
کمالوندی
Komandan IRGC: Kami akan Balas Aksi Teroris Rezim Zionis !
Komandan Korps Gerda Revolusi Islam Iran (IRGC) menekankan bahwa kejahatan teroris baru-baru ini yang dilakukan rezim Zionis akan balas.
Syahid Kolonel Hassan Sayyad Khodai, menjadi sasaran serangan teroris di Tehran pada hari Minggu yang dilakukan oleh elemen-elemen yang berafiliasi dengan kekuatan arogansi global.
Mayjen Hossein Salami, Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran dalam acara mengenang kesyahidan Sayyad Khodai hari Kamis (26/5/2022) mengatakan, "Amerika Serikat dan Israel adalah dua rezim teror. Sebagaimana kejahatan di Hiroshima dan Nagasaki yang menggunakan senjata pemusnah massal, mereka membunuh dan meneror bangsa lain,".
"Ketika Amerika dan Israel dikalahkan di arena, mereka menggunakan metode rumit dan misterius dengan membunuh dan meneror pihak lain," ujar Mayjen Salami.
"Aksi teror baru-baru ini yang menyebabkan kesyahidan Sayyad Khodai akan dibalas. Musuh-musuh Iran mengetahui hal ini, dan telah menerima banyak pukulan sebelumnya," tegasnya.
Upacara mengenang kesyahidan Kolonel Hassan Sayyad Khodai digelar hari Kamis di Institut Budaya dan Seni Syuhada Sarcheshmeh di Tehran.
Mengapa Rezim Zionis Meneror Syahid Khodai?
Surat kabar Amerika Serikat, The New York Times menurunkan sebuah laporan yang mengungkapkan bahwa serangan teror terhadap Syahid Sayyad Khodai dilakukan oleh rezim Zionis
The New York Times mengutip sumber informasi yang mengatakan bahwa juru bicara perdana menteri rezim Zionis menolak untuk mengomentari pembunuhan Sayyad Khodai, tetapi menurut seorang pejabat intelijen, rezim Zionis memberi tahu pejabat AS bahwa pembunuhan tersebut dilakukan agennya.
Israel adalah pusat 'peternakan' teroris. Terorisme melekat dengan rezim Zionis, dan cara-cara terorisme memainkan peran utama dalam perkembangan rezim agresor ini. Banyak pemimpin Palestina dan Lebanon diteror oleh rezim Zionis. Bahkan baru-baru ini, pejabat Zionis mengancam akan membunuh pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Yahya Sinwar.
Selain para pemimpin Palestina dan Lebanon, sejumlah besar ilmuwan, terutama ilmuwan Iran, serta para jurnalis juga menjadi target tim pembunuh rezim Zionis. Fakta terbaru adalah Shireen Abu Akleh, jurnalis Palestina yang bekerja untuk Al Jazeera Qatar menjadi sasaran aksi penembakkan tentara Israel. Setidaknya 45 wartawan telah dibunuh oleh rezim Zionis sejak tahun 2000.
Tidak diragukan lagi, pembunuhan Syahid Sayyad Khodai, yang memainkan peran penting dalam perang melawan teroris di Suriah, bukanlah kasus terakhir pembunuhan yang dilakukan agen rezim Zionis.
Aksi terorisme yang dijalankan rezim Zionis setidaknya disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, terorisme adalah produk agresi dan pendudukan Zionis. Kedua, terorisme yang dijalankan Israel merupakan hasil dari dukungan penuh kekuatan Barat, khususnya Amerika Serikat terhadap Tel Aviv. Salah satu tanda dukungan ini adalah laporan otoritas Zionis untuk memberitahu pemerintah AS bahwa mereka telah membunuh Syahid Sayyad Khodai.
Informasi ini menunjukkan dukungan pemerintah AS atas kejahatan Israel, sebagaimana ditegaskan Juru Bicara Kemenlu Iran, Saeed Khatibzadeh, "Kejahatan tidak manusiawi ini dilakukan oleh elemen teroris yang berafiliasi dengan arogansi global, yang sayangnya, disertai dengan dukungan dan sikap diam negara-negara yang mengklaim memerangi terorisme," .
Selain itu, Menteri Perang Rezim Zionis, Benny Gantz melakukan perjalanan ke Amerika Serikat sebelum pembunuhan Syahid Khodai dan bertemu dengan pejabat keamanan dan intelijennya. Selama perjalanan ini, Gantz menyampaikan beberapa statemen mengenai Iran dan tampaknya telah memberitahu pihak berwenang AS tentang rencana pembunuhan Syahid Khodai, sebelum aksinya dijalankan.
