کمالوندی

کمالوندی

Selasa, 29 April 2014 18:25

Teluk Persia dalam Telisik Sejarah

Sekitar satu dekade lalu, The National Geographic Society mengubah nama "Teluk Persia" di peta dunia dengan nama lain. Sontak tindakan tersebut memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, terutama para ahli dan sejarawan Iran dan dunia. Ribuan email dikirimkan dan surat protes dilayangkan sebagai bentuk dukungan terhadap penamaan "Teluk Persia" yang mulai diselewengkan dengan nama lain. Tidak kurang dari 120 ribu tanda tangan dibubuhkan sebagai tanggapan atas pengubahan nama Teluk Persia oleh The National Geographic Society. Saking banyaknya protes yang masuk, akhirnya lembaga itu meminta maaf atas kekeliruan tersebut terhadap rakyat dan pemerintah Iran.

 

Selama beberapa tahun terakhir sejumlah negara Arab yang terpengaruh provokasi Iranphobia yang dilancarkan Barat, melakukan berbagai propaganda politik dan media untuk mengubah nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab. Mereka berupaya mengganti nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab di berbagai lembaga internasional, bahkan di forum-forum akademis seperti universitas. Namun penentangan keras rakyat dan pemerintah Republik Islam Iran di tingkat global berhasil menghalau tujuan tersebut.

 

Teluk Persia membentang dari Iran hingga Arab Saudi. Seluruh pantai utara Teluk Persia berada dalam kekuasaan Iran, sedangkan di wilayah Barat dikuasai Kuwait. Adapun di wilayah selatan dimiliki sejumlah negara Arab seperti Arab Saudi, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Oman. Lautan  ini menghubungkan Teluk Oman di timur dengan Selat Hormuz. Di bagian Barat ditandai oleh delta sungai utama Arvand Rood yang membawa air dari Karun, Eufrat dan Tigris. Teluk penting itu memiliki luas wilayah 241.000 km² dengan panjang mencapai 989 kilometer.

 

Sejak dahulu kala, Teluk Persia merupakan salah satu perairan dunia yang paling penting. Di masa lalu, Teluk Persia dikenal sebagai jalur utama perdagangan dunia dan jalur sutra laut. Penemuan cadangan minyak yang begitu besar di negara-negara sekitar Teluk Persia dan Laut Oman kian menambah nilai penting dan strategis kawasan tersebut. Bahkan pada tahun 1904 Halford Mackinder, pakar geografi terkemuka Inggris menyebut Teluk Persia sebagai heartland atau jantung dunia. Penamaan itu membuktikan urgensi posisi Teluk Persia sebagai urat nadi perdagangan dunia, dan jalur strategis untuk mencapai salah satu kawasan terpenting dunia yaitu Timur Tengah.

 

Kini, kita akan menelisik otentisitas Teluk Persia dengan meninjau sumber-sumber sejarah dan geografis Yunani, Iran, Islam, dan Barat, serta dokumen-dokumen hukum. Berbagai dokumen geografis tua Yunani menyebut nama Teluk Persia dengan nama "Laut Persia".

 

Para pemikir dan filsof dari Yunani hingga ilmuwan Islam menyebut nama Teluk Persia dalam karya-karya besarnya. Hecataeus, salah seorang sarjana Yunani kuno yang dikenal sebagai bapak geografi, mengunakan nama Laut Pars pada tahun 475 SM. Peta kuno yang ditulis oleh Herodotus dan Xenophon juga menyebut  Laut Pars. Ptolemeus, ahli geografi terkenal, kartografer, dan ahli matematika dari abad ke-2, menyebut Teluk Persia sebagai Sinus Persicus dalam "Geografi Dunia" yang ditulis dengan bahasa Latin.

 

Para sejarawan Yunani dan ahli geografi yang hidup sebelum kelahiran Yesus Kristus, seperti Herodotus, Ketzias, Xenophon, dan Straben, orang Yunani adalah bangsa pertama yang menyebut Teluk Persia dengan nama Laut Pars dan menyebut Iran dengan nama Parseh, Persia,atau Persepolis, yaitu tanah Persia.

Nesarkhous, komandan militer Macedonia, juga turut mempopulerkan penyebutan nama Laut Pars. Ia menyeberangi Sungai Sind pada tahun 326 SM, dan berlayar di  Teluk Persia.

