
کمالوندی
Protes Kinerja PM Rezim Zionis, Unjuk Rasa Landa Tel Aviv
Para penentang Perdana Menteri rezim Zionis, Naftali Bennett melakukan aksi unjuk rasa di daerah timur Tel Aviv.
Peningkatan operasi anti-Zionis yang menembus Tel Aviv dalam beberapa hari terakhir telah menyebabkan kepanikan dan kekhawatiran di kalangan pejabat dan pemukim Zionis.
Tentara Israel dalam siaga tinggi karena takut terulangnya operasi perlawanan Palestina di Tepi Barat.
Menurut jaringan berita Al-Jazeera, pemukim Zionis berdemonstrasi pada Minggu malam untuk memprotes ketidakmampuan pemerintah Naftali Bennett memberikan jaminan keamanan bagi pemukim di timur Tel Aviv.
Sebelumnya, polisi Israel mengakui kegagalannya menemukan pelaku operasi anti-Zionis di wilayah El-Ad yang berasal dari Jenin.
Para pejuang Palestina melakukan beberapa operasi anti-Zionis terhadap tentara dan pemukim Zionis di dalam wilayah pendudukan sejak April lalu.
Operasi El-Ad adalah operasi syahid anti-Zionis keempat dalam sebulan terakhir, yang menyebabkan 18 orang Zionis tewas dan terluka.(
Suriah: Kami Sama Sekali Tak Ingin Berdialog dengan Turki
Duta Besar Suriah untuk Rusia memprotes kebijakan permusuhan yang diterapkan Turki terhadap negaranya. Menurutnya, Damaskus sama sekali tidak bermaksud melakukan dialog dengan Ankara.
Riyad Haddad, Minggu (8/5/2022) seperti dikutip Russia Today mengumumkan, pemerintah Suriah sama sekali tidak punya rencana untuk memulai dialog dengan pemerintah Turki, terkait penyelesaikan konflik dua negara.
Ia menambahkan, "Turki secara berkala memutus aliran air bagi jutaan warga Suriah di Provinsi Al Hasakah, selain itu Ankara juga telah mengurangi kewajiban-kewajiban penting sebagai pemerintah penjamin perundingan dalam proses perundingan Astana."
Menurut Dubes Suriah, perundingan Astana berlandaskan pada penghormatan terhadap Suriah, dan integritas teritorialnya, sementara Turki terus mendukung kelompok teroris, dan menunda-nunda penyelesaian damai konflik.
Oleh karena itu, katanya, Suriah sama sekali tidak punya rencana menggelar dialog Suriah-Turki, selama Ankara tidak menghentikan kebijakan agresinya terhadap Damaskus.
Riyad Haddad menegaskan, "Suriah selalu siap melakukan dialog dengan negara mana pun yang menghormati kedaulatan dan integritas teritorialnya."
Perwira Militer Ukraina Sebut Rudal Buatan AS Tak Berguna
Seorang perwira militer senior Ukraina mengakui bahwa rudal-rudal panggul anti-tank Javelin, buatan Amerika Serikat, tidak terlalu efektif sebagaimana digembar-gemborkan media.
Komandan Brigade Infanteri ke-36 Angkatan Laut Ukraina, Kolonel Vladimir Baranyuk, Minggu (8/5/2022) seperti dikutip Russia Today mengatakan, "Rudal panggul Javelin tidak terbukti berguna, terutama dalam perang kota."
"Kami bahkan tidak bisa menembakan satu pun dari rudal itu. Saya pikir rudal ini sama sekali tidak berguna di lingkungan perkotaan karena selalu ada yang menghalanginya," ujar Baranyuk.
Pasukan yang dipimpin Kolonel Vladimir Baranyuk juga dilengkapi dengan senjata canggih buatan Inggris, Light Anti-Tank Weapons, NLAWs, tapi menurut perwira senior Ukraina itu, senjata ini juga memiliki kekurangan.
Ia menuturkan, "Kami lebih sering menggunakan NLAW daripada Javelin, tapi ia memiliki masalahnya sendiri karena baterainya yang cepat habis dalam cuaca dingin, sehingga tidak bisa diluncurkan."
Doa Hari ke-5 Puasa Ramadhan
Doa Hari ke-5 Puasa Ramadhan
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ فِيْهِ مِنَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَ اجْعَلْنِيْ فِيْهِ مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ الْقَانِتِيْنَ وَ اجْعَلْنِيْ فِيْهِ مِنْ أَوْلِيَائِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ بِرَأْفَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Allâhummaj’alnî fîhi minal mustaghfirîn waj’alnî fîhi min ‘ibâdikas shâlihîn al qânitîn waj’alnî fîhi min awliyâ-ikalmuqarrabîn bira’fatika yâ arhamarrâhimîn
Artinya : Ya Allah! Mohon jadikanlah di bulan ini aku termasuk diantara orang-orang yang memohon ampunan (beristighfar), dan jadikanlah aku sebagai hamba-MU yang saleh dan setia serta mohon jadikanlah aku diantara Auliya’- MU yang dekat disisi-MU, dengan kelembutan-MU, Wahai dzat Yang Maha Pengasih di antara semua pengasih
Ramadhan, Bulan Penuh Kesempatan (5)
Jika kita telah kehilangan kenikmatan beribadah selama periode ini, mungkin karena hak manusia. Memperhatikan hak-hak orang lain sangat penting dalam Islam, bahkan lebih penting daripada menaati hak-hak Allah.
