
کمالوندی
Islam dan Gaya Hidup (29)
Mempercantik penampilan merupakan sebuah perilaku baik yang selalu mendapat perhatian dalam sejarah umat manusia dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Skala pengaruhnya sangat besar mulai dari penampilan luar kehidupan mereka seperti, model pakaian dan bentuk dandanan sampai aspek internal wujud mereka semisal pemikiran dan keyakinan.
Kecenderungan untuk mempercantik diri bersumber dari fitrah manusia. Mereka tidak perlu diajarkan untuk tampil selaras dan anggun, karena mereka datang ke dunia ini dengan membawa kecenderungan itu. Anak-anak bahkan sensitif dengan model dan warna pakaiannya dan mereka menaruh perhatian khusus terhadap model terbaru dan indah.
Mempercantik perilaku individu dan sosial juga merupakan sebuah prinsip yang penting. Dengan melihat sejumlah ayat dan riwayat, dapat dikatakan bahwa kecantikan dibagi dalam dua kategori yakni, kecantikan lahiriyah dan kecantikan batiniyah. Islam sebagai sebuah agama sempurna, selain memperhatikan masalah kecantikan dan kesucian batin manusia, juga menaruh perhatian terhadap kecantikan lahir mereka dan masyarakat Islam. Seorang Muslim dituntut peduli dengan penampilannya dan keindahan lingkungan sekitar.
Kecantikan lahiriyah menjelma dalam berbagai bentuk dan elemen penting dari itu berhubungan dengan model pakaian. Manusia bahkan dianjurkan untuk mempercantik penampilan dalam melaksanakan ibadah. Disebutkan bahwa Imam Hasan al-Mujtaba as memakai pakaian yang paling bagus ketika shalat. Para sahabatnya kemudian bertanya, “Mengapa engkau mengenakan pakaian yang paling indah?” Imam Hasan as menjawab, “Allah indah dan mencintai keindahan. Oleh sebab itu, aku mempercantik diri untuk Tuhanku karena Dia memerintahkan untuk berhias diri ketika pergi ke masjid. Untuk itu, aku ingin memakai pakaian yang paling indah.”
Soal pentingnya mempercantik penampilan ketika bertemu dengan saudara seiman, Rasulullah Saw bersabda, “Allah mencintai orang mukmin yang berkemas dan memperindah penampilan ketika ingin mengunjungi saudaranya.” Baju yang indah dan pakaian yang tepat juga akan menyebabkan kedekatan dengan Allah Swt. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Percantiklah diri kalian dengan pakaian, karena Allah indah dan mencintai keindahan.”
Saat seseorang dengan pakaian yang indah merasa telah menarik keridhaan Tuhan, maka ia sudah menyediakan ruang untuk kesenangan dan kepuasan batinnya dan hal ini memberi pengaruh besar bagi kepribadian orang tersebut. Pakaian yang bersih dan indah serta penampilan yang menarik akan menghapus kegelisahan dari manusia, karena kebersihan dan keindahan adalah pencipta kesenangan dan keceriaan.
Di semua masyarakat, perubahan dan inovasi dianggap sebagai perkara yang baik dan terpuji, sementara kekolotan dan kekunoan dinilai sebagai hal yang tercela dan tidak diterima. Mempercantik penampilan luar, merapikan pakaian dan rambut, menata perabot rumah tangga dengan gaya yang indah dan serasi, menggunakan warna-warna yang menawan, dan secara umum memperindah diri dan lingkungan serta menciptakan inovasi di dalamnya, merupakan indikasi dari kerapian internal, keceriaan batin, dan selera yang baik dari pelakunya.
Dari sisi lain, kesemrawutan, acak-acakan, dan kekunoan merupakan insyarat dari keterpinggiran, kekakuan, dan kelesuan seseorang. Namun, perlu diingat bahwa perubahan dan inovasi harus bersifat proporsional dan rasional. Jika inovasi dan perubahan tidak dilakukan atas dasar parameter akal dan rasio, maka penyimpangan akan muncul dan merusak norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat. Pemanfaatan beragam fesyen kadang disertai dengan penistaan terhadap nilai-nilai yang dianut oleh sebuah komunitas.
Manusia pemuja fesyen dan mereka yang berkelana mencari mode baru dan tanpa tujuan selalu mengubah gaya tampilannya, mereka biasanya dianggap sebagai orang-orang yang silau dengan budaya asing dan terbawa arus. Kriteria mereka adalah meniru sesuatu secara ekstrim dan tidak memiliki pendirian yang tetap.
Penampilan indah wanita Muslimah di tengah masyarakat tentu saja harus tetap menjaga aurat dan batasan-batasan syariat dalam mengenakan pakaian. Dengan kata lain, wanita Muslimah tidak boleh memperlihatkan keindahannya selain kepada orang yang satu mahram dan suaminya. Oleh karena itu, mempercantik penampilan bagi wanita harus tetap menjaga harga diri dan aurat.
Beragam model manusia melintas di sekitar kita di jalan-jalan dan setiap orang punya gaya masing-masing. Lalu, bagaimana penilaian kita tentang orang-orang tersebut? Model pakaian individu dapat mencerminkan sistem pemikiran, pandangan dunia, dan nilai-nilai yang mendominasinya. Di semua masyarakat, bentuk pakaian mereka selain mengikuti kondisi geografis dan lingkungan, juga merefleksikan norma-norma yang menguasai budaya masyarakat tersebut. Misalnya saja, wanita Muslimah di sebuah masyarakat religius akan mengenakan pakaian yang sopan di hadapan publik.
Model pakaian masyarakat juga mempresentasikan kepedulian mereka terhadap nilai-nilai budayanya. Penggunaan pakaian yang tepat juga harus selaras dengan budaya nasional dan agama setiap bangsa. Jika tidak demikian, hal itu mencerminkan ketidakpedulian mereka terhadap budaya lokal, nasional, dan agamanya, serta bentuk ketergantungan mereka kepada budaya asing.
Mempercantik penampilan merupakan bagian dari persoalan individu, tapi di dalamnya juga perlu melihat lingkungan sekitar, sebab seorang individu Muslim harus memperhatikan perasaan dan penantian orang-orang di sekitarnya. Mungkin dapat disimpulkan bahwa tampil menarik di hadapan orang lain termasuk salah satu dari hak-hak sosial masyarakat. Atas dasar prinsip ini pula, Rasulullah Saw selalu mewanti-wanti kaum Muslim agar memperindah penampilan ketika ingin bertemu orang lain. Beliau sendiri sangat berkomitmen dengan prinsip tersebut.
Mengenai keteladanan Rasul Saw dalam hal itu, Imam Ali as berkata, “Rasul selalu menyisir rambutnya dan dalam banyak kesempatan beliau merapikannya dengan air.” Dalam sejarah disebutkan bahwa Rasul Saw ketika ingin menghadiri sebuah forum dan bertemu dengan masyarakat, menaruh perhatian besar terhadap keindahan penampilannya. Beliau melihat bejana yang berisi air untuk merapikan rambut dan wajah mulianya, mengenakan baju yang bersih dan rapi, dan memakai minyak wangi sehingga aroma harum beliau sudah tercium dari jauh.
Tampil menarik, rapi, dan bersih memiliki peran besar dalam daya tarik lahiriyah manusia. Tampilan yang menawan dan bersih dapat mencerminkan ketenangan batin, kerapian, dan jauh dari segala bentuk kesemrawutan. Mempercantik diri merupakan faktor untuk ketenangan batin dan jiwa manusia.
Sebaliknya, kesemrawutan dan acak-acakan merupakan pemicu bagi munculnya kegelisahan jiwa dan kekacauan batin. Jika kecantikan penampilan eksternal juga dibarengi dengan keindahan internal dan keduanya diperhatikan secara bersamaan, maka hal itu akan mendorong harmonisasi karakter dan penyatuan warna antara aspek lahiriyah dan batiniyah pemiliknya. Kondisi ini juga membuatnya mudah menembus hati orang lain. Dengan kata lain, kecintaan dan daya tarik di hati orang lain bersumber dari keindahan dan kesucian jiwa.
Islam di samping memperhatikan masalah kecantikan penampilan luar, juga fokus terhadap keindahan jiwa dan ruh manusia. Salah satu ciri khas agama Islam adalah sifat universalitas yang menyentuh semua aspek kehidupan pemeluknya. Mempercantik penampilan luar merupakan sebuah tata krama Islam, tapi di samping prinsip tersebut, setiap individu Muslim juga berkewajiban untuk memperindah dimensi batinnya. Dengan cara itu, mereka akan meraih gaya hidup ideal yang sesuai dengan keinginan Islam.
Kearifan, kesucian jiwa, kesabaran, kerelaan, kekhusyu’kan, dan penghambaan merupakan perhiasan batin dan jiwa manusia. Jika manusia mempercantik diri dengan sifat-sifat tersebut, mereka akan menerima pujian dari Allah Swt. Dapat dikatakan bahwa iman merupakan punca dari semua keindahan batin dan kesucian jiwa manusia.
Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as dalam doa Makarimul Akhlak berseru, "Shalawat dan salam kepada Rasulullah dan keluarganya, jadikanlah saya sebagai hiasan orang-orang saleh dan terpuji, kenakanlah pakaian orang-orang bertakwa pada diriku untuk menyebarkan keadilan, meredam emosi, memadamkan api permusuhan dan perselisihan umat, mempersatukan orang-orang yang berpecah belah serta meluruskan penyimpangan dan kerusakan di tengah masyarakat..."
Islam dan Gaya Hidup (28)
Manusia sesuai dengan tuntutan fitrahnya mencintai kebersihan dan keindahan, mereka juga ingin mempercantik penampilan dan menghias diri. Dan mereka membenci kekotoran dan kesemrawutan. Berhias bermakna mempercantik penampilan, memperindah, dan merapikan diri. Hal ini kadang juga disebut dengan keserasian, kerapian, dan kesiapan. Makna-makna itu tentu saja saling terkait, karena memperindah penampilan juga menuntut kerapian dan keserasian.
Dapat dikatakan bahwa kecenderungan untuk mempercantik penampilan berakar dari kecintaan manusia akan keindahan. Sebab, manusia mencintai dan menerima keindahan, dan mereka juga terpesona dengan keindahan. Daya tarik internal ini membuat manusia memilih mempercantik penampilan, karena kegiatan ini merupakan manifestasi dari keindahan.
Mempercantik penampilan merupakan sebuah perilaku baik yang senantiasa mendapat perhatian dalam sejarah umat manusia dan mempengaruhi sebagian besar dari aspek kehidupan mereka. Pengaruh ini sangat luas mulai dari model pakaian dan tampilan luar sampai aspek-aspek kehidupan manusia seperti, polar pikir dan keyakinan.
Wanita muslimah
Ketika manusia tampil indah dan rapi, mereka menemukan dirinya serasi dengan alam semesta, karena dunia ini indah dan penuh pesona. Allah Swt menciptakan alam semesta penuh dengan lukisan dan panorama yang indah dan kemudian semua keindahan itu dihadirkan untuk manusia. Mereka menganggap sebagian dari kecenderungan manusia akan keindahan terpengaruh oleh keindahan alam dan kemegahan, yang menjelma di lingkungan sekitar atau yang berkilau di angkasa. Keindahan ini sejak dulu membuat manusia terpesona dan takjub dengan alam penciptaan.
Kitab suci al-Quran di sejumlah ayatnya berbicara tentang penampakan lahiriyah alam dan menyebutkan berbagai dimensi penampakan dan keindahan-keindahannya. Kebanyakan ayat al-Quran mengajak kita untuk mempelajari lembaran alam serta memperhatikan pesona dan keindahannya.