 

Berdasarkan dokumen Iran kuno, nama Teluk Persia telah digunakan dalam perdagangan dan urusan militer oleh negara-negara kuno di dunia. Dalam sebuah prasasti batu Achaemenid pada tahun 518-505 SM disebutkan istilah Laut Persia. Prasasti itu dikaitkan dengan raja Achaemenid, Darius Agung. Teluk Persia disebut "Parsa Darya" atau "Pars Laut" di bawah pemerintahan Akhemenid. Penyebutan nama Teluk Persia terdapat dalam buku "Batas Dunia" yang menjadi buku geografi tertua yang disusun sekitar 1.000 tahun lalu.

 

Setelah Arab menaklukkan Iran pada abad ke-7 M, mereka tidak berusaha untuk mengubah nama Laut Persia. Orang-orang Arab Muslim menyebutnya dengan nama Laut Persia. Pemikir Muslim seperti Estakhri, Massoudi, Biruni, Ibnu Hawqal, Moqaddasi, Mustofi, Nasser Khosrow, al-Taherain Mutahhar al-Muqaddasi (Bashari), Abulqasem bin Muhammad bin Huqal dan sebagainya yang mempelajari laut Persia sampai abad ke-15 ,menyebut perairan Persia dengan sebutan Laut Pars, dan Teluk Persia. Beberapa dari mereka bahkan membuat peta yang menghubungkan Samudera Hindia  dengan Teluk Persia.

 

Ahli geografi Arab dan Islam mengadopsi penyebutan dua nama dari dua peradaban kuno, dan menggunakannya secara bersamaan. Dengan cara ini, mereka menggunakan nama Iran "Parsa Darya" sebagai "Laut Pars", dan menggunakan nama Yunani "Sinus Persicus" sebagai "Teluk Persia".

 

Abu Ali Ahmad bin Umar, yang dijuluki ibn Rasteh dalam bukunya, "Al-A'laq al-Nafsiya" menyebutkan bahwa Samudera India menghubungkan ke perairan Pars yang dikenal dengan nama Teluk Persia. Georgi Zeidan, sejarawan Arab, mencatat bahwa Laut Pars merupakan perairan yang mengelilingi dunia Arab. Muhammad Subhi Abdulkarim menampilkan peta berbahasa Arab dalam bukunya, "Al-Ilm Khara'et" yang menunjukkan perairan bagian selatan Iran yang disebut Teluk Persia.

 

Label baru ahistoris "Teluk Arab" untuk pertama kalinya disematkan oleh seorang diplomat Inggris untuk menggantikan nama Teluk Persia. Charles Belgrave yang menjadi wakil politik kerajaan Inggris untuk kawasan Teluk Persia, setelah kembali ke London menulis buku mengenai Teluk Persia selatan yang terbit pada tahun 1966. Ketika itu untuk pertama kalinya nama Teluk Arab dipopulerkan. Belgrave mengklaim bahwa negara-negara Arab cenderung untuk mengganti nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab.

 

Seiring kemenangan Revolusi Islam di Iran, negara-negara Arab semakin gencar meningkatkan provokasinya mengganti nama Teluk Persia dengan Teluk Arab. Pada saat yang sama negara-negara Barat dalam berbagai media massanya menggunakan nama Teluk Arab maupun Teluk untuk menggantikan nama Teluk Persia. Namun upaya mereka kembali kandas.

 

PBB berulangkali menyatakan bahwa nama perairan strategis ini sebagai "Persian Gulf" atau "Teluk Persia". PBB menyebut nama Teluk Persia sebagai nama baru yang disematkan abad 20 sebagai pengganti dari nama Laut Pars. Sekretariat PBB dalam dokumen tertanggal 5 Maret 1971 meyakinkan pemerintah Iran mengenai penamaan Teluk Persia berdasarkan berbagai dokumen terpercaya. Dokumen PBB lainnya tertanggal 10 Agustus 1984, kembali menunjukkan pengakuan dunia terhadap nama "Teluk Persia" yang juga ditandatangani oleh seluruh negara Arab yang berjumlah 22 negara.

 

Berbagai fakta sejarah tersebut menjadi bukti kuat bahwa nama perairan stategis di Timur Tengah itu adalah "Teluk Persia" dan tidak ada yang akan bisa mengubahnya dengan nama lain. Dan kini, setiap tanggal 10 Ordibehest yang bertepatan dengan 30 April ditetapkan sebagai "Hari Nasional Teluk Persia" oleh rakyat dan pemerintah Iran.

