کمالوندی

کمالوندی

Rabu, 14 September 2016 21:50

Qurban Meniadakan Kehendak Diri

Kita awali pagi 10 dzulhijjah dengan memanjatkan syukur ke hadirat ilahi. Puji bagi dia, yang telah memanjangkan umur kita, yang telah memberikan kita tambahan usia, sehingga ‘id, hari raya demi hari raya, kita lalui dalam limpahan nikmat-Nya yang tak terhingga.

Puji bagi dia, yang telah mempercayai kita, untuk mengelola setiap detik dan tarikan nafas dalam hidup kita, dengan harapan setiap detik akan mendekatkan kita kepada Tuhan, dan setiap tarikan nafas membersihkan kita dari dosa dan kemaksiatan.Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada kekasih junjungan alam, Nabi besar Muhammad SAW, kelurga beliau yang disucikan, dan para sahabat serta tabi’in yang mengikuti jalan beliau dalam kecintaan.

Kita awali hari yang suci ini dengan membesarkan asma ilahi. Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar wa lillahil hamd. sehari yang lalu, di padang arafah, saudara-saudara kita yang berada di tanah suci, mengakui kelemahan dan kerendahan dirinya, memohonkan ampun atas setiap dosa yang diperbuatnya. Mengikuti jemaah haji, marilah kita sampaikan ‘arafah kita, kita sampaikan pengakuan kita di hadapan Allah swt:

Ya Allah, inilah kami, hamba-hamba-mu yang kau beri nikmat sebelum dan sesudah kau ciptakan kami. Kau jadikan kami di antara mereka yang mendapat petunjuk dalam agama-mu. Kau bimbing kami pada kebenaran-mu. Kau jaga kami dengan kekuasaan-mu. Kau arahkan kami untuk mencintai para kekasih-mu dan membenci para musuh-musuh-mu.Ya Allah, kemudian kau berikan kepada kami perintah, dan kami membangkang-mu. Kau cegah kami berbuat salah dan kami menentang-mu.

Kau larang kami dari berbuat maksiat kepada-mu dan kami lawan perintah-mu. Inilah kami di hadapan-mu, kecil, hina, dina, rendah dan ketakutan; mengakui setiap dosa besar  yang kami lakukan, dan kesalahan banyak yang sudah kami kerjakan. Kami berlindung pada maaf-mu; kami bersandar pada kasih-mu. Ampuni setiap dosa kami. Jadikan setiap langkah kami sesudah ini adalah langkah yang mendekatkan kami kepada-mu.Bersama kita di tanah suci, jemaah haji bergerak menuju mina. Mereka bersiap untuk melempar jumrah. Bersama mereka marilah kita lempari setan dengan batu-batu keimanan kita.

Dalam tafsir Al-Kabir, Al-Fakhr Al-Razi mengisahkan sebuah percakapan antara Tuhan dengan hamba-nya. Alkisah, Allah swt berfirman kepada hamba-nya, “wahai hamba-Ku, telah-Ku jadikan taman surga bagimu dan kaupun telah memperuntukkan tamanmu untuk-ku. Tapi renungkanlah, apakah telah kau lihat taman-ku sekarang ? apakah engkau sudah masuk ke dalamnya ?” si hamba berkata, “belum ya Robbi.” Allah berfirman lagi, “apakah Aku sudah masuk ke dalam taman mu?” si hamba menjawab, “sudah ya Robbi.”Allah kembali berfirman, “ketika engkau hampir masuk ke dalam surga-Ku, Aku keluarkan setan dari taman-Ku, semuanya untuk mempersiapkan kehadiranmu.

Aku berkata kepadanya, ‘keluarlah dari sini dalam keadaan hina dina.’ Aku keluarkan musuhmu sebelum kau masuk ke dalamnya.Sekarang apa yang kamu lakukan. Aku sudah berada di taman-mu tujuh puluh tahun. Mengapa belum juga kau keluarkan musuh-Ku?. Mengapa belum kau usir dia ?” si hamba berkata, “Tuhanku, engkau berkuasa mengeluarkan dia dari taman-mu. Tapi aku, seorang hamba yang rentan dan lemah. Aku tidak-Kuasa mengeluarkanya."Allah kemudian berfirman, “orang lemah akan menjadi kuat apabila ia memasuki perlindungan raja yang perkasa. Masuklah dalam perlindungan-Ku, sehingga engkau sanggup mengeluarkan setan dari taman hatimu.

Ucapkanlah a’udzu billahi minasy syaithan al-rajim. Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.”Kitalah hamba Allah yang disuruh untuk mengusir setan dari hati kita. Sebagaimana pada hari ini, para jemaah haji melempari jamrah untuk meneladani bagaimana Nabi Ibrahim mengusir setan-setan yang menggodanya, marilah kita lempari setan-setan yang bersemayam dalam hati kita, sehingga tentram Allah swt masuk ke dalamnya.Setelah melempar jumrah, jemaah haji di tanah suci kemudian berkurban. Ibadah kurban yang diawali dengan pengorbanan Nabi Ibrahim as adalah bentuk tertinggi dari kecintaan: bahwa demi menyembah Tuhan, segala bentuk kehendak diri harus ditiadakan.

Ibrahim as adalah seorang manusia, yang sangat mendambakan seorang putra. Ketika putra yang dinantikanya bertahun-tahun lahir ke dunia, Ibrahim diperintahkan untuk menyembelihnya.Ibrahim di hadapkan pada dua pilihan: mendahulukan kehendak dirinya atau menaati perintah Tuhannya. Ibrahim tahu, kecintaanya pada Tuhan tak akan tulus sebelum ia persembah-kan sesuatu yang sangat dicintainya. Bukankah Allah swt berfirman, “lan tanalul birra hatta tunfiqu mim ma tuhibbun…tidaklah sekali-kali kamu sampai pada kebaikan sebelum kamu berikan harta yang paling kamu cintai (QS. Ali Imran:92). Dan ismail adalah anak semata wayang Ibrahim, yang kepadanya tertumpah segenap kasih dan sayang Ibrahim as. Ia persembahkan putra yang sangat dicintainya, demi untuk membuktikan kecintaanya kepada Allah Swt.

Perjalanan para jemaah haji adalah potret kecil kehiduapan manusia. Dimulai dari arafah, maka hal pertama yang harus kita lakukan, adalah mengakui kelemahan dan kerendahan diri kita, di hadapan Allah swt. Kita akui segenap dosa kita, kita sampaikan permohonan taubat kita.Setelah pengakuan itu, jemaah haji kemudian berkurban.

Seolah-olah Allah swt ingin menyatakan bahwa pengakuan sejati, taubat yang tulus, hanya lah taubat yang disertai dengan keinginan untuk selalu mendahulukan kehendak Allah, untuk selalu manaati Allah dengan segenap kecintaan, dan meninggalkan keiginan-keinginan duniawi, meskipun untuk itu, sebagaimana Ibrahim, kita harus korbankan apa yang sangat kita cintai.Setelah itu, mulailah para jemaah haji mencukur rambutnya, mereka akhiri periode ihram mereka. Mereka bertahallul.

Jadilah mereka manusia yang dibersihkan dari dosa-dosanya. Jadilah mereka para haji yang kembali dalam keadaan suci, sebagaimana bayi yang baru dilahirkan ibunya. Kesucian hanya akan diperoleh setelah pengakuan dan pengorbanan.Setalah pengakuan dan pengorbanan, jamaah haji kembali pada kesucian. Begitu pula setiap insan, setelah pengakuan dan pengorbanan, mereka akan kembali pada kesucian. Jemaah haji kemudian bergerak menuju baitullah. Di sana mereka berputar mengitari rumah Tuhan. Pengakuan dan taubat yang sempurna-pengorbanan yang paripurna-adalah taubat dan pengorbanan yang diiringi dengan perputaran di seputar rumah Tuhan.

Dengan kata lain, taubat kita hanya akan diterima, pengorbanan kita hanya akan dikabulkan, sekiranya kita memelihara sisa umur kita untuk terus menerus berputar di sekitar rumah Tuhan. Jemaah haji yang memelihara kesucian, setelah seluruh ritus dan amalan, diperintahkan untuk mengemban sebuah kewajiban, untuk senantiasa menghabiskan hidupnya hanya dalam ketaatan kepada Tuhan, sebagaimana di tanah suci, setelah  ‘arafah, tahallul, dan kurban, mereka thawaf di seputar rumah Tuhan.Karena itu, apa pun yang kita lakukan, kita tidak menjauhi Tuhan. Kita persembahkan kekayaan kepada Tuhan dengan membagi-bagikannya kepada hamba-hamba-Nya yang memerlukan.

Bukankah dalam sebuah hadis qudsi, Allah swt berfirman, “Dekatilah aku di tengah orang-orang kecil di antara kamu. Temuilah aku di tengah orang-orang yang menderita.” Kita peruntukan kedudukan kepada Tuhan dengan menggunakanya untuk melindungi orang-orang yang lemah dan dilemahkan. Kita syukuri semua anugerah Tuhan kepada kita, dengan berusaha membahagiakan sesama manusia. Insya Allah, dengan begitu, kita bergabung dengan jemaah haji, yang memperoleh haji yang mabrur, sa’i yang masykur, dan usaha yang tidak pernah merugi.Dengan senantiasa berputar di sekitar rumah Tuhan. Kita menjalankan syukur yang sebenar-benarnya.

Dalam surat Al-Baqarah, Allah swt bercerita tentang tiga kelompok manusia: orang bertaqwa, orang kafir, orang munafik, adalah penyakit yang yang bersemayam dalam hati mereka. Penyakit itu ditandai dengan dusta yang mereka lakukan. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambahpenyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih karena dusta yang mereka lakukan.(QS. Al-Baqarah:10)Apa yang dimaksud dengan dusta ? berdusta bukan saja menyampaikan sesuatu yang bukan fakta. Berdusta dalam banyak ayat Al-Quran, ditandai dengan dua hal. pertama, kurangnya manusia mensyukuri nikmat Tuhanya.

Bukankah turun kepada kita surat Al-Rahman, yang menceritakan nikmat Tuhan yang tak terhingga, bukankah ada satu ayat yang paling sering dibaca berulang, “fabiayyi ala’I rabbikuma tukaddziban?” wahai jin dan manusia, nikmat Tuhan manakah yang akan kalian dustakan? Nikmat Tuhan yang manakah yang belum kalian syukuri ?Kedua, kata dusta dalam Al-Quran juga berarti meninggalkan sunnah dan ajaran Nabi. Kaddzabat tsamudu bitaghwaha, kaum tsamud telah mendustakan rasulnya karena kesesatan mereka (QS. Al-Syams;11); kaddzabat qoblahum qaumu nuhin wa’adin wa fir’aun dzul awtad, telah mendustakan para rasul sebelum mereka itu, kaum nuh ‘Ad, dan fir’aun yang mempunyai tentara yang banyak (QS.Shad;12).

Tidak-Kurang dari 70 ayat dalam Al-Quran bercerita tentang dusta yang dilakukan kaum-kaum terdahulu, yaitu perbuatan mereka yang meninggalkan sunnah yang diajarkan Nabi-Nabi mereka.Marilah kini kita lihat diri kita, seberapa banyak lagi sunnah Nabi yang masih kita ikuti? Apakah kita termasuk kedalam kelompok mereka yang mendustakan ajaran rasul-Nya? Menjelang wafatnya, Rasulullah saw bersabda, “aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, sekiranya kalian pegang teguh keduanya, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu kitab Allah, dan keluargaku, ahli baitku.” Apakah kita masih mendawamkan Al-Quran dalam keseharian hidup kita ? Apakah kita msih menjadikanya pedoman, untuk menuntun kebingungan kita? Ataukah kita hanya meletakkanya sebagai penghias ruangan muka.Kemanakah kini pusaka yang kedua? Keluarga suci yang dititipkan Nabi untuk umatnya? Tahukah kita siapa mereka? Pernahkah kita baca sejarah mereka agar menjadi cerminan hidup kita?

Sekiranya kita menjawab tidak untuk setiap pertanyaan itu, kembalilah ke ‘arafah, akuilah setiap kekurangan itu, kembalilah berkurban, tinggalkan seluruh kehidupan dunia, untuk kemudian kembali dan mengikuti ajaran Nabi dan keluarganya, setalah itu bercukurlah, dan mulailah untuk berputar di sekitar rumah Tuhan, dengan menghabiskan sisa usia kita, dalam syukur dan perkhidmatan, dengan senantiasa menjadikan Al-Quran dan kelurga suci Nabi sebagai pedoman.Marilah kini kita berdoa, semoga Allah yang Maha Kuasa, berkenan untuk memberikan karunia, menganugerahkan kita kemampuan, untuk senantiasa bertaubat dan berkurban, sehingga jadilah kita Ibrahim-ibrahim baru, yang menjawab setiap perintah Tuhan, dan melakukannya dengan penuh keikhlasan. Ya Allah, Tuhan kami, inilah hari yang penuh berkat dan keberuntungan.

Hari ini berkumpul kaum muslimin, memenuhi sudut-sudut bumi-mu, hadir di antara mereka, pemohon, peminta dan perindu. Ada di tengah-tengah mereka, yang kini berdiri ketakutan dan mengharapkan perlindunga-mu. Ya Allah, kami bermohon kepada-mu, Demi kemuran dan kebaikan-mu, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Gabungkan kami pada hari ini, dengan orang saleh yang berdoa kepada-mu.Ya Allah, angkatlah cobaanmu pada penduduk negeri ini. Terimalah taubat kami, dalam syukur dan pengorbanan kami.

Selamatkan kami dari adzab yang pedih, yang engkau turunkan dari atas kami, atau dari bawah kami, atau dengan perpecahan di antara kami. Ya Allah, sekiranya pada hari ini, engkau hanya menerima taubat orang yang berserah diri dan mengakui segala dosanya, demi keagungan-mu, kami berserah diri dan mengakui segala dosa kami. Ya Allah, sekiranya pada hari ini, engkau hanya menerima kurban orang yang senantiasa taat kepada-mu, demi kebesaran-mu kami bersumpah, untuk berusaha meghabiskan sisa usia kami, dalam peribadatan dan ketaatan kepada-mu.

Ya Allah, kami tidak akan mampu melakukan semua itu, kecuali karena kasih dan sayang-mu jua. Sampaikanlah salawat dan salam, kepada Muhammad junjungan alam, serta keluarganya yang di muliakan.

[Khotbah Idul Adha oleh Ustadz Haji Miftah F. Rakhmat di Lapangan AKPI, Jalan Kampus I, Bandung, Jumat, 22 Februari 2002/10 Dzulhijjah 1422 H]

Rabu, 14 September 2016 21:44

Esensi Iedul Adha dan Imam Husein As

Menjelang hari raya Iedul Adha, kaum muslimin berbondong-bondong menyambutnya dengan sambutan meriah. Walaupun memiliki kedudukan kedua setelah Iedul Fitri, namun untuk kaum faqir-miskin sebuah anugerah tak terkira dengan kiriman daging-daging segar yang mereka selama ini idamkan. Jangankan membeli daging, untuk makan sehari-hari saja mereka kebingungan.

Iedul Adha hari raya tanpa memberikan tekanan moral dan sosial, tidak seperti kakaknya Iedul Fitri. Tak perlu baju baru, bagi-bagi uang, memasak opor, bikin kue, THR, arus mudik atau arus balik.
Namun dibalik itu semua, Iedul Adha memiliki rahasia terpendam didalamnya. Rahasia sejarah, Tafsir, hadist dan falsafah kenapa terjadi setiap tahun Iedul Adha dengan mengorbankan Kambing , Sapi, Unta dan sejenisnya.

Allah Swt berfirman,
وفدیناه بذبح عظیم

Dan Kami tebus Hamba Shaleh itu dengan seekor sembelihan yang agung.

Beberapa Ahli tafsir, menafsirkan ayat diatas dengan Kambing atau Domba. Namun ada beberapa kejanggalan didalamnya, yaitu Allah swt memakai kata “Adhim” yang bermakna besar dan agung. Padahal Allah Swt mensifati dunia beserta isinya termasuk kambing, domba, gugusan bintang dan hal-hal bersifat kemateri-an lainnya dengan “Mata’un qalil”.

Allah Swt berfirman surat Al-Imran ayat 197 :

مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۚ وَبِئْسَ الْمِهَادُ

Itu (Dunia) hanyalah kesenangan Kecil (sementara), kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.

Allah Swt berfirman surat Al-Nisa ayat 77:

قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ

Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.
Allah swt berfirman Surat Al-Taubah ayat 38:

فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.

Logika Al-Quran mengatakan bahwa Dunia dengan segala gemerlapnya adalah kenikmatan sedikit. Termasuk didalamnya Kambing dan hewan ternak lainnya, karena mereka adalah bagian dari dunia itu sendiri.

Untuk itu tidak sepadan jika Tafsiran Tebusan agung itu dengan kambing yang notabene-nya lebih kecil dari dunia itu sendiri. Bahkan Manusia lebih mulia dari dunia beserta isinya, karena Allah Swt menciptakan dunia beserta isinya untuk Manusia semata; Agar manusia sampai kepada tujuan peciptaan.

Kemudian aktor yang mengatakan”Tebusan Agung “ disini adalah Allah swt sendiri. Sang maha agung menyifati dunia dengan kecil, dan mensifati kambing sebagai bagian dari gemerlap dunia dengan “Agung”. Maka, jika ahli tafsir ngotot bahwa “tebusan agung” itu adalah kambing, maka mereka harus menerima kontradiksi yang terjadi antara Dunia yang “kecil” dan Kambing bagian dari dunia tersebut sebagai “Agung”. Hingga, dari sisi manapun tebusan agung itu tidak bisa ditafsirkan dengan SEEKOR KAMBING.

Tebusan Agung itu adalah Imam Husein as

Syeikh Shaduq meriwayatkan dari Imam Ridha sebuah Hadist yang panjang menjelaskan Kronologis sesungguhnya dari penyembelihan Ismail oleh Ibrahim as.

Sebelum Allah Swt mengirim seekor kambing kepada Ibrahim as, Kekasih Allah Swt tersebut berharap benar-benar menyembelih putranya, sehingga mendapatkan pahala Ahli musibah dan dinaikan derajatnya oleh Allah swt.

Allah Swt bertanya kepada Ibrahim, “Wahai Ibrahim! Dari seluruh makhluk ciptaan-Ku, siapa yang engkau cintai? Ibrahim menjawab, Kekasihmu Muhammad saww makhluk yang paling aku cintai.”

Allah swt bertanya, “Engkau lebih mencintai siapa, dirimu atau Kekasihku Muhammad saww? Ibrahim as menjawab, Tentu saja aku lebih mencintai Muhammad saww, ketimbang diriku.”

Allah Swt kembali bertanya, “Anaknya lebih engkau cintai, ataukah anakmu? Ibrahim menjawab, Anaknya lebih aku cintai dari anaku.”

Allah Swt kembali bertanya, “Putranya terbunuh ditangan Musuh dengan disembelih lebih menyakitkan hatimu, ataukah kematian putramu disembelih oleh musuh-musuhnya?”
Ibrahim as menangis seraya menjawab,” Kematian Putranya ditangan Musuhnya dengan disembelih lebih menyakitkan hatiku.”

Allah Swt dengan lantang berkata, “Wahai Ibrahim, Sesungguhnya kelak Al-Husein putra kekasihku Muhammad saww akan disembelih oleh kaum yang mengaku umat dari Muhammad. “

Ibrahim pun ketika mendengar itu tidak kuasa menahan tangisan dan meratap Wa Huseinah…

(Khisal Syeikh Shaduq juz.1 hal.58-89/Kanzul Daqaiq, Muhammad Ridha Qummi juz.11 hal.171-172)

Telaah sanad dan penjelasan Hadist diatas:

1. Hadist diatas dari sisi sanad tidak memiliki masalah (cacat), perawinya tergolong terpecaya seperti: Abdul Wahid ibn Muhammad Ibn Abdu Naisyaburi (Ustadz dari Syeikh Shaduq ), Ali ibn Muhammad Qutaibah Naisyaburi (Sahabat Imam Ridha as), Fadhl Bin Syadzan (Sahabat Para Imam Maksum). Mereka semua tidak memiliki kecacatan sama sekali. (Thabaqat A’lamu Syia juz.1 hal.205)

2. Sepanjang sejarah kemanusiaan, sembelihan paling agung hanyalah Imam Husein as Putra dari Rasulullah saww, Ali as dan Sayidah Fatimah as, penghulu pemuda surga, ketika kecilnya ditimang oleh jibril as.

Iedul Adha dari satu sisi adalah kebahagiaan, karena Ismail tidak jadi disembelih, namun juga kesedihan karena ditebus dengan Sang Tebusan Agung Imam Husein as.

Untuk itu ketika kita hendak menyembelih kambing, sunnahnya memberikan si kambing air minum. 
Sejarah mencatat, ketika Imam Sajjad datang ketempat penyembelihan binatang kurban, beliau selalu mengulang-ulang kepada tukang jagal, sebelum disembelih, untuk memberikan air minum kepada hewan kurban tesebut.

Seraya menangis, "Ayahku Al-Husein disembelih dalam keadaan haus dengan mata kepalaku sendiri. Perlakukan mereka dengan baik, karena ayahku diperlakukan lebih buruk dari hewan ternak."

Ya Aba Abdillah Syafaatilah kami dan kedua orang tua kami.

یا وجیها عند الله اشفع لنا عند الله

[Abu Syirin Al-Hasan]

Sesuai dengan biografi resminya, Collis, yang bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Inggris tahun 1978 setelah menyelesaikan kuliah jurusan Bahasa Arab, lebih banyak ditugaskan di kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan.
Menurut Kantor Berita ABNA, berita masuk Islamnya duta besar Inggris untuk Arab Saudi beserta istri menjadi viral di Arab Saudi. Simon Collis adalah duta besar Inggris pertama yang memeluk agama Islam dan pada tahun yang sama langsung menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu berhaji di tanah suci.

Foto duta besar Inggris tersebut bersama istrinya Huda Mujarkech yang mengenakan pakaian ihram tersebar luas di media sosial dan menjadi trending topic di negeri kerajaan tersebut. Disebutkan yang pertama kali memosting foto tersebut di media sosial adalah akun twitter milik Fawsiah al Bakr dengan bubuhan keterangan, “Dubes Inggri untuk Arab Saudi melaksanakan haji setelah masuk Islam: Simon Collis dan Istrinya Huda di Mekkah.”

Dubes Collis dan istrinya menyampaikan terima kasih kepada Fawziah, seorang penulis dan aktivis, atas tweetnya tersebut, sebagaimana diberitakan situs Al-Marsad pada Selasa (13/9).

Sesuai dengan biografi resminya, Collis, yang bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Inggris tahun 1978 setelah menyelesaikan kuliah jurusan Bahasa Arab, lebih banyak ditugaskan di kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan.

Tugas diplomasi pertamanya di Bahrain dari tahun 1981-1984, kemudian menjadi Wakil Dubes Inggris di Tunisia dari 1988-1990, kemudian Wakil Dubes Inggris untuk Yordania tahun 1996-1999, kemudian Konjen Inggris untuk Dubai tahun 2000-2004, dan Konjen Inggris untuk Basra (Irak) tahun 2004-2005.

Sebelum ke Arab Saudi, Simon Collis pernah ditunjuk menjadi Dubes Inggris untuk Qatar tahun 2005-2007, kemudian Dubes untuk Suriah dari 2007-2012, dan Dubes untuk Irak tahun 2012-2014. Saat ini, Collis bertugas menjadi Dubes Inggris untuk Arab Saudi sejak Januari 2015.

Shalat bersama di Lucknow tersebut mengirimkan pesan kerukunan kepada dunia, bahwa Sunni dan Syiah dapat bersatu dan rukun dalam jamaah yang sama.

Menurut Kantor Berita ABNA, berdiri dalam satu jamaah muslim Sunni dan Syiah India melaksanakan shalat Idul Adha bersama pada senin (12/9) di kota Lucknow ibu kota negara bagian Uttar Pradesh, India.

Shalat Idul Adha Sunni-Syiah tersebut terselenggara di kompleks Bara Imambara, peninggalan arsitektur Dinasti Mughal. Mayoritas muslim di Lucknow beraliran Syiah. Imam Bara artinya Imam Dua Belas, aliran Syiah yang paling besar.

Shalat berjamaah Sunni-Syiah di Bara Imambara tidak hanya pada momen Idul Adha namun juga pada momen Idul Fitri. Shalat bersama tersebut mengirimkan pesan kerukunan kepada dunia, bahwa Sunni dan Syiah dapat bersatu dan rukun dalam jamaah yang sama. Usai penyelenggaraan shalat, para jamaah saling bersalaman dan berangkulan mengucapkan selamat hari raya. Pendeta Kristen dan Hindu juga berpartisipasi dalam acara tersebut dan menikmati makan bersama yang disajikan.

Rabu, 14 September 2016 21:35

Pesan Rahbar pada Hujaj

Pada malam haji, Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Sayyed Ali Khamenei menyampaikan pesan penting bagi umat Islam di seluruh dunia dan peziarah di Baitullah. Ziarah Ibrahim sebagai simbol martabat dan keagungan bangsa Islam melawan yang disebut pengganggu internasional dan menunjuk tragedi pahit Mina , kepada pemerintah dan negara-negara Islam dan menekankan : Dunia Islam , lebih luas dari pemerintahan maupun kaum Muslim dan mereka harus benar-benar mengenal penguasa Arab  karena banyaknya kejahatan yang dilakukan dalam konteks dunia Islam. Jangan mengabaikan mereka yang mengelola dua Mesjid Suci dan Haji berdasar ide dasar mereka.

Isi pesan Pemimpin Revolusi Islam

بسم اللّه الرّحمن الرّحیم

وَ الحَمدُ لِلّهِ رَبِّ العالَمین وَ صَلَّی اللّهُ عَلی سَیّدِنا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ الطَّیِّبینَ وَ صَحبِهِ المُنتَجَبین وَ مَن تَبِعَهُم بِاِحسانٍ اِلی یَومِ الدّین.

Saudara dan Saudari Muslim di Seluruh Dunia!

Musim Haji bagi umat Muslim, merupakan sebuah kehormatan dan kemuliaan di mata seluruh makhluk, dan musimnya cahaya hati, kerendahan hati, dan doa kepada sang pencipta. Haji merupakan ritual sakral dan duniawi, ilahi dan umat.pada perintah yang sama «فَاذکُرُوا اللّهَ کَذِکرِکُم ءابآءَکُم اَو اَشَدَّ ذِکرًا» (۲) و «وَ اذکُرُوا اللّهَ فی اَیّامٍ مَعدوداتٍ» (۳ dari sisi «اَلَّذی جَعَلناهُ لِلنّاسِ سَوآءَنِ العاکِفُ فیهِ pidato وَالباد» (۴)

Dimensi tak berbatas dan berbeda yang mencerahkan.

Dalam ritual spesial ini, ketentraman waktu dan tempat sebuah pertanda yang jelas layaknya bintang-bintang yang bersinar, memberikan ketentraman pada hati manusia, dan para Haji tidak dikepung oleh ketidak amanan dari pihak-pihak zalim, dan manusia selalu menarik dirinya dan menjauhi ketidak amanan dan ingin menikmati keselamatan dirinya dalam suatu periode tertentu.

Haji Ibrahimi menghadiahkan Islam kepada Umat Muslim. Lambang martabat, spiritualitas, kesatuan dan kemuliaan. Kebesaran umat muslim  dan ketergantungan mereka terhadap kekuatan ilahi menjadikan musuh-musuh yang dengki berusaha membuat umat islam jatuh ke limbah korupsi, penindasan,dan gangguan internasional dan mereka paksakan terhadap seluruh manusia. Haji merupakan simbol Islami dan Persatuan,  «اَشِدّآءُ عَلَی الکُفّارِ رُحَمآءُ بَینَهُم» (۵) bersih dari segala bentuk kemusyrikan, kasih sayang dan persatuan mukmin.

Mereka yang melakukan ziarah Haji, mengurangi pariwisata, serta menyembunyikan permusuhan dan kebencian mereka terhadap revolusioner bangsa Iran di bawah judul "politisasi haji".Penguasa Suadi tahun ini benar-benar menutup rumah tercinta ini bagi peziarah Iran, kesesatan yang tumbuh dan yang tersisa hanyalah kekuatan zhalim dalam pembelaan kekuatan arogan dunia. Dan mereka aliansi dengan Zionis dan Amerika dan berusaha untuk memenuhi tuntutan yang mereka ketahui bahwa didalamnya pasti ada pengkhianatan.

Sekarang sudah mendekati satu tahun dari kejadian mengerikan Mina, yang mana ribuan orang dihari eid dengan pakaian ihram, dibawah teriknya matahari dengan mulut yang kehausan, meninggal dalam keadaan terzalimi. Sesaat sebelumnya juga di Masjidil Haram kumpulan orang dalam keadaan ibadah, tawaf dan sholat terbantai. Penguasa Saudi atas kejadian ini menganggapnya sebagai bentuk kecelakaan. Ini adalah apa yang semua peserta dan pengamat dan analis teknis memiliki konsensus tentang itu, dan sebagian dari analisa akan prasangka adanya unsur kesengajaan atas kejadian tersebut .keterlambatan dan kegagalan mereka dalam menyelamatkan orang-orang yang terluka dan setengah sadar yang mana jiwa mereka sangat merindukan eid qurban yang tidak lepas dari mulut-mulut mereka dari zikir-zikir ilahi.pria-pria yang hatinya rusak dan pelaku kejahatan Suadi juga membuat mereka jadi korban,disimpan dalam kontainer tertutup  bahkan dipenjara bukannya dibantu memberikan pengobatan dan pertolongan dan akhirnya mereka syahid dalam keadaan haus.Ribuan keluarga dari negara-negara berbeda kehilangan orang yang mereka cintai dan rakyat mereka berduka. Dari Republik Islam Iran mendekati 500 orang yang syahid. Hati keluarga terluka dan bangsa bersedih.