Sebut saja dalam surat as-Saffat ayat 6, Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.” Dia juga telah menghiasi alam dengan taman dan kebun, sungai, dan laut. Surat al-Kahf ayat 7 menyebutkan, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya…”
Manusia tidak hanya mencintai keindahan, tapi juga – dengan membeli berbagai keperluan dan mengeluarkan biaya yang relatif besar – berusaha menghiasi diri dan mempercantik penampilan dan lingkungan kehidupannya. Pada dasarnya, aspek penting dari pengeluaran hidup banyak orang dan juga salah satu dari pekerjaan yang banyak menyita waktu mereka adalah memenuhi perlengkapan untuk berhias dan mempercantik penampilan.
Kecenderungan ini tercermin dari kebanyakan karya seni dan produk budaya umat manusia. Mencintai keindahan selalu menyertai sejarah kehidupan manusia. Sama sekali tidak ditemukan kepingan tertentu dari sejarah kehidupan mereka yang vakum dari manifestasi cinta keindahan ini.
Fenomena itu mengindikasikan bahwa cinta keindahan sudah tertanam dalam zat dan fitrah manusia. Mereka secara fitrah condong pada kebaikan dan keindahan, dan perasaannya akan tergugah dengan menyaksikan objek-objek yang indah. Manusia sangat menikmati panorama yang indah dan mereka terlihat sumringah. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan makhluk-makhluk yang menakjubkan di dunia merupakan sebuah jawaban terhadap tuntutan fitrah dan sebuah nikmat dari nikmat-nikmat Allah Swt Yang Maha Bijaksana.
Manusia tidak hanya mencintai keindahan, tapi juga sangat tertarik untuk memperindah penampilannya. Mereka mencintai keindahan lahiriyah dan perilaku baik dalam dirinya maupun dalam diri orang lain. Untuk itu, mereka selalu berupaya untuk mencapai keindahan itu dan seni merupakan sebuah fenomena unik yang muncul dari upaya berkelanjutan tersebut.
Penelitian sejarah dan sosiologi menunjukkan sebuah fakta bahwa salah satu parameter keunggulan peradaban dan budaya bangsa-bangsa, terletak pada tingkat kemegahan manifestasi keindahan di tengan masyarakat tersebut. Bukti atas fakta ini adalah keberadaan unsur-unsur seni dan budaya yang sangat luas di tengah bangsa-bangsa besar seperti, Cina, India, Romawi, Mesir, dan Iran.
Wanita muslimah
Lalu, apakah esensi keindahan itu sehingga manusia tergila-gila dengannya? Tentu saja sangat sulit untuk mendefinisikan keindahan, namun manusia akan menyatakan cinta dan ketertarikannya saat menemukan objek-objek yang indah. Ketika menyaksikan keserasian antara gemericik air terjun, tiupan angin, dan kicauan burung, mereka akan berkata, “Ini adalah pemandangan yang indah.” Dengan kata lain, keserasian antara unsur-unsur dari sebuah fenomena mendorong manusia memuji fenomena tersebut dan pada tingkat yang lebih tinggi, mereka memuji Dzat yang menciptakan keindahan itu.
Oleh karena itu, keserasian telah menghadirkan keindahan yang menakjubkan bagi alam. Manusia – sebagai ciptaan Tuhan – juga tertarik untuk menghiasi dan mempercantik dunia di dalam dan luar dirinya. Untuk itu, kecantikan dan keindahan merupakan sebuah realitas yang punya hubungan erat. Dari satu sisi, manusia adalah makhluk Tuhan yang mencintai keindahan. Dan dari sisi lain, dengan bantuan perhiasan dan sentuhan, mereka berusaha untuk menghiasi dirinya dan lingkungan sekitar dan mereka menikmati keindahan itu.
Mengingat ajaran Islam selaras dengan tuntutan-tuntutan fitrah yang ditanam dalam wujud manusia oleh Allah Swt, maka kita menemukan banyak hal dalam ajaran Islam yang berbicara tentang pentingnya mempercantik penampilan. Dalam surat al-A'raf ayat 31, Allah Swt berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid…”
Anjuran al-Quran tentu saja tidak terbatas pada hiasan lahiriyah, tapi juga mencakup perhiasan maknawi seperti kesucian dan ketakwaan. Surat al-A’raf ayat 32 memberikan perintah yang lebih umum dan menganggap orang-orang yang menghias diri dengan keliru sebagai perbuatan yang bertentangan dengan agama dan ajaran Islam.
Allah Swt berfirman, “Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”
Rasulullah Saw dalam sebuah ucapannya bersabda, “Allah membenci orang yang kotor dan bernoda.” Beliau selalu meminta para sahabatnya untuk menyingkirkan pemandangan kotor dan semrawut dari dirinya dan lingkungan kehidupan mereka. Rasul Saw selalu tampil menarik dan bersih khususnya ketika hadir di hadapan publik dan menerima kunjungan orang-orang.
Dalam sirah Rasulullah Saw disebutkan bahwa setiap kali beliau ingin keluar dari rumah atau menerima tamu, beliau merapikan dan menyisir rambutnya, memperindah penampilan, dan melihat ke dalam bejana berisi air sebagai cermin. Ketika ditanya tentang alasan berbuat demikian, Rasul Saw bersabda, “Allah senang terhadap hamba-Nya yang bersiap dan merapikan dirinya ketika hendak menemui saudara-saudaranya.”
Keseharian masyarakat Iran
Dalam ajaran para pemuka agama, terdapat banyak anjuran yang berbicara tentang pentingnya memperindah penampilan lahiriyah. Mereka menganjurkan kita untuk memakai pakaian yang bersih dan rapi, menyisir rambut dan merapikan jenggot, membersihkan badan, dan menjauhi hal-hal yang tidak disukai oleh orang lain seperti, bau mulut dan bau badan.
Berdasarkan riwayat, Rasul Saw tidak menginginkan seorang Muslim membiarkan dirinya berpakaian kotor dan lusuh, apalagi dia memiliki sarana untuk membersihkannya. Sejumlah hadis menyebutkan bahwa Rasul Saw tak sekadar menjaga kebersihan pakaiannya, tetapi juga memakai wewangian.
Islam menekankan pada umatnya untuk memperindah penampilan sebagaimana mempercantik dimensi batin mereka. Oleh sebab itu, jika seorang Muslim hadir di tengah publik dengan kondisi yang tidak rapi, lusuh, dan kotor, sikap ini tentu saja akan merugikan Islam sendiri. Berlepas diri dari simbol-simbol lahiriyah bukan berarti seseorang tidak peduli dengan penampilannya dan dengan cara ini ingin menunjukkan kerendahannya di hadapan orang lain.
Islam dan Gaya Hidup (27)
Kesehatan adalah hak fundamental bagi setiap individu dan masyarakat. Kajian ayat-ayat al-Quran, riwayat, dan literatur agama secara jelas memperlihat tentang perhatian Islam terhadap masalah kesehatan individu dan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa tidak ada agama dan paham yang fokus dengan masalah kesehatan seperti yang ditunjukkan oleh Islam.
Islam menjelaskan tema-tema kesehatan sebagai perkara wajib, haram, mustahab, dan makruf. Sebut saja memakan sesuatu seperti darah, bangkai, daging binatang yang diharamkan atau meminum sesuatu yang memabukkan – di mana bisa menghilangkan akal dan membahayakan kesehatan manusia – adalah haram hukumnya.
Dari sisi lain, ajaran Islam menjabarkan tema-tema kesehatan yang berperan penting dalam kebugaran masyarakat sebagai perkara wajib atau mustahab. Contohnya, salah satu syarat shalat adalah kesucian anggota badan dan pakaian, sementara wudhu termasuk kewajiban dan mukaddimah shalat. Ketelitian dalam hukum-hukum Islam menyingkap sebuah fakta bahwa semua aturan itu memiliki hikmah yang tidak diketahui oleh semua orang.
Hanya saja kita bisa menyimpulkan bahwa dalam filosofi hukum Islami, aspek maslahat dan mafsadat atau keuntungan dan kerugian – baik itu berkaitan dengan raga maupun jiwa – sudah dipertimbangkan dalam kaitannya dengan individu dan masyarakat. Sesuatu yang bermanfaat bagi jiwa dan raga serta menyehatkan masyarakat adalah halal, dan perkara yang membahayakan mereka adalah haram.
Perlu diingat bahwa dalam Islam maslahat lebih utama dari manfaat; kadang sebuah perkara memiliki manfaat bagi manusia, tapi secara keseluruhan tidak membawa maslahat untuk mereka atau masyarakat. Begitu juga dengan kaidah larangan berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri atau orang lain, Islam melarang umatnya mencemari lingkungan hidup dan mengabaikan petunjuk-petunjuk kesehatan individu dan masyarakat.
Sebagai contoh, Tuhan mewajibkan kita untuk mengubur mayit dengan tujuan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan dan masyarakat. Imam Ali ar-Ridha as berkata, “Diperintahkan untuk mengubur mayit agar orang lain tidak menyadari pembusukan jasad dan tidak mengetahui perubahan baunya serta tidak menyiksa mereka.” (Wasail al-Syiah, juz 3, hal 141)
Menjaga prinsip-prinsip kesehatan sangat penting sehingga Rasulullah Saw menganggap masalah itu sebagai tanda-tanda keimanan dan dapat dikatakan bahwa menjaga kesucian dan kebersihan masuk dalam kategori ibadah. Dalam Islam, setiap perbuatan dengan niat menunaikan kewajiban Ilahi dan mengabdi kepada masyarakat disebut ibadah.
Memiliki fisik dan jiwa yang sehat merupakan salah satu faktor ketenangan dalam hidup dan dalam meniti jalan Tuhan. Manusia sebagai ciptaan Tuhan, khalifah, dan pemikul amanah-Nya, memerlukan kondisi fisik yang prima untuk menunjang kegiatan ibadah. Memanfaatkan semua aspek kesehatan merupakan landasan untuk kegiatan-kegiatan manusia dalam kehidupan material dan spiritual, di mana Rasul Saw menyebut hal itu sebagai “nikmat tersembunyi dan tidak diketahui.”
Oleh karena itu, menjaga kesehatan fisik dan keselamatan jiwa merupakan sebuah kewajiban dalam Islam. Agama ini tidak membenarkan manusia untuk menyiksa fisik dan jiwanya meski dalam kondisi tersulit sekalipun.
Dalam sejumlah riwayat, badan dan seluruh anggotanya merupakan amanah Tuhan dan Dia menyebut kriteria kaum mukmin dan para pendiri shalat adalah mereka yang menjaga amanah. Rasulullah Saw bersabda, “Telinga, mata, lidah, dan jantung adalah amanah dan barang siapa yang tidak menjaga amanah, ia tidak punya iman.”
Dalam surat al-‘Araf ayat 32, Allah Swt berfirman, “Katakanlah; ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang halal dan baik?’ Katakanlah; ‘Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan hanya dikhususkan untuk orang beriman saja di hari kiamat.’ Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.’”
Jadi, sesuatu yang diharamkan untuk umatnya jelas itu tidak baik dan tidak pantas untuk mereka. Dan jika seseorang mengharamkan apa yang dihalalkan Allah Swt atau sebaliknya, pada dasarnya ia mengikuti rayuan syaitan, karena syaitan secara perlahan-lahan menjauhkan manusia dari kebenaran. Syaitan menampilkan sesuatu yang bermanfaat dan baik sebagai keburukan dan menunjukkan sesuatu yang berbahaya dan buruk sebagai kebaikan.
Dengan cara itulah syaitan membuat manusia terjebak dalam berbagai masalah. Dalam perspektif Quran, membekali manusia dengan pemberian yang baik dan sesuai dengan fitrah merupakan bentuk penghormatan kepada mereka dan menjadi kewajiban bagi manusia untuk mengucapkan rasa syukur atas semua nikmat dan karunia Tuhan.