Selasa, 29 April 2014 18:22

Mortir Takfiri Tewaskan 12 Warga Suriah

Serangan mortir para militan Takfiri yang disponsori oleh asing di Suriah telah menewaskan belasan orang dan melukai puluhan lainnya.

 

Menurut sumber kepolisian Suriah, beberapa mortir yang ditembakkan para militan di lingkungan al-Shaghour di Damaskus, ibukota Suriah, telah menewaskan 12 orang dan melukai 50 lainnya. Demikian dilaporkan kantor berita resmi Suriah, SANA, Selasa ( 29/4).

Dua mortir dilaporkan menghantam sebuah institut teknis di Damasksus.

Sementara itu, serangan serupa yang menarget pinggiran barat laut kota Idlib dan Damaskus pada Senintelah menewaskan  lima orang, termasuk tiga anak.

 

Berbagai kota di seluruh Suriah telah sering menjadi sasaran mortir dan roket militan sejak krisis pecah di negara Arab itu lebih dari tiga tahun yang lalu.

Kelompok-kelompok Takfiri meningkatkan serangan terhadap warga Suriah menyusul persiapan negara itu untuk mengadakan pemilu presiden pada tanggal 3 Juni.

Selasa, 29 April 2014 18:20

Meneropong Reformasi Ekonomi Iran

Kabinet kesebelas Iran sedang memulai penerapan babak baru subsidi terarah yang sangat sensitif dan penting. Tahap baru ini menunjukkan komitmen pemerintahan Iran untuk menyelesaikan masalah perekonomian negara itu, selain meneruskan menuntaskan problema tudingan Barat mengenai program nuklir Iran.

 

Jantung kebijakan ekonomi Iran bertumpu pada peninjauan ulang sejumlah kebijakan ekonomi dan politik yang telah dijalankan pemerintahan sebelumnya. Dan kini, sektor ekonomi mengambil peran dan pengaruhnya lebih besar dari sisi politik. Masalah utama pada tahap ini adalah kontrol fluktuasi ekonomi sebagai prioritas akibat kenaikan harga dan lonjakan inflasi. Saat ini peningkatan inflasi berada di tahap yang mengkhawatirkan. Untuk mencapai situasi dan kondisi ideal diperlukan berbagai terobosan penting di bidang ekonomi, termasuk memangkas laju inflasi yang melesat di dua digit.

 

Bersamaan dengan penerapan kebijakan reformasi ekonomi ini, Bank Sentral Iran menerapkan dua kebijakan penting. Pertama, mengontrol laju likuiditas. Kedua mendorong investasi yang bisa mendongkrak produksi dalam negeri. Kedua kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat nilai tukar mata uang nasional Rial terhadap mata uang asing dengan meningkatkan dukungan terhadap produksi dalam negeri. Para ekonom menilai kebijakan ekonomi yang diterapkan saat ini menjadi tahap awal keluar dari persoalan perekonomian yang melilit Iran.

 

Pada poin ini tidak diragukan potensi ekonomi Iran merupakan bagian dari dari piramida penting kebijakan luar negeri Iran.Sebab pertumbuhan ekonomi juga akan mempengaruhi interaksi politik. Untuk itulah gerakan ekonomi Iran harus seiring dengan politik luar negerinya. Sebab di dalamnya terdapat potensi besar di bidang ekonomi dan politik. Pemerintah Iran di bawah kepemimpinan Hassan Rouhani memandang kedua masalah tersebut secara realistis dengan keputusan yang terukur dan terencana, sehingga diharapkan bisa membuahkan hasil positif yang besar pengaruhnya.

 

Pemerintah Iran saat ini menerapkan kebijakan mengurangi ketergantungan perekonomian terhadap minyak. Untuk itulah dikembangkan berbagai terobosan baru di bidang ekonomi yang bertumpu pada nilai produksi dalam negeri di sektor non minyak.

 

Kebijakan subsidi terarah tahap kedua yang dijalankan oleh kabinet sebelas saat ini sebagai bagian dari upaya mewujudkan program besar perekonomian Iran yang maju dan berdikari. IMF sendiri melihat ekonomi Iran dengan optimisme di tahun 2014 dan mendatang.

