
کمالوندی
Kerja Sama Iran-Rusia Lawan Unilateralisme AS
Presiden Iran dan Rusia menyatakan tekad bersama kedua negara untuk melawan unilateralisme AS, dan menekankan pengembangan hubungan kerja sama Tehran dan Moskow.
Presiden Republik Islam Iran, Hassan Rouhani dalam percakapan telepon dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada hari Kamis (16/7/2020) menyinggung pentingnya implementasi penuh JCPOA dan menekankan perlawanan terhadap unilateralisme Washington, dan langkah AS untuk memperpanjang sanksi senjata Iran.
"Sebagaimana lima tahun terakhir, Rusia mendukung JCPOA dan menjaga keberlanjutannya," ujar Presiden Iran.
Iran dan Rusia, sebagai dua negara tetangga mendefinisikan tingkat hubungan mereka berada di level strategis, karena mereka menentang pendekatan ilegal dan unilateral AS di seluruh penjuru dunia. Iran dan Rusia percaya terhadap pendekatan kolektif dan multilateral yang didasarkan pada prinsip umum dan aturan hukum internasional. JCPOA adalah hasil dari pendekatan kolektif dan multilateral yang telah digunakan Rusia dan Cina sebagai dasar untuk keterlibatan konstruktif berdasarkan prinsip-prinsip hukum internasional yang diakui bersama dalam pembahasan mengenai program nuklir Iran.
Pendekatan bersama mereka menjadikan Iran dan Rusia memiliki konsultasi dan kerja sama yang baik dalam menyelesaikan krisis regional dan internasional. Peran positif Rusia dalam masalah nuklir Iran, kerja sama konstruktif Tehran-Moskow dalam proses resolusi krisis Suriah, dan penentangan Rusia terhadap unilateralisme AS dan sanksi terhadap Iran, menunjukkan pemahaman bersama antara Iran dan Rusia tentang pentingnya melanjutkan kerja sama bilateral yang harmonis.
Dalam konteks ini, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif melakukan perjalanan ke Moskow beberapa kali dan berkonsultasi dengan sejawatnya dari Rusia, Sergei Lavrov tentang berbagai dinamika regional dan internasional, serta pengembangan hubungan bilateral, terutama di bidang ekonomi.
Kerja sama tersebut semakin signifikan di tengah situasi kancah internasional yang sensitif saat ini, terutama menyikapi langkah destruktif AS yang terus memaksakan ambisinya menjalankan unilateralisme di tingkat dunia.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, "Hubungan Iran dan Rusia sebagai dua negara tetangga adalah hubungan strategis. Mengingat situasi internasional saat ini, maka perlu bagi kedua negara untuk berkonsultasi secara berkesinambungan."
Hasil kerja sama yang seimbang dan konstruktif antara Iran dan Rusia dengan tujuan menjaga ketertiban dan proses penyelesaian krisis Suriah dan perang melawan terorisme telah mendukung upaya mewujudkan perdamaian dan keamanan global.
Hingga kini, di tengah upaya Amerika Serikat untuk melanjutkan embargo senjata terhadap Iran, peran efektif Rusia dan Cina sangat penting untuk menyelamatkan tatanan internasional dari unilateralisme AS yang destruktif.
Perdamaian dan keamanan global dapat ditingkatkan melalui pendekatan kolektif dan multilateral berdasarkan prinsip dan aturan hukum internasional yang diakui bersama negara-negara dunia. Berdasarkan prinsip penting ini, konsultasi reguler antara Iran dan Rusia memengaruhi perimbangan politik regional dan internasional, sekaligus melayani kepentingan bersama kedua negara.
Mousavi: Pendekatan Iran, Jalin Hubungan Seimbang dengan Tetangga
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, pendekatan dan keyakinan Republik Islam adalah memiliki hubungan seimbang dan hangat di kawasan khususnya dengan negara tetangga.
Sayid Abbas Mousavi Kamis (16/7/2020) menambahkan, “Kami yakin bahwa jika bangsa dan pemerintah kawasan semakin dekat dan hangat, maka ini akan menguntungkan seluruh rakyat kawasan termasuk negara tetangga.”
“Perluasan hubungan budaya, ekonomi dan agama antar negara tetangga akan mampu mematahkan kekejian musuh khususnya AS dan Israel untuk mengobarkan permusuhan dan merusak hubungan bersahabat serta baik antar pemerintah dan rakyat kawasan,” ungkap Mousavi.
Seraya menjelaskan bahwa Republik Islam memiliki pandangan ideal dan negara berpengaruh di isu-isu global, Mousavi menandaskan, “Hal ini kami memiliki musuh, jika kami negara yang tidak berguna maka kami tidak akan memiliki musuh sedemikian banyak.”
Shekarchi: Kejahatan Zionis Picu Respon kubu Muqawama
Juru bicara angkatan bersenjata Republik Islam Iran mengatakan, "Kami peringatkan Israel untuk tidak melanjutkan kebohongannya. Jika hal ini berlanjut, maka Zionis akan menyaksikan kekuatan poros muqawama dan Republik Islam di lapangan."