Sudah lebih dari sepuluh hari dari bulan Ramadhan yang kita lalui. Selama itu pula kita tidak makan dan minum demi keridhaan Allah dan untuk menjalankan perintah-Nya. Kita membaca Alquran dalam kondisi berpuasa, memberi makan orang miskin dan meninggalkan hal-hal yang haram. Namun apakah kita merasakan kenikmatan beribadah?
Jika kita telah kehilangan kenikmatan beribadah selama periode ini, mungkin karena hak manusia. Memperhatikan hak-hak orang lain sangat penting dalam Islam, bahkan lebih penting daripada menaati hak-hak Allah.
Pada dasarnya, ada tiga jenis hak bagi setiap orang mukmin yang akan ditanya tentangnya. Pertama adalah hak jiwa, hak Allah dan hak manusia.
Hak jiwa adalah bahwa manusia tidak boleh menindas dirinya sendiri, tidak menyia-nyiakan hidupnya, dan harus menggunakan talenta yang diberikan Tuhan kepadanya dengan benar. Jika seseorang kehilangan hak ini dan kemudian menyadari kesalahannya dan bertobat, tidak perlu ada yang ditebus dan hanya dengan bertaubat dapat mengampuni dosa-dosanya.
Bulan Ramadhan
Shalat, puasa dan menjalankan kewajiban lainnya adalah hak Allah atas kita dan harus kita penuhi. Perintah Islam adalah bahwa jika seseorang menghilangkan hak Allah, setelah bertaubat dan kembali, ia harus menebusnya dan melakukan perbuatan yang tidak dilakukannya, tetapi dalam riwayat disebutkan bahwa jika setelah bertaubat, seseorang tidak mendapat kesempatan untuk menebus kesalahan, Allah akan mengampuni dia dan tidak akan meminta pertanggungjawabannya.
Sementara hak manusia adalah hak yang dimiliki orang lain atas kita dan kita wajib menghormatinya. Dari hak finansial hingga melindungi kehidupan dan martabat orang lain, semua hak ini harus dihormati. Jika hak-hak ini hilang, mau atau tidak mau, tidak ada cara lain selain memberikan kompensasi kepada mereka. Bertaubat dan menyatakan penyesalan kepada Allah tidak cukup untuk mengampuni dosa ini, dan Allah tidak akan mengampuni dosa seperti itu kecuali pemilik hak telah memaafkannya sebelum-Nya.
Allah selalu mengutamakan hak hamba-Nya di atas hak-Nya sendiri. Misalnya ketika kita sedang melakukan shalat dan berdoa kepada Allah. Jika seseorang masuk dan memberi salam kepada kita, Allah memerintahkan kita untuk memutuskan komunikasi dengan-Nya dan menjawab salam dari hamba-Ku. Jika kamu sedang shalat dan datang seseorang meminta sesuatu dan dia memintanya darimu, batalkan shalat dan berikan kepadanya terlebih dahulu.
Kita tidak dapat mencapai hak Allah dan memenuhinya kecuali kita telah memenuhi hak hamba Allah sebelumnya. Sekitar seribu empat ratus tahun yang lalu, Imam Sajjad as dalam risalahnya tentang hak, menjelaskan hak untuk segala sesuatu dan setiap orang yang harus ditaati oleh orang-orang beriman. Tanpa memperhatikan hak-hak tersebut, kita tidak dapat mencapai puncak pengabdian kepada Tuhan, dan ini berarti kehilangan nikmat beribadah.
Nasihat ulama sebelum memasuki Ramadhan, menjelang awal bulan pengabdian dan ibadah, jika ada hak orang lain pada Anda, penuhi hak itu dan mintalah kehalalan. Karena jika tidak, Anda tidak akan mendapatkan kenikmatan beribadah dan penghambaan kepada Allah. Jika seseorang meminjamkan uang kepada kita, semua yang kita dapatkan dari berkah bulan suci akan dicatat sebagai amal perbuatannya, bukan dalam perbuatan kita ... Masih ada kesempatan sampai akhir Ramadhan. Tunaikan hak manusia dan catatlah nikmat Ramadhan dalam surat-surat amal perbuatanmu.
Kecintaan Imam Husein as
Tidak diragukan lagi, Nabi dan keluarganya adalah suri tauladan terbaik dan tertinggi bagi umat manusia. Mengetahui suasana hati mereka dan merenungkan cara hidup dan perilaku mereka, menggambarkan kehidupan yang transenden dan terarah bagi semua orang, mengikuti cara dan karakter mereka, terutama selama bulan suci Ramadhan dapat membimbing kita dalam mencapai kehidupan yang transenden.
Perilaku Imam Husein as didasarkan pada cinta kepada Allah. Kehadiran Imam itu adalah manifestasi cinta kepada Tuhan, dan dalam bayang-bayang cinta ini, dia mencintai orang lain dan mencoba untuk menciptakan cinta dan gairah ilahi ini di dalam diri mereka. Diriwayatkan bahwa Imam Husein as berpuasa bahkan ketika dia tidak diwajibkan untuk berpuasa. Dinyatakan dalam hadits bahwa seseorang bertanya kepada Imam Husein as, mengapa Allah mewajibkan puasa? Dia berkata, "Untuk orang kaya merasakan kelaparan dan membantu orang miskin lewat kekayaannya yang berlebihan."
