh dunia. Dapat dikatakan bahwa Abu Hanifah dan Sufyan Ats-Tsauri adalah muridnya, dan hal ini cukup untuk membuktikan keagungannyaÔÇØ.
e. Ibnu Khalakan, seorang sejarawan terkenal menulis: ÔÇ£Dia adalah salah seorang imam dua belas mazhab Imamiah dan termasuk salah seorang pembesar keluarga Rasulullah yang karena kejujurannya ia dijuluki dengan ash-shadiq. Keutamaan dan keagungannya sudah dikenal khalayak ramai sehingga tidak perlu untuk dijelaskan. Abu Musa Jabir bin Hayyan Ath-Thurthursi adalah muridnya. Ia menulis sebuah buku sebanyak seribu halaman yang berisi ajaran-ajaran JaÔÇÖfar Ash-Shadiq dan memuat lima ratus pembahasanÔÇØ.
Imam JaÔÇÖfar Shadiq as
a. Abu Hanifah, pemimpin dan imam mazhab Hanafiah. Ia berkata: ÔÇ£Aku tidak pernah melihat orang yang lebih alim dari JaÔÇÖfar bin MuhammadÔÇØ. Dalam kesempatan lain ia juga berkata: ÔÇ£Jika tidak ada dua tahun (belajar kepada JaÔÇÖfar bin Muhammad), niscaya NuÔÇÖman akan celakaÔÇØ. Nama asli Abu Hanifah adalah NuÔÇÖman bin Tsabit.
b. Malik, pemimpin dan imam mazhab Malikiah. Ia pernah berkata: ÔÇ£Beberapa waktu aku selalu pulang pergi ke rumah JaÔÇÖfar bin Muhammad. Aku melihatnya selalu mengerjakan salah satu dari tiga hal berikut ini: mengerjakan shalat, berpuasa atau membaca Al Quran. Dan aku tidak pernah melihatnya ia menukil hadis tanpa wudhu`ÔÇØ.
c. Ibnu Hajar Al-Haitsami berkata: ÔÇ£Karena ilmunya sering dinukil oleh para ilmuwan, akhirnya ia menjadi buah bibir masyarakat dan namanya dikenal di seluruh penjuru negeri. Para pakar (fiqih dan hadis) seperti Yahya bin SaÔÇÖid, Ibnu Juraij, Malik, Sufyan Ats-Tsauri, Sufyan bin ÔÇÿUyainah, Abu Hanifah, SyuÔÇÖbah dan Ayub As-Sijistani banyak menukil hadis darinyaÔÇØ.
d. Abu Bahar Al-Jaahizh berkata: ÔÇ£Ilmu pengetahuan JaÔÇÖfar bin Muhammad telah menguasai seluruh dunia. Dapat dikatakan bahwa Abu Hanifah dan Sufyan Ats-Tsauri adalah muridnya, dan hal ini cukup untuk membuktikan keagungannyaÔÇØ.
e. Ibnu Khalakan, seorang sejarawan terkenal menulis: ÔÇ£Dia adalah salah seorang imam dua belas mazhab Imamiah dan termasuk salah seorang pembesar keluarga Rasulullah yang karena kejujurannya ia dijuluki dengan ash-shadiq. Keutamaan dan keagungannya sudah dikenal khalayak ramai sehingga tidak perlu untuk dijelaskan. Abu Musa Jabir bin Hayyan Ath-Thurthursi adalah muridnya. Ia menulis sebuah buku sebanyak seribu halaman yang berisi ajaran-ajaran JaÔÇÖfar Ash-Shadiq dan memuat lima ratus pembahasanÔÇØ.
Riwayat Hidup Imam Ali bin Abi Thalib as
Imam Ali bin Abi Thalib as adalah seupu Rasulullah saw. Dikisahkan bahwa pada saat ibunya, Fatimah binti Asad, dalam keadaan hamil, beliau masih ikut bertawaf di sekitar KaÔÇÖbah. Karena keletihan yang dialaminya lalu si ibu tadi duduk di depan pintu KaÔÇÖbah seraya memohon kepada Tuhannya agar memberinya kekuatan. Tiba-tiba tembok KaÔÇÖbah tersebut bergetar dan terbukalah dindingnya. Seketika itu pula Fatimah binti Asad masuk ke dalamnya dan terlahirlah di sana seorang bayi mungil yang kelak kemudian menjadi manusia besar, Imam Ali bin Abi Thalib as.
Pembicaraan tentang Imam Ali bin Abi Thalib as tidak dapat dipisahkan dengan Rasulullah saw. Sebab sejak kecil beliau telah berada dalam didikan Rasulullah saw, sebagaimana dikatakannya sendiri: ÔÇ£Nabi membesarkan aku dengan suapannya sendiri. Aku menyertai beliau ke manapun beliau pergi, seperti anak untu yang mengikuti induknya. Tiap hari aku dapatkan suatu hal baru daru karakternya yang mulia dan aku menerima serta mengikutinya sebagai suatu perintahÔÇØ.
Setelah Rasulullah saw mengumandangkan tentang kenabiannya, beliau menerima dan mengimaninya dan termasuk orang yang masuk Islam pertama kali dari kaum laki-laki. Apapun yang dikerjakan dan diajarkan Rasulullah saw kepadanya, selalu diamalkan dan ditirunya. Hingga tidak ajang lagi, beliau tidak pernah terkotori oleh kesyirikan atau tercemari oleh karakter hina dan jahat dan tidak ternodai oleh kemaksiatan. Kepribadian beliau telah menyatu dengan Rasulullah saw, baik dalam karakternya, pengetauhannya, pengorbanan diri, kesabaran, keberanian, kebaikan, kemurahan hati, kefasihan dalam berbicara dan berpidato.
Sejak masa kecilnya beliau telah menolong Rasulullah saw dan terpaksa harus menggunakan kepalan tangnanya dalam mengusir anak-anak kecil serta pada gelandangan yang diperintah kaum kafir Qurays untuk mengganggu dan melempari batu kepada diri Rasulullah saw.
Keberaniannya tidak tertandingi, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw: ÔÇ£Tiada pemuda sehebat AliÔÇØ. Dalam bidang keilmuan, Rasul menamakannya sebagai pintu ilmu. Bila ingin berbicara tentang kesalehan dan kesetiaannya, maka simaklah sabda Rasulullah saw: ÔÇ£Jika kalian ingin tahu ilmunya Adam, kesalehan Nuh, kesetiaan Ibrahim, keterpesonaan Musa, pelayanan dan kepantangan Isa, maka lihatlah kecemerlangan wajah AliÔÇØ. Beliau merupakan orang yang paling dekat hubungan kefamiliannya dengan Nabi saw sebab, beliau bukan hanya sepupu nabi, tapi sekaligus sebagai anak asuhnya dan suami dari putrinya serta sebagai menerus kepemimpinan sepeninggal beliau saw.
Sejarah juga telah menjadi saksi nyata atas keberaniannya. Di setiap peperangan, beliau selalu menjadi orang yang terkemuka. Di perang Badar, hampir seperuh dari jumlah musuh yang mati, tewas di ujung pedang Imam Ali as. Di perang Uhud, yang mana musuh Islam lagi-lagi dipimpin oleh Abu Sufyan dari keluarga Umayyah yang sangat memusuhi Nabi saw, Imam Ali as kembali memerankan peran yang sangat penting yaitu ketika sebagian sahabat tidak lagi mendengar wasiat Rasulullah saw agar tidak turun dari atas gunung, namun mereka tetap turun sehingga orang kafir Qurays mengambil posisi mereka, Imam Ali bin Abi Thalib as segera datang untuk menyelamatkan diri Nabi saw dan sekaligus menghalau serangan itu.
Perang Khandak juga menjadi saksi nyata keberanian Imam Ali bin Abi Thalib as ketika memerangi Amar bin Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama Dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian. Demikian pula hal dengan perang Khaibar, di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw bersabda: ÔÇ£Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah swt akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-NyaÔÇØ. Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, ternyata Imam Ali bin Abi Thalib as yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu menebasnya hingga terbelah menjadi dua bagian.
Begitulah kegagahan yang ditampakkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib as dalam menghadapi musuh Islam serta dalam membela Allah dan Rasul-Nya. Tidak syak lagi bahwa seluruh kehidupan Imam Ali bin Abi Thalib as dipersembahkan untuk Rasul demi keberhasilan proyek Allah swt. Kecintaan yang mendalam kepada Rasulullah saw benar-benar terbukti lewat perjuangannya. Penderitaan dan kesedihan dalam medan perjuangan mewarnai kehidupannya. Namun, penderitaan dan kesedihan yang paling dirasakan adalah saat ditinggalkan Rasulullah saw. Tidak cukup itu, 75 atau 95hari kemudian istrinya, Fatimah ZahraÔÇÖ juga meninggal dunia.
Kepergian Rasulullah saw telah membawa angin lain dalam kehidupan Imam Ali as. Terjadinya pertemuan Tsaqifah yang menghasilkan pemilihan khalifah pertama, baru didengarnya setelah pulang dari kuburan Rasulullah saw. Sebab, pemilihan khalfah itu menurut sejarah memang terjadi saat Rasulullah saw belum dimakamkan. Pada tahun ke 13 H, khalifah pertama, Abu Bakar, meninggal dunia dan menunjuk khalifah ke 2, Umar bin Khaththab sebagai penggantinya. Sepuluh tahun lamanya khalifah ke 2 memimpin dan pada tahun ke 23 H, ia meninggal. Namun, sebelum meninggalnya, khalifah pertama telah menunjuk 6 orang calon pengganti dan Imam Ali as termasuk salah seorang dari mereka. Kemudian terpilihlah khalifah Utsman bin Affan. Sedang Imam Ali bin Abi Thalib as tidak terpilih karena menolak syarat yang diajukan Abdurrahman bin ÔÇÿAuf yaitu agar mengikuti apa yang diperbuat khalifah pertama dan kedua dan mengatakan akan mengikuti apa yang sesuai dengan printah Allah dan Rasul-Nya.
Pada tahun 35 H, khalifah Utsman terbunuh dan kaum Muslimin secara aklamasi memilih serta menunjuk Imam Ali as sebagai khalifah dan pengganti Rasulullah saw dan sejak itu beliau as memimpin negara Islam tersebut. Selama masa kekhalifahannya yang hampir 4 tahun 9 bulan, Ali as mengikuti cara Nabi saw dan mulai menyusun sistem yang Islami dengan membentuk gerakan spiritual dan pembaharuan.
Dalam merealisasikan usahanya, beliau as menghadapi banyak tantangan dan peperangan, sebab, tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan pembaharuan yang dicanangkannya dapat merongrong dan menghancurkan keuntungan-keuntungan pribadi dari beberapa kelompok yang merasa dirugikan. Akhirnya, terjadilah perang Jamnal dekat Bashrah antara beliau as dengan Talhah dan Zubair yang didukung oleh MuÔÇÖawiyah, yang mana di dalamnya Aisyah ÔÇ£Ummul MukmininÔÇØ ikut keluar untuk memerangi Imam Ali bin Abi Thalib as. Peperangan pun tak dapat dihindari, dan akhirnya pasukan Imam Ali as berhasil memenangkan peperangan itu sementara Aisyah ÔÇ£Ummul MukmininÔÇØ dipulangkan secara terhormat ke rumahnya.
Kemudian terjadi ÔÇ£perang ShiffinÔÇØ yaitu peperangan antara beliau as melawan kelompok MuÔÇÖawiyah, sebagai kelompok oposisi yang merongrong negara yang sah. Peperangan itu terjadi di perbatasan Iraq dan Syiria dan berlangsung selama setengah tahun. Beliau as juga memerangi Khawarij (orang yang keluar dari lingkup Islam) di Nahrawan, yang dikenal dengan nama ÔÇ£perang NahrawanÔÇØ. Oleh karena itu, hampir sebagian besar hari-hari pemerintahan Imam Ali bin Abi Thalib as digunakan untuk peperangan interen melawan pihak-pihak oposisi yang sangat merongrong dan merugikan keabsahan negara Islam.
Akhirnya, menjelang subuh, 19 Ramadhan 40 H ketika sedang salat di masjid Kufah, kepala beliau as dipukul dengan pedang beracun oleh Abdurrahman bin Muljam. Menjelang wafatnya, pria sejati ini masih memberi makan kepada pembunuhnya.