Brigjen. Abolfazl Shekarchi menambahkan, "Emperialis media Zionis-Arab, orang-orang idiot dan pedofil regional mereka selama beberapa waktu beralih ke aktivitas putus asa perang media, operasi psikologis dan kebohongan untuk menggambarkan kekuatan rezim anti-manusia, penjajah dan pembunuh anak (Zionis). Mereka menebar berita bohong bahwa sejauh ini ratusan atau ribuan orang Iran telah terbunuh di Suriah."
Jubir militer Iran ini mengatakan, Israel pengecut dengan dukungan total AS dan sejumlah negara Arab, mengerahkan segenap kemampuan dan fasilitasnya untuk mengkompensasi sebagian kelemahan, kekalahan dan ketidakmampuannya dengan membombardir pankalan T-4 di Suriah.
"Israel yang tertidur di jaring laba-laba, senantiasa berusaha menutupi ketidakmampuan dan kelemahan serta kekalahan beruntunnya dihadapan poros muqawama selama sembilan tahun dengan perang media, operasi syaraf dan penyebaran kebohongan," papar Shekarchi.
Jubir militer Iran ini menekankan, Israel harus menyadari bahwa mereka tengah menipu dirinya sendiri dan kami memperingatkan para penyebar kebohongan bahwa kekuatan poros muqawama dan Republik Islam kembali akan dikerahkan dan mereka akan merasakan kekuatan poros muqawama dan serangan mengejutkan di lapangan.
Iran Kutuk Kejahatan terbaru Koalisi Saudi di Yaman
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengutuk keras kejahatan terbaru koalisi Saudi menarget acara pernikahan di kota Provinsi al-Hajjah dan al-Jawf yang menewaskan serta menciderai lebih dari 25 perempuan dan anak-anak tak berdosa.
Seperti dilaporkan bidang humas Kemenlu Iran Jumat (17/7/2020), Sayid Abbas Mousavi seraya mengungkapkan belasungkawa keapda keluarga korban serangan udara koalisi Saudi ke utara Yaman mengatakan, sangat disayangkan kejahatan peran pasukan militer koalisi di Yaman terus berlanjut di bawah kebungkaman serta ketidakpedulian masyarakat internasional.
Mousavi meminta masyarakat internasional dan HAM melalui jalan apapun mencegah berlanjutnya kejahatan koalisi Saudi di Yaman.
"Negara-negara penyuplai senjata kepada pasukan agresor dengan memberikan bom dan senjata destruktif kepada mereka dan digunakan untuk mengalirkan darah perempuan dan anak-anak Yaman sejatinya terlibat di kejahatan koalisi Saudi dan mereka harus memberi pertanggung jawaban atas dukungan mereka ini kepada masyarakat internasional serta rakyat Yaman," papar Mousavi.
Mousavi menambahkan, kejahatan koalisi Saudi di Yaman berlanjut ketika sangat disayangkan akhir-akhir ini, PBB yang ditekan secara politik oleh AS dan dolar Saudi, telah mencoret nama Arab Saudi dari list hitam rezim pelanggar hak anak.
Jubir Kemenlu Iran meminta PBB meningkatkan upayanya untuk menghentikan segera serangan koalisi Saudi ke Yaman dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi keamanan dan keselamatan warga sipil khususnya perempuan dan anak-anak.
Posisi Undang-Undang dalam Al-Quran dan Sunnah (3)
Tak syak, satu dari faktor penting keberhasilan Nabi Saw dalam menyebarkan budaya dan peradaban Islam adalah sikap beliau yang taat kepada hukum. Nabi Muhammad Saw sangat perhatian terkait pelaksanaan hukum-hukum ilahi.
Ketika orang-orang berlaku buruk kepada pribadinya, yang dilakukan adalah memaafkan mereka, tapi ketika ada yang melanggar hukum-hukum ilahi, Nabi Saw tidak akan memaafkannya. Karena hukum adalah pelindung keamanan dan penopang eksistensi masyarakat. Nabi Saw sangat serius dalam menjaga pelaksanaan hukum dan tidak akan mengorbankan masyarakat demi seseorang.
Ayatullah Jakfar Sobhani, marji besar Iran terkait sikap para pemimpin agama menulis, "Pribadi-pribadi langit pasti melaksanakan undang-undang ilahi dengan berani dan tidak mengikutkan perasaan, hubungan keluarga serta kepentingan materi. Nabi Muhammad Saw merupakan pelopor dalam pelaksanaan hukum-hukum Islam." Nabi Saw sebagai pemimpin yang taat undang-undang secara nyata membuktikan bahwa untuk menciptakan masyarakat yang displin, maka itu harus dimulai dari pemimpinnya yang taat kepada hukum.
Sebagaimana telah diketahui bahwa Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah Saw untuk membentuk pemerintah, sementara dalam proses pembentukan pemerintah yang paling penting adalah jaminan pelaksanaan hukum-hukum ilahi. Pemerintahan agama dan ilahi akan memberikan kesucian bagi kehidupan manusia di seluruh dimensinya lewat pelaksanaan hukum-hukum ilahi.