 

Para penguasa Saudi bukannya meminta maaf dan menyesal atas insiden tersebut atau mengadili pelaku insiden tersebut. Dengan tidak malu dan berani, menolak pembentukan misi pencari fakta internasional islam. Dan alih-alih berdiri dan mengklaim musuh bebuyutannya Repulik Islam dan dengan bendera Islam dalam menghadapi ketidakpercayaan dan arogansi dengan menunjukkan kebencian dan kesemberonoan yang lebih banyak.

 

 

 

Trompet-terompet propaganda meraka dari para pemuka kanca perpolitikan yang kelakuannya di hadapan para Zionis dan Amerika membuat malu dunia Islam, sampai para pembuat Fatwa-fatwa pemakan haram dan tidak bertakwa yang secara jelas memberikan fatwa yang bertentangan dengan al Quran dan Sunnah, serta para penjilat-penjilat media yang bahkan  hati nurani keprofesionalan merekapun tidak dapat mencegah mereka dari memberikan kabar-kabar bohong dan palsu, keseluruhan dari mereka melakukan usaha yang sia-sia dalam menyudutkan Republik Islam Iran sebagai penyebab dari pengharamam Jemaah haji Iran oleh Arab Saudi pada musim haji tahun ini.

Para penguasa penyebar fitnah yang dengan membentuk dan mendukung kelompok-kelompok takfiri membuat dunia Islam jatuh dalam peperangan saudara, pembunahan manusia-manusia tidak berdosa dan menjadikan Yaman, Iraq, Libia dan lainnya tenggelam dalam genangan darah; sesungguhnya lupa akan adanya rencana besar Allah swt sehingga mereka dengan tenangnya berjabat tangan persahabatan dengan Rezim Zionis dan menutup mata dari para muslim Palestina serta memperluas kezaliman mereka ke kota dan desa Bahrain.

Para penguasa yang tidak beragama dan berperasaan yang menyebabkan tragedi besar Mina dengan menggunakan nama pengurus dua tempat suci (Mekah dan Madinah) sesungguhnya telah menodai kesucian tempat tersebut dengan mengorbankan para jamaah haji pada hari idul Adha dan hari sebelumnya di masjidil Haram, tidak cukup dengan itu merekapun saat ini berusaha untuk memisahkan kejadian ini dengan permasalahan politik dan menuduh orang lain atas dosa yang mereka lakukan atau targedi yang terjadi atas sebab kelalaian mereka. Dan merekalah contoh hakiki dari ayat al Quran yang berbunyi:

وَ اِذا تَوَلّیٰ سَعیٰ فِی الاَرضِ لِیُفسِدَ فیها وَ یُهلِکَ الحَرثَ وَ النَّسلَ وَ اللّهُ لا یُحِبُّ الفَساد * وَ اِذا قیلَ لَهُ اتَّقِ اللّهَ اَخَذَتهُ العِزَّةُ بِالاِثمِ فَحَسبُه‌و جَهَنَّمُ وَ لَبِئسَ المِهاد

Pada tahun ini sesuai dengan apa yang dilaporkan, selain pelarangan dan penentangan terhadap jamaah Haji Iran dan negara lain merekapun dengan bantuan alat-alat penyadap Amerika dan Rezim Zionis berusaha untuk mengkontrol dan menyadap seluruh pergerakan jamaah Haji dengan hal ini mereka telah menjadikan Baitullah menjadi tempat yang tidak aman bagi siapapun.

Dunia Islam, Negara maupun rakyat Muslim sudah seharusnya mengenal dengan jelas wajah asli dari para penguasa Arab Saudi. Kita semua harus benar-benar mengenal hakikat dari kekejaman, ketidak berimanan, matrealisme dan ketergantungan mereka terhadap dunia Barat; kita sama sekali tidak boleh melepaskan mereka atas kelukuan zalim yang telah merka lakukan pada dunia Islam; dan atas keluakuan zalim juga yang mereka lakukan terhadap tamu-tamu Ilahi kita bersama-sama harus benar-benar memikirkan bagaimana kelanjutan kepengurusan dua tempat suci Islam (Mekah dan Madinah). Kelalaian kita dalam kewajiban tersebut akan berdampak dan menyebabkan permasalahan yang lebih besar dalam dunia Islam.

Saudara dan saudari muslim di seluruh dunia!

Sangat disayangkan pada tahun ini jamaah Haji Iran yang penuh dengan keikhlasan dan kerinduan ibadah tidak ada di sisi Jamaah Haji dari negara-negara lain, akan tetapi hati dan perhatian mereka akan selalu berada dan menyertai jamaah Haji lainnya serta selalu menghawatirkan keadaan dan juga selalu mendoakan keselamatan jamaah Haji dari rencana busuk pohon thagut terlaknat.

Saudara dan saudari Irani mari kita bersama mendoakan dalam seluruh doa, ibadah dan munajah kita semoga Allah swt mengangkat seluruh permasalahan yang ada pada umat Islam di seluruh dunia serta semoga Allah swt menggagalkan rencana jahat dan menghancurkan seluruh negara-negara penjajah dan Rezim Zionis.

Minggu, 04 September 2016 20:53

Doa Kumail bin Ziyad ra

Doa Kumail bin Ziyad ra

Doa ini adalah salah satu doa yang sudah masyhur. Allamah Majlisi ra berkata, “Doa ini adalah doa yang terbaik. Doa ini adalah doa Nabi Khidhir as. Amirul Mukminin as telah menganjarkannya kepada Kumail, salah seorang sahabat khusus beliau. Doa ini dibaca pada malam nishfu Syakban dan malam Jumat. Doa ini sangat bermanfaat untuk menolak kejahatan musuh, membuka pintu rezeki, dan mengampuni dosa.”

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

 

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْ‏ءٍ، وَ بِقُوَّتِكَ الَّتِيْ قَهَرْتَ بِهَا كُلَّ شَيْ‏ءٍ، وَ خَضَعَ لَهَا كُلُّ شَيْ‏ءٍ، وَ ذَلَّ لَهَا كُلُّ شَيْ‏ءٍ، وَ بِجَبَرُوْتِكَ الَّتِيْ غَلَبْتَ بِهَا كُلَّ شَيْ‏ءٍ، وَ بِعِزَّتِكَ الَّتِيْ لاَ يَقُوْمُ لَهَا شَيْ‏ءٌ، وَ بِعَظَمَتِكَ الَّتِيْ مَلأَتْ كُلَّ شَيْ‏ءٍ، وَ بِسُلْطَانِكَ الَّذِيْ عَلاَ كُلَّ شَيْ‏ءٍ، وَ بِوَجْهِكَ الْبَاقِيْ بَعْدَ فَنَاءِ كُلِّ شَيْ‏ءٍ، وَ بِأَسْمَائِكَ الَّتِي مَلأَتْ أَرْكَانَ كُلِّ شَيْ‏ءٍ، وَ بِعِلْمِكَ الَّذِيْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْ‏ءٍ، وَ بِنُوْرِ وَجْهِكَ الَّذِي أَضَاءَ لَهُ كُلُّ شَيْ‏ءٍ. يَا نُوْرُ يَا قُدُّوْسُ، يَا أَوَّلَ اْلاَوَّلِيْنَ وَ يَا آخِرَ اْلاَخِرِينَ

Ya Allah, aku bermohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, dengan kekuatan-Mu yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu, kepadanya tunduk  segala sesuatu dan terhadapnya merasa hina segala sesuatu, dengan keagungan-Mu yang dengannya Engkau kalahkan segala sesuatu, dengan kemuliaan-Mu yang segala sesuatu tidak dapat melawannya, dengan kebesaran-Mu yang memenuhi segala sesuatu, dengan kerajaan-Mu yang lebih tinggi dari sesuatu, dengan Zat-Mu yang kekal setelah sirnanya segala sesuatu, dengan asma-Mu yang memenuhi tonggak segala sesuatu, dengan ilmu-Mu yang mencakup segala sesuatu, dan dengan cahaya Zat-Mu yang menyinari segala sesuatu. Wahai Nur, wahai Yang Mahasuci, wahai Yang Awal dari segala yang awal dan wahai Yang Akhir dari segala yang akhir

 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِي تَهْتِكُ الْعِصَمَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِي تُنْزِلُ النِّقَمَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِي تُغَيِّرُ النِّعَمَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِي تَحْبِسُ الدُّعَاءَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِي تُنْزِلُ الْبَلاَءَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي كُلَّ ذَنْبٍ أَذْنَبْتُهُ، وَ كُلَّ خَطِيئَةٍ أَخْطَأْتُهَا،

Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang dapat merobek-robek tirai penjagaan(ku). Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang dapat menyebabkan turunnya siksa. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang dapat merusak  karunia. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang dapat merintangi doa. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang dapat menurunkan malapetaka. Ya Allah,  ampunilah segala dosa yang pernah kulakukan dan setiap kesalahan yang pernah kukerjakan.

 

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَتَقَرَّبُ إِلَيْكَ بِذِكْرِكَ، وَ أَسْتَشْفِعُ بِكَ إِلَى نَفْسِكَ، وَ أَسْأَلُكَ بِجُوْدِكَ أَنْ تُدْنِيَنِيْ مِنْ قُرْبِكَ، وَ أَنْ تُوْزِعَنِيْ شُكْرَكَ، وَ أَنْ تُلْهِمَنِيْ ذِكْرَكَ،

Ya Allah, aku mendekatkan diri kepada-Mu dengan mengingat-Mu, aku memohon pertolongan kepada-Mu (untuk menuju)  ke haribaan-Mu, aku memohon kepada-Mu dengan kemurahan-Mu agar Kaudekatkan daku ke haribaan-Mu, mengajarkanku untuk bersyukur kepada-Mu dan membimbingku untuk selalu mengingat-Mu

 

 اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ سُؤَالَ خَاضِعٍ مُتَذَلِّلٍ خَاشِعٍ أَنْ تُسَامِحَنِيْ وَ تَرْحَمَنِيْ وَ تَجْعَلَنِيْ بِقِسْمِكَ رَاضِيًا قَانِعًا، وَ فِي جَمِيعِ اْلاَحْوَالِ مُتَوَاضِعًا،

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu laksana permohonan seorang hamba yang rendah diri, hina, dan penuh kekhusyukan agar Engkau memaafkan dan mengasihiku serta menjadikanku rela nan puas dengan pemberian-Mu dan rendah hati dalam setiap keadaan

 اَللَّهُمَّ وَ أَسْأَلُكَ سُؤَالَ مَنِ اشْتَدَّتْ فَاقَتُهُ، وَ أَنْزَلَ بِكَ عِنْدَ الشَّدَائِدِ حَاجَتَهُ، وَ عَظُمَ فِيْمَا عِنْدَكَ رَغْبَتُهُ، اَللَّهُمَّ عَظُمَ سُلْطَانُكَ وَ عَلاَ مَكَانُكَ وَ خَفِيَ مَكْرُكَ وَ ظَهَرَ أَمْرُكَ وَ غَلَبَ قَهْرُكَ وَ جَرَتْ قُدْرَتُكَ، وَ لاَ يُمْكِنُ الْفِرَارُ مِنْ حُكُومَتِكَ،

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu laksana permohonan orang yang telah terdesak oleh kesulitannya, yang hanya memohon keperluan kepada-Mu ketika ia ditimpa kesulitan dan yang besar dambaannya untuk meraih apa yang ada di sisi-Mu. Ya Allah, Mahaagung kerajaan-Mu, Mahatinggi kedudukan-Mu, selalu tersembunyi rencana-Mu, selalu tampak segala titah-Mu,  selalu menang kekuatan-Mu, selalu mendominasi kekuasaan-Mu dan tidak mungkin untuk lari dari (cengkeraman) kekuasaan-Mu

 

اَللَّهُمَّ لاَ أَجِدُ لِذُنُوْبِيْ غَافِرًا، وَ لاَ لِقَبَائِحِيْ سَاتِرًا، وَ لاَ لِشَيْ‏ءٍ مِنْ عَمَلِيَ الْقَبِيْحِ بِالْحَسَنِ مُبَدِّلاَ غَيْرَكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ وَ بِحَمْدِكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَ تَجَرَّأْتُ بِجَهْلِيْ وَ سَكَنْتُ إِلَى قَدِيمِ ذِكْرِكَ لِيْ وَ مَنِّكَ عَلَيَّ،

 Ya Allah, tidak kutemukan pengampun bagi dosa-dosakku, tidak pula

penutup bagi semua keburukanku dan tidak juga perubah kelakuanku yang buruk menjadi perbuatan baik melainkan Engkau. Tiada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau dan dengan segala puji kepada-Mu, aku telah menganiaya diriku, aku telah berani melanggar karena kebodohanku dan (meskipun demikian), aku masih merasa tenang karena Engkau masih selalu mengingatku dan melimpahkan karunia-Mu atas diriku

 

. اَللَّهُمَّ مَوْلاَيَ كَمْ مِنْ قَبِيْحٍ سَتَرْتَهُ، وَ كَمْ مِنْ فَادِحٍ مِنَ الْبَلاَءِ أَقَلْتَهُ (أَمَلْتَهُ)، وَ كَمْ مِنْ عِثَارٍ وَقَيْتَهُ، وَ كَمْ مِنْ مَكْرُوهٍ دَفَعْتَهُ، وَ كَمْ مِنْ ثَنَاءٍ جَمِيْلٍ لَسْتُ أَهْلاً لَهُ نَشَرْتَهُ،

Ya Allah, Maulaku, betapa banyak keburukan(ku) yang telah Kaututupi, betapa banyak malapetaka dahsyat yang telah Kauhindarkan, betapa banyak ketergelinciran (dosa) yang telah Kaujaga (dariku), betapa banyak malapetaka yang telah Kaugagalkan, dan betapa banyak pujian baik yang tak layak bagiku Kau anugerahkan.

 

اَللَّهُمَّ عَظُمَ بَلاَئِيْ، وَ أَفْرَطَ بِيْ سُوْءُ حَالِيْ، وَ قَصُرَتْ (قَصَّرَتْ) بِيْ أَعْمَالِيْ، وَ قَعَدَتْ بِيْ أَغْلاَلِيْ، وَ حَبَسَنِيْ عَنْ نَفْعِيْ بُعْدُ أَمَلِيْ (آمَالِيْ)، وَ خَدَعَتْنِي الدُّنْيَا بِغُرُورِهَا وَ نَفْسِيْ بِجِنَايَتِهَا (بِخِيَانَتِهَا) وَ مِطَالِيْ،

 Ya Allah, besar sudah bencanaku, berlebihan sudah keburukan keadaanku,

sedikit sekali amal-amalku, membebaniku belenggu-belenggu (dosa)ku, angan-angan panjang (duniawi) telah menahan segala keuntungan dariku dan dunia telah memperdayaku dengan tipuannya, hawa nafsuku dengan tindak penentangannya dan kelalaianku (untuk bertobat).

يَا سَيِّدِيْ فَأَسْأَلُكَ بِعِزَّتِكَ أَنْ لاَ يَحْجُبَ عَنْكَ دُعَائِيْ سُوْءُ عَمَلِيْ وَ فِعَالِيْ، وَ لاَ تَفْضَحْنِي بِخَفِيِّ مَا اطَّلَعْتَ عَلَيْهِ مِنْ سِرِّيْ، وَ لاَ تُعَاجِلْنِيْ بِالْعُقُوْبَةِ عَلَى مَا عَمِلْتُهُ فِي خَلَوَاتِيْ، مِنْ سُوْءِ فِعْلِيْ وَ إِسَاءَتِيْ، وَ دَوَامِ تَفْرِيْطِيْ وَ جَهَالَتِيْ، وَ كَثْرَةِ شَهَوَاتِيْ وَ غَفْلَتِي،

Wahai Tuanku, kumohon kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu agar

kejelekan amal dan perilakuku tidak merintangi doaku dari-Mu, jangan Kaupermalukan aku karena rahasia-rahasiaku yang hanya diketahui oleh-Mu dan jangan

Kau segerakan siksaan karena semua yang kukerjakan dalam kesendirianku, dari buruknya perbuatan dan kejahatanku, keterusmenerusanku dalam kealpaan (dosa) dan kebodohan serta banyaknya nafsu dan kelalaianku

 

وَ كُنِ اَللَّهُمَّ بِعِزَّتِكَ لِيْ فِيْ كُلِّ الأَحْوَالِ (فِي الأَحْوَالِ كُلِّهَا) رَؤُوْفًا، وَ عَلَيَّ فِيْ جَمِيْعِ الأُمُوْرِ عَطُوْفًا، إِلَهِيْ وَ رَبِّيْ، مَنْ لِيْ غَيْرُكَ أَسْأَلُهُ كَشْفَ ضُرِّيْ وَ النَّظَرَ فِيْ أَمْرِيْ،

 Ya Allah, dengan kemuliaan-Mu, sayangilah aku dalam segala suasana dan

kasihilah aku dalam segala urusan. Ilahi, Rabbi, siapa lagi bagiku selain Engkau yang dapat kumohon agar menguraikan jeratan tali deritaku dan memperhatikan urusanku.

 

إِلَهِيْ وَ مَوْلاَيَ، أَجْرَيْتَ عَلَيَّ حُكْمًا اتَّبَعْتُ فِيْهِ هَوَى نَفْسِيْ، وَ لَمْ أَحْتَرِسْ فِيْهِ مِنْ تَزْيِيْنِ عَدُوِّي، فَغَرَّنِيْ بِمَا أَهْوَى وَ أَسْعَدَهُ عَلَى ذَلِكَ الْقَضَاءُ فَتَجَاوَزْتُ بِمَا جَرَى عَلَيَّ مِنْ ذَلِكَ بَعْضَ (مِنْ نَقْضِ) حُدُودِكَ، وَ خَالَفْتُ بَعْضَ أَوَامِرِكَ، فَلَكَ الْحَمْدُ (الْحُجَّةُ) عَلَيَّ فِي جَمِيْعِ ذَلِكَ، وَ لاَ حُجَّةَ لِيْ فِيْمَا جَرَى عَلَيَّ فِيْهِ قَضَاؤُكَ وَ أَلْزَمَنِيْ حُكْمُكَ وَ بَلاَؤُكَ،

Ilahi, Maulaku, Engkau telah menentukan sebuah hukum dan perintah terhadapku yang aku lebih mementingkan hawa nafsuku darinya, dan berkenaan dengannya, aku tidak bertindak waspada terhadap tipuan  musuhku (hawa nafsu dan setan), lalu ia membujukku dengan hal-hal yang menggiurkan dan ketentuan (langit pun) menolongnya dalam hal ini sehingga aku berani melanggar sebagian ketentuan-ketentuan yang Kautetapkan bagiku dan menentang sebagian perintah-perintah-Mu. Maka, dalam semua (kelakuanku) itu Engkau memiliki dalih (untuk menjatuhkan hukuman) atasku, dan tiada alasan (lagi) bagiku (menolak) ketentuan (hukuman)-Mu atasku, dan (begitu juga) hukum dan bencana-Mu yang harus menimpaku.

وَ قَدْ أَتَيْتُكَ يَا إِلَهِيْ بَعْدَ تَقْصِيْرِي وَ إِسْرَافِيْ عَلَى نَفْسِيْ مُعْتَذِرًا نَادِمًا، مُنْكَسِرًا مُسْتَقِيْلاً، مُسْتَغْفِرًا مُنِيْبًا، مُقِرًّا مُذْعِنًا مُعْتَرِفًا، لاَ أَجِدُ مَفَرًّا مِمَّا كَانَ مِنِّيْ وَ لاَ مَفْزَعًا أَتَوَجَّهُ إِلَيْهِ فِيْ أَمْرِيْ غَيْرَ قَبُوْلِكَ عُذْرِيْ وَ إِدْخَالِكَ إِيَّايَ فِي سَعَةِ (سَعَةٍ مِنْ) رَحْمَتِكَ،

 Kini aku datang menghadap-Mu, ya Ilahi, setelah semua kecerobohan dan

kezalimanku atas diriku memohon maaf, mengungkapkan penyesalan, dengan hati luluh, merasa jera, mengharap ampunan, bertaubat, mengakui (kelalaian), menyadari (kecerobohan dan) menginsafi (kesalahan). Tiada kutemui

tempat melarikan diri dari dosa-dosa yang telah kulakukan dan tiada pula tempat berlindung agar kuterlepas dari noda dan beban melainkan Kaukabulkan permohonan ampunanku dan memasukkan daku dalam lautan rahmat-Mu.

 

اَللَّهُمَّ (إِلَهِيْ) فَاقْبَلْ عُذْرِيْ، وَ ارْحَمْ شِدَّةَ ضُرِّيْ، وَ فُكَّنِيْ مِنْ شَدِّ وَثَاقِيْ، يَا رَبِّ ارْحَمْ ضَعْفَ بَدَنِيْ، وَ رِقَّةَ جِلْدِيْ، وَ دِقَّةَ عَظْمِيْ، يَا مَنْ بَدَأَ خَلْقِيْ وَ ذِكْرِيْ وَ تَرْبِيَتِيْ وَ بِرِّيْ وَ تَغْذِيَتِي، هَبْنِيْ ِلابْتِدَاءِ كَرَمِكَ وَ سَالِفِ بِرِّكَ بِيْ،

Ya Allah, terimalah alasan (pengakuan)ku ini, kasihanilah beratnya kepedihanku dan bebaskanlah daku dari jeratan belengguku. Ya Rabbi, kasihanilah kelemahan tubuhku, kelembutan kulitku, dan kerapuhan tulangku. Wahai Zat yang mula-mula menciptakanku, menyebut dan mendidikku, memperlakukanku dengan baik dan memberiku kehidupan, berikanlah kepadaku (anugerah-Mu) karena karunia-Mu yang terdahulu dan perbuatan baik-Mu terhadapku (yang telah Kaulakukan terhadap diriku).

 

يَا إِلَهِيْ وَ سَيِّدِيْ وَ رَبِّيْ، أَ تُرَاكَ مُعَذِّبِيْ بِنَارِكَ بَعْدَ تَوْحِيْدِكَ، وَ بَعْدَ مَا انْطَوَى عَلَيْهِ قَلْبِيْ مِنْ مَعْرِفَتِكَ، وَ لَهِجَ بِهِ لِسَانِيْ مِنْ ذِكْرِكَ، وَ اعْتَقَدَهُ ضَمِيْرِيْ مِنْ حُبِّكَ، وَ بَعْدَ صِدْقِ اعْتِرَافِيْ وَ دُعَائِيْ خَاضِعًا لِرُبُوْبِيَّتِكَ،

Ya Ilahi, Tuanku dan Tuhanku, apakah Engkau akan menyiksaku dengan api-Mu

setelah aku mengesakan-Mu, setelah hatiku tenggelam dalam makrifat-Mu, setelah lidahku bergetar menyebut-Mu, setelah hatiku terikat cinta dengan-Mu, dan setelah segala ketulusan pengakuanku dan dan permohonanku seraya tunduk bersimpuh pada rububiyah-Mu?

 

هَيْهَاتَ أَنْتَ أَكْرَمُ مِنْ أَنْ تُضَيِّعَ مَنْ رَبَّيْتَهُ، أَوْ تُبْعِدَ (تُبَعِّدَ) مَنْ أَدْنَيْتَهُ، أَوْ تُشَرِّدَ مَنْ آوَيْتَهُ، أَوْ تُسَلِّمَ إِلَى الْبَلاَءِ مَنْ كَفَيْتَهُ وَ رَحِمْتَهُ،

 Tidak, Engkau terlalu mulia untuk  mencampakkan orang yang telah Kauayomi, menyisihkan orang yang telah Kaudekatkan, mengusir orang yang telah Kaunaungi, atau menjerumuskan ke jurang bencana orang yang telah Kaucukupi dan rahmati.

 

وَ لَيْتَ شِعْرِيْ يَا سَيِّدِيْ وَ إِلَهِيْ وَ مَوْلاَيَ، أَ تُسَلِّطُ النَّارَ عَلَى وُجُوْهٍ خَرَّتْ لِعَظَمَتِكَ سَاجِدَةً، وَ عَلَى أَلْسُنٍ نَطَقَتْ بِتَوْحِيْدِكَ صَادِقَةً وَ بِشُكْرِكَ مَادِحَةً، وَ عَلَى قُلُوْبٍ اعْتَرَفَتْ بِإِلَهِيْتِكَ مُحَقِّقَةً، وَ عَلَى ضَمَائِرَ حَوَتْ مِنَ الْعِلْمِ بِكَ حَتَّى صَارَتْ خَاشِعَةً، وَ عَلَى جَوَارِحَ سَعَتْ إِلَى أَوْطَانِ تَعَبُّدِكَ طَائِعَةً وَ أَشَارَتْ بِاسْتِغْفَارِكَ مُذْعِنَةً،

Aduhai diriku, wahai Tuanku, Ilahi dan Maulaku. Apakah Engkau akan melemparkan ke neraka wajah-wajah yang tunduk rebah karena kebesaran-Mu, lidah-lidah yang dengan tulus mengikrarkan keesaan-Mu dan dengan mensyukuri karunia-Mu ia memuji(-Mu), kalbu-kalbu yang dengan sepenuh hati mengakui ketuhanan-Mu, hati nurani yang dipenuhi dengan pengetahuan tentang-Mu sehingga ia bergetar ketakutan, dan anggota-anggota tubuh yang telah mematuhi untuk menjadi hamba-Mu  dan dengan merendah ia memohon ampunan-Mu? Tidak sedemikian itu dugaan (kami) pada-Mu, dan juga tidak demikian kami diberitahukan tentang kemuliaan-Mu, wahai Zat Yang Mulia, ya Tuhanku

 

مَا هَكَذَا الظَّنُّ بِكَ وَ لاَ أُخْبِرْنَا بِفَضْلِكَ عَنْكَ، يَا كَرِيمُ يَا رَبِّ أَنْتَ تَعْلَمُ ضَعْفِيْ عَنْ قَلِيْلٍ مِنْ بَلاَءِ الدُّنْيَا وَ عُقُوبَاتِهَا وَ مَا يَجْرِيْ فِيْهَا مِنَ الْمَكَارِهِ عَلَى أَهْلِهَا، عَلَى أَنَّ ذَلِكَ بَلاَءٌ وَ مَكْرُوهٌ قَلِيْلٌ مَكْثُهُ، يَسِيْرٌ بَقَاؤُهُ، قَصِيْرٌ مُدَّتُهُ، فَكَيْفَ احْتِمَالِيْ لِبَلاَءِ الاَخِرَةِ وَ جَلِيْلِ(حُلُوْلِ) وُقُوْعِ الْمَكَارِهِ فِيهَا، وَ هُوَ بَلاَءٌ تَطُوْلُ مُدَّتُهُ، وَ يَدُوْمُ مَقَامُهُ، وَ لاَ يُخَفَّفُ عَنْ أَهْلِهِ ِلاَنَّهُ لاَ يَكُوْنُ إِلاَ عَنْ غَضَبِكَ وَ انْتِقَامِكَ وَ سَخَطِكَ، وَ هَذَا مَا لاَ تَقُوْمُ لَهُ السَّمَاوَاتُ وَ اْلأَرْضُ،

Engkau mengetahui kelemahanku (untuk menanggung) malapetaka dunia dan siksa-siksanya serta kesusahan-kesusahan yang menimpa para penghuninya, padahal semua

malapetaka dan kesusahan itu singkat zamannya, sebentar lalunya, dan pendek masanya. Maka, apakah mungkin aku sanggup menanggung bencana akhirat  dan siksaan-siksaan yang dahsyat di sana? Sedangkan semua itu adalah bencana yang panjang masanya dan kekal, serta tidak akan diringankan bagi orang-orang yang berhak mendapatkannya, sebab semua itu terjadi karena murka, balasan, dan amarah-Mu. Inilah yang tidak dapat ditanggung oleh langit dan bumi

 

يَا سَيِّدِيْ فَكَيْفَ لِيْ (بِيْ) وَ أَنَا عَبْدُكَ الضَّعِيْفُ الذَّلِيلُ الْحَقِيْرُ الْمِسْكِيْنُ الْمُسْتَكِيْنُ، يَا إِلَهِيْ وَ رَبِّيْ وَ سَيِّدِيْ وَ مَوْلاَيَ، لأَيِّ الأَمُوْرِ إِلَيْكَ أَشْكُوْ، وَ لِمَا مِنْهَا أَضِجُّ وَ أَبْكِي، لأَلِيْمِ الْعَذَابِ وَ شِدَّتِهِ أَمْ لِطُوْلِ الْبَلاَءِ وَ مُدَّتِهِ، فَلَئِنْ صَيَّرْتَنِيْ لِلْعُقُوْبَاتِ مَعَ أَعْدَائِكَ وَ جَمَعْتَ بَيْنِيْ وَ بَيْنَ أَهْلِ بَلاَئِكَ وَ فَرَّقْتَ بَيْنِيْ وَ بَيْنَ أَحِبَّائِكَ وَ أَوْلِيَائِكَ،

Wahau Tuanku, bagaimana dengan diriku? Padahal aku adalah hamba-Mu yang lemah, rendah, hina, malang, dan papa. Ya Ilahi, Rabbi, Tuanku, dan Maulaku, kiranya urusan mana lagi yang dapat kuadukan kepada-Mu dan untuk urusan manakah aku mesti merintih dan menangis; untuk perihnya azab dan beratnya siksa, atau untuk lamanya derita dan langgengnya bencana? Sekiranya Engkau siksa aku bersama para musuh-Mu, Engkau kumpulkan aku bersama para penghuni siksa-Mu dan Engkau ceraikan aku dari para kekasih-Mu

 

فَهَبْنِيْ يَا إِلَهِيْ وَ سَيِّدِيْ وَ مَوْلاَيَ وَ رَبِّيْ صَبَرْتُ عَلَى عَذَابِكَ، فَكَيْفَ أَصْبِرُ عَلَى فِرَاقِكَ، وَ هَبْنِيْ (يَا إِلَهِيْ) صَبَرْتُ عَلَى حَرِّ نَارِكَ، فَكَيْفَ أَصْبِرُ عَنِ النَّظَرِ إِلَى كَرَامَتِكَ، أَمْ كَيْفَ أَسْكُنُ فِي النَّارِ وَ رَجَائِيْ عَفْوُكَ، فَبِعِزَّتِكَ يَا سَيِّدِيْ وَ مَوْلاَيَ أُقْسِمُ صَادِقًا، لَئِنْ تَرَكْتَنِيْ نَاطِقًا لأَضِجَّنَّ إِلَيْكَ بَيْنَ أَهْلِهَا ضَجِيْجَ الآمِلِينَ (الآلِمِينَ)، وَ لأَصْرُخَنَّ إِلَيْكَ صُرَاخَ الْمُسْتَصْرِخِينَ، وَ لأَبْكِيَنَّ عَلَيْكَ بُكَاءَ الْفَاقِدِينَ، وَ لأُنَادِيَنَّكَ أَيْنَ كُنْتَ يَا وَلِيَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، يَا غَايَةَ آمَالِ الْعَارِفِيْنَ، يَا غِيَاثَ الْمُسْتَغِيْثِيْنَ، يَا حَبِيبَ قُلُوبِ الصَّادِقِينَ، وَ يَا إِلَهَ الْعَالَمِينَ،

 anggaplah (dalam kondisi seperti ini), ya Ilahi, Tuanku, Maulaku dan Rabbi, aku dapat sabar menanggung siksa-Mu, mana mungkin aku mampu bersabar berpisah dari-Mu? Dan anggaplah aku dapat bersabar menahan panas api-Mu, mana mungkin aku dapat menutup mata dari memandang anugerah (ampunan)-Mu? Atau mana mungkin aku tinggal di neraka padahal harapanku hanyalah maaf-Mu? Maka, demi kemuliaan-Mu, wahai Tuanku dan Maulaku, aku bersumpah dengan tulus seandainya Engkau biarkan aku berbicara (di sana), niscaya aku akan merintih di tengah para penghuninya seperti rintihan mereka yang masih menyimpan harapan, aku akan menjerit di hadapan-Mu layaknya jeritan mereka yang memohon pertolongan, aku akan menangis di haribaan-Mu seperti tangisan mereka yang kehilangan (harapan), dan aku akan menyeru-Mu di manakah Engkau, wahai Pelindung Mukminin, wahai Puncak Harapan kaum ‘ârif, wahai Lindungan kaum yang memohon perlindungan, wahai Kekasih hati hamba-hamba yang tulus, dan wahai Tuhan semesta alam.

