کمالوندی

کمالوندی

 

#beritadunia.net/ Ratusan pengikut gerakan Sadr menyerbu ke dalam Zona Hijau di Baghdad dan memasuki gedung parlemen setelah anggota parlemen gagal memberikan suara mengenai reshuffle menteri baru.

Mereka mendorong pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk memilih reshuffle menteri baru.

Sebuah sumber informasi mengatakan, para demonstran, yang berdemonstrasi di depan gerbang Zona Hijau, menyeberangi jembatan Sungai Tigris dan meneriakkan yel-yel "larilah pengecut!" sebagai referensi yang jelas kepada anggota parlemen yang meninggalkan gedung.

"Tidak ada laporan bentrokan dengan pasukan keamanan, tetapi personel Pasukan Khusus dari Angkatan Darat Irak dikirim lengkap dengan kendaraan lapis baja untuk melindungi situs sensitif. Tidak ada jam malam yang diberlakukan," kata sumber-sumber keamanan setempat.

Kondisi darurat dinyatakan di Baghdad dan gerbang kota ditutup setelah pengunjuk rasa menyerbu parlemen pada Sabtu hari ini.

Sementara itu, Komando Operasi Baghdad mengumumkan menutup semua pintu masuk ke ibukota, dan hanya memberikan akses keluar.

"Semua pintu masuk ke ibukota, Baghdad, ditutup sepenuhnya, dan hanya keluar yang diizinkan," bunyi pengumuman Komando Operasi Baghdad yang diterima Islam Times.

Sabtu, 30 April 2016 07:21

Perihal Wudhu

Tanya Jawab Fikih Bersama Ustaz Abdullah Beik

Pertanyaan :

Perbedaan membasuh dan mengusap dalam wudhu?

Jawaban :

Bismillaahirrahmaanirrahiim….

Kalau membasuh itu artinya dengan air baru, dengan kata lain air khusus yang diambil untuk melakukan basuhan itu. Kalau mengusap itu artinya bahwa dia tidak mengambil air khusus untuk digunakan sebagai pekerjaan mengusap.

Karena itu dalam fikih Ahlulbait, dalam wudhu misalnya ketika mengusap kepala, orang tidak boleh menggunakan air khusus yang diambil untuk mengusap kepala. Setelah membasuh tangan kiri, tidak boleh lagi menyentuh air, dan langsung mengusap dengan sisa air yang ada di tangan itu; kepala juga kakinya.

Berapa kali jumlah membasuh dan mengusap saat wudhu?

Kalau membasuh dalam wudhu itu untuk wajah dan tangan, yang pertama wajib yang kedua dianjurkan. Jadi sunnah untuk membasuh kedua kali. Yang ketiga dan keempat haram dan membatalkan. Adapun untuk usapan cukup sekali saja. Tidak ada usapan kedua dan seterusnya.

Sabtu, 30 April 2016 07:20

Terkait Bersuci

Tanya Jawab Fikih Bersama Ustaz Abdullah Beik

Pertanyaan :

Ketika seorang mandi besar (mandi wajib), bersuci dari hadas besar, apakah secara otomatis hadas kecil juga tersucikan sehingga tidak perlu berwudhu lagi ketika hendak melaksanakan salat?

Jawaban :
Bismillaahirrahmaanirrahiim….

Dibedakan dalam fikih Ahlulbait antara mandinya seseorang yang mandi dari hadas besar karena apa, kalau mandi besarnya karena janabah (junub), maka dia sudah termasuk, tidak perlu lagi wudhu. Setelah mandi dia bisa langsung salat. Tapi untuk yang lain-lain, selain janabah misalnya mandi haid, mandi nifas, mandi sunnah misalnya, maka tetap diperlukan wudhu. Harus wudhu setelah mandi, atau dia wudhu dulu sebelum mandi.

Sabtu, 30 April 2016 07:19

Terkait Akad Nikah

Tanya Jawab Fikih Bersama Ustaz Abdullah Beik

Pertanyaan :

Untuk akad menikah dalam mazhab Ahlulbait, harus mengucapkannya dengan bahasa Arab, ataukah boleh dengan bahasa lain?

 

Jawaban :

Bismillaahirrahmaanirrahiim….