Dari sini, pemerintahan islam pada dasarnya adalah pemerintahan hukum ilahi atas manusia. Yakni, pemerintahan Islam sendiri bukan prinsip, tapi sarana yang tujuannya adalah melaksanakan hukum-hukum ilahi. Penerapan undang-undang yang baik bakal menciptakan keadilan, kesejahteraan, keteraturan, pertumbuhan dan kemajuan di tengah masyarakat. Oleh karenanya, pemerintah berkewajiban untuk melaksanakan hukum tanpa pilih kasih.
Nabi Muhammad Saw berusaha keras untuk mengikis kebiasaan Jahiliah, merasa superior di banding yang lain dan jurang sosial di antara warga Arab yang muslim. Untuk itu sudah banyak langkah yang ditempuh oleh beliau, sehingga jelas bagi semua bahwa antara orang miskin dan budak tidak ada bedanya dari sisi kemanusiaan dengan orang-orang kaya dan tokoh. Rasulullah Saw dalam menjalankan undang-undang hanya memperhatikan kebenaran dan tidak pernah pilih kasih.
Beliau menilai upaya mempertahankan undang-undang sebagai faktor yang menjaga keselamatan rakyat dan pemerintah. Sebaliknya, melawan hukum bakal menjerumuskan masyarakat kepada kehancuran. Itulah mengapa beliau dengan tegas melarang adanya diskriminasi dalam pelaksanaan undang-undang. Beliau bersabda, "Bani Israil binasa dikarenakan satu sebab dimana mereka menjalankan hukum hanya untuk orang kecil, sementara mereka tidak menerapkannya kepada para tokoh dan orang-orang berpengaruh."
Nabi Muhammad Saw tidak pernah mengizinkan seseorang menilai dirinya lebih tinggi dari undang-undang. Dengan dasar ini, Nabi Saw selama masa risalahnya mencegah setiap bentuk penyalahgunaan dari orang-orang terdekatnya. Beliau tidak pernah memberikan kesempatan kepada mereka dengan alasan kekeluargaan atau kedekatan dengannya untuk mendapatkan perlakuan istimewa di tengah-tengah masyarakat.
Diriwayatkan dari Imam Shadiq as bahwa ketika diturunkan ayat zakat, beberapa orang dari Bani Hasyim mendatangi Nabi Saw dan memohon agar mereka diberi tanggung jawab mengumpulkan zakat dengan alasan kedekatan keluarga. Karena mereka tahu bahwa orang yang membagikan zakat termasuk orang-orang yang mendapat bagian zakat. Nabi Saw bersabda, "Sedekah dan Zakat diharamkan kepada saya dan Bani Hasyim." Setelah itu beliau menambahkan, "Apakah kalian berpikir bahwa saya dan kalian lebih baik dari yang lain?"
Sepanjang masa risalahnya, Nabi Muhammad Saw senantiasa menjadikan keadilan sebagai pedoman segala aktivitasnya. Imam Ali as dalam menjelaskan sirah Nabi Saw berkata, "Jalan dan perilaku beliau seimbang, metodenya benar dan kokoh, ucapannya mencerahkan kebenaran dari kebatilan dan hukum yang dikeluarkannya bersifat adil."
Satu dari simbol persamaan dalam sirah Nabi Muhammad Saw adalah kesamaan khumus, zakat dan sedekah yang harus dikeluarkan oleh umat Islam. Model pajak yang diambil dari semua pemasukan dan kekayaan setiap muslim yang lebih dari ketentuan yang ada dan tidak ada yang mendapat keistimewaan dalam hal ini. Sebagian besar pemasukan dari pajak ini dialokasikan untuk orang-orang yang tidak mampu dan miskin. Dengan demikian, kekuasaan dan kekayaan tidak bertumpuk pada sekelompok orang saja, sekaligus mencegah kemiskinan dan menjadi sarana bagi keadilan sosial.
Satu lagi dari kelaziman persamaan dalam sebuah masyarakat adalah tersedianya fasilitas yang sama bagi semua masyarakat untuk tumbuh dan menyempurna. Salah satu contoh pentingnya adalah fasilitas pendidikan. Yakni, dalam sebuah masyarakat, setiap orang tanpa memandang kelompok masyarakat tertentu, hanya dapat melanjutkan pendidikannya berdasarkan kelayakan dan potensi yang dimilikinya. Dengan usaha keras seseorang dapat melewati pelbagai tahapan kesempurnaan dan kelayakan.
Sekaitan dengan hal ini, Rasulullah Saw bersabda, "Menuntut ilmu bagi setiap muslim adalah wajib." Dari hadis ini dapat dipahami bahwa diskriminasi dalam pendidikan dan upaya mendapatkan pendidikan yang layak serta fasilitasnya tidak memiliki tempat dalam sirah Nabi Saw. Gerakan universal ini dan pernyataan Rasulullah tentang persamaan dalam menuntut ilmu akan mendapat tersendiri dengan melihat kondisi waktu itu yang sarat diskriminasi dalam segala bidang. Pada waktu itu hanya orang mampu dan kaya saja yang mendapat kesempatan untuk menuntut ilmu, tapi di Madinah, kota Nabi Saw tidak terlihat lagi tanda-tanda diskriminasi semacam itu.