Singa Allah, yang dilahirkan di rumah Allah ÔÇ£KaÔÇÖbahÔÇØ dan dibunuh di rumah Allah ÔÇ£Masjid KufahÔÇØ, yang mempunyai hati paling berani, yang selalu berada dalam didikan Rasulullah saw sejak kecilnya serta selalu berjalan dalam ketaatan pada Allah swt hingga hari wafatnya, kini telah mengakhiri kehidupan dan pengabdiannya untuk Islam.
Riwayat Hidup Imam Ali Ar-Ridha as
Imam adalah orang yang menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan mengharamkan apa yang diharamkan-NyaÔÇØ.
ÔÇ£Imam adalah seorang yang berilmu bukan seorang yang bodoh, yang akan membimbing umat bukan membuat makarÔÇØ.
ÔÇ£Imam itu tinggi ilmunya, sempurna sifat lemah lembutnya, tegas dalam perintah, tahu tentang politik, punya hak untuk menjadi pemimpinÔÇØ.
ÔÇ£Sesungguhnya Imam itu kendali agama dan sistem bagi kaum Muslimin serta pondasi Islam yang kokoh. Dengannya, shalat, zakat, puasa dan haji serta jihad menjadi lengkapÔÇØ.
ÔÇ£Imam bertanggung jawab memelihara Islam, serta mempertahankan syareat, akidah dari penyimpangan dan penyesatanÔÇØ.
ÔÇ£Imam bertanggung jawab mendidik umat, karenanya harus bersifat memiliki ilmu, tahu tentang situasi dan kondisi sosial, politik dan kepemimpinanÔÇØ.
Tulisan di atas merupakan sedikit penjelasan tentang makna keimaman yang dikemukakan Ali bin Musa Ar-Ridha as. Beliau adalah pewaris keimamahan setelah ayahnya, musa Al-Kadzim as yang wafat diracun oleh Harun Ar-Rasyid. Ibunya, Taktam yang dijuluki Ummu Al-Banin dia adalah seorang yang shalehah, ahli ibadah, utama dalam akal dan agamanya dan setelah melahirkan Ali Ar-Ridha as, Imam Musa memberinya nama Ath-Thahirah. Imam Ali Ar-Ridha as hidup dalam bimbingan, pengajaran dan didikan ayahnya selama tiga puluh lima tahun. Sejarah menjadi saksi nyata bahwa para Imam Ahlul Bait ini sangat utama dalam kedudukannya yang sekaligus merupakan rujukan bagi kaum Muslimin dalam setiap permasalahan. Begitu juga Imam Ali Ar-Ridha yang tumbuh dalam didikan ayahnya pantas menjadi seorang Imam serta mursyid (guru penunjuk) yang akan memelihara madrasah Ahlu Bait Nabi dan menduduki posisi kepemimpinan di mata kaum Muslimin.
Begitulah, setiap Imam akan dibimbing oleh Imam sebelumnya dan setiap Imam akan memperkenalkan dan menunjukkan identitas Imam yang akan menggantikannya, agar kaum Muslimin tidak kebingungan tentang siapa penerus misinya guna merujuk kepadanya dalam mencari pengetahuan tentang syareat Islam, menimba ilmu dan makrifat serta mengikuti kepemimpinan dan petunjuknya.
Di zaman Ali Ar-Ridha as bidang ilmu, kegiatan penelitian, penulisan buku dan pendokumentasian telah berkembang pesat. Di masa ini juga hidup Asy-SyafiÔÇÖi, Malik bin Anas, Ats-Tsauri, Asy-Syaibani, Abdullah bin Mubarak dan berbagai tokoh-tokoh ilmu pengetahuan syareat dan logika serta kemasyarakatan.
Mengenai situasi sosial saat itu, siapapun yang mengkaji akan mengetahui bahwa kehidupan istana yang dipimpin Al-Mahdi, Al-Hadi, Ar-Rasyid, Al-Amin dan Al-Makmun adalah kehidupan yang sarat dengan kofoya-foyaan, penuh dengan budak-budak perempuan, para penyanyi, penari dan gelas-gelas khomer. Ribuan juta dinar dan dirham dihambur-hamburkan sementara rakyat hidup dalam penekanan, pajak yang tinggi serta kelaparan dan berbagai teror yang ditujukan kepada mereka. di saat seperti inilah Imam Ahlul Bait menunjukkan sikap ramahnya kepada kaum tertindas yan ghidup dalam serba ketakutan serta menyerukan perbaikan dan perubahan yang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Karenanya, mereka mengalami penyiksaan, pengejaran, pemenjaraan dan pembunuhan. Sedang situasi politik saat itu, setelah Harun Ar-Rasyid meracuni ayahnya dia masih hidup beberapa tahun bersama Imam Ali Ar-Ridha as. Perlakuan Harun Ar-Rasyid kepada Imam Ali Ar-Ridha as tidak seperti perlakuan terhadap ayahnya.
Sebelum Harun Ar-Rasyid meninggal, dia membagi negeri kekuasaannya di antara ketiga anaknya; Al-Amin, Al-Makmun, Al-Qasim. Sedangkan jabatan putra mahkota diberikan secara berurutan, pertama Al-Amin kemudian Al-Makmun dan Al-Qasim.
Namun setelah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia, terjadi perebutan kekuasaan antara Al-Amin dan Al-Makmun. Dan setelah terjadinya peperangan yang dahsyat, Al-Amin kalah kemudian dibunuh, sedang kepalanya dipenggal lalu dibawa ke hadapan Al-Makmun. Selama masa itu, daulat Abbasiah terus menerus dilanda pergolakan fisik maupun politik dan perekonomiannya mengalami kemerosotan yang tajam. Sementara itu, Imam Ali Ar-Ridha as mempunyai pengaruh yang besar terhadap para pengikutnya. Untuk mengantisipasi keadaan itu dan sekaligus memadamkan adanya beberapa pemberontakan dari kaum Alawiyin, Al-Makmun kemudian mengumumkan rencananya untuk mengangkat Imam Ali Ar-Ridha sebagai putra mahkota sepeninggalnya. Walaupun rencana itu mendapat tantangan yang keras dari pihak keluarganya, namun dia tetap bersikeras untuk mempertahankan rencananya. Kemudian dia mengirim utusan kepada Imam Ali Ar-Ridha as dan memintanya agar datang ke Khurasan untuk bermusyawarah berkenaan dengan pengangkatan beliau sebagai putra mahkota. Dengan terpaksa Imam Ali Ar-Ridha as memenuhi panggilan itu. Setelah sampai di tempat Al-Makmun, rombongan kemudian ditempatkan di sebuah rumah, sedang Imam Ali Ar-Ridha as as, ditempatkannya di sebuah rumah tersendiri.
Akhirnya, Al-Makmun menuliskan nash baiat untuk Imam Ali Ar-Ridha as dengan tangannya sendiri, dan Imam pun menandatangani nash baiat, yang menyatakan bahwa beliau menerima pengangkatan dirinya sebagai putra mahkota.
Sejarah berbicara lain, Al-Makmun bukan orang yang tidak suka kedudukan. Dia telah membunuh saudaranya Al-Amin dan juga membunuh orang-orang yang telah mengabdi kepada saudaranya dan juga ayahnya, seperti Thahir bin Husain, Al-Fadhl bin Sahl dan lain-lain yang telah berjasa dalam mengukuhkan pemerintahannya, maka bukan juga hal yang mustahil jika dia akhirnya menyusun siasat untuk membunuh Imam dengan cara meracuninya.
Imam Ridha as syahid pada hari terakhir bulan Shafar tahun 203 Hijriah di kota Thus (Masyhad) dan dimakamkan di sana juga, di rumah Humaid bin Qahthabah di sisi kuburan Harun Ar-Rasyid pada arah kiblat. Sekarang, makam beliau as merupakan makam yang sangat menonjol, yang dikunjungi oleh jutaan penziarah yang berdesak-desakan di sekelilingnya. Kota di mana beliau as dimakamkan telah menjadi kota yang besar di Republik Islam Iran. Letaknya berbatasan dengan Rusia. Ia merupakan kota yang indah dan ramai. Di dalamnya terdapat perkumpulan-perkumpulan ilmiah dan sekolah agama.
Wilayah Khurasan di mana kota Masyhad berada memiliki nilai sejarah dan peran politik yang aktif dalam sejarah Islam dan sejarah Ahlul Bait as. Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada beliau as di saat beliau dilahirkan serta di hari syahidnya dan saat dibangkitkan kelak kemudian hari.
Akhirnya kami memohon kepada Allah swt agar menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang mengikuti pimpinan Sayyidil Mursalin Muhammad saw dan Ahlul Baitnya serta menjadi orang-orang yang berjalan pada jalan petunjuk-Nya, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha mengabulkan doa.
Wal Hamdulillah Rabbil ÔÇÿAlamin.
Hadis seputar Sayidina Ali as
1. Dikeluarkan oleh Abu NaÔÇÖim Al-Esbahani yang sanadnya bersambung sampai Ibn Abbas yang mana Beliau (Ibn Abbas) berkata : ÔÇ£ dulu kami (para sahabat Nabi saw) saling berbincang2 bahwa sesungguhnya Nabi saw telah memberi 70 janji kepada Sayidina Ali as yang Beliau saw tidak memberinya kepada satupun dari sahabatÔÇØ. {huliyah al-auliyaÔÇÖ jilid 1 halaman 68 cetakan dar al-kitab al-arabi ÔÇôBeirut-.}
2. An-NasaÔÇÖi berkata yang sanadnya bersambung sampai Ibn Abbas dari sayidin Ali as berkata: ÔÇ£ dulu aku memiliki kedudukan disisi Rasulullah saw, yang mana tidak dimiliki oleh makhluk yang lain, dulu aku masuk ke dalam rumah Nabi saw setiap malam, dan jika Beliau saw sedang melaksanakan sholat maka Beliau mengucapkan tasbih (tanda izin Nabi saw) maka aku masuk kedalam rumahnya, dan jika tidak dalam keadaan sholat maka Beliau mengizinkan(dengan ucapan) aku untuk masuk, maka akupun masukÔÇØ. {as-Sunan al-Kubra jilid 5 halaman 140 hadis ke 8399, kitab al-Khashaish halaman 166-167}
3. An-NasaÔÇÖI berkata yang sanadnya sampai ke sayidina Ali as, yang mana Beliau (sayidina Ali as) berkata: ÔÇ£Jika aku bertanya atau meminta sesuatu kepada Nabi saw, maka aku pasti akan diberi (yang aku inginkan). Dan jika aku diam maka Beliaulah saw yang akan memulainya( menawarkan sesuatu baik ilmu atau apapun)ÔÇØ. {as-Sunan al-Kubra jilid 5 halaman 142 , kitab al-khashaish halaman 170-171, al-hakim di dalam mustadraknya juga menukilnya(mustadrak jilid 3 halaman 135 hadis 4630 cetakan dar al-kutub al-alamiah Beirut th1411H)}
4. An-NasaÔÇÖi juga berkata yang sanadnya dari Ummu salamah (istri Nabi saw ) yang berkata sesunggunya beliau (Ummu Salamah) berkata : ÔÇ£ demi yang Ummu salamah bersumpah atasnya(Allah swt) sesungguhnya paling dekatnya manusia kepada Nabi saw adalah Ali asÔÇØ. {as-Sunan al-Kubra jilid 5 halaman 154 bab 54}
5. Para Ahli Hadis dan Para Sejarawan serta Para Mufasir dalam pembahasan ayat 214 dari surah as-SyuÔÇÖara mereka berkata bahwa ketika ayat ini turun Rasulullah saw mengundang 40 laki-laki dari Bani Hasyim dan dari Para Pembesarnya, dan ketika mereka semua selesai dari makan, Rasulullah saw berkata kepada mereka semua : ÔÇ£Wahai Anak-anak Abdul Muttalib!! Sesungguhnya demi Allah, tidak ada pemuda di arab yang datang kepada kaumnya dan membawa sesuatu untuk mereka yang lebih baik dari apa yang aku bawa kepada kalian, Sesungguhnya aku telah datang dengan sebaik-baik dunia dan akhirat, Allah swt telah menyuruhku untuk mengajak kalian kembali kepadaNya, Maka siapa dari kalian yang percaya kepadaku dan membantuku dalam hal ini maka akan menjadi saudaraku, wasi(pengganti)ku, dan khalifah setelahku.ÔÇØ Ketika Nabi saw selesai, kaum(anak-anak Abu Muttalib/para paman Nabi saw) diam tidak berbicara dan seketika itu juga Sayidina Ali berdiri dan berbicara: ÔÇ£ Aku ya Rasulullah saw, yang akan menjadi penolong serta pembantumu atas apa yang Allah perintahkan kepadamu.ÔÇØ Rasulullah berkata kepadanya(sayidina Ali): ÔÇ£ duduklah.ÔÇØ Kemudian Nabi saw mengundang mereka semua untuk kedua kalinya sampai tiga kali. Akan tetapi setiap Nabi mengundang mereka, tidak satupun dari mereka yang berbicara, mereka semua diam dari apa yang dikatakan Nabi saw dan hanya sayidina Ali as lah yang selalu menjawab pertanyaan Nabi saw serta beliau menyatakan kesediaannya untuk menjadi pembantu Nabi saw dalam perintah-perintah Allah swt, akan tetapi Nabi saw menyuruhnya untuk duduk di pertemuan pertama dan kedua, akan tetapi di pertemuan yang ketiga Rasulullah saw mengangkat tangan Sayidina Ali dan berkata kepada kaum yang ada saat itu : ÔÇ£ sesungguhnya dia adalah saudaraku dan dialah wasiku serta khalifah setelahku, maka dengarkanlah dia dan taÔÇÖatilah dia!ÔÇØ setelah mendengar hal ini berdirilah kaum dan menertawakan Abu Talib(ayah sayidina Ali as yang ikut hadir dalam pertemuan ini) dan berkata kepadanya: ÔÇ£dia telah menyuruhmu untuk mendengarkan anakmu dan menaatinya.ÔÇØ {Musnad Ahmad jilid 1 halaman 111, Tarikh al-Tabari jilid 2 halaman216, Takhir Ibn Al-Atsir jilid1 halaman 487, sayrkh Nahjul Balaghah (Ibn Abi al-hadid)jilid 3 halaman 267, Ghayah al-Maram jilid 3 halaman 279-286.(semua ini adalah ulamaÔÇÖ ahl as-sunnah)}
6. Ditulis di oleh Al-Khatib Al-Khawarizumidi bab ke enam di dalam bukunya al-Manaqib halaman 64-79 tentang hadis-hadis yang berkenaan dengan kecintaan terhadap Sayidina Ali as dan Ahlulbayt Nabi saw, yang tercatat sekitar 30 hadis, dan ini adalah sebagian darinya:
┬À Jika seluruh manusia berkumpul dalam kecintaan kepada Ali ibn Abi Thalib maka Allah tidak akan menciptakan Neraka.