Bulan Ramadhan
Untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencintai manusia, Imam Husein as telah menjadikan kedermawanan sebagai caranya. Diriwayatkan bahwa seseorang dari orang Syam bernama 'Isham datang ke Madinah dan di kota itu, dia melihat seseorang yang berbeda dari yang lain. Dia bertanya siapa pria ini. Mereka berkata, Dia adalah Husein bin Ali as. Dipengaruhi oleh propaganda negatif Bani Umayyah, 'Isham mendekat dan mulai berkata buruk dengan marah. 'Isham mengeluarkan semua uneg-unegnya dan mengatakan apapun yang diinginkannya. Pada saat ini, Imam Husein, tanpa mengungkapkan kesedihan dan kemarahan, memandangnya dengan penuh cinta dan kasih sayang, dan setelah membaca beberapa ayat tentang pengampunan, berkata kepadanya, Wahai pria, kami siap membantu Anda untuk layanan apa pun. Kemudian Imam Husein as bertanya kepadanya: Apakah kamu dari Syam?
'Isham menjawab, Ya. Imam berkata, Saya tahu akar dan penyebab Anda berlaku seperti ini. Namun sekarang Anda adalah orang asing di kota kami. Jika Anda memiliki kebutuhan, saya akan membantu Anda dan saya siap menerima Anda di rumah saya. Pria Suriah, yang tidak pernah mengira akan menghadapi sikap lapang dada seperti itu, menjadi berubah. Sehingga akhirnya ia berkata kepada dirinya sendiri, Pada saat itu, saya berharap bumi akan terbelah dan saya akan tenggelam ke tanah, tetapi itu tidak terjadi dan seandainya saya tidak sombong. Sampai saat itu, saya memiliki dendam yang kuat terhadap Husein dan ayahnya, tetapi perilaku lembut dan penuh kasih Husein ibn Ali membuat saya malu. Tidak ada yang lebih saya cintai sekarang selain dia dan ayahnya."
Hukum Memasukkan Kepala ke Dalam Air
Pada bagian sebelumnya, kita telah menyelesaikan tips makan dan minum. Di bagian hukum dari artikel ini, kami akan menjelaskan kasus-kasus lain yang membatalkan puasa. Dalam hukum Islam, berbohong membatalkan puasa. Salah satu hal terpenting yang dianggap membatalkan puasa dalam kitab-kitab fiqih adalah berbohong kepada Allah, para Nabi, dan Maksum, meskipun orang yang berpuasa itu kemudian bertobat dan menyatakan bahwa dia telah berdusta. Juga, jika orang yang berpuasa menulis kebohongan secara tertulis, bukan secara lisan, maka puasanya tetap batal.
Tidak ada salahnya mengutip riwayat-riwayat yang telah disebutkan dalam banyak kitab dan orang tidak yakin bahwa itu salah. Namun, tindakan pencegahan yang disarankan untuk mengutipnya dengan menghubungkannya dengan buku itu dan merujuk pada teks aslinya. Selain itu, jika orang yang berpuasa mengaitkan kebohongan dengan mujtahid dan perawi hadits, meskipun dia telah melakukan tindakan terlarang, puasanya tidak batal.
Bulan Ramadhan
Hal lain yang membatalkan puasa adalah “merendam seluruh kepala dalam air”. Jika orang yang berpuasa dengan sengaja membenamkan seluruh kepalanya ke dalam air, puasanya batal berdasarkan ihtiyat wajib, meskipun tubuhnya berada di dalam air ketika ia membenamkan dirinya ke dalam air, atau di luar air. Jika dia mencelupkan separuh kepalanya ke dalam air kemudian mengeluarkannya dan mencelupkan separuh kepalanya lagi ke dalam air, maka puasanya tidak batal. Juga, jika seluruh kepala terendam air, tetapi sebagian rambut ditinggalkan, maka puasanya batal. Selain itu, menuangkan air ke kepala dengan wadah dan sejenisnya tidak mempermasalahkan puasa. Dengan begitu, tidak ada salahnya mencuci kepala di bawah keran atau pancuran.
Jika orang yang berpuasa meragukan apakah seluruh kepalanya terendam air atau tidak, maka puasanya sah. Pada saat yang sama, jika orang yang berpuasa jatuh ke dalam air tanpa disengaja dan seluruh kepalanya tenggelam dalam air, puasanya tidak batal, tetapi dia harus segera mengeluarkan kepalanya dari air. Juga, jika dia lupa bahwa dia sedang berpuasa dan mencelupkan kepalanya ke dalam air, puasanya tidak batal, tetapi setiap kali dia ingat, dia harus segera mengeluarkan kepalanya.