Dalam sirah perilaku Nabi Muhammad Saw, keadilan dalam menjalankan hukum dilakukan dengan bentuknya yang paling sempurna. Dinukil dalam peristiwa penaklukan kota Mekah, ada seorang perempuan dari kabilah Bani Makhzum yang melakukan pencurian dan dari sisi pengadilan telah terbukti bahwa ia mencuri. Keluarga perempuan itu yang masih mengikuti pola sistem kelas sosial di masa Jahiliah menilai pelaksanaan hukuman terhadap perempuan itu menjadi noktah hitam bagi keluarga besarnya. Oleh karenanya, mereka berusaha untuk menghentikan pelaksanaan hukuman itu.
Mereka mengirim Usamah bin Zaid yang sama dicintai Rasulullah Saw seperti ayahnya agar Nabi Saw sudi memberikan pengampunan. Tapi ketika Usamah hendaknya membuka mulut meminta pengampunan, wajah Nabi Saw terlihat marah dan dengan keras berkata, "Di mana ada tempat pengampunan? Apakah boleh kita tidak melakukan hukum ilahi?" Usamah mengetahui kesalahan yang diperbuatnya dan langsung meminta maaf kepada Rasulullah.
Sore hari itu juga, Rasulullah Saw menyampaikan pidatonya di hadapan umat Islam demi menghilangkan pikiran diskriminasi dalam pelaksanaan hukum dari benak masyarakat. Beliau berbicara tentang masalah keadilan dalam melaksanakan undang-undang dan bersabda, "Umat-umat terdahulu mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran dikarenakan melakukan diskriminasi dalam melaksanakan hukum. Bila ada satu dari kalangan priyayi melakukan kesalahan, mereka tidak menghukuminya, tapi bila orang tidak mampu melakukan kesalahan yang sama, mereka langsung menghukumnya. Demi Allah yang jiwaku berada di tangannya! Saya akan tegar dan tegas dalam melaksanakan keadilan, sekalipun pelaku kejahatan itu adalah dari keluargaku."
Bila diperhatikan,Nabi Muhammad Saw tidak melakukan diskriminasi dalam melaksanakan undang-undang dan tidak menerima wasilah siapapun untuk memaafkan pelaku kejahatan. Nabi Saw begitu keras melarang umat Islam untuk meliburkan hukum ilahi. Beliau melaksanakan semua hukum ilahi secara adil terhadap semua orang, bahkan kepada dirinya sendiri.
Posisi Undang-Undang dalam Al-Quran dan Sunnah (2)
Sebagaimana telah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya bahwa undang-undang dan supremasi hukum telah menjadi perhatian manusia sejak awal kehidupan sosialnya.
Sepanjang sejarah, banyak orang yang berusaha menyusun undang-undang dan memberikan kekuatan hukum padanya demi mencipakan keteraturan di tengah masyarakat dan atau memiliki tujuan lainnya. Tapi pengalaman manusia menunjukkan bahwa undang-undang manusia ternyata tidak mampu menciptakan masyarakat yang taat hukum. Karena ketaatan terhadap hukum menjamin kebahagiaan manusia di seluruh bidang. Bahkan boleh dikata para pelaksana undang-undang juga tidak menjaga kehormatan undang-undang dan juga tidak mengamalkannya.
Satu-satunya undang-undang yang dapat menciptakan masyarakat yang sehat dan taat hukum adalah undang-undang ilahi. Begitu juga hanya para nabi dan pengganti mereka yang benar-benar taat hukum dan menjadikan hukum sebagai pedoman aktivitas mereka serta mengamalkannya dengan baik dan benar. Hanya mereka yang benar-benar menjaga kehormatan hukum ilahi. Di antara undang-undang ilahi, ajaran Islam yang memberikan kehidupan ini merupakan yang paling sempurna dari sekian undang-undang ilahi yang pernah diturunkan oleh Allah Swt. Ajaran Islam sebagai penyempurna semua undang-undang ilahi dan dibawa oleh pamungkas para nabi.
Hasil pertama dari undang-undang adalah keteraturan dan undang-undang sama dengan menghormati aturan. Menyepelekan undang-undang yang mengawasi perilaku sosial manusia yang paling sederhana sekalipun dapat merusak wajah masyarakat, bahkan bisa menciptakan krisis dan kebuntuan. Dalam sebuah masyarakat yang tidak menghormati supremasi hukum, maka dapat dibayangkan setiap orang dapat melakukan perbuatan apa saja yang diinginkannya. Dan ini merupakan kondisi terburuk yang bisa dibayangkan dalam sebuah masyarakat. Stress, kerusuhan dan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain menjadi hasil alami dari ketiadaan hukum.
