
کمالوندی
Revolusi Islam Iran dan Pejuangan Palestina
Salah satu isu strategi utama kebijakan luar negeri Iran setelah kemenangan Revolusi Islam adalah dukungan terhadap perjuangan Palestina.
Sebelum Revolusi Islam Iran, proses pemusnahan isu Palestina di dunia Islam telah dimulai, namun terjadinya Revolusi Islam di Iran membuat masalah Palestina menjadi pusat perhatian dan fokus dunia Islam. Oleh karena itu, Revolusi Islam di Iran dapat dianggap sebagai titik balik dalam masalah Palestina. Dukungan terhadap Palestina telah diupayakan oleh Republik Islam Iran di berbagai bidang, bahkan menjadi bagian tidak terpisahkan dari negara ini.
Iran Tidak Mengakui Eksistensi Israel
Republik Islam Iran tidak pernah mengakui eksistensi Israel. Imam Khomeini, pendiri Revolusi Islam Iran, menyebut Israel sebagai "tumor kanker". Posisi tegas Republik Islam Iran ini sebagai tanggapan terhadap kejahatan yang dilakukan oleh rezim Israel kepada Palestina. Faktanya, Republik Islam Iran hingga kini menjadi salah satu pendukung terpenting Palestina.
Ehsan Ataya, seorang pejabat senior gerakan Jihad Islam Palestina mengatakan, "Sejak kemenangan Revolusi Islam di Iran, sebuah slogan telah diangkat di negara ini, dan itu adalah Palestina akan dibebaskan. Hal pertama yang dilakukan dalam hal ini adalah perubahan Kedutaan Besar Israel di Tehran menjadi Kedutaan Besar Palestina atas perintah Imam Khomeini. Dukungan Imam Khomeini dan Republik Islam Iran sudah jelas sejak awal. Dukungan ini tidak hanya dalam kata-kata tetapi juga dalam perbuatan."
Dukungan untuk Palestina Ketika Orang Arab Berkompromi dengan Israel
Revolusi Islam di Iran terjadi pada saat Mesir menandatangani perjanjian Camp David dengan rezim Zionid, dan negara-negara Arab lainnya hampir putus asa dalam menghadapi Israel dan mendukung Palestina karena kemenangan Israel dalam perang melawan Arab. Revolusi Islam Iran memberikan dukungan kuat terhadap Palestina.
Faktanya, Revolusi Islam Iran menempatkan masalah Palestina melampaui identitas etnis dunia Arab dan membawanya lebih tinggi di tingkat dunia Islam dan kemanusiaan. Wakil Gerakan Amal Lebanon di Tehran, Salah Fahash mengatakan, "Iran menghidupkan kembali masalah Palestina. Revolusi Iran menentang perlakuan kejam Zionis terhadap rakyat Palestina dan percaya bahwa Quds harus dikembalikan ke Palestina,"
Salah satu tindakan terpenting yang diambil setelah kemenangan Revolusi Islam Iran adalah inisiatif Imam Khomeini untuk menetapkan Jumat terakhir bulan suci Ramadhan sebagai "Hari Quds Internasional". Dengan langkah tersebut, Imam mengeluarkan masalah Palestina dari afiliasinya dengan nasionalisme Arab, dan mengatur dimensi budaya dan ideologi Islam atas perjuangan melawan Israel.
Konsekuensi lain yang sangat penting dari Revolusi Islam di Iran selama empat dekade terakhir megenai dukungannya terhadap kelompok perlawanan Palestina. Dukungan Iran terhadap kemampuan militer Gerakan Perlawanan Islam Palestina, terutama Hamas dan Jihad Islam menyebabkan kekalahan besar bagi rezim Zionis, sebagaimana menimpa perang 22, 11, 51, dan 2 hari.
Kekalahan ini menghancurkan skenario Zionis dan rencana untuk menguasai seluruh wilayah satu persatu, sehingga rezim Zionis kini berusaha mempertahankan keberadaannya dengan membangun tembok di sekelilingnya dari Jalur Gaza hingga perbatasan Lebanon dan Yordania.
"Dengan kemenangan Revolusi Islam dan dukungan Iran, perlawanan telah mengambil bentuk Islam, dan kami melihat bahwa perlawanan ini telah mencapai kemenangan yang signifikan, seperti pengusiran Zionis dari Jalur Gaza dan singkatnya perang selama dua hari. Kini, rezim Zionis di kawasan paling takut pada perlawanan, Hizbullah, Hamas dan Jihad Islam Palestina." kata Seyyed Jafar Razavi, pakar Palestina, Perang rezim Zionis melawan Palestina
Faktanya, berkat dukungan Republik Islam Iran kepada kelompok-kelompok perlawanan di kawasan, termasuk perlawanan Palestina, saat ini kelompok-kelompok ini memiliki peran yang tak terbantahkan dalam tatanan keamanan Asia Barat yang melemahkan posisi rezim Zionis.
Kesepakatan abad dan normalisasi hubungan dengan rezim Zionis termasuk dua plot Amerika yang telah dikejar dan dilaksanakan dalam beberapa tahun terakhir demi mendukung Israel. Dalam hal ini, UEA dan Bahrain menandatangani kesepakatan normalisasi hubungan, yang dikenal sebagai "Perjanjian Abraham", pada tanggal 15 September di Gedung Putih yang dihadiri langsung oleh Donald Trump.
Maroko dan Sudan juga menandatangani perjanjian normalisasi hubungan dengan rezim Zionis. Faktanya, normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan rezim Zionis telah terjadi dalam beberapa dekade terakhir, dan kejadian baru saja terjadi adalah publisitas dan formalisasi prosesnya.
Salah satu konsekuensi terpenting dari normalisasi tersebut adalah peminggiran perjuangan Palestina, sekaligus upaya menjustifikasi kejahatan Israel terhadap Palestina.
Republik Islam Iran adalah salah satu negara terpenting yang menentang normalisasi dengan rezim Zionis, dan perjanjian perdagangan, Kesepakatan Abad. Saudi dan beberapa negara Arab lainnya mengklaim Republik Islam Iran ikut campur dalam urusan Arab, tetapi sekarang negara-negara ini sendiri secara praktis telah meninggalkan Palestina dan mulai mendukung Israel.
Kesepakatan abad dan normalisasi hubungan menunjukkan bahwa masalah Palestina telah kehilangan tempatnya dari waktu ke waktu bagi negara-negara Arab. Tetapi dukungan terhadap Palestina memiliki kedudukan sentral dalam kebijakan luar negeri Republik Islam Iran.