Kini, muncul pertanyaan mengapa rezim Zionis membunuh Syahid Sayyad Khodai? Meskipun rezim Zionis membuat klaim bahwa Syahid Khodai berperan penting dalam mentransfer teknologi rudal canggih dan akurat ke Hizbullah, maupun posisi Syahid Khodaei sebagai pihak yang merencanakan operasi terhadap Israel. Tapi tampaknya ada faktor lain yang menjadi motif utamanya.
Selama beberapa hari terakhir berlangsung kunjungan penting tokoh dunia ke Tehran, terutama Enrique Mora, Kepala Perunding Uni Eropa, dan Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, Emir Qatar, yang menunjukkan tanda-tanda upaya pemulihan pembicaraan Wina, yang dipandang oleh Israel tidak sejalan dengan kepentingannya. Oleh karena itu, Tel Aviv berupaya menggagalkan negosiasi tersebut.
Di sisi lain, Republik Islam Iran telah menegaskan masalah penghapusan nama Korps Garda Revolusi Islam dari daftar teroris AS sebagai syarat dalam perundingan JCPOA
The New York Times mengutip beberapa analis yang mengatakan bahwa langkah itu bertujuan untuk mencegah Amerika Serikat mencapai kesepakatan dengan Iran selama pembicaraan nuklir JCPOA di Wina dan menjegal upaya Iran untuk menghapus IRGC dari daftar teroris AS.
Di sisi lain, aksi teror terhadap Syahid Khodai tampaknya juga terkait dengan latihan militer rezim Zionis saat ini, termasuk melatih operasi teror terhadap target-targetnya, terutama Iran.
Perlawanan Warga Palestina Paksa Tentara Israel Lari dari Jenin
Pasukan Rezim Zionis Israel yang menyerbu Jenin, mendapat perlawanan sengit dari warga Palestina di kamp pengungsian itu, dan akhirnya terpaksa meninggalkan kota tersebut.
Situs berita Maan, Jumat (27/5/2022) melaporkan, pasukan Israel menyerang kota Jenin, namun mendapat perlawanan sengit dari warga Palestina.
Setelah terlibat kontak senjata, dan menjadi sasaran serangan tembakan warga Palestina, akhirnya tanpa berhasil meraih tujuannya, pasukan Israel melarikan diri dari Jenin.
Sumber media lokal mengabarkan, puluhan kendaraan lapis baja Rezim Zionis Israel yang membawa pasukan, memasuki kota Jenin. Kontak senjata terjadi antara pasukan Israel, dan penduduk kota Jenin, dan para pemuda kota ini bangkit melawan serangan pasukan Rezim Zionis.
Baru-baru ini, Jenin berubah menjadi pusat perlawanan terhadap Rezim Zionis Israel di Tepi Barat, dan Israel mengumumkan kemungkinan operasi militer luas di kota itu.
Al Jazeera Bawa Kasus Teror Abu Akleh ke Mahkamah Pidana Internasional
Stasiun televisi Al Jazeera, Qatar akan membawa kasus teror jurnalisnya di Palestina, Shereean Abu Akleh, yang dilakukan Rezim Zionis Israel, ke Mahkamah Pidana Internasional, ICC.
TV Al Jazeera, Jumat (27/5/2022) mengumumkan, kasus teror Shereen Abu Akleh, wartawan stasiun televisi ini akan dilimpahkan ke Mahkamah Pidana Internasional, dan sebuah kampanye hukum sudah dibentuk di beberapa organisasi hukum internasional untuk mengusut kejahatan ini.
Al Jazeera menambahkan, untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum, seluruh pelaku dan mereka yang terlibat dalam teror Abu Akleh akan diseret ke pengadilan internasional.
Menurut stasiun televisi Qatar ini, pelimpahan kasus ke Mahkamah Pidana Internasional ini meliputi kejahatan Israel yang dilakukan dengan mengebom kantor Al Jazeera di Gaza, pada Mei 2021, dan teror Abu Akleh.
Seorang Perwira Militer Rezim Zionis Bunuh Diri
Surat kabar Rezim Zionis Israel mengabarkan tewasnya seorang perwira militer rezim itu karena bunuh diri. Menurut koran Israel, aksi bunuh diri ini terkait dengan kematian perwira lain tahun lalu.