┬À Wahai Ali jika ada seorang hamba yang menyembah Allah swt seperti apa yang dilakukan Nabi Nuh as terhadap kaumnya dan jika dia memilik emas segunung uhud kemudian emas itu diinfakan dijalan Allah swt dan jika dipanjangkan umurnya sampai dia haji 1000tahun dengan jalan kaki kemudian terbunuh di antara safa dan marwa dengan terdholimi, akan tetapi dia tidak berwilayah kepadamu maka dia tidak akan mencium bau surga dan tidak akan masuk ke dalamnya.
┬À Siapa yang mencintai Ali as maka telah mencintaiku dan siapa yang membencinya maka telah membenciku.
┬À Sesungguhnya malaikat maut menghormati para pecinta Ali ibn Abi Thalib as seperti menghormati para Nabi as.
┬À Siapa yang mengaku bahwa dirinya telah beriman kepadaku dan kepada apa yang aku datang bersamanya(islam), akan tetapi dia membenci Ali as maka dia telah berbohong dan dia tidak muÔÇÖmin.
7. Abdullah ibn Ahmad Ibn Hambal bekata: aku bertanya kepada ayahku : ÔÇ£apa pandangan anda terhadap keutamaan.ÔÇØ Ayahku berkata: ÔÇ£didalam khilafah , Abu bakar dan Umar dan UsmanÔÇØ. Maka aku bertanya kembali: ÔÇ£kalau Ali ?ÔÇØ ayahku berkata : ÔÇ£wahai anakku, Ali ibn Abu Thalib adalah dari Ahlulbayt maka tidak ada seorangpun yang bisa dibandingkan dengannya.ÔÇØ {Thabaqat al-Hanabalah jilid 2 halaman 120}
8. Rasulullah saw berkata kepada Sayidah Fatimah az-Zahra as: ÔÇ£wahai Fatimah, apakah kamu tidak rela kalau suamimu adalah sebaik-baiknya umatku, yang masuk islam terlebih dahulu, paling banyak ilmunya, dan paling bijak dan sabar dari umatku.ÔÇØ{al-Khatib al-Khawarizumi didalam al-Manaqib halaman 106 hadis 111}
9. Dari Ibn Abbas yang berkata : ÔÇ£Dihidangkan kepada Nabi saw burung matang(makanan dari langit), kemudian Nabi saw berkata : ÔÇ£Ya Allah, datangkanlah kepadaku orang yang paling kau cintai dari makhlukmu.ÔÇØ Maka datanglah Ali Ibn Abi Thalib. Kemudian Nabi saw berkata: ÔÇ£ya Allah dia juga orang yang paling aku cintai.ÔÇØ{al-Masdar al-Sabig halaman107-108 hadis ke 113-114}
10. Rasulullah saw bersabda: ÔÇ£wahai Ali perumpamaanmu dan perumpamaan para pemimpin setelahmu dari anak-anakmu adalah seperti kapal Nuh, siapa yang menaikinya selamat dan siapa yang meninggalkannya tenggelam, dan kalian adalah seperti bintang-bintang, setiap bintang menghilang maka bintang yang lain akan muncul sampai hari qiamat. {Faraid al-Simthain 2/243/517}
11. Dan dari Jabir, yang berkata: ÔÇ£dulu kita (para sahabt Nabi saw) berada di samping Nabi saw dan kemudian Ali ibn Abi Thalib as datang, maka berkatalah Nabi saw: ÔÇ£sungguh telah datang saudarakuÔÇØ kemudian beliau menuju menoleh ke kaÔÇÖbah dan memukul kaÔÇÖbah dengan tangannya kemudian berkata: ÔÇ£ demi yang yawaku berada ditangannya sesungguhnya dia dan syiahnya adalah orang-orang yang menang dan beruntung di hari kiamat,kemudian beliau melanjutkan perkataannya: ÔÇ£ seseungguhnya dia adalah paling dahulunya orang dari kalian yang beriman bersamaku, dan dia adalah orang yang paling menyampaikan -janji Allah swt- diantara kalian,dan dia adalah orang yang paling lurus -dalam menjalankan perintah-perintah Allah swt- diantara kalian,dan dia adalah orang yang paling adil -didalam ummat- diantara kalian, dan dia adalah orang yang paling bisa membagi -dengan sama rata dan adil- diantara kalian, dan dia adalah orang yang paling besar -kemuliaannya di mata Allah swt- diantara kalian.ÔÇØkemudian Jabir berkata: ÔÇ£dan turunlah wahyu kepada Nabi saw(((Ϻ┘å┘æ Ϻ┘äÏ░┘è┘å Ïó┘à┘å┘êϺ ┘êÏ╣┘à┘ä┘êϺ Ϻ┘äÏÁϺ┘äϡϺϬ Ϻ┘ê┘äϪ┘â ┘ç┘à Ï«┘èÏ▒ Ϻ┘äÏ¿Ï▒┘èÏ®), dan jabir berkata: maka semenjak itu para sahabat Nabi saw jika kedatangan sayidina Ali as maka mereka berkata: ÔÇ£telah datang sebaik-baik makhluk.ÔÇØ {Ϻ┘ä┘àÏÁÏ»Ï▒ Ϻ┘äÏ│ϺϿ┘é halaman 111,112 hadis ke 120.}
12. Rasulullah saw bersabda: ÔÇ£orang pertama yang sholat berasamaku adalah AliÔÇØ (┘â┘åÏ▓ Ϻ┘äÏ╣┘àϺ┘ä)
13. Orang pertama yang sholat adalah Ali dan orang yang pertama islam adalah Ali (ÏÁÏ¡┘èÏ¡ Ϻ┘äϬÏ▒┘àÏ░┘è- ϬϺÏ▒┘èÏ« ÏÀÏ¿Ï▒┘è ÔÇô Ϻ┘äÏ▒┘èϺÏ Ϻ┘ä┘åÏÂÏ▒Ï®) hal ini juga di riwayatkan di dalam buku-buku ini (┘àÏ│┘åÏ» Ϻϡ┘àÏ» ϺϿ┘å Ï¡┘åÏ¿┘ä ÔÇô ┘àÏ│ϬϻÏ▒┘â Ϻ┘äÏÁÏ¡┘èÏ¡┘è┘å ÔÇô Ï«ÏÁϺϪÏÁ ┘åÏ│ϺϪ┘è ÔÇô Ϻ┘äÏÀÏ¿┘éϺϬ Ϻ┘ä┘âÏ¿Ï▒┘ë ÔÇô ϺÏ│Ï» Ϻ┘äÏ║ϺϿϮ ÔÇô ┘â┘åÏ▓Ϻ┘äÏ╣┘àϺ┘ä) dan juga tertulis di buku-buku ahlulsunnah dan syiah yang lain.