 

أَ فَتُرَاكَ سُبْحَانَكَ يَا إِلَهِيْ وَ بِحَمْدِكَ، تَسْمَعُ فِيهَا صَوْتَ عَبْدٍ مُسْلِمٍ سُجِنَ (يُسْجَنُ) فِيهَا بِمُخَالَفَتِهِ، وَ ذَاقَ طَعْمَ عَذَابِهَا بِمَعْصِيَتِهِ، وَ حُبِسَ بَيْنَ أَطْبَاقِهَا بِجُرْمِهِ وَ جَرِيرَتِهِ، وَ هُوَ يَضِجُّ إِلَيْكَ ضَجِيْجَ مُؤَمِّلٍ لِرَحْمَتِكَ، وَ يُنَادِيْكَ بِلِسَانِ أَهْلِ تَوْحِيْدِكَ، وَ يَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِرُبُوْبِيَّتِكَ، يَا مَوْلاَيَ فَكَيْفَ يَبْقَى فِي الْعَذَابِ وَ هُوَ يَرْجُوْ مَا سَلَفَ مِنْ حِلْمِكَ، أَمْ كَيْفَ تُؤْلِمُهُ النَّارُ وَ هُوَ يَأْمُلُ فَضْلَكَ وَ رَحْمَتَكَ، أَمْ كَيْفَ يُحْرِقُهُ لَهِيْبُهَا وَ أَنْتَ تَسْمَعُ صَوْتَهُ وَ تَرَى مَكَانَهُ، أَمْ كَيْفَ يَشْتَمِلُ عَلَيْهِ زَفِيْرُهَا وَ أَنْتَ تَعْلَمُ ضَعْفَهُ، أَمْ كَيْفَ يَتَقَلْقَلُ بَيْنَ أَطْبَاقِهَا وَ أَنْتَ تَعْلَمُ صِدْقَهُ، أَمْ كَيْفَ تَزْجُرُهُ زَبَانِيَتُهَا وَ هُوَ يُنَادِيْكَ يَا رَبَّهْ، أَمْ كَيْفَ يَرْجُوْ فَضْلَكَ فِي عِتْقِهِ مِنْهَا فَتَتْرُكُهُ (فَتَتْرُكَهُ) فِيْهَا، هَيْهَاتَ مَا ذَلِكَ الظَّنُّ بِكَ وَ لاَ الْمَعْرُوفُ مِنْ فَضْلِكَ وَ لاَ مُشْبِهٌ لِمَا عَامَلْتَ بِهِ الْمُوَحِّدِيْنَ مِنْ بِرِّكَ وَ إِحْسَانِكَ،

Mungkinkah persangkaan terhadap-Mu, (sedang) Engkau Mahasuci, ya Ilahi dan demi pujian terhadap-Mu, kala Engkau mendengar suara seorang hamba Muslim yang terkurung di dalam neraka karena keingkarannya, merasakan siksanya karena kedurhakaannya, ditahan di antara lapisan-lapisannya karena dosa dan kezalimannya, sedangkan ia merintih kepada-Mu seperti rintihan orang yang menharap rahmat-Mu, menyeru-Mu dengan lidah ahli tauhid-Mu dan bertawassul kepada-Mu dengan (perantara) ketuhanan-Mu (lalu Engkau membiarkannya menderita sendirian)?! Ya Maulaku, bagaimana mungkin ia kekal dalam siksa sedangkan ia selalu mengharap karunia-Mu yang telah (terlimpahkan selalu)?Bagaimana mungkin api neraka menyakitinya sedangkan ia selalu mendambakan anugrah dan rahmat-Mu? Mana mungkin jilatannya menghanguskannya padahal Engkau dengar suaranya dan lihat

posisinya? Bagaimana mungkin kobarannya mengurungnya sedangkan Engkau mengetahui kelemahannya? Mana mungkin ia tergelapar-gelepar di dalamnya sedangkan Engkau mengetahui kejujurannya? Bagaimana mungkin Malaikat Zabâniyah (penjaga neraka) mengenyahkannya sedangkan ia menyeru-Mu, “Ya Rabbî”? Bagaimana mungkin ia mengharapkan anugerah-Mu untuk membebaskannya dari (sengatan api)nya lalu Kaubiarkan ia di dalamnya? Tidak, tidak demikianlah persangkaanku terhadap-Mu, bukan yang telah dikenal dari anugerah-Mu dan bukan pula seperti kebaikan-Mu yang pernah Kauperlakukan orang-orang yang bertauhid dengannya

 

فَبِالْيَقِيْنِ أَقْطَعُ لَوْلاَ مَا حَكَمْتَ بِهِ مِنْ تَعْذِيْبِ جَاحِدِيْكَ وَ قَضَيْتَ بِهِ مِنْ إِخْلاَدِ مُعَانِدِيْكَ لَجَعَلْتَ النَّارَ كُلَّهَا بَرْدًا وَ سَلاَمًا وَ مَا كَانَ (كَانَتْ) ِلأَحَدٍ فِيْهَا مَقَرًّا وَ لاَ مُقَامًا (مَقَامًا)، لَكِنَّكَ تَقَدَّسَتْ أَسْمَاؤُكَ أَقْسَمْتَ أَنْ تَمْلأَهَا مِنَ الْكَافِرِينَ، مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ أَجْمَعِينَ، وَ أَنْ تُخَلِّدَ فِيْهَا الْمُعَانِدِيْنَ، وَ أَنْتَ جَلَّ ثَنَاؤُكَ قُلْتَ مُبْتَدِئا وَ تَطَوَّلْتَ بِاْلإَنْعَامِ مُتَكَرِّما، أَ فَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لاَ يَسْتَوُوْنَ،

 Dengan penuh keyakinan aku berani bersumpah, kalau bukan karena keputusan-Mu untuk menyiksa orang-orang yang mengingkari-Mu dan ketetapan dari-Mu untuk mengekalkan orang-orang yang melawan-Mu (di dalam neraka), niscaya Kaujadikan seluruh neraka sejuk dan damai serta ia tidak akan menjadi tempat tinggal bagi siapa pun. Tetapi, Mahakudus asma-Mu, Engkau telah bersumpah untuk memenuhinya dengan orang-orang kafir dari golongan jin dan manusia seluruhnya dan mengekalkan kaum durhaka di dalamnya. Engkau, sungguh agung pujian-Mu, Engkau telah berfirman sebelumnya dan telah memberikan anugerah (kepada seluruh makhluk) bahwa “apakah orang yang Mukmin itu sama dengan orang yang durjana (fasik)? (Sungguh) mereka itu tidak sama!”

 

إِلَهِيْ وَ سَيِّدِيْ فَأَسْأَلُكَ بِالْقُدْرَةِ الَّتِيْ قَدَّرْتَهَا، وَ بِالْقَضِيَّةِ الَّتِيْ حَتَمْتَهَا وَ حَكَمْتَهَا، وَ غَلَبْتَ مَنْ عَلَيْهِ أَجْرَيْتَهَا، أَنْ تَهَبَ لِيْ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَ فِيْ هَذِهِ السَّاعَةِ كُلَّ جُرْمٍ أَجْرَمْتُهُ وَ كُلَّ ذَنْبٍ أَذْنَبْتُهُ وَ كُلَّ قَبِيْحٍ أَسْرَرْتُهُ وَ كُلَّ جَهْلٍ عَمِلْتُهُ، كَتَمْتُهُ أَوْ أَعْلَنْتُهُ، أَخْفَيْتُهُ أَوْ أَظْهَرْتُهُ، وَ كُلَّ سَيِّئَةٍ أَمَرْتَ بِإِثْبَاتِهَا الْكِرَامَ الْكَاتِبِيْنَ الَّذِيْنَ وَكَّلْتَهُمْ بِحِفْظِ مَا يَكُوْنُ مِنِّيْ وَ جَعَلْتَهُمْ شُهُودًا عَلَيَّ مَعَ جَوَارِحِيْ وَ كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيَّ مِنْ وَرَائِهِمْ وَ الشَّاهِدَ لِمَا خَفِيَ عَنْهُمْ، وَ بِرَحْمَتِكَ أَخْفَيْتَهُ، وَ بِفَضْلِكَ سَتَرْتَهُ،

Ya Ilahi, wahai Tuanku, aku memohon kepada-Mu dengan kodrat yang telah Kautentukan dan dengan qadhâ` yang telah Kautetapkan dan putuskan, serta Engkau pasti dapat mengalahkan orang dikenainya, agar Engkau mengampuni di malam dan saat ini juga setiap nista yang pernah kulakukan, setiap dosa yang pernah kukerjakan, setiap keburukan yang pernah kurahasiakan, setiap kebodohan yang pernah kulakukan; yang kusembunyikan atau kutampakkan, kututupi atau kutunjukkan, dan setiap kejelekan yang telah Engkau suruh para malaikat yang mulia untuk mencatatnya; mereka yang telah Kautugaskan untuk merekam segala yang ada padaku,

Kaujadikan mereka saksi-saksi bersama seluruh anggota badanku, sedangkan Engkau sendiri menjadi pengawas (segala perilaku)ku di belakang mereka dan saksi bagi apa yang tidak terpantau oleh mereka. Dengan rahmat-Mu Engkau telah menyembunyikan (keburukan-keburukan) itu dan dengan karunia-Mu Engkau telah menutupinya;

 

وَ أَنْ تُوَفِّرَ حَظِّيْ مِنْ كُلِّ خَيْرٍ أَنْزَلْتَهُ (تُنْزِلُهُ)، أَوْ إِحْسَانٍ فَضَّلْتَهُ (تُفَضِّلُهُ)، أَوْ بِرٍّ نَشَرْتَهُ (تَنْشُرُهُ)، أَوْ رِزْقٍ بَسَطْتَهُ (تَبْسُطُهُ)، أَوْ ذَنْبٍ تَغْفِرُهُ، أَوْ خَطَإٍ تَسْتُرُهُ،

dan agar Engkau memperbanyak bagianku dari setiap kebaikan yang Engkau turunkan, dari setiap karunia yang Kaulimpahkan, dari setiap keberuntungan yang Kausebarkan, dari setiap rezeki yang Kaucurahkan, dari setiap dosa yang Kauampuni, atau dari setiap kesalahan yang Kaututupi

 

يَا رَبِّ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، يَا إِلَهِيْ وَ سَيِّدِيْ وَ مَوْلاَيَ وَ مَالِكَ رِقِّيْ، يَا مَنْ بِيَدِهِ نَاصِيَتِيْ، يَا عَلِيمًا بِضُرِّيْ (بِفَقْرِي) وَ مَسْكَنَتِيْ، يَا خَبِيْرًا بِفَقْرِيْ وَ فَاقَتِيْ،

 Ya Rabbi, ya Rabbi, ya Rabbi,  ya Ilahi, wahai Tuanku, wahai Maulaku, wahai Pemilik ikhtiarku, wahai Zat yang di tangan-Nya ubun-ubunku, wahai Zat yang mengetahui kesengsaraan dan kemalanganku, wahai Zat yang mengetahui kefakiran dan kepapaanku,

يَا رَبِّ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، أَسْأَلُكَ بِحَقِّكَ وَ قُدْسِكَ، وَ أَعْظَمِ صِفَاتِكَ وَ أَسْمَائِكَ، أَنْ تَجْعَلَ أَوْقَاتِيْ مِنَ (فِي) اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ بِذِكْرِكَ مَعْمُوْرَةً، وَ بِخِدْمَتِكَ مَوْصُوْلَةً، وَ أَعْمَالِيْ عِنْدَكَ مَقْبُوْلَةً حَتَّى تَكُونَ أَعْمَالِيْ وَ أَوْرَادِيْ (إِرَادَتِيْ) كُلُّهَا وِرْدًا وَاحِدًا وَ حَالِيْ فِيْ خِدْمَتِكَ سَرْمَدًا،

 ya Rabbi, ya Rabbi, ya Rabbi, aku memohon kepada-Mu demi kebenaran dan kesucian-Mu, demi sifat-sifat dan

asma-Mu yang agung, jadikanlah waktu malam dan siangku dipenuhi oleh mengingat-Mu dan senantiasa berkhidmat kepada-Mu, dan

amal-amalku diterima di sisi-Mu sehingga seluruh perbuatan dan ucapanku menyatu (demi Engkau) dan keadaanku selalu berbakti kepada-Mu untuk selamanya.

 

يَا سَيِّدِيْ يَا مَنْ عَلَيْهِ مُعَوَّلِيْ، يَا مَنْ إِلَيْهِ شَكَوْتُ أَحْوَالِيْ، يَا رَبِّ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، قَوِّ عَلَى خِدْمَتِكَ جَوَارِحِيْ، وَ اشْدُدْ عَلَى الْعَزِيْمَةِ جَوَانِحِيْ، وَ هَبْ لِيَ الْجِدَّ فِي خَشْيَتِكَ وَ الدَّوَامَ فِي اْلإِتِّصَالِ بِخِدْمَتِكَ، حَتَّى أَسْرَحَ إِلَيْكَ فِي مَيَادِيْنِ السَّابِقِيْنَ وَ أُسْرِعَ إِلَيْكَ فِي الْبَارِزِيْنَ (الْمُبَادِرِيْنَ)، وَ أَشْتَاقَ إِلَى قُرْبِكَ فِي الْمُشْتَاقِينَ، وَ أَدْنُوَ مِنْكَ دُنُوَّ الْمُخْلِصِيْنَ، وَ أَخَافَكَ مَخَافَةَ الْمُوْقِنِينَ، وَ أَجْتَمِعَ فِيْ جِوَارِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ،

Wahai Tuanku, wahai Tempat tumpuan (hidup)ku, wahai Zat yang kepada-Nya kuadukan keadaanku, ya Rabbi, ya Rabbi, ya Rabbi, kokohkanlah  anggota badanku untuk berkhidmat kepada-Mu, teguhkanlah hatiku untuk melaksanakan niatku, dan anugerahkanlah kepadaku kesungguhan untuk takut kepada-Mu dan senantiasa

berbakti kepada-Mu sehingga aku dapat bergegas menuju-Mu bersama para pendahulu, berlari kepada-Mu bersama orang-orang yang berpacu,  merindukan untuk dekat ke (haribaan)-Mu bersama orang-orang yang merindukan-Mu, mendekat kepada-Mu bak dekatnya orang-orang yang yang tulus, takut kepada-Mu bak takutnya orang-orang yang yakin, dan berkumpul di haribaan-Mu bersama mukminin

 

اَللَّهُمَّ وَ مَنْ أَرَادَنِيْ بِسُوْءٍ فَأَرِدْهُ وَ مَنْ كَادَنِيْ فَكِدْهُ، وَ اجْعَلْنِيْ مِنْ أَحْسَنِ عَبِيْدِكَ نَصِيْبًا عِنْدَكَ وَ أَقْرَبِهِمْ مَنْزِلَةً مِنْكَ وَ أَخَصِّهِمْ زُلْفَةً لَدَيْكَ، فَإِنَّهُ لاَ يُنَالُ ذَلِكَ إِلاَّ بِفَضْلِكَ، وَ جُدْ لِيْ بِجُودِكَ، وَ اعْطِفْ عَلَيَّ بِمَجْدِكَ، وَ احْفَظْنِيْ بِرَحْمَتِكَ،

 Ya Allah, sesiapa bermaksud buruk kepadaku, balaslah ia dan sesiapa ingin memperdayakanku, perdayakanlah ia, jadikanlah aku hamba-Mu yang paling baik

nasibnya di sisi-Mu, yang paling dekat kedudukannya dengan-Mu, dan yang paling paling istimewa tempatnya di dekat-Mu; karena semua itu tidak akan tercapai kecuali dengan karunia-Mu, limpahkanlah kemurahan-Mu padaku, sayangilah aku dengan keagungan-Mu, jagalah diriku dengan rahmat-Mu

 

وَ اجْعَلْ لِسَانِيْ بِذِكْرِكَ لَهِجًا، وَ قَلْبِيْ بِحُبِّكَ مُتَيَّمًا، وَ مُنَّ عَلَيَّ بِحُسْنِ إِجَابَتِكَ، وَ أَقِلْنِيْ عَثْرَتِيْ، وَ اغْفِرْ زَلَّتِي، فَإِنَّكَ قَضَيْتَ عَلَى عِبَادِكَ بِعِبَادَتِكَ، وَ أَمَرْتَهُمْ بِدُعَائِكَ، وَ ضَمِنْتَ لَهُمُ اْلإِجَابَةَ،

 gerakkanlah lidahku untuk selalu berzikir kepada-Mu dan penuhilah kalbuku

dengan cinta kepada-Mu, anugrahkanlah kepadaku ijabah-Mu yang baik, dan ampunilah ketergelinciranku. Sungguh Engkau telah mewajibkan kepada hamba-hamba-Mu untuk beribadah kepada-Mu dan Engkau perintahkan mereka untuk berdoa kepada-Mu, serta Engkau menjamin kepada mereka untuk mengabulkannya

 

فَإِلَيْكَ يَا رَبِّ نَصَبْتُ وَجْهِيْ، وَ إِلَيْكَ يَا رَبِّ مَدَدْتُ يَدِيْ، فَبِعِزَّتِكَ اسْتَجِبْ لِيْ دُعَائِيْ، وَ بَلِّغْنِيْ مُنَايَ، وَ لاَ تَقْطَعْ مِنْ فَضْلِكَ رَجَائِيْ، وَ اكْفِنِي شَرَّ الْجِنِّ وَ اْلإِنْسِ مِنْ أَعْدَائِيْ،

 Maka, kepada-Mu, ya Rabbi, kini kuhadapkan wajahku dan kepada-Mu, ya Rabbi,

kupanjatkan tanganku. Maka, demi kemuliaan-Mu, perkenankanlah doaku, sampaikan daku kepada cita-citaku, jangan Kauputuskan harapanku akan karunia-Mu, dan lindungilah aku dari kejahatan jin dan manusia musuh-musuhku

 

يَا سَرِيْعَ الرِّضَا، اغْفِرْ لِمَنْ لاَ يَمْلِكُ إِلاَّ الدُّعَاءَ، فَإِنَّكَ فَعَّالٌ لِمَا تَشَاءُ، يَا مَنِ اسْمُهُ دَوَاءٌ وَ ذِكْرُهُ شِفَاءٌ وَ طَاعَتُهُ غِنًى، ارْحَمْ مَنْ رَأْسُ مَالِهِ الرَّجَاءُ، وَ سِلاَحُهُ الْبُكَاءُ، يَا سَابِغَ النِّعَمِ، يَا دَافِعَ النِّقَمِ، يَا نُورَ الْمُسْتَوْحِشِينَ فِي الظُّلَمِ، يَا عَالِمًا لاَ يُعَلَّمُ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ، وَ افْعَلْ بِيْ مَا أَنْتَ أَهْلُهُ.

 Wahai Zat yang Mahacepat rida-Nya, ampunilah hamba yang tidak memiliki apa pun kecuali doa, karena Engkau akan melakukan apa yang Kaukehendaki. Wahai Yang asma-Nya adalah obat, mengingat-Nya adalah penyembuh, dan ketaatan-Nya adalah kekayaan, kasihanilah hamba yang modal utamanya hanya harapan dan senjatanya adalah tangisan. Wahai Penabur karunia, wahai Penolak bencana, wahai Cahaya (yang menerangi) mereka yang terhempas dalam kegelapan, wahai Yang Mahatahu tanpa diberitahu, sampaikanlah Muhammad dan keluarga Muhammad, dan lakukanlah atas diriku apa yang layak bagi-Mu.

 

 وَ صَلَّى اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ وَ الاَئِمَّةِ الْمَيَامِيْنِ مِنْ آلِهِ (أَهْلِهِ) وَ سَلَّمَ تَسْلِيمًا (كَثِيرًا)

limpahkanlah salawat-Mu atas  semoga Allah selalu mencurahkan salawat dan salam atas Rasul-Nya dan para imam yang mulia dari kalangan keluarganya.

 

Minggu, 04 September 2016 20:52

Hari Arafah dan Amalannya

 

Hari ke-9 Zulhijjah (Hari Arafah) dan Amalannya

Walaupun tidak disebut hari raya tapi hari ini termasuk hari raya dari hari-hari raya yang besar, yaitu di hari ketika Allah mengajak hamba-hamba-Nya untuk beribadah dan taat kepada-Nya serta Allah melapangkan kebaikan dan kedermawanan-Nya. Pada hari ini juga, setan tercela, terkucil, hina dan marah lebih dari hari-hari yang lain. Diriwayatkan bahwa Imam Zainul Abidin as mendengar seorang pengemis meminta kepada orang, lalu beliau mengatakan kepadanya, ”Celaka kamu, kamu meminta kepada selain Allah pada hari ketika janin pada rahim ibu mengharap agar dapat meliputinya keutamaan-Nya sehingga dia beruntung.”

Pada hari ini ada beberapa amalan:

Pertama, mandi.

Kedua, ziarah kepada Imam Husain as. Ganjaran ziarahnya seperti seribu kali haji, seribu kali umrah, seribu kali jihad bahkan lebih dari itu. Hadis yang menyebutkan keutamaan ziarah kepadanya pada hari ini cukup mutawatir. Sesiapa yang dapat kesempatan berziarah kepadanya pada hari ini dan hadir di bawah kubahnya yang suci, itu tidak kurang pahalanya daripada orang yang hadir di Arafah bahkan lebih dari itu.

Ketiga, salat dua rakaat setelah salat asar dan sebelum memulai membaca doa Arafah dengan beratapkan langit dan mengakui kepada Allah dosa-dosanya supaya dapat beruntung dengan mendapatkan pahala Arafah dan diampuni dosa-dosanya. Kemudian memulai amalan Arafah dan doa-doanya yang telah diriwayatkan dari para Imam suci as seperti doa Arafah dari Imam Husain di bawah ini.

Dalam al-Mishbah Kaf’ami mengatakan, disunnahkan untuk puasa pada hari ini apabila tidak membuat ia letih untuk berdoa dan mandi sebelum zawal lalu berziarah kepada Imam Husain as pada hari dan malam hari ini. Ketika zawal telah tiba, bersegeralah salat zuhur dan asar dengan beratapkan langit dengan memperindah rukuknya dan sujudnya. Setelah selesai, lalu salat dua rakaat. Pada rakaat pertama setelah membaca al-Fatihah, lalu membaca surah al-Ikhlash (al-Tawhid), sedangkan pada rakaat kedua setelah al-Fatihah, membaca surat al-Kâfirun. Kemudian salat lagi empat rakaat. Masing-masing membaca al-Fatihah (sekali) dan al-Ikhlas 50 kali.

Dari sekian doa yang dianjurkan untuk dibaca pada hari ini adalah doa Imam Husain as. Diriwayatkan dari Basyar dan Basyir bin Ghalib Asady, mereka berkata, “Saat itu kami bersama Imam Husain bin Ali as pada sore hari Arafah. Beliau keluar dari kemahnya dengan sangat khusuk. Beliau berjalan lambat-lambat hingga beliau dan keluarganya, anak-anaknya dan budak-budaknya berhenti di hamparan kaki gunung dengan menghadap ke kiblat. Kemudian beliau mengangkat tangannya seperti seorang pengemis yang sedang memelas iba, lalu membaca:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَيْسَ لِقَضَائِهِ دَافِعٌ، وَ لاَ لِعَطَائِهِ مَانِعٌ، وَ لاَ كَصُنْعِهِ صُنْعُ صَانِعٍ، وَ هُوَ الْجَوَادُ الْوَاسِعُ فَطَرَ أَجْنَاسَ الْبَدَائِعِ وَ أَتْقَنَ بِحِكْمَتِهِ الصَّنَائِعَ، لاَ تَخْفَى عَلَيْهِ الطَّلاَئِعُ، وَ لاَ تَضِيْعُ عِنْدَهُ الْوَدَائِعُ، (أََتَى بِالْكِتَابِ الْجَامِعِ، وَ بِشَرْعِ الْإِسْلاَمِ النُّوْرِ السَّاطِعِ، وَ لِلْخَلِيْقَةِ صَانِعٌ، وَ هُوَ الْمُسْتَعَانُ عَلَى الْفَجَائِعٌ)، جَازِيْ كُلِّ صَانِعٍ، وَ رَائِشُ كُلِّ قَانِعٍ، وَ رَاحِمُ كُلِّ ضَارِعٍ، وَ مُنْزِلُ الْمَنَافِعِ وَ الْكِتَابِ الْجَامِعِ بِالنُّورِ السَّاطِعِ، وَ هُوَ لِلدَّعَوَاتِ سَامِعٌ، وَ لِلْكُرُبَاتِ دَافِعٌ، وَ لِلدَّرَجَاتِ رَافِعٌ، وَ لِلْجَبَابِرَةِ قَامِعٌ، فَلاَ إِلَهَ غَيْرُهُ وَ لاَ شَيْئَ يَعْدِلُهُ وَ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ وَ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ،

Segala puji bagi Allah yang tiada seorang pun dapat menolak ketentuan-Nya, mencegah pemberian-Nya, dan tak ada seorang pun dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya. Dialah Allah Yang Maha Pemurah menciptakan segala jenis ciptaan dengan hikmah-Nya secara sempurna, tidak akan samar kepada-Nya setiap yang rahasia, tidak akan disia-siakan setiap titipan yang dititipkan kepada-Nya, (Datang dengan kitab yang menyeluruh dan dengan syariat Islam yang terang benderang dan yang menciptakan makhluk dan Dialah penolong pada setiap kesusahan] membalas setiap yang berbuat, mencukupkan setiap yang kanaah (merasa cukup) menyayangi setiap yang merendah (hati), menurunkan setiap yang bermanfaat dan kitab yang terkumpul (di dalamnya segala urusan) dengan cahaya yang terang benderang. Dialah Allah yang mendengar setiap doa, menolak setiap bencana, mengangkat setiap derajat, menghempaskan setiap yang sombong. Tidak ada tuhan selain Dia, tiada sesuatu pun menyamai-Nya, tiada sesuatu pun menyerupai-Nya, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat, Mahahalus, Maha Mengetahui dan Mahakuasa atas segala sesuatu

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَرْغَبُ إِلَيْكَ وَ أَشْهَدُ بِالرُّبُوْبِيَّةِ لَكَ مُقِرًّا (مُقِرٌّ) بِأَنَّكَ رَبِّيْ وَ أَنَّ إِلَيْكَ مَرَدِّيْ، ابْتَدَأْتَنِيْ بِنِعْمَتِكَ قَبْلَ أَنْ أَكُوْنَ شَيْئًا مَذْكُوْرًا وَ خَلَقْتَنِيْ مِنَ التُّرَابِ ثُمَّ أَسْكَنْتَنِي الْأََصْلَابَ آمِنًا لِرَيْبِ الْمَنُوْنِ وَ اخْتِلاَفِ الدُّهُوْرِ وَ السِّنِيْنَ، فَلَمْ أَزَلْ ظَاعِنًا مِنْ صُلْبٍ إِلَى رَحِمٍ فِيْ تَقَادُمٍ مِنَ الْأَيَّامِ الْمَاضِيَةِ وَ الْقُرُوْنِ الْخَالِيَةِ، لَمْ تُخْرِجْنِيْ لِرَأْفَتِكَ بِيْ وَ لُطْفِكَ لِيْ (بِيْ) وَ إِحْسَانِكَ إِلَيَّ فِيْ دَوْلَةِ أَئِمَّةِ الْكُفْرِ الَّذِيْنَ نَقَضُوْا عَهْدَكَ وَ كَذَّبُوْا رُسُلَكَ،

Ya Allah, sungguh aku mencintai-Mu, aku bersaksi dengan rububiyah-Mu, kuakui bahwa Engkau adalah Tuhanku, kepada-Mu pengembalianku, Engkau ciptakan aku dengan limpahan karunia-Mu, sedang aku ketika itu belum berupa apa pun yang dapat disebut, Kauciptakan aku dari tanah, Kautempatkan aku dalam sulbi, Kaujaga aku dari kematian, Kaulindungi aku dalam pergantian waktu dan usia, kemudian aku bergegas dari sulbi menuju rahim, di antara hari-hari berlalu dan masa-masa yang telah lewat, karena kasih sayang, kelembutan dan kebaikan-Mu padaku, tak Kaukeluarkan aku di negeri pemimpin-pemimpin kekafiran, yang membatalkan janji-Mu, yang mendustakan Rasul utusan-Mu,