Seyyed Jafar Razavi, seorang pakar masalah Palestina mengatakan, "Masalah Palestina telah menjadi manifesto Revolusi Islam sejak awal dan bukan sesuatu yang dilekatkan dalam Revolusi Islam. Pada tahun-tahun setelah kemenangan revolusi, Republik Islam Iran adalah satu-satunya negara yang selalu mendukung rakyat Palestina. Ada negara-negara yang secara periodik mendukung Palestina, tetapi dukungan mereka berubah-ubah atau terputus-putus. Namun, Republik Islam Iran adalah satu-satunya negara yang senantiasa mendukung Palestina. Fluktuasi dukungan terhadap Palestina diberikaan negara-negara kawasan seperti Arab Saudi, Qatar, atau Turki yang kadang-kadang mendukung orang-orang Palestina. Tetapi dukungan mereka berkurang atau turun, sedangkan Republik Islam Iran telah mendukung rakyat Palestina secara tegas sejak awal revolusi,".
Perempuan dalam Perspektif Rahbar
Kelahiran Sayidah Fatimah az-Zahra, putri tercinta Rasulullah Saw diperingati sebagai hari Perempuan dan Ibu di Republik Islam Iran dan seperti biasa di hari besar seperti ini Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei bertemu dengan para penyair dan maddah Ahlul Bait as.
Di pertemuan ini seperti biasanya para penyair akan membacakan karyanya di hadapan Rahbar dan kemudian disusul dengan arahan serta pidato beliau terkait berbagai isu mulai dari politik, syair dan berbagai ritual keagamaan. Namun tahun ini karena kondisi istimewa dan pandemi Corona serta keharusan menjaga protokol kesehatan, acara ini digelar secara virtual dan sejumlah penyair Ahlul Bait as membacakan karyanya mengenai Sayidah Fatimah melalui video konferensi.
Sayidah Fatimah, putri kesayangan Nabi dan ketika ia datang Rasul berdiri menyambutnya dan di setiap kesempatan ketika Nabi bepergian atau perang, tempat terakhr yang didatangi belaiu adalah rumah Fatiman dan dari sanalah Nabi melakukan perjalannya. Sementara tempat pertama yang didatangi Nabi ketika selesai dari bepergian juga rumah Fatimah. Fatimah memiliki karakteristik unggul di dunia Islam, baik perannya sebagai ibu, istri dan juga tokoh yang beperan membela Islam. Posisinya setara dengan Imam Ali as. Ia ibu dari empat bintang bersinar di dunia Islam, dua di antaranya menjadi imam pemimpin umat dan penghulu pemuda surga serta dari keduanya keturunan suci Rasulullah Saw terus ada hingga hari ini.
Menurut Rahbar, Fatimah putri Rasul merupakan manifestasi nilai-nilai kemanusiaan dan Islam tertinggi terkait perempuan die mana setiap karakteristik tersebut memuat pelajaran berharga. Sebagian wacana Islami tersebut adalah wacana khusus seperti ibu, istri, pendidikan anak, hamba Tuhan dan seluruhnya menunjukkan puncak dan ketinggian dari putri Rasul ini.
Hari kelahiran Sayidah Fatiman di Iran ditetapkan sebagai hari Perempuan dan Ibu. Rahbar menilai pandangan dan sikap Republik Islam terkait perempuan secara global berbeda dengan pandangan buruk Barat yang berusaha menyebarkannya ke seluruh dunia. Rahbar berkata, "Pandangan Republik Islam terhadap perempuan adalah pandangan penghormatan; berbeda dengan pandangan Barat yang memandang perempuan sebagai komoditas dan alat. Di wilayah Barat, metode dan gaya hidup Barat, kehormatan perempuan dirusak. Kalian ketahui bahwa salah satu petinggi pemerintah dan militer perempuan AS, Senator Martha McSally, beberapa bulan lalu menyatakan bahwa dirinya mengalami pelecehan; yakni bahkan seorang perempuan yang mendapat posisi sosial, politik dan administrasi tinggi tidak lepas dari ancaman terhadap kaum hawa di wilayah Barat."
Dalam perspektif Islam, perempuan dan laki-laki dari sisi kemanusiaan adalah setara, mereka memiliki tugas bersama seperti amak makruf nahi munkar, mengabdi dan memberi pelayanan serta berjuang di jalan Allah. Namun begitu ada tugas khusus yang hanya dimiliki masing-masing gender mengingat fisik dan bentuk pencitpaannya.Seraya menjelaskan tugas khusus ini, Rahbar mengatakan, "Ini adalah pandangan Islam tentang perempuan dan kami bangga dengan pandangan ini. Kami memprotes keras logika, pemikiran dan gaya hidup Barat terkait perempuan; Kami yakin mereka menzalimi perempuan."
Hijab atau jilbab juga salah satu masalah menantang di masyarakat modern yang disalahgunakan oleh musuh Islam. Menyikapi sejumlah pendapat yang mengatakan bahwa jilbab mencegah kemajuan perempuan, Rahbar mengatakan, "Tidak, malah sebaliknya jilbab justru mencegah pamer diri yang tidak pada tempatnya yang menghalangi gerakan perempuan. Hari ini kita memiliki ribuan perempuan berhijab yang aktif di bidang politik, sosial dan budaya....Propaganda Barat mencitrakan bahwa pandangan Islam mencegah kemajuan perempuan. Ini sepenuhnya kebohongan nyata dan pendapat berlebihan. Di negara kita di sebagian sejarah baik di masa lalu maupun di era westernisasi, kita tidak memiliki perempuan berpendikan tinggi seperti saat ini, tidak juga mereka yang aktif di bidang sosial, budaya atau politik. Kita juga tidak memiliki banyak perempuan yang berpengaruh di bidang sosial atau penulis dan aktivis sosial seperti saat ini. Prestasi perempuan saat ini di negara kita, semuanya adalah berkah dari Republik Islam dan pandangan Islam yang menghormati perempuan."
Rahbar juga mencatat bahwa dalam pandangan Islam yang murah hati tentang perempuan, peran perempuan dalam keluarga juga disorot; Peran ibu, peran istri, peran ibu rumah tangga dan sejenisnya disorot; Ini adalah sesuatu yang menjadi semakin tidak penting di Barat; Keluarga adalah pusat yang hangat dan diberkati di mana fondasi terkuat dari pendidikan spiritual dan intelektual manusia diletakkan. Rumah adalah lingkungan terbaik untuk kenyamanan tubuh dan jiwa, pusat terbaik untuk menghilangkan kepenatan jiwa dan raga, dan suasana keintiman yang paling sejati; Dan tidak diragukan lagi, poros keluarga semacam itu adalah ibu. Pemimpin Tertinggi dengan pertanyaan siapakah asal dan pusat lingkaran? Mereka menambahkan: "Ibu adalah pusat dari keluarga; Inilah yang aparat propaganda Barat dan, sayangnya, beberapa dari orang-orang kebarat-baratan kita mencoba untuk mengecilkan, atau salah paham, atau tidak menunjukkan. Para ibu rumah tangga telah melakukan pelayanan yang terbaik, bahkan kepada mereka yang tidak memiliki pekerjaan. Penting untuk memahami nilai layanan wanita yang lebih memilih housekeeping ; "Meskipun layanan di luar rumah adalah dan akan menjadi tanggung jawab wanita, dan ini bukan masalah, tetapi ini adalah bagian terpenting dari layanan wanita."