Sistem keteraturan dan ketelitian dalam tubuh dirancang untuk membuat manusia kebal terhadap berbagai jenis penyakit, tentu saja jika mereka menjaga prinsip-prinsip dan pedoman kesehatan individual dan sosial. Akan tetapi, gaya hidup yang salah secara perlahan akan menyiksa manusia dengan berbagai jenis penyakit. Berkenaan dengan tindakan-tindakan pencegahan, Rasul Saw dan Ahlul Baitnya memberi sejumlah resep dan saran, di mana salah satunya adalah menjalankan pola konsumsi yang benar.
Dalam sebuah riwayat, Rasul Saw bersabda, “Usus adalah rumah untuk setiap penyakit dan menjaga hal-hal yang berbahaya adalah dasar untuk setiap pengobatan. Jadi makanlah sesuatu yang cocok dengan kalian.” Imam Ali ar-Ridha as berkata, “Dua golongan manusia selalu dalam kondisi sakit; orang sehat yang menjaga pantangan tanpa alasan dan orang sakit yang tidak menjaga pantangan.”
Kiat lain yang efektif untuk mencegah penyakit fisik dan mental adalah melakukan perjalanan. Rasul Saw bersabda, “Lakukanlah bepergian, maka kalian sehat.” Dalam sebuah riwayat lain disebutkan, “Lindungilah diri kalian dari permulaan suhu dingin yaitu awal musim gugur, tapi nikmatilah penghujung suhu dingin yaitu awal musim semi karena ia akan memperlakukan tubuh seperti ia memperlakukan tumbuhan. Suhu dingin musim gugur merusak dedaunan, sementara suhu dingin musim semi menghijaukannya.”
Di antara cara lain untuk menjaga kesehatan fisik dan mental adalah istirahat yang cukup dan memberi relaksasi kepada tubuh, tentu saja manusia harus menjaga keseimbangan dalam melakukan aktivitas. Imam Ali as berkata, “Jangan menghalangi pemahaman kalian dengan cara memberi tekanan kepada hati kalian, karena setiap anggota badan butuh istirahat.”
Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Orang yang bekerja siang-malam dan tidak memberi istirahat matanya dengan tidur (dan mendatangkan bahaya untuknya), maka pekerjaannya adalah haram, meskipun uang yang diperoleh dari pekerjaan itu halal.” Akan tetapi, Imam Shadiq as mengecualikan kondisi tertentu seperti di masa perang atau ketika menyelamatkan nyawa orang sakit dan semisalnya. Imam Ridha as juga berkata, “Tidur (tepat waktu dan proporsional), akan memberi kekuatan kepada tubuh.”
Petunjuk Rasul Saw dan Ahlul Baitnya juga berbicara tentang perihal yang membawa manfaat baik untuk kesehatan jiwa maupun untuk kesehatan fisik. Petunjuk itu antara lain, Imam Ali as menganggap diam sebagai faktor ketenangan dan kedamaian. Diam dalam kasus tertentu akan mendatangkan ketenangan jiwa.
Memilih sikap diam dalam beberapa kasus juga akan mencegah munculnya dampak-dampak negatif seperti permusuhan dan hal-hal yang mengganggu kesehatan. Salah satu cara lain untuk menjaga kesehatan jiwa dan raga adalah memperhatikan prinsip qana’ah (merasa cukup) dalam hidup dan menjauhi ketamakan serta hasrat untuk menggapai hal-hal yang tidak perlu.
Islam menilai sifat qana’ah sebagai salah satu prinsip kesehatan jasmani dan ruhani. Salah satu alasan tidak adanya kegelisahan dan kegundahan dalam hidup juga dihubungkan dengan sifat tersebut. Berkenaan dengan hal ini, Imam Ali as berkata, “Manusia yang merasa cukup dengan rezekinya, ia akan berada dalam ketenangan dan kedamaian.” Dengan nada yang sama, Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as mencela sifat rakus dan menganggap semua kebaikan ada dalam pemutusan rasa rakus dan hasrat dari apa yang dimiliki orang lain.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ajaran Islam adalah penjamin kesehatan jiwa dan raga manusia. Ilmu kedokteran juga membuktikan bahwa keberlangsungan hidup tanpa kegiatan ibadah akan menyebabkan munculnya berbagai jenis penyakit fisik dan mental. Al-Quran dan petunjuk para pemuka agama akan menghadirkan ketenangan dan kesehatan bagi seseorang karena kedua hal itu menanamkan nilai-nilai keyakinan yang menentramkan jiwa.
Islam dan Gaya Hidup (26)
Gaya hidup sehat merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan serta kemampuan seorang individu atau masyarakat. Kegiatan ini mencakup semua disiplin ilmu pengetahuan dan metode yang membantu menjaga kesehatan seseorang. Jelas bahwa keyakinan agama setiap masyarakat memiliki peran luar biasa dalam kesehatan orang-orang di tengah komunitas tersebut.
Dalam Islam, kesehatan jiwa dan raga memiliki nilai dan kedudukan yang tinggi dan demi mendorong masyarakat untuk giat menjaga kesehatan, agama ini menjelaskan dampak-dampak material dan spiritual serta pengaruh duniawi dan ukhrawi dari kegiatan itu.
Bahan makanan
Motivasi utama bagi kaum Mukmin untuk menjaga kesehatan adalah karena pengaruhnya dalam mengundang kasih sayang Tuhan dan membuat mereka menjadi orang-orang yang dicintai oleh-Nya. Kata-kata seperti kebaikan dan kebersihan, berkali-kali disebut dalam al-Quran sebagai indikasi dari pentingnya kesehatan jiwa dan raga menurut ajaran Islam. Mengingat raga sebagai tunggangan jiwa dan kesehatan juga berpengaruh langsung bagi jiwa manusia, maka banyak ajaran Islam yang dikemas dalam bentuk hukum menaruh perhatian terhadap masalah kesehatan dan kebugaran fisik.
Salah satu perkara yang memiliki peran utama bagi kesehatan manusia adalah tata cara dan pola konsumsi masyarakat. Perkara ini juga mendapat sorotan dalam Quran dan manusia dianjurkan untuk menjaga keseimbangan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Dalam surat al-‘Araf ayat 31, Allah Swt berfirman, “… makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” Petunjuk ini merupakan sebuah pedoman kesehatan yang komprehensif, di mana berperan signifikan bagi kesehatan masyarakat.
Riset yang dilakukan oleh para ilmuwan menyimpulkan bahwa banyak penyakit bersumber dari penumpukan makanan yang tidak diserap oleh tubuh. Penumpukan itu sangat membebani kerja jantung dan organ-organ lain dan juga menjadi sumber atas berbagai jenis infeksi dan penyakit. Faktor utama penumpukan muncul karena banyak makan. Pola konsumsi seperti ini menimbulkan berbagai jenis penyakit seperti, diabetes, lemak darah, aterosklerosis, gangguan fungsi hati, serangan jantung, dan obesitas. Panduan Islam tentang pola makan tidak hanya menjamin kesehatan fisik, tapi juga menjaga kesehatan jiwa manusia. Imam Ali as berkata, “Barang siapa yang makan sedikit, kesehatannya akan lebih terjamin dan pikirannya juga akan tertata.” (Ghurar al-Hikam, hal 8803)
Rasulullah Saw dalam sebuah petunjuknya bersabda, “Jauhilah banyak makan karena hati menjadi keras dan membuat anggota tubuh lesu dalam beribadah serta menjadikan telinga tuli dari mendengar nasehat. (Mizan al-Hikmah, hadis 252) Imam Ali Ridha as juga berkata, “Barang siapa yang ingin sehat dan memiliki badan yang ideal, maka kurangilah makan malam.” (Mizan al-Hikmah, hadis 264)
Dalam tafsir Majma' al-Bayan dikisahkan bahwa Harun al-Rashid memiliki seorang tabib beragama Masehi dan ia terkenal ahli di bidang medis. Suatu hari tabib itu berkata kepada para ilmuwan Muslim, “Saya tidak menemukan sesuatu tentang ilmu kedokteran di kitab samawi kalian, padahal ilmu yang bermanfaat itu ada dua macam yaitu, pengetahuan agama dan ilmu badan.” Mendengar kritikan itu, seorang ilmuwan Muslim menjawab, “Allah telah menerangkan semua petunjuk medis dalam setengah ayatnya di al-Quran dan Rasul kami juga meringkas ilmu kedokteran dalam sebuah bimbingannya.”
Ilmuwan Muslim tersebut meneruskan, “Rasul Saw bersabda bahwa usus adalah gudang segala penyakit dan menahan diri adalah pemuka dari semua obat dan apa yang engkau biasakan untuk tubuhmu (dari kebiasaan benar dan baik), maka janganlah engkau ragu untuk melakukannya.” Ketika mendengar jawaban ini, tabib Masehi tersebut berkata, “Al-Quran dan Rasul kalian tidak menyisakan ilmu medis untuk Galenus (tabib terkenal Yunani).”
Tata cara dan pola mengkonsumsi makanan juga dijabarkan panjang lebih dalam sirah dan perkataan Rasul Saw dan Ahlul Bait as. Imam Hasan al-Mujtaba as ketika menjelaskan beberapa kiat bepergian berkata, “Makanlah dengan suapan kecil dan kunyahlah makanan dengan baik dan janganlah engkau menatap wajah orang lain yang sedang makan.” Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Barang siapa yang mencuci tangan sebelum dan setelah makan, makanan itu telah diberi berkah di awal dan akhirnya, dan ia akan sejahtera selama masih hidup serta terjaga dari berbagai jenis penyakit.” Dalam sebuah riwayat disebutkan Rasulullah Saw melarang umatnya meniup makanan dan minuman panas dan dalam sebuah petunjuk lain, beliau bersabda, “Jangan biarkan wadah kalian tanpa penutup.” (Mizan al-Hikmah, juz 1, hal 41)
Salah satu cara lain yang membantu menjaga kesehatan adalah kebersihan dan kesucian. Kebersihan sangat penting sampai-sampai Rasul Saw menganggap hal itu sebagai bagian dari iman. Imam Ali as ketika menjelaskan dampak kesehatan bagi jiwa manusia, menilai hal itu sebagai faktor terbebasnya mereka dari kegelisahan jiwa dan mental. Beliau berkata, “Pakaian yang bersih akan menghilangkan kegelisahan dan menciptakan shalat yang bersih pula.” (Ushul al-Kafi, juz 6, hal 444, hadis 4)
Tema kebersihan dan kesucian sangat penting dan membuat kedua masalah ini menempati bab pertama dalam buku-buku fikih. Hal ini mengindikasikan bahwa tanpa menjaga kebersihan dan kesucian, banyak dari perbuatan manusia menjadi tidak sah. Rasul Saw menjelaskan pentingnya kebersihan lewat berbagai ungkapan dan dalam sebuah riwayat beliau bersabda, “Perbanyaklah membersihkan diri kalian agar Allah memperpanjang umur kalian.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Berusahalah untuk selalu bersih, karena Tuhan membangun Islam atas landasan kebersihan dan orang-orang yang kotor tidak akan pernah masuk surga.” (Nahj-al Fasahah, hal 112-113). Dari sabda tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah kebersihan dan kesucian memiliki ruang lingkup yang luas dan tingkatan yang lebih tinggi.
Dari beberapa riwayat dapat dipahami bahwa menjaga prinsip-prinsip kesehatan akan membawa sejumlah dampak positif seperti, memperpanjang usia, meningkatkan kualitas kesehatan dan kemampuan manusia, menjamin kesegaran jiwa dan raga, mengundang kerelaan dan kecintaan Tuhan, membuat iman menjadi sempurna, menghidupkan hati, membawa berkah bagi rezeki, mencegah kemiskinan, dan menghilangkan kemalasan. Semua pedoman dan metode yang berguna untuk kesehatan jasmani manusia disebut kesehatan lahiriyah dan pribadi Rasulullah Saw merupakan teladan terbaik dalam masalah ini.