Menurut pandangan beberapa marja’ taklid yang saya ketahui di antaranya Imam Ali Khamenei mewajibkan adanya akad memakai bahasa Arab. Tidak sah menikah kecuali (akadnya) memakai bahasa Arab.

Karena itu bagi yang tidak bisa bahasa Arab, maka dia bisa membaca tulisan, bisa mengucapkan akad nikahnya dengan membaca. Itu tidak masalah. Atau dituntun misalnya, atau diwakilkan kepada orang lain untuk membacakan akad nikahnya.

Bagaimana kalau dia baru tahu hal ini setelah dia sudah lama menikah dan dulu akadnya dibacakan dengan bahasa Indonesia?

Kalau di saat membaca akad nikahnya itu masih bermazhab Ahlusunnah maka tidak masalah. Tidak perlu diulang. Sudah dianggap sah. Tapi kalau saat menikah itu dia bermazhab Ahlulbait, maka dia wajib mengulang akad nikahnya.
Tapi hal itu bukan berarti apa yang dilakukan sebelumnya menjadi, atau dianggap haram, tidak. Dalam nikah itu, sesuatu yang terjadi karena kesalahan, itu tetap dihukumi sebagai sah tetapi harus diulang kalau memang kemudian dia baru tahu. Untuk selanjutnya harus sesuai dengan yang diketahuinya.

Selain akad nikah dan talak, dalam mazhab Ahlulbait boleh dengan bahasa lain. Untuk nikah dan talak harus memakai bahasa Arab. Kecuali memang orang tidak bisa lagi mengucapkan bahasa Arab itu boleh dengan bahasa lain. Tapi rasanya hampir nggak ada orang yang tidak bisa mengucapkan apalagi kalau masih bisa diwakilkan maka bisa diwakilkan.

Tanya Jawab Fikih bersama Ustaz Abdullah Beik.

Pertanyaan :

Bagaimana hukumnya membagikan daging kurban kepada non-Muslim?

Jawaban : 

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Dalam fikih Ahlulbait, kurban itu ada dua. Pertama kurban wajib, yaitu bagi orang yang melaksanakan ibadah haji tamattu’ pada tanggal 10 Dzulhijjah atau hari raya Iduladha, dia wajib berkurban. Pada kurban ini persyaratannya agak ketat, baik dalam pemilihan hewan kurbannya maupun ritualnya.

Yang kedua, kurban sunah, untuk orang yang tidak melakukan ibadah haji. Orang yang tidak melakukan ibadah haji pun disunahkan berkurban. Untuk yang kedua ini aturan pembagiannya lebih ringan. Bahkan disebutkan boleh dibagikan kepada fakir-miskin, sebagian boleh dibagikan kepada teman atau tetangga yang tidak miskin, selain itu juga boleh dimakan sendiri.

Karena itu untuk kurban yang sunah ini boleh saja dibagikan misalnya kepada non-Muslim sekalipun. Apalagi itu tetangga dekatnya, boleh itu diberikan lewat kurban yang sunah ini. Untuk kurban yang wajib saya rasa tidak boleh.

Bagaimana dengan daging kurban yang dibagikan dalam bentuk kornet (dalam kemasan kaleng), dan daging itu dibagikan bukan tepat pada hari raya kurban melainkan hari-hari selanjutnya?

Hal semacam itu tidak masalah. Mungkin dalam rangka agar bisa dimanfaatkan lebih banyak orang, diawetkan atau dimasukkan dalam kaleng seperti itu dan dibagikan ke tempat-tempat lain yang memang membutuhkan, walau waktunya berbeda, itu boleh saja. Yang wajib dan menjadi ukuran adalah penyembelihannya pada hari itu. Pembagiannya kalau bisa hari itu, kalau tidak bisa ya hari-hari berikutnya. Apalagi yang sunah. Maka sunah itu kan bisa sampai dua – tiga hari berikutnya menurut sebagian pandangan.

Itupun, ritual yang ditekankan oleh agama itu kan penyembelihannya, pada hari itu. Maka dari itu kita tidak bisa membeli daging untuk dibagi-bagikan (tanpa menyembelih). Karena penyembelihannya itu punya nilai syiar tersendiri. Tapi untuk membaginya, jika tidak bisa hari itu, tidak masalah.