14. Sayidina Ali as tidur di atas tempat tidur Nabi saw di malam kepergian Nabi saw ke Gua Hira untuk mengkelabuhi orang-orang quraysh yang ingin membunuh Nabi saw dan saat itu turun ayat ÔÇ£┘ê┘à┘å Ϻ┘ä┘åϺÏ│ ┘à┘å ┘èÏ┤Ï▒┘ë ┘å┘üÏ│┘ç ϺϿϬÏ║ϺÏí ┘àÏ▒ÏÂϺϮ Ϻ┘ä┘ä┘çÔǪÔÇØ (Ϻ┘äϬ┘üÏ│┘èÏ▒ Ϻ┘ä┘âÏ¿┘èÏ▒ ┘ä┘ä┘üÏ«Ï▒ Ϻ┘äÏ▒ϺÏ▓┘è ÔÇô ϺÏ│Ï» Ϻ┘äÏ║ϺϿϮ ÔÇô ϬϺÏ▒┘èÏ« Ï»┘àÏ┤┘é)hal ini juga di terangkan di dalam buku-buku berikut ini (Ï«ÏÁϺϪÏÁ ┘åÏ│ϺϪ┘è- ┘àÏ│ϬϻÏ▒┘â Ϻ┘äÏÁÏ¡┘èÏ¡┘è┘å ÔÇô Ϻ┘äÏ▒┘èϺÏ Ϻ┘ä┘åÏÂÏ▒Ï® ÔÇô ┘â┘åÏ▓Ϻ┘äÏ╣┘àϺ┘ä ÔÇô ┘àÏ│┘åÏ» Ϻ┘äϺ┘àϺ┘à Ϻϡ┘àÏ» ϺϿ┘å Ï¡┘åÏ¿┘ä - Ϻ┘äÏÀÏ¿┘éϺϬ Ϻ┘ä┘âÏ¿Ï▒┘ë ÔÇô Ϻ┘äÏ»Ï▒ Ϻ┘ä┘à┘åϽ┘êÏ▒)
15. Rasulullah saw bersabda : ÔÇ£sesungguhnya Allah swt telah menyuruhku untuk menikahkan Fatimah dengan Ali.ÔÇØ (Ϻ┘ä┘àÏ╣ϼ┘à Ϻ┘ä┘âÏ¿┘èÏ▒┘ä┘äÏÀÏ¿Ï▒Ϻ┘å┘è ÔÇô ┘â┘åÏ▓Ϻ┘äÏ╣┘àϺ┘ä ÔÇô ┘àÏ╣ϼ┘à Ϻ┘äÏ▓┘êϺϪϻ ÔÇô ┘ü┘èÏ Ϻ┘ä┘éÏ»┘èÏ▒- Ϻ┘äÏÁ┘êϺÏ╣┘é Ϻ┘ä┘àÏ¡Ï▒┘éÏ®)dan juga di buku(Ï░ϫϺϪÏ▒ Ϻ┘äÏ╣┘éÏ¿┘ë)
16. Sesungguhnya Rasulullah saw selama 6 bulan ketika melewati pintu rumah sayidina Ali dan sayidah Fatimah untuk sholat subuh Beliau berkata : ÔÇ£sholat, wahai AhlulbaytÔÇØ kemudian Beliau membaca ayat suci al-Quran ÔǣϺ┘å┘æ┘àϺ ┘èÏ▒┘èÏ» Ϻ┘ä┘ä┘ç ┘ä┘èÏ░┘çÏ¿ Ï╣┘å┘â┘à Ϻ┘äÏ▒ϼÏ│ Ϻ┘ç┘ä Ϻ┘äÏ¿┘èϬ ┘ê ┘èÏÀ┘ç┘æÏ▒┘â┘à ϬÏÀ┘ç┘èÏ▒Ϻ┘ïÔÇØ hal ini tertulis didalam kitab-kitab ahlusunnah dan syiah berikut kitab-kitab dari ahlu sunnah(ÏÁÏ¡┘èÏ¡ Ϻ┘äϬÏ▒┘àÏ░┘è- ┘àÏ│┘åÏ» Ϻϡ┘àÏ» ϺϿ┘å Ï¡┘åÏ¿┘ä ÔÇô Ϭ┘üÏ│┘èÏ▒ ϺϿ┘å ϼÏ▒┘èÏ▒ Ϻ┘äÏÀÏ¿Ï▒┘è ÔÇô ┘àÏ│ϬϻÏ▒┘â Ϻ┘äÏÁÏ¡┘èÏ¡┘è┘å ÔÇô ϺÏ│Ï» Ϻ┘äÏ║ϺϿϮ ÔÇô ┘â┘åÏ▓Ϻ┘äÏ╣┘àϺ┘ä ÔÇô Ϻ┘äÏ»Ï▒Ϻ┘ä┘à┘åϽ┘êÏ▒)
17. Aisyah berkata: ÔÇ£aku tidak mengetahui ada orang dicintai Nabi saw lebih dari Ali, dan tidak ada dibumi ini perempuan yang dicintai Nabi saw lebih dari isterinya(Fatimah)ÔÇØ riwayat ini tertulis didalam buku-buku berikut(Ï«ÏÁϺϪÏÁ ┘åÏ│ϺϪ┘è ÔÇô ┘àÏ│ϬϻÏ▒┘â Ϻ┘äÏÁÏ¡┘èÏ¡┘è┘å)riwayat seperti ini juga terdapat didalam buku-buku yang lain seperti:(ÏÁÏ¡┘èÏ¡ Ϻ┘äϬÏ▒┘àÏ░┘è ÔÇô ┘àÏ│┘åÏ» Ϻϡ┘àÏ» ϺϿ┘å Ï¡┘åÏ¿┘ä ÔÇô ϺÏ│Ï» Ϻ┘äÏ║ϺϿϮ ÔÇô Ϻ┘äϺÏÁϺϿϮ ÔÇô Ϻ┘äÏ▒┘èϺÏ Ϻ┘ä┘åÏÂÏ▒Ï®)dan masih banyak lagi riwayat seperti ini yang tertulis didalam buku-buku syiah.
18. Rasulullah saw bersabda: ÔÇ£Ali adalah pemimpin yang benar dan membenarkan, serta Dia adalah pembunuh orang-orang yang berbuat jahat.ÔÇØ (┘â┘åÏ▓Ϻ┘äÏ╣┘àϺ┘ä)
19. Dirawayatkan bahwa Malaikat Jibril melantangkan suaranya didalam perang uhud : ÔÇ£tidak ada pedang kecuali dzulfigar dan tidak ada pemuda(pemberani) kecuali Ali.ÔÇØ (ϬϺÏ▒┘èÏ« Ϻ┘äÏÀÏ¿Ï▒┘è- Ϻ┘ä┘âϺ┘à┘ä ┘ü┘è Ϻ┘äϬϺÏ▒┘èÏ«)hal seperti ini juga tertulis didalam buku-buku berikut: (┘â┘åÏ▓Ϻ┘äÏ╣┘àϺ┘ä ÔÇô Ϻ┘äÏ▒┘èϺÏ Ϻ┘ä┘åÏÂÏ▒Ï® ÔÇô Ï░ϫϺϪÏ▒ Ϻ┘äÏ╣┘éÏ¿┘ë)
20. Ketika ayat ÔÇ£┘é┘ä ϬÏ╣Ϻ┘ä┘êϺ ┘åÏ»Ï╣ ϺϿ┘åϺÏí┘åϺ ┘êϺϿ┘åϺÏí┘â┘à ┘ê┘åÏ│ϺÏí┘åϺ ┘ê┘åÏ│ϺÏí┘â┘à ┘êϺ┘å┘üÏ│┘åϺ ┘ê Ϻ┘å┘üÏ│┘â┘à Ͻ┘à┘æ ┘åϿϬ┘ç┘ä ┘ü┘åϼÏ╣┘ä ┘äÏ╣┘åÏ® Ϻ┘ä┘ä┘ç Ï╣┘ä┘ë Ϻ┘ä┘âϺÏ░Ï¿┘è┘åÔÇØ kemudian Nabi saw memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, kemudian beliau berdoÔÇÖa: ÔÇ£Ya Allah mereka adalah keluargaku (ÏÁÏ¡┘èÏ¡ ┘àÏ│┘ä┘à ÔÇô ÏÁÏ¡┘èÏ¡ Ϻ┘äϬÏ▒┘àÏ░┘è ÔÇô Ϻ┘äÏ»Ï▒Ϻ┘ä┘à┘åϽ┘êÏ▒ ÔÇô ┘àÏ│ϬϻÏ▒┘â Ϻ┘äÏÁÏ¡┘èÏ¡┘è┘å)
21. ϺϿ┘åϺÏí┘åϺ adalah Hasan dan Husain dan ┘åÏ│ϺÏí┘åϺ adalah Fatimah serta Ϻ┘å┘üÏ│┘åϺ adalah Ali ibn Abu Thalib, hal ini tertulis dalam buku (ϺÏ│ϿϺϿ Ϻ┘ä┘åÏ▓┘ê┘ä)
22. Nabi saw bersabda : ÔÇ£Dia disisiku seperti dirikuÔǪ. (kemudian Nabi saw memegang bahu Ali)ÔÇØ hal ini tertulis didalam buku (Ϭ┘üÏ│┘èÏ▒Ϻ┘ä┘âÏ┤┘æÏº┘ü)
23. Nabi saw bersabda : ÔÇ£ana adalah kota ilmu dan ali adalah pintu kotanya, maka siapa yang ingin masuk kedalam kota maka akan datang ke pintunya.ÔÇØ Tertulis didalam buku-buku berikut (┘àÏ│ϬϻÏ▒┘â Ϻ┘äÏÁÏ¡┘èÏ¡┘è┘å ÔÇô ϺÏ│ϻϺ┘äÏ║ϺϿϮ ÔÇô ┘â┘åÏ▓ Ϻ┘äÏ╣┘àϺ┘ä ÔÇô ┘ü┘èÏ Ϻ┘ä┘éÏ»┘èÏ▒ ÔÇô ┘àϼ┘àÏ╣ Ϻ┘äÏ▓┘æ┘êϺϪϻ ÔÇô ϬϺÏ▒┘èÏ« Ï¿Ï║ϻϺϻ)
24. Nabi saw bersabda: ÔÇ£Ali adalah pintu ilmuku dan (dia adalah) orang yang menerangkan apa yang aku diutus dengannya setelahkuÔÇØ (┘â┘åÏ▓Ϻ┘äÏ╣┘àϺ┘ä ÔÇô Ϻ┘äÏÁ┘êϺÏ╣┘é Ϻ┘ä┘àÏ¡Ï▒┘éÏ®)
25. Sayidina Ali as menyedekahkan cincinnya kepada seorang pengemis dalam keadaan rukuÔÇÖ, kemudian Nabi saw bertanya kepada pengemis tersebut: ÔÇ£siapakah yang memberimu cincin ini?ÔÇØ si Pengemis berkata : ÔÇ£orang yang sedang rukuÔÇÖ itu(menunjuk kepada sayidina Ali )ÔÇØ kemudian Allah swt menurunkan ayat ini kepada Nabi saw ÔǣϺ┘å┘æ┘àϺ ┘ê┘ä┘è┘â┘à Ϻ┘ä┘ä┘ç ┘ê Ï▒Ï│┘ê┘ä┘ç ┘êϺ┘äÏ░┘è┘å Ïó┘à┘å┘êϺ Ϻ┘äÏ░┘è┘å ┘è┘é┘è┘à┘ê┘å Ϻ┘äÏÁ┘æ┘ä┘êÏ® ┘ê┘èÏñϬ┘ê┘å Ϻ┘äÏ▓┘â┘êÏ® ┘ê┘ç┘à Ï▒Ϻ┘âÏ╣┘ê┘åÔÇØ(al-MaÔÇÖidah ayat 55) hal ini tertulis dalam (Ϻ┘ä┘àϬ┘æ┘ü┘é ┘ê Ϻ┘ä┘à┘üϬÏ▒┘é ÔÇô ┘â┘åÏ▓Ϻ┘äÏ╣┘àϺ┘ä) riwayat seperti ini juga terdapat dalam buku-buku berikut ini (┘àÏ╣ϼ┘à Ϻ┘äÏ▓┘êϺϪϻ ÔÇô Ï░ϫϺϪÏ▒ Ϻ┘äÏ╣┘éÏ¿┘ë ÔÇô Ϻ┘äÏ»Ï▒ Ϻ┘ä┘à┘åϽ┘êÏ▒ ÔÇô Ϭ┘üÏ│┘èÏ▒Ϻ┘ä┘âÏ┤Ϻ┘ü ÔÇô Ϭ┘üÏ│┘èÏ▒ Ϻ┘äÏÀÏ¿Ï▒┘è ÔÇô Ϻ┘äϬ┘üÏ│┘èÏ▒ Ϻ┘ä┘âÏ¿┘èÏ▒ ┘ä┘ä┘üÏ«Ï▒ Ϻ┘äÏ▒ϺÏ▓┘è ÔÇô Ϻ┘äÏ▒┘èϺÏ Ϻ┘ä┘åÏÂÏ▒Ï®)
26. Nabi saw bersabda: ÔÇ£sesungguhnya Ali as adalah dariku dan aku darinya dan dia adalah pemimpin para muÔÇÖmin setelahkuÔÇØ (ÏÁÏ¡┘èÏ¡ Ϻ┘äϬÏ▒┘àÏ░┘è ÔÇô ┘àÏ│┘åÏ» Ϻϡ┘àÏ» ϺϿ┘å Ï¡┘åÏ¿┘ä ÔÇô ┘àÏ│┘åÏ» ϺϿ┘è ϻϺ┘êÏ» ÔÇô Ï«ÏÁϺϪÏÁ ┘åÏ│ϺϪ┘è ÔÇô ┘â┘åÏ▓Ϻ┘äÏ╣┘àϺ┘ä ÔÇô Ϻ┘äÏ▒┘èϺÏ Ϻ┘ä┘åÏÂÏ▒Ï®)
27. Nabi saw bersabda: ÔÇ£ sesungguhnya setiap Nabi memiliki pengganti dan pewaris, sesungguhnya Ali adalah pengganti dan pewariskuÔÇØ (ϬϺÏ▒┘èÏ« Ï»┘àÏ┤┘é ÔÇô ┘üÏ▒Ï»┘êÏ│ ÔÇô Ϻ┘ä┘à┘åϺ┘éÏ¿ ┘äϺϿ┘å ┘àÏ║ϺÏ▓┘ä┘è ÔÇô ┘â┘üϺ┘èÏ® Ϻ┘äÏÀϺ┘äÏ¿)
Arti Berbagai Nama dan Julukan Sayyidah Fathimah Az-Zahra as.
Imam Shadiq AS bersabda: ÔÇ£Beliau dinamakan Fathimah karena tidak ada keburukan dan kejahatan pada dirinya. Apabila tidak ada Ali AS, maka sampai hari Kiamat tidak akan ada seorangpun yang sepadan dengannya (untuk menjadi pasangannya)ÔÇØ.