Ayatollah Khamenei menganggap Sayidah Zahra dan Imam Ali serta anak-anak mereka di mana meneladani persahabatan, empati, ketulusan dan perjuangan mereka dapat memajukan masyarakat Islam. Di akhir bagian pidatonya, Rahbar memberikan penghormatan ibu dan istri para martir dalam dua generasi. Salah satunya selama pertahanan suci, dan yang lainnya selama melindungi tempat suci, di mana istri dan ibu para martir meninggalkan peran yang kekal dan unik dan harus benar-benar salut di hadapan mereka.
Audiens lain di pidato Rahbar adalah para penyair Ahlul Bait as (maddah). Berbagai peristiwa baru di konteks peristiwa agamis di berbagai majelis agama muncul dari arahan dan nasihat Rahbar di acara ini. Kekhawatiran Rahbar terhadap kebutuhan komunitas penyair Ahlul Bait as sangat beragam. Salah satu kekhawatiran beliau berkaitan dengan profesi para maddah, inovasi dan pembentukan budaya di setiap acara keagamaan. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Maddahi (pembacaan syair tentang Ahlul Bait as) sebuah fenomena seni unik dan kita tidak memiliki hal yang serupa dengan ini di tempat lain. Sini seni dan sastra para penyair merupakan bagian dari profesi. Sisi lain adalah konteks dan isi syair; kumpulan dari empati, ideologi, pengetahuan dan sejarah, pencerahan sosial dan mengenal kebutuhan audiens....Membangun budaya di masyarakat dan menyebarkan ideologi tinggi dan menyebarkan teladan kehidupan Nabawi, Alawi dan Fatimi sebuah fenomena penting yang harus diperhatikan dan untungnya hal ini semakin meningkat di antara para maddah."
Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, sambil memerintahkan untuk berbicara tentang sejarah, studi pendidikan dan tauhid, mengenang musibah dan sejenisnya, tentang penyebaran akhlak Islam di masyarakat kepada para maddah mengatakan, "Pesan terakhir adalah sebarkan moral dan akhlak Islami di tengah masyarakat. Hadirin sekalian! Salah satu hal terpenting adalah mempertahankan akhlak Islami ketika berbicara dan sayangnya saat ini ketika dunia maya semakin kuat, akhlak Islami ini semakin pudar. Ucapan buruk dan kasar atau semisalnya harus dihapus di tengah masyarakat."
Lebih lanjut Ayatullah Khamenei menambahkan, ".....Ajaran Nabawi, Alawi dan Fatimi jauh dari hal-hal seperti ini. Kalian saksikan bahwa Sayidah Fatimah menyampaikan dua khutbah hebat. Pertama di masjid di tengah kumpulan masyarakat dan kedua ditujukan kepada perempuan Madinah di mana khutbah ini penuh dengan hal penting dan protes; Memprotes dan menghukum konsep-konsep Islam terkemuka yang di dalamnya Fatimah Zahra merasakan bahayanya, tetapi dalam dua khotbah yang penting, agung dan penuh semangat ini, tidak ada satu kata pun yang menghina, jelek dan menghina; Dan semua kata-katanya kuat dan solid, pernyataan tegas. Anda harus melakukan ini; “Dalam pernyataan, dalam pidato, tidak boleh ada kata-kata kosong tanpa pengetahuan, tidak boleh ada gosip, tidak boleh ada fitnah, dan tidak boleh ada fitnah dan umpatan. Kalian para penyair dan maddah juga harus mengajarkan hal ini kepada masyarakat melalui ucapan dan perbuatan kalian."
Revolusi Islam Iran, Cita-cita Menghidupkan Peradaban Islam
Republik Islam Iran meski banyak mengalami pasang surut, namun saat ini berhasil mengukuhkan posisinya di dalam maupun luar negeri, dan menginjak usianya yang ke-42 tahun, ia meningkatkan kecepatan dalam mewujudkan peradaban baru Islam.
Sepanjang sejarah umat manusia banyak muncul peradaban di berbagai belahan dunia, dan setelah mencapai masa keemasaan dan meraih kemajuan di berbagai bidang, peradaban itu runtuh dan sirna satu persatu. Peradaban-peradaban seperti Iran, Mesopotamia di Irak, Yunani, Romawi, Mesir, Cina dan semacamnya, masing-masing memberikan sumbangsih penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umat manusia.
Namun di antara semua peradaban ini, peradaban Islam yang lahir tidak lama setelah kemunculan agama Islam, menunjukkan banyak hasil, urgensi dan keunggulannya yang signifikan dibanding peradaban lain. Peradaban ini berdiri di atas ajaran Islam yang sangat menganjurkan menuntut ilmu dan mendorong umat Islam untuk mencari ilmu di manapun hingga akhir hayat.
Selama berabad-abad, banyak ilmuwan di berbagai bidang studi, menemukan penemuan-penemuan, inovasi dan konsep pemikiran baru. Banyak filsuf, sastrawan dan seniman yang menciptakan karya-karya spektakuler. Namun sungguh disayangkan karena berbagai faktor internal dan eksternal, masa kejayaan peradaban Islam perlahan mulai redup digantikan oleh kemunduran sains, budaya dan penjajahan kubu imperialis dunia terhadap negara-negara Muslim.
Lahirnya Revolusi Islam Iran pada Februari 1979 memunculkan harapan-harapan baru bagi pertumbuhan dan perluasan pemikiran Islam. Beberapa indikator peradaban Islam semacam pertumbuhan spiritualitas, kemajuan ilmu pengetahuan, dan bersandar pada tenaga dan ilmuwan dalam negeri, peningkatan kekuatan nasional dan upaya mempersatukan Dunia Islam, telah memposisikan Iran pada jalur untuk menghidukan kembali peradaban Islam.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyebut arah sebenarnya dari Revolusi Islam Iran adalah mencapai peradaban baru. Selama lebih dari empat dasawarsa sejak Republik Islam Iran berdiri, berbagai konspirasi, permasalahan, dan permusuhan bangkit untuk meruntuhkan pemerintahan demokrasi relijius ini atau minimal membelokannya dari jalur utama.
Ayatullah Sayid Ali Khamenei
Akan tetapi Republik Islam Iran tetap kokoh dan melanjutkan kemajuannya. Oleh karena itu Rahbar saat menjelaskan Langkah Kedua Revolusi yang dirilis pada peringatan 40 tahun Revolusi Islam Iran kepada para pemuda mengatakan, dekade-dekade mendatang adalah dekade Anda, dan Anda sendiri yang harus menjaga Revolusi dengan pengalaman dan penuh motivasi, dan Anda harus semakin mendekatkan Revolusi ini ke cita-cita besarnya yaitu mewujudkan peradaban baru Islam dan mempersiapkan kemunculan Mentari Kepemimpinan Agung.