Sabtu, 30 April 2016 07:17

Perihal Salat Istisqa’

Tanya Jawab fikih dengan Ustaz Abdullah Beik

Pertanyaan :

Salat Istisqa’ dalam mazhab Ahlulbait bagaimana penerapannya?

Jawaban :

Bismillahirrahmaanirrahim…

Salat Istisqa’ itu diawali dengan puasa. Puasa selama tiga hari lalu di hari ke tiga melaksanakan salat Istisqa’. Salat tersebut dianjurkan di lapangan terbuka. Kemudian setelah itu ada khotbah, sebagaimana salat Idulfitri. Salat dulu dua rakaat kemudian ada khotbah yang para jemaah dimohon banyak beristighfar, Intinya di situ.

Puasa itu pun dalam rangka untuk menumbuhkan semangat kembali kepada Tuhan, semangat beristighfar, dan semangat taubat kepada Tuhan.

Kenapa diskursus mengenai Syiah akhir-akhir ini makin menguak ke permukaan, meski sebenarnya Syiah sudah ada sejak awal mula sejarah Islam itu sendiri? Apakah ini murni soal ideologi dan sektarianisme atau berkaitan erat dengan kepentingan geopolitik?

Hal ini yang coba ditemukan jawabannya dalam Diskusi dan Peluncuran Jurnal Ma’arif dengan tema Syiah, Sektarianisme, dan Geopolitik di kantor pusat Muhammadiyah Jakarta, Rabu (17/2).

Hikmawan Saefullah, MA, pembicara dari Hubungan Internasional Universitas Pajajaran dalam paparannya menyebutkan bahwa isu Sunni-Syiah sebenarnya muncul lebih karena persoalan politik ketimbang persoalan ideologis. (Baca juga: Dr. Umar Shahab: Syiah Indonesia Moderat dan Pancasilais)

“Revolusi Islam Iran itu dulu berhasil karena ada cross alliance antara kelompok Syiah, Sunni dan Komunis. Inilah yang berhasil menumbangkan rezim Syah Pahlevi waktu itu. Ini membuat ketakutan monarki di Timteng, kalau oposisi bersatu mereka bisa jatuh,” terang Hikmawan.

“Karena itulah, strategi pihak monarki khususnya Saudi dan Bahrain memecah belah oposisi agar menghindarkan kolaborasi oposisi Sunni dan Syiah, dengan mempertajam perbedaan Sunni dan Syiah,” ujar Hikmawan.

“Jadi wacana ‘ancaman Syiah’ memang sengaja dibuat sebagai strategi kontra-revolusi yang sebenarnya merugikan kelompok oposisi,” tandasnya.

Pragmatisme Politik

Pembicara dari Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dicky Sofjan, Ph. D, juga menegaskan maraknya isu sektarian Sunni-Syiah akhir-akhir ini lebih karena masalah politik.

“Isu Sunni-Syiah ini tidak natural. Karena mestinya kalau dia itu nature, ia bersikap intrinsik, dan mestinya berlaku konstan sampai sekarang. Pertanyaannya adalah kenapa letupannya sekarang?” tanya Dicky.

Celakanya lagi, menurut Dicky politik pragmatisme juga muncul dalam isu Sunni-Syiah ini.

“Politik pragmatisme juga muncul dalam isu Sunni-Syiah ini. Banyak kelompok-kelompok yang kemudian mengkapitalisasi isu ini. Seperti kemarin beredar video tentang salah satu gubernur kita (Ahmad Heryawan/Aher) yang bicara dengan Syeikh dari Arab Saudi itu.”

“Dia mengatakan ada 3.000 orang Indonesia dikirim tiap tahun ke Iran. Ini jelas bukan sebuah fakta. Tapi kenapa seorang yang seterhormat beliau sebagai gubernur mau terlibat dan terseret dalam permainan-permainan primordial, ashabiyyah seperti ini?” kritik Dicky.

Direktur Eksekutif Ma’arif Institute, Fajar Riza ul Haq, juga menegaskan bahwa isu-isu sektarian ini sangat kontraproduktif bagi kemajuan Islam.