Kebersihan dan kesucian sangat penting diperhatikan sehingga al-Quran menyarankan kepada Nabi Saw untuk menjaga kebersihan pakaian. Dalam surat al-Muddathir ayat 4, Allah Swt berfirman, “… dan pakaianmu bersihkanlah.” Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Saw membenci kesemrawutan dan bersabda, “Bersihkanlah pakaian kalian dan pangkaslah rambut kalian serta tetaplah dalam keadaan rapi dan bersih.” Allamah Thabathabai, penulis buku tafsir al-Mizan mengatakan, “Kebanyakan baju Rasul Saw berwarna putih dan beliau sendiri bersabda, ‘pakaikanlah baju putih untuk orang-orang yang masih hidup dari kalian dan dengan itu pula kuburkanlah mereka yang meninggal.’”
Baju putih memperlihat sisi yang kotor dengan jelas dan manusia juga akan segera bertindak untuk membersihkannya. Berkenaan dengan penampilan Rasul Saw, sebuah riwayat mengisahkan bahwa beliau adalah orang yang paling bersih, sangat teliti dalam membersihkan gigi, kepala dan wajahnya senantiasa bersih, rambut-rambutnya tersisir rapi, dan aroma harum selalu tercium dari beliau.” Salah satu bentuk menjaga kesehatan dan kebersihan adalah menyikat gigi dan berkumur-kumur. Setiap kali ingin tampil di hadapan publik, seseorang sangat dianjurkan untuk menjaga kebersihan pakaian, terutama rongga mulut dan gigi serta memakai parfum. Jangan membiarkan bau mulut menyiksa orang sekitar.
Menjaga kesehatan rongga mulut dan gigi merupakan salah satu kunci penting bagi kesehatan masyarakat dan sebagian besar bakteri memasuki badan lewat rongga mulut. Rasul Saw memberi contoh luar biasa dalam perkara tersebut dan bersabda, “Bersihkanlah gigi kalian karena perkara itu adalah sumber kebersihan dan kebersihan adalah sumber iman dan iman hadir bersama pemiliknya di surga.” Dalam hadis lain Rasul Saw bersabda, “Mulut-mulut kalian adalah jalan bagi al-Quran, maka bersihkanlah ia dengan bermiswak.” Rasul Saw juga memerintahkan umatnya untuk membersihkan sela-sela gigi karena hal itu akan menjaga kesehatan gusi.
Islam dan Gaya Hidup (25)
Salah satu tema penting dalam gaya hidup adalah memperhatikan masalah kesehatan dan kebugaran. Jelas sekali bahwa kesehatan berpengaruh pada gaya hidup manusia. Dari sisi lain, gaya hidup juga berperan penting dalam menentukan kesehatan dan kebugaran manusia.
Semua orang membutuhkan fisik yang sehat dan kesehatan prima merupakan sebuah urgensitas sehingga manusia bisa menjalankan aktivitas duniawi dan ukhrawinya. Kesehatan merupakan salah satu anugerah terbesar Tuhan dan pada umumnya manusia baru menyadari nilai nikmat itu setelah mereka kehilangannya.
Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Kesehatan adalah sebuah anugerah yang tersembunyi. Ia dilupakan ketika ada dan diingat ketika ia telah pergi.” Rasulullah Saw juga bersabda, “Ada dua kenikmatan yang selalu diingkari yaitu, kesehatan dan keamanan.” (Bihar al-Anwar, juz 78, hal 12) Jelas bahwa jika seseorang tidak sehat, ia tidak mampu melakukan sesuatu yang berguna. Bahkan untuk melakukan rutinitas kehidupannya, ia membutuhkan bantuan orang lain. Oleh karena itu, Islam selain memperhatikan masalah kesehatan ruhani, juga mengingatkan manusia untuk tidak mengabaikan kesehatan jasmani dan kebugaran tubuh.
Penekanan Islam pada masalah kesehatan jasmani tentu saja tidak berarti fitnes dan pembentukan otot-otot tertentu. Sebagaimana yang kita tahu, semua anugerah Tuhan yang dilimpahkan kepada manusia ditujukan untuk mencapai kesejahteraan duniawi dan kebahagiaan ukhrawi. Begitu juga dengan nikmat sehat, seperti yang dikatakan oleh Imam Ali as dalam sebuah riwayat, “Zakat ilmu adalah mengajarkannya, zakat kecantikan adalah menjaga kesucian, zakat badan adalah berjihad dan berpuasa, dan zakat kesehatan adalah berusaha untuk menaati perintah dan menghambakan diri kepada Allah Swt.” (Mustadrak al-Wasail, juz 7, hal 7616)
Individu yang tidak memiliki gangguan fisik biasanya disebut orang sehat, padahal definisi kesehatan lebih luas dari itu. Menurut definisi Badan Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan adalah pemenuhan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara sempurna, dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau cacat. Jadi, orang yang tidak memiliki gangguan fisik belum bisa disebut sehat, tapi orang sehat adalah orang yang juga sehat secara mental dan berada dalam kondisi sejahtera dari segi sosial. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan kasus kelemahan fisik mungkin saja bersumber dari gangguan pikiran dan emosional. Sebagai contoh, tekanan pikiran dapat menjadi faktor penting pemicu sakit lambung.
Kebanyakan kasus gangguan emosional manusia dipicu oleh interaksi dengan lingkungan sekitar dan kerusakan budaya masyarakat. Oleh karena itu, kesehatan jasmani memiliki hubungan besar dengan kesehatan pikiran serta kondisi sosial dan budaya.
Kesehatan secara istilah juga berhubungan dengan serangkaian aktivitas dan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kebugaran fisik dan kemampuan individu atau masyarakat, di mana mencakup semua disiplin ilmu dan metode yang membantu menjaga kesehatan individu dan masyarakat. Sekarang kita akan melihat tentang pondasi sistem kesehatan dalam Islam. Mengingat kesehatan adalah sebuah kebutuhan fitrah dan penjamin keberlangsungan generasi manusia, maka Islam telah menciptakan jalan untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara mengharamkan sesuatu yang buruk dan kotor serta menghalalkan sesuatu yang baik dan bersih dan menetapkan kaidah untuk menjaga keseimbangan hidup.
Kaidah kesehatan Islam disusun dan dijabarkan dengan penuh ketelitian sehingga sesuai dengan alam dan fitrah manusia. Mungkin alasan memasukkan tema kesehatan dan kebersihan dalam inti agama dikarenakan Tuhan mencintai kebersihan dan membenci perkara-perkara kotor baik itu fisik, mental, dan jiwa. Tuhan telah menanamkan hal itu semua dalam fitrah manusia. Anjuran-anjuran yang terdapat dalam ajaran agama juga menjadi bukti atas perkara fitrah tersebut. Allah Swt dalam surat ar-Rum ayat 30 berfirman, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah…”
Hukum-hukum Islam dibandung atas pondasi fitrah dan maslahat umat manusia – baik itu dalam perkara halal dan haram maupun perintah dan larangan – sudah diperhatikan dengan seksama. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Tuhan yang telah menciptakan makhluk, mengetahui hal-hal yang membuat badan mereka tetap fit dan sehat. Oleh sebab itu, Dia menetapkan perkara tersebut menjadi halal dan mubah serta melarang dan mengharamkan hal-hal yang membahayakan mereka.” Tinjauan sekilas tentang ajaran Islam menunjukkan bahwa bagian utama dari sistem pendidikan Islam dijabarkan dalam kerangka hukum syariat dan dianggap sebagai sebuah kewajiban bagi setiap individu Muslim dan mereka juga wajib untuk menunaikannya.
Mengingat masalah kesehatan sangat penting, maka Allah Swt memasukkan beberapa hal yang berkaitan dengan kesehatan ke dalam program ibadah kaum Muslim. Sebenarnya hal ini untuk menjamin pelaksanaannya. Jika masalah menjaga prinsip-prinsip kesehatan menjadi bagian dari kewajiban agama, maka kaum Muslim tidak akan melanggar prinsip-prinsip tersebut secara terang-terangan.
Selain itu, individu Muslim akan menyambut setiap perbuatan yang mendatangkan ridha Tuhan, seperti membersihkan lingkungan tempat tinggal dan membantu menjaga kesehatan masyarakat. Keimananan setiap individu juga akan menghalangi mereka untuk membuang sampah sembarangan, mengotori sumber air minum, dan membuat kerusakan.
Islam sangat menekankan masalah kesehatan dan kebersihan dan menganggap perkara itu sebagai bagian dari iman dan bahkan konsekuensi dari keimanan itu sendiri. Pada dasarnya, salah satu ciri khas Islam adalah mendorong umatnya untuk menjaga kebersihan di semua aspek kehidupan, sebab menjauhi noda dari tubuh dan ruh merupakan tuntutan fitrah manusia. Dengan menempatkan tema kesehatan dalam program ibadah pemeluknya, Islam ingin menumbuhkan motivasi untuk menjaga kebersihan dan kesucian pribadi Muslim. Rasul Saw bersabda, “Jagalah kebersihan semampu kalian, karena Tuhan telah membangun Islam di atas landasan kebersihan dan seseorang tidak akan pernah memasuki surga kecuali ia sudah bersih.” (Kanzul Ummal, hal 26002)
Oleh karena itu kesehatan dan kebersihan memiliki tempat istimewa dalam Islam, di mana individu Muslim menganggap kesehatan sebagai perkara agama dan mereka menjaganya dalam setiap kesempatan. Sistem kesehatan Islam merupakan sebuah program komprehensif yang dimulai dari kesehatan individu dari segi jasmani dan ruhani dan kemudian mengatur tentang hubungan individu dengan orang lain, yang terangkum dalam bentuk kesehatan keluarga, sosial, lingkungan tempat tinggal, makanan, dan mata pencarian.
Islam dengan bersandar pada ruh telah memberikan penyuluhan kesehatan yang sangat bernilai kepada pemeluknya. Sebagai contoh, al-Quran dalam berbagai ayatnya menyeru manusia untuk mengkonsumsi makanan yang bersih dan halal. Mereka juga dianjurkan untuk teliti dalam memilih makanan. Semua anjuran itu mengajak manusia untuk berhati-hati sehingga makanan yang ia konsumsi benar-benar sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Mereka juga diminta untuk memperhatikan aspek kehalalan dan keharaman makanan, karena makanan berperan besar bagi kesehatan jasmani dan ruhani manusia.
Islam telah menjelaskan pola makan sehat. Imam Ali as dalam sebuah nasehat kepada putranya, Hasan as berkata, “Apakah engkau ingin aku ajarkan empat perkara sehingga engkau tidak perlu bersusah payah untuk berobat? “Iya, wahai ayahku,” jawab Hasan as. Imam Ali as kemudian berkata, “Janganlah engkau duduk di meja makan kecuali engkau lapar dan janganlah meninggalkannya kecuali ketika engkau masih bernafsu, kunyahlah makanan dengan baik dan pergilah ke kamar kecil sebelum beranjak tidur. Jika engkau benar-benar sudah menjalankannya, engkau tidak perlu lagi untuk berobat.” Imam Ali Ridha as berkata, “Jika masyarakat menyantap sedikit makanan, tubuh mereka akan menemukan keseimbangan dan stabil.”
Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda, “Perut adalah sumber segala penyakit dan menghindari banyak makan adalah dasar
Islam dan Gaya Hidup (24)
Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang menyenangkan seorang mukmin, berarti ia telah menyenangkanku dan barang siapa yang menyenangkanku, berarti ia telah menyenangkan Tuhan.” (Ushul al-Kafi, juz 2, hal 188)
Sabda Nabi Saw dan perkataan-perkataan yang semisalnya menerangkan sebuah realitas bahwa salah satu kegiatan mulia menurut perspektif Islam adalah menyenangkan orang mukmin. Fakta ini sekaligus menolak pemikiran orang-orang yang menganggap beragama itu sama seperti menerima kesedihan dan menampilkan wajah yang muram dan kelam dari agama. Dari anjuran tersebut dapat dipahami bahwa masyarakat yang diidolakan oleh Islam adalah sebuah komunitas yang bergairah dan ceria.
Dalam pandangan Rasulullah Saw, menyenangkan orang mukmin merupakan kegiatan yang bernilai dan sudah jelas perkara-perkara apa saja yang membuat mereka senang. Oleh karena itu, tidak tepat jika kita menggunakan sarana dan cara-cara yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam untuk menyenangkan kaum mukmin. Dalam sebuah riwayat dari Imam Husein as disebutkan bahwa, “Pekerjaan utama setelah shalat adalah menyenangkan hati orang mukmin dengan perkara yang tidak ada dosa di dalamnya.” (Manaqib, juz 4, hal 75) Beberapa riwayat sudah menyebut bentuk-bentuk kegiatan tersebut. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Di antara perbuatan yang paling dicintai di sisi Allah adalah menyenangkan saudara mukmin dengan cara mengeyangkan ia dari lapar, menyelesaikan masalah yang melilitnya atau membayar utang-utangnya.” (Ushul al-Kafi, juz 2, hal 192)
Jelas bahwa menyenangkan kaum mukmin dengan segala cara tidak terhitung sebagai sebuah ibadah yang besar. Misalnya saja, jika seorang individu membuat orang lain senang lewat jalan dosa, jelas ia belum melakukan perbuatan yang terpuji dan bahkan sudah terjebak dalam sebuah dosa besar. Berkenaan dengan kedudukan kesenangan dalam gaya hidup Islami harus dikatakan bahwa kesedihan dan kesenangan bagaikan dua sisi mata uang. Manusia dalam hidupnya selalu mencari kesenangan dan hidup senang senantiasa menjadi impian mereka. Kesenangan adalah sesuatu yang memotivasi kita berusaha untuk meraihnya, namun tidak semua orang bisa mencicipinya.
Kesenangan bisa dianggap sama dengan perasaan bahagia dan kepuasan atas perjalanan hidup ini secara umum. Dengan kata lain, manusia yang senang adalah mereka yang merasa puas dengan hidupnya meski dalam situasi tertentu, mereka juga menghadapi cobaan hidup. Tingkat kepuasan dan kebahagiaan manusia dalam hidupnya sejalan dengan kadar kesenangan dan kelezatan mereka dalam menjalani proses hidup. Oleh sebab itu, kesenangan adalah kepuasan yang terus-menerus dalam hidup dan manusia menikmati setiap detik dalam kehidupannya.
Kita menemukan orang-orang yang meraih sukses, kekayaan, dan banyak kemewahan, tapi mereka selalu tidak puas dengan hidup ini. Sebaliknya, ada manusia yang hanya memiliki sedikit harta dan kedudukan yang tidak bergengsi, namun mereka hidup senang. Jadi, kesenangan manusia tidak sepenuhnya bergantung pada kepemilikan meteri atau ketiadaannya, tapi hanya bergantung pada kepuasan atau ketidakpuasan mereka terhadap proses hidup.
Islam fokus untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang ceria dan senang. Ajaran, hukum, dan aturan individual dan sosial dalam Islam, semua berpijak pada landasan tersebut. Hukum dan ajaran Islam mencakup sekumpulan perilaku dan perbuatan yang mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan. Sebagai contoh, hari-hari besar dalam Islam – seperti, Idul Fitri, Idul Adha, dan Idul Ghadir – menyampaikan perilaku dan pemikiran yang menyenangkan. Mendirikan shalat dan membaca doa bahkan bisa mendatangkan kesenangan jiwa yang abadi bagi manusia.
Perintah Islam untuk mengabdi kepada masyarakat – terlepas dari filosofi penghambaan dan ketaatan kepada Allah Swt – akan memperluas persahabatan, kasih sayang, dan persaudaraan di antara manusia. Ketika mereka saling membantu antar sesama, maka nuansa kecintaan, kepuasan, dan kesenangan akan menyelimuti masyarakat dan para anggotanya akan menikmati detik-detik kehidupan ini. Dalam gaya hidup Islami, ada sebuah kaidah umum yang berbicara tentang kesenangan yaitu, segala bentuk kesenangan yang bisa mendekatkan seseorang kepada Allah Swt dan meraih ridhanya, ia dianggap bernilai dan terpuji, dan segala jenis kesenangan yang akan menjauhkan seseorang dari Tuhan atau bahkan mendatangkan murkanya, ia dianggap tidak bernilai dan patut ditolak.
Mayoritas manusia merasa senang jika sudah kaya dan bergelimang harta dan kemudian mereka menjadikan harta itu untuk ajang pamer. Dalam logika al-Quran dan Islam, harta dan jabatan serta semua kenikmatan dunia jangan sampai menghadirkan kesenangan semu bagi manusia. Kesenangan seperti itu selain tidak sejalan dengan gerakan kesempurnaan manusia, tapi juga akan mendatangkan kelalaian dan kesombongan serta menghalangi mereka dari mengerjakan tugas-tugasnya. Allah Swt tidak menyukai kesenangan yang mengundang kelalaian. Tentu saja, jika manusia menganggap harta dan jabatan sebagai sarana untuk mengabdi kepada sesama serta memajukan tujuan-tujuan kemanusiaan dan Islam, maka kesenangan yang diraih selain tidak ditentang, tapi bahkan tergolong bagian dari kesenangan yang terpuji dan positif.
Kesenangan merupakan hasil dari pengetahuan untuk meraih tujuan. Seseorang akan merasa senang jika ia telah meraih kesempurnaan yang diimpikannya. Kesempurnaan yang dikejar setiap orang juga bergantung pada bentuk pandangan dunia mereka terhadap alam semesta dan insan. Individu yang menganggap dirinya sebagai makhluk Tuhan dan tujuan penciptaannya juga untuk mengenal Sang Khalik, maka tentu saja ia akan merasakan kesenangan maksimal jika sudah sampai pada tujuan tersebut. Jika tujuan itu belum tercapai, ia akan senantiasa bersedih dan ia juga sangat terpukul jika berbuat sesuatu yang bertentangan dengan tujuan itu.
Manusia ketika sudah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, mereka akan merasa senang dan lega. Akan tetapi, jika tidak bisa menunaikan kewajibannya – baik itu karena malas atau tidak mampu melakukannya – mereka akan merasa sedih dan malu. Dalam pemikiran Islam disebutkan bahwa seorang mukmin akan merasa senang ketika ia sudah menunaikan kewajiban agamanya. Kenikmatan yang ditawarkan oleh Islam bersumber dari kesenangan-kesenangan orisinil. Oleh sebab itu, Islam melarang kelezatan yang membawa pada kelalaian dan meruntuhkan martabat manusia.
Islam tidak menafikan kesenangan material, tapi agama ini memprioritaskan kesenangan yang bersifat abadi di antara bentuk-bentuk kesenangan lain. Kesenangan yang diperoleh melalui kegiatan wisata alam, bepergian, saling berkunjung, dan memuliakan saudara seagama, merupakan bentuk kesenangan yang terpuji. Kegiatan tersebut dapat menghapus kedengkian dan permusuhan serta menciptakan kelapangan dan mengurangi depresi. Sebaliknya, kesenangan yang berasal dari hawa nafsu dan perkara yang sia-sia, dianggap tercela karena membawa dampak buruk dan hanya bersifat sementara dengan hasil negatif.
Agama Islam melarang umatnya untuk meninggalkan kelezatan-kelezatan hidup. Ia menganggap usaha untuk meraih kelezatan dan kesenangan sebagai langkah terpuji. Ajaran Islam menaruh perhatian untuk mewujudkan sarana-sarana kesenangan hidup dengan berbagai cara. Sebagai contoh, Islam menganjurkan kita untuk memakai wewangian, menggunakan pakaian bersih, menghadiri pesta nikah dan syukuran kelahiran anak, menjalin tali silaturahim, dan berjabat tangan sesama saudara, semua itu merupakan sebuah urgensitas untuk membentuk masyarakat bahagia dan penuh energik. Penekanan ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan masalah kesenangan dan keceriaan.
Kesenangan merupakan sebuah perasaan batin yang juga memiliki dampak-dampak eksternal. Selama kita belum mempersiapkan hati untuk bersikap baik dan ramah, maka kesenangan tidak akan terwujud dalam perilaku kita. Oleh karena itu, jangan biarkan pikiran negatif dan dogaan jahat menghancurkan benih-benih kesenangan hidup kita dan menguasai kita.
Islam dan Gaya Hidup (23)
Semua orang dalam hidup ini ingin mencari kesenangan dan kebahagiaan. Kesenangan dan keceriaan dalam hidup termasuk di antara faktor-faktor yang menghadirkan kepuasan dan kebahagiaan bagi manusia.
Cara-cara untuk meraih kesenangan dalam hidup merupakan sebuah tema yang menarik dan diminati banyak orang. Salah satu cara untuk hidup senang adalah tertawa yang merupakan cerminan lahiriyah dari kepuasan. Penelitian menunjukkan bahwa tertawa tidak hanya menghadirkan keceriaan orang-orang, tapi juga menjamin kesehatan mereka.
Tertawa akan memperkuat sistem kekebalan tubuh serta membantu mengurangi hormon pemicu stres dan mencegah dampak-dampak destruktifnya terhadap sistem kekebalan tubuh. Wajah yang dihiasi senyum merekah dan tawa berpengaruh pada kesehatan mental masyarakat. Agama Islam menganjurkan umatnya untuk selalu ramah dan tersenyum dalam berinteraksi dengan masyarakat meskipun kita sedang berduka. Kehangatan senyuman dan tawa akan menghilangkan rasa dengki dan memperbaiki hubungan kemanusiaan. Tertawa akan memberi energi positif kepada tubuh dan jiwa kita.
Tertawa juga harus dilakukan pada waktunya jika ingin menikmati dampak-dampak positifnya dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Islam selain menganjurkan untuk tertawa, juga melarang orang mukmin untuk tertawa terbahak-bahak dan Islam sama sekali tidak mengizinkan umatnya untuk saling mengejek demi meraih kesenangan dan mengundang tawa. Wajah yang ramah, akhlak mulia, dan tutur kata yang santun termasuk sifat-sifat yang diterima oleh semua orang dan kita juga mengharapkan orang lain berinteraksi seperti itu dengan kita. Bagi manusia, sifat tersebut ibarat cahaya matahari yang menyegarkan tumbuhan, mereka akan merasa senang dan bahagia.
Allah Swt dalam al-Quran memuji Rasulnya karena sangat penyayang dan berakhlak mulia. Imam Ali as menganggap sikap tempramen dan kasar sebagai bagian dari penyakit jiwa dan menyeru para pengikutnya untuk bersikap santun dan berbicara sopan dalam pergaulan mereka. Ia sendiri merupakan orang yang senang bertutur indah dan bercanda dengan para sahabatnya. Bagi Imam Ali as, itu merupakan cara terbaik untuk merangkul orang-orang. Imam Jakfar Shadiq as juga menganggap senyum seorang muslim kepada saudaranya sebagai kebaikan dan berkata, “Bersikaplah tawadhu, bertuturlah dengan sopan, dan berinteraksilah dengan ramah dengan saudara-saudaramu.” (Ushul al-Kafi, juz 2, hal 188)
Memperindah tampilan dan memakai wewangian serta pakaian bersih dan rapi memiliki pengaruh untuk kelembutan jiwa dan mengundang kesegaran dan ketenangan. Oleh sebab itu ajaran Islam menekankan masalah tersebut. Rasulullah Saw sendiri merupakan teladan dalam memperindah tampilan, menggunakan wewangian, dan memperhatikan kebersihan pakaian. Beliau bersabda, “Pakailah pakaian yang bersih, bersiwak (menyikat gigi), dan berhias.” (Wasail al-Syiah, juz 1, hal 43) Jelas bahwa berhias dan memakai wewangian dan pakaian yang sesuai akan mempengaruhi interaksi manusia dan menghadirkan kesegaran jiwa dan keceriaan.