Dengan kata lain Ayatullah Khamenei mennganggap saat ini kesempatan untuk menghidupkan kembali peradaban Islam dan persiapan kemunculan Imam Mahdi sudah lebih siap dari sebelumnya.
Untuk melahirkan sebuah peradaban, semua pendahuluan, prasyarat dan strukturnya harus dipersiapkan. Pekerjaan ini meski sulit dan biasanya memakan waktu, namun membawa banyak hasil dan capaian besar. Salah satu indikator penting dari setiap peradaban manusia adalah budaya dan pemikiran yang berkembang di dalamnya.
Peradaban Islam berbeda dengan peradaban materalisme Barat, ia bersandar pada spiritualitas, moral dan iman terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Peradaban semacam ini tidak pernah melanggar hak bangsa lain demi mencapai kemajuannya, ia tidak menggunakan sains untuk melayani kepentingan haram dan anti-kemanusiaan, dan tidak memonopolinya. Maka dari itu semangat peradaban dan budaya Islam adalah Ketuhaan dan spiritualitas.
Revolusi Islam Iran sebagaimana yang tampak pada namanya, juga merupakan revolusi yang dengan berlandaskan ajaran-ajaran luhur Islam, memperhatikan tujuan agung dalam meraih kesejehateraan dan kebahagiaan individu serta masyarakat, kedua-duanya secara bersamaan, baik dimensi materi maupun maknawi.
Ayatullah Khamenei menjelaskan, dalam peradaban baru Islam, spiritualitas berdiri di samping materi, dan peningkatan akhlak, makwaniah, dan jiwa, serta kekhusyuan dan permohonan kepada Allah Swt, berdiri di samping kemajuan kehidupan materi. Dewasa ini, banyak masyarakat di sejumlah negara yang menyambut baik pandangan Revolusi Islam Iran ini, dan ia dianggap sebagai peluang yang lebih besar untuk melahirkan peradaban baru Islam.
Salah satu karakteristik unggul dari setiap peradaban manusia adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejak awal kemenangan Revolusi Islam Iran, meski menjadi sasaran agresi militer selama 8 tahun dan sanksi luas, negara ini berhasil meraih banyak kemajuan di bidang iptek. Iran, dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan 10 persen, menduduki peringkat kedua dunia setelah Cina.
Iran menempati posisi keempat dunia di bidang pertumbuhan teknologi, sementara di bidang antariksa, nuklir, sel punca, kedokteran dan produksi suku cadang militer rumit, terutama rudal dan drone, Iran termasuk negara terbaik di dunia. Kemajuan yang cukup menakjubkan di bidang ilmu pengetahuan ini disebabkan oleh infrastruktur yang tepat dan luas yang ada di Iran.
Selama 42 tahun terakhir, atmosfir pendidikan sains di Iran sepenuhnya terbuka lebar dan masyarakat terutama kalangan muda, sangat termotivasi untuk belajar. Tingkat melek huruf mengalami peningkatan luar biasa dan di sekian ratus universitas Iran, sekitar 4 juta mahasiswa menempuh studi.
Keberadaan mahasiwa berprestasi menyebabkan Iran dapat memanfaatkan banyak pakar dan ahli di berbagai bidang ilmu. Oleh karena itu, diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan, Iran akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan hal ini akan menciptakan kemajuan lebih besar di berbagai bidang lain.
Biasanya, peradaban-peradaban manusia akan berhadapan dengan ancaman asing dan menjadi lemah akibat serangan militer atau bahkan musnah sama sekali. Misalnya peradaban Islam menderita kerusakan parah akibat serangan tentara Kristen dari Eropa yang terjadi hampir bersamaan dengan serangan Mongol ke Timur.
Republik Islam Iran yang bercita-cita mewujudkan peradaban baru Islam, sejak awal berdirinya selalu mendapat ancaman bahkan serangan militer musuh. Oleh karena itu Angkatan Bersenjata Iran diorganisir sedemikian rupa sehingga siaga penuh untuk melindungi negara dan peradaban Islam. Sebuah negara lemah dan bergantung yang tidak mampu membela diri dari agresi militer musuh, tidak bisa berharap untuk mewujudkan peradaban besar dan agung.
Poin penting yang harus diperhatikan, peradaban baru Islam, tidak seperti peradaban Barat dan beberapa peradaban lampau yang berdiri dengan cara menjajah negara, dan menduduki wilayah lain, tapi ia merupakan sebuah pemikiran adiluhung dan budaya Ilahi yang membuka jalannya dengan pembahasan keyakinan dan cita-cita peradaban Islam. Ini juga yang menjadi alasan utama serangan luas budaya Barat terhadap Iran.
Ayatullah Khamenei menegaskan, peradaban Islam berdiri di atas sebuah pemikiran baru, sebuah diskursus baru, sebuah visi baru terhadap kemanusiaan dan masalah umat manusia, dan menyelesaikan permasalahan umat manusia, sebuah bahasa baru yang dipahami oleh hati semua generasi baru manusia, dan berbagai lapisan masyarakat tertindas.
Sebagaimana yang disampaikan oleh para pemimpin Republik Islam Iran, pemerintahan Islam di Iran didirikan untuk mempersiapkan kemunculan Juru Selamat Alam Semesta, Imam Mahdi af. Peradaban Islam yang sempurna dan menyeluruh hanya mungkin tercapai di masa pemerintahan beliau, dan kenyataan ini dijelaskan secara gamblang dalam Langkah Kedua Revolusi.
Pasalnya di masa pemerintahan Imam Mahdi, di bawah naungan keadilan, keamanan global, spiritualitas dan persaudaraan yang mendominasi kehidupan umat manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi serta tingkat kesadaran masyarakat akan mencapai level tertingginya, dan mereka akan menikmati hidup dalam kesejahteraan dan kenyamanan dalam bentuk terbaik.
Dosen UB: Di Bawah Sanksi, Iran Capai Kemajuan Signifkan
Perjalanan Revolusi Islam Iran yang saat ini memasuki usia ke-42 tahun hingga kini masih menarik perhatian berbagai kalangan, termasuk para akademisi Indonesia.
Yusli Effendi, Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Brawijaya dalam wawancara baru-baru ini dengan jurnalis Parstoday Indonesia menjelaskan pandangannya mengenai Revolusi Islam Iran yang saat ini berulang tahun ke-42 tahun.
"Ini adalah Revolusi Islam yang pertama dan mungkin yang terakhir di dunia Islam dalam abad modern ini. Revolusi ini adalah revolusi yang fenomenal, revolusi yang memberikan inspirasi dan menyemangati dunia Islam, termasuk Indonesia untuk melihat bahwa laju perubahan itu mungkin dan niscaya. Dan gerakan masyarakat di dunia Islam itu punya kontribusi yang besar untuk turut serta dalam perubahan gerak sejarah," ujar pengajar program Timur Tengah Universitas Brawijaya.