Ketika al-Quran diturunkan kepada manusia, masyarakat Arab waktu itu tidak teratur, terpisah dan berpecah belah. Tapi al-Quran berhasil memperbaiki masyarakat terkebelakang masyarakat Arab itu dengan ajaran lahit yang benar seperti disebutkan dalam al-Quran, "... dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya ..." (QS. Ali Imran 103)
Sesuai dengan ayat-ayat al-Quran, ciri khas lain dari masyarakat Arab waktu itu adalah syirik, mengingkari Ma'ad atau hari kebangkitan, percaya hal-hal khurafat, kebobrokan moral, penindasan, menaati setan, kebodohan dan kesesatan. Di tengah-tengah semua kebobrokan, kesulitan dan perpercahan yang ada di masyarakat Arab waktu itu, Allah Swt menurunkan al-Quran. Dengan demikian, al-Quran berhasil mengubah nasib masyarakat Arab waktu itu dengan undang-undang yang komprehensif. Undang-undang ilahi menggantika segala kecemasan dengan ketenangan, kekacauan dengan keteraturan, kebuasan dengan persahabatan dan lain-lain. Kinerja agama dapat terulang kembali di setiap masa. Setiap masyarakat yang ingin berjalan dengan kaidah agama dapat meriah kebahagiaan.
Satu lagi harapan dari supremasi hukum adalah menciptakan keadilan. Yakni, semua menginginkan undang-undang dilaksanakan secara adil. Undang-undang harus tidak berpihak dan menentukan hak setiap orang dengan adil. Sekaitan dengan hal ini, diharapkan undang-undang dilaksanakan sedemikian rupa sehingga akal sehat dan hati nurani manusia dapat menerimanya. Undang-undang yang adil harus berdasarkan akal dan sesuai dengan kebutuhan riil manusia, bukan mengikuti kepentingan kelompok dan hawa nafsu pribadi.
Al-quran menyebut tujuan pengutusan para nabi dan pengiriman kitab langit untuk menegakkan keadilan. Satu prinsip keadilan dalam Islam adalah semua manusia sama di hadapan hukum. Pada dasarnya setiap manusia tidak memiliki kelebihan dibandingkan lainnya. Pencipta dan tujuan penciptaan semua manusia adalah sama. Tidak ada seorang yang diciptakan untuk menjadi hamba bagi lainnya dan tidak ada kelompok tertentu yang menjadi pemimpin bagi lainnya. Berdasarkan undang-undang al-Quran, hanya takwa yang menjadi tolok ukur kelebihan satu orang dengan lainnya, itupun di akhirat.
Undang-undang Islam yang adil dapat ditemukan dalam al-Quran dan Sunnah. Undang-undang ini mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia. Dengan kata lain, dengan melaksanakan undang-undang ilahi, maka keadilan akan tercipta di segala bidang. Pemerintah yang berdasarkan undang-undang Islam akan berlaku adil, pengadilan menjadi tempat orang-orang lemah mendapatkan hak-haknya, penyusunan undang-undangpun dilakukan berdasarkan keadilan. Setiap orang sama di hadapan hukum dan semua memiliki hak yang sama. Keadilan sosial dan ekonomi juga akan tercipta.
Hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan hubungan di antara manusia termasuk yang telah diatur dalam al-Quran dan Sunnah Nabi dan Ahli Bait as. Setiap bagian dari hubungan ini memiliki undang-undang yang detil. Mengamalkan undang-undang ini berarti mengatur hubungan ini sesuai dengan takarannya. Demi mengontrol dan menghilangkan faktor-faktor yang menghancurkan manusia, al-Quran telahmenyiapkan undang-undang yang komprehensif dan abadi. Mengamalkannya akan membuat masyarakat selamat dari kegelapan dan meraih kesempurnaan hakikinya. Supremasi hukum dan mengamalkan undang-undang ilahi bakal memekarkan segala potensi yang ada. Undang-undang ilahi juga menentukan batasan kebebasan manusia, mencegah terjadinya penindasan dan mengajak semua manusia untuk bersama-sama menuju kesempurnaan.
Masalah penting lainnya terkait undang-undang adalah jaminan pelaksanaannya. Al-Quran menyebut iman kepada Allah dan percaya akan Ma'ar atau hari kebangkitan sebagai jaminan pelaksanaan undang-undang ilahi. Artinya, jaminan pelaksanaan undang-undang ilahi ada dalam diri manusia sendiri. Pribadi mukmin bukan hanya tidak membutuhkan "polisi" untuk melaksanakan perintah ilahi, tapi dirinya sendiri menjadi motifator bagi orang lain untuk melakukan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan buruk. Iman merupakan modal maknawi paling penting manusia. Iman hakiki memiliki dampak dan hasil yang banyak dan luar biasa seperti tegar dalam menghadapi segala masalah, layak mendapat berkah dunia dan langit dan jelas dan tegas dalam mengambil keputusan.
Manusia beriman dengan penuh keikhlasan serius mengenal hukum dan perintah Allah lalu mengamalkannya. Dengan kata lain, orang beriman adalah orang-orang yang berserah diri di hadapan Allah. Setiap penyerahan diri ini semakin mutlak di hadapan undang-undang ilahi, kesiapan untuk mengamalkannya akan semakin besar. Iman dan amal saleh merupakan dua wajah yang saling memperkuat. Hasilnya, yang paling berpengaruh dalam memperluas undang-undangadalah memperdalam keimanan. Dengan cara ini, setiap orang tanpa ada pengawas tetap akan mengamalkan undang-undang.