Doa Puasa Hari ke-4 Ramadhan
Doa Puasa Hari ke-4 Ramadhan
اَللَّهُمَّ قَوِّنِيْ فِيْهِ عَلَى إِقَامَةِ أَمْرِكَ وَ أَذِقْنِيْ فِيْهِ حَلاَوَةَ ذِكْرِكَ وَ أَوْزِعْنِيْ فِيْهِ لأدَاءِ شُكْرِكَ بِكَرَمِكَ وَ احْفَظْنِيْ فِيْهِ بِحِفْظِكَ وَ سِتْرِكَ يَا أَبْصَرَ النَّاظِرِيْنَ
allahumma qawwinii fiihi ‘alaa iqoomati amrika wa adziqnii fiihi halaawata dzikrika wa audzi’nii fiihi li adaai syukrika bikaramika wahfazhnii fiihi bihifzhika wa sitrika yaa absharan-naazhiriin
Artinya : Ya Allah! Mohon berikanlah kekuatan kepadaku, untuk menegakkan perintah-perintah-MU, dan berilah aku manisnya berdzikir mengingat-MU. Mohon berilah aku kekuatan untuk bersyukur kepada-MU, dengan kemuliaan- MU. Dan jagalah aku dengan penjagaan-MU dan perlindungan-MU, Wahai dzat Yang Maha Melihat
Ramadhan, Bulan Penuh Kesempatan (4)
Ya Allah! Hiasi aku dengan perhiasan orang-orang saleh, dan pakaikan aku dengan pakaian orang-orang bertakwa. Pakaian orang-orang bertakwa untuk menebarkan keadilan, menekan amarah, memadamkan api yang menyala-nyala di antara anggota masyarakat, dan untuk menciptakan persatuan dan persahabatan di antara orang-orang mukmin yang terpisah satu sama lain.
Menurut ayat-ayat Alquran dan riwayat para Imam, filosofi puasa adalah untuk mencapai ketakwaan. Takwa berarti selalu berhati-hati, memperhatikan apa yang diridhai Allah dan apa yang tidak. Ini adalah rencana hidup orang bertakwa, tetapi hidup beriman bukan hanya kehidupan pribadi tetapi memiliki banyak aspek sosial. Imam Sajjad as dalam doa kedua puluh Sahifah Sajjadiyyah yang dikenal sebagai doa Makarem al-Akhlaq, kemperkenalkan ketakwaan dalam bahasa doa sebagai berikut:
"Ya Allah! Hiasi aku dengan perhiasan orang-orang saleh, dan pakaikan aku dengan pakaian orang-orang bertakwa. Pakaian orang-orang bertakwa untuk menebarkan keadilan, menekan amarah, memadamkan api yang menyala-nyala di antara anggota masyarakat, dan untuk menciptakan persatuan dan persahabatan di antara orang-orang mukmin yang terpisah satu sama lain."
Segala sesuatu yang disebutkan Imam Sajjad as untuk ketakwaan memiliki aspek sosial. Jadi ketakwaan dalam Islam bukan hanya masalah individu. Ketakwaan individu mencapai puncaknya ketika mengarah pada ketakwaan sosial, dan ketika ketakwaan sosial tercapai, membantu individu dalam masyarakat untuk memperkuat imannya.
Ketakwaan sosial berarti bahwa sebuah "komunitas" harus berhati-hati untuk tidak melanggar perintah Tuhan. Penyebaran keadilan, menekan kebencian dan dendam, dan penciptaan persatuan dan persahabatan di antara orang-orang beriman adalah di antara petunjuk bahwa Islam telah merekomendasikan untuk mereformasi urusan sosial orang-orang beriman, dan ketakwaan sosial adalah bagi seluruh masyarakat untuk memperhatikan. untuk tujuan-tujuan ini.
Adalah tugas orang-orang beriman untuk membentuk masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip ini. Mendefinisikan undang-undang yang tepat, mendirikan dan mendukung lembaga-lembaga yang mengejar tujuan-tujuan ini adalah tanggung jawab masing-masing orang dan pihak berwenang. Ini adalah ketakwaan sosial.
Sebagaimana ketakwaan individu berarti menguatkan batin untuk menghadapi godaan setan, maka ketakwaan sosial berarti memperkuat ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan keimanan masyarakat untuk menghadapi musuh-musuh Islam dan umat Islam. Umat mukmin harus mampu mempertahankan diri secara efektif terhadap serangan musuh dan tidak terkalahkan oleh penindasan kaum penindas, sehingga perlu dikuatkan bakatnya, ini merupakan aspek lain dari makna ketakwaan sosial.
Allah menjadikan Ramadhan sebagai bulan puasa dan ibadah untuk memperkuat ketakwaan orang-orang yang beriman. Untuk menyediakan platform bagi ketakwaan sosial. Membaca Alquran, puasa, menjalankan semua aturan, perhatian pada apa yang harus dan tidak harus dijalankan harus diperbanyak. Perhatian lebih besar ini menyebabkan orang-orang mukmin menyisihkan waktu lebih banyak dari waktu lain dalam perbuatan yang diridhai Allah.
Di bulan ini, orang-orang saling berhadapan dengan lebih adil dan jujur dan berusaha adil dalam penilaian mereka tentang orang lain. Upaya ini adalah bagian dari ketakwaan yang mengubah wajah umat beriman selama bulan Ramadhan. Kita harus berusaha untuk mempertahankan pencapaian Ramadhan ini selama bertahun-tahun, dan setiap saat, untuk mengenakan pakaian ketakwaan kepada masyarakat kita dan menjadikannya warna ketakwaan.
Di bagian artikel ini, kami merujuk kepada orang-orang yang tidak bisa berpuasa. Puasa adalah rukun Islam yang ketiga, dan setiap muslim laki-laki dan perempuan yang berakal dan dewasa telah diwajibkan oleh Allah untuk berpuasa selama satu bulan. Namun orang-orang yang punya alasan syariat dan tidak bisa berpuasa, diperbolehkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk tidak berpuasa.