Jumat, 25 April 2014 19:04

Iran dan Kesalahan Strategis Barat

Meskipun Iran termasuk salah satu eksportir utama minyak mentah dan menyimpan cadangan gas alam terbesar di dunia, namun negara itu sekitar setengah abad lalu mengidentifikasi kebutuhan untuk memproduksi 20 ribu megawatt listrik dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

 

Pada saat itu, Iran memandang bahwa untuk merealisasikan program tersebut, negara harus mencapai kapasitas yang diperlukan untuk memperkaya uranium sebagai bahan bakar reaktor.

 

Barat antusias menyambut argumen itu dan memuji ambisi Shah Reza Pahlevi untuk memodernisasi Iran. Selama dekade 1960-1970, Iran menghabiskan dana miliaran dolar untuk membangun program nuklir dan mendidik ribuan ahli nuklir di Barat sampai Revolusi Islam Iran menumbangkan sistem monarki pada tahun 1979.

 

Setelah Iran mengeluarkan banyak biaya untuk membangun infrastruktur bagi industri nuklir yang komprehensif, perusahaan-perusahaan Barat meninggalkan negara itu begitu saja.

 

Para pemimpin baru Iran mengakui pentingnya program nuklir modern untuk kemajuan di bidang kedokteran, pertanian, industri, dan energi. Mereka menempuh banyak cara untuk menemukan mitra asing guna merampungkan proyek tersebut, tapi tidak mencapai keberhasilan signifikan.

 

Kemajuan dalam pengembangan program nuklir dilanjutkan setelah rakyat Iran memahami bahwa kesuksesan hanya akan diraih dengan mengandalkan kemampuan mereka sendiri dan para ilmuwan mereka.

 

Amerika Serikat ÔÇô yang antusias mendukung program nuklir Iran pada era Shah Pahlevi ÔÇô sekarang berubah menjadi musuh utama Republik Islam. Washington tanpa henti mengancam negara-negara lain untuk menghentikan kerjasama dengan Tehran. AS tidak hanya menekan sekutu-sekutunya untuk menjauhi program nuklir Iran, tapi juga memperingatkan mereka untuk tidak berinvestasi di industri minyak dan gas negara itu.

 

Isu nuklir kemudian menjadi alasan bagi AS dan Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi berat terhadap Iran.

 

Terlepas dari semua sikap bermusuhan Barat, Iran berulang kali menekankan bahwa jika AS mengakui dan menghormati Republik Islam sebagai sebuah negara independen dan berdaulat, peluang untuk menjalin hubungan baik masih terbuka. Para pejabat Tehran telah sering menyatakan bahwa menghormati hak-hak Iran, termasuk hak untuk memanfaatkan energi nuklir damai di bawah Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), merupakan prasyarat untuk normalisasi hubungan dan secara signifikan akan mengurangi ketegangan regional.

 

Mayoritas rakyat Iran yakin bahwa tawaran negara mereka untuk rekonsiliasi ditolak oleh AS dan mitra Baratnya karena penentangan Republik Islam terhadap rezim Apartheid di Palestina dan pengaruh besar lobi Zionis di AS.

 

Saat ini, Presiden Iran Hassan Rohani mengadopsi pendekatan konstruktif terhadap Barat dalam rangka memberikan kesempatan kepada AS agar mempertimbangkan kembali sikap emosional dan irasionalnya terhadap Republik Islam.

 

Untuk tujuan itu, Iran mengadopsi pendekatan yang disebut oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei sebagai "fleksibilitas heroik," untuk menguji apakah Barat serius tentang penyelesaian isu nuklir Tehran atau tidak.

 

Meskipun sudah dicapai beberapa kemajuan dalam perundingan nuklir, namun para pejabat AS terus mengancam Iran dengan serangan militer dan menolak untuk secara eksplisit mengakui hak nuklir Tehran.

 

Fenomena itu telah meningkatkan kecurigaan di tengah masyarakat Iran bahwa Washington masih menjalankan kebijakan destruktif terhadap Tehran dan para pejabat Gedung Putih percaya bahwa Rohani bisa ditekan untuk mengabaikan hak-hak Iran. Sebenarnya, masalah ini muncul dari kesalahpahaman Barat tentang posisi Presiden Iran dan kebijakan Republik Islam.