Seluruh masalah, penyimpangan dan pelanggaran terhadap undang-undang kembali pada tidak adanya iman yang hakiki kepada Allah Swt. Padahal, seorang mukmin meyakini bahwa Allah mengetahui segala yang tampak dan tersembunyi. Begitu juga keyakinan ini membuat seorang yang melanggar hukum mendapat dua balasan; dunia dan akhirat. Balasan akhirat lebih penting dan lebih sulit. Jadi, bila seorang yang melanggar hukum dapat meloloskan diri dari hukuman di dunia, maka ia tidak akan pernah bisa selamat dari hukuman akhirat. Melaksanakan ajaran-ajaran agama akan diberikan balasan yang lebih baik di akhirat. Keyakinan seperti ini memiliki dampak luar biasa dalam perilaku individu dan sosial seseorang dan yang lebih penting mereka akan terjaga dari ketergelinciran dan pelanggaran terhadap hukum.
Kehidupan sosial yang sehat akan terwujud bila orang-orang menghormati hukum, batasan dan hak orang lain, menilai keadilan sebagai sesuatu yang suci dan mengasihi sesama. Dalam masyarakat yang semacam ini, setiap orang akan mencintai sesuatu bagi orang seperti ia mencintainya untuk dirinya sendiri. Bila ia tidak menyukai sesuatu, ia tidak akan melakukannya kepada orang lain. Selain itu, sesama anggota masyarakat saling percaya. Penguatan nilai-nilai positif akhlak dalam jiwa manusia dan penghormatan setiap orang akan nilai-nilai akhlak akan memunculkan semangat ketaatan dalam dirinya dan membuatnya lebih komitmen mengikuti undang-undang. Individu dan masyarakat yang komitmen terhadap akhlak tentu lebih memiliki kecenderungan untuk menaati undang-undang.
Banyak perintah akhlak dalam Islam yang memiliki dimensi sosial. Bila perintah akhlak ini dilaksanakan, maka secara alami orang yang melaksanakannya akan melaksanakan undang-undang. Melaksanakan satu prinsip akhlak memiliki dampak positif dan banyak bagi masyarakat. Bila semua tunduk pada hak dan undang-undang, maka kelazimannya adalah semua menghormati supremasi hukum. Setiap orang akan berusaha mendahulukan hak orang lain, bukannya melanggar hak orang lain. Manusia harus belajar bahwa sekalipun di alam pikiran, ia harus tetap menghormati hak orang lain.
Begitu pentingnya akhlak, sehingga Nabi Muhammad Saw menyebut tujuan pengutusan untuk menyempurnakan akhlak mulia. Karena dengan adanya akhlak, dengan sendirinya ada penghormatan terhadap undang-undang dan melaksanakannya. Tak syak bahwa satu dari faktor terpenting kesuksesan Nabi Saw dalam menyebarkan budaya dan peradaban Islam adalah sikap beliau yang taat pada hukum. Bahkan prinsip terpenting dalam sirah kehidupan beliau adalah taat pada undang-undang ilahi. Melindungi kehormatan undang-undang dan hukuman bagi pelanggar kehormatan undang-undang dengan keadilan memiliki posisi penting dalam agama Islam. Rasulullah Saw sendiri sangat memperhatikan masalah ini.
Posisi Undang-Undang dalam Al-Quran dan Sunnah
Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa undang-undang, baik itu dalam bentuk adat, tradisi atau undang-undang tertulis, senantiasa mengatur kehidupan manusia. Tanpa adanya aturan sosial, manusia tidak akan pernah bisa hidup. Terlebih lagi setelah hubungan sosial manusia menjadi semakin kompleks, kebutuhan adanya aturan dalam kehidupannya menjadi hal yang penting.
Undang-undang merupakan kumpulan perintah dan larangan yang menentukan cara berperilaku manusia dalam kehidupan sosial.Tanpa adanya aturan, kehidupan manusia akan bermasalah dan muncul kekacauan.
Ketika masyarakat menginginkan hidup sosial, bekerjasama dengan yang lain dan membagi kerjasama ini di antara mereka, maka muncul benturan antara kepentingan dan keinginan mereka. Siapa yang menginginkan saham yang lebih dari lain atau menentukan cara menyikapi orang lain sesuai dengan keinginannya yang tidak disukai orang lain, maka yang muncul adalah ketegangan di antara mereka. Untuk mencegah terjadinya perselisihan ini, harus ditentukan batasan-batasan dan menyusun undang-undang. Bila hal ini tidak dilakukan, maka kehidupan sosial manusia akan goyah dan fondasinya akan hancur. Pertanyaannya, sejak kapan dan di mana undang-undang ini disusun dan ditampilkan, sekalipun sederhana
Tampaknya undang-undang yang paling tua dan komprehensif untuk pertama kalinya di kerajaan Babel yang disusun oleh Hamurabi. Ia berkuasa sejak tahun 2123 hingga 2080 SM di Babel (sekarang Irak). Piagam dunia yang dibuatnya lebih banyak terkait dengan urusan seperti menuduh orang lain, bersumpah bohong, menyuap hakim, tidak adil dalam menghukumi, hubungan antara pemilik dan budak, hukum perdagangan dan hak-hak keluarga. Tapi latar belakang undang-undang ilahi sudah ada pada masa Nabi Nuh as yang lebih tua dari piagam Hamurabi.