لَكِنَّكَ أَخْرَجْتَنِيْ (رَأْفَةً مِنْكَ وَ تَحَنُّنًا عَلَيََّ‏) لِلَّذِيْ سَبَقَ لِيْ مِنَ الْهُدَى الَّذِيْ لَهُ يَسَّرْتَنِيْ وَ فِيْهِ أَنْشَأْتَنِيْ وَ مِنْ قَبْلِ ذَلِكَ رَؤُفْتَ بِيْ بِجَمِيْلِ صُنْعِكَ وَ سَوَابِغِ نِعَمِكَ، فَابْتَدَعْتَ خَلْقِيْ مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى وَ أَسْكَنْتَنِيْ فِيْ ظُلُمَاتٍ ثَلاَثٍ بَيْنَ لَحْمٍ وَ دَمٍ وَ جِلْدٍ، لَمْ تُشْهِدْنِيْ خَلْقِيْ (لَمْ تُشَهِّرْنِيْ بِخَلْقِيْ) وَ لَمْ تَجْعَلْ إِلَيَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِيْ، ثُمَّ أَخْرَجْتَنِيْ لِلَّذِيْ سَبَقَ لِيْ مِنَ الْهُدَى إِلَى الدُّنْيَا تَامًّا سَوِيًّا، وَ حَفِظْتَنِيْ فِي الْمَهْدِ طِفْلاً صَبِيًّا، وَ رَزَقْتَنِيْ مِنَ الْغِذَاءِ لَبَنًا مَرِيًّا، وَ عَطَفْتَ عَلَيَّ قُلُوْبَ الْحَوَاضِنِ، وَ كَفَّلْتَنِي الْأُمَّهَاتِ الرَّوَاحِمَ (الرَّحَائِمَ)، وَ كَلَأْتَنِيْ مِنْ طَوَارِقِ الْجَانِّ، وَ سَلَّمْتَنِيْ مِنَ الزِّيَادَةِ وَ النُّقْصَانِ،

Tetapi Kaukeluarkan aku di tengah mereka yang Kautunjuki dengan hidayah-Mu, Kaumudahkan urusanku, Kauciptakan aku dan orang-orang sebelumku, Kau menyayangiku dengan keindahan ciptaan-Mu, dengan kesempurnaan karunia-Mu Kaubentuk aku dari mani sebelah kanan, Kautempatkan aku dalam tiga kegelapan di antara daging, darah, dan kulit. Tak Kau persaksikan padaku penciptaan diriku, belum Kaujadikan sedikit pun urusanku akan hal itu, kemudian Kaukeluarkan aku ke dunia dalam kesempurnaan di tengah mereka yang Kautunjukkan, Kaujaga aku waktu kecil dalam belaian, Kauanugerahi aku susu berlimpah, Kaulembutkan kalbu para pengasuh kepadaku, Kauwajibkan ibu-ibu pengasih membimbingku, Kaulindungi aku dari bisikan jin, Kauselamatkan aku dari kelebihan dan kekurangan,

فَتَعَالَيْتَ يَا رَحِيمُ يَا رَحْمَانُ حَتَّى إِذَا اسْتَهْلَلْتُ نَاطِقًا بِالْكَلاَمِ أَتْمَمْتَ عَلَيَّ سَوَابِغَ الْإِنْعَامِ وَ رَبَّيْتَنِيْ زَائِدًا فِيْ كُلِّ عَامٍ حَتَّى إِذَا اكْتَمَلَتْ فِطْرَتِيْ وَ اعْتَدَلَتْ مِرَّتِيْ (سَرِيْرَتِيْ) أَوْجَبْتَ عَلَيَّ حُجَّتَكَ بِأَنْ أَلْهَمْتَنِيْ مَعْرِفَتَكَ وَ رَوَّعْتَنِيْ بِعَجَائِبِ حِكْمَتِكَ (فِطْرَتِكَ) وَ أَيْقَظْتَنِيْ لِمَا ذَرَأْتَ فِيْ سَمَائِكَ وَ أَرْضِكَ مِنْ بَدَائِعِ خَلْقِكَ وَ نَبَّهْتَنِيْ لِشُكْرِكَ وَ ذِكْرِكَ وَ أَوْجَبْتَ عَلَيَّ طَاعَتَكَ وَ عِبَادَتَكَ وَ فَهَّمْتَنِيْ مَا جَاءَتْ بِهِ رُسُلُكَ وَ يَسَّرْتَ لِيْ تَقَبُّلَ مَرْضَاتِكَ وَ مَنَنْتَ عَلَيَّ فِيْ جَمِيْعِ ذَلِكَ بِعَوْنِكَ وَ لُطْفِكَ،

Mahatinggi Engkau duhai Yang Pengasih Yang Penyayang. Ketika aku mulai bertutur kata Kausempurnakan karunia-Mu kepadaku, Kaudidik aku ketika usiaku bertambah setiap tahun sehingga ketika fitrah sempurna dan kekuatanku berimbang Kauwajibkan aku akan hujah-Mu dengan mengilhamkan kepadaku makrifat-Mu, Kauperlihatkan keajaiban hikmah-Mu, Kaubangunkan aku untuk menyaksikan keindahan ciptaan-Mu yang Kausebarkan di langit dan di bumi, Kauperingatkan aku untuk bersyukur dan mengingat-Mu, Kauwajibkan aku akan ketaatan dan ibadah kepada-Mu, Kaupahamkan aku terhadap apa yang dibawa Rasul-Mu Kaumudahkan aku menerima keridaan-Mu dengan pertolongan dan kelembutan-Mu

ثُمَّ إِذْ خَلَقْتَنِيْ مِنْخَيْرِ (حُرِّ) الثَّرَى لَمْ تَرْضَ لِيْ يَا إِلَهِيْ نِعْمَةً (بِنِعْمَةٍ) دُوْنَ أُخْرَى وَ رَزَقْتَنِيْ مِنْ أَنْوَاعِ الْمَعَاشِ وَ صُنُوْفِ الرِّيَاشِ بِمَنِّكَ الْعَظِيْمِ الْأَعْظَمِ عَلَيَّ وَ إِحْسَانِكَ الْقَدِيْمِ إِلَيَّ حَتَّى إِذَا أَتْمَمْتَ عَلَيَّ جَمِيْعَ النِّعَمِ وَ صَرَفْتَ عَنِّيْ كُلَّ النِّقَمِ لَمْ يَمْنَعْكَ جَهْلِيْ وَ جُرْأَتِيْ عَلَيْكَ أَنْ دَلَلْتَنِيْ إِلَى (عَلَى) مَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ وَ وَفَّقْتَنِيْ لِمَا يُزْلِفُنِيْ لَدَيْكَ، فَإِنْ دَعَوْتُكَ أَجَبْتَنِيْ،

Kaukaruniakan aku dalam semua itu ketika Kauciptakan aku dari sebaik-baiknya tanah, tak cukup itu, Ya Tuhanku, karunia yang Kauberikan selain yang lain dengan karunia-Mu yang agung bagiku dan kebaikan-Mu yang terdahulu kepadaku, Kauberikan rezeki kepadaku aneka ragam penghidupan dan harta kekayaan hingga ketika telah Kausempurnakan seluruh karunia-Mu padaku dan Kauhindarkan aku dari segala bencana, kedunguan, dan kelicikanku pada-Mu tak mencegah-Mu untuk menunjukkan kepadaku kepada apa yang mendekatkan diriku kepada-Mu, Kauperkenankan aku terhadap apa yang menghadirkan diriku di sisi-Mu, jika aku memanjatkan doa kepada-Mu Kaukabulkan doaku

وَ إِنْ سَأَلْتُكَ أَعْطَيْتَنِيْ، وَ إِنْ أَطَعْتُكَ شَكَرْتَنِيْ، وَ إِنْ شَكَرْتُكَ زِدْتَنِيْ، كُلُّ ذَلِكَ إِكْمَالٌ (إِكْمَالاً) لِأَنْعُمِكَ عَلَيَّ وَ إِحْسَانِكَ إِلَيَّ، فَسُبْحَانَكَ سُبْحَانَكَ مِنْ مُبْدِئٍ مُعِيْدٍ حَمِيْدٍ مَجِيْدٍ، وَ تَقَدَّسَتْ أَسْمَاؤُكَ وَ عَظُمَتْ آلاؤُكَ

jika aku meminta kepada-Mu Kauberikan permintaanku, jika aku taat kepada-Mu Kaubalas perbuatanku, jika aku bersyukur kepada-Mu Kautambah kesemuanya itu untuk kesempurnaan karunia dan kebaikan-Mu bagiku. Mahasuci Engkau dari yang memulai penciptaan, yang mengembalikan, yang terpuji dan tersanjung, suci asma-Mu, agung karunia-Mu

فَأَيَّ (فَأَيُ) نِعَمِكَ يَا إِلَهِي أُحْصِيْ عَدَدًا وَ ذِكْرًا أَمْ أَيُّ عَطَايَاكَ أَقُوْمُ بِهَا شُكْرًا، وَ هِيَ يَا رَبِّ أَكْثَرُ (أَكْبَرُ) مِنْ أَنْ يُحْصِيَهَا الْعَادُّوْنَ أَوْ يَبْلُغَ عِلْمًا بِهَا الْحَافِظُوْنَ، ثُمَّ مَا صَرَفْتَ وَ دَرَأْتَ عَنِّي اللَّهُمَّ مِنَ الضُّرِّ وَ الضَّرَّاءِ أَكْثَرُ مِمَّا ظَهَرَ لِيْ مِنَ الْعَافِيَةِ وَ السَّرَّاءِ،

Wahai Tuhanku, karunia-Mu yang manakah yang dapat kuhitung bilangannya?, Pemberian-Mu yang manakah yang dapat aku bersyukur atasnya? Itulah karunia-Mu wahai Tuhanku yang sangat besar untuk dapat dihitung para penghitung, juga untuk dihitung oleh para ahli pengetahuan tentangnya, kemudian apa yang Engkau hindarkan dariku, Ya Allah, atas marabahaya dan malapetaka, kesehatan dan kemudahan lebih banyak yang tampak padaku

وَ أَنَا (فَأَنَا) أَشْهَدُ يَا إِلَهِيْ بِحَقِيْقَةِإِيْمَانِيْ وَ عَقْدِ عَزَمَاتِ يَقِيْنِيْ وَ خَالِصِ صَرِيْحِ تَوْحِيْدِيْ وَ بَاطِنِ مَكْنُوْنِ ضَمِيْرِيْ وَ عَلاَئِقِ مَجَارِيْ نُوْرِ بَصَرِيْ وَ أَسَارِيْرِ صَفْحَةِ جَبِيْنِيْ وَ خُرْقِ مَسَارِبِ نَفْسِيْ (نَفَسِيْ) وَ خَذَارِيْفِ مَارِنِ عِرْنِيْنِيْ وَ مَسَارِبِ سِمَاخِ (صِمَاخِ) سَمْعِيْ وَ مَا ضُمَّتْ وَ أَطْبَقَتْ عَلَيْهِ شَفَتَايَ وَ حَرَكَاتِ لَفْظِ لِسَانِيْ وَ مَغْرَزِ حَنَكِ فَمِيْ وَ فَكِّيْ وَ مَنَابِتِ أَضْرَاسِيْ وَ مَسَاغِ مَطْعَمِيْ وَ مَشْرَبِيْ وَ حِمَالَةِ أُمِّ رَأْسِيْ وَ بَلُوْعِ فَارِغِ حَبَائِلِ (بُلُوْغِ حَبَائِلِ بَارِعِ) عُنُقِيْ وَ مَا اشْتَمَلَ عَلَيْهِ تَامُوْرُ صَدْرِيْ وَ (جُمَلِ) حَمَائِلِ حَبْلِ وَتِيْنِيْ وَ نِيَاطِ حِجَابِ قَلْبِيْ وَ أَفْلاَذِ حَوَاشِي ْ كَبِدِيْ وَ مَا حَوَتْهُ شَرَاسِيْفُ أَضْلاَعِيْ وَ حِقَاقُ (حِقَاقِ) مَفَاصِلِيْ وَ قَبْضُ (قَبْضِ) عَوَامِلِيْ وَ أَطْرَافُ (أَطْرَافِ‏) أَنَامِلِيْ وَ لَحْمِيْ وَ دَمِيْ وَ شَعْرِيْ وَ بَشَرِيْ وَ عَصَبِيْ وَ قَصَبِيْ وَ عِظَامِيْ وَ مُخِّيْ وَ عُرُوْقِيْ وَ جَمِيْعُ (جَمِيْعِ) جَوَارِحِيْ وَ مَا انْتَسَجَ عَلَى ذَلِكَ أَيَّامَ رضَاعِيْ وَ مَا أَقَلَّتِ الْأَرْضُ مِنِّيْ وَ نَوْمِيْ وَ يَقَظَتِيْ وَ سُكُوْنِيْ وَ حَرَكَاتِ رُكُوْعِيْ وَ سُجُوْدِيْ أَنْ لَوْ حَاوَلْتُ وَ اجْتَهَدْتُ مَدَى الْأَعْصَارِ وَ الْأَحْقَابِ لَوْ عُمِّرْتُهَا أَنْ أُؤَدِّيَ شُكْرَ وَاحِدَةٍ مِنْ أَنْعُمِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ذَلِكَ إِلاَّ بِمَنِّكَ الْمُوْجَبِ عَلَيَّ بِهِ شُكْرُكَ أَبَدًا جَدِيْدًا وَ ثَنَاءً طَارِفًا عَتِيْدًا، أَجَلْ وَ لَوْ حَرَصْتُ أَنَا وَ الْعَادُّوْنَ مِنْ أَنَامِكَ أَنْ نُحْصِيَ مَدَى إِنْعَامِكَ سَالِفِهِ (سَالِفَةً) وَ آنِفِهِ (آنِفَةً) مَا حَصَرْنَاهُ عَدَدًا وَ لاَ أَحْصَيْنَاهُ أَمَدًا، هَيْهَاتَ أَنَّى ذَلِكَ وَ أَنْتَ الْمُخْبِرُ فِيْ كِتَابِكَ النَّاطِقِ وَ النَّبَإِ الصَّادِقِ وَ إِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللَّهِ لاَ تُحْصُوْهَا، صَدَقَ كِتَابُكَ اللَّهُمَّ وَ إِنْبَاؤُكَ وَ بَلَّغَتْ أَنْبِيَاؤُكَ وَ رُسُلُكَ مَا أَنْزَلْتَ عَلَيْهِمْ مِنْ وَحْيِكَ وَ شَرَعْتَ لَهُمْ وَ بِهِمْ مِنْ دِيْنِكَ

Wahai Tuhanku, aku bersaksi demi hakikat imanku, demi tali simpul keyakinanku yang kuat, demi keikhlasan tauhidku, demi apa yang ada dalam batin hati kecilku yang paling dalam, demi apa yang terlihat oleh mataku, demi apa yang disentuh dahiku, demi pengalaman pengembaraan jiwaku, demi kepekaan ciuman hidungku, demi apa yang didengar telingaku, demi apa yang dapat dihimpun dan dirangkai dua bibirku, demi apa yang diucapkan lidahku, demi kepekaan langit-langit mulutku, demi tulang rahangku, demi gusi-gusi tempat tumbuh gigiku, demi alat pengunyah makanan dan minumanku, demi tulang tengkuk penyangga kepalaku, demi urat-urat leherku, demi apa yang terhimpun dalam dadaku, demi apa yang mengalir dalam urat jantungku, demi kejauhan hijab hatiku, demi gumpalan-gumpalan yang mengitari jantungku, demi semua yamg terkait dalam tulang rusukku, demi ikatan sendi-sendiku, demi kekuatan tenagaku, demi ujung-ujung jariku, demi dagingku, demi darahku, demi rambutku, demi tubuhku, demi tulangku, demi kerangkaku, demi otakku, demi uratku, demi organ-organ tubuhku, demi apa yang aku alami sewaktu aku masih menyusu, demi sempitnya bumi untukku, demi tidurku, demi bangunku, demi diamku, demi gerakan rukukku, demi gerakan sujudku bahwa andaikan aku berusaha penuh sepanjang masa untuk mensyukuri satu dari karunia-Mu maka hal itu tidak akan bisa kecuali dengan karunia-Mu yang juga mewajibkanku untuk bersyukur dan memuji-Mu selama-selamanya, Ya Allah, jika aku dan para penghitung dari makhluk-Mu berusaha semaksimal mungkin untuk menghitung luasnya karunia-Mu dari yang dulu sampai sekarang, maka pasti mereka tidak dapat mengetahui jumlahnya dan tidak dapat menggapai luasnya, bagaimana tidak demikian padahal Engkau telah berfirman dalam kitab-Mu, dan Engkau Mahabenar firman-Mu, ”Jika kalian menghitung-hitung karunia-Ku maka kalian tidak akan dapat menghitungnya.” Ya Allah, Mahabenar pemberitaanmu, telah menyampaikan para nabi dan rasul-Mu apa yang Engkau wahyukan dan syariatkan kepada mereka dari agama-Mu,

غَيْرَ أَنِّيْ يَا إِلَهِيْ أَشْهَدُبِجَهْدِيْ وَ جِدِّيْ وَ مَبْلَغِ طَاعَتِيْ (طَاقَتِيْ) وَ وُسْعِيْ وَ أَقُوْلُ مُؤْمِنًا مُوْقِنًا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا فَيَكُوْنَ مَوْرُوْثًا، وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيْكٌ فِيْ مُلْكِهِ فَيُضَادَّهُ فِيْمَا ابْتَدَعَ وَ لاَ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ فَيُرْفِدَهُ فِيْمَا صَنَعَ، فَسُبْحَانَهُ سُبْحَانَهُ لَوْ كَانَ فِيْهِمَا آلِهَةٌ إِلاَّ اللَّهُ لَفَسَدَتَا وَ تَفَطَّرَتَا،

namun wahai Tuhanku aku berusaha dengan sekuat tenaga dan ketaatan serta kemampuanku, aku berkata dengan penuh keimanan dan keyakinan, ”Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan bagi-Nya anak sehingga akan mewarisi-Nya, tidak pula serikat sehingga akan menandingi-Nya dalam apa yang Dia ciptakan, tidak pula wali dari kehinaan sehingga akan menolong-Nya dalam penciptaan, Mahasuci Engkau jika ada di antara keduanya (langit dan bumi) tuhan lain selain Allah maka pasti keduanya (langit dan bumi) akan rusak dan binasa

سُبْحَانَ اللَّهِ الْوَاحِدِ الْأَحَدِ الصَّمَدِ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدْ وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا يُعَادِلُ حَمْدَ مَلاَئِكَتِهِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَ أَنْبِيَائِهِ الْمُرْسَلِيْنَ وَ صَلَّى اللَّهُ عَلَى خِيَرَتِهِ مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَ آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ الْمُخْلَصِيْنَ وَ سَلَّمَ

Mahasuci Allah Yang Maha Esa dalam keesaan-Nya, tempat bergantung, tidak beranak dan diperanakkan, dan tiada sesuatu pun yang menyamai-Nya. Segala puji bagi Allah (sebanyak) pujian yang menyamai pujian para malaikat terdekat-Nya dan para nabi serta rasul-Nya, semoga Allah mencurahkan salawat dan salam-Nya atas sebaik-baik pilihan-Nya, penutup para nabi, Muhammad dan keluarganya yang disucikan

Imam Husain as bersungguh-sungguh dalam doanya dengan mencucurkan air mata kemudian melanjutkan doa beliau sebagai berikut:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ أَخْشَاكَ كَأَنِّيْ أَرَاكَ، وَ أَسْعِدْنِيْ بِتَقْوَاكَ، وَ لاَ تُشْقِنِيْ بِمَعْصِيَتِكَ، وَ خِرْ لِيْ فِيْ قَضَائِكَ، وَ بَارِكْ لِيْ فِيْ قَدَرِكَ حَتَّى لاَ أُحِبَّ تَعْجِيْلَ مَا أَخَّرْتَ وَ لاَ تَأْخِيْرَ مَا عَجَّلْتَ،

Ya Allah, jadikanlah aku (orang yang) takut pada-Mu seolah-olah aku melihat-Mu berilah aku kebahagiaan dengan takwa pada-Mu, janganlah Engkau celakakan aku dengan bermaksiat pada-Mu, pilihlah yang terbaik bagiku dalam qadha’-Mu dan berkahi aku dalam qadar-Mu, sehingga aku menginginkan disegerakannya hal-hal yang Engkau perlambat, tidak pula memperlambat hal-hal yang Engkau segerakan

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ غِنَايَ فِيْ نَفْسِيْ وَ الْيَقِيْنَ فِيْ قَلْبِيْ وَ الْإِخْلاَصَ فِيْ عَمَلِيْ وَ النُّوْرَ فِيْ بَصَرِيْ وَ الْبَصِيْرَةَ فِيْ دِيْنِيْ، وَ مَتِّعْنِيْ بِجَوَارِحِيْ، وَ اجْعَلْ سَمْعِيْ وَ بَصَرِيْ الْوَارِثَيْنِ مِنِّيْ، وَ انْصُرْنِيْ عَلَى مَنْ ظَلَمَنِيْ، وَ أَرِنِيْ فِيْهِ ثَارِيْ وَ مَآرِبِيْ، وَ أَقِرَّ بِذَلِكَ عَيْنِيْ،

 

Ya Allah, jadikanlah dalam diriku (rasa) cukup dalam hatiku, keyakinan dalam hatiku, keikhlasan dalam amalku, cahaya dalam agamaku, bashirah (pemahaman/makrifat) dalam agamaku, dan berilah aku kesenangan dengan anggota tubuhku, serta jadikanlah pendengaran dan penglihatanku dua hal yang mewarisiku, tolonglah aku terhadap orang yang menganiayaku, tunjukkan padaku saat pembalasan, sehingga aku akan puas dengannya

اَللَّهُمَّ اكْشِفْ كُرْبَتِيْ، وَ اسْتُرْ عَوْرَتِيْ، وَ اغْفِرْ لِيْ خَطِيْئَتِيْ، وَ اخْسَأْ شَيْطَانِيْ، وَ فُكَّ رِهَانِيْ، وَ اجْعَلْ لِيْ يَا إِلَهِي الدَّرَجَةَ الْعُلْيَى فِي الْآخِرَةِ وَ الْأُوْلَى،

Ya Allah, hilangkanlah bencana yang menimpaku, tutuplah auratku, hapuslah kesalahan-kesalahanku, tundukkanlah setanku, bebaskanlah belengguku, jadikanlah, wahai Tuhanku, derajat yang tinggi di akhirat untukku

اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا خَلَقْتَنِيْ فَجَعَلْتَنِيْ سَمِيْعًا بَصِيْرًا وَ لَكَ فِطْرَتِيْ،

Ya Allah, bagi-Mu segala pujian sebagaimana Engkau menciptakanku, kemudian menjadikanku mendengar, melihat, dan Engkau luruskan fitrahku,

رَبِّ بِمَا أَنْشَأْتَنِيْ فَأَحْسَنْتَ صُوْرَتِيْ، رَبِّ بِمَا أَحْسَنْتَ إِلَيَّ (بِيْ) وَ فِيْ نَفْسِيْ عَافَيْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا كَلَأْتَنِيْ وَ وَفَّقْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَهَدَيْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا أَوْلَيْتَنِيْ وَ مِنْ كُلِّ خَيْرٍ أَعْطَيْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا أَطْعَمْتَنِيْ وَ سَقَيْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا أَغْنَيْتَنِيْ وَ أَقْنَيْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا أَعَنْتَنِيْ وَ أَعْزَزْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا أَلْبَسْتَنِيْ مِنْ سِتْرِكَ الصَّافِي وَ يَسَّرْتَ لِيْ مِنْ صُنْعِكَ الْكَافِيْ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ أَعِنِّيْ عَلَى بَوَائِقِ الدُّهُوْرِ وَ صُرُوْفِ اللَّيَالِيْ وَ الْأَيَّامِ، وَ نَجِّنِيْ مِنْ أَهْوَالِ الدُّنْيَا وَ كُرُبَاتِ الْآخِرَةِ، وَ اكْفِنِيْ شَرَّ مَا يَعْمَلُ الظَّالِمُوْنَ فِي الْأَرْضِ،

 

wahai Tuhanku, demi Engkau yang menciptakanku, lalu Engkau memperindah bentukku, wahai Tuhanku, sebagaimana Engkau berbuat baik padaku lalu Engkau sehatkan diriku, wahai Tuhanku, sebagaimana Engkau cukupkan aku dan Kau berikan kesuksesan (dalam urusanku), wahai Tuhanku sebagaimana Engkau beri aku rezeki lalu Kauberi aku petunjuk, wahai Tuhanku sebagaimana Engkau utamakan aku dan Kau beri aku segala kebaikan, Tuhanku Engkaulah yang memberiku makan dan minumku, Tuhanku Engkau cukupkan aku dari segala kekurangan, Tuhanku Engkau bantu dan muliakan diriku, Tuhanku Engkau berikan padaku pakaian dari penutup-Mu yang halus, Tuhanku Engkau mudahkan bagiku dari ciptaan-Mu segala kecukupan, curahkan salawat pada Muhammad dan keluarga Muhammad. (Tuhanku) bantulah aku dari kejelekan masa dan perubahan siang dan malam, selamatkan aku dari kesusahan dunia dan akhirat, hentikanlah kejelekan yang telah dibuat orang-orang yang zalim di atas bumi ini

اَللَّهُمَّ مَا أَخَافُ فَاكْفِنِيْ، وَ مَا أَحْذَرُ فَقِنِيْ، وَ فِيْ نَفْسِيْ وَ دِيْنِيْ فَاحْرُسْنِيْ، وَ فِيْ سَفَرِيْ فَاحْفَظْنِيْ، وَ فِيْ أَهْلِيْ وَ مَالِيْ فَاخْلُفْنِيْ، وَ فِيْمَا رَزَقْتَنِيْ فَبَارِكْ لِيْ، وَ فِيْ نَفْسِيْ فَذَلِّلْنِيْ، وَ فِيْ أَعْيُنِ النَّاسِ فَعَظِّمْنِيْ، وَ مِنْ شَرِّ الْجِنِّ وَ الْإِنْسِ فَسَلِّمْنِيْ، وَ بِذُنُوْبِيْ فَلاَ تَفْضَحْنِيْ، وَ بِسَرِيْرَتِيْ فَلاَ تُخْزِنِيْ، وَ بِعَمَلِيْ فَلاَ تَبْتَلِنِيْ، وَ نِعَمَكَ فَلاَ تَسْلُبْنِيْ،

Ya Allah, hilangkan perasaan takut dari apa yang aku takuti, lindungilah aku dari setiap apa yang aku mengkhawatirkannya, jagalah diriku dan agamaku, selamatkan aku dalam perjalananku, kembalikan aku pada keluarga dan hartaku, berkatilah apa yang telah Engkau rezekikan padaku, hinakan aku dalam (pandangan) diriku, muliakanlah aku dalam (pandangan) orang lain. Selamatkan aku dari kejahatan jin dan manusia, janganlah Engkau jelekkan diriku dengan dosa-dosaku, janganlah Engkau hinakan aku dengan rahasia-rahasia (jelek)ku, janganlah Engkau mengujiku dengan amalku

وَ إِلَى غَيْرِكَ فَلاَ تَكِلْنِيْ، إِلَهِيْ إِلَى مَنْ تَكِلُنِيْ؟ إِلَى قَرِيْبٍ فَيَقْطَعُنِيْ أَمْ إِلَى بَعِيْدٍ فَيَتَجَهَّمُنِيْ؟ أَمْ إِلَى الْمُسْتَضْعَفِيْنَ لِيْ وَ أَنْتَ رَبِّيْ وَ مَلِيْكُ أَمْرِيْ، أَشْكُوْ إِلَيْكَ غُرْبَتِيْ وَ بُعْدَ دَارِيْ وَ هَوَانِيْ عَلَى مَنْ مَلَّكْتَهُ أَمْرِيْ،

janganlah Engkau mencabut karunia-nikmat-Mu dariku, janganlah Engkau serahkan (urusan) diriku pada selain-Mu, wahai Tuhanku, akankah Engkau menyerahkan (urusan) diriku pada orang yang dekat padaku lalu ia akan memutuskan (hubungan) denganku, ataukah kepada orang-orang yang jauh, lalu ia akan memandangku dengan muka masam? Ataukah kepada orang-orang yang lebih lemah dariku sedangkan Engkau pembimbingku dan pemilik urusanku, aku mengeluh kepada-Mu akan keterasinganku dan jauhnya aku dari rumahku serta kerendahanku akan yang Engkau miliki urusanku