Cara lain untuk menciptakan kesenangan hidup adalah membangun silaturahim dan tali persaudaraan. Menurut sejumlah riwayat, silaturahim akan memperpanjang usia seseorang. Mungkin salah satu alasannya adalah karena kegiatan tersebut bisa mengurangi beban psikologi manusia setelah terlibat obrolan dengan sesama dan berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental. Bentuk silaturahim yang paling utama juga harus dimulai di tengah anggota keluarga kita sendiri. Ketika sepasang suami-istri duduk bersama dengan damai dan bercengkrama santai dalam menata kehidupan rumah tangga, jelas kegiatan ini akan membawa kesenangan dan kehangatan di keluarga mereka.
Mereka melewati semua kesulitan bersama-sama dan Allah Swt juga akan menciptakan kelapangan dalam hidup mereka, di mana kesedihan dan kegelisahan menjadi sirna dan berganti dengan kesenangan dan keceriaan. Tidak diragukan lagi bahwa dalam silaturahim, diskusi dan duduk bersama berpengaruh terhadap keceriaan dan kesenangan jiwa. Berkumpul bersama orang-orang baik dan alim akan membuat manusia larut dalam kesenangan batin dan menghilangkan pikiran-pikiran kotor dari benak mereka.
Rekreasi dan berwisata merupakan salah satu cara lain untuk mewujudkan kesenangan bagi manusia. Kehadiran rutin di sebuah ruang terbatas dan aktivitas yang bersifat pengulangan jelas akan membuat tubuh lelah dan kehilangan semangat. Terkadang tekanan problema harian telah merampas semangat seseorang dan menjadikan kehidupan ini tampak pahit dan berat. Melakukan rekreasi dan menjauhkan diri dari rutinitas harian akan membangkitkan semangat baru dan menyegarkan jiwa manusia, meskipun kegiatan itu hanya berlangsung singkat. Rasul Saw bersabda, “Lakukanlah perjalanan agar kalian sehat.” (Bihar al-Anwar, juz 25, hal 156)
Imam Ali as juga berbicara tentang pengaruh bepergian dalam menciptakan kesenangan dan kesegaran jiwa. Beliau berkata, “Untuk memperoleh kesempurnaan dan keluhuran, maka kalian harus meninggalkan tanah air kalian dan menempuh perjalanan, di mana dalam perjalanan ada lima keuntungan yang didapat yaitu; kesenangan dan kesegaran jiwa, memperoleh pendapatan hidup, menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman, mempelajari tata cara hidup, dan berkenalan dengan orang-orang besar dan pemilik keutamaan.”
Kesehatan juga merupakan sebuah anugerah Tuhan yang sangat bernilai, di mana memainkan peran besar dalam kesenangan dan keceriaan manusia. Kesehatan adalah sebuah nikmat yang tidak tampak dan manusia baru menyadarinya ketika ia jatuh sakit. Nikmat sehat sangat besar perannya dalam kehidupan, di mana ia ikut andil dalam mengaktualisasikan potensi-potensi material dan spiritual manusia serta memberi kesempatan kepada mereka untuk memanfaatkan nikmat-nikmat Tuhan yang lain. Oleh karena itu, Rasul Saw bersabda, “Kenikmatan dalam hidup tidak bisa dirasakan kecuali dengan kesehatan.” (Bihar al-Anwar, juz 25, hal 456)
Salah satu anjuran penting untuk menjaga kesehatan adalah melakukan olahraga, yang membawa manfaat besar bagi kebugaran jasmani dan rohani manusia. Mengingat jiwa dan raga memiliki hubungan timbal balik dan langsung, maka setiap kali kebugaran fisik tercipta, depresi dan kelesuan jiwa juga akan teratasi. Oleh karena itu, sebuah pepatah mengatakan bahwa “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.” Rasul Saw bersabda, “Pergilah bermain dan berolahraga serta bertamasya, sesungguhnya aku tidak senang jika terlihat dalam agama kalian sebuah kelelahan dan kelesuan.” (Bihar al-Anwar, juz 3, hal 360)
Bercanda dan menciptakan momen-momen ceria untuk orang lain juga termasuk salah satu cara untuk menghadirkan kesenangan hidup. Hal itu tentu saja tidak sampai melecehkan kepribadian orang lain dan tidak merendahkan mereka. Rasul Saw menilai salah satu kriteria orang mukmin adalah memiliki selera humor. Oleh sebab itu, bersenda gurau dan selera humor memiliki tempat istimewa dalam gaya hidup orang mukmin. Rasulullah Saw bersabda, “Orang mukmin itu suka bersenda gurau dan orang munafik bermuka masam dan mudah marah.” Rasul Saw kadang bercanda dengan kaum muslim untuk menghapus kesedihan di wajah mereka dan membuat mereka kembali tertawa. Berkenaan dengan hal ini, Imam Ali as berkata, “Sirah Rasulullah adalah bahwa ketika beliau melihat salah seorang sahabatnya bersedih, beliau menghiburnya dengan canda dan bersabda, ‘Tuhan membenci manusia yang bermuka masam saat berinteraksi dengan saudaranya.’”
Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Bukan seorang mukmin kecuali memiliki rasa humor.” Lalu beliau ditanya, “Apakah humor itu?” Imam menjawab, “Bersenda gurau.” Dikisahkan bahwa seorang sahabat Imam Shadiq as yang bemama Yunus Syaibani berkata, “Suatu hari, Abu Abdillah (Imam Shadiq as) bertanya kepadaku, “Bagaimana gurau sesama kalian?” “Sedikit,” jawabku. Imam berkata, “Kalian janganlah berbuat begitu, karena sesungguhnya bersenda gurau itu termasuk akhlak yang baik dan sesungguhnya dengan perilaku tersebut kalian telah menyenangkan hati saudaramu. Rasul bergurau dengan orang lain karena beliau ingin membuatnya bahagia.” (Ushul al-Kafi, juz 2, hal 663)
Tentu saja, bercanda, tertawa dan membuat orang lain tertawa dengan humor diperbolehkan selama tidak berlebihan dan tidak keluar dari batas kesopanan dalam ucapan dan batas ketakwaan. Selain itu, ia tidak sampai membuat orang tersinggung atau terhina karenanya. Dalam batasan tersebut, lahirlah suasana yang lebih akrab dan menyenangkan di antara mereka yang saudara seiman serta muncullah gairah hidup di tengah masyarakat yang Islami. Rasul Saw bersabda, “Sesungguhnya aku tidak bercanda dan aku tidak bicara melainkan bicara benar.”
Islam dan Gaya Hidup (22)
Rahasia kesenangan dan kenceriaan dalam hidup terletak pada keterbebasan dari dampak-dampak buruk berupa kesedihan dan kegelisahan.
Orang-orang yang mampu menyingkirkan kesedihan dan kegalauan dari dirinya serta tidak membiarkan kekhawatiran dan pesimisme menyiksa batin mereka, tentu saja mereka akan menemukan ketenangan batin meski tetap terjebak dalam badai masalah. Salah satu cara untuk menikmati ketenangan batin yang berkesinambungan adalah menjauhkan pikiran kita dari perkara-perkara yang bisa mengancam kesehatan mental.
Kita semua pernah merasakan dan mengetahui bahwa pikiran-pikiran negatif akan merusak mental. Semakin kita membiarkan pikiran-pikiran negatif menguasai diri kita, maka kita telah merelakan diri kita tersiksa dan tersakiti. Para psikolog percaya bahwa manusia akan terseret ke dalam perkara-perkara yang mereka pikirkan meski kita tidak menginginkan pikiran seperti itu. Otak kita senantiasa terdorong untuk berpikir dan kita tidak bisa lari dari itu, ia sama seperti magnet. Memikirkan sesuatu yang indah dan menyenangkan akan memotivasi manusia untuk meraihnya. Perlu diketahui bahwa pikiran-pikiran baik yang kita tanam dalam diri akan mendorong munculnya emosi positif.
Salah satu alasan agama memerintahkan kita untuk selalu mengingat Tuhan dan berzikir adalah untuk melindungi pikiran dan benak kita dari serangan pikiran-pikiran negatif. Mengingat Tuhan dan berzikir akan mencegah serangan pikiran dan godaan yang bisa memicu kegelisahan. Keterbebasan otak kita dari pikiran-pikiran kotor berperan penting dalam mewujudkan kesenangan dan kelapangan jiwa. Oleh karena itu setiap kali kegelisahan meracuni pikiran kita, maka berlindunglah kepada Tuhan dengan zikir dan berusaha menghadirkan emosi positif dalam diri kita.
Mengingat momen-momen pahit kadang akan merampas ketenangan kita. Jika kita tidak melupakan kenangan pahit di masa lalu dan selalu mengungkit duka lama, maka tentu kegiatan tersebut selain tidak mengubah sesuatu, tapi juga akan merusak masa depan kita dan hari-hari indah yang kita miliki. Para psikolog menyarankan kita agar tidak mengungkit-ungkit kesedihan di masa lalu dan cukup bagi kita mengambil pelajaran untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik.
Kehidupan yang indah dan manis akan terwujud ketika kita menerima bahwa masa lalu adalah masa lalu dan masa depan juga belum datang. Jadi, pahamilah hari ini dan hiasi ia dengan kesenangan dan kegembiraan. Jauhilah semua bayangan buruk tentang masa depan dan tidak menyiksa diri kita dengan godaan-godaan syaitan.
Kunci kesenangan dan kepuasan adalah memusatkan pikiran kita pada masa sekarang. Kita perlu memahami sebuah realitas bahwa masa sekarang merupakan aset yang kita miliki dan tingkat ketenangan pikiran kita akan ditentukan berdasarkan kemampuan kita untuk hidup di masa sekarang. Seorang pujangga besar Perancis, Victor Hugo mengatakan, “Seluruh usia kita adalah sebuah upaya terus-menerus untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan, padahal kesenangan itu adalah detik-detik saat ini, di mana kita terus memikirkannya.”
Perkara memperhatikan masa sekarang dapat disaksikan pada diri anak-anak. Mereka menikmati seluruh waktu yang dimilikinya di masa sekarang dan asyik melakukan kegiatan-kegiatan saat ini. Mereka tidak merisaukan masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan. Oleh sebab itu, anak-anak selalu gembira dan ceria. Hidup untuk masa sekarang memiliki arti bahwa kita benar-benar memahami detik-detik kehidupan. Kita menatap masa-masa indah kehidupan dan dengan memahami momen-momen yang menyenangkan, kita menjauhkan diri dari kesedihan, kekhawatiran, dan kegelisahan-kegelisahan di masa lalu dan masa depan.
Perspektif baru ini bertujuan memberikan sebuah pencerahan khusus yang mengajak kita untuk dengan mudah melupakan momen-momen buruk di masa lalu dan menjauhkan diri dari kegelisahan. Kita harus memandang usia kita sebagai aset berharga, di mana kita hanya punya kesempatan satu kali untuk memanfaatkannya dan setelah kehidupan ini berakhir, kita sama sekali kehilangan kemampuan untuk menikmatinya untuk kedua kalinya. Menghargai masa sekarang tentu saja bukan berarti kita tidak memiliki perencanaan dan program untuk masa depan. Akan tetapi, pandangan ini mengajak kita untuk tidak membiarkan kegelisahan di masa lalu dan kekhawatiran akan masa depan merampas semua kesenangan dan ketenangan batin kita.