“Kalau kita masih terkotak-kotak dalam persoalan seperti ini, sibuk di masalah sektarian, umat Islam akan kesulitan menghadapi masalah-masalah global dan peradaban. Bagaimana umat Islam menjawab tantangan kemiskinan, keterbelakangan, dan bagaimana Muslim Indonesia menjawab persoalan-persolan keumatan yang demikian membatasi kemajuan umat Islam?” tanya Fajar.

Fajar berharap isu-isu sektarian yang kontraproduktif dan memecah-belah persatuan ini bisa diminimalisir agar energi umat fokus pada kemajuan dan kebangkitan Islam. Perlu terus diadakan dialog-dialog yang mengklarifikasi fitnah dan menepis dusta antar umat Islam agar umat Islam bersatu dalam semangat ukhuwah islamiyah.

Sabtu, 30 April 2016 07:12

Islam Nusantara, Buah Proses Panjang

Dr. Zainul Milal Bizawie, penulis buku Masterpiece Islam Nusantara menjelaskan bahwa Islam Nusantara yang ada sekarang ini bukanlah simsalabim terjadi. Tapi merupakan hasil dari proses panjang keberislaman orang Indonesia.

“Islam di Indonesia itu perjalanan panjang, proses panjang yang luar biasa sekali,” ujar Milal.

“Indonesia berdiri bukan atas nama ideologi apapun, bukan demokrasi, bukan Komunis, Ia berdiri sendiri, dengan kaki sendiri, dengan prosesnya yang khas karena rahmat Allah SWT,” lanjut Milal.

“Karena itu (corak) Islam di Nusantara menjadi berbeda dengan Islam yang lain, seperti yang ada di Timteng,” terang Milal.

Meski memiliki kekhasan tersendiri, berbeda dari Islam di Timteng, bukan berarti tak ada hubungan. Justru ada hubungan erat antara Islam Nusantara dengan Timteng sebagai tanah asal Islam.

“Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah tokoh internasional. Anak Mesir dan Palestina. Jadi ada kaitan erat Nusantara ini dengan Timteng. Begitu juga banyak ulama Timteng bersanad kepada ulama-ulama Nusantara. Ulama Nusantara yang menjadi Imam besar di Timteng juga ada,” tambahnya.

Milal juga menerangkan peran penting Islam Nusantara bagi dunia Islam Timteng, yaitu ketika kelompok Wahabi ingin menghancurkan makam Nabi Muhammad saw, Ulama-ulama Nusantaralah yang menjaga makam Nabi agar tidak dihancurkan.

“Harapan dunia sekarang ini adalah Islam yang ada di Indonesia. Kita juga harus hati-hati terhadap kelompok-kelompok yang ingin menjadikan negara ini terkena konflik seperti di Timteng,” pesan Milal.

Menyikat gigi merupakan salah satu aktivitas rutin manusia. Tapi sudahkah Anda mengetahui manfaat dari menyikat gigi? Ataukah Anda sudah paham bagaimana Nabi saw dan para Maksumin as menyikat gigi?

Artikel singkat ini hadir untuk sedikit mengulas hal itu.

Menyikat gigi  merupakan salah satu amalan yang dinasihatkan Nabi saw dan para Maksumin as. Bahkan Nabi saw bersabda seandainya menyikat gigi ini tidak menyusahkan umatnya, maka beliau akan mewajibkannya.

Menilik adanya penekanan tentang pentingnya menyikat gigi dalam hadis ini maka seyogyanya kita mengetahui lebih jauh tentang masalah itu.

Imam Ali as juga pernah menyampaikan bahwa menyikat gigi adalah sebab mendapatkan keridhaan Allah SWT, merupakan Sunah Nabi saw, dan membuat mulut kita menjadi harum dan bersih.

Bahkan ada yang sangat menarik dan mengundang perhatian penulis bahwa menyikat gigi adalah salah satu ciri insan. Bagaimana bisa??

Suatu ketika Imam Shadiq as ditanya,  “Apakah kamu melihat semua orang di sini sebagai manusia?” Imam as menjawab, “Kecuali orang yang tidak menggosok gigi.”[1]

Artinya, Imam Shadiq as melihat semua orang pada waktu itu sebagai manusia kecuali orang yang tidak menyikat gigi; mereka tidak termasuk sebagai manusia.

Hadis yang sangat menarik dari Imam Shadiq as kembali menguatkan bukti bahwa menyikat gigi itu amat penting.