Para Imam Ahlu-Bayt AS sangat memuliakan pemilik nama Fathimah tersebut. Salah satu pengikut Imam Jakfar as-Shadiq AS telah dikaruniai seorang anak perempuan, kemudian beliau bertanya kepadanya: ÔÇ£Engkau telah memberikan nama apa kepadanya?ÔÇØ. Ia menjawab: ÔÇ£FathimahÔÇØ. Mendengar itu Imam AS bersabda: ÔÇ£Fathimah, salam sejahtera atas Fathimah. Karena engkau telah menamainya Fathimah maka hati-hatilah. Jangan sampai engkau memukulnya, mengucapkan perkataan buruk kepadanya, dan muliakanlah ia.ÔÇØ
Wanita mulia nan agung yang menjadi kekasih Allah dan Rasul-Nya itu bernama Fathimah. Keagungannya telah dinyatakan oleh manusia termulia dan makhluk Allah teragung, Muhammad SAW yang segala pernyataannya tidak mungkin salah. Pada kesempatan ini, kita akan melihat beberapa sebutan mulia bagi wanita agung tersebut, disamping banyak nama dan sebutan lagi yang disematkan pada pribadi kekasih Allah dan Rasul-nya itu. Di antaranya ialah;
A-Fathimah
Syaikh Shaduq dalam kitab ÔÇ£IÔÇÖlall Asy-SyaraÔÇÖiÔÇØ dan Allamah al-Majlisi dalam kitab ÔÇ£Bihar al-AnwarÔÇØ telah menukil riwayat dari Imam Jakfar bin Muhammad as-Shadiq AS, bahwasanya beliau bersabda: ÔÇ£Sewaktu Sayidah Fathimah Zahra AS terlahir, Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk turun ke bumi dan memberitahukan nama ini kepada Rasulullah. Maka Rasulullah SAW pun memberi nama Fathimah kepadanya.ÔÇØ (Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 13)
Dari segi bahasa ÔÇÖfathamaÔÇÖ berarti ÔÇ£anak yang disapih dari susuanÔÇØ. Dalam sebuah riwayat dari Imam Muhammad bin Ali al-Baqir AS telah dinyatakan bahwa, setelah kelahiran Fathimah Zahra AS, Allah SWT berfirman kepadanya: ÔÇ£Sesungguhnya aku telah menyapihmu dengan ilmu, dan menyapihmu dari kototan (Inni fathamtuki bil ilmi wa fathamtuki aÔÇÖnith thomats)ÔÇØ. Hal ini seperti seorang bayi sewaktu disapih dari susu maka ia memerlukan makanan lain sebagai penggantinya. Dan Sayidah Fathimah Zahra AS setelah disapih, sedang makanan pertamanya berupa ilmu.ÔÇØ (Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 13)
Imam Ali bin Musa ar-Ridho AS telah meriwayatkan hadis dari ayahnya, dimana ayahnya telah meriwayatkan dari para leluhurnya hingga sampai ke Rasulullah SAW, bahwasanya beliau bersabda: ÔÇ£Wahai Fathimah, tahukan engkau kenapa dinamakan Fathimah?ÔÇØ. Kemudian Imam Ali AS bertanya: ÔÇ£Kenapa wahai Rasulullah?ÔÇØ Rasulullah menjawab, ÔÇ£Karena ia dan pengikutnya akan tercegah dari api nerakaÔÇØ. (Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 14). Atau dalam riwayat lain beliau bersabda: ÔÇ£Karena terlarang api neraka baginya dan para pecintanyaÔÇØ.( Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 15)
Imam Ali bin Abi Thalib AS bersabda, ÔÇ£Aku telah mendengar Rasulullah bersabda: ÔÇ£Ia dinamakan Fathimah karena Allah SWT akan menyingkirkan api neraka darinya dan dari keturunannya. Tentu keturunannya yang meninggal dalam keadaan beriman dan meyakini segala sesuatu yang diturunkan kepadaku.ÔÇØ (Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 18-19)
Imam Shadiq AS bersabda: ÔÇ£Beliau dinamakan Fathimah karena tidak terdapat keburukan dan kejahatan pada dirinya. Apabila tidak ada Ali AS maka sampai hari Kiamat tidak akan ada seorangpun yang sepadan dengannya (untuk menjadi pasangannya)ÔÇØ. (Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 10)
Dalam beberapa sumber telah dijelaskan bahwa nama Fathimah merupakan nama yang sangat disukai oleh para Maksumin (Ahlu-Bayt) AS. Para Imam Ahlu-Bayt AS sangat memuliakan pemilik nama tersebut. Salah satu pengikut Imam Shadiq AS telah dikaruniai seorang anak perempuan, kemudian beliau bertanya kepadanya: ÔÇ£Engkau telah memberikan nama apa kepadanya?ÔÇØ. Ia menjawab: ÔÇ£FathimahÔÇØ. Mendengar itu Imam AS bersabda: ÔÇ£Fathimah, salam sejahtera atas Fathimah. Karena engkau telah menamainya Fathimah, maka hati-hatilah jangan sampai memukulnya, mengucapkan perkataan buruk kepadanya, dan muliakanlah ia.ÔÇØ
Salah seorang pengikut Imam Shadiq AS berkata: ÔÇ£Pada suatu hari dengan raut muka sedih, aku telah menghadap Imam Shadiq AS. Beliau bertanya: ÔÇ£Kenapa engkau bersedih?ÔÇØ. Aku menjawab: anakku yang terlahir adalah perempuan. Beliau bertanya kembali: ÔÇ£Engkau beri nama apa ia?ÔÇØ. Aku menjawab: ÔÇ£FathimahÔÇØ. Beliau kembali berkata: ÔÇ£Ketahuilah jika engkau telah menamainya Fathimah, janganlah engkau berkata buruk kepadanya dan janganlah memukulnyaÔÇØ.ÔÇØ(WasaÔÇÖil as-SyiÔÇÖah jilid 15 halaman 200)
B-Zahra
Zahra, artinya ialah ÔÇ£yang bersinarÔÇØ atau ÔÇ£yang memancarkan cahayaÔÇØ. Imam Hasan bin Ali al-Askari (imam ke-11) bersabda: ÔÇ£Salah satu sebab Sayidah Fathimah dinamai az-Zahra karena tiga kali pada setiap hari beliau akan memancarkan cahaya bagi Imam Ali AS.ÔÇØ (Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 11) Memancarkan cahaya bagaikan matahari pada waktu pagi, siang dan terbenam matahari.
Dalam riwayat lain Imam Shadiq AS bersabda: ÔÇ£Sebab Sayidah Fathimah dinamakan Zahra karena akan diberikan kepada beliau sebuah bangunan di surga yang terbuat dari yaqut merah. Dikarenakan kemegahan dan keagungan bangunan tersebut maka para penghuni surga melihatnya seakan sebuah bintang di langit yang memancarkan cahaya, dan mereka satu sama lain saling mengatakan bahwa bangunan megah bercahaya itu dikhususkan untuk Fathimah AS.ÔÇØ
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa, orang-orang telah bertanya kepada Imam Shadiq AS: ÔÇ£Kenapa Fathimah AS dinamakan Zahra?ÔÇØ Beliau menjawab: ÔÇ£Karena sewaktu beliau berada di mihrab (untuk beribadah) cahaya memancar darinya untuk para penghuni langit, bagaikan pancaran cahaya bagi para penghuni bumi.ÔÇØ (Namha wa Alqaab Hadzrate Fathimah Zahra halaman: 22)
C-Muhaddatsah
Muhaddatsah, artinya ialah ÔÇ£orang yang malaikat berbicara dengannyaÔÇØ. Telah dijelaskan bahwasanya para malaikat dapat berbicara dengan selain para nabi atau para rasul. Dan orang-orang selain para nabi dan rasul itu dapat mendengar suara dan melihat para malaikat. Sebagaimana dalam al-QurÔÇÖan disebutkan bahwa Allah SWT telah menjelaskan bahwasanya Mariam bin Imran AS (bunda Maria) telah melihat malaikat dan berbicara dengannya. Hal ini telah disinyalir dalam surah al-Imran ayat 42, ÔÇ£Dan (Ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: ÔÇ£Hai Maryam, Sesungguhnya Allah Telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).ÔÇØ
Dalam sebuah riwayat Imam Shadiq AS bersabda: ÔÇ£Fathimah dijuluki muhaddatsah karena para malaikat selalu turun kepadanya, sebagaimana mereka memanggil Mariam AS, berbicara dengannya, dan mereka mengatakan: ÔÇ£Wahai Fathimah, sesungguhnya Allah SWT telah memilihmu, mensucikanmu dan memilihmu atas perempuan seluruh alamÔÇØ. Para malaikatpun menyampaikan kepada Fathimah Zahra AS tentang hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang, raja-raja yang akan berkuasa, dan hukum-hukum Allah SWT. Fathimah Zahra AS meminta kepada Imam Ali AS untuk menulis semua perkara yang telah disampaikan para malaikat kepadanya. Serta jadilah kumpulan tulisan tersebut dinamakan dengan mushaf FathimahÔÇØ. (Bihar al-Anwar jilid 43)
Imam Shadiq AS telah berkata kepada Abu Bashir: Mushaf Fathimah berada pada kami. Dan tiada yang mengetahui tentang isi mushaf tersebut.mushaf tersebut berisikan hal-hal yang telah diwahyukan Allah SWT kepada ibu kami, Fathimah Zahra AS. (Bihar al-Anwar jilid 43, Fathimah az-Wiladat to Syahadat halaman 111)
D-Mardhiyah
Mardiyah, artinya ialah ÔÇ£orang yang segala perkataan dan perilakunya telah diridhoi Allah SWTÔÇØ. Adapun sebab beliau dijuluki dengan julukan mardiyah karena bersumber pada beberapa hadis yang telah disampaikan Rasulullah SAW berkaitan dengan kedudukan Sayidah Fathimah Zahra AS, dimana beliau telah bersabda: ÔÇ£Sesungguhnya Allah SWT murka atas murka-mu dan ridho atas keridhoan-mu.ÔÇØ (Riwayat dengan kandungan seperti ini bisa didapati pada beberapa sumber seperti, Mustadrak ash-Shahihain jilid 3 halaman 153, Kanzul Ummal jilid 6 halaman 219, Mizan al-IÔÇÖtidal jilid 2 halaman 72, Dzakhairu al-ÔÇÿUqba halaman 39)
Catatan: Tentunya hadis-hadis Rasulullah tentang Sayidah Fathimah Zahra AS itu bukanlah berasal dari hawa nafsu dan atas dasar nepotisme seorang ayah terhadap anaknya. Karena sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-QurÔÇÖan beliau tidak mengatakan sesuatu berdasarkan hawa nafsu sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-QurÔÇÖan: ÔÇ£ Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.ÔÇØ (QS an-Najm:3). Maka hadis-hadis itu sebagai bukti akan keistimewaan Fathimah Zahra AS dimata Allah dan Rasul-Nya.