Israel Hayom, Jumat (27/5/2022) melaporkan, seorang perwira militer Israel berpangkat Kapten, dan bekerja di dinas intelijen, beberapa minggu lalu tewas bunuh diri dengan cara melemparkan diri dari atas gedung.
Koran Israel ini mengakui bahwa perwira militer itu bunuh diri di gedung yang sama di tempat ditemukannya jasad seorang kapten Israel yang lain. Penyelidikan awal menjelaskan bahwa perwira militer Israel itu nekat bunuh diri karena motif dan masalah pribadi.
Namun Israel Hayom mengabarkan ada kaitan yang tak terbantahkan antara aksi bunuh diri perwira ini, dengan kematian seorang kapten Israel lain di penjara militer Rezim Zionis.
"Aksi bunuh diri perwira Israel ini di unit yang sama di lokasi ditemukanya jasad perwira lain, dan ini bukan satu kasus, tapi ada serangkaian kasus yang sama di tubuh militer Israel, dan eberapa kasus terjadi bulan lalu," pungkasnya.
Irak Putuskan Normalisasi Israel Tindakan Kriminal, Begini Respon AS
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyebut keputusan Parlemen Irak mengesahkan undang-undang yang mengatur normalisasi hubungan dengan Rezim Zionis Israel sebagai tindakan kriminal, memunculkan kekhawatiran.
Ned Price, Kamis (26/5/2022) mengumumkan, AS merasa sangat khawatir atas pengesahan undang-undang baru di Parlemen Irak yang mengatur normalisasi hubungan dengan Israel sebagai tindakan kriminal.
Ia menambahkan, selain itu, undang-undang ini juga membahayakan kebebasan berekspresi. Masalah ini sangat bertentangan dengan kemajuan negara-negara tetangga Irak, dalam menciptakan jembatan dan normalisasi hubungan dengan Israel, yang membuka kesempatan baru bagi rakyat seluruh kawasan.
Parlemen Irak, hari Kamis dengan suara penuh menyepakati dan mengesahkan sebuah undang-undang baru yang mengatur normalisasi hubungan dengan Israel sebagai tindakan kejahatan.
Berdasarkan undang-undang ini, segala bentuk kerja sama politik, keamanan, ekonomi, teknologi, budaya, olahraga dan ilmu pengetahuan dengan Rezim Zionis dianggap sebagai perbuatan kriminal.
Kan TV: Langkah Tel Aviv terhadap Iran sekedar di Bibir
Sebuah televisi rezim Zionis Israel mengakui, seluruh klaim rezim terkait langkah anti-Iran sekedar retorika dan di bibir saja.
Televisi Kan Israel di laporannya membahas klaim rezim Zionis terkait perang terhadap Iran dan mengakui, seluruh manuver rezim ini sekedar di permukaan, negara-negara Barat saat ini disibukkan dengan Ukraina dan Israel saat ini sendiri.
Sumber ini lebih lanjut menambahkan, "Terkait kesiapan juga tidak ada yang baru, militer Israel sejak tahun 2007 telah mempersiapkan program menghadapi Iran, dan mereka terus melakukan latihan di level ini dan itu. Pekan terakhir (program tersebut) mereka juga melakukan manuver militer....Tapi kali ini pun sekedar di mulut."
"Dari sisi level kesiagaan, rezim Zionis tidak boleh melampaui dari program yang sebelumnya dicanangkan, yakni koordinasi dengan AS. Terkait latihan, rezim ini ingin mengatakan kepada warga Zionis atau mitranya bahwa ia memiliki kekuatan tapi tidak ingin melakukan apa pun. Beberapa pekan terakhir, kami tidak menyaksikan rencana atau isyarat dari Israel untuk melakukan hal baru, tapi ingin mengatakan kami di sini, jangan lupakan kami; Kalian sibuk dengan Rusia dan Ukraina," lapor Kan TV.
Ketika langkah Zionis Israel mengancam seluruh kawasan, Kepala Staf Gabungan Militer rezim Zionis, Aviv Kochavi baru-baru ini mengklaim, Tel Aviv menghadapi ancaman mulai dari Jenin hingga Isfahan.