Sementara itu, penting untuk memperhatikan beberapa poin. Misalnya, seseorang yang tidak mampu berpuasa karena usia tua, atau sulit baginya, tidak wajib berpuasa, tetapi dalam kasus terakhir, ia harus memberi makan orang fakir dengan satu 'mud', sekitar 750 gram gandum atau barley. Juga, orang yang tidak berpuasa karena usia tua, jika dia bisa berpuasa setelah bulan Ramadhan, sesuai dengan ihtiyat wajib, dia harus mengqadha puasa yang ditinggalkan.
Seorang wanita yang sebentar lagi melahirkan dan puasanya berbahaya bagi kehamilannya, tidak wajib baginya berpuasa, dan dia harus memberi satu 'mud' makanan untuk setiap hari, yaitu gandum atau barley dan sejenisnya, kepada orang miskin. Juga, jika puasa berbahaya baginya, puasa tidak wajib baginya. Dan sesuai dengan ihtiyat wajib, dia harus memberikan satu 'mud' makanan kepada orang miskin setiap hari, dan dalam kedua kasus, dia harus mengqadha puasa yang tidak dilakukannya.
Selain itu, seorang wanita yang sedang menyusui dan persediaan ASI-nya sedikit, baik dia ibu dari anak atau ibu susuan, atau menyusui tanpa bayaran, jika puasa berbahaya bagi anak yang menyusui, puasa tidak wajib baginya, dan harus memberi makan kepada orang miskin setiap hari, yaitu gandum atau barley dan sejenisnya.
Juga, jika itu berbahaya baginya, puasa tidak wajib baginya, dan sesuai dengan ihtiyat wajib, dia harus memberi makan kepada orang miskin setiap hari, dan dalam kedua kasus, dia harus mengqadha puasa yang tidak dia lakukan. Namun jika ditemukan seseorang yang menyusui anak tanpa bayaran, atau dibayar untuk menyusui oleh orang tua anak itu atau oleh orang lain yang membayar anak itu, maka ihtiyat wajib adalah menyerahkan anak itu kepadanya dan berpuasa.
Puasa tidak wajib bagi orang yang badanya lemah, berpuasa sangat menyulitkannya dan tidak dapat dilakukan. Juga, jika seseorang memiliki penyakit yang membuatnya sangat haus dan tidak dapat mentolerir rasa haus atau akan menyulitkannya, puasa tidak wajib baginya. Namun dalam kasus kedua, dia harus memberikan satu 'mud' gandum atau barley setiap hari kepada orang miskin. Dan ihtiyat wajib adalah jangan minum air lebih banyak dari yang harus terpaksa diminumnya, dan jika dia bisa berpuasa nanti, sesuai dengan ihtiyat wajib, dia harus mengqadha puasa yang tidak dilakukannya.
Selain hal-hal seperti tua, sakit, hamil dan menyusui, seorang musafir yang tidak berniat tinggal selama sepuluh hari, tidak wajib baginya berpuasa, kecuali ia berniat tinggal selama sepuluh hari.
Sebulan adalah kesempatan yang baik untuk mensimulasikan kehidupan kita sehari-hari dengan gaya hidup manusia yang paling layak dan siapa yang lebih baik dari Imam Ali as yang dengan mencintainya, akan membawakan kepada kita sukacita dan kebahagiaan sejati dan penuh kasih. Beliau menggambarkan bulan suci Ramadhan dengan kata-kata yang menyenangkan sebagai berikut:
"Wahai manusia! Bulan ini adalah bulan yang Allah jadikan lebih tinggi dari bulan-bulan lainnya, seperti Ahlul Bait kita lebih tinggi dari orang lain, dan itu adalah bulan di mana pintu-pintu surga dan pintu-pintu rahmat terbuka dan pintu-pintu api tertutup. Dan itu adalah bulan di mana panggilan terdengar dan doa dikabulkan dan tangisan mendapat rahmat. Ini adalah bulan di mana ada malam ketika para malaikat turun dari langit, menyapa pria dan wanita yang berpuasa, dengan izin Tuhan mereka, sampai fajar, dan malam itu adalah "Malam Qadr." Dua ribu tahun sebelum Adam as diciptakan, perwalian saya ditentukan malam itu. Puasa itu lebih utama dari puasa seribu bulan, dan beramal di malam itu lebih utama dari seribu bulan.
Wahai manusia! Matahari Ramadhan menyinari pria dan wanita yang berpuasa dengan rahmat, dan bulan bersinar dengan rahmat atas mereka, dan tidak ada siang atau malam di bulan ini, kecuali Allah SWT berbuat baik kepada umat ini. Oleh karena itu, barang siapa yang mendapat manfaat dari turunnya berkah ilahi akan dimuliakan di sisi Allah pada hari pertemuannya dengan Allah, dan tidak ada seorang hamba yang dimuliakan di sisi Allah, kecuali Allah menempatkan surga sebagai gantinya."
Imam Ali as juga sangat menekankan membaca Alquran dan mengamalkan ajarannya di bulan ini. Pembacaan Alquran setiap saat menyegarkan jiwa manusia. Namun Ramadhan dan Lailatul Qadar adalah waktu yang lebih baik untuk rahmat ini.
Imam Ali mengatakan, "Berhati-hatilah dengan Alquran. Jangan sampai orang lain yang mengamalkan perintah Alquran lebih dahulu dari kalian."