Ia juga menyampaikan harapannya sebagai warga negara Indonesia yang ingin melihat Iran tetap berdiri tegak memperjuangkan kepentingan dunia Islam, dan kepentingan negara-negara yang selama ini tertindas oleh struktur Internasional yang tidak adil.
"Saya berharap Iran juga tetap teguh untuk memperjuangkan haknya memiliki nuklir demi kepentingan damai, dan juga tidak terus-menerus mendapatkan sanksi atau embargo ekonomi," papar Sekretaris Lakpesdam PCNU kota Malang.
Menjawab pertanyaan mengenai sanksi ketat AS yang diamini sejumlah negara dunia terhadap Iran, jebolan program master universitas terkemuka Inggris ini menilai kondisi Iran masih cukup stabil, bahkan bisa meraih sejumlah kemajuan signifikan di tengah derasnya sanksi.
"Meskipun Iran hingga kini menghadapi tekanan sanksi yang sangat ketat, tapi saya melihat Iran memiliki keunggulan teknologi, dan mungkin layak untuk ditularkan dan dilanjutkan dalam bentuk kerja sama dengan Indonesia seperti capaian-capaian atau prestasi untuk membuat teknologi-teknologi screening covid yang murah dan terjangkau," jelasnya.
Dosen Universitas Brawijaya ini menjelaskan pandangannya dengan membeberkan bukti mengenai keberhasilan Iran di bidang sains dan teknologi, dan berbagi pengalaman kunjungannya ke berbagai tempat di Iran, termasuk Pardis Tecnology Park yang berada di wilayah timur Tehran.
"Saya pernah mengunjungi [Pardis] Tecnopark Tehran, yang memberikan gambaran bahwa sebenarnya Iran adalah bangsa yang besar dan memiliki keunggulan teknologi yang bisa membantu negara-negara muslim lainnya seperti Indonesia untuk alih teknologi dan saling berbagi perkembangan teknologi sehingga nanti bisa punya manfaat yang banyak bagi warga di dunia Islam maupun peradaban pada umumnya," jelas Yusli.
Mengenai hubungan Iran dan Indonesia, dosen senior hubungan internasional ini mengharapkan hubungan kedua negara Muslim tersebut akan semakin erat dan terus berkembang di berbagai bidang.
"Semoga hubungan kedua negara lebih baik, lebih intens, dan diplomasi antara kedua negara lebih menyentuh kepada masyarakat hingga pandangan-pandangan minor yang selama ini dipropagandakan bisa lebih berimbang diterima oleh masyarakat Indonesia," ungkapnya.
Di penghujung statemennya, Yusli kembali menekankan masalah peningkatan hubungan antara Iran dengan Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.
"Saya ingin melihat kedua bangsa ini bergaul dengan lebih intens, memiliki hubungan people to people maupun government to government yang lebih erat, karena agak malu juga bahwa sebenarnya dua negara yang mewakili dunia Islam ini hanya memiliki sedikit kerja sama," pungkasnya.
Imam Baqir, Pancaran Mentari Keilmuan dan Keutamaan Akhlak
Tanggal satu Rajab diperingati sebagai hari kelahiran seorang manusia agung putra Imam Ali Zainal Abidin dan Sayidah Fatimah binti Imam Hassan. Muhammad namanya. Beliau dikenal dengan sebutan Baqir atau Baqirul Ulum, yang berarti pembuka lautan pengetahuan, dan penjelas rahasia ilmu.
Salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw bernama Jabir bin Abdullah Ansari suatu hari bertemu dengan Imam Muhammad Baqir.Tampak kegembiraan terpancar dari raut mukanya yang sudah tua. Jabir berkata, "Demi Tuhan Kabah, aku melihat tanda-tanda yang disebutkan Rasulullah dalam dirimu. Aku bersyukur kepada Allah yang telah memberiku karunia bertemu denganmu, dan aku menyampaikan salam Rasulullah bagimu. Suatu hari Rasulullah bersabda kepadaku: 'Wahai Jabir, engkau akan panjang umur hingga menemui keturunanku dari anak-anak Husein. Namanya Muhammad, ia menyingkap ilmu agama, oleh karena itu digelari Baqir. Jika engkau bertemu dengannya sampaikan salamku."
Era Imam Baqir adalah periode penyebaran ilmu dan berkembangnya pengetahuan di dunia Islam. Ketika itu, muncul para ulama dan ahli agama di bidang hadis dan fiqh. Tapi, nama Imam Baqir memiliki kedudukan khusus di tengah mereka. Sheikh Mufid, ulama besar Syiah akhir abad keempat dan permulaan abad kelima Hijriah, menulis, "Para sahabat, tabiin dan pemuka ahli fiqh menukil riwayat dari beliau. Imam [Baqir] meriwayatkan hadis dari Rasulullah Saw. Berkat beliau masyarakat mengenal sunnah Rasul dan manasik haji dipercayakan kepada beliau. Imam [Baqir] menulis tafsir Quran dengan penjelasan secara umum dan khusus. Beliau juga menyampaikan pembahasan kalam".
Seluruh penulis baik Syiah maupun Sunni menilai penyematan nama "al-Baqir" atau Baqir al-Ulum" kepada Imam Muhammad, karena luasnya ilmu yang beliau miliki. Tapi penamaan ini juga memiliki akar kuat dalam sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah Ansari. Rasulullah bersabda, "Yabqarul ilma Baqran", yang berarti orang yang menyingkap ilmu dengan seluruh keutamaan dan kesempurnaannya.
Sheikh Tusi, ulama terkemuka Syiah abad kelima hijriah menyebutkan bahwa murid pilihan Imam Baqir mencapai 466 orang. Imam Baqir menjadi rujukan seluruh ulama Hijaz. Para ulama besar Sunni menimba ilmu dari Imam Baqir. Saking terkenalnya keilmuan Imam Baqir, di Hijaz beliau disebut sebagai pemuka fuqaha Hijaz.
Kedudukan Imam Baqir di berbagai bidang ilmu pengetahuan Islam senantiasa menjadi perhatian para ulama terkemuka di zamannya. Bukan hanya ulama Syiah yang menimba ilmu dari Imam Baqir, tapi juga ulama Sunni. Zahabi menulis, "Imam Baqir termasuk orang yang menyatukan ilmu, amal, kemuliaan, ketangguhan. Oleh karena itu, Khilafah layak baginya".