 

Kebijakan AS di negara-negara seperti Irak, Afghanistan, Libya, Mesir, Bahrain, dan Suriah dalam beberapa tahun terakhir telah merusak posisi strategis negara itu di dunia internasional. Dalam hal ini, kasus Iran dan Ukraina adalah contoh menarik tentang bagaimana kerusakan lebih lanjut citra Washington di dunia akibat kebijakan-kebijakan arogan mereka.

Cina dan Turki mendukung kesepakatan persatuan antara Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) di Jalur Gaza dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina,Qin Gangpada Kamis (24/4) mengatakan, Beijing yakin kesepakatan itu akan menjadi kondusif untuk persatuan Palestina, dan dasar untuk pembentukan sebuah negara Palestina yang merdeka.

 

Sementara itu, dalam pernyataan yang sama pada Kamis, Kementerian Luar Negeri Turki memuji kesepakatan rekonsiliasi terbaru antara Hamas dan Fatah dan berjanji untuk mendukung pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.

Pada tanggal 23 April,Hamas dan PLO berjanji untuk mengakhiri perbedaan mereka dan membentuk sebuah pemerintah persatuan.

Berdasarkan kesepakatan yang telah ditunggu lama itu, faksi-faksi Hamas dan Fatah akan membentuk pemerintah persatuan dalam lima pekandan menggelar pemilu nasional enam bulan setelahnya.

 

Kesepakatan tersebut telah menyulut kemarahan rezim Zionis Israel. Tel Aviv memutuskan untuk menghentikan negosiasi lebih lanjut dengan Otorita Ramallah dan mengancam akan menjatuhkan sanksi.

Khatib Shalat Jumat Tehran dalam khutbahnya menyinggung hari kegagalan serangan militer Amerika Serikat ke Republik Islam Iran ketika unit-unit pasukan elit Negeri Paman Sam itu diterjang badai di gurun Tabas.

 

"Sejak kemenangan Revolusi Islam Iran, AS selalu memusuhi bangsa Iran," kata Ayatullah Sayid Ahmad Khatami dalam khutbah Jumat di Mushalla Imam Khomeini ra, di Tehran, Jumat (25/4).

 

Beliau juga mengecam langkah-langkah permusuhan AS terhadap Iran.

 

"Meskipun terdapat permusuhan dan konspirasi AS terhadap Iran, termasuk serangan militer negara itu di gurun Tabas (di Iran timur), namun semua permusuhan dan konspirasi tersebut menemui kegagalan berkat dukungan rakyat terhadap pemerintah dan pertolongan Allah Swt," imbuhnya.

 

Ayatullah Sayid Khatami juga menyinggung pernyataan Imam Khomeini ra, Pendiri Republik Islam Iran bahwa AS adalah setan besar.

 

"Semua konspirasi AS terhadap Republik Islam Iran sejak awal kemenangan Revolusi Islam hingga sekarang telah gagal berkat kewaspadaan bangsa dan pejabat Iran," ujarnya.

 

Dibagian lain khutbahnya, Khatib Shalat Jumat Tehran menyinggung intervensi AS di Afghanistan, Irak dan Ukraina.

 

Beliau menuturkan, jarak AS dengan negara-negara tersebut mencapai ribuan kilometer, tetapi Washington tetap melanjutkan campur tangannya di berbagai penjuru dunia.

 

Terkait kesepakatan nuklir sementara di Jenewa antara Iran dan enam kekuatan utama dunia, Ayatullah Sayid Khatami mengatakan, tidak ada kepercayaan sama sekali terhadap musuh, sebab setelah kesepakatan Jenewa, mereka tetap menerapkan tiga sanksi baru dan AS mengancam Iran dengan serangan militer sebanyak 15 kali.

 

Tanggal 25 April 1980 adalah hari yang sungguh memalukan bagi AS. Namun bagi bangsa Iran, hari itu merupakan hari kemenangan.

 

Pada tanggal tersebut,Presiden ASJimmy Carter memerintahkan militernyauntuk menyerang Iran. Serangan ini dilakukan di pertengahan malam oleh pasukan elit AS yangdilengkapi dengan berbagai persenjataan modern dandidukungolehpesawat Hercules C-130 dan sejumlah helikopter.