Dan dia juga berkata, "Lahiriah Alquran adalah petunjuk dan keselamatan dari neraka. Jika Anda mengikuti perintah lahiriahnya, Anda akan diampuni dan dicintai oleh Allah SWT, dan Allah akan memenuhi apa yang telah Dia janjikan, tetapi jantung Alquran memompa darah, yang suaranya mengumumkan kehidupan abadi. "Jika organ tubuh seseorang mengambil darah dari jantung ini, dia selalu sehat dan segar."
Doa Puasa Hari ke-3 Ramadhan
Doa Puasa Hari ke-3 Ramadhan
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ الذِّهْنِ وَالتَّنْبِيْهِ وَبَاعِدْنِيْ فِيْهِ مِنَ السَّفَاهَةِ وَالتَمْوِيْهِ وَاجْعَلْ لِي نَصِيْبًا مِنْ كُلِ خَيْرٍ تُنْزِلُ فِيْهِ بِجُوْدِكَ يَا اَجْوَدَ ْالآجْوَدِيْنَ
Allâhummarzuqnî fîhidz dzihna wattanbîh wa bâ’idnî fîhi minas safâhati wattamwîh waj’al lî nashîban min kulli khairin tunzilu fîhi bijûdika yâ ajwadal ajwadîn
Artinya : Ya Allah! Mohon berikanlah aku rizki akal dan kewaspadaan. dan jauhkanlah aku dari kebodohan dan kesesatan. Anugerahkanlah kepadaku bagian dari segala kebaikan yang ENGKAU turunkan, demi kemurahan-MU, Wahai dzat Yang Maha Dermawan dari semua yang dermawan
Ramadhan, Bulan Penuh Kesempatan (3)
Puasa bukan hanya diwajibkan di agama Islam. Agama samawi sebelum Islam seperti Kristen dan Yahudi juga mewajibkan puasa.
Bahkan di agama non-samawi juga dianjurkan untuk menghindari makanan di hari-hari tertentu.
14 abad lalu, ketika Hijaz tenggelam dalam kebodohan dan jahiliyah, Rasulullah Saw bersabda, "Berpuasalah supaya kamu sehat." Di berbagai agama juga senantiasa dianjurkan untuk berpuasa demi kesehatan mental manusia.
Di Yunani kuno, masyarakat meminta kesembuhan di kuil-kuil terkenal dan setelah mandi, mereka berpuasa dan kemudian meminta kesembuhan kepada Tuhan khusus tersebut.
Hindu salah satu agama non samawi yang marak di tengah masyarakat di daerah Timur kira-kira tiga hingga empat ribu tahun sebelum Masehi. Pengikut agama ini biasanya berpuasa di awal bulan dan saat perayaan keagamaan, mereka juga berpuasa. Tradisi puasa di agama Hindu mulai dari tidak makan makanan padat hingga tidak makan dan minum sepenuhnya dalam sehari semalam. Di agama ini, setiap orang dapat berpuasa melalui keinginannya sendiri. Tujuan dari puasa ini adalah meningkatkan fokus pikiran dan membersihkan jiwa.
Sementara di agama Budha biasanya pengikut agama ini berpuasa di hari ke-14 setiap bulan dan menghindari makanan padat.
Pengikut Maniisme di ajaran agamanya sangat mementingkan puasa. Maniisme memiliki dua bentuk puasa, salah satunya puasa hingga dua hari dan yang lain puasa dari pagi hingga malam. Kuil Maniisme disebut Manistan. Setiap kuil terdiri dari lima ruang, dan salah satunya untuk mereka yang berpuasa dan berdoa. Pengikut Maniisme menentukan bulan puasa berdasarkan bintang, dan di akhir bulan tersebut mereka merayakan hari raya. Di hari raya tersebut, masyarakat membawa gambar Mani dan mengakui dosa-dosanya. Bahkan sejumlah dokumen sejarah menunjukkan para penyembah berhala juga berpuasa. Dikatakan bahwa mereka berpuasa untuk memuaskan berhala.
Di setiap sejarah dan di antara kaum serta peradaban, dapat ditemukan budaya berpuasa. Pertanyaan di sini adalah mengapa tradisi puasa memiliki sejarah yang panjang ? Mungkin hal ini dapat ditelusuri di sejumlah riwayat. Berdasarkan riwayat ini, orang pertama yang berpuasa adalah Nabi Adam as. Ketika Nabi Adam as makan buah terlarang, buah tersebut bertahan di perut beliau selama 30 hari. Untuk selanjutnya, Allah Swt mewajibkan Nabi Adam dan keturunannya untuk menahan lapar dan haus selama 30 hari.
Para ahli tafsir dan hadis mengisyaratkan poin penting, apakah Bulan Ramadhan di umat-umat terdahulu juga memiliki nama yang sama. Sebagian mengatakan Ramadhan adalah nama bulan yang telah ditetapkan sejak zaman jahiliyah, dan sebagian lain meyakini Islam yang menamakan bulan Ramadhan.
Sebagian pakar sejarah mengatakan, Ketika mereka ingin mengganti nama bulan dari bahasa kuno, mereka menamai bulan-bulan itu setelah waktu bulan itu terjadi, misalnya, bulan Ramadhan bertepatan dengan panas yang ekstrem dengan nama yang sama (artinya "Ramadhan").