Dalam buku Ghanjineh Adab-e Islami disebutkan 12 manfaat menyikat gigi;
1. Menjalankan Sunah Nabi saw.
2. Membersihkan mulut.
3. Mencerahkan cahaya mata.
4. Membuat Tuhan ridha terhadap kita.
5. Memutihkan gigi.
6. Menghilangkan plak-plak gigi.
7. Menguatkan gusi.
8. Membangkitkan selera makan.
9. Membersihkan dahak.
10. Menguatkan daya hapal.
11. Menggandakan pahala kebaikan dan
12.  Menyenangkan para malaikat.

Adapun adab (tata cara) menyikat gigi yang dicontohkan oleh para Imam Maksumin as yaitu;

1. Menjaga kebersihan sikat gigi.
2. Berkumur-kumur setelah menyikat gigi.
Imam Ali as selalu berkumur-kumur sebanyak tiga kali setelah menyikat gigi[2]
3. Menyikat gigi secara horizontal[3]
4. Jangan menyikat gigi di kamar mandi.
Imam Baqir as berkata, “Jangan menyikat gigi di kamar mandi karena itu merupakan sesuatu yang makruh dan merusak gigi.”[4]
5. Tiga kali sehari.
Imam Baqir as berkata, “Sikatlah gigi kalian sebanyak tiga kali dan minimalnya satu kali dalam sehari.”[5]
6. Berdoa setelah menyikat gigi.

Dengan pemaparan di atas, sepatutnya akan hilanglah alasan kenapa kita enggan menggosok gigi karena hal ini sudah jelas-jelas ditekankan oleh Islam.

Islam adalah salah satu agama yang mengajak para pemeluknya senantiasa menjaga kebersihan badan dan ruh, selain menganjurkan pentingnya perhatian pada aspek sosial.

Ketika kita tidak menggosok gigi maka mulut akan mengeluarkan bau tak sedap sehingga orang yang berada di sekitar menjadi terganggu. Hal inilah sebagian wujud pengabaian pada aspek sosial dari mereka yang tidak menggosok gigi.

Imam Shadiq as berkata, “Ketika kamu bangun malam untuk melaksanakan salat tahajud maka gosoklah gigimu. Karena malaikat mendatangimu dan mereka menaruh mulut mereka di mulutmu dan mereka membawa  munajat dan bacaan Alquranmu ke langit. Maka dari itu harumilah mulut mu.[6]

Dengan rajin menyikat gigi secara rutin dan sesuai tuntunan Nabi saw dan para Maksumin as, insya Allah kita akan mendapatkan manfaat-manfaat sebagaimana telah disebutkan di atas sekaligus terhindar dari perbuatan menggangu orang lain yang ada di sekitar kita. (Sutia/Yudhi)

[1] Ghanjineh Adab-e Islami, hal 248. Dikutip dari Bihar al-Anwar, jild 76.
[2] Ghanjineh Adab-e Islemi, hal 250, dikutip dari al-Mahasin Barqyy, hal 541
[3] Ibid, hal 251, dikutip dari Nahj al-Fashahah, hal 34
[4] Ibid, dikutip dari Makarim al-Akhlaq, hal 46
[5] Ibid, dikutip dari Bihar al-Anwar, Jild 2, hal 314
[6] Ibid. dikutip dari  Wasail Syiah, jild 1, hal 357

Ketapang adalah nama salah satu kabupaten di Kalimantan Barat. Terletak di bagian selatan Kalbar, Ketapang berjarak 562,3 km dari Kota Pontianak.

Terdapat tiga jalur yang dapat ditempuh untuk sampai ke salah satu pusat peradaban tua di Kalbar ini, yakni jalur air (sungai), udara dan darat.
Menggunakan jalur sungai, perjalanan ke Ketapang naik kapal cepat dari Pelabuhan Tua Senghie di Kota Pontianak dengan menyisir perairan Kalbar ini akan memakan waktu ± 6 jam. Sepanjang perjalanan akan kita lihat barisan tanaman bakau laksana benteng alami daratan menghadapi gelombang air yang mencegahnya dari abrasi.
  