 

Sekitar 90 pasukan komando yang ikut dalam operasi Eagle Claw ditugaskan untuk membebaskan para mata-mata Amerika yang ditahan di Tehran.Rencana serangan tersebut juga akan dibantu oleh anasir-anasir anti-revolusi di Iran yang siap bergabung dalam operasi Eagle Claw.

 

Dalam perjalanan menuju gurun Tabas di timur Iran, dua helikopter mengalami kerusakan teknis, namun operasi tetap dilanjutkan. Sejumlah helikopter dan pesawat mendarat di tempat yang telah ditentukan dan siap melakukan tahapan operasi berikutnya, dan bergerak menuju Tehran.

 

Pesawat dan helikopter ASyang akan tinggal landas dari gurun Tabas saling bertabrakan terhempas oleh badai pasir yang tiba-tiba muncul. Ledakan dahsyat pun terjadi dan delapan komando amerika tewas, sementara mereka yang masih selamat melarikan diri meninggalkan gurun Tabas dengan pesawat.

 

Setelah itu, Carterterpaksamemutuskan untuk menghentikan operasi Eagle Claw dan memerintahkan agar semua pesawat dan helikopter segera kembali.

Jumat, 25 April 2014 18:26

Hulu Ledak Nuklir Israel dan IAEA

Di tengah berbagai spekulasi yang muncul mengenai persenjataan Israel, mantan menteri urusan perang Israel mengakui bahwa militer rezim Zionis dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir.

 

Ehud Barak dalam sebuah pertemuan belum lama ini di Kazakistan mengungkapkan bahwa Israel memiliki sejumlah hulu ledak nuklir yang disimpan di gudang senjatanya. Barak mengklaim, meski memiliki senjata nuklir, tapi Israel tidak menggunakan senjata tersebut.

 

Tanpa menyinggung penolakan Tel Aviv untuk menandatangani traktat non proliferasi nuklir (NPT), dan penolakan izin bagi inspektur IAEA untuk meninjau instalasi nuklir Israel, Barak mengatakan bahwa Tel Aviv tidak bermaksud menggunakan senjata nuklir untuk menyerang negara-negara kawasan.

 

Sebelumnya, pengakuan yang sama dikemukakan oleh mantan perdana menteri Israel, Ehud Olmert yang memicu kemarahan para pejabat teras Tel Aviv. Olmert beberapa tahun lalu dalam sebuah wawancara dengan televisi Jerman untuk pertama kalinya mengungkapkan bahwa militer rezim Zionis dilengkapi dengan senjata nuklir yang memicu reaksi keras dari para pejabat Israel.

 

Sejak itu, Yuval Steinitz, anggota Knesset dari Partai Likud mendesak pengunduran diri Olmert karena membeberkan rahasia negara kepada publik dunia. "Kesalahan dan tindakan tidak bertanggung jawab Olmert mengungkapkan rahasia gudang senjata nuklir Israel menyebabkan kebijakan 50 tahun rezim ini yang memicu ambiguitas semakin dipermasalahkan", ujar Steintz.

 

Kini, pengakuan baru seorang pejabat teras Tel Aviv mengenai program nuklir militer Israel yang selama ini disembunyikan dengan jelas menunjukkan sepak terjang destruktif rezim Zionis yang melanggar ketentuan internasional mengenai penyebaran senjata nuklir. Para analis mengungkapkan Israel setidaknya menyimpan sekitar 300 hulu ledak nuklir gudang senjatanya.

 

Selama ini Israel menutup-nutupi program nuklir militernya kepada publik dunia. Pada saat yang sama justru menggembar-gemborkan potensi ancaman nuklir Iran yang diklaimnya bertujuan militer. Padahal program nuklir Iran bertujuan damai. selama ini berbagai laporan IAEA sendiri tidak pernah mengungkapkan terjadinya penyelewengan dalam program nuklir Iran dari tujuan sipil ke arah militer. Iran pun menunjukkan sikap kooperatif dengan menyatakan kesiapan untuk berunding dalam menyelesaikan masalah nuklir sipilnya yang dipersoalkan Barat.

 

Israel berambisi menggagalkan perundingan nuklir antara Iran dan kelompok 5+1 meskipun akhirnya kandas. Kini, publik dunia menanti sikap tegas IAEA terhadap Israel yang terbukti melanggar ketentuan internasional dengan memiliki senjata pemusnah masal yang menjadi ancaman bagi negara-negara regional dan global.