E-Siddiqah Kubra
Shiddiqah, artinya ialah ÔÇ£seorang yang sangat jujurÔÇØ, orang yang tidak pernah berbohong. Atau orang yang perkataannya membenarkan prilakunya. (Lisanul Arab dan Taajul Aruus)
Pada waktu menjelang kepergian (wafat) Rasulullah SAW, beliau berkata kepada Ali AS: ÔÇ£Aku telah menyampaikan berbagai masalah kepada Fathimah. Benarkan (percayailah) segala yang disampaikan Fathimah, karena ia sangat jujur.ÔÇØ (Bihar al-Anwar jilid 22 halaman 490)
Dalam sebuah hadis bahwasanya Ummulmukminin Aisyah berkata: ÔÇ£Tidak aku dapatkan seseorang yang lebih jujur dari Fathimah, selain ayahnya.ÔÇØ (Hilyatul AuliyaÔÇÖ jilid 2 halaman 41 dan atau Mustadrak as-Shahihain jilid 3 halaman 16)
Dan kedudukan ini (Shiddiqiin) berada pada tingkatan para nabi, syuhada dan shalihin sebagaimana yang telah disinyalir al-QurÔÇÖan: ÔÇ£Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh, dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.ÔÇØ (QS An-Nisa : 6
Rasulullah SAW berkata kepada Imam Ali AS: ÔÇ£Tiga hal berharga telah dihadiahkan kepadamu, dan tidak seorangpun yang mendapatkannya termasuk aku; Engkau memiliki mertua seorang rasul, sementara aku tidak memiliki mertua sepertimu. Engkau memiliki istri yang sangat jujur (shiddiqqah) seperti putriku, sementara aku tidak memiliki istri sepertinya. Engkau dikaruniai anak-anak seperti Hasan dan Husein, sementara aku tidak dikaruniai anak-anak seperti mereka. Namun demikian engkau berasal dariku dan aku berasal darimu.ÔÇØ (Ar-Riyadhu an-Nadrah jilid 2 halaman 202)
F-Raihanah
Dalam sebuah riwayat berkaitan dengan putrinya, Rasulullah SAW bersabda: ÔÇ£Fathimah merupakan wewangianku. Ketika aku merindukan bau surga maka aku akan mencium FathimahÔÇØ. (Bihar al-Anwar jilid 35 halaman 45, dan kandungan hadis semacam ini pun bisa didapati dalam tafsir Ad-Durrul Mansur Suyuthi)
G-Bathul
Ibnu Atsir dalam karyanya yang berjudul ÔÇ£An-NihayahÔÇØ menyatakan: ÔÇ£Kenapa Fathimah dijuluki Al-Bathul? Karena beliau dari segi keutamaan, agama, dan kehormatan lebih dari para perempuan yang ada pada zamannya. Atau karena beliau telah memutuskan hubungannya dengan dunia dan hanyalah mencari kecintaan Allah SWT.ÔÇØ (Hadis dengan redaksi semacam ini juga dapat kita jumpai pada kitab-kitab seperti; Maanil Akhbar hal 54, Ilalu Asy-SyaraiÔÇÖ hal 181, YanaabiÔÇÖ al-Mawaddah hal 260)
Dalam kitab ÔÇ£al-ManaqibÔÇØ pada jilid 3 halaman 133 dijelaskan bahwa seseorang telah bertanya kepada Rasulullah; ÔÇ£Kenapa seseorang dijuluki al-Bathul? Beliau menjawab: ÔÇ£Yaitu perempuan yang tidak keluar darinya darah haid. Sesungguhnya hal itu tidak layak bagi para putri para nabi (lain).ÔÇØ (Al-Manaqib jilid 3 halaman 133, Al-awalim jilid 6 halaman 16)
H-Rasyidah
Rasyidah, artinya ialah ÔÇ£wanita yang telah dianugrahi petunjukÔÇØ, selalu berada dalam kebenaran dan pemberi petunjuk bagi yang lain. Rasulullah SAW telah memberikan julukan ini kepada putrinya, Fathimah AS. Dalam sebuah riwayat telah dijelaskan bahwasanya Imam Ali AS bersabda: ÔÇ£Beberapa saat sebelum kepergian Rasulullah (wafat), beliau telah memanggilku. Beliau bersabda kepadaku dan Fathimah: ÔÇ£Ini hanutku (ialah kapur barus yang dioleskan ke anggota sujud seorang jenazah, red) yang telah dibawakan Jibril dari surga untukku. Beliau telah menitip salam untuk kalian berdua dan berkata: ÔÇ£Engkau harus membagikan hanut ini, dan ambillah untukmu. Pada saat itu Fathimah AS berkata: ÔÇ£1/3-nya untuk engkau wahai ayahku. Sedang sisanya, biarlah Ali sendiri yang memutuskannyaÔÇØ. Mendengar itu Rasulullah menangis dan memeluk putrinya seraya bersabda: ÔÇ£Engkau adalah wanita yang telah dianugrahi taufiq (pertolongan khusus) dan rasyidah (petunjuk) yang telah mendapatkan ilham dari-Nya, dan mendapatkan petunjuk dari-Nya. Pada saat itu pula Rasulullah SAW bersabda: ÔÇ£Wahai Ali, katakan padaku tentang sisa hanut tersebutÔÇØ. Aku (Ali) berkata: ÔÇ£Setengah dari yang tersisa ialah untuk Zahra (Fathimah). Dan berkaitan dengan sebagian lainnya apa perintahmu, ya Rasulullah?ÔÇØ. Rasulullah SAW bersabda: ÔÇ£Sisanya untukmu, maka peliharalah.ÔÇØ (Bihar al-Anwar jilid 22 halaman 492)
I-Haura Insiyah (bidadari berbentuk manusia)
Sebelum Rasul melakukan salah satu miÔÇÖrajnya(dari beberapa riwayat disebutkan Rasulullah tidak melakukan miÔÇÖraj sekali saja, bahkan berkali-kali red), Atas perintah Allah SWT, beliau tidak diperkenankan untuk menemui (mengumpuli) istrinya selama 40 hari. Dan pada hari terakhir beliau dalam miÔÇÖraj-nya memakan buah-buahan seperti; kurma dan apel yang berasal dari surga. Seusai beliau memakan buah-buahan yang berasal dari surga itu lantas beliau menemui (mengumpuli) istrinya Sayidah Khadijah AS. Dan dari nutfah (sperma) yang berasal dari buah-buahan surga itulah, Sayidah Khadijah AS mengandung janin Sayidah Fathimah Zahra AS. Oleh karena itu, Sayidah Fathimah Zahra AS dijuluki ÔÇÿhaura InsiyahÔÇÖ (bidadari berbentuk manusia). (Tafsir Furat Kufi halaman 119, Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 18, riwayat-riwayat semacam inipun bisa didapati dalam sumber-sumber Ahlusunah seperti; Ad-Durrul Mansur, Mustadrak Shahihain, Dzakhairu al-Uqbah, Tarikh Bagdadi dsb)
Haura insiyah, artinya ialah ÔÇ£bidadari yang berbentuk manusiaÔÇØ, para wanita surga dinamakan bidadari karena putih dan hitam matanya sangat elok dan menarik sekali. Oleh karena itu, seorang wanita yang memiliki mata yang sangat elok seperti bidadari, dijuluki bidadari. (Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 5)
J-Thahirah
Thahirah berarti yang suci atau maksum dari dosa dan kesalahan. Hal ini karena beliau telah disucikan dari salah dan dosa, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Quran surah al-Ahzab ayat 33,  Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Berdasarkan ayat di atas Allah SWT telah mensucikan Ahlu-Bayt Nabi SAW. Dan salah satu dari Ahlu-Bayt Nabi SAW tersebut adalah Sayidah Fathimah AS. Ayat di atas diturunkan berkaitan dengan Ashhabul Kisa (penghuni kain), yaitu Rasulullah, Imam Ali, Sayidah Fathimah Zahra, Imam Hasan dan Imam Husein. Hal ini dapat dirujuk dalam berbagai sumber seperti, Tafsir at-Thabari, Tafsir Ad-Durrul Mansur, Tarikh al-Bagdadi, Tafsir al-Kasyaf, Usudul Ghabah
[ED, diambil dari berbagai sumber , Namha wa Alqab Hazrate Fathima Zahra, Fadzaila Khamsah dan lain-lain]
Fatimah dan kesedihannya
Disebutkan dalam shahih Bukhori dalam kitab BadaÔÇÖ al-Khalq di bab Manaqib qarabatu Rasulillah saw bahwa Rasulullah saw bersabda : ÔÇØ Fatimah adalah bagian dariku, maka barang siapa yang membikin marah dia maka telah membuatku marahÔÇØ hadis seperti ini juga di riwayatkan dalam kitab Kanz Al-Ummal jilid 6 halaman 230. Disebutkan juga dalam kitab shahih Bukhori dalam kitab Al-Nikah disebutkan juga dalam kitab Musnad Ahmad jilid 4 halaman 328.
Disebutkan juga dalam kitab shahih Muslim di dalam bab Fadhail as-Shahabah.
Disebutkan juga dalam kitab shahih Muslim di al-Bab al-Mutaqadim.
Disebutkan juga dalam kitab shahih at-Tirmidzi jilid 2 halaman 319.
disebutkan juga dalam kitab al-Mustadrak ala al-Shahihain jilid 3 halaman 158.
Disebutkan juga dalam kitab Hilah al-AuliyaÔÇÖ jilid 2 halaman 40 hadis diatas disebutkan dalam alur yang berbeda di dalam kitab as-Shawaiq al-Muhriqah hal 190 bahwa Rasulullah bersabda : ÔÇØ sesungguhnya Allah swt marah untuk marahnya Fatimah dan Ridha untuk Ridhanya Fatimah.ÔÇØ hadis-hadis tentang kemuliaan sayidah Fatimah as dimuat di seluruh buku-buku ulamaÔÇÖ sunni yang muÔÇÖtabar dan penting. Sayidah Fatimah adalah kecintaan Nabi saw, kecintaan Nabi saw adalah kecintaan Allah swt. disebutkan didalam al-Quran surah al-Ahzab ayat 57 bahwa Allah swt berfirman : ÔÇ£sesungguhnya orang-orang yang mengganggu Allah swt dan RasulNya, maka Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.ÔÇØ
Disebutkan dalam kitab Ϻ┘ä┘êϺ┘ü█î ϿϺ┘ä┘ê┘ü█îϺϬ jilid 2 halaman 17 bahwa ϺϿÏ▒Ϻ┘ç█î┘à ϺϿ┘å Ï│█îϺÏ▒ Ϻ┘ä┘åϩϺ┘à berkata bahwa sesungguhnya Umar ibn khattab (khalifah kedua) telah memukul perut sayidah Fatimah as (yang dalam keadaan hamil) di hari baiat (hari dimana masyarakat dipaksa untuk berbaiat kepada Abubakar) sampai Muhsin (anak yang dikandungnya) keluar dari perutnya jatuh ketanah.
Disebutkan juga dalam kitab Ϻ┘äϺ┘àϺ┘àÏ® ┘ê Ϻ┘äÏ│█îϺÏ│Ï® jilid 1 halaman 12 bahwa IBn Qutaibah Ad-Dainuri berkata : sesungguhnya Abubakar mencari sekelompok orang untuk berbaiat kepadanya yang mana sekelompok tersebut berada di rumah sayidina Ali as maka Abu bakar mengirim Umar, datanglah Umar ke rumah sayidina Ali as dan dia memanggil mereka semua yang berada di dalam rumah sayidina Ali as, akan tetapi mereka semua tidak ada yang menjawab teriakan Umar, dan tidak ada satupun yang keluar, maka Umar untuk kedua kalinya dengan membawa kayu bakar yang ada di tangannya dia berteriak : ÔÇ£demi yang jiwaku berada di tangannya kalian semua akan keluar atau aku bakar rumah ini beserta yang berada didalamnya.ÔÇØ satu orang dari dalam rumah berkata kepada Umar : ÔÇ£wahai ayahnya Hafsah sesungguhnya Fatimah berada di dalam rumah ini.ÔÇØ Umar berakata :ÔÇØwalaupun dia adaÔÇØ (aku akan tetap membakar rumah ini). kejadian ini juga dimuat di dalam kitab Ϻ┘äÏ╣┘éÏ» Ϻ┘ä┘üÏ▒█îÏ» jilid 4 halaman 259 cetakan mesir dengan alur yang sedikit berbeda.. di dalam kitab ┌®┘åÏ▓ Ϻ┘äÏ╣┘àϺ┘ä jilid 3 halaman 140 bahwa umar berkata keada sayidah Fatimah as: ÔÇ£tidak ada orang yang lebih dicintai oleh ayahmu lebih daripada cintanya kepadamu, akan tetapi ini tidak akan mencegahku, sebagaimana sekelompok orang ini yang telah berkumpul di dekatmu, aku akan memerintah mereka untuk membakar rumahmu.ÔÇØ
Orang-orang yang menyerang rumah putri Nabi saw itu disebutkan di dalam kitab ϬϺÏ▒█îÏ« Ϻ┘äÏÀÏ¿Ï▒█î jilid 2 halaman 443-444. kejadian juga disebutkan dalam kitab ϬϺÏ▒█îÏ« ϺϿ┘êϺ┘äÏ║ϻϺÏí jilid 1 halaman 156 dengan alur yang sedikit berbeda yaitu Abubakar menyuruh Umar untuk mengambil baiat dari orang-orang yang berada di dalam rumah sayidina Ali, dan jika mereka menolak maka perintah berikutnya adalah Umar harus menyerang mereka, dan Umar membakar rumah sayidah Fatimah as..