Nabi Nuh as sendiri merupakan satu dari Nabi Ulul Azmi yang memiliki syariat dan hidup sebelum Nabi Musa dan Isa as. Berkembang luasnya masyarakat dan munculnya perselisihan terkait kepentingan materietnis dan lain-lain menyebabkan para nabi membawa undang-undang yang sesuai untuk masyarakatnya demi menyelesaikan perselisihan dan menunjukkan jalan kebahagiaan. Undang-undang ini dibawa mereka kepada manusia dalam bentuk agama yang secara bertahap semakin menyempurna, sehingga Nabi Muhammad Saw pamungkas para nabi membawa undang-undang Islam secara sempurna.
Undang-undang Islam dalam bentuk kitab langit yang disebut al-Quran dibawa oleh Rasulullah Saw untuk manusia. Dengan demikian, al-Quran itu sendiri menjadi buku undang-undang Islam. Dalam buku undang-undang ini termuat program untuk membimbing manusia, bagaimana hubungan sosial, perintah dan larangan baik yang bersifat hukum maupun moral dan lain-lain. Al-Quran menjadi penjelas undang-undang ilahi. Di sini, undang-undang ilahi memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan undang-undang lain yang disusun oleh manusia.
Undang-undang yang tepat dan komprehensif semestinya dapat menjawab kebutuhan materi dan spiritual manusia. Pelaksanaan undang-undang ini dengan sendirinya menjadi sarana bagi kesempurnaan dan pertumbuhan semua potensi manusia baik di bidang materi maupun spiritual, sekaligus menciptakan ketenangan bagi manusia. Mencermati ayat-ayat al-Quran dengan mudah menemukan hakikat ini bahwa pembuat undang-undang ini adalah Allah Swt yang Maha Kuasa dan Bijaksana. Undang-undang yang sesuai untuk manusia memiliki parameter dan bila penyusunnya tidak mengetahuinya, maka ia tidak akan dapat menyusun undang-undang seperti ini.
Satu dari parameter yang harus ada dalam sebuah undang-undang adalah kebenaran sebagai porosnya. Yakni, para penyusun undang-undang harus memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi setiap individu dan kelompok-kelompok masyarakat. Undang-undang yang dihasilkan jangan sampai menekan sebagian orang atau kelompok masyarakat dan tidak juga memberikan kelebihan yang tidak rasional kepada sejumlah orang atau kelompok. Undang-undang harus menguntungkan semua orang dan kelompok. Dengan kata lain, menjamin maslahat setiap pribadi atau kelompok dan menyesuaikannya dengan maslahat orang atau kelompok lain. Undang-undang yang harus menyoroti maslahat dan mafsadah individu dan masyarakat, ada jaminan pelaksanaan dan mendukung kesempurnaan spiritual dan tujuan penciptaan manusia.
Apakah manusia yang menyusun undang-undang memiliki parameter yang diinginkan? Tak syak bahwa pengetahuan manusia terbatas. Manusia tidak dapat membangun Madinah Fadhilah atau utopia yang sempurna berdasarkan aturan dan undang-undang yang sudah ada sebelumnya. Kekurangan paling utama dari undang-undang buatan manusia bersumber dari kebodohannya. Pengetahuan biasa manusia yang didapat lewat panca indera dan akal berperan besar dalam menjamin kebutuhan hidupnya.Tapi untuk mengenal jalan kesempurnaan dan kebahagiaan hakiki baik dari sisi individu dan sosial, materi dan spiritual serta duniawi dan ukhrawi, panca indera dan akal saja tidak cukup. Bila tidak ada jalan lain untuk menutupi kekurangan ini, maka tujuan Allah dalam menciptakan manusia tidak pernah terealisasi. Jalan itu adalah wahyu yang diberikan kepada para nabi.
Menguasai segala dimensi kehidupan manusia dan menentukan arah bagi manusia bukan saja sulit bagi satu ada beberapa orang, tapi ribuan pakar di pelbagai disiplin ilmu humaniora juga tidak dapat mengungkap formula yang kompleks ini dan membuat undang-undang yang detil dan lengkap. Undang-undang yang menjamin semua maslahat individu dan sosial serta materi dan spiritual manusia. Proses perubahan undang-undang yang terjadi berkali-kali sepanjang sejarah manusia menunjukkan bahwa sekalipun telah ada upaya serius dari para pakar, tapi tetap saja mereka masih belum mampu membuat sebuah sistem hukum yang benar dan sempurna. Tentu saja untuk menyusun undang-undang ini telah ada upaya untuk memanfaatkan semaksimal mungkin sistem hukum ilahi dan syariat ilahi.