Secara umum, setiap umat ketika putus asa atau mengalami musibah, mereka bernazar dengan puasa supaya musibah tersebut dihapus dan mereka sukses. Mereka juga beribadah kepada Tuhan dan menunjukkan kelemahan mereka serta mengakui dosa-dosanya dengan harapan meraih keridhaan Tuhan.
Salah satu agama samawi tertua yang mewajibkan pengikutnya untuk berpuasa adalah agama Yahudi. Sejak kemunculannya yang pertama agama ini, Yahudi sangat mementingkan puasa dengan mengikuti Nabi Muas as.
Di ajaran Yahudi, anak perempuan berusia 12 tahun dan laki-laki berusia 13 tahun sudah wajib untuk melaksanakan seluruh kewajiban agama. Tapi bagi orang-orang yang akan menghadapi bahaya atau memiliki halangan berpuasa, wanita yang hamil atau menyusui, mereka dikecualikan dari kewajiban berpuasa. Puasa di ajaran Yahudi selain menahan makan dan minum juga memiliki tradisi lain. Di antaranya adalah membaca Kitab Taurat, membaca doa, mengakui dosa-dosa, ziarah kubur, tidur di atas tanah, menahan berbicara, dan tidak mendengarkan musik.
Orang Yahudi selama berpuasa bahkan tidak memberi makan anak-anak dan hewan ternak mereka. Seluruh puasa wajib dan sunah Yahudi dimulai dari fajar hingga malam hari, kecuali puasa Yom Kippur dan Tisha B'Av di mana puasanya dimulai dari terbenamnya matahari hingga terbenamnya matahari di hari berikutnya.
Puasa di agama Yahudi di bagi dua, wajib dan sunah. Puasa wajib seperti puasa yang ditetapkan di kitab suci atau puasa untuk memperingati kejadian yang disebutkan di kitab suci, seperti Yom Kippur, Tisha B'Av, 17 Tammuz (hari jatuhnya kota Yerusalem). Selain itu puasa yang ditetapkan oleh para Rabi seperti puasa di hari Senin setelah Hari Raya Paskah Yahudi (hari pembebasan kaum Yahudi dari perbudakan Firaun Mesir), dan hari akhir setiap bulan yang disebut Yom Kippur kecil.
Sementara puasa sunnah di agama Yahudi juga memiliki posisi istimewa di agama ini. Di puasa seperti ini, seseorang di hari-hari tertentu yang berhubungan dengan dirinya sendiri mulai berpuasa. Puasa seperti ini tidak memiliki waktu tertentu dan dilakukan ketika ada peristiwa khusus yang dialami seseorang. Misalnya, puasa saat orang tua seseorang meninggal atau penganting yang berpuasa di hari pernikahan mereka.
Filsafat puasa di agama Yahudi menurut ayat-ayat kitab suci mereka ada empat. Pertama mengejar turunnya siksaan dan malapetaka, selamat dari musuh, memperoleh kesiapan spiritual untuk menjalankan tugas ilahi, dan mengungkapkan penyesalan atas dosa-dosa masa lalu. Perjanjian Lama menekankan bahwa puasa bukanlah tujuan itu sendiri, tetapi sarana untuk mengungkapkan pertobatan dan pertobatan dari dosa. Menurut ajaran Yahudi, manusia harus merendahkan dirinya di hadapan Tuhan melalui puasa, mengubah perilaku dan tindakannya, dan mencapai pertobatan sejati.
Di salah satu ayat Kitab Yesaya disebutkan suatu hari orang-orang Yahudi mengeluh bahwa mereka berpuasa tetapi Tuhan tidak memperhatikan mereka dan Tuhan menjawab mereka bahwa ketidakpedulian saya adalah karena; Puasa tidak membuatmu rendah hati, tapi membuatmu sombong dan menindas. Ketika Anda berpuasa, Anda menindas pekerja Anda, Anda bertengkar dan bermusuhan satu sama lain, dan Anda mengejar kebahagiaan dan keuntungan pribadi Anda sendiri, sedangkan puasa yang saya sukai adalah; Mengakhiri penindasan dan kejahatan dan ketidakadilan dan bebaskan yang tertindas, beri makan yang lapar dan beri pakaian kepada yang telanjang, dan buka rumah Anda bagi yang membutuhkan. Hanya dengan begitu aku akan menjawab doamu.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa Tuhan tidak puas terhadap kaum Yahudi yang mengabaikan sisi batin dan maknawi puasa. Mengabaikan ibadah sejati, tamak dan zalim adalah perilaku yang saat ini terus berlanjut di kalangan kaum Yahudi.
Bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dan meniti jalan ini di samping Alquran semakin mudah. Di bulan ini, terbuka iklim baru supaya manusia terbebas dari hiruk pikuk kehidupan dan unsur-unsur merusak sert tidak lalai. Serta supaya manusia meniti jalan untuk meraih kebahagiaan. Oleh karena itu, salah satu keutamaan bulan Ramadhan adalah membimbing manusia dan mengembangkan pribadi manusia.