Disebutkan di kitab2 sejarah bahwa sayidah Fatimah mulai saat itu sampai meninggal tidak mau berbicara kepada Abubakar dan Umar dan juga tidak Ridha atas perbuatan mereka, serta marah atas apa yang mereka lakukan kepadanya dan sayidina Ali as.. disebutkan juga didalam kitab sejarah bahwa sayidah Fatimah setiap selesai sholat selalu mengadu kepada Allah swt atas perbuatan mereka.
disebutkan juga dalam kitab-kitab sejarah bahwa Fatimah a.s berkata kepada Khalifah pertama dan kedua: ÔÇ£Jika aku membacakan hadis dari Rasulullah SAWW apakah kalian akan mengamalkannya?ÔÇØ
ÔÇ£YaÔÇØ, jawab mereka singkat.
Ia melanjutkan: ÔÇ£Demi Allah, apakah kalian tidak pernah mendengar Rasulullah SAWW bersabda: ÔÇ£Kerelaan Fathimah adalah kerelaanku dan kemurkaannya kemurkaanku. Barang siapa mencintai Fathimah putriku, maka ia telah mencintaiku, barang siapa yang membuatnya rela, maka ia telah membuatku rela, dan barang siapa membuatnya murka, maka ia telah membuatku murkaÔÇØ?
ÔÇ£Ya, kami pernah mendengarnya dari Rasulullah SAWWÔÇØ, jawab mereka pendek.
ÔÇ£Kujadikan Allah dan malaikat sebagai saksiku bahwa kalian berdua telah membuatku murka. Jika aku kelak berjumpa dengan Rasulullah, niscaya aku akan mengadukan kalian kepadanyaÔÇØ, lanjutnya.
Di kitab as-Shawaiq al-Muhriqah hal 190 bahwa Rasulullah bersabda : ÔÇØ sesungguhnya Allah swt marah untuk marahnya Fatimah dan Ridha untuk Ridhanya Fatimah.ÔÇØ
Disebutkan di dalam al-Quran surah al-Ahzab ayat 57 bahwa Allah swt berfirman : ÔÇ£Sesungguhnya orang-orang yang mengganggu Allah swt dan RasulNya, maka Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.ÔÇØ
Detik-detik Terakhir Kehidupan Sy. Fatimah Az-Zahra as.
Wahai Asma, aku akan masuk kedalam kamarku ini untuk mengerjakan shalat-shalat sunahku,Dan membaca wirid-wiridku dan Al-Quran.Bila suaraku terhenti, maka panggillah aku bila aku masih bisa menjawab,Kalau tidak, berarti aku telah menyusul ayahku Rasulullah saww. Asma berkata:  Lalu, Fatimah as masuk ke dalam kamar. Tatkala aku sedang asyik mendengar suaranya yang membaca Al-Quran,tiba-tiba suara Fatimah as berhenti. Aku memanggilnya: Ya Zahra ia tak menjawab, hai ibunya Hasaniapun tak menjawab, Aku masuk kekamar dan Fatimah as telah terbentang kaku menghadap kiblat, Sambil meletakkan telapak tangannya dibawah pipi kanannya. Fatimah as menemui ajalnya dalam keadaan dianiaya, syahid dan sabar.
Asma berkata: Aku menciuminya dan berkata kepadanya: Wahai Tuanku/Pemimpinku,Sampaikan salamku kepada Ayahmu Rasulullah saw. Saat aku dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.Hasan as dan Husein as yang masih kanak-kanak itu, pulang dari Masjid, Saat mereka masuk, Husein as yang pertama kali bertanya kepadaku:Asma, dimana ibu kami Fatimah as ?Aku menjawab: Kedua pemimpinku, ibu klalian sedang tidurHusein as berkata: Apa yang membuat ibu kami tertidur disaat ini , saat waktu shalatnya?Tidak biasanya ia tertidur disaat ini. Aku berkata: Wahai Dua Pemimpinku, duduklah hingga aku bawakan makanan untuk kalian.Asma berkata: Aku letakkan makanan dihadapan Hasan as dan Husein as.Mereka memanggut-manggut, kepala mereka kearah bawah.Sekarang ini makanannya, duhai Hasan, Cahaya Mata, duhai Husein as.Husein as berkata: Wahai Asma, sejak kapan kami makan tanpa ditemani ibu kami Fatimah as?Setiap hari kami makan bersama Ibu kami Fatimah as, mengapa hari ini tidak? Perasaan Husein as tidak enak, ia berlari kekamarKemudian ia duduk didepan kepala Fatimah as dan menciuminya, Lalu berkata: Oh ibu, berbicaralah kepadaku, aku putra tercintamuHusein,Ibu, berbicaralah padaku sebelum rohku keluar dari badanku. Husein berteriak: Hai Hasan as, semoga Allah melipat gandakan pahala padamu atas kematian Ibu kita Fatimah as. Imam Hasan as datang dan merangkul Ibunya dan menciuminya Asma berkata: Aku masuk kamar Demi Allah, Husein as telah merobek-robek hatiku. Aku melihatnya menciumi kaki ibunya Fatimah as dan dia berkata: Ibu, Berbicaralah padaku sebelum jiwa berpisah dari badanku. Innaa lillahi wa innaa ilaihi raajiuun
Kepada siapakah sayidah Fatimah berbaiat?
Rasulullah saw bersabda : ÔÇ£Siapa yang meninggal dan tidak mengenal (berbaiat) imam zamannya maka matinya , terhitung sebagai matinya orang yang dalam keadaan jahil(kafir).ÔÇØ {Syarkh Maqashid jilid 5 halaman 239, dan Syarkh fighi al-Akbar halaman 179 dan di kitab-kitab lain ahlu sunnah maupun syiah.}
Rasulullah saw berkata kepada sayidah Fatimah (putrinya) : ÔÇ£sesungguhnya Allah swt tidak akan mengadzabmu dan tidak akan mengadzab satupun dari anak-anakmuÔÇØ
{al-MuÔÇÖjam al-Kubra jilid 11 halaman 210 dan al-Shawaiq al-Muhriqah halaman 160 dan 235
Serta banyak dari kitab-kitab syiah dan kitab-kitab sunni yang lain.}
Rasulullah saw bersada : ÔÇ£Fatimah adalah bagian dariku siapa yang telah membuatnya marah maka telah membuatku marahÔÇØ {shahih al-Bukhari hadis ke 3510 dan di seluruh kitab-kitab sunni dan syiah}
Disebutkan di dalam shahih al-Bukhari jilid 5 halaman 177 bahwa sayidah Fatimah setelah meminta warisan Nabi (yang merupakan haknya) dari khalifah pertama dan khalifah tidak memberikan warisan itu, sejak saat itu sayidah Fatimah tidak pernah lagi berbicara kepada Kalifah pertama (Abubakar) samapai akhir hayatnya. hal ini juga disebutkan di banyak dari buku-buku sejarah ulamaÔÇÖ syiah dan sunni. Juga disebutkan di kitab-kitab ahl sunnah/sunni dan syiah bahwa sayidah Fatimah meninggaldalam keadaan marah kepada khalifah pertama (Abubakar) dan khalifah kedua (Umar). Dan di kitab-kitab sunni dan syiah disebutkan bahwa sayidah Fatimah tidak mau makamnya di
ketahui oleh masyarakat olehkarena itu beliau meminta suaminya(sayidina Ali ra) untuk
memamkamkannya di malam hari supaya tidak ada yang mengetahui makamnya. dan sampai sekarang pun tidak ada satupun dari muslimin yang tahu diamana makamnya.
Point-point yang dapat diperhatikan:
* 1. Hadis diatas tentang keutamaan sayidah fatimah adalah shahih/benar karena diriwayatkan hampir di seluruh kitab-kitab syiah dan sunni,
* 2 .Tentang kemarahan sayidah Fatimah kepada khalifah pertama dan kedua juga benar karena perawinya tidak cuma satu atau sepuluh akan tetapi lebih dari itu,
* 3. Hadis tentang ÔÇ£orang yang tidak tahu imam zaman nya maka matinya mati jahiliyahÔÇØ juga benar karena di sunni maupun syiah ada, dari 3point diatas kita mengetahui bahwa sayidah Fatimah pasti sebelum meninggal pasti berbaiat kepada Imam zamannya karena sayidah Fatimah orang yang pasti masuk sorga maka pasti melakukan perintah Rasulullah saw. dan dari 3point diatas kita dapat mengetahui bahwa sayidah Fatimah tidak menganggap bahwa Abubakar adalah Imam zamannya, dan pasti telah menganggap orang lain sebagai Imamnya. dan ini membuktikan bahwa kekhalifahan Abubakar tidak dibenarkan oleh sayidah Fatimah az-zahra.
Dan kalau kita perhatikan hadis-hadis dibawah ini kita ketahui bahwa siapa yang dianggap sebagai imam oleh sayidah Fatimah.:
Rasulullah saw bersabda : ÔÇ£Siapa yang tidak berkata bahwa Ali adalah sebaik-baik manusia maka telah kafirÔÇØ {Tarikh al-Khatib al-Baghdadi jilid 3 halaman 192 , Kanz al-Ummal jilid 11 halaman 625} Rasulullah saw bersabda:ÔÇØjika kalian menjadikan Ali sebagai pemimpin kalian-(dan aku melihat kalian tidak melaksanakannya)-maka kalian akan menemukan bahwa dia(Ali) adalah pemberi petunjuk yang akan menunjukkan kepada kalian jalan yang lurus dan benar.ÔÇØ {musnad ahmad jilid 1 halaman 108}
Rasulullah saw bersabda : ÔÇ£siapa yang menaatiku maka telah menaati Allah swt, dan siapa yang melanggar perintahku maka telah melanggar perintah Allah,dan siapa yang menaati Ali maka telah menaatiku, dan siapa yang telah melanggar perintahnya maka telah melanggar perintahku.ÔÇØ {mustadrak Hakim jilid 3 halaman 121}
Rasulullah saw bersabda : ÔÇ£Sesungguhnya Ali adalah kota hidayah, maka barangsiapa yang masuk ke dalam kota tersebut akan selamat dan siapa yang meninggalkannya akan celaka dan binasa.ÔÇØ
{YanabiÔÇÖ al-Mawaddah jilid 1 halaman 220 hadis ke 39}
Sayidah Fatimah dan Fadak
Apakah Rasulullah saww memberi warisan kepada keluarganya atau tidak?
Ahlul sunnah tentang hal ini yakin bahwa seluruh Nabi tidak mewariskan suatu apapun, seluruh harta Nabi setelah Nabi Meninggal adalah sedekah. Dalil mereka adalah cuma satu hadis yang disebutkan oleh Abu bakar. Abu bakar berkata: ÔÇ£Nabi Muhammad saw bersabda : ÔÇ£Kami para nabi tidak mewariskan suatu apapun, dan apa yang kami tinggalkan adalah sedekahÔÇØ.
Dan berdasarkan hadis ini setelah meninggalnya Nabi saw mereka mengambil tanah fadak dan harta-harta Nabi saw yang lain.
Ketika sayidah Fatimah az-Zahra putrii Nabi saw meminta kembali tanah fadak yang merupakan haknya , Abubakar berkata : sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : ÔÇØ Kami para nabi tidak meninggal tidak meninggalkan warisan dan apa yang kami tinggalkan adalah sedekah.ÔÇØ
Tanpa maksud untuk berat sebelah dengan madzhab tertentu tema ini kita teliti dan kita selidiki kebenaranya.
Point pertama : Dari seluruh sahabat Nabi saw hanya Abubakar yang meriwayatkan hadis di atas. Suyuti di dalam bukunya Tadrib ar-Rawi menerangkan bahwa jumlah sahabat setelah meninggalnya Nabi saw adalah 114ribu orang dan hanya Abubakar yang menukil hadis ini, dan tidak satupun dari mereka yang menukilnya. Sampai-sampai istri-istri Nabi saw tidak tau sama sekali tentang hadis ini. Sayidina Ali yang kesehariannya selalu bersabda saw tidak pernah mendengar hadis ini, dan sayidah Fatimah az-Zahra putrid Nabi saw yang merupakan kebanggaan Nabi saw dan bagian dari Nabi saw juga sama sekali tidak menukil hadis ini.
Para pembesar ahlu sunnah juga mengakui bahwa hadis ini hanya Abubakar yang meriwayatkan hadis ini.