Pasukan Israel kembali menyerang jemaah Palestina di Masjid al-Aqsa di Timur Baitul Maqdis (Yerusalem).

 

Para saksi mata menyatakan bahwa pasukan Israel pada hari Ahad (20/4) menggunakan gas air mata dan bom suara untuk membubarkan para jamaah di kompleks Masjid al-Aqsa. Pasukan Zioniz juga menangkap 16 warga.

 

Bentrokan meletus ketika sekelompok pemukim ekstremis Israel bersama dengan sejumlah anggota Knesset (parlemen Israel) memasuki tempat suci tersebut. Langkah ini memicu bentrokan dengan pasukan Israel yang menyerang kompleks guna melindungi para pemukim.

 

Masjid al-Aqsa telah menjadi ajang bentrokan dalam beberapa bulan terakhir menyusul kelancangan pemukim dan pejabat Israel berkunjung ke situs suci umat Islam itu.

 

Di sisi lain, pasukan Israel juga mencegah jamaah Muslim Palestina memasuki masjid.

 

Pada tanggal 18 April, pasukan Israel menggunakan semprotan merica kepada sembilan warga tua Palestina yang mencoba untuk memasuki kompleks Masjid al-Aqsa.

 

Aparat keamanan Zionis telah membentuk barikade di sekitar kompleks sebagai bagian dari pembatasan untuk warga Palestina.

Dana Anak PBB (UNICEF) menyerukan diakhirinay penderitaan anak-anak di Sudan Selatan.

 

Badan PBB ini memperingatkan bahwa anak-anak Sudan Selatan sedang menjadi korban dalam bentrokan antara tentara dan pasukan yang setia kepada mantan wakil presiden Riek Machar.

 

Selain itu, UNICEF menyebutkan ada bukti bahwa anak-anak dipaksa untuk bergabung sebagai kombatan.

 

Jinathan Weitch, perwakilan UNICEF di Sudan Selatan, juga mengutuk serangan baru terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB di kota Bor di negara bagian Jonglei.

 

Weitch mengatakan PBB tidak dapat menerima serangan terhadap anak-anak diserang di tempat-tempat di mana mereka seharusnya memiliki keamanan.

 

"Benar-benar anak-anak tidak berdaya diserang di tempat di mana mereka seharusnya merasa aman," kata Weitch.

 

"Trauma untuk anak di bawah keadaan seperti itu tidak dapat dibayangkan."

 

Pada tanggal 17 April, sekelompok orang bersenjata memasuki markas PBB tempat berlindung 5.000 orang dan mulai menembak, menewaskan hampir 50 orang termasuk anak-anak dan melukai lebih dari 100 lainnya.

 

Pasukan penjaga perdamaian membalas dengan menembak terhadap orang-orang bersenjata, menewaskan sedikitnya 10 dari para penyerang.

 

Sudan Selatan terjebak kekerasan sejak akhir tahun lalu, ketika bentrokan pecah pada 15 Desember 2013, antara tentara yang setia kepada Presiden Salva Kiir dan pasukan yang dipimpin oleh Machar di Juba dan segera menyebar ke seluruh negara kaya minyak itu.

Minggu, 20 April 2014 18:51

Assad Kunjungi Kota Kristen Maloula

Presiden Suriah Bashar al-Assad meninjau kota Kristen Ma'loula yang baru direbut kembali oleh militer Suriah, pada peringatan Paskah.

 

"Pada hari kebangkitan Kristus, dan dari jantung Ma'loula, Presiden Assad berharap semua warga Suriah merayakan Paskah, dan untuk perwujudan kembali perdamaian dan keamanan di seluruh Suriah," demikian dilaporkan televisi pemerintah, Ahad (20/4).

 

Laporan ini menambahkan bahwa Assad juga telah melakukan tur ke sebuah gereja yang dirusak militan dalam bentrokan terakhir di kota itu.

 

Kunjungan tersebut dilakukan hampir seminggu setelah pasukan militer Suriah berhasil merebut kembali kontrol penuh dari kota kuno di wilayah Qalamoun di saat militer terus merebut banyak wilayah dalam pertempuran militan Takfiri.

 

Ma'loula jatuh ke tangan kelompok Takfiri dukungan asing Desember lalu. Kota ini dianggap sebagai simbol dari kehadiran Kristen kuno di Suriah