Imam Baqir adalah mufasir terbaik al-Quran. Beliau menjelaskan makna ayat demi ayat al-Quran. Imam Baqir menjelaskan pandangannya dengan dalil yang sangat kuat. Beliau berkata, "Tanyakan padaku apa yang bisa kujelaskan dari mana al-Quran, hingga makna ayat-ayatnya untuk kalian." Penguasaan Imam terhadap seluruh kandungan al-Quran diakui para ulama dan ilmuwan di zamannya. Bahkan seorang penyair terkemuka bernama Malik Ibn Ayin Jihni mendendangkan syair memuji kemuliaan Imam Baqir:
Jika mencari ilmu al-Quran
Ketahuilah Quraisy paling mengetahuinya
Jika Imam Baqir alahi salam menjelaskan ilmu al-Quran
Begitu banyak ilmu yang diterangkan
Imam Baqir juga dikenal sebagai orang yang sangat peduli dengan kondisi masyarakat di zamannya. Beliau tanpa pamrih membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Memenuhi kebutuhan material dan spiritual orang lain menjadi aktivitas sosial terpenting Imam Baqir.
Selain mendengarkan keluhan dan penderitaan masyarakat, beliau terjun memberikan bantuan sesuai kebutuhan, sekaligus menebarkan ketentraman dan kedamaian.Terkait hal ini, Imam Sadiq berkata, "Suatu hari aku menemui ayahku. Ketika itu beliau tengah sibuk membagikan delapan ribu dinar kepada orang-orang yang membutuhkan di Madinah, dan membebaskan sebelas budak."
Imam Baqir menjadikan hari libur, terutama hari Jumat dikhususkan untuk infaq dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Berkaitan dengan masalah ini, Imam Sadiq berkata, "Meskipun kemampuan finansial ayahku lebih kecil dibandingkan anggota keluarga lain, dan pengeluarannya lebih besar dari yang lain, tapi setiap hari Jumat beliau membantu orang-orang yang membutuhkan, bahkan jika hanya membantu dengan satu dinar sekalipun. Beliau berkata, 'Pahala sedekah kepada orang yang membutuhkan di hari Jumat lebih utama, sebagaimana kedudukan hari Jumat yang lebih utama dari pada hari lainnya dalam sepekan."
Agama Islam sangat menekankan berbuat baik kepada orang lain, dan menjadikannya sebagai nilai-nilai moral yang tinggi. Mengenai pentingnya masalah ini, Imam Baqir berkata,"Senyuman seorang Mukmin kepada saudara sesama Muslim sangat terpuji. Menghilangkan duka termasuk kebaikan.Tidak ada penghambaan kepada Allah yang lebih utama dari membahagiakan hati sesama Mukmin."
Imam Baqir sangat bahagia bisa menggembirakan orang lain. Beliau menyampaikan kembali sabda Nabi Muhammad Saw kepada masyarakat mengenai keutamaan membahagiakan orang lain. Rasullullah bersabda, Orang yang membahagiakan sesama Mukmin sama seperti membahagiakanku dan menyenangkan Allah swt. Terkadang beliau bercanda yang baik untuk membahagiakan orang lain. Imam Baqir berkata, "Sesungguhnya Allah swt mencintai orang yang bercanda [terpuji], dengan syarat tidak disertai perkataan buruk dan tercela."
Imam Sadiq berkata, "Ayahku senantiasa sibuk berzikir. Ketika makan pun, beliau berzikir. Ketika berada di tengah masyarakat beliau tetap berzikir, dan kalimat "La ilaha ilallah" senantiasa keluar dari mulutnya. Di waktu dini hari beliau mengajak kami semua beribadah hingga terbit fajar. Beliau memerintahkan membaca al-Quran kepada [sebagian] anggota keluarga, dan yang lain mengucapkan zikir".
Muhammad bin Munkadir, salah seorang ulama Sunni, berkata, "Aku tidak percaya Ali bin Husein memiliki seorang anak dengan keutamaan dan keilmuan seperti dirinya, hingga aku bertemu dengan puteranya bernama Muhammad bin Ali.... Ketika itu aku menuju daerah di sekitar Madinah, dan cuaca saat itu sangat panas. Di tengah perjalanan aku bertemu dengan Muhammad bin Ali. Beliau orang yang kuat dan saat itu tengah bekerja di ladang. Aku menyapanya, "Wahai pemuka para pembesar Quraisy, di tengah cuaca terik ini Anda tengah mencari harta dunia."
Muhammad bin Munkadir ingin mendengar jawaban dari Imam Baqir. Lalu ia mendekati beliau yang tengah bekerja di ladang untuk memberikan nasehat. Ulama Sunni ini kembali bertanya kepada Imam Baqir, "Wahai pemuka pembesar Quraisy, Anda keluar dari rumah untuk mencari dunia, bagaimana jika kematian menjemputmu dalam keadaan seperti ini ?"
Mendengar perkataan ini, Imam Baqir menjawab, "Demi Allah, jika kematian menjemputku dalam keadaan saat ini, aku meninggal dunia di saat sedang beribadah dan taat kepada Allah. Sebab, aku bekerja di ladang di tengah cuaca terik supaya tidak mengulurkan tangan meminta bantuan engkau, dan orang lain. Ya, aku hanya mengkhawatirkan satu hal, kematian menjemputku ketika aku sedang bermaksiat kepada Allah swt, ". Mendengar jawaban dari Imam Baqir, Muhammad bin Munkadir berkata, "Tuhan merahmatimu, aku hendak memberikan nasehat kepadamu, tapi engkau telah memberikan nasehat penting untukku."
Rahbar: AU Salah Satu Unsur Kemenangan Revolusi Islam
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei bertemu dengan sejumlah komandan Angkatan Udara (AU) dan unit anti udara militer serta menyebut baiat bersejarah Homafaran (sebutan AU di era Shah Pahlevi) dengan Imam Khomeini sebagai Ayamullah dan salah satu keajaiban yang menentukan serta anasir utama kemenangan Revolusi.
19 Bahman mengingatkan moment bersejarah di mana Homafaran di tahun 1357 Hs menggelar pawai militer di jalan Enghelab, Tehran sebagai bentuk baiat dengan Imam Khomeini serta rakyat menyambutnya dengan memberi untaian bunga kepada mereka. Hari-hari itu disebut sebagai Ayamullah. Unsur utama di arti Ayamullah adalah manusia menyaksikan kekuasaan Allah di sebuah peristiwa, dengan demikian hari-hari tersebut menjadi titik balik sejarah dan hari-hari bersejarah.
Pada 19 Bahman 1399 Hs, Ayatullah Khamenei saat bertemu dengan para komandan angkatan udara dan unit anti udara militer Republik Islam menyebut baiat bersejarah Homafaran dengan Imam Khomeini sebagai Ayamullah dan salah satu keajaiban penting dan anasir utama kemenangan Revolusi. Rahbar mengatakan, "Berpisahnya bagian penting militer dan bergabungnya merka dengan Imam serta rakyat menyerupai mukjizat, karena mendorong seluruh unit militer bergabung dengan Republik Islam. Dan para komandan militer saat itu ketika menyaksikan fakta terpaksa menunjukkan sikap netral terhadap Revolusi; Ini menyerupai mukjizat, ini benar-benar seperti mukjizat. Ketergantukan utama rezim taghut saat itu kepada militer dan Savak dan sandaran pentin serta harapan rezim saat itu, justru menjadi faktor yang menghancurkan rezim sendiri."