إِلَهِيْ فَلاَ تُحْلِلْ عَلَيَّ غَضَبَكَ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ غَضِبْتَ عَلَيَّ فَلاَ أُبَالِيْ (سِوَاكَ) سُبْحَانَكَ، غَيْرَ أَنَّ عَافِيَتَكَ أَوْسَعُ لِيْ، فَأَسْأَلُكَ يَا رَبِّ بِنُوْرِ وَجْهِكَ الَّذِيْ أَشْرَقَتْ لَهُ الْأَرْضُ وَ السَّمَاوَاتُ وَ كُشِفَتْ (انْكَشَفَتْ) بِهِ الظُّلُمَاتُ وَ صَلُحَ بِهِ أَمْرُ الْأَوَّلِيْنَ وَ الْآخِرِيْنَ أَنْ لاَ تُمِيْتَنِيْ عَلَى غَضَبِكَ وَ لاَ تُنْزِلَ بِيْ سَخَطَكَ، لَكَ الْعُتْبَى لَكَ الْعُتْبَى حَتَّى تَرْضَى قَبْلَ ذَلِكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ رَبَّ الْبَلَدِ الْحَرَامِ وَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ الَّذِيْ أَحْلَلْتَهُ الْبَرَكَةَ وَ جَعَلْتَهُ لِلنَّاسِ أَمْنًا،

wahai Tuhanku, janganlah Kaumurka padaku dan jika Engkau tidak murka padaku aku tak peduli kepada selain-Mu, Mahasuci Engkau pemberian maaf-Mu lebih luas, maka aku mohon pada-Mu, wahai Tuhanku, dengan cahaya wajah-Mu yang dengannya teranglah langit dan bumi, dan dengan cahaya wajah-Mu tersingkaplah kegelapan, dan benarlah urusan orang orang yang terdahulu dan yang akan datang kemudian, janganlah Engkau mematikan diriku dalam keadaan Engkau murka padaku, jangan Kauturunkan kepadaku murka-Mu untuk (sampai) kepada-Mu tingkatan sampai Engkau rela padaku sebelum itu, tiada tuhan selain-Mu, Tuhan kota yang haram (Mekkah), Tuhan Masy’ar al-Haram (Muzdalifah), Tuhan rumah yang suci (Baitullah), yang telah Engkau penuhi dengan keberkahan, Engkau jadikan tempat yang aman bagi setiap orang

يَا مَنْ عَفَا عَنْ عَظِيْمِ الذُّنُوْبِ بِحِلْمِهِ، يَا مَنْ أَسْبَغَ النَّعْمَاءَ بِفَضْلِهِ، يَا مَنْ أَعْطَى الْجَزِيْلَ بِكَرَمِهِ، يَا عُدَّتِيْ فِيْ شِدَّتِيْ، يَا صَاحِبِيْ فِيْ وَحْدَتِيْ، يَا غِيَاثِيْ فِيْ كُرْبَتِيْ، يَا وَلِيِّيْ فِيْ نِعْمَتِيْ، يَا إِلَهِيْ وَ إِلَهَ آبَائِيْ إِبْرَاهِيْمَ وَ إِسْمَاعِيْلَ وَ إِسْحَاقَ وَ يَعْقُوْبَ، وَ رَبَّ جَبْرَئِيْلَ وَ مِيْكَائِيْلَ (مِيْكَالَ) وَ إِسْرَافِيْلَ، وَ رَبَّ مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَ آلِهِ الْمُنْتَجَبِيْنَ، وَ مُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَ الْإِنْجِيْلِ وَ الزَّبُوْرِ وَ الْفُرْقَانِ، وَ مُنَزِّلَ كهيعص وَ طه وَ يس وَ الْقُرْآنِ الْحَكِيْمِ، أَنْتَ كَهْفِيْ حِيْنَ تُعْيِيْنِيْ الْمَذَاهِبُ فِيْ سَعَتِهَا وَ تَضِيْقُ بِيَ الْأَرْضُ بِرُحْبِهَا (بِمَا رَحُبَتْ)،

Wahai Zat yang menghapus dosa-dosa yang besar dengan sifat bijaksana-Nya, yang menebarkan berbagai karunia dengan karunia-Nya, yang memberikan yang banyak dengan kemurahan-Nya, wahai Zat yang bersamaku di kala kesusahan, yang menjadi temanku di saat kesendirian, yang memberikan pertolongan di saat datang bencana, yang mengatur karunia, wahai Tuhanku, Tuhan para pendahuluku, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Tuhan Jibril, Mikail, Israfil, Tuhan Muhammad, penutup para nabi, Tuhan keluarganya yang mulia dan terpilih, Tuhan yang menurunkan Taurat, Tuhan yang menurunkan Injil, Tuhan yang menurunkan Zabur, dan Tuhan yang menurunkan al-Furqan, Tuhan yang menurunkan Kâf Hâ Yâ` Aîn Shâd, Thâhâ, Yâsîn, dan al-Quran yang penuh hikmah. Engkaulah tempat aku berlindung di kala aku harus menentukan tujuan dengan keluasannya dan menjadi sempit bumi dengan keluasannya

وَ لَوْ لاَ رَحْمَتُكَ لَكُنْتُ مِنَ الْهَالِكِيْنَ، وَ أَنْتَ مُقِيْلُ عَثْرَتِيْ، وَ لَوْ لاَ سَتْرُكَ إِيَّايَ لَكُنْتُ مِنَ الْمَفْضُوحِيْنَ، وَ أَنْتَ مُؤَيِّدِيْ بِالنَّصْرِ عَلَى أَعْدَائِيْ، وَ لَوْ لاَ نَصْرُكَ إِيَّايَ (لِيْ) لَكُنْتُ مِنَ الْمَغْلُوبِيْنَ، يَا مَنْ خَصَّ نَفْسَهُ بِالسُّمُوِّ وَ الرِّفْعَةِ، فَأَوْلِيَاؤُهُ بِعِزِّهِ يَعْتَزُّوْنَ، يَا مَنْ جَعَلَتْ لَهُ الْمُلُوْكُ نِيْرَ الْمَذَلَّةِ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ، فَهُمْ مِنْ سَطَوَاتِهِ خَائِفُوْنَ، يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَ مَا تُخْفِي الصُّدُوْرُ وَ غَيْبَ مَا تَأْتِيَ بِهِ الْأَزْمِنَةُ وَ الدُّهُوْرُ، يَا مَنْ لاَ يَعْلَمُ كَيْفَ هُوَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يَعْلَمُ مَا هُوَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يَعْلَمُهُ إِلاَّ هُوَ (يَعْلَمُ مَا يَعْلَمُهُ إِلاَّ هُوَ)،

dan andaikan tidak karena rahmat-Mu, pastilah aku tergolong orang yang binasa, Engkaulah penyingkap kesusahanku, dan andaikan tidak karena Engkau menutupinya maka pasti diriku tergolong orang yang dipermalukan, Engkaulah yang membantu untuk mengalahkan musuh-musuhku, dan andaikan tidak karena pertolongan-Mu maka pastilah aku tergolong orang-orang yang kalah. Wahai Zat yang telah mengkhususkan dirinya dengan ketinggian, maka para pencinta (wali) Nya menjadi mulia dengan kemuliaan-Nya, wahai Zat yang raja-raja menjadikan kehinaan pada pundak-pundak mereka, Zat yang mengetahui apa yang disembunyikan oleh mata dan dalam dada, dan apa yang akan ada pada masa-masa mendatang, wahai Zat yang tidak ada yang mengetahui bagaimana Dia selain Dia, wahai Zat yang tidak ada yang mengetahui apa Dia selain Dia, wahai Zat yang tidak ada yang mengetahui-Nya selain Dia

يَا مَنْ كَبَسَ الْأَرْضَ عَلَى الْمَاءِ وَ سَدَّ الْهَوَاءَ بِالسَّمَاءِ، يَا مَنْ لَهُ أَكْرَمُ الْأَسْمَاءِ، يَا ذَا الْمَعْرُوْفِ الَّذِيْ لاَ يَنْقَطِعُ أَبَدًا، يَا مُقَيِّضَ الرَّكْبِ لِيُوْسُفَ فِي الْبَلَدِ الْقَفْرِ وَ مُخْرِجَهُ مِنَ الْجُبِّ وَ جَاعِلَهُ بَعْدَ الْعُبُوْدِيَّةِ مَلِكًا، يَا رَادَّهُ عَلَى يَعْقُوْبَ بَعْدَ أَنِ ابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيْمٌ،

wahai Zat yang menekan bumi (daratan) di atas air, dan menutup udara dengan langit, wahai Zat yamg bagi-Nya semulia-mulia nama, wahai Yang dikenal yang tidak terputus selama-lamanya, wahai Yang menakdirkan khalifah Nabi Yusuf tetap hidup di tempat yang sunyi dari manusia dan makanan dan mengeluarkannya dari dalam sumur, yang mengangkat derajatnya dari perbudakan menjadi tuan (raja), wahai yang mengembalikan kepada Nabi Ya’kub penglihatannya setelah memutih matanya karena kesedihan dalam keadaan sabar atasnya

يَا كَاشِفَ الضُّرِّ وَ الْبَلْوَى عَنْ أَيُّوْبَ، وَ (يَا) مُمْسِكَ يَدَيْ إِبْرَاهِيْمَ عَنْ ذَبْحِ ابْنِهِ بَعْدَ كِبَرِ سِنِّهِ وَ فَنَاءِ عُمُرِهِ، يَا مَنِ اسْتَجَابَ لِزَكَرِيَّا فَوَهَبَ لَهُ يَحْيَى وَ لَمْ يَدَعْهُ فَرْدًا وَحِيْدًا، يَا مَنْ أَخْرَجَ يُوْنُسَ مِنْ بَطْنِ الْحُوْتِ، يَا مَنْ فَلَقَ الْبَحْرَ لِبَنِيْ إِسْرَائِيْلَ فَأَنْجَاهُمْ وَ جَعَلَ فِرْعَوْنَ وَ جُنُوْدَهُ مِنَ الْمُغْرَقِيْنَ، يَا مَنْ أَرْسَلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ، يَا مَنْ لَمْ يَعْجَلْ عَلَى مَنْ عَصَاهُ مِنْ خَلْقِهِ، يَا مَنِ اسْتَنْقَذَ السَّحَرَةَ مِنْ بَعْدِ طُوْلِ الْجُحُوْدِ، وَ قَدْ غَدَوْا فِيْ نِعْمَتِهِ يَأْكُلُوْنَ رِزْقَهُ وَ يَعْبُدُونَ غَيْرَهُ، وَ قَدْ حَادُّوْهُ وَ نَادُّوْهُ وَ كَذَّبُوْا رُسُلَهُ، يَا اللَّهُ يَا اللَّهُ يَا بَدِيْئُ، يَا بَدِيْعُ (بَدِيْعًا) لاَ نِدَّ (بَدْءَ) لَكَ، يَا دَائِمًا لاَ نَفَادَ لَكَ، يَا حَيًّا حِيْنَ لاَ حَيَّ، يَا مُحْيِيَ الْمَوْتَى، يَا مَنْ هُوَ قَائِمٌ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ، يَا مَنْ قَلَّ لَهُ شُكْرِيْ فَلَمْ يَحْرِمْنِيْ، وَ عَظُمَتْ خَطِيْئَتِيْ فَلَمْ يَفْضَحْنِيْ، وَ رَآنِيْ عَلَى الْمَعَاصِيْ فَلَمْ يَشْهَرْنِيْ (يَخْذُلْنِيْ)، يَا مَنْ حَفِظَنِيْ فِيْ صِغَرِيْ، يَا مَنْ رَزَقَنِيْ فِيْ كِبَرِيْ، يَا مَنْ أَيَادِيْهِ عِنْدِيْ لاَ تُحْصَى وَ نِعَمُهُ لاَ تُجَازَى، يَا مَنْ عَارَضَنِيْ بِالْخَيْرِ وَ الْإِحْسَانِ وَ عَارَضْتُهُ بِالْإِسَاءَةِ وَ الْعِصْيَانِ، يَا مَنْ هَدَانِيْ لِلْإِيْمَانِ مِنْ قَبْلِ أَنْ أَعْرِفَ شُكْرَ الْإِمْتِنَانِ، يَا مَنْ دَعَوْتُهُ مَرِيْضًا فَشَفَانِيْ، وَ عُرْيَانًا فَكَسَانِيْ، وَ جَائِعًا فَأَشْبَعَنِيْ، وَ عَطْشَانَ فَأَرْوَانِيْ، وَ ذَلِيْلاً فَأَعَزَّنِيْ، وَ جَاهِلاً فَعَرَّفَنِيْ، وَ وَحِيْدًا فَكَثَّرَنِيْ، وَ غَائِبًا فَرَدَّنِيْ، وَ مُقِلاًّ فَأَغْنَانِيْ، وَ مُنْتَصِرًا فَنَصَرَنِيْ، وَ غَنِيًّا فَلَمْ يَسْلُبْنِيْ، وَ أَمْسَكْتُ عَنْ جَمِيْعِ ذَلِكَ فَابْتَدَأَنِيْ،

 

wahai Yang menghilangkan penyakit dan ujian dari Nabi Ayyub, Yang menahan tangan Nabi Ibrahim dari menyembelih putranya tatkala telah lanjut usianya, wahai Yang memenuhi permintaan Nabi Zakaria kemudian mengaruniakan kepadanya Nabi Yahya, dan tidak membiarkannya seorang diri dalam kesendiriannya, wahai Yang mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan, wahai Yang membelah laut untuk Bani Israil, sehingga mereka selamat dan tenggelamlah Fir’aun dan bala tentaranya, wahai Yang mengirim angin sebagai pembawa kabar gembira di depan rahmatnya, wahai Yang tidak segera memberi hukuman kepada hambanya yang bermaksiat padanya, wahai Yang menyelamatkan para ahli sihir setelah usaha yang panjang padahal mereka telah tenggelam dalam karunia-Nya, mereka makan dari rezeki-Nya sedang mereka menyembah selain-Nya, menentang dan membangkang serta mendustakan para rasul-Nya. Ya Allah, ya Allah, Yang Mahaawal, Yang Maha Menciptakan, tiada sekutu bagi-Mu selama-lamanya, Yang Hidup di kala tiada yang hidup, Yang menghidupkan yang mati, Yang membalas setiap jiwa sesuai dengan apa yang diperbuatnya, Yang sangat sedikit syukurku pada-Nya namun Dia tidak memutuskan pemberian-Nya, yang sungguh besar kesalahanku namun Dia tidak mempermalukanku, Yang melihatku bergelimang dalam maksiat namun tidak menyebarkannya, Yang menjagaku di kala kecil, Yang memberikan rezeki kepadaku di kala dewasa, wahai Zat yang pemberiannya padaku tidak terhitung, karunia-Nya tidak terbalas, yang menyodorkan kepadaku kebaikan dan aku balas dengan kejelekanku dan maksiat, Yang memberikan petunjuk kepadaku menuju keimanan sebelum aku tahu cara bersyukur atas pemberian, wahai Zat yang aku seru di kala sakit lalu menyembuhkanku, di kala aku telanjang maka memberiku pakaian, di kala aku lapar Dia menjadikanku kenyang, di kala haus Dia memberiku minum, di kala aku hina Dia memuliakanku, di kala aku bodoh Dia memberiku makrifat, di kala aku sendiri Dia memperbanyak jumlahku, di kala aku terasing Dia mengembalikanku, di kala kepapaanku Dia memberiku kekayaan, di kala aku minta pertolongan Dia menolongku, di kala aku kaya Dia tidak mencabut kekayaan dariku, dan di kala aku menahan diri dari hal itu Dialah yang memulai untukku

فَلَكَ الْحَمْدُ وَ الشُّكْرُ يَا مَنْ أَقَالَ عَثْرَتِيْ وَ نَفَّسَ كُرْبَتِيْ وَ أَجَابَ دَعْوَتِيْ وَ سَتَرَ عَوْرَتِيْ وَ غَفَرَ ذُنُوْبِيْ وَ بَلَّغَنِيْ طَلِبَتِيْ وَ نَصَرَنِيْ عَلَى عَدُوِّيْ، وَ إِنْ أَعُدَّ نِعَمَكَ وَ مِنَنَكَ وَ كَرَائِمَ مِنَحِكَ لاَ أُحْصِيْهَا، يَا مَوْلاَيَ أَنْتَ الَّذِيْ مَنَنْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَنْعَمْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَحْسَنْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَجْمَلْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَفْضَلْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَكْمَلْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ رَزَقْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ وَفَّقْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَعْطَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَغْنَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَقْنَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ آوَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ كَفَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ هَدَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ عَصَمْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ سَتَرْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ غَفَرْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَقَلْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ مَكَّنْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَعْزَزْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَعَنْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ عَضَدْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَيَّدْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ نَصَرْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ شَفَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ عَافَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَكْرَمْتَ، تَبَارَكْتَ وَ تَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ دَائِمًا، وَ لَكَ الشُّكْرُ وَاصِبًا أَبَدًا،

maka bagi-Mu pujian dan syukur wahai Yang menyingkirkan kesulitanku, menghilangkan bencanaku, memenuhi permintaan dan doaku, menutup auratku, mengampuni dosa-dosaku, menyampaikanku pada apa yang aku cari, memenangkanku terhadap musuh-musuhku, dan jika aku hitung karunia-karunia dan karunia-Mu, maka aku tidak akan sanggup menghitungnya. Wahai Tuanku, Engkaulah yang memberi karunia, Engkaulah yang memberi kekaruniaan, Engkaulah yang berbuat kebaikan, Engkaulah yang memperindah, Engkaulah yang memberi anugerah, Engkaulah yang menyempurnakan, Engkaulah yang memberi rezeki, Engkaulah yang memberi taufik, Engkaulah yang Maha Pemberi, Engkau yang memberi kekayaan, Engkaulah yang melindungi, Engkaulah yang memberi kecukupan, Engkaulah yang memberi petunjuk, Engkaulah yang memberi penjagaan, Engkaulah yang menutupi, Engkaulah yang mengampuni, Engkaulah yang mengampuni (kesalahan), Engkaulah yang mengokohkan, Engkaulah yang memuliakan, Engkau yang menolong, Engkaulah yang membela, Engkaulah yang memberi kekuatan, Engkaulah yang membantu, Engkaulah yang menyembuhkan, Engkaulah yang memberi ‘afiat, Engkaulah yang memuliakan, Mahaberkah dan Mahatinggi Engkau. Maka, bagi-Mu segala pujian selamanya dan bagi-Mu segala syukur terus menerus

ثُمَّ أَنَا يَا إِلَهِيْ الْمُعْتَرِفُ بِذُنُوْبِيْ فَاغْفِرْهَا لِيْ، أَنَا الَّذِيْ أَسَأْتُ، أَنَا الَّذِيْ أَخْطَأْتُ، أَنَا الَّذِيْ هَمَمْتُ، أَنَا الَّذِيْ جَهِلْتُ، أَنَا الَّذِيْ غَفَلْتُ، أَنَا الَّذِيْ سَهَوْتُ، أَنَا الَّذِي اعْتَمَدْتُ، أَنَا الَّذِيْ تَعَمَّدْتُ، أَنَا الَّذِيْ وَعَدْتُ وَ أَنَا الَّذِيْ أَخْلَفْتُ، أَنَا الَّذِيْ نَكَثْتُ، أَنَا الَّذِيْ أَقْرَرْتُ، أَنَا الَّذِيْ اعْتَرَفْتُ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَ عِنْدِيْ وَ أَبُوْءُ بِذُنُوْبِيْ فَاغْفِرْهَا لِيْ، يَا مَنْ لاَ تَضُرُّهُ ذُنُوْبُ عِبَادِهِ، وَ هُوَ الْغَنِيُّ عَنْ طَاعَتِهِمْ وَ الْمُوَفِّقُ مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْهُمْ بِمَعُوْنَتِهِ وَ رَحْمَتِهِ،

 

Akulah wahai Tuhanku yang mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah aku, akulah yang berbuat kejelekan, akulah yang bersalah, akulah yang menginginkan (maksiat), akulah yang bodoh, akulah yang lalai, akulah yang lupa, akulah yang bersandar (pada-Mu), akulah yang sengaja (berbuat dosa), akulah yang berjanji dan akulah yang mengingkari, akulah yang merusak, akulah yang menetapkan, akulah yang mengakui akan karunia-Mu atasku, namun aku menghadap-Mu dengan dosa-dosaku. Maka, ampunilah aku. Wahai Zat yang tidak dirugikan oleh dosa-dosa para hamba-Nya. Dialah Yang Mahakaya (dan tidak memerlukan) terhadap ketaatan mereka dan memberikan taufik kepada orang yang beramal saleh dari mereka dengan pertolongan dan rahmat-Nya

فَلَكَ الْحَمْدُ إِلَهِيْ وَ سَيِّدِيْ، إِلَهِيْ أَمَرْتَنِيْ فَعَصَيْتُكَ وَ نَهَيْتَنِيْ فَارْتَكَبْتُ نَهْيَكَ، فَأَصْبَحْتُ لاَ ذَا بَرَاءَةٍ لِيْ فَأَعْتَذِرَ وَ لاَ ذَا قُوَّةٍ فَأَنْتَصِرَ،

Bagi-Mu segala puji wahai Tuhanku dan Tuanku. Wahai Tuhanku, Engkau telah memerintahkanku, lalu aku menentang-Mu dan mencegahku, lalu aku melakukan larangan-Mu. Dengan demikian, aku tidak memiliki pembebasan untuk meminta ampunan dan tidak memiliki kekuatan sehingga aku akan menang

فَبِأَيِّ شَيْئٍ أَسْتَقْبِلُكَ (أَسْتَقِيْلُكَ) يَا مَوْلاَيَ؟ أَبِسَمْعِيْ أَمْ بِبَصَرِي أَمْ بِلِسَانِيْ أَمْ بِيَدِيْ أَمْ بِرِجْلِيْ؟ أَلَيْسَ كُلُّهَا نِعَمَكَ عِنْدِيْ وَ بِكُلِّهَا عَصَيْتُكَ؟

Maka, dengan apa aku akan menemui-Mu wahai Tuanku? Apakah dengan telingaku, mataku, lidahku, tanganku, ataukah dengan kakiku?

يَا مَوْلاَيَ فَلَكَ الْحُجَّةُ وَ السَّبِيْلُ عَلَيَّ، يَا مَنْ سَتَرَنِيْ مِنَ الْآبَاءِ وَ الْأُمَّهَاتِ أَنْ يَزْجُرُوْنِيْ،

Tidakkah semua itu adalah karunia-Mu untukku dan dengan semua itu aku bermaksiat kepada-Mu? Wahai Tuanku, bagi-Mulah alasan dan jalan (untuk menghukumku). Wahai Zat yang menutupiku dari ayah dan ibuku sehingga mereka tidak mencercaku

وَ مِنَ الْعَشَائِرِ وَ الْإِخْوَانِ أَنْ يُعَيِّرُوْنِيْ، وَ مِنَ السَّلاَطِيْنِ أَنْ يُعَاقِبُوْنِيْ، وَ لَوْ اطَّلَعُوْا يَا مَوْلاَيَ عَلَى مَا اطَّلَعْتَ عَلَيْهِ مِنِّيْ إِذًا مَا أَنْظَرُوْنِيْ وَ لَرَفَضُوْنِيْ وَ قَطَعُوْنِيْ،

dari keluarga dan saudara sehingga mereka tidak menghinaku, dan dari para penguasa sehingga mereka tidak menghukumku. Seandainya mereka mengetahui apa yang Engkau ketahui dariku, niscaya tidak akan memberikan kesempatan kepadaku, menolakku dan memutuskan hubungan denganku.

فَهَا أَنَا ذَا يَا إِلَهِيْ بَيْنَ يَدَيْكَ يَا سَيِّدِيْ خَاضِعٌ ذَلِيْلٌ حَصِيْرٌ حَقِيْرٌ، لاَ ذُوْ بَرَاءَةٍ فَأَعْتَذِرَ وَ لاَ ذُوْ قُوَّةٍ فَأَنْتَصِرَ وَ لاَ حُجَّةٍ فَأَحْتَجَّ بِهَا وَ لاَ قَائِلٌ لَمْ أَجْتَرِحْ وَ لَمْ أَعْمَلْ سُوْءًا وَ مَا عَسَى الْجُحُوْدُ، وَ لَوْ جَحَدْتُ يَا مَوْلاَيَ يَنْفَعُنِيْ، كَيْفَ وَ أَنَّى ذَلِكَ وَ جَوَارِحِيْ كُلُّهَا شَاهِدَةٌ عَلَيَّ بِمَا قَدْ عَمِلْتُ (عَلِمْتَ)، وَ عَلِمْتُ يَقِيْنًا غَيْرَ ذِيْ شَكٍّ أَنَّكَ سَائِلِيْ مِنْ عَظَائِمِ الْأُمُوْرِ، وَ أَنَّكَ الْحَكَمُ (الْحَكِيْمُ) الْعَدْلُ الَّذِيْ لاَ تَجُوْرُ، وَ عَدْلُكَ مُهْلِكِيْ وَ مِنْ كُلِّ عَدْلِكَ مَهْرَبِيْ، فَإِنْ تُعَذِّبْنِيْ يَا إِلَهِيْ فَبِذُنُوْبِيْ بَعْدَ حُجَّتِكَ عَلَيَّ، وَ إِنْ تَعْفُ عَنِّيْ فَبِحِلْمِكَ وَ جُوْدِكَ وَ كَرَمِكَ،

 

Inilah aku wahai Tuhanku di haribaan-Mu, wahai Tuanku, tunduk, hina dina, tidak memiliki pembebasan untuk meminta maaf, tidak memiliki kekuatan sehingga dapat menang, tidak memiliki dalil untuk mengelak, dan aku tidak dapat mengatakan bahwa aku tidak berbuat dosa ini dan tidak berbuat kejelekan! Oh! Seandainya pengingkaran—seandainya aku mengingkari wahai Tuanku—dapat bermanfaat bagiku! Bagaimana mungkin? Dan tidak mungkin hal itu (terjadi), sedangkan seluruh anggota tubuhku menjadi saksi atasku terhadap apa yang telah kulakukan, dan aku mengetahui dengan penuh yakin bahwa Engkau akan menanyakan padaku urusan-urusan yang besar, Engkaulah penentu keputusan yang adil, yang tidak akan berbuat kelaliman, sedangkan keadilan-Mu adalah pencelakaku dan dari setiap keadilan-Mu aku melarikan diri. Jika Engkau menyiksaku wahai Tuhanku, hal itu karena dosa-dosaku setelah Engkau mengirim hujah padaku dan jika Engkau memaafkanku, hal itu karena karena kesabaran, kedermawanan, dan kemurahan-Mu

لاَإِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْمُوَحِّدِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْخَائِفِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْوَجِلِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الرَّاجِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الرَّاغِبِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْمُهَلِّلِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ السَّائِلِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْمُسَبِّحِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْمُكَبِّرِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ رَبِّيْ وَ رَبُّ آبَائِيَ الْأَوَّلِيْنَ،

 

Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang meminta ampunan. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang mengesakan (-Mu). Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang takut. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang bergetar (hati mereka). Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berharap. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menginginkan (rahmat-Mu). Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang mengikrarkan keesaan-Mu. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memohon. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang bertasbih. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang membesarkan (-Mu). Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, Engkau adalah Tuhanku dan Tuhan nenek-moyangku yang terdahulu

اَللَّهُمَّ هَذَا ثَنَائِيْ عَلَيْكَ مُمَجِّدًا وَ إِخْلاَصِيْ لِذِكْرِكَ مُوَحِّدًا وَ إِقْرَارِيْ بِآلائِكَ مُعَدِّدًا، وَ إِنْ كُنْتُ مُقِرًّا أَنِّيْ لَمْ أُحْصِهَا لِكَثْرَتِهَا وَ سُبُوْغِهَا وَ تَظَاهُرِهَا وَ تَقَادُمِهَا إِلَى حَادِثٍ مَا لَمْ تَزَلْ تَتَعَهَّدُنِيْ (تَتَغَمَّدُنِيْ) بِهِ مَعَهَا مُنْذُ خَلَقْتَنِيْ وَ بَرَأْتَنِيْ مِنْ أَوَّلِ الْعُمُرِ مِنَ الْإِغْنَاءِ مِنَ (بَعْدَ) الْفَقْرِ وَ كَشْفِ الضُّرِّ وَ تَسْبِيْبِ الْيُسْرِ وَ دَفْعِ الْعُسْرِ وَ تَفْرِيْجِ الْكَرْبِ وَ الْعَافِيَةِ فِي الْبَدَنِ وَ السَّلاَمَةِ فِي الدِّيْنِ، وَ لَوْ رَفَدَنِيْ عَلَى قَدْرِ ذِكْرِ نِعْمَتِكَ جَمِيْعُ الْعَالَمِيْنَ مِنَ الْأَوَّلِيْنَ وَ الْآخِرِيْنَ مَا قَدَرْتُ وَ لاَ هُمْ عَلَى ذَلِكَ، تَقَدَّسْتَ وَ تَعَالَيْتَ مِنْ رَبٍّ كَرِيْمٍ عَظِيْمٍ رَحِيْمٍ، لاَ تُحْصَى آلاؤُكَ، وَ لاَ يُبْلَغُ ثَنَاؤُكَ، وَ لاَ تُكَافَى نَعْمَاؤُكَ،

 

Ya Allah, inilah pujianku kepada-Mu sebagai orang yang mengagungkan (-Mu), ketulusanku untuk mengingat-Mu sebagai orang yang mengesakan (-Mu), dan pengakuanku terhadap karunia-karunia-Mu sebagai orang yang menghitungnya, meskipun aku mengakui bahwa aku tidak akan dapat menghitungnya karena banyaknya dan luasnya, karena tampak dan keterlebihdahuluannya terhadap segala yang baru selama Engkau mencurahkannya atasku sejak Engkau menciptakanku dari awal usiaku dengan mencukupkanku dari kefakiran, menghilangkan bencana, mendatangkan kemudahan, menolak kesulitan, melapangkan duka, mendatangkan kesehatan di tubuhku dan keselamatan di dalam agamaku. Jika seluruh makhluk alam semesta dari awal hingga akhir membantuku untuk menghitung karunia-Mu, niscaya aku tidak akan mampu, begitu juga mereka. Mahasuci dan Mahatinggi Engkau sebagai Tuhan Yang Maha Pemurah, Mahaagung dan Maha Pengasih. Tak terhitung karunia-karunia-Mu, tak tergapai pujian-Mu, dan tak terbalas karunia-karunia-Mu

صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ، وَ أَتْمِمْ عَلَيْنَا نِعَمَكَ، وَ أَسْعِدْنَا بِطَاعَتِكَ، سُبْحَانَكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، اَللَّهُمَّ إِنَّكَ تُجِيْبُ الْمُضْطَرَّ، وَ تَكْشِفُ السُّوْءَ، وَ تُغِيْثُ الْمَكْرُوْبَ، وَ تَشْفِي السَّقِيْمَ، وَ تُغْنِي الْفَقِيْرَ، وَ تَجْبُرُ الْكَسِيْرَ، وَ تَرْحَمُ الصَّغِيْرَ، وَ تُعِيْنُ الْكَبِيْرَ، وَ لَيْسَ دُوْنَكَ ظَهِيْرٌ، وَ لاَ فَوْقَكَ قَدِيْرٌ، وَ أَنْتَ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ، يَا مُطْلِقَ الْمُكَبَّلِ الْأَسِيْرِ، يَا رَازِقَ الطِّفْلِ الصَّغِيْرِ، يَا عِصْمَةَ الْخَائِفِ الْمُسْتَجِيْرِ، يَا مَنْ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ لاَ وَزِيْرَ،