Sekjen Hizbullah: Palestina Tak Lagi Berharap pada Negara-Negara Arab
Sekjen Hizbullah Lebanon dalam pidatonya memperingati kesyahidan Mustafa Badruddin, Komandan Hizbullah yang gugur di Suriah, mengatakan bahwa negara-negara Arab tidak bisa diharapkan.
Sayid Hassan Nasrullah, Jumat (20/5/2022) berterimakasih kepada rakyat Lebanon yang sudah berpartisipasi dalam pemilu parlemen terbaru di negara itu.
Ia menuturkan, "Bangsa Palestina sudah mengambil keputusan sejak lama, dan sekarang hadir di seluruh arena. Bangsa ini tidak lagi berharap pada negara-negara Arab, Liga Arab, Dewan Kerja Sama Teluk Persia, atau Dewan Keamanan dan PBB."
Sekjen Hizbullah menambahkan, "Oleh karena itu, menurut saya dalam 20 tahun terakhir keyakinan sebagian besar rakyat Palestina terhadap perlawanan, lebih kuat dari sebelumnya."
"Negara-negara Arab diharapkan dapat membebaskan Palestina, akan tetapi masalah ini ternyata berujung dengan lepasnya Al Quds, Tepi Barat, Golan, lahan pertanian Shebaa, dan wilayah Sinai. Lebanon pun bisa mengalami bencana semacam ini," imbuhnya.
Sayid Hassan Nasrullah melanjutkan, "Bayangkan jika tidak ada perlawanan, bagaimana nasib Lebanon, bagaimana nasib rakyat Lebanon, bencana apa yang akan dialami rakyat Lebanon, sebagaimana rakyat Palestina dan bangsa-bangsa Arab sejak 1948 hingga 1967 sampai hari ini menanti, rakyat Lebanon juga harus menanti strategi Arab bersatu agar Lebanon lepas dari Israel."
Irak akan Bayar Utang Gas Iran Beberapa Hari ke Depan
Setelah kunjungan Menteri Listrik Irak ke Tehran, kedua negara mengabarkan dimulainya kembali ekspor gas Iran ke Irak, dan Baghdad rencananya akan membayar utang gas Iran beberapa hari mendatang.
Adel Karim, Sabtu (21/5/2022) menuturkan, "Kami mencapai kesepakatan dengan pemerintah Irak, untuk membayar utang gas Iran. Saya berkunjung ke Iran, dan mencapai kesepakatan dengan Menteri Perminyakan negara ini untuk membayar utang hingga akhir bulan Mei 2022."
Sebelumnya Juru bicara Kementerian Listrik Irak Ahmad Mousa mengatakan, jumlah utang listrik negara ini ke Iran setara dengan 1,64 miliar dolar. Menurutnya, utang-utang yang berasal dari tahun 2020 dan 2021, secara keseluruhan sudah dibayar oleh Irak, ke Iran.
Jubir Kementerian Listrik Irak menambahkan, ekspor gas Iran ke beberapa wilayah di tengah Irak, setiap hari mencapai 133 juta meter kubik, dan ini tidak mencukupi kebutuhan di waktu-waktu konsumsi puncak di Irak.
"Sejumlah pertemuan dengan pihak Iran sudah dilakukan untuk menyelesaikan masalah pasokan gas setelah pembayaran biayanya," pungkas Ahmad Mousa.
Israel Simulasikan Serangan Hizbullah ke Anjungan Gas Miliknya
Angkatan Laut Rezim Zionis Israel melakukan simulasi serangan Hizbullah, Lebanon ke anjungan-anjungan gas rezim ini.
Surat kabar Israel Hayom, Sabtu (21/5/2022) menulis, "AU Israel minggu lalu menggelar manuver militer yang di dalamnya mensimulasikan serangan Hizbullah ke anjungan-anjungan gas di selatan Haifa, saat pecah perang dengan kelompok perlawanan Lebanon itu."
Angkatan Bersenjata Rezim Zionis Israel melarang sejumlah wartawan media Arab dan Jerman untuk meliput manuver militer ini.
Menurut Israel Hayom, militer Israel percaya dalam setiap pertempuran di masa mendatang, Hizbullah akan berusaha menyerang pusat-pusat strategis dengan rudal presisi tinggi, dan Israel berusaha mencegah Hizbullah menguasai rudal-rudal semacam itu.
"Musuh dalam perang mendatang akan berusaha menenggelamkan kapal-kapal Israel, dan Angkatan Laut Israel mempersiapkan diri untuk skenario ini," pungkasnya.