Menurut Rahbar, Amerika hingga detik-detik terakhir sangat berharap kepada militer rezim Shah dan mereka menganggap bahwa militer dapat bertahan. Menurut berita pasti, mereka tengah merancang kudeta dan harus berlangsung bulan Bahman serta dengan penangkapan para pemimpin Revolusi dan memanfaatkan kekerasan luas terhadap rakat, mereka dapat mencegah kejatuhan Shah. Jenderal Husyer salah satu wakil AS di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di buku memorialnya mengakatan bahwa Jenderal Brown, menhan AS saat itu memberi ijin dirinya mencegah kejatuhan Shah Pahlevi bahkan jika harus membantai puluhan ribu warga Iran, namun salah satu anasir yang merusak skenario setan mereka adalah gerakan angkatan udara pada 19 Bahman.
Dari sudut pandang Ayatullah Khamenei, musuh-musuh Revolusi Islam, terutama Amerika Serikat, sejak awal mengalami kesalahan perhitungan, yang merupakan poin yang luar biasa dan instruktif. Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, menekankan bahwa musuh masih belum memiliki pemahaman yang benar tentang bangsa Iran, menunjuk pada pengulangan kesalahan ini dalam beberapa tahun terakhir.
Rahbar mengatakan, "Mereka (musuh Iran) mengalami kesalahan fatal karena mengatakan menguasai penuh militer dan tidak mungkin rezim Shah tumbang. Namun...justru militer ini yang dianggap sangat penting oleh Amerika dan dipelihara baik oleh Washington serta sebanyak empat ribu penasihat militer aktif di dalamnya menjadi faktor kekalahan rezim Taghut dan menghancurkan harapan AS di Iran. Allah Swt di al-Quran berfiman, فَاَتیٰهُمُ اللهُ مِن حَیثُ لَم یَحتَسِبوا؛ Mereka menerima tamparan dan pukulan dari arah yang tidak mereka sangka (QS. al-Hashr: 2).
Kesalahan perhitungan lain Amerika di kasus sanksi; elit politik AS menyangka dapat menundukkan Iran dengan sanksi yang mereka sebut belum pernah terjadi dalam sejarah dan sanksi total. Ayatullah Khamenei berkata, "Salah satu orang terbodoh (John Bolton) dua atau tiga tahun lalu mengatakan kita akan menggelar perayaan tahun baru Januari 2019 di Tehran; harapan mereka adalah Republik Islam akan runtuh pada Januari 2019, mereka datang dan menggelar perayaan tahun baru di Iran. Kini ia pun bergabung dengan tong sampah sejarah. Sementara ketuanya (Donald Trump) juga ditendang dari Gedung Putih dan keduanya masuk ke tong sampah sejara. Adapun Republik Islam Iran, Alhamdullih masih tetap tegar berdiri."
Rahbar memberi perhatian bahwa kita tidak boleh berpikir sederhana, kita harus berhati-hati bahwa sekedar kerusakan sistem komputasi musuh tidak akan membuat kita berhasil. Ada faktor lain yang membuat efektif gerakan Revolusi Islam seperti bekerja dan berusaha, kehadiran rakyat di medan, dan kepercayaan mereka akan keharusan berpartisipasi di medan, percaya akan janji Tuhan. Sekedar duduk dan menyaksikan serta tidak berusaha, tidak akan membawa hasil. Para pejabat dengan hadir di medan dan bekerja dengan benar serta percaya kepada Tuhan, akan meningkatkan elemen kekuatan nasional dan secara praktis memproduksi kekuatan di mana salah satunya adalah memperkuat angkatan bersenjata sesuai dengan kebutuhan kawasan dan dunia. Seraya memuji manuver angkatan bersenjata terbaru, Rahbar mengatakan, "Penyelenggaraan manuver besar dan menakjubkan seperti ini, di kondisi sanksi, sejatinya peraihan jaminan keamanan nasional oleh putra bangsa di angkatan bersenjata dan ini sebuah kebanggaan."
Maraknya pemberitaan media asing membuat sebagian negara belum menyadari akan semakin lemahnya kekuatan Amerika dan kesalahan negara kawasan adalah menggantunkan keamanan nasionalnya kepada pihak asing dan meski mereka membelanjakan miliaran dolar serta dihina dan juga mendengar pelecehan, pada akhirnya keamanan mereka tetap tidak terjamin; sama seperti di kasus beberapa tahun lalu Mesir dan Tunisia atau nasib Mohammad Reza Pahlevi. Ayatullah Khamenei mengaitkan kebingungan dan kepanikan rezim yang berafiliasi dengan AS di kawasan itu, terutama rezim Zionis, dan omong kosong mereka baru-baru ini dengan ketakutan dan kecemasan tentang realitas penurunan Amerika di lingkungan internasional dan domestik.
Di sinilah Rahbar sangat menekankan untuk berhati-hati atas kesalahan kita sendiri. Kita tidak boleh diintimidasi oleh musuh atau bergantung pada musuh dalam urusan politik dan ekonomi ... Kita harus melihat realitas batin dan mempromosikannya dan mengetahui bahwa jika kita dengan sekuat tenaga, takut kepada musuh, maka kita akan gagal. Berharapkepada pihak asing yang dibangun di atas pemerkosaan, penjarahan dan gangguan; Itu akan menjadi kesalahan besar. Ketika kita sadar dan mengandalkan diri kita sendiri dan meminta bantuan Tuhan, kita ingin memastikan keamanan nasional diri kita sendiri, hasilnya adalah kehormatan yang Alhamdulillah dinikmati Republik Islam saat ini.
Ayatullah Khamenei menyarankan orang-orang yang secara tidak realistis mengkahi kemampuan dan kekuatan AS serta sejumlah kekuatan lainnya untuk melihat peristiwa terbaru di AS. Rahbar mengatakan, "Masalah jatuhnya Trump tidak disayangkan dengan jatuhnya presiden Amerika yang memalukan ini. Bukan jatuhnya citra AS, jatuhnya kekuatan Amerika. Tumbangnya sistem sosial dan Amerika. Mereka sendiri mengatakannya, para pakar politik juga bahwa Amerika rusak dari dalam. Jika peristiwa yang terjadi di Amerika terjadi di negara lain di belahan dunia, khususnya negara yang tidak disukai Washington, maka AS tidak akan membiarkannya begitu saja. Namun media-media Barat berusaha mencitrakan masalah di AS telah selesai, padahal masalahnya belum selesai dan masih terus berlanjut....Mereka sendiri mengatakan bahwa sistem sosial di negara ini rusak dari dalam, bahkan sebagian berbicara mengenai era pasca Amerika."