Curahkanlah salawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sempurnakanlah karunia-Mu atas kami dan bahagiakanlah kami dengan ketaatan kepada-Mu. Mahasuci Engkau, tiada Tuhan selain Engkau. Ya Allah, Engkau menjawab (panggilan) orang yang ditimpa kesusahan, menyingkap kejelekan, menolong orang yang tertimpa duka, menyembuhkan orang yang sakit, memberikan kekayaan kepada orang yang fakir, menyambung (tulang) yang patah, menyayangi anak yang kecil, membantu orang yang besar, tiada selain-Mu penolong, dan tiada di atas-Mu yang mahakuasa, serta Engkaulah Yang Mahatinggi nan Mahabesar. Wahai Zat yang membebaskan orang yang terbelenggu dipenjara, wahai Pemberi rezeki kepada anak kecil, wahai Tempat Perlindungan bagi orang yang takut yang memohon perlindungan, wahai Zat Yang tiada sekutu bagi-Nya dan tiada pembantu

صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ، وَ أَعْطِنِيْ فِيْ هَذِهِ الْعَشِيَّةِ أَفْضَلَ مَا أَعْطَيْتَ وَ أَنَلْتَ أَحَدًا مِنْ عِبَادِكَ مِنْ نِعْمَةٍ تُوْلِيْهَا وَ آلاَءٍ تُجَدِّدُهَا وَ بَلِيَّةٍ تَصْرِفُهَا وَ كُرْبَةٍ تَكْشِفُهَا وَ دَعْوَةٍ تَسْمَعُهَا وَ حَسَنَةٍ تَتَقَبَّلُهَا وَ سَيِّئَةٍ تَتَغَمَّدُهَا، إِنَّكَ لَطِيْفٌ بِمَا تَشَاءُ خَبِيْرٌ وَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ،

curahkanlah salawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, berikanlah kepadaku pada petang ini anugerah terbaik yang pernah Kauberikan kepada salah seorang dari hamba-hamba-Mu; karunia yang Kaukuasakan dan perbaharui, bencana yang Kausingkirkan, duka yang Kausingkap, doa yang Kaudengar, kebaikan yang Kauterima, kejelekan yang Kaututupi. Sesungguhnya Engkau Mahalembut terhadap apa yang Kaukehendaki, Maha Mengetahui dan Mahakuasa atas segala sesuatu

اَللَّهُمَّ إِنَّكَ أَقْرَبُ مَنْ دُعِيَ، وَ أَسْرَعُ مَنْ أَجَابَ، وَ أَكْرَمُ مَنْ عَفَا، وَ أَوْسَعُ مَنْ أَعْطَى، وَ أَسْمَعُ مَنْ سُئِلَ، يَا رَحْمَانَ الدُّنْيَا وَ الْآخِرَةِ وَ رَحِيْمَهُمَا، لَيْسَ كَمِثْلِكَ مَسْؤُوْلٌ وَ لاَ سِوَاكَ مَأْمُوْلٌ،

Ya Allah, Engkaulah Zat paling dekat yang dapat diseru, Zat lebih cepat yang dapat mengabulkan, Zat lebih pemurah yang dapat memaafkan, Zat lebih luas yang dapat memberikan, Zat lebih mendengarkan yang dapat dimohon, wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang di dunia dan akhirat

دَعَوْتُكَ فَأَجَبْتَنِيْ، وَ سَأَلْتُكَ فَأَعْطَيْتَنِيْ، وَ رَغِبْتُ إِلَيْكَ فَرَحِمْتَنِيْ، وَ وَثِقْتُ بِكَ فَنَجَّيْتَنِيْ، وَ فَزِعْتُ إِلَيْكَ فَكَفَيْتَنِيْ،

Tiada seperti-Mu yang dapat dimohon dan selain-Mu yang dapat diharapkan. Aku menyeru-Mu lalu Kau mengabulkanku, aku meminta kepada-Mu lalu Kau memberikan kepadaku, aku menginginkan-Mu lalu Kau mengasihiku, aku percaya kepada-Mu lalu Kauselamatkan aku, dan aku berlindung kepada-Mu lalu Kau cukupkanku

اَللَّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَ رَسُوْلِكَ وَ نَبِيِّكَ وَ عَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ أَجْمَعِيْنَ، وَ تَمِّمْ لَنَا نَعْمَاءَكَ، وَ هَنِّئْنَا عَطَاءَكَ، وَ اكْتُبْنَا لَكَ شَاكِرِيْنَ وَ لِآلائِكَ ذَاكِرِيْنَ، آمِينَ آمِيْنَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ،

Ya Allah, curahkanlah salawat atas Muhammad, hamba,Rasul dan

nabi-Mu dan atas keluarganya yang suci seluruhnya, sempurnakanlah bagi kami seluruh karunia-Mu, nikmatkanlah semua pemberian-Mu kepada kami, jadikanlah kami orang-orang yang bersyukur kepada-Mu dan mengingat karunia-karunia-Mu. Amin! Amin! Rabbal Âlamîn.

اَللَّهُمَّ يَا مَنْ مَلَكَ فَقَدَرَ، وَ قَدَرَ فَقَهَرَ، وَ عُصِىَ فَسَتَرَ، وَ اسْتُغْفِرَ فَغَفَرَ، يَا غَايَةَ الطَّالِبِيْنَ الرَّاغِبِيْنَ وَ مُنْتَهَى أَمَلِ الرَّاجِيْنَ، يَا مَنْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْئٍ عِلْمًا وَ وَسِعَ الْمُسْتَقِيْلِيْنَ رَأْفَةً وَ رَحْمَةً وَ حِلْمًا،

Ya Allah, wahai Yang memiliki lalu menentukan, yang menentukan lalu menguasai, yang dimaksiati lalu menutupi, dan yang dimintai ampunan lalu mengampuni. Wahai Puncak para pengharap yang mendamba dan harapan para pengharap. Wahai Yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan meliputi orang-orang yang meminta ampunan kemurahan, rahmat dan kesabaran-Nya

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ فِيْ هَذِهِ الْعَشِيَّةِ الَّتِيْ شَرَّفْتَهَا وَ عَظَّمْتَهَا بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّكَ وَ رَسُوْلِكَ وَ خِيَرَتِكَ مِنْ خَلْقِكَ وَ أَمِيْنِكَ عَلَى وَحْيِكَ الْبَشِيْرِ النَّذِيْرِ السِّرَاجِ الْمُنِيْرِ الَّذِيْ أَنْعَمْتَ بِهِ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ وَ جَعَلْتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ،

Ya Allah, kami menghadap kepada-Mu pada petang yang Kaumuliakan dan agungkan ini dengan (perantara) Muhammad, Nabi, Rasul, makhluk pilihan dan kepercayaan-Mu atas wahyu-Mu, pemberi berita gembira dan peringatan, pelita kemilau yang dengannya Engkau memberikan karunia kepada muslimin dan menjadikannya rahmat atas seluruh alam semesta

اَللَّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا مُحَمَّدٌ أَهْلٌ لِذَلِكَ مِنْكَ، يَا عَظِيْمُ فَصَلِّ عَلَيْهِ وَ عَلَى آلِهِ الْمُنْتَجَبِيْنَ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ أَجْمَعِيْنَ وَ تَغَمَّدْنَا بِعَفْوِكَ عَنَّا، فَإِلَيْكَ عَجَّتِ الْأَصْوَاتُ بِصُنُوْفِ اللُّغَاتِ،

Ya Allah, curahkanlah salawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Muhammad layak untuk itu. Wahai Yang Mahaagung, curahkanlah salawat atasnya dan atas seluruh keluarganya yang mulia dan suci, dan limpahkanlah karunia kepada kami dengan maaf-Mu kepada kami. Hanya kepada-Mu terangkat seluruh suara dengan berbagai macam bahasa

فَاجْعَلْ لَنَا اللَّهُمَّ فِيْ هَذِهِ الْعَشِيَّةِ نَصِيْبًا مِنْ كُلِّ خَيْرٍ تَقْسِمُهُ بَيْنَ عِبَادِكَ وَ نُوْرٍ تَهْدِيْ بِهِ وَ رَحْمَةٍ تَنْشُرُهَا وَ بَرَكَةٍ تُنْزِلُهَا وَ عَافِيَةٍ تُجَلِّلُهَا وَ رِزْقٍ تَبْسُطُهُ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ،

 Maka, jadikanlah bagi kami ya Allah pada petang ini bagian dari setiap kebaikan yang akan Kaubagikan di antara para hamba-Mu, bagian dari cahaya yang Kau memberikan petunjuk dengannya, bagian dari rahmat yang Kautebarkan, bagian dari berkah yang Kauturunkan, bagian dari ‘afiat yang Kauselimutkan, dan bagian dari rezeki yang Kaulapangkan. Wahai Yang lebih pengasih dari para pengasih

اَللَّهُمَّ أَقْلِبْنَا

فِيْ هَذَا الْوَقْتِ مُنْجِحِيْنَ مُفْلِحِيْنَ مَبْرُوْرِيْنَ غَانِمِيْنَ، وَ لاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، وَ لاَ تُخْلِنَا مِنْ رَحْمَتِكَ، وَ لاَ تَحْرِمْنَا مَا نُؤَمِّلُهُ مِنْ فَضْلِكَ، وَ لا تَجْعَلْنَا مِنْ رَحْمَتِكَ مَحْرُوْمِيْنَ وَ لا لِفَضْلِ مَا نُؤَمِّلُهُ مِنْ عَطَائِكَ قَانِطِيْنَ، وَ لاَ تَرُدَّنَا خَائِبِيْنَ وَ لاَ مِنْ بَابِكَ مَطْرُوْدِيْنَ، يَا أَجْوَدَ الْأَجْوَدِيْنَ وَ أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ،

 

Ya Allah, jadikanlah kami pada waktu ini sebagai orang-orang yang beruntung, jaya, berbahagia dan mendapatkan (kemenangan), jangan Kaujadikan kami sebagai orang-orang yang berputus asa, jangan Kauhalangi kami dari rahmat-Mu, jangan Kauhadang kami untuk mendapatkan anugerah-Mu yang kami harapkan, jangan Kaujadikan kami terhalangi dari mendapatkan rahmat-Mu dan dari menggapai anugerah yang kami harapkan sebagai orang-orang yang berputus asa, jangan Kautolak kami dengan sia-sia dan terusir dari pintu-Mu. Wahai Zat Yang lebih dermawan dari para dermawan dan Yang lebih Pemurah dari para pemurah 

إِلَيْكَ أَقْبَلْنَا

مُوْقِنِيْنَ وَ لِبَيْتِكَ الْحَرَامِ آمِّيْنَ قَاصِدِيْنَ، فَأَعِنَّا عَلَى مَنَاسِكِنَا، وَ أَكْمِلْ لَنَا حَجَّنَا، وَ اعْفُ عَنَّا وَ عَافِنَا، فَقَدْ مَدَدْنَا إِلَيْكَ أَيْدِيَنَا، فَهِيَ بِذِلَّةِ الْإِعْتِرَافِ مَوْسُوْمَةٌ،

kami menghadap kepada-Mu dengan penuh keyakinan dan menuju rumah-Mu yang suci. Maka, bantulah kami (untuk menyempurnakan) manasik haji kami, sempurnakanlah haji kami, ampunilah kami dan sehatkanlah kami. Kami telah mengulurkan tangan kami, dan ia adalah tanda pengakuan terhadap kehinaan kami

اَللَّهُمَّ فَأَعْطِنَا فِيْ هَذِهِ الْعَشِيَّةِ مَا سَأَلْنَاكَ، وَ اكْفِنَا مَا اسْتَكْفَيْنَاكَ، فَلاَ كَافِيَ لَنَا سِوَاكَ، وَ لاَ رَبَّ لَنَا غَيْرُكَ، نَافِذٌ فِيْنَا حُكْمُكَ، مُحِيْطٌ بِنَا عِلْمُكَ، عَدْلٌ فِيْنَا قَضَاؤُكَ، اِقْضِ لَنَا الْخَيْرَ وَ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْخَيْرِ،

Ya Allah, berikanlah kepada kami pada petang ini seluruh yang telah kami mohon kepada-Mu, cukupkanlah bagi kami apa yang telah kami harapkan dari-Mu. Tiada yang dapat mencukupi kami selain-Mu, tiada tuhan bagi kami selain-Mu, terlaksana atas kami hukum-Mu, meliputi kami ilmu-Mu, sungguh adil terhadap kami keputusan-Mu. Putuskanlah bagi kami kebaikan dan jadikanlah kami dari ahli kebaikan

اَللَّهُمَّ أَوْجِبْ لَنَا بِجُوْدِكَ عَظِيْمَ الْأَجْرِ وَ كَرِيْمَ الذُّخْرِ وَ دَوَامَ الْيُسْرِ، وَ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا أَجْمَعِيْنَ، وَ لاَ تُهْلِكْنَا مَعَ الْهَالِكِيْنَ، وَ لاَ تَصْرِفْ عَنَّا رَأْفَتَكَ وَ رَحْمَتَكَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ،

Ya Allah, wajibkan atas kami demi kedermawanan-Mu pahala yang agung, simpanan yang mulia dan berkesinambungnya kemudahan, ampunilah seluruh dosa kami, janganlah Kaucelakakan aku bersama orang-orang yang celaka, dan jangan Kausingkirkan dari kami kasih sayang dan rahmat-Mu. Wahai Yang lebih pengasih dari para pengasih

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِيْ هَذَا الْوَقْتِ مِمَّنْ سَأَلَكَ فَأَعْطَيْتَهُ، وَ شَكَرَكَ فَزِدْتَهُ وَ تَابَ (ثَابَ) إِلَيْكَ فَقَبِلْتَهُ، وَ تَنَصَّلَ إِلَيْكَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كُلِّهَا فَغَفَرْتَهَا لَهُ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَ الْإِكْرَامِ،

 Ya Allah, jadikanlah kami pada waktu ini di antara orang-orang yang memohon kepada-Mu lalu Kauberikan, yang bersyukur kepada-Mu lalu Kautambahkan, yang bertaubat kepada-Mu lalu Kauterima, dan memohon kebebasan dari seluruh dosanya kepada-Mu lalu Kauampuni mereka, wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan

اَللَّهُمَّ وَ نَقِّنَا (وَ وَفِّقْنَا) وَ سَدِّدْنَا  (وَ اعْصِمْنَا) وَ اقْبَلْ تَضَرُّعَنَا، يَا خَيْرَ مَنْ سُئِلَ، وَ يَا أَرْحَمَ مَنِ اسْتُرْحِمَ، يَا مَنْ لاَ يَخْفَى عَلَيْهِ إِغْمَاضُ الْجُفُوْنِ وَ لاَ لَحْظُ الْعُيُوْنِ وَ لاَ مَا اسْتَقَرَّ فِي الْمَكْنُوْنِ وَ لا مَا انْطَوَتْ عَلَيْهِ مُضْمَرَاتُ الْقُلُوْبِ، أَلاَ كُلُّ ذَلِكَ قَدْ أَحْصَاهُ عِلْمُكَ وَ وَسِعَهُ حِلْمُكَ، سُبْحَانَكَ وَ تَعَالَيْتَ عَمَّا يَقُوْلُ الظَّالِمُوْنَ عُلُوًّا كَبِيْرًا،

Ya Allah, sucikanlah kami, luruskanlah kami, dan terimalah kerendahan hati kami, wahai sebaik-baik Zat yang dapat dimohon, wahai Zat yang lebih pengasih yang dapat dimintai kasih sayang, wahai Yang tak tersembunyi bagi-Nya kedipan kelopak mata, lirikan mata, segala yang tersimpan di tempat yang tersembunyi, dan segala yang dimiliki oleh lubuk hati. Ingatlah bahwa semua itu telah diperhitungkan oleh ilmu-Mu dan diliputi oleh kesabaran-Mu. Mahasuci dan Mahatinggi Engkau dari apa yang dikatakan oleh orang-orang zalim setinggi-tingginya

تُسَبِّحُ لَكَ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَ الْأَرَضُوْنَ وَ مَنْ فِيْهِنَّ، وَ إِنْ مِنْ شَيْئٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ، فَلَكَ الْحَمْدُ وَ الْمَجْدُ وَ عُلُوُّ الْجَدِّ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَ الْإِكْرَامِ وَ الْفَضْلِ وَ الْإِنْعَامِ وَ الْأَيَادِي الْجِسَامِ، وَ أَنْتَ الْجَوَادُ الْكَرِيْمُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ،

 

Bertasbih kepada-Mu tujuh langit, bumi dan segala yang terdapat di dalam keduanya. Tidak ada sesuatu kecuali ia bertasbih kepada-Mu. Maka, bagi-Mu segala pujian, keagungan, dan setinggi-tinggi kemuliaan. Wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan, karunia dan kekaruniaan, serta anugerah yang agung. Engkaulah Yang Maha Dermawan, Pemurah, Belas kasih dan Pengasih

اَللَّهُمَّ أَوْسِعْ عَلَيَّ مِنْ رِزْقِكَ الْحَلاَلِ، وَ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ وَ دِيْنِيْ، وَ آمِنْ خَوْفِيْ، وَ أَعْتِقْ رَقَبَتِيْ مِنَ النَّارِ

Ya Allah, lapangkanlah bagiku rezeki-Mu yang halal, sehatkanlah badan dan agamaku, amankanlah rasa takutku, dan bebaskanlah aku dari api neraka

، اَللَّهُمَّ لاَ تَمْكُرْ بِيْ، وَ لاَ تَسْتَدْرِجْنِيْ، وَ لاَ تَخْدَعْنِيْ، وَ ادْرَأْ عَنِّيْ شَرَّ فَسَقَةِ الْجِنِّ وَ الْإِنْسِ

 Ya Allah, janganlah Kau berbuat makar terhadapku, janganlah Kau biarkan aku berada dalam jurang kesesatan, janganlah Kau berbuat tipu daya kepadaku dan singkirkanlah dariku jin dan manusia yang jahat

Kemudian, beliau mengangkat wajahnya ke langit dengan mengucurkan air mata yang sangat deras dan berteriak:

يَا أَسْمَعَ السَّامِعِيْنَ، يَا أَبْصَرَ النَّاظِرِيْنَ، وَ يَا أَسْرَعَ الْحَاسِبِيْنَ، وَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ السَّادَةِ الْمَيَامِيْنِ، وَ أَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ حَاجَتِيَ الَّتِيْ إِنْ أَعْطَيْتَنِيْهَا لَمْ يَضُرَّنِيْ مَا مَنَعْتَنِيْ، وَ إِنْ مَنَعْتَنِيْهَا لَمْ يَنْفَعْنِيْ مَا أَعْطَيْتَنِيْ، أَسْأَلُكَ فَكَاكَ رَقَبَتِيْ مِنَ النَّارِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، لَكَ الْمُلْكُ وَ لَكَ الْحَمْدُ، وَ أَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ، يَا رَبِّ يَا رَبِّ

Wahai Yang lebih mendengar dari orang-orang yang mendengar, wahai Yang lebih melihat dari orang-orang yang melihat, wahai Zat yang lebih cepat menghitung, wahai Yang lebih pengasih dari para pengasih, curahkanlah salawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, para pemimpin yang mulia. Aku memohon kepada-Mu, ya Allah, keperluanku yang jika Engkau memberikannya kepadaku, tidak akan membahayakanku apa yang Kaucegah dariku, dan jika Engkau mencegahnya dariku, niscaya tidak akan mendatangkan manfaat apa yang telah Kauberikan padaku. Aku memohon kepada-Mu kebebasanku dari api neraka. Tiada tuhan selain Engkau, tiada sekutu bagi-Mu. Hanya bagi-Mu seluruh kerajaan dan hanya bagi-Mu seluruh pujian. Dan Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu, ya Rabbi, ya Rabbi.

Beliau mengulang-ulangi kata ya Rabbi itu. Semua orang yang berada di sekeliling beliau, hanya mendengarkan doa beliau tersebut dan mencukupkan diri dengan mengucapkan “amin”. Suara tangisan mereka bergemuruh bersama tangisan beliau hingga matahari terbenam. Setelah itu, mereka berkemas dan berangkat menuju Masy’arul Haram.

Penulis berkata, “Kaf’ami dalam kitab al-Balad al-Amîn hanya menukil doa Arafah itu hingga di sini dan Allamah Majlisi ra dalam kitab Zâd al-Ma’âd juga menukil doa tersebut sesuai dengan riwayat Kaf’ami. Akan tetapi, Sayid Ibnu Thawus ra dalam kitab al-Iqbâl, setelah kata yâ Rabbi menambahkan doa berikut ini:

إِلَهِيْ أَنَا الْفَقِيْرُ فِيْ غِنَايَ فَكَيْفَ لاَ أَكُوْنُ فَقِيْرًا فِيْ فَقْرِيْ؟ إِلَهِيْ أَنَا الْجَاهِلُ فِيْ عِلْمِيْ فَكَيْفَ لاَ أَكُوْنُ جَهُوْلاً فِيْ جَهْلِيْ؟ إِلَهِيْ إِنَّ اخْتِلاَفَ تَدْبِيْرِكَ وَ سُرْعَةَ طَوَاءِ مَقَادِيْرِكَ مَنَعَا عِبَادَكَ الْعَارِفِيْنَ بِكَ عَنِ السُّكُوْنِ إِلَى عَطَاءٍ وَ الْيَأْسِ مِنْكَ فِيْ بَلاَءٍ، إِلَهِيْ مِنِّيْ مَا يَلِيْقُ بِلُؤْمِيْ وَ مِنْكَ مَا يَلِيْقُ بِكَرَمِكَ،

 

Ilahi, aku fakir dalam kekayaanku. Bagaimana aku tidak fakir dalam kefakiranku? Ilahi, aku bodoh dalam kepengetahuanku. Bagaimana aku tidak

bodoh dalam kebodohanku? Ilahi, sesungguhnya perubahan pengaturan-Mu dan cepatnya lipatan takdir-Mu mencegah hamba-hamba-Mu yang mengenal-Mu untuk

tidak meminta anugerah dan dan berputus asa dari-Mu ketika tertimpa malapetaka. Ilahi, aku berhak menerima balasan yang sesuai dengan kejahatanku dan Engkau berhak memberikan ampunan yang sesuai dengan kemurahan-Mu.

إِلَهِيْ وَصَفْتَ نَفْسَكَ بِاللُّطْفِ وَ الرَّأْفَةِ لِيْ قَبْلَ وُجُوْدِ ضَعْفِيْ، أَفَتَمْنَعُنِيْ مِنْهُمَا بَعْدَ وُجُوْدِ ضَعْفِيْ ؟

Ilahi, Engkau telah menyifati diri-Mu dengan kelemahlembutan dan kasih sayang terhadapku sebelum aku lemah. Apakah Engkau akan mencegahku dari mendapatkan keduanya setelah aku lemah?

إِلَهِيْ إِنْ ظَهَرَتِ الْمَحَاسِنُ مِنِّيْ فَبِفَضْلِكَ وَ لَكَ الْمِنَّةُ عَلَيَّ، وَ إِنْ ظَهَرَتِ الْمَسَاوِيْ مِنِّيْ فَبِعَدْلِكَ وَ لَكَ الْحُجَّةُ عَلَيَّ،

Ilahi, jika kebaikan-kebaikan tampak dariku, maka semua itu karena anugerah-Mu dan Engkau berhak menuntutnya dariku dan jika kejelekan-kejelekan tampak dariku, maka semua itu dari keadilan-Mu dan Engkau memiliki alasan untuk (menghujat)ku.

إِلَهِىْ كَيْفَ تَكِلُنِيْ وَ قَدْ تَكَفَّلْتَ لِيْ (تَوَكَّلْتُ)؟ وَ كَيْفَ أُضَامُ وَ أَنْتَ النَّاصِرُ لِيْ؟ أَمْ كَيْفَ أَخِيْبُ وَ أَنْتَ الْحَفِيُّ بِيْ؟

Ilahi, bagaimana mungkin Engkau akan membiarkanku sedangkan Engkau telah memeliharaku? Bagaimana mungkin aku akan tertindas sedangkan Engkau adalah penolongku? Bagaimana mungkin aku akan kecewa sedangkan Engkau selalu memberikan anugerah kepadaku?

هَا أَنَا أَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِفَقْرِيْ إِلَيْكَ، وَ كَيْفَ أَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِمَا هُوَ مَحَالٌ أَنْ يَصِلَ إِلَيْكَ؟ أَمْ كَيْفَ أَشْكُوْ إِلَيْكَ حَالِيْ وَ هُوَ لاَ يَخْفَى عَلَيْكَ؟ أَمْ كَيْفَ أُتَرْجِمُ بِمَقَالِيْ وَ هُوَ مِنْكَ بَرَزٌ إِلَيْكَ؟ أَمْ كَيْفَ تُخَيِّبُ آمَالِيْ وَ هِيَ قَدْ وَفَدَتْ إِلَيْكَ؟ أَمْ كَيْفَ لاَ تُحْسِنُ أَحْوَالِيْ وَ بِكَ قَامَتْ؟

Inilah aku bertawasul kepada-Mu dengan (perantara) rasa membutuhkanku kepada-Mu! Bagaimana mungkin aku bertawasul kepada-Mu dengan apa yang tidak mungkin sampai kepada-Mu? Perlukah aku mengadukan kepada-Mu keadaanku sedangkan ia tidak tersembunyi bagi-Mu? Perlukah aku menerjemahkannya dengan ucapanku sedangkan ia berasal dari-Mu dan tampak bagi-Mu? Bagaimana mungkin Engkau menyia-nyiakan harapan-harapanku sedangkan ia telah datang menghampiri-Mu? Atau bagaimana mungkin Engkau tidak mengetahui keadaanku dengan baik sedangkan ia berdiri tegak (baca: bahagia) dengan (perantara)-Mu?

إِلَهِيْ مَا أَلْطَفَكَ بِيْ مَعَ عَظِيْمِ جَهْلِيْ، وَ مَا أَرْحَمَكَ بِيْ مَعَ قَبِيْحِ فِعْلِيْ، إِلَهِيْ مَا أَقْرَبَكَ مِنِّيْ وَ أَبْعَدَنِيْ عَنْكَ، وَ مَا أَرْأَفَكَ بِيْ، فَمَا الَّذِيْ يَحْجُبُنِيْ عَنْكَ؟ إِلَهِيْ عَلِمْتُ بِاخْتِلاَفِ الْآثَارِ وَ تَنَقُّلاَتِ الْأَطْوَارِ أَنَّ مُرَادَكَ مِنِّيْ أَنْ تَتَعَرَّفَ إِلَيَّ فِيْ كُلِّ شَيْئٍ حَتَّى لاَ أَجْهَلَكَ فِيْ شَيْئٍ،

 

Ilahi, alangkah Engkau berbelas kasih kepadaku padahal kebodohanku sangat besar dan alangkah pengasihnya Engkau padahal kelakukanku jelek! Ilahi, alangkah Engkau dekat kepadaku dan alangkah jauhnya aku dari-Mu! Alangkah belas kasihnya Engkau! Maka, apakah yang dapat menghalangiku dari-Mu? Ilahi, aku mengetahui dengan (perantara) beragamnya tanda-tanda kekuasaan-Mu dan silih bergantinya keadaan bahwa tujuan-Mu terhadapku adalah bahwa Engkau ingin mengenalku dalam segala sesuatu sehingga aku tidak bodoh terhadap-Mu dalam segala sesuatu

إِلَهِيْ كُلَّمَا أَخْرَسَنِيْ لُؤْمِيْ أَنْطَقَنِيْ كَرَمُكَ، وَ كُلَّمَا آيَسَتْنِيْ أَوْصَافِيْ أَطْمَعَتْنِيْ مِنَنُكَ،

Ilahi, setiap kali kejahatanku membuatku bisu, kemurahan-Mu membuatku berani berbicara, dan setiap kali sifat-sifatku membuatku putus asa, anugerah-anugerah-Mu membuatku terdorong 

إِلَهِيْ مَنْ كَانَتْ مَحَاسِنُهُ مَسَاوِيَ فَكَيْفَ لاَ تَكُوْنُ مَسَاوِيْهِ مَسَاوِيَ، وَ مَنْ كَانَتْ حَقَائِقُهُ دَعَاوِيَ فَكَيْفَ لاَ تَكُوْنُ دَعَاوِيْهِ دَعَاوِيَ،

Ilahi, orang yang kebaikannya adalah kejelekan, bagaimana mungkin kejelekan-kejelekannya bukan kejelekan? Sesiapa hakikatnya adalah dakwaan (yang batil), bagaimana mungkin dakwaan (batil)nya bukan dakwaan (yang batil)?