Abul Qosim Bangwi yang meninggal tahun 317H, Abubakar SyafiÔÇÖI yang meninggal tahun 354H, Ibn Asakir, Suyuti, Ibn Hajar Makki, Muttaqi Hindi, mereka semua menjelaskan bahwa selain Abubakar tidak seorangpun dari sahabat-sahabat Nabi saw yang mendengar hadis diatas dan tidak seorang pun yang menukilnya atau meriwayatkannya.
Point Kedua: sebagian ulamaÔÇÖ besar ahlusunnah seperti Ibn Adi pemilik kitab al-Kamil fi at-DhuafaÔÇÖ,
Riwayat-riwayat yang dari pandangan ahlusunnah dhoÔÇÖif , batil dan bohong serta buatan dinukil didalam kitabnya. Dia (Ibn Adi) tentang riwayat hadis ini berkata: ÔÇ£hadis ini batil, tidak benar.ÔÇØ
Perkataan Ibn Adi ini adalah dari ulamaÔÇÖ-ulamaÔÇÖ ahlu sunnah yang mengatakan bahwa : ÔÇØ ┘é┘äϬ ┘äϺϿ┘å Ï«Ï▒Ϻϼ ϡϻ█îϽ ┘àϺ ϬÏ▒┌®┘åϺ┘ç Ϻ┘äÏÁÏ»┘éÏ® ┘éϺ┘ä┘êϺ ϿϺÏÀ┘äÔÇØ
Tentang hal ini Dzahabi di dalam kitab Tadzkiratu al-Hifadh jilid 2 halaman 683 dan di dalam kitab Sair AÔÇÖlami an-NubalaÔÇÖ jilid 13 halaman 510 begitu juga Ibn Hajar As-Qolani di dalam kitab Lisan al-Mizan jilid 3 halaman 44 dan di dalam kitab al-Kamil fi al-DhuafaÔÇÖ menyebutkan bahwa hadis ini (yang tersebut diatas) adalah batil dan tidak benar.
Point ketiga: perdebatan antara sayidah Fatimah az-Zahra dan Abubakar.
Setelah perampasan tanah fadak sayidah Fatimah menemui Abubakar dan berkata kepada Abubakar mengapa engkau merampas tanah fadak dari kami? Kemudian Abubakar membaca hadis diatas .
Setelah itu sayidah Fatimah az-Zahra menetapkan satu perkara islami dan dengan 2 ayat al-Quran memberikan dalil bahwa perkataan Abubakar batil dan tidak benar. Sayidah Fatimah az-Zahra berkata : ÔǣϺϬÏ▒Ͻ ϺϿϺ┌® ┘ê┘äϺ ϺÏ▒Ͻ ϺϿ█îÔÇØ Hai Abubakar, kau mewarisi warisan dari ayahmu dan aku Fatimah (putri Nabi saw) tidak mewarisi warisan ayahku (apakah ini bisa diterima akal)?
ÔÇØ ϬÏ▓Ï╣┘à┘ê┘å Ϻ┘å ┘äϺ ϺÏ▒Ͻ ┘ä┘è Ϻ┘üÏ╣┘ä█î Ï╣┘àÏ» ϬÏ▒┌®Ï¬┘à ┌®Ï¬ÏºÏ¿ Ϻ┘ä┘ä┘ç ┘ê┘åÏ¿ÏÂϬ┘à┘ê┘ç ┘êÏ▒ϺÏí Ï©┘ç┘êÏ▒┌®┘àÔÇØ
Apakah kamu tidak membayangkan dengan pikiran ini kamu telah menentang kitab Allah dan perintah-perintah Allah telah kamu letakkan dibawah kakimu (kamu menentang perintah-perintah Allah ). Kamu berkata kalau para Nabi tidak meniggalkan warisan. Akan tetapi al-Quran tentang Nabi Sulaiman dan Nabi Dawud berkata: ÔÇ£┘ê┘êÏ▒Ͻ Ï│┘ä█î┘àϺ┘å ϻϺ┘ê┘êÏ»ÔÇØ(dan Suleiman telah mewarisi warisan dari (ayahnya) Dawud as.)
Dan juga hubungan antara Nabi Yahya dan Zakaria, Nabi Zakaria berkata:
ÔÇ£┘ü┘çÏ¿ ┘ä┘è ┘à┘å ┘äÏ»┘å┌® ┘ê┘ä┘èϺ ┘èÏ▒Ͻ┘å┘è ┘ê┘èÏ▒Ͻ ┘à┘å Ïó┘ä ┘èÏ╣┘é┘êÏ¿ÔÇØ (Maka anugerahilah aku dari sisimu seorang putera,yang akin mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga YaÔÇÖqub).
Jika seluruh Nabi tidak memberikan warisan , kenapa Nabi Zakaria meminta kepada Allah swt seorang anak yang akna mewarisi semua miliknya, dan semua milik keluraga YaÔÇÖqub?
Al-Quran mengeluarkan satu hukum yang mutlak yang ditujukan untuk seluruh orang-orang yang islam. Al-Quran berkata :
ÔÇ£█îÏÁ█î┌®┘à Ϻ┘ä┘ä┘ç ┘ü█î Ϻ┘ê┘äϺϻ┌®┘à ┘ä┘äÏ░┌®Ï▒ ┘àϽ┘ä ϡϩ Ϻ┘äϺ┘åϽϿϿ┘åÔÇØ surah an-Nisa ayat 11.
(Allah mensyariatkan Kepadamu tentang (pembagian pusaka/warisan untuk) anak-anakmu, yaitu bagian seorang anak laki-laki adalah sama dengan 2bagian anak perempuan.)
(┘üÏ▓Ï╣┘àϬ┘à Ϻ┘å ┘äϺ ϡϩ ┘ä┘è ┘ê┘äϺ ϺÏ▒Ͻ ┘ä┘è ┘à┘å ϺϿ┘è) (┘ê┘äϺ ϺÏ▒Ͻ ┘à┘å ϺϿ┘è Ϻ┘üÏ¡┌®┘à Ϻ┘ä┘ä┘ç Ï¿Ïó█îÏ® ϺϫÏ▒ϼ ϺϿ┘è ┘à┘å┘çϺ)
Apa kamu berfikir kalau ada ayat yang lain yang melarang aku untuk mendapatkan warisan dari ayahku? ÔǣϺ┘à ┘è┘é┘ê┘ä┘ê┘å Ϻ┘ç┘ä ┘à┘äϬ█î┘å ┘äϺ █îϬ┘êϺÏ▒ϽϺ┘åÔÇØ
Apakah kamu meliki keyakinan kalau aku bukan seorang muslim dan telah murtad sehingga aku tidak bias mewarisi warisan ayahku?
Ini adalah perdepatan antara sayidah Fatimah az-Zahra dan Abu-Bakr , kejadian ini dinukil / diriwayatkan oleh Jauhari salah seorang ulama besar Ahlu sunnah didalam kitab as-Saqifah wa Fadak halaman 144 dan juga dinukil / diriwayatkan oleh Ibn Abi Alhadid didalam kitabnya Ϻ┘äÏ¿┘äϺÏ║Ï® ┘å┘çϼ Ï┤Ï▒Ï¡ Begitu juga Ahmad Ibn Abi Thahir Baqdadi yang tereknal dengan Ibn Thaifur dalam kitab Ï¿┘äϺÏ║ϺϬ Ϻ┘ä┘åÏ│ϺÏí halaman14 menukilnya
Point keempat : mengapa mereka tidak memberikan tanah Fadak kepada sayidah Fatimah az-Zahra ?
Didalam kitab Ϻ┘äÏ│█îÏ▒Ï® Ϻ┘äÏ¡┘äÏ¿█î┘ç jilid 2 halaman 485 dan jilid 3 halaman 362 disebutkan bahwa:
ϼϺϪϬ ┘üϺÏÀ┘àÏ® Ï¿┘åϬ Ï▒Ï│┘ê┘ä Ϻ┘ä┘ä┘ç(ÏÁ) Ϻ┘ä█î ϺϿ┘è Ï¿┌®Ï▒ ┘ê┘ç┘ê Ï╣┘ä█î Ϻ┘ä┘à┘åÏ¿Ï▒ ┘ü┘éϺ┘äϬ : █îϺ ϺϿϺ Ï¿┌®Ï▒ Ϻ┘ü┘è ┌®Ï¬ÏºÏ¿ Ϻ┘ä┘ä┘ç Ϻ┘å ϬÏ▒Ͻ ϺϿ┘åϬ┌® ┘ê┘äϺ ϺÏ▒Ͻ ϺϿ┘èσ ┘üϺÏ│ϬÏ╣Ï¿Ï▒ ϺϿ┘êÏ¿┌®Ï▒ ϿϺ┌®█îϺ. Ͻ┘à ┘éϺ┘ä: ϿϺϿϺ█î ϺϿ┘ê┌®. ┘êϿϺϿϺ█î Ϻ┘åϬ. Ͻ┘à ┘åÏ▓┘ä ┘ü┌®Ï¬Ï¿ ┘ä┘çϺ Ï¿┘üÏ»┌® . ┘êϻϫ┘ä Ï╣┘ä█î┘ç Ï╣┘àÏ▒ ┘ü┘éϺ┘ä:┘àϺ ┘çÏ░Ϻ ┘ü┘éϺ┘ä:┌®Ï¬ÏºÏ¿ ┌®Ï¬Ï¿Ï¬┘ç ┘ä┘üÏÀÏ® ┘à█îÏ▒ϺϽ┘çϺ ┘à┘å ϺϿ█î┘çϺ. ┘éϺ┘ä: ┘ü┘àϺÏ░Ϻ Ϭ┘å┘ü┘é Ï╣┘ä█î Ϻ┘ä┘àÏ│┘ä┘à█î┘å ┘ê ┘éÏ» ϡϺÏ▒ϿϬ┌® Ϻ┘äÏ╣Ï▒Ï¿ ┌®┘àϺ ϬÏ▒█î
Ͻ┘à ϺϫÏ░ Ï╣┘àÏ▒Ϻ┘ä┌®Ï¬ÏºÏ¿ ┘üÏ┤┘é┘ç
Ketika sayidah Fatimah az-Zahra datang menemui Abubakar yang ketika itu sedang berada di atas mimbar. Beliau ( sayidah Fatimah ) berkata : ÔÇ£wahai Abubakar Apakah didalam Al-Quran terdapat ayat yang menerangkan bahwa putrimu boleh mewarisi warisan darimu sedangkan aku tidak boleh mewarisi warisan dari ayahku ?ÔÇØ (setelah mendengar hal itu) maka Abubakar menyesal dan menangis kemudian turun dari mimbar dan menulis sebuah tulisan (yang menyatakan bahwa Abubakar mengembalikan tanah fadak terhadap putri Nabi saw ) untuk sayidah Fatimah, ketika selesai menulis Umar masuk menemui Abubakar dan berkata : ini apa (tulisan ini untuk siapa dan tentang apa)?
Abubakar Menjawab: ini tulisan yang aku tulis untuk Fatimah tentang warisan-warisan untuknya dari ayahnya. Umar berkata: Apa yang akan kau berikan kepada Muslimin(kalau bukan dengan tanah fadak) sedangkan semua orang arab telah melawan seperti yang telah kamu saksikan . Kemudian Umar mengambil surat/tulisan tersebut dan merobek-robeknya.
Disini terdapat point penting dan menarik. ÔÇ£┘ü┘àϺÏ░Ϻ Ϭ┘å┘ü┘é Ï╣┘ä█î Ϻ┘ä┘àÏ│┘ä┘à█î┘å ┘ê ┘éÏ» ϡϺÏ▒ϿϬ┌® Ϻ┘äÏ╣Ï▒Ï¿ ┌®┘àϺ ϬÏ▒█îÔÇØ
Tulisan ini menerangkan bahwa (pada saat itu ) kabilah-kabilah arab telah bangkit melawan kita sedangkan tidak seorangpun yang membayar zakat dan pajak kepada kita. Dengan harta apa kamu ingin menjaga kekuasaan.
Kemudian pada kalimat terakhir ÔǣϽ┘à ϺϫÏ░ Ï╣┘àÏ▒ Ϻ┘ä┌®Ï¬ÏºÏ¿ ┘üÏ┤┘é┘çÔÇØ tulisan ini menyebutkan bahwa Umar mengambil tulisan Abubakar dan kemudian menyobeknya. Kalau Umar menghormati kekhalifahan Abubakar maka Umar tidak akin menyobek tulisan Abubakar yang merupakan pemimpinnya.