Sementara di agama Kristen juga ada kewajiban berpuasa dengan tradisinya sejak zaman dahulu. Keberadaan berbagai sekte Kristen membuat puasa di agama ini memiliki banyak perbedaan di antara mereka. Setiap mazhab dan sekte Kristen memiliki tata cara puasa tersendiri yang berbeda dari yang lain. Mayoritas pengikut Kristen berpuasa selama 40 hari sebelum Hari Raya Paskah atau Prapaskah. Sesuai tradisi, masa Prapaskah bergulir selama 40 hari, untuk memperingati 40 hari Yesus bertirakat dan dicobai Iblis di padang gurun sebelum berkarya secara terbuka, sebagaimana yang diriwayatkan di dalam Injil Matius, Injil Markus, dan Injil Lukas. Pekan terakhir masa Prapaskah adalah Pekan Suci, yang berawal pada hari Minggu Palma. Seturut riwayat Perjanjian Baru, peristiwa penyaliban diperingati pada hari Jumat Agung, sementara peristiwa kebangkitan Yesus dirayakan dengan meriah pada permulaan hari Minggu Paskah, hari pertama masa Paskah.
Monastisisme atau kerahiban secara harfiah berarti ketakutan dan kecemasan, dan secara tradisional digunakan untuk mengasingkan diri dari komunitas dan jauh dari orang-orang untuk menyembah Tuhan. Monastisisme awalnya diciptakan oleh beberapa anggota komunitas Kristen untuk mempercepat pencapaian Tuhan, tetapi kemudian berubah menjadi toleransi yang berlebihan terhadap penyembahan dan pertapaan yang keras. Sejarah menceritakan kisah-kisah aneh dari kehidupan beberapa biarawan. Misalnya, seorang biarawan bernama Macarius tidak makan daging selama tujuh tahun, tidak tidur selama dua puluh malam, dan selama enam bulan tubuhnya terkena gigitan serangga beracun.
Sebagian yang lain membawa beban berat atau merantai tangan dan kaki mereka kemanapun mereka pergi. Tentu saja, ada kecenderungan untuk menjadi ekstrem dalam monastisisme dan mengisolasi diri dari masyarakat di antara para pengikut agama lain, tetapi tentu saja Tuhan Yang Maha Penyayang tidak pernah menyukai ekses seperti itu, dan tindakan ini tidak memiliki peran bagi kita di dekatnya. Pada dasarnya kebahagiaan manusia adalah mencapai kedekatan dengan Tuhan selama hidup bermasyarakat.
Menjauhkan diri dari masyarakat dan terasing bukanlah suatu kesempurnaan moral atau manusiawi bagi manusia, tetapi kesempurnaan manusia adalah bahwa ketika seseorang mendekatkan diri kepada Tuhan dan juga harus berusaha memperbaiki masyarakat dan urusan umat, mengurus masalah sosial. Memperbaiki urusan masyarakat adalah salah satu cara untuk mencapai Tuhan, yang tidak boleh diabaikan manusia. Selain itu, tubuh manusia adalah berkat yang diberikan Tuhan kepada manusia yang melaluinya ia dapat beribadah, dan kami telah mengatakan dalam program sebelumnya bahwa rasa syukur atas setiap nikmat adalah penggunaan yang benar dari nikmat tersebut. Membatasi fisik secara berlebihan merupakan contoh pemborosan nikmat Allah, yang tentunya bukan hanya murka tetapi juga tercela dan menjijikan.
Alquran menyebutkan bahwa kewajiban puasa dimaksudkan supaya manusia bertakwa. Manusia di bulan ini diundang menjadi tamu Allah dan berpuasa di bulan Ramadhan. Berpuasa di bulan Ramadhan dinilai dapat meniupkan ruh ketakwaan, yang menimbulkan pencerahan dan wawasan umat manusia.
Beginilah bulan Ramadhan merupakan peluang dan kesempatan untuk memoles batin dan memperbaiki zahir manusia serta memanfaatkan rahmat Tuhan terbuka bagi semua orang. Mendekatkan diri kepada Alquran akan meningkatkan pemikiran dan membuat manusia mendapat petunjuk. Tujuan Alquran adalah meningkatkan iman dan mengarahkan gerak manusia serta menghiasinya dengan sifat-sifat yang paling indah.
Sebagian besar berkah Ramadhan terkait dengan kemuliaan Alquran. Di bulan ini, orang-orang yang berpuasa menaburkan benih-benih cahaya ajaran Aquran di dalam hati mereka agar jiwa dan ruh mereka tumbuh dalam cahaya ayat-ayatnya. Suara bacaan Alquran di masjid-masjid, rumah-rumah dan di setiap asrama dan barak mengharumkan bulan Ramadhan dan melipatgandakan spiritualitas dan spiritualitasnya. Manfaat ini dicapai dalam bayang-bayang pengenalan sejati dengan Alquran dan perenungan di dalamnya.
Doa Hari ke-2 Puasa Ramadhan
Doa Hari ke-2 Puasa Ramadhan
اَللَّهُمَ قَرّ ِ بْنِيْ فِيْهِ اِلَى مَرْضَاتِكَ وَجَنَّبْنِي فِيْهِ مِنْ سَخَطِكَ وَنَقِمَاتِكَ وَوَفِّقْنِي فِيْهِ لِقِرآئَةِ اَيَاتِكَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Allâhumma qarribnî fîhi ilâ mardhâtika wa jannibnî fîhi min sakhatika wa naqimâtika wa waffiqnî fîhi liqirâ-ati âyâtika birahmatika yâ arhamar râhimîn
Artinya : Ya Allah! Mohon dekatkanlah aku kepada keridhaan-MU dan jauhkanlah aku dari kemurkaan serta alasan-MU. Mohon berilah aku kemampuan untuk membaca ayat-ayat-MU dengan rahmat-MU, Wahai Maha Pengasih dari semua yang Pengasih.’