Kehidupan adalah membangun sebuah proses. Apa yang kita lakukan hari ini berpengaruh pada apa yang akan kita miliki di masa depan dan hasil yang kita nikmati di hari esok merupakan usaha yang kita lakukan hari ini. Mayoritas masyarakat lalai bahwa kegiatan-kegiatan sekarang harus dilakukan jauh dari angan-angan dan mimpi-mimpin indah. Kita mungkin dapat melewati hari-hari kita dengan sikap cuek dan melalaikan tanggung jawab, tapi cepat atau lambat kita harus menyiapkan jawaban atas masa lalu kita. Oleh sebab itu, masa sekarang sangat penting dan kita harus memahaminya.
Salah satu cara lain untuk menghadirkan kesenangan bagi jiwa dan pikiran kita adalah memiliki tujuan dalam hidup ini. Tujuan adalah sesuatu yang selalu membuat kita untuk tetap bergerak dan berusaha serta mewujudkan kehidupan yang menyenangkan dan dinamis. Manusia yang memiliki tujuan akan selalu menatap kehidupan ini dengan penuh optimisme dan keyakinan terhadap masa depan. Mereka tidak pernah melupakan tujuannya meski berada dalam kondisi sesulit apapun dan menjalani hari-harinya dengan jiwa yang gembira dan penuh harapan. Ini merupakan bentuk kesenangan batin yang ditekankan oleh ajaran Islam. Sebuah anugerah yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang tidak punya motivasi dan tujuan.
Cara lain untuk memperoleh kesenangan adalah selalu memuji diri kita sendiri dan menggunakan kata-kata yang indah dalam berkomunikasi. Tentu saja ini tidak berarti sombong dan lupa diri. Dunia adalah cerminan dari diri kita, saat kita mencintai diri kita, maka kita juga akan mencintai semua dunia sekitar, dan saat kita membenci diri kita, maka sudah tidak ada lagi yang akan kita cintai. Dengan memperhatikan kesuksesan-kesuksesan kita di masa lalu dan kemampuan kita sekarang, kita bisa menganggap kehidupan ini indah dan menarik. Gambaran yang indah tentang diri kita dan fenomena-fenomena di sekitar membuat dunia menjadi indah dan menyenangkan di mata kita.
Penggunaan kata-kata yang indah dan penuh harapan merupakan cerminan dari kesenangan jiwa dan mental, di mana tokoh-tokoh besar selalu memanfaatkan hal demikian. Hidup ceria merupakan sebuah keputusan. Sebuah keputusan yang bijak di mana menganggap semua kesulitan dan musibah sebagai sebuah pengalaman berharga. Setelah kita tenggelam dalam masalah dan kesulitan, kita akan memahami bahwa kepedihan itu tidak seburuk yang kita bayangkan. Dampak-dampak manis dari pengalaman pahit tersebut justru akan membuat kita mudah dalam meniti garis kehidupan.
Jadi, salah satu cara lain untuk meraih ketenangan hidup adalah bahwa kita perlu tahu pelajaran yang kita peroleh dari kegagalan jauh lebih besar ketimbang yang kita dapatkan dari kemenangan. Sebab, kegagalan mendorong kita untuk berpikir, merenung, menganalisa, dan menyusun strategi baru. Namun, saat kita meraih kemenangan, kita hanya memikirkan pesta dan perayaan, kita tidak mempelajari hal baru dan ini menjadi alasan lain untuk merayakan kesalahan-kesalahan. Suatu hari seseorang bertanya kepada Thomas Edison, “Apa yang Anda rasakan setelah Anda berkali-kali gagal dalam menciptakan bola lampu?” Edison menjawab, “Saya tidak pernah gagal, tapi saya dengan sukses mampu menemukan ribuan cara untuk tidak terciptanya bola lampu!” Jelas bahwa pandangan positif ini telah mengantarkan para ilmuan dan tokoh-tokoh dunia untuk mencapai puncak kesuksesan.
Metode lain untuk menggapai kesenangan batin yang abadi adalah bekerja dan berusaha. Perkara ini sangat ditekankan dalam Islam dan sirah para pemuka agama ini. Bekerja dan berusaha akan menjadi investasi abadi untuk diri kita, keluarga, dan masyarakat. Imam Ali as dalam sebuah kalimat pendek menggambarkan berkah bekerja dan berkata, “Rekreasi terbesar adalah bekerja.” Seorang filosof dan penulis kenamaan Perancis, Walter berkata, “Aku menyibukkan diri dengan pekerjaan setiap kali rasa sakit akan menyiksaku. Kerja merupakan penawar terbaik untuk rasa sakitku. Kerja akan menyelamatkan manusia dari tiga musibah besar yaitu, depresi, kerusakan, dan kebutuhan.”
Islam dan Gaya Hidup (21)
Salah satu anugerah terindah Tuhan kepada umat manusia adalah hadirnya nikmat kesenangan, cinta, dan kasih sayang yang berada di bawah arahan agama dan akal sehat. Kesenangan dan keceriaan dapat menjadi solusi untuk membebaskan diri dari tekanan dan stres akibat rutinitas pekerjaan.
Islam menilai rekreasi dan kesenangan sebagai bagian dari kebutuhan naluriah bagi manusia dan oleh karena itu, agama ini selain tidak mencela aktivitas untuk meraih kesenangan, tapi juga mendorong umatnya untuk mencicipinya. Namun, Islam tidak mentolerir segala bentuk kelezatan dan kesenangan, ia hanya membenarkan kesenangan-kesenangan yang membantu pengembangan karakter dan mencegah manusia dari kelalaian.
Menurut para pakar ilmu psikologi, ketika seseorang menghadapi sebuah momen positif seperti, mendapat perlakuan baik atau memperoleh kata-kata motifativ, ia akan merasa gembira dan senang. Para peneliti menemukan bahwa otak manusia lebih cepat dalam mengindentifikasi kesenangan daripada kesedihan dan frekuensi kreativitas mereka meningkat dalam kondisi senang. Dengan memperhatikan kekuatan terapi kesenangan dan dampaknya bagi kesehatan fisik dan kesegaran jiwa manusia, maka dapat disimpulkan bahwa kesenangan merupakan sebuah urgensitas individual dan sosial.
Semua fakta itu dipertegas oleh anjuran para psikolog dalam mewujudkan iklim yang menyenangkan bagi masyarakat dan juga pandangan Islam tentang masalah kesenangan dan keceriaan. Ajaran dan budaya Islam menaruh perhatian khusus terhadap masalah kesenangan dan kepuasan, khususnya kesenangan yang berkelanjutan dan jauh dari dosa. Kini, kita akan menyoroti prinsip-prinsip yang membantu menciptakan kesenangan abadi dalam diri manusia.
Sejumlah orang beranggapan bahwa harta dan kekayaan bisa menghadirkan kesenangan, namun hal-hal seperti itu tidak memberi kesenangan abadi kepada pemiliknya dan ia akan selalu terdorong untuk mencari jenis kesenangan baru. Di sini, ada prinsip-prinsip yang bisa menjadi solusi untuk menuju ke arah kesenangan yang abadi. Salah satunya adalah memiliki pandangan yang benar terhadap peristiwa-peristiwa dunia.
Manusia bisa memiliki dua bentuk interpretasi tentang dunia; pertama, dunia adalah tempat persinggahan dan manusia sejauh yang ia bisa harus menikmati kelezatan-kelezatan duniawi dan menghindari kondisi yang tidak nyaman. Dalam perspektif ini, musibah dan bencana menjadi peristiwa yang pahit dan menyakitkan bagi manusia. Para individu yang memandang dunia seperti ini, jika pun mereka berada dalam kondisi ideal, kehidupan tetap akan menjadi momen yang sulit bagi mereka, sebab dunia tidak selalu sejalan dengan keinginan-keinginan manusia. Oleh karena itu, kesedihan dan kegelisahan selalu menghantui hati dan pikiran mereka.
Bentuk interpretasi lain tentang dunia adalah bahwa manusia memandang peristiwa dan fenomena yang terjadi di alam ini sebagai tanda-tanda dari kemurahan dan rahmat Tuhan yang tidak terbatas. Kita merasakan rahmat tersebut di setiap sudut tatapan kita dan sarana yang tersedia di alam ini mulai dari kesulitan hingga kemudahan, semua itu untuk pertumbuhan dan kesempurnaan manusia. Oleh sebab itu, dunia adalah ladang ujian dan tempat untuk menghadapi segala kesulitan sehingga mutiara kesempurnaan yang ada dalam diri manusia bisa berkembang. Pandangan seperti ini membantu manusia melalui kesulitan dengan mudah dan menganggap hal itu sebagai ujian untuk pengembangan potensi-potensi internal manusia.
Dalam pandangan tersebut, manusia memahami bahwa badai musibah dan kesulitan di dunia akan berlalu, sama seperti kesenangan-kesenangannya yang tidak abadi. Untuk itu, mereka akan mencari kesenangan abadi serta menjadikan musibah dan ujian di dunia ini sebagai jembatan menuju ke gerbang kesenangan dan kenikmatan spiritual. Seperti kesenangan yang diperoleh ketika seseorang bisa meraih keridhaan Tuhan atau berhasil meninggalkan dosa.
Pandangan kedua ini membuat manusia dengan mudah melewati kesulitan-kesulitan di dunia dan semua ujian akan menjadi mudah baginya. Dengan kata lain, manusia memiliki pandangan positif yang rasional terhadap dunia. Imam Ali as berkata, “Masa itu ada dua; masa yang memihak kepadamu dan masa yang merugikanmu. Jika ia menguntungkanmu, janganlah engkau menjadi pengingkar nikmat, dan jika ia merugikanmu, janganlah engkau bersedih.”
Salah satu prinsip lain untuk meraih kesenangan abadi dalam hidup ini adalah beriman kepada Allah Swt. Mengimani kekuasaan Tuhan sebagai sumber segala kebaikan, akan menghapus kekhawatiran dan perasaan tertekan dari diri manusia. Dan ini adalah landasan bagi semua bentuk kesenangan. Keyakinan pada kasih sayang Tuhan akan memberikan cahaya harapan dan ketenangan dalam diri seorang Mukmin. Oleh karena itu, para psikolog menilai penawar yang paling efektif untuk menyembuhkan orang sakit adalah iman dan doa.
Seorang penulis Amerika Serikat, Dale Carnegie mengatakan, “Saat ini, disiplin ilmu terbaru yaitu psikologi juga mengajarkan sesuatu hal yang selama ini diajarkan oleh para nabi, karena para psikolog mulai memahami bahwa keimanan yang kuat, akan menghapus kekhawatiran, kegelisahan, dan stres. Melalui doa dan munajat, manusia merasa tidak asing di dunia ini dan punya teman untuk berbagi ketika mereka gelisah. Manusia yang menemukan teman sejati untuk berbagi secara alamiah terhindar dari depresi dan kekhawatiran."
Salah satu cara lain untuk hidup tenang dan bebas dari kegelisahan adalah merasa puas dan ridha terhadap qadha dan qadar Tuhan. Kepuasan itu membantu manusia dalam menghadapi kondisi tersulit dan membuat mereka mudah dalam menanggung beban musibah. Dalam kehidupan, kadang ada masalah yang tidak mungkin bisa diselesaikan oleh manusia. Peristiwa dan masalah itu biasanya membuat kita kecewa dan kita menganggapnya sebagai hambatan untuk mencapai tujuan dan keinginan kita. Kebanyakan kekecewaan dan kesedihan kita muncul pada saat-saat seperti ini, karena kita ingin mengatasi masalah yang sebenarnya berada di luar kemampuan kita, tapi kita tidak mampu melakukan itu.