إِلَهِيْ حُكْمُكَ النَّافِذُ وَ مَشِيَّتُكَ الْقَاهِرَةُ لَمْ يَتْرُكَا لِذِيْ مَقَالٍ مَقَالاً وَ لاَ لِذِيْ حَالٍ حَالاً،

Ilahi, hukum-Mu yang terlaksana dan kehendak-Mu yang berkuasa tidak meninggalkan bagi orang yang ingin berbiacara kesempatan untuk berbicara dan tidak keadaan bagi orang yang keadaannya (sudah pasti)

إِلَهِيْ كَمْ مِنْ طَاعَةٍ بَنَيْتُهَا وَ حَالَةٍ شَيَّدْتُهَا، هَدَمَ اعْتِمَادِيْ عَلَيْهَا عَدْلُكَ، بَلْ أَقَالَنِيْ مِنْهَا فَضْلُكَ،

Ilahi, berapa banyak ketaatan yang telah kubina dan keadaan yang telah kupegang. Keadilan-Mu telah meluruhkan kepercayaanku kepadanya. Bahkan, (meskipun demikian), telah membuatku bangkit kembali kepadanya anugerah-Mu

إِلَهِيْ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنِّيْ وَ إِنْ لَمْ تَدُمِ الطَّاعَةُ مِنِّيْ فِعْلاً جَزْمًا فَقَدْ دَامَتْ مَحَبَّةً وَ عَزْمًا،

Ilahi, sesungguhnya Engkau mengetahui, meskipun ketaatanku tidak berlanjut secara kontinu, tetapi, kecintaan dan tekadku terus berlanjut

إِلَهِيْ كَيْفَ أَعْزِمُ وَ أَنْتَ الْقَاهِرُ وَ كَيْفَ لاَ أَعْزِمُ وَ أَنْتَ الْآمِر؟ُ

Ilahi, bagaimana mungkin

aku akan berusaha (sungguh-sungguh) sedangkan Engkaulah yang menguasai, dan bagaimana mungkin aku tidak berusaha (sungguh-sungguh) sedangkan Engkaulah yang memerintahkan (untuk itu )?

إِلَهِيْ تَرَدُّدِيْ فِي الْآثَارِ يُوْجِبُ بُعْدَ الْمَزَارِ، فَاجْمَعْنِيْ عَلَيْكَ بِخِدْمَةٍ تُوْصِلُنِيْ إِلَيْكَ، كَيْفَ يُسْتَدَلُّ عَلَيْكَ بِمَا هُوَ فِيْ وُجُوْدِهِ مُفْتَقِرٌ إِلَيْكَ؟ أَيَكُوْنُ لِغَيْرِكَ مِنَ الظُّهُوْرِ مَا لَيْسَ لَكَ حَتَّى يَكُوْنَ هُوَ الْمُظْهِرَ لَكَ؟

Ilahi, penyelamanku terhadap akibat (makhluk dalam berusaha mengenal-Mu) telah menjauhkan tempat tujuanku. Maka, kumpulkanlah aku di haribaan-Mu dengan sebuah khidmat yang dapat menyampaikanku kepada-Mu. Bagaimana mungkin dapat dijadikan petunjuk untuk menuju-Mu apa yang wujudnya membutuhkan-Mu? Apakah ada penampakan selain-Mu yang tidak Kau miliki sehingga ia menjadi penampak-Mu?

مَتَى غِبْتَ حَتَّى تَحْتَاجَ إِلَى دَلِيْلٍ يَدُلُّ عَلَيْكَ؟ وَ مَتَى بَعُدْتَ حَتَّى تَكُوْنَ الْآثَارُ هِيَ الَّتِيْ تُوْصِلُ إِلَيْكَ؟ عَمِيَتْ عَيْنٌ لاَ تَرَاكَ عَلَيْهَا رَقِيْبًا، وَ خَسِرَتْ صَفْقَةُ عَبْدٍ لَمْ تَجْعَلْ لَهُ مِنْ حُبِّكَ نَصِيْبًا،

Kapankah Engkau tidak tampak sehingga Engkau membutuhkan kepada petunjuk yang dapat menunjukkan-Mu? Dan kapankah Engkau jauh sehingga para makhluklah yang dapat menyampaikan kepada-Mu? Sungguh buta mata yang tidak melihat-Mu sebagai pengawasnya dan sungguh rugi jual-beli seorang hamba yang tidak menjadikan bagi dirinya bagian dari kecintaan-Mu!

إِلَهِيْ أَمَرْتَ بِالرُّجُوْعِ إِلَى الْآثَارِ، فَأَرْجِعْنِيْ إِلَيْكَ بِكِسْوَةِ الْأَنْوَارِ وَ هِدَايَةِ الْإِسْتِبْصَارِ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَيْكَ مِنْهَا كَمَا دَخَلْتُ إِلَيْكَ مِنْهَا مَصُوْنَ السِّرِّ عَنِ النَّظَرِ إِلَيْهَا وَ مَرْفُوْعَ الْهِمَّةِ عَنِ الْإِعْتِمَادِ عَلَيْهَا، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ،

Ilahi, Engkau telah menyuruhku untuk merujuk kepada para makhluk (demi mengenal-Mu). Maka, kembalikanlah aku kepada-Mu dengan pakaian cahaya dan hidayah yang penuh makrifat sehingga aku kembali kepada-Mu dari makhluk tersebut sebagaimana aku pernah memasukinya dengan hati yang tidak memedulikannya dan kemauanku lebih tinggi daripada hanya percaya kepadanya. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu

إِلَهِيْ هَذَا ذُلِّيْ ظَاهِرٌ بَيْنَ يَدَيْكَ، وَ هَذَا حَالِيْ لاَ يَخْفَى عَلَيْكَ، مِنْكَ أَطْلُبُ الْوُصُوْلَ إِلَيْكَ، وَ بِكَ أَسْتَدِلُّ عَلَيْكَ، فَاهْدِنِيْ بِنُوْرِكَ إِلَيْكَ، وَ أَقِمْنِيْ بِصِدْقِ الْعُبُوْدِيَّةِ بَيْنَ يَدَيْكَ،

Ilahi, inilah kehinaanku telah tampak di hadapan-Mu dan inilah kondisiku tidak tersembunyi dari-Mu. Hanya dari-Mu aku memohon untuk sampai kepada-Mu dan hanya dengan (perantara)-Mu aku memohon petunjuk untuk menuju kepada-Mu. Maka, tunjukkanlah aku dengan cahaya-Mu kepada-Mu dan tegakkanlah aku dengan kejujuran penghambaan di hadapan-Mu

إِلَهِيْ عَلِّمْنِيْ مِنْ عِلْمِكَ الْمَخْزُوْنِ، وَ صُنِّيْ بِسِتْرِكَ الْمَصُوْنِ، إِلَهِيْ حَقِّقْنِيْ بِحَقَائِقِ أَهْلِ الْقُرْبِ وَ اسْلُكْ بِيْ مَسْلَكَ أَهْلِ الْجَذْبِ،

 

Ilahi, ajarkanlah kepadaku dari ilmu-Mu yang tersimpan dan jagalah aku dengan penutupan-Mu yang terjaga. Ilahi, hiasilah aku dengan hakikat orang-orang yang telah dekat kepada-Mu dan jadikanlah sulukku seperti suluk orang-orang yang telah terpikat hati kepada-Mu

إِلَهِيْ أَغْنِنِيْ بِتَدْبِيْرِكَ لِيْ عَنْ تَدْبِيْرِيْ وَ بِاخْتِيَارِكَ عَنِ اخْتِيَارِيْ، وَ أَوْقِفْنِيْ عَلَى مَرَاكِزِ اضْطِرَارِيْ،

Ilahi, cukupkanlah pengaturan-Mu padaku sehingga aku tidak butuh lagi kepada pengaturanku dan pilihan-Mu sehingga aku tidak lagi membutuhkan pilihanku, dan beritahukanlah kepadaku saat-saat aku sangat membutuhkan 

إِلَهِيْ أَخْرِجْنِيْ مِنْ ذُلِّ نَفْسِيْ، وَ طَهِّرْنِيْ مِنْ شَكِّيْ وَ شِرْكِيْ قَبْلَ حُلُوْلِ رَمْسِيْ،

Ilahi, keluarkanlah aku dari kehinaan diriku dan sucikanlah aku dari keraguan dan syirikku sebelum kematianku tiba

    بِكَ أَنْتَصِرُ فَانْصُرْنِيْ، وَ عَلَيْكَ أَتَوَكَّلُ فَلاَ تَكِلْنِيْ، وَ إِيَّاكَ أَسْأَلُ فَلاَ تُخَيِّبْنِيْ، وَ فِيْ فَضْلِكَ أَرْغَبُ فَلاَ تَحْرِمْنِيْ، وَ بِجَنَابِكَ أَنْتَسِبُ فَلاَ تُبْعِدْنِيْ، وَ بِبَابِكَ أَقِفُ فَلاَ تَطْرُدْنِيْ،

Hanya kepada-Mu aku memohon bantuan, maka bantulah aku. Hanya kepada-Mu aku pasrah diri, maka janganlah Kaubiarkan aku. Hanya kepada-Mu aku memohon, maka janganlah Kau sia-siakan aku. Hanya anugerah-Mu yang kuinginkan, maka janganlah Kauhalangi aku. Hanya ke haribaan-Mu aku bersandar, maka janganlah Kauusir aku Hanya di pintu-Mu aku berdiri, maka janganlah Kau singkirkan aku.

إِلَهِيْ تَقَدَّسَ رِضَاكَ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ عِلَّةٌ مِنْكَ، فَكَيْفَ يَكُوْنُ لَهُ عِلَّةٌ مِنِّيْ؟

Ilahi, suci keridaan-Mu dari adanya sebuah kekurangan dari diri-Mu. Maka, bagaimana mungkin ia memiliki kekurangan dariku?

إِلَهِيْ أَنْتَ الْغَنِيُّ بِذَاتِكَ أَنْ يَصِلَ إِلَيْكَ النَّفْعُ مِنْكَ، فَكَيْفَ لاَ تَكُوْنُ غَنِيًّا عَنِّيْ؟

Ilahi, Engkau Mahakaya dengan Zat-Mu sendiri sehingga Engkau tidak membutuhkan manfaat (meskipun) dari diri-Mu. Maka, bagaimana mungkin Engkau tidak merasa kaya dariku?

إِلَهِيْ إِنَّ الْقَضَاءَ وَ الْقَدَرَ يُمَنِّيْنِيْ وَ إِنَّ الْهَوَى بِوَثَائِقِ الشَّهْوَةِ أَسَرَنِيْ، فَكُنْ أَنْتَ النَّصِيْرَ لِيْ حَتَّى تَنْصُرَنِيْ وَ تُبَصِّرَنِيْ، وَ أَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ حَتَّى أَسْتَغْنِيَ بِكَ عَنْ طَلَبِيْ،

Ilahi, sesungguhnya qadha` dan qadar-Mu telah memberikan harapan kepadaku dan ketergantunganku kepada hawa nafsu telah membelengguku  Maka, jadilah Engkau sebagai penolongku sehingga Engkau dapat memenangku dan membukakan mata hatiku, dan kayakanlah aku dengan anugerah-Mu sehingga aku tidak membutuhkan lagi dengan (perantara anugerah)-Mu untuk mencari

أَنْتَ الَّذِيْ أَشْرَقْتَ الْأَنْوَارَ فِيْ قُلُوْبِ أَوْلِيَائِكَ حَتَّى عَرَفُوْكَ وَ وَحَّدُوْكَ، وَ أَنْتَ الَّذِيْ أَزَلْتَ الْأَغْيَارَ عَنْ قُلُوْبِ أَحِبَّائِكَ حَتَّى لَمْ يُحِبُّوْا سِوَاكَ وَ لَمْ يَلْجَأُوْا إِلَى غَيْرِكَ، أَنْتَ الْمُوْنِسُ لَهُمْ حَيْثُ أَوْحَشَتْهُمُ الْعَوَالِمُ، وَ أَنْتَ الَّذِيْ هَدَيْتَهُمْ حَيْثُ اسْتَبَانَتْ لَهُمُ الْمَعَالِمُ،

Engkaulah yang memancarkan cahaya-cahaya (Ilahiah) di hati para wali-Mu sehingga mereka dapat mengenal dan mengesakan-Mu. Engkaulah yang menghilangkan selain-Mu dari hati para kekasih-Mu sehingga mereka enggan mencintai selain-Mu dan tidak bernaung kepada selain-Mu. Engkaulah yang menenangkan mereka ketika mereka ditakutkan oleh (cobaan) dunia. Engkaulah yang memberi hidayah kepada mereka ketika jelas bagi mereka tanda-tanda petunjuk

مَاذَا وَجَدَ مَنْ فَقَدَكَ وَ مَا الَّذِيْ فَقَدَ مَنْ وَجَدَكَ؟ لَقَدْ خَابَ مَنْ رَضِيَ دُوْنَكَ بَدَلاً، وَ لَقَدْ خَسِرَ مَنْ بَغَى عَنْكَ مُتَحَوِّلاً، كَيْفَ يُرْجَى سِوَاكَ وَ أَنْتَ مَا قَطَعْتَ الْإِحْسَانَ؟ وَ كَيْفَ يُطْلَبُ مِنْ غَيْرِكَ وَ أَنْتَ مَا بَدَّلْتَ عَادَةَ الْإِمْتِنَانِ؟

Apakah yang akan ditemukan oleh orang yang telah kehilangan diri-Mu dan apa yang hilang dari seorang yang telah menemukan-Mu? Sungguh kecewa orang yang rela selain-Mu menjadi pengganti-Mu dan sungguh rugi orang yang ingin berpaling dari-Mu!  Bagaimana mungkin selain-Mu dapat diharapkan sedangkan Engkau tidak pernah memutus kebaikan-Mu? Dan bagaimana mungkin selain-Mu dapat dimintai padahal Engkau belum mengubah kebiasaan untuk memberi?

يَا مَنْ أَذَاقَ أَحِبَّاءَهُ حَلاَوَةَ الْمُؤَانَسَةِ، فَقَامُوْا بَيْنَ يَدَيْهِ مُتَمَلِّقِيْنَ، وَ يَا مَنْ أَلْبَسَ أَوْلِيَاءَهُ مَلاَبِسَ هَيْبَتِهِ، فَقَامُوْا بَيْنَ يَدَيْهِ مُسْتَغْفِرِيْنَ،

Wahai Yang telah merasakan manisnya bercinta kepada para kekasih-Nya sehingga mereka berdiri di hadapan-Nya dengan rayuan. Wahai Yang memakaikan kepada para wali-Nya pakaian kewibawaan-Nya sehingga mereka berdiri di hadapan-Nya dengan meminta ampunan

أَنْتَ الذَّاكِرُ قَبْلَ الذَّاكِرِيْنَ، وَ أَنْتَ الْبَادِيْ بِالْإِحْسَانِ قَبْلَ تَوَجُّهِ الْعَابِدِيْنَ، وَ أَنْتَ الْجَوَادُ بِالْعَطَاءِ قَبْلَ طَلَبِ الطَّالِبِيْنَ، وَ أَنْتَ الْوَهَّابُ ثُمَّ لِمَا وَهَبْتَ لَنَا مِنَ الْمُسْتَقْرِضِيْنَ،

Engkaulah Maha Pengingat sebelum para hamba mengingat (-Mu). Engkaulah Maha Memulai dengan berbuat kebaikan sebelum para hamba menghadap kepada-Mu. Engkaulah Maha Dermawan dengan pemberian-Mu sebelum para hamba meminta. Engkaulah Maha Pemberi, kemudian dengan seluruh pemberian yang telah Kau berikan itu Engkau masih ingin berutang (dari kami).

إِلَهِي اطْلُبْنِيْ بِرَحْمَتِكَ حَتَّى أَصِلَ إِلَيْكَ، وَ اجْذِبْنِيْ بِمَنِّكَ حَتَّى أُقْبِلَ عَلَيْكَ،

Ilahi, panggillah aku dengan rahmat-Mu sehingga aku dapat sampai kepada-Mu dan pikatlah (hati)ku dengan anugerah-Mu sehingga aku datang menemui-Mu.

إِلَهِيْ إِنَّ رَجَائِيْ لاَ يَنْقَطِعُ عَنْكَ وَ إِنْ عَصَيْتُكَ كَمَا أَنَّ خَوْفِيْ لاَ يُزَايِلُنِيْ وَ إِنْ أَطَعْتُكَ، فَقَدْ دَفَعَتْنِي الْعَوَالِمُ إِلَيْكَ وَ قَدْ أَوْقَعَنِيْ عِلْمِيْ بِكَرَمِكَ عَلَيْكَ،

Ilahi, sesungguhnya harapanku tak ‘kan terputus dari-Mu meskipun aku bermaksiat kepada-Mu sebagaimana rasa takutku tak ‘kan pernah hilang meskipun aku menaati-Mu. Seluruh alam semesta telah mendorongku untuk menuju-Mu dan telah menyeretku pengetahuanku tentang kemurahan-Mu ke haribaan-Mu

إِلَهِيْ كَيْفَ أَخِيْبُ وَ أَنْتَ أَمَلِيْ أَمْ كَيْفَ أُهَانُ وَ عَلَيْكَ مُتَّكَلِيْ؟ إِلَهِيْ كَيْفَ أَسْتَعِزُّ وَ فِي الذِّلَّةِ أَرْكَزْتَنِي أَمْ كَيْفَ لاَ أَسْتَعِزُّ وَ إِلَيْكَ نَسَبْتَنِيْ؟

Ilahi, bagaimana mungkin aku kecewa sedangkan Engkau adalah harapanku? Atau bagaimana mungkin aku hina sedangkan aku pasrah kepada-Mu ?

إِلَهِيْ كَيْفَ لاَ أَفْتَقِرُ وَ أَنْتَ الَّذِيْ فِي الْفُقَرَاءِ أَقَمْتَنِيْ أَمْ كَيْفَ أَفْتَقِرُ وَ أَنْتَ الَّذِيْ بِجُوْدِكَ أَغْنَيْتَنِي؟ وَ أَنْتَ الَّذِيْ لا إِلَهَ غَيْرُكَ،

Ilahi, bagaimana mungkin aku menjadi mulia sedangkan Engkau dalam jurang kehinaan mencampakkanku? Atau bagaimana mungkin aku tidak merasa mulia sedangkan Engkau menghubungkan diriku kepada-Mu? Bagaimana mungkin aku tidak membutuhkan sedangkan Engkau telah menempatkanku di antara orang-orang yang fakir? Atau bagaimana mungkin aku merasa membutuhkan sedangkan Engkau telah menjadikanku kaya dengan kedermawanan-Mu? Engkaulah yang tiada tuhan selain-Mu

تَعَرَّفْتَ لِكُلِّ شَيْئٍ فَمَا جَهِلَكَ شَيْئٌ، وَ أَنْتَ الَّذِيْ تَعَرَّفْتَ إِلَيَّ فِيْ كُلِّ شَيْئٍ فَرَأَيْتُكَ ظَاهِرًا فِيْ كُلِّ شَيْئٍ، وَ أَنْتَ الظَّاهِرُ لِكُلِّ شَيْئٍ،

Engkau telah mengenalkan diri-Mu kepada segala sesuatu sehingga tidak ada sesuatu pun yang tidak mengenal-Mu. Engkaulah yang telah mengenalkan diri-Mu kepadaku melalui perantara segala sesuatu sehingga aku melihat-Mu terjelma dalam segala sesuatu. Dan Engkaulah yang terjelma dalam segala sesuatu.

يَا مَنِ اسْتَوَى بِرَحْمَانِيَّتِهِ فَصَارَ الْعَرْشُ غَيْبًا فِيْ ذَاتِهِ، مَحَقْتَ الْآثَارَ بِالْآثَارِ وَ مَحَوْتَ الْأَغْيَارَ بِمُحِيْطَاتِ أَفْلاَكِ الْأَنْوَارِ، يَا مَنِ احْتَجَبَ فِيْ سُرَادِقَاتِ عَرْشِهِ عَنْ أَنْ تُدْرِكَهُ الْأَبْصَارُ، يَا مَنْ تَجَلَّى بِكَمَالِ بَهَائِهِ فَتَحَقَّقَتْ عَظَمَتُهُ الْإِسْتِوَاءَ، كَيْفَ تَخْفَى وَ أَنْتَ الظَّاهِرُ؟ أَمْ كَيْفَ تَغِيْبُ وَ أَنْتَ الرَّقِيْبُ الْحَاضِرُ؟ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ‏

Wahai Yang telah bersemayam dengan kemahapengasihan-Nya sehingga ‘Arasy tenggelam dalam Zat-Nya. Engkau hilangkan keberadaan suatu makhluk dengan keberadaan makhluk yang lain dan melenyapkan selain-Mu dengan liputan cakrawala cahaya-Mu. Wahai Yang bersembunyi di balik ‘Arasy-Nya sehingga tak terlihat oleh pandangan mata. Wahai Yang terjelma dengan kesempurnaan keindahan-Nya sehingga menguasai keagungan-Nya seluruh persemayaman-Nya. Bagaimana mungkin Engkau tersembunyi sedangkan Engkau Mahazahir? Atau bagaimana mungkin Engkau gaib padahal Engkaulah Yang Maha Mengawasi dan Mahahadir? Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan segala puji bagi Allah semata

 

Minggu, 04 September 2016 20:24

Sejarah Hidup Ummu Habibah

Sejarah Hidup Ummu Habibah

 

Ummu Habibah adalah salah satu istri Nabi Muhammad (SAW), beliau adalah putri dari Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abd As-Syams bin bin Abd Manaf.

 

Beliau terkenal dengan nama ‘Ramlah’  dan disebagian riwayat beliau bernama ‘Hind’. Beliau dilahirkan di Makkah 17 tahun sebelum masa Kenabian. Ibunya adalah Safiyyah binti Abi al-Ash bin Abd as-Syams bin Abd Manaf yang mana ibunya adalah bibi dari pihak ayah Usman bin Affan. Beliau menikah dengan Ubaidillah bin Jahsy al-Asadi yang mana Ubaidillah adalah saudara dari Zaenab binti Jahsy yang juga salah satu dari isteri-isteri Nabi (SAW). Setelah masa Kenabian beliau dan Ubaidillah termasuk dari orang-orang yang memeluk Islam pertama kali.

 

Ummu Habibah mengutamakan Allah dan Rasul-Nya dalam segala masalah, bagi beliau kembali ke kekafiran layaknya kembali kepada api yang membara, oleh karena itu beliau sangat kuat memegang agama Islam yang didasari atas kesadaran dan akal sehat.

 

Abu Sufyan tidaklah pernah berpikir jika seseorang di antara Qurasih ada yang berani menentang dia apalagi mengabaikan perintahnya di masalah penting dan mendasar. Pada waktu itu, Abu Sufyan adalah seorang pemimpin besar di Makkah yang semua orang mengikuti dan mematuhi perintahnya. Akan tetapi, putrinya sendiri Ummu Habibah justru berani menolak keyakinan ayahnya dan menentang perintahnya setelah memeluk agama Rasulullah (SAW).

 

Beberapa orang berpikir setelah Ubaidillah bin Jahsy memeluk Islam, beliau hanyalah mengikuti suaminya saja, tapi kenyataannya tidaklah demikian, karena beliau justru memeluk Islam dengan kesadaran dan akal sehat. Sebagai buktinya adalah beliau justru memeluk Islam disaat Islam berada di bawah tekanan dan permusuhan oleh Abu Sufyan dan Bani Umayyah.

 

Beliau dan Ubaidillah bin Jahsy percaya kepada Allah bersama-sama dan bersaksi atas kenabian Nabi (SAW).

Abu Sufyan menggunakan semua kekuasaannya untuk membujuk putrinya agar kembali ke agama nenek moyang mereka, tetapi dia selalu gagal dengan cara ini. Karena iman beliau adalah iman yang nyata dan kuat di lubuk hati beliau yang terdalam. Hal ini membuat kepribadian Ummu Habibah kuat bahkah lebih dapat menangkis dan menolak segala ancaman dan bujukan dari ayahnya untuk kembali ke agama nenek moyang mereka.

 

Masuknya putri Abu Sufyan ke agama Islam ini membuat ayahnya marah karena putrinya tidak mematuhi perintahnya dan dia juga tidak mampu mencegah putrinya untuk mengikuti agama Muhammad (SAW), dan lebih dari itu hal ini membuat Ayahnya kehilangan harga dirinya di depan suku Quraish sebagai pemimpin mereka.

 

Ketika suku Qurasih menyadari bahwa Abu Sufyan tidak rela dan marah terhadap putrinya Ramlah dan suaminya, mereka berusaha untuk bersikap kasar dengan mulai mengganggu dan menyiksa mereka secara fisik dan mental yang membuat Ramlah dan Suaminya tidak betah hidup lama di Mekkah.

 

Ketika Nabi Muhammad (SAW) memerintahkan umat Muslim untuk berhijrah ke Abyssinia, Ramlah, suaminya dan anak kecilnya Habibah termasuk dari orang-orang pertama yang berhijrah ke Abyssinia untuk menggapai ridha Allah dan untuk melindungi iman dan agama mereka, merekapun berhijrah di bawah dukungan dan perlindungan dari Najasyi.

 

Abu Sufyan dan kepala suku lainnya di Mekkah tidak berhenti mengganggu kaum muslimin sehingga membuat mereka tidak betah di Mekkah yang akhirnya terpaksa berhijrah dan tinggal di Abyssinia dalam damai dan ketenangan.

 

Kaum musyrikin Mekkah mengirim agen mereka kepada Najasyi untuk menghasutnya agar melawan Muslim dan meminta kepadanya agar mengembalikan umat muslim kepada mereka. Mereka juga menyebarkan fitnah bahwa umat muslim memiliki pandangan dan keyakinan yang tidak baik tentang Yesus dan ibunya Maryam, hal ini dilakukan agar Najasyi marah karena dia adalah seorang penganut Kristen.

Setelah pertemuan antara Najasyi dan agen dari Mekkah, maka Najasyi mengundang pemimpin dari kaum Muhajir untuk hadir di pertemuan khusus dan meminta mereka untuk mengungkapkan realitas agama mereka dan keyakinan mereka tentang Yesus dan ibunya Maryam.

 

Najasyi meminta mereka untuk membacakan beberapa ayat Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad (SAW).

Dengan bacaan beberapa ayat Al-Qur’an, maka Najasyi merasakan kebenaran agama Islam di hatinya. Bahkan dia sampai menangis hingga jenggotnya basah dan mengatakan bahwa apapun yang telah diwahyukan kepada Nabi (SAW) adalah adalah sama halnya dengan apa yang Yesus ajarkan.

Kemudian ia menyatakan bahwa ia telah dipercaya dengan Kenabian Nabi Muhammad (SAW).

Tapi, hal yang perlu dicatat bahwa komandan Najasyi tidak memeluk Islam dan ia tetap pada keyakinannya untuk tetap memeluk agama Kristen.

Terlepas dari itu Najasyi menyerukan dukunganya terhadap kaum muslim yang berhijrah ke tampatnya dan menolak permintaan kaum musyrikin Mekkah.

Oleh karena itu, Ummu Habibah berpikir bahwa masa ketidaknyamanan telah selesai dan sekarang beliau bisa hidup dengan tenang.

Tapi, lebih dari itu beliau tidak tahu bahwa takdir telah menentukan pilihan lain baginya.

Hikmah Allah menempatkan beliau dalam ujian yang sangat sulit yang banyak pria pandai dan cerdas pun mungkin tidak bisa lulus ujian ini, tapi Ummu Habibah mampu lulus dalam ujian ini.

 

Pada suatu malam Ummu Habibah bermimpi buruk bahwa suaminya Ubaidillah berada di lautan yang penuh badai dan kegelapan mengelilingi dia.

Ummu Habibah terbangun dengan rasa takut dan cemas dan dia tidak ingin mengatakan kepada siapapun tentang mimpi ini.

Kemudian ternyata mimpi beliau ini menjadi kenyataan, karena beliau menyaksikan bahwa suaminya Ubaidillah menjadi murtad dan berpindah agamanya dari Islam ke Kristen.

Kemudian suaminya menghabiskan waktunya dengan minum anggur (minuman keras) siang dan malam.

Ubaidillah memberi Ummu Habibah dua pilihan, yaitu perceraian atau dia harus keluar dari Islam dan memeluk Kristen.

Oleh karena itu Ummu Habibah kebingungan diantara tiga hal :

 

Pertama, beliau harus menerima permintaan suaminya untuk memeluk Kristen dan menjadi murtad yang berimplikasi kepada kehancuran hidupnya dunia dan akhirat, oleh karena itu beliau tidak akan pernah menerima hal ini.

 

Kedua, beliau harus kembali ke rumah ayahnya di Mekkah yang memaksa beliau hidup dalam situasi yang sangat sulit dibawah atmosfer kediktatoran.

 

Ketiga dia harus tinggal di Abyssinia tanpa seorang pelindungpun dan hidup dalam kesulitan.

 

Diantara pilihan ini maka Ummu Habibah memutuskan untuk tinggal di Abyssinia dan menunggu pertolongan Tuhan.

Selang beberapa waktu kemudian, takdir yang baik terjadi untuknya.

 

Pernikahan dengan Nabi Muhammad (SAW)

Setelah masa perceraian Ummu Habibah selesai, keberuntungan dan kesejahteraan datang padanya.

 

Di suatu pagi hari Budak dari Najasyi, Abrahah berkunjung ke rumah beliau dan menyapanya dengan sangat sopan dan berkata : Raja Najasyi mengirimkan kabar terbaik untuk Anda dan mengatakan bahwa Nabi Muhammad (SAW) ingin menikahi Anda.

 

Ketika Ummu Habibah mendengar pesan ini beliau menjadi sangat bahagia dan menangis secara tidak sadar karena Allah telah memberikan pesan kesejahteraan.

 

Lalu beliau mulai mengambil semua perhiasannya, dari anting-anting hingga cincin dan memberikan semuanya kepadas Abrahah sebagai hadiah. Bahkan jika masih ada harta yang beliau punya di dunia ini pun, maka beliau akan berikan kepada Abrahah saking senangnya.

 

Lalu ia menyuruh Abrahah untuk memilihkan Khalid bin Said bin Ash, sebagai wali pernikahannya karena dia lebih dekat daripada orang lain denganya.

 

Kerajaan Najasyi terletak di sebuah bukit yang mana terdapat pohon-pohon yang indah, kerajaan Najasyipun dihiasi dengan karpet berharga dan dihadiri oleh orang-orang penting seperti dari para sahabat nabi Jafar bin Abi Tholib, Khalid bin Sain bin Ash dan Abdullah bin Hudzafah dan warga penduduk Abyssinia.