Menuju Ketapang dengan kendaraan pribadi juga dapat dilakukan karena angkutan feri pun tersedia dengan waktu tempuh ± 12 jam perjalanan.

Jika memilih jalur udara, dari Bandar Udara Supadio menuju Bandar Udara Rahadi Osman Ketapang akan memakan waktu ± 40 menit. Lain halnya dengan jalur darat yang butuh waktu ± 13 jam untuk sampai ke Ketapang melewati Jalan Trans Kalimantan.

Hingga saat ini, belum seluruh jalan menuju Ketapang dalam kondisi baik. Sekitar 40 km perjalanan, akan Anda tempuh dengan kondisi jalan tidak laik –untuk tak mengatakannya rusak parah. Belum lagi di sepanjang jalur yang rusak ini kita akan berjumpa dengan 20-an miting –istilah yang digunakan untuk warga lokal yang “menambal” jalan yang rusak parah dengan kayu atau batang pohon agar bisa dilalui pengendara roda 2 dan roda 4. Pengendara yang melalui miting pun harus membayar dua sampai dengan lima ribu rupiah. Persediaan uang kontan dengan nominal tersebut “wajib” disiapkan demi “kelancaran” perjalanan.

Entah mengapa jalan rusak itu terkesan dibiarkan, padahal Ketapang merupakan salah satu pusat industri ekstraktif di Kalbar yang dengannya mengharuskan infrastruktur turut dibenahi sebagai pendukung distribusi hasil industri.

Ada dua industri ekstraktif primadona di Ketapang; bauksit dan sawit, sehingga tak mengherankan jika pemandangan yang kita saksikan di kiri-kanan jalan adalah areal perkebunan sawit, baik berupa bibit maupun pepohonan yang telah beberapa kali dipanen.

Terkait pertambangan bauksit, menurut riset yang dilakukan Swandiri Institute, jumlah unit tambang di Ketapang merupakan yang terbesar di Kalbar, mencapai 156 unit dengan luasan 1.331.231,50 ha. Koordinator Swandiri Institute, Hermawansyah menuturkan, Ketapang menjadi penyuplai bauksit terbesar ke China.

Terlepas dari itu semua, Ketapang menyimpan banyak kisah masa lalu, yang peninggalannya menjadi saksi perkembangan Bumi Tanjungpura.

Salah satu yang populer adalah situs Makam Keramat Tujuh yang berlokasi di Kelurahan Mulia Kerta, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang. Hanya lima menit perjalanan dari Istana Kerajaan Matan dengan kendaraan. Melihat komplek pemakaman ini, penat dan suntuk karena beratnya perjalanan pun bakal terobati.

Makam ini cukup populer di kalangan peziarah, baik lokal maupun mancanegara, terutama ketika Hari Raya Islam. Sayangnya, belum diketahui pasti sosok yang dikebumikan di situ, meski beberapa penelitian pernah dilakukan.

Makam Keramat Tujuh merupakan salah satu makam tua di Ketapang yang terbuat dari batu berukir kaligrafi Arab dan huruf Jawa pada kaki makam. Hal ini merupakan bukti akulturasi budaya Islam dan Hindu di Ketapang.

Tempat ini dinamakan Keramat Tujuh karena ketika pertama kali ditemukan hanya terdapat tujuh makam. Seiring waktu, Makam Keramat Tujuh menjadi kompleks pemakaman kerabat Kesultanan Matan yang mangkat.

Terdapat salah satu nisan di Makam Keramat Tujuh yang bertahun 1363 Saka atau 1441 Masehi. Hal ini mengindikasikan bahwa Islam sudah masuk ke Ketapang sebelum era itu. Ini juga menjadi bukti sejarah penyebaran Islam di Kalbar.

Banyak sekali kepercayaan masyarakat lokal terkait Makam Keramat Tujuh, hingga tak heran jika ada saja peziarah yang datang untuk mencari berkah dan sebagainya.

Selain Makam Keramat Tujuh, ada juga Makam Keramat Sembilan dan Makam Raja-raja Matan yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Menziarahi jejak-jejak sejarah ini merupakan upaya mengkoneksikan diri kita yang hidup di era modern ini dengan peradaban masa lalu, setidaknya untuk mengenang dan mengetahui kisah mereka dalam memulai peradaban baru yang Islami di Nusantara.