Seraya menyinggung statemen petinggi Eropa dan AS terkait JCPOA dan sanksi, Rahbar mengatakan, "AS dan troika Eropa (Prancis, Jerman dan Inggris) yang menginjak-injak komitmennya di JCPOA, tidak lagi berhak menentukan syarat di kesepakatan nuklir. Mereka sama sekali tidak menjalankan komitmennya di JCPOA, oleh karena itu mereka dalam hal ini tidak berhak menentukan syarat atupun persyaratan dan pihak yang berhak menentukan syarat untuk berlanjutnya kesepakatan nuklir adalah Iran. Alasannya adalah Iran sejak awal telah menjalankan komitmennya di JCPOA. Republik Islam Iran menjalankan seluruh komitmennya, mereka sebaliknya tidak melakukan apapun tapi malah melanggarnya. Kita berhak menentukan syarat untuk melanjutkan JCPOA dan kami telah menentukannya dan kami katakan tidak ada yang mundur darinya; syarat tersebut adalah jika mereka menghendaki Iran kembali ke komitmen penuhnya di JCPOA- yang sebagian ditangguhkan secara bertahap- maka Amerika harus mencabut total sanksinya; bukan sekedar di ucapan atau di atas kertas, tapi secara praktis mereka harus mencabutnya dan kami akan menverifikasinya dan kami juga harus merasa sanksi telah dicabut. Maka saat itu kami akan kembali ke komitmen penuh di JCPOA.Ini adalah kebijakan pasti Republik Islam Iran dan didukung seluruh pejabat negara serta kami tidak akan mundur dari kebijakan ini."
Di akhir pertemuan Rahbar menekankan seluruh pejabat untuk satu suara dan mengatakan, kesatuan suara pejabat pemerintah dan rakyat merupakan faktor utama melewati beragam kesulitan selama 42 tahun terakhir. Dan kesatuan suara dan koordinasi ini harus berlanjut. Rahbar juga merekomendasikan angkatan bersenjata terus memproduksi kekuatan dan menekankan, "Dengan Rahmat Ilahi dan doa Imam Zaman, masa depan bangsa dan negara Iran pastinya akan lebh baik dari hari ini."
Pasukan AS Pindahkan Milisi Teroris Daesh dari Suriah ke Irak
Otoritas keamanan di Suriah melaporkan pasukan AS mengangkut milisi teroris Daesh dengan helikopter dari Suriah ke Irak.
Pasukan Amerika Serikat berusaha mengganggu keamanan Irak dengan memindahkan teroris Daesh dari Suriah ke Irak.
Presiden Suriah, Bashar Assad mengatakan Angkatan Udara AS yang memimpin koalisi internasional anti-Daesh dalam banyak kasus justru menjadi kekuatan militer yang menyelamatkan milisi teroris Daesh.
Dilaporkan, Amerika Serikat telah berulang kali membantu teroris Daesh di Suriah dan Irak.
Sebelumnya, kamera termal Al-Hashd al-Shabi Irak memantau pendaratan helikopter militer AS di daerah pegunungan Himreen di provinsi Salah al-Din belum lama ini.
Helikopter tersebut membawa bantuan senjata, dan peralatan untuk mendukung kelompok teroris Daesh.
Sumber keamanan Irak mengatakan bahwa teroris Daesh menggunakan senjata berat dan berbagai senjata dalam serangan terhadap pasukan al-Hashd al-Shabi di Himreen.
Sisa-sisa teroris Daesh masih tersebar di berbagai wilayah Irak dan melakukan serangan teror secara sporadis.
Daesh menyerang Irak pada tahun 2014 dengan dukungan dana dan logistik militer dari Amerika Serikat dan sekutunya termasuk Arab Saudi.(
Ditangkis, Serangan Teroris Suriah ke Pangkalan Militer Rusia di Latakia Gagal
Sebuah kelompok teroris di Suriah melancarkan serangan roket ke pangkalan militer Rusia di provinsi Latakia, tapi berhasil ditangkis.
Kementerian Pertahanan Rusia pada Rabu malam mengumumkan bahwa mereka telah menangkis serangan roket teroris di pangkalan udara Khmeimim yang dikendalikan Rusia di provinsi Latakia.
Serangan roket yang dilancarkan kelompok teroris Suriah itu terjadi Selasa malam.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, tidak ada kerusakan yang terjadi pada pangkalan udara Khmeimim.
Serangan roket itu berasal dari daerah yang dikuasai kelompok teroris di provinsi Idlib, di wilayah utara Suriah.
Militer Suriah berhasil mengalahkan kelompok Daesh dan merebutkan kembali sebagian besar wilayah yang dikuasainya di Suriah dengan bantuan Republik Islam Iran dan Rusia.
Kelompok teroris di Suriah yang masih tersisa di berbagai daerah, terutama di Idlib berupaya melancarkan berbagai serangan teror dengan bantuan AS dan sekutunya
Hamas Kirim Ucapan Selamat HUT Revolusi Islam kepada Rahbar
Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), menyampaikan ucapan selamat kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, atas ulang tahun ke-42 kemenangan Revolusi Islam.
Ketua Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh dalam pesannya kepada Ayatullah Sayid Ali Khamenei, mengatakan Hamas dan rakyat Palestina berbagi kegembiraan dengan rakyat Iran pada kesempatan mulia ini.
"Kami menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasinya atas sikap konsisten Iran dalam mendukung cita-cita, bangsa, dan perlawanan Palestina untuk memperjuangkan hak-hak sah kami," tambahnya.
Haniyeh menuturkan Hamas berharap posisi tersebut akan terus menguat dalam mendukung bangsa Palestina dan perlawanan mereka dalam melawan bahaya dan tantangan yang dihadapi Palestina.
Rakyat Iran pada Rabu (10/2/2021) melakukan pawai kendaraan untuk merayakan hari ulang tahun kemenangan Revolusi Islam ke-42. Mereka turun ke jalan-jalan di seluruh negeri untuk memperbaiki janji setianya dengan nilai-nilai Revolusi Islam.
Lagi, Konvoi Pasukan AS Diserang di Baghdad
Sebuah konvoi logistik pasukan Amerika Serikat dilaporkan diserang di kota Baghdad, Irak.
Seperti dilaporkan kanal Telegram milik Saberin News, konvoi logistik militer AS diserang di daerah al-Lathifah, Provinsi Baghdad, Kamis (11/2/2021). Sejauh ini tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Sebuah konvoi militer AS pada Rabu kemarin juga menjadi sasaran serangan di Provinsi Baghdad, yang diakui dilakukan oleh kelompok perlawanan Qasim al-Jabarin.
Dalam beberapa bulan terakhir, konvoi yang mengangkut logistik untuk pasukan AS di Irak berulang kali menjadi sasaran bom pinggir jalan. Sebagian besar dari konvoi itu masuk ke wilayah Irak melalui perbatasan Suriah atau Kuwait.