Kerelaan terhadap keridhaan Tuhan dan keyakinan tentang qadha dan qadar, akan membuat manusia merasa tenang dan perasaan ini membantu mereka dalam menghadapi kondisi-kondisi tersulit sekalipun. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Kesenangan dan kegembiraan diperoleh dalam bingkai kerelaan terhadap keridhaan Tuhan dan keyakinan. Sementara kesedihan dan kegelisahan muncul karena keraguan dan kekecewaan terhadap ketetapan-ketetapan Tuhan.” (Kitab Bihar al-Anwar, juz 71, hal 195)
Maksud dari kerelaan terhadap keridhaan Tuhan adalah manusia tidak memprotes ketetapan-ketetapan Tuhan baik itu dengan lisan maupun dengan tindakan. Orang yang menganggap peristiwa yang terjadi di dunia ini mengikuti kehendak bijaksana Tuhan dan takdir-Nya, ia tidak akan takut terhadap dampak-dampak buruk musibah dan ia tidak menjadi pengingkar nikmat karena cobaan itu. Orang Mukmin selalu mengingat bahwa peristiwa di alam ini adalah bagian dari sistem penciptaan yang bijaksana dan terjadi atas dasar kemaslahatan dan kebijaksanaan Tuhan. Oleh sebab itu mereka menerimanya dengan lapang dada. Kejadian-kejadian yang terjadi karena kelalaian manusia atau kesalahan mereka, tentu saja tidak bisa dilimpahkan kepada Tuhan.
Menjauhi dosa dan beberapa kelezatan materi juga mendatangkan kesenangan bagi manusia. Kesenangan pada dasarnya adalah ketiadaan rasa sedih dan gelisah. Tentu saja, sebagian dari kegelisahan adalah keniscayaan hidup manusia, namun kebanyakan dari mereka disebabkan oleh kekhawatiran dan keputusasaan. Kekhawatiran ini menjadi sumber bagi banyak masalah lain termasuk gangguan mental. Dale Carnegie dalam sebuah kenangannya menulis, ”Beberapa tahun lalu, saya bersama Dokter. O. F. Gober – Direktur Rumah Sakit Santa Fe – pergi untuk liburan. Kami berdiskusi bersama tentang dampak kekhawatiran. Dia berkata, ’70 persen dari pasien yang datang ke dokter, jika mereka mampu membebaskan diri dari rasa takut dan kekhawatiran, mereka dapat mengobati diri mereka sendiri.’”
Jelas bahwa orang yang dirundung rasa takut dan kekhawatiran, ia tidak akan menikmati sarana kehidupan ini. Memiliki jiwa yang optimis juga membantu menghadirkan kesenangan yang berkelanjutan dalam diri manusia. Orang-orang yang memiliki rasa optimisme, mereka cenderung lebih sukses dan menghadapi semua masalah dengan penuh harapan. Manusia yang punya harapan tentang masa depan, mereka merasan nyaman dan tidak dihantui oleh rasa takut akan kegagalan.
Peluncur Satelit Zoljanah, Proyek Prestisius Antariksa Iran
Republik Islam Iran mengambil langkah berkesinambungan dan progresif di bidang rudal dan teknologi luar angkasa dalam empat dekade terakhir. Peluncuran satelit produksi dalam negeri selama beberapa tahun terakhir merupakan simbol kemajuan kedirgantaraan Iran.
Kini, termasuk jajaran 10 negara antariksa dunia, yang merupakan hasil perjuangan panjang dari lebih dari empat dekade dengan mengandalkan para ahlinya sendiri. Oleh karena itu, Iran memiliki posisi yang dapat diandalkan dalam industri ini di antara sedikit negara yang menguasai teknologi canggih tersebut.
Saat ini, pembangunan pangkalan peluncuran satelit berada di tangan enam negara, dan Iran menempati peringkat berikutnya dalam hal pengembangan pangkalan luar angkasa. Industri luar angkasa adalah salah satu industri canggih teknologi tinggi. Meskipun menghadapi berbagai tekanan dan pembatasan di beragam sektor, tapi Republik Islam Iran telah mencapai siklus penguasaan teknologi luar angkasa.
Merancang dan membangun satelit sebagai langkah penting yang telah dicapai Iran di bidang prestisius ini. Amerika Serikat dan Eropa menggunakan isu peluncuran satelit Iran untuk membenarkan tudingannya terhadap Tehran dalam masalah program rudal Iran dan mereka meneybutnya sebagai ancaman bagi keamanan internasional.
Brigadir Jenderal Amir Hatami, Menteri Pertahanan Iran dalam pesan yang disampaikan pada peringatan Hari Teknologi Luar Angkasa Iran yang jatuh pada 14 Bahman, mengatakan,"Jalan terjal yang sulit, disertai berbagai pembatasan terhadap kemajuan antariksa telah dilalui selangkah demi selangkah dengan ketabahan yang berbuah kemenangan manis dan kegagalan sebagai wahana belajar, menunjukkan bukti kemampuan dalam negeri di bidang sains dan teknologi maju di tengah monopoli para ahli kekuatan besar dunia,".
Di bidang antariksa, khususnya peluncuran dan penggunaan satelit, saat ini menjadi isu sangat penting dalam kehidupan masyarakat manusia. Menurut Dr. Morteza Barari, kepala Badan Antariksa Iran, saat ini, layanan dan aplikasi satelit begitu luas hingga bisa dikatakan bahwa kehidupan tanpa satelit tidak mungkin atau sangat sulit.
Saat ini, layanan satelit digunakan di berbagai bidang, termasuk komunikasi, siaran parabola, lingkungan, penanganan bencana alam, pertanian, hutan dan padang rumput, pertambangan, energi, sumber daya air, pembangunan perkotaan, meteorologi, layanan publik, dan banyak bidang lainnya.
Satelit juga dapat memberikan informasi dan data yang sangat berguna untuk pengelolaan negara kepada para pengambil keputusan, yang akan menjadi dasar bagi perkembangannya, sehingga layanan satelit dan ruang angkasa semakin meningkat dari hari ke hari.
Keberhasilan Iran meluncurkan satelit Zoljanah sebagai langkah besar lainnya di bidang antariksa pada Senin (1/2/2021) menjadi perhatian media internasional.
Para ahli Iran merancang dan membangun tujuh satelit satelit, dan sejak dua tahun lalu berhasil membuat peluncur satelit Zoljanah dengan teknologi mesin bahan bakar padat.
Dengan peluncuran yang sukses ini, langkah penelitian penting diambil di bidang peluncuran satelit. Pada saat yang sama, keberhasilan peluncuran Zoljanah menunjukkan bahwa aktivitas luar angkasa Iran telah mengalami lompatan penting di tengah gencarnya sanksi AS.
Salah satu pencapaian terpenting dari terobosan luar angkasa ini adalah pencapaian dalam mesin berbahan bakar padat paling kuat di negara ini dengan daya dorong lebih dari 75 ton dan menggunakan teknologi baru lainnya yang digunakan dalam peluncuran satelit ini.
Peluncur satelit tiga tahap Zoljanah secara teknis kompetitif dengan satelit modern di dunia, yang memiliki dua fase propulsi padat dan satu fase propulsi cair, dan mampu membawa satelit seberat 220 kg dalam orbit 500 km.
Peluncur satelit ini memiliki panjang 25,5 meter dan berat sekitar 52 ton. Diameter tahap pertama dan kedua adalah 1,5 meter dan diameter tahap ketiga adalah 1,25 meter. Peluncur satelit ini menggunakan mesin berbahan bakar padat paling kuat buatan Iran. Bahan bakar padat terutama digunakan pada tahap awal penerbangan satelit karena menghasilkan banyak energi dalam waktu singkat.
Ahmad Hosseini, Juru Bicara Bidang Antariksa Kementerian Pertahanan Iran mengatakan, ide utama peluncur satelit Zoljanah yang dibuat sekitar 2 hingga 3 tahun lalu berhasil menguasai teknologi peluncuran mesin berbahan bakar padat dan mengevaluasi kinerjanya.
Pada tahap pertama, satelit beroperasi di atas peluncur Zoljanah selama sekitar 70 detik dan mencapai ketinggian 15 km, di mana booster terlepas. Para peneliti menempatkan muatan penelitian di satelit dan menguji bagian dari subsistem pada tahap ini untuk mengukur jumlah getaran, suhu, dan sebagainya.
Menurut Hosseini, tujuannya bukan untuk mencapai orbit dan peluncurannya ditujukan untuk mencapai di bawah orbit. Misi yang ditetapkan untuk satelit Zoljanah adalah menempatkan satelit dengan berat maksimum 220 kg di ketinggian 500 km dan orbit melingkar yang memiliki kemampuan mendekati satelit Simorgh.
Ia menekankan bahwa satelit itu dapat digunakan untuk meluncurkan satelit seberat 220 kilogram. Padahal, dengan peluncur satelit Zol-janah, 10 satelit bisa ditempatkan di ketinggian 500 km.
Sebagai perbandingan, peluncursatelit Safir sebagai satelit Iran generasi pertama dengan diameter sekitar 1,25 meter dan berat total 26 ton, bisa membawa satelit seberat 50 kg dapat mengorbit di ketinggian 450 kilometer.
Iran juga berhasil meluncurkan sekitar 10 satelit ringan Noor ke luar angkasa pada Ordibehest 1399 Hs dengan menggunakan peluncur satelit Qassid. Kini, peluncur satelit Zoljanah siap untuk menempatkan satelit operasional di orbit setelah uji penelitian dan stabilisasi teknologi.
Salah satu keunggulan dari peluncur satelit Zoljanah adalah mesin bahan bakar padatnya, yang merupakan mesin bahan bakar padat paling kuat di Iran saat ini. Dengan daya traksinya sebesar 75 ton, yang dapat ditingkatkan menjadi 100 ton, merupakan terobosan pertama kalinya di Iran pada mesin berbahan bakar padat buatan dalam negeri.
Alasan penggunaan bahan bakar cair pada tahap akhir peluncur satelit Zoljanah karena waktu terbangnya yang lama yaitu 300 detik ke atas, maka diperlukan waktu pembakaran yang tinggi pada tahap atas. Selain itu, kemampuan kontrol dan akurasi penyuntikan satelit ke orbit ditingkatkan dengan menggunakan bahan bakar cair.
Poin penting lain dari peluncur satelit Zoljanah terletak pada lokasinya yang tidak terbatas pada titik tertentu saja, dan dapat diluncurkan dari bagian lain negara itu, terutama wilayah tenggara dan pantai Makran.
Pembangunan pangkalan peluncuran ruang angkasa di Chabahar memakan waktu panjang dan biaya mahal. Pada saat yang sama, memiliki peluncur seluler untuk operator satelit dapat memungkinkan Iran untuk meluncurkan luar angkasa dari wilayah seperti Chabahar dengan infrastruktur seminimal mungkin.
Chabahar adalah titik terdekat dari daratan Iran ke ekuator, dan karena lokasi orbit bumi yang berbeda, semakin dekat titik peluncuran ruang angkasa ke ekuator, semakin pendek jarak untuk mencapai orbit yang berbeda dan semakin mudah injeksi dalam waktu yang lebih singkat.
Fitur lain dari satelit ini adalah kemampuannya untuk membawa banyak satelit, yang sangat penting dalam sistematisasi satelit. Saat ini pembahasan tentang sistematisasi satelit dengan menggunakan satelit ringan sudah sangat umum terjadi. Sistematisasi di luar angkasa mengharuskan dapat diluncurkan dari berbagai sudut orbit. Realisasi pencapaian sistematisasi satelit Iran, dengan kedatangan peluncur satelit Zoljanah menunjukkan kekuatan antariksa Iran yang mengalami kemajuan signifikan.