 

Ketika mereka semua berkumpul maka Najasyi memberikan sambutan:

“Saya bersaksi tiada Tuhan Selain Allah, Rasulullah (SAW) telah menuliskan surat kepada saya agar saya menikahkan Ummu Habibah kepada beliau (SAW), dan sudah diterima oleh Ummu Habibah dengan mas kawin 400 dinar.” Kemudian Khalid bin Said menyambut : “Saya sebagai wakil dari Ummu Habibah telah menyetujuinya dan menerima mas kawin 400 dinar.” Ketika acara ini selesai dan para hadirin ingin keluar maka Najasyi mengatakan : “Duduklah, sesungguhnya walimatul’ursy adalah sunnah para nabi di saat upacara pernikahan.” Kemudian Najasyi menyuruh pelayannya untuk mengeluarkan makanan-makanan dan kemudian para hadirin menikmatinya.

Setelah mereka selesai makan, baru kemudian mereka pergi.

 

Ummu Habibah mengatakan ketika beliau menerima mas kawin, beliau mengirim 250 gram emas untuk Abrahah yang telah menyampaikan kepadanya kabar baik ini.

 

Setelah itu Abrahah datang kepadanya dan memberikan kembali apa pun yang beliau berikan kepadanya dan mengatakan kepada Najasyi yang telah meminta Abrahah agar dia tidak menerima apa pun dari Ummu Habibah, kemudian Najasyi memerintahkan istri-istrinya untuk mengirimkan parfum yang baik di hari besoknya kepada Ummu Habibah.

 

 

Kunjugan Yang Penuh Berkah

Kafilah Ummu Habibah pindah ke Madinah dengan kapal dan hadiah yang telah disiapkan Najasyi untuknya.

Setelah mendekati Madinah mereka baru menyadari bahwa nabi (SAW) sedang pergi keluar dari Madinah untuk menaklukkan Khaibar.

Ketika Nabi (SAW) pulang dengan kemenangan, beliau berkata:

Saya tidak tahu.

Apakah Saya harus senang atas kemenangan ini ataukah atas kedatangan Ja’far?

Kemudian Ummu Habibah pergi ke Nabi Muhammad (SAW) dan beliau berbicara tentang upacara pernikahannya dan beliau telah memberi Abrahah pesan untuk nabi (SAW).

Dan nabi (SAW) pun menjadi sangat senang mendengar berita ini.

Ummu Habibah dan Safiyyah pergi ke rumah nabi bersama dengan Utsman bin Affan untuk menetapkan perayaan besar bagi sepupunya Ummu Habibah.

Ketika Abu Sufyan mendengar berita ini maka dia sangat marah dan berkata:

Orang ini (Nabi Muhammad SAW) adalah orang yang susah untuk dikalahkan.

 

Akhlaq Mulia Ummu Habibah

Disebutkan dalam sejarah bahwa sebelum Mekah ditaklukkan,  Abu Sufyan berkunjung ke Madinah untuk memperbaharui Perjanjian Hudaibiyah.

Dia pergi ke rumah Ummu Habibah dan ingin duduk di karpet nabi (SAW) tapi putrinya tidak membiarkan dia untuk duduk di karpet itu.

Abu Sufyan bertanya: Putriku, saya ini tidak pantas untuk duduk di karpet ini atau karpet ini tidak pantas untuk saya duduki?

Ummu Habibah menjawab: ini adalah karpet nabi (SAW) dan Anda masih musyrik, oleh karena itu tidak boleh bagi anda untuk duduk di atasnya.

Abu Sufyan mengatakan: Putriku tercinta aneh, Anda sudah terkontaminasi pikiran aneh karena saya sudah lama tidak melihat Anda.

Ummul Mukminin, Ummu Habibah adalah salah satu wanita yang sangat menjaga dan taat dengan hukum syariat, beliau banyak berdoa dan menekankan pada masalah-masalah agama.

Beliau dikenal karena pikirannya yang cermelang dan beliau memiliki hubungan yang sangat baik dengan Aisyah karena Aisyah memiliki peran yang sangat penting dalam pernikahannya.

Ummu Habibah ingin menyenangkan istri-istri Nabi (SAW) yang lain seperti Aisyah dan Ummu Salamah, karena alasan ini beliau mengatakan kepada Aisyah atas apa yang terjadi diantara Aisyah dan Ummu Habibah bisa juga terjadi diantara istri-istri Nabi (SAW) yang lain, oleh karena itu beliau meminta maaf kepadas Aisyah.

Aisyah pun mengatakan: Aku memaafkanmu dan saya meminta Tuhan untuk membuat Anda bahagia karena Anda telah membuat saya bahagia.

Ummu Salamah mengatakan hal yang sama juga kepada Ummu Habibah.

Ketika umat Islam dan suku Quraish menetapkan perjanjian Perdamaian Hudaibiyah, Abu Sufyan tidak sedang berada di Mekah dan wakilnya yang merupakan salah satu dari kepala Quraish lah yang menandatangani perjanjian ini.

Bani Khazaeh adalah sekutu Muslim dalam isi perjanjian Hudaibiyah, dan seharusnya suku Quraish tidak boleh memprotes keberadaan suku ini, akan tetapi beberapa orang bodoh dan konyol justru menyerang suku Bani Khazaeh ini.

Suku Quraish mengerti bahwa mereka membuat kesalahan dan menyadari jika umat Islam menyerang mereka, maka mereka akan kehilangan pertempuran.

Karena alasan ini mereka mengirim Abu Sufyan kepada Nabi Muhammad (SAW) dengan tujuan untuk bernegosiasi dengan beliau untuk memperpanjang perjanjian damai selama lebih dari 10 tahun.

Sementara Abu Sufyan berpikir tentang antara perdamaian dan perang, maka dia tetap pergi ke Madinah.

Di jalan dia berpikir bagaimana muslim bisa menang dan mencari alasan kenapa suku Quraish menjadi lemah.

Dia juga berpikir bahwa ketika ia tiba di Madinah di mana ia bisa tinggal?

Dia mengatakan kepada dirinya sendiri: Ramlah lebih dekat daripada saya walaupun dia adalah menjadi istri nabi (SAW) tapi dia adalah putri saya dan saya ayahnya karena alasan ini dia akan membantu saya.

Akhirnya, Abu Sufyan tiba di Madinah. Pada awalnya dia pergi masjid di Madinah untuk mengunjungi nabi (SAW), sesampainya dia disana ia melihat Nabi (SAW) sedang duduk dengan para sahabatnya, ia berbicara kepada nabi tentang masalahnya dan meminta nabi (SAW) untuk memenuhi permintaanya agar nabi (SAW) bersedia memperpanjang jangka waktu perjanjian Perdamaian Hudaibiyah lebih dari 10 tahun, akan tetapi nabi (SAW) tidak menerima dan menolak permintaannya.

Permintaan Ummahatul Mukminin terhadap Nabi (SAW)

Setelah beberapa permintaan dari istri-istri nabi untuk meningkatkan tunjangan mereka dan mengembangkan kehidupan mereka.

Dikatakan bahwa Ummu Habibah meminta nabi (SAW) baju Soholi (Soholi: tempat atau suku di Yaman).

Kemudian, Nabi (SAW) meninggalkan istri mereka selama kurang lebih satu bulan sampai Surah Al-Ahzab ayat 28-29 turun yang menceritakan tentang istri-istri Nabi (SAW), ayat tersebut adalah :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ قُل لِّأَزۡوَٰجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدۡنَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيۡنَ أُمَتِّعۡكُنَّ وَأُسَرِّحۡكُنَّ سَرَاحٗا جَمِيلٗا . وَإِن كُنتُنَّ تُرِدۡنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَ فَإِنَّ ٱللَّهَ أَعَدَّ لِلۡمُحۡسِنَٰتِ مِنكُنَّ أَجۡرًا عَظِيمٗا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut´ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar”

Setelah turunnya ayat-ayat ini istri nabi lebih suka tinggal dengan nabi.

Kemudian Nabi (SAW) memutuskan untuk berbagi waktu dan tunjangan mereka.

 

Ummu Habibah setelah wafatnya Nabi (SAW)

Kejadian penting pada kehidupan Ummu Habibah setelah Nabi (SAW) wafat, berhubungan dengan pemblokadean dan tentang teror terhadap khalifah ketiga, Utsman bin Afan. Yang mana pada waktu itu Utsman bin Affan terlibat dalam protes pemblokadean dengan mengirim seseorang ke Ali bin Abi Tholib dan Ummu Habibah dan juga kepada istri nabi lain untuk meminta mereka membantu menyelesaikan pemblokadean makanan dan minuman.

Ali bin Abi Tholib pun pergi untuk membantu, tetapi beliau tidak berhasil.

Kemudian Ummu Habibah naik unta dan pergi menuju rumah Utsman dan mengatakan kepada demonstran bahwa beliau ingin mengambil kembali devisa Bani Umayyah yang ada di tangan Utsman, karena alasan ini bahwa itu adalah harta benda anak yatim dan janda.

Beliau mencoba untuk memasuki rumah Utsman dan memberinya makanan dan minuman, tetapi para demonstran melawan beliau dengan memotong tali pengikat untanya.

Beliau hampir jatuh dari unta tetapi orang-orang menahannya dan membawanya ke rumah.

Setelah kematian Utsman beliau mengirim kemeja berdarah Utsman melalui Naman bin Bashir ke kakaknya Muawiyah, tapi Muawiyah justru menggunakan kemeja berdarah itu untuk menghasut orang terhadap Ali bin Abi Tolib.

 

Wafatnya Ummu Habibah

Menurut sejarah yang ada beliau telah melakukan perjalanan ke Damaskus dan beberapa perawi percaya bahwa beliau meninggal di sana, karena di pemakaman Bab Al-saghir ada kuburan yang terkait dengannya, tetapi beberapa perawi percaya bahwa beliau meninggal dalam usia 74 tahun di tahun 44 (setelah Hijrah) di Madinah.

Marwan Hakam mengatakan bahwa jenazah beliau dimakamkan di pemakaman Baqi’.

 

Ummu Habibah dan Periwayatan Hadist

Ummu Habibah telah meriwayatkan beberapa hadist dari Nabi Muhammad (SAW) dan Zaenab binti Jahsy.

Saudaranya-saudaranya seperti; Abu Bakar Said Sagfi, Aujarah Ghorayshi, Shahr bin Hushab, Musa bin Rafiya, Asim bin Abi Saleh dan yang lainnya telah banyak meriwayatkan riwayat tentang beliau. Dalam Sihahu Sittah telah diriwayatkan 65 dari Ummu Habibah tentang nabi (SAW).

Dikatakan juga bahwa Ummu Habibah, mengutip dari isteri-isteri Nabi (SAW): Rasulullah (SAW)  bersabda: Jika seorang muslim solat 12 rakaat nafilah selama sehari dan semalam maka Allah akan membuatkan dia istana di surga (HR. Muslim :728)

 

Referensi Penelitian:

{1} Tabari, Penelitian dari Mohammad Abolfazl Ebrahim, Beyroot Dar Alteras 2nd Edition, 1967, version11, halaman 604 dan Massoudi Altanbih dan AlAsraf. Tashih Abdolah Esmaiel Alsavi, Qahereh, DarAlsavi, Bita, P223 dan Ibn Hesham, Alsirat Alnabaviyeh, Penelitian Mustafa Alsaqa, Beyroot DarAl Marefa, Bita P645, v2.

Minggu, 04 September 2016 20:23

Sejarah Hidup Saudah Binti Zam’ah

Sejarah Hidup Saudah Binti Zam’ah

 

Saudah adalah putri dari Zam’ah bin Qais dari Suku Quraish Mekah. Dia berasal keturunan Luiy, salah satu nenek moyang dari Nabi Muhammad (SAW). Ayahnya adalah salah satu orang pertama yang memeluk Islam pada awal diutusnya Nabi (SAW).

Saudah pertama kali dinikahi oleh sepupunya, Sakran bin Amr bin Abd Syams, dan mereka memiliki seorang putra bernama Abdurrahman. Setelah munculnya dakwah Islam dari Nabi (SAW), Saudah memeluk Islam dan disusul oleh suaminya. Kemudian beliau dan suaminya bersama-sama dengan sejumlah muallaf berhijrah ke Abyssinia karena intensitas penganiayaan dan pelecehan dari orang-orang kafir Mekah yang semakin meningkat.

Setelah kemenangan umat Islam di Mekah dan penerimaan Islam oleh orang-orang Mekah, orang-orang yang telah berhijrah dari Abyssinia kembali ke Mekah. Dalam perjalanan mereka ke Mekkah, suami Saudah meninggal. Ketika beliau tahu bahwa orang-orang Mekah tidak menerima Islam dan bahkan meningkatkan penganiayaan mereka terhadap kaum Muslimin, ditambah lagi tragedi kehilangan suaminya, beliau menjadi sangat khawatir akan perilaku keluarganya yang masih belum memeluk Islam.

Pada saat itu, janda dianggap aib dan berbahaya. Jadi orang asing dan perempuan yang belum menikah harus mencari bantuan dari suku atau kepala klan agar mereka terbebas dari perlakuan buruk orang lain.

 

Usulan Lamaran kepada Nabi (SAW)

Bersamaan dengan peristiwa yang dijelaskan diatas dan pada hari-hari sulit di antara duka dan kesedihan, Abu Thalib, paman Nabi (SAW) wafat dan tidak lama setelah itu istri Nabi (SAW), Sayyidah Khadijah juga menyusulnya. Nabi (SAW) menjadi sangat sedih atas hilangnya paman dan istrinya.

Setelah kematian Sayyidah Khadijah (SA), Nabi (SAW) tidak menikah selama satu tahun. Sahabat Rasulullah (SAW) khawatir dengan keadaan Nabi dan mereka juga menyadari status Khadijah (SA). Mereka ingin meringankan kesedihan Nabi atas wafatnya Khadijah (SA). Oleh karena itu, mereka mengirim Khulah binti Hakim istri Utsman bin Maz'un kepada Nabi (SAW). Khulah adalah salah satu wanita mukmin dan solihah.

Setelah pertemuannya dengan Nabi, Khulah mengatakan kepada beliau: "Wahai Rasulullah, aku tahu hilangnya Khadijah (SA) membuat Anda sangat berduka." Nabi (SAW) menjawab: "Ya, dia adalah ibu dari anak-anak saya dan keluarga saya."

Khulah kemudian mengatakan: "Mengapa Engkau tidak menikah, wahai Rasulullah?" Nabi (SAW) diam untuk sementara waktu dan air mata mulai mengalir turun dari matanya. Lalu beliau berkata: "Apakah ada seseorang untuk saya setelah Khadijah?"

Khulah mendapat kesempatan dan berkata cepat: “Dapatkah saya melamarkan seseorang untuk Anda"

Akhirnya, Rasulullah (SAW) setuju dengan keadaan Saudah yang merupakan seorang wanita tua.

Khulah pergi ke Saudah dan mengatakan padanya: “Kabar baik Hari ini adalah bahwa hidup Anda telah terlahir kembali"

Saudah: "Kenapa?"

Khulah: "Nabi (SAW) telah mengutus aku untuk memberikan usulan pernikahannya dengan Anda."

Saudah: "Apakah Nabi (SAW) benar-benar ingin menikahi saya!"

Khula: "Ya, saya bercerita tentang Anda dan beliau meminta saya untuk mengusulkan kepada Anda."

Meskipun usia tua dan sejarah pernikahannya; Saudah menghormati ayahnya dan berkata: "Jadi, saya akan mendapatkan izin ayahku dulu"

Khulah mengatakan: "Saya pergi ke ayah Saudah dan mengatakan kepadanya: Muhammad bin Abdullah ingin melamar putri Anda, Saudah"

Ayah Saudah mengatakan: "Muhammad adalah orang besar dan murah hati tetapi tanyalah Saudah, apa pendapatnya?"

Ketika Saudah menyatakan persetujuannya, kata ayahnya. : "Katakan kepada Muhammad (SAW) agar datang untuk upacara pernikahannya"

Pernikahan yang bahagia ini berlangsung di bulan Ramadhan, tahun kesepuluh setelah dimulainya Kenabian Muhammad (SAW) dan Nabi tidak menikahi wanita lain selama tiga tahun.

Pernikahan Nabi dengan seorang wanita tua membuat orang Mekah terkejut dan setelah pernikahan mereka; Saudah terlindungi dari penganiayaan mereka (orang musyrik Mekah).

Setelah menerima Islam dan menjadi seorang Muslim, saudara Saudah, Abdullah bin Zam'ah, mengatakan: "Saya bertingkah seperti orang gila ketika saya mendengar berita pernikahan kakak saya dengan Nabi sehingga saya harus menaruh tanah di kepala saya."

Setelah pernikahan ini, banyak orang dari suku Saudah masuk Islam dalam jumlah besar karena cinta mereka kepada Nabi (SAW) dan moralitas beliau yang sangat luar biasa itu.

Pernikahan tersebut berlangsung setahun sebelum Hijrah Nabi ke Madinah. Saudah bekerja dengan rajin untuk menjaga Fatimah (AS) dan adiknya, Ummu Kultsum. Perlu dicatat bahwa selama Nabi tinggal di Mekah beliau menikahi tiga wanita: Sayyidah Khadijah, Saudah, dan Aisyah. pernikahan lainnya dari Nabi (SAW) berlangsung setelah Hijrah ke Madinah.

 

Upaya Saudah untuk Membuat Nabi (SAW) Senang

Menurut beberapa kutipan dari riwayat, meskipun Saudah berbeda usianya dengan Nabi (SAW) tapi beliau adalah seorang wanita yang bermartabat dan terhormat dan sangat baik kepada Nabi (SAW).

Ummul Mukminin Saudah, selalu berusaha keras untuk menyenangkan Nabi (SAW) dengan tindakan dan kata-katanya dan meskipun usia tua dia memiliki rasa humor saat bertemu Rasulullah (SAW).

Saudah selalu berbicara tentang hal-hal yang menyenangkan dan lucu untuk membuat Nabi (SAW) bahagia dan gembira.

Setelah Hijrah dari Mekkah ke Madinah dan penyelesaiannya di Madinah, Nabi (SAW) mengirim Zaid bin Harist dan hamba sahayanya, Aba Rafeh, bersama dengan dua unta dan lima ratus dirham ke Mekah untuk membawa kembali Fatimah (AS), Ummu Kultsum, Saudah, Ummu Iman (istri Zaid bin Harist), dan Usamah bin Zaid ke Madinah.

Zaid menyelesaikan misinya dan mereka Saudah di rumah Harist bin Nu'man.

Dzahabi mengatakan: Nabi (SAW) membangun rumah pertama untuk Saudah di Madinah dan tidak menikahi wanita lain sampai tiga tahun setelahnya.

Menurut beberapa riwayat, setelah Sayyidah Khadijah; Saudah adalah istri Nabi (SAW) yang paling murah hati.

Ibn Sa'ad meriwayatkan dari Muhammad Ibn Syirin bahwa Umar mengirim panci penuh dengan dirham untuk Saudah. Dia bertanya: Apa ini? Mereka mengatakan: Dirham. Kemudian Saudah membagikan uang itu kepada orang-orang yang ada disana.

 

Saudah Menemani Nabi (SAW) dalam beberapa Pertempuran

Beberapa cerita mengatakan bahwa Saudah menyertai Nabi (SAW) dalam beberapa pertempuran seperti Perang Khaibar.

Ibn Sa'ad dalam bukunya Tabiqat-nya menulis: Nabi memberi Saudah tujuh puluh ritl (satuan berat saat itu) dari kurma dan dua puluh ritl jelai dalam pertempuran Khaibar. Hal ini menunjukkan bahwa beliau bersama Nabi (SAW) dalam pertempuran Khaibar.

 

Munculnya Perselisihan

Ketika para istri Nabi (SAW) tidak senang dengan cara beliau dalam memberikan tunjangan, mereka menuntut Nabi (SAW) untuk meningkatkan jumlah tunjangan tersebut. Nabi (SAW) memberi kebebasan untuk istri-istrinya baik untuk tinggal bersamanya atau bercerai. Sehingga ayat ini diturunkan:

"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu: Jika Kamu menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka datanglah kesini supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, serta (kesenangan) di akhirat, maka sesungguhnya Allah telah menyediakan pahala yang besar untuk siapa saja yang berbuat baik diantara kamu."(QS. Al-Ahzab: 28-29).

Setelah mendengar ayat-ayat ini, Saudah cepat pergi ke Nabi (SAW) dan mengatakan: saya tidaklah menginginkan apa-apa.

Aisyah meriwayatkan bahwa: ".... Saudah takut Nabi (SAW) mungkin akan menceraikannya karena usianya yang telah tua."

Saudah sudahlah seperti nenek bagi Aisyah. Beliau sering mengatakan berulang kali: "Saya ingin Allah memilih saya sebagai istri Nabi pada Hari Kiamat.

Beberapa sejarawan telah menulis bahwa ada beberapa perbedaan pendapat terkait Nabi (SAW) yang ingin menceraikannya. Saudah mengatakan kepadanya: Hai Nabi (SAW), saya meminta Anda tidak menceraikan saya sehingga saya akan berada di antara istri-istri Anda pada Hari Kiamat. Oleh karena itu, Nabi tidak menceraikannya.

 

 

Saudah di Haji Wada

Saudah dengan istri Nabi (SAW) yang lain pergi untuk melakukan haji wada dan mengunjungi Masjidil Haram. Bagaimanapun juga, karena mereka diperintahkan dalam Al-Qur’an untuk tinggal di rumah mereka, maka mereka tidak lagi berpergian ke Mekkah.

Ini merupakan kewajiban bagi seseorang yang dalam keadaan ihram untuk pergi ke Muzdalifah untuk melakukan Doa Pagi di sana setelah keluar dari Arafah dan kemudian meninggalkan tempat itu. Ketika Saudah dan Nabi (SAW) sedang melakukan ritual haji wada, beliau melakukannya dengan susah payah, karena beliau sudah sangat tua. Beliau mengatakan kepada Nabi: "Wahai Rasulullah saya tidak bisa tinggal sampai pagi". Nabi (SAW) pun memperbolehkannya untuk meninggalkannya. Keringanan dari Nabi (SAW) ini adalah karena umur Saudah yang sudah tua.

Khalifah kedua, Uman bin Khattab, selama kekhalifahannya membolehkan semua istri-istri Nabi untuk melakukan Haji. Semua istri-istri Nabi mengunjungi Kabah kecuali Saudah dan Zainab binti Jahsy yang mengatakan mereka tidak akan pergi keluar setelah wafatnya Rasulullah (SAW). Saudah mengatakan: Aku akan tinggal di rumah, karena Allah telah memerintahkanku demikian.

 

Ketaatan Saudah kepada Allah dan Nabi-Nya (SAW)

Suyuti menulis: bahwa ayat: "Dan tinggalah di rumah kalian dan janganlah menampilkan diri seperti orang-orang Jahiliyah dulu"; telah digunakan sebagai alasannya ketika orang bertanya kepadanya mengapa ia tidak pergi Haji dan Umrah. Beliau mengatakan: Allah telah memerintahkan saya untuk tidak keluar dari rumah saya dan saya harus tinggal di rumah.

Bahkan telah diriwayatkan bahwa beliau tidak pergi keluar dari rumahnya sampai jenazahnya sendiri yang dibawa keluar dari rumahnya.

 

Wafatnya Saudah

Saudah meninggal ketika kekhalifahan Umar bin Khattab dan beliau dimakamkan di pemakaman Baqi’.

Minggu, 04 September 2016 20:19

Sejarah Hidup Zaenab Hafsah

Dengan Menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

Sejarah Hidup Zaenab Hafsah

 

Zaenab Hafsah adalah putri dari Umar Bin Khatab bin Nafil bin Abdul Aziz dan ibunya adalah Zainab binti Mazh'un, adik dari Utsman bin Mazh'un.

 

Beliau lahir lima tahun sebelum masa Kenabian Nabi Muhammad (SAW), yaitu dihari-hari ketika orang-orang Quraish sedang memperbaiki Ka’bah. Pada waktu itu suku Qurasih sedang mengalami kemelut konflik antar suku terkait siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar al Aswad pada tempatnya semula di sudut ka’bah.

 

Pernikahan dengan Khunais

Ketika Hafsah dewasa, beliau menikah dengan seorang muslim yang baik dan saleh dengan nama Khunais bin Huzhafah. Beberapa waktu setelah pernikahannya, tekanan dan siksaan kaum musyrikin terhadap terhadap Nabi Islam (SAW) dan para sahabatnya semakin meningkat, oleh karena itu keadaain ini memaksa orang-orang yang mampu untuk untuk berhijrah ke Habaysah (Maroko).

 

Khunais adalah salah satu dari mereka yang telah berhijrah ke Habasyah dan kemudian kembali ke Mekah dengan istri dan teman-temannya yang telah mendapatkan izin dari nabi untuk berhijrah lagi ke Yatsrib (Madinah Munawarah). Mereka tinggal di Madinah sampai hijrah Nabi ke kota ini yang membuat kebahagiaan mereka menjadi lengkap karena kehadiran Nabi (SAW).

 

Syahidnya Khunais dan Hari Perpisahan:

Pada waktu perang Badar yang mana kemenangan telah didapatkan oleh kaum muslimin dengan bantuan Allah, Khunais adalah salah satu prajurit pemberani dalam perag heroik ini, meskipun ia terluka parah ia terus berjuang sampai akhir hayatnya. Ia kembali ke Madinah dengan banyak luka yang menyebabkan ia meninggal beberapa hari setelahnya. Nabi (SAW) mensholatkan jenazahnya dan kemudian memerintahkan para sahabat untuk menguburkanya di Baqi’ dekat dengan Utsman bin Mazh'un.

 

 

Pernikahannya dengan Nabi (SAW)

Setelah selesai masa iddah (masa tunggu wanita sebelum dapat melakukan pernikahan kembali), maka Umar bin Khattab selaku ayahnya memutuskan untuk mencari suami untuknya. Pertama kali yang ia temuinya adalah Abu Bakar dan memintanya untuk menikahi putrinya, tetapi dia tidak memberikan jawaban. Dia kemudian meminta Utsman untuk menikahi putrinya, tapi ia menjawab bahwa ia belum memutuskan untuk menikah lagi.

 

Karena hal ini maka Umar bin Khattab menjadi sangat marah dan menceritakan kejadian ini kepada Nabi (SAW). Nabi (SAW) kemudian mengatakan : "Seseorang yang lebih baik dari Utsman akan menikahi Hafsah dan seseorang yang lebih baik dari Hafsah akan menikah dengan Utsman."

Kemudian Nabi (SAW) memintanya dan menikahinya pada bulan Sya’ban tahun ketiga Hijriyah.

Beberapa saat setelah itu, Ruqaya putri Nabi (SAW) dan istri Utsman bin affan meninggal, kemudian Utsman menikah lagi dengan putri kedua Nabi (SAW), Ummi Kulsum.

 

Iri dan Dengki Antara Para Istri

 

Perlu dicatat bahwa kadang iri dan dengki terjadi diantara para istri-istri Nabi (SAW), tapi beliau berhasil menanganinya dengan dengan cinta dan kebijaksanaan.

 

Nabi (SAW) memiliki seorang budak bernama Maria Qibtiyyah sebagai hadiah yang diberikan kepada beliau dari Raja Mesir dan kadang ia menjadi sasaran iri dan dengki istri-istri Nabi (SAW) yang lain. Sebuah riwayat dari Anas mengatakan bahwa Aisyah dan Hafsa mencoba segala macam cara untuk menjauhkannya dari Nabi (SAW), sehingga ayat dari Quran diturunkan kepadanya:

 

 ياأيها النبي لم تحرم ما أحل الله لك تبتغي مرضات أزواجك والله غفور رحيم (التحريم: 1)

 

“Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan dirimu dari apa yang Allah telah perbolehkan untukmu hanya karena ingin memberikan kepuasan kepada istrimu?, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. At-Tahrim:1)

 

Sebuah riwayat mengutip bahwa Nabi (SAW) bercerai dengan Hafsah sekali tapi kemudian beliau kembali padanya dan sekali lagi menikahnya. Setelah kejadian ini maka Hafsah bertobat dan mengubah perilakunya.

 

Perlu diketahui juga bahwa Hafsah menghabiskan hari-harinya dengan puasa dan malam hari dia beribadah dan mencoba yang terbaik untuk memperoleh pengetahuan dari Nabi (SAW).

 

 

 

Keilmuan dan Pengetahuan Fiqih Zaenab Hafsah

 

Beliau telah hafal Al-qur’an dan meriwayatkan banyak hadist dari Nabi (SAW). Sebanyak enam puluh hadist telah dikutip dari dia, yang mana keenamnya secara umum masuk di Sahih Muslim dan Sahih Bukhari, dan tiga darinya masuk di Sahih Muslim saja.

 

Keilmuan, Fiqih dan kesalehannya sangatlah terkenal terutama selama pemerintahan empat khalifah, apalagi ayahnya Umar bin Khatab juga mengikuti banyak pendapatnya untuk memutuskan suatu hukum tertentu.

 

Beliau juga menjadi rujukan untuk riwayat Nabi (SAW) dan banyak dari teman-temannya termasuk kakaknya Abdullah bin Umar sudah biasa belajar dengannya.

 

Selama pemerintahan Abu Bakar dan ketika Al-Qur’an dikumpulkan dan ditulis, Zaenab Hafsah dipilih untuk menjaganya.

 

Beliau tidak tertarik dengan gemerlapnya dunia, meskipun ia hidup dalam pemerintahan yang dipimpin oleh ayahnya sendiri, gaya hidupnya tidaklah berubah. Pada waktu peristiwa terbunuhnya Khalifah Utsman, dan Aisyah meminta Hafsah untuk menemaninya untuk ikut dalam pertempuran Jamal, ia bersedia untuk ikut, tapi kakaknya Abdullah melarang dia untuk meninggalkan rumahnya, karena Al-Qur’an dengan jelas telah meminta istri-istri Nabi untuk tidak meninggalkan rumah mereka sepeninggalnya. Kemudian, ia selalu berterima kasih kepadanya atas nasehat yang bijaksana ini.

 

Hari dan tahun telah berlalu, dan pada tahun 45 Hijriyah karena usia tuanya dan kelemahannya maka Hafsah pun meninggal pada usia enam puluh.

 

Khalifah pada saat itu, Marwan bin Hakam membacakan doa-doa yang terakhir pada jenazahnya dan dia dimakamkan di Baqi’ oleh saudara laki-lakinya, Abdullah dan Asim.