Undang-undang ilahi memiliki banyak pembagian dan telah disinggung dalam al-Quran. Satu bagiannya disebut "undang-undang takwini". Yakni sistem yang mengatur alam ini dan ciri khasnya telah ditanamkan pada semua makhluk. Dalam surat Thaha ayat 50 telah dijelaskan mengenai undang-undang takwini ini yang dikenal dengan hidayah umum. Allah Swt berfirman, "Musa berkata, 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk." Setiap jenis makhluk memiliki jalur khusus untuk mencapai kesempurnaannya dan tidak ada kesalahan dalam menjalani jalur ciptaan yang telah ditentukan bagi masing-masing jenis makhluk.
Bentuk lain dari undang-undang ilahi adalah "undang-undang tasyri'i" yang hanya khusus bagi manusia. Undang-undang ini mengatur hubungan antara makhluk dan khalik dan begitu juga hubungan antara individu masyarakat secara adil. Allah Swt menyampaikan undang-undang ini lewat orang-orang pilihan yang diutus kepada manusia. Hidayah ini juga biasa disebut hidayah tasyri'i. Dalam surat al-Baqarah pada ayat 213 disebutkan, "..., Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan ..."
Ayat 213 surat al-Baqarah ini mengisyaratkan satu kenyataan bahwa satu dari alasan pengutusan para nabi adalah menyelesaikan perselisihan di antara manusia dengan undang-undang ilahi. Dengan demikian, Allah Swt tidak membiarkan begitu saja kebutuhan manusia akan hidayah dan undang-undang. Dalam banyak ayat al-Quran, Allah Swt telah menyinggung hakikat ini bahwa Kami telah menunjukkan jalan hidayah kepada manusia. Al-Quran sendiri merupakan kitab undang-undang langit terakhir dan wahyu ilahi yang menjadi metode terbaik dalam mendapatkan hidayah. Allah Swt dalam al-Quran surat al-Isra ayat 9 berfirman, "Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar."
Undang-undang ilahi dari sisi substansi dan bingkai amal memiliki perbedaan mendasar dengan undang-undang buatan manusia. Tujuan dari seluruh undang-undang manusia adalah membimbing individu untuk memanfaatkan kelebihan materi dan duniawi yang ada dengan lebih baik dan banyak. Sementara kebahagiaan dan kesempurnaan manusia tidak terbatas hanya pada hal-hal yang bersifat materi. Kesempurnaan ruh dan dimensi batin manusia lebih dalam dan penting, sementara pada saat yang sama undang-undang manusia tidak mampu menyentuhnya. Dapat dikatakan bahwa kebahagiaan manusia ada pada pemahaman dan pelaksanaan undang-undang ilahi yang tidak ada kekurangan di dalamnya.
Kelebihan undang-undang ilahi adalah hubungannya yang erat dengan moral. Apa yang membuat undang-undang berpengaruh di tingkat individu dan sosial kembali pada adanya kekuatan moral dan komitmen individu dan masyarakat untuk mengamalkan undang-undang. Karakter moral agama menyebabkan ajaran-ajaran agama dapat menyebar ke seluruh dunia dan orang-orang mukmin dengan tenang dapat mengamalkan undang-undangnya. Dalam keyakinan mereka, ajaran ilahi terbentuk berdasarkan maslahat hakiki dan nilai-nilai moral manusia. Dengan dasar ini, seorang muslim komitmen dengan kewajibannya. Kewajiban ibadah pada dasarnya merupakan bentuk ujian penghambaan dan dengan mengamalkannya, seorang mukmin akan semakindekat dengan Allah Swt.
Sesuai dengan ajaran agama, nilai hakiki manusia sesuai dengan seberapa dekatnya dengan Allah. Dari sini, kita melihat banyak hukum dan undang-undang dalam al-Quran yang dijelaskan disertai dengan peringatan yang pada gilirannya merupakan peringatan moral. Sebagai contoh, berpuasa dengan takwa, jihad dengan mengingat Allah, perceraian dengan menjauhi bersikap zalim, menaati Allah dan Nabi disertai dengan sikap hormat dan mengeluarkan hukum disertai keadilan. Hubungan erat ini menyebabkan manusia dengan mudah dan senang melaksanakan undang-undang ilahi. Karena beramal disertai takwa dan menuruti nasihat akhlak membuat manusia semakin dekat kepada Allah Swt.
Nabi Muhammad Saw Dalam Pandangan Orientalis (12)
Studi tentang orientalisme, Islam, dan nabi mengalami perubahan setelah berakhirnya era imperialisme kuno dan kali ini kita menyaksikan lahirnya banyak karya dengan pendekatan ilmiah.
Persahabatan dan permusuhan telah muncul dalam bentuk lain. Dengan kata lain, penilaian yang lebih realistis terhadap Rasulullah Saw di era pencerahan – karena masih dipengaruhi oleh era imperialisme – tentu saja tidak lepas dari pandangan negatif era itu, tetapi jumlah karya yang realistis tentang Rasulullah meningkat signifikan pada masa itu.
Karya-karya itu juga memuat pengakuan kesalahan interpretasi orang-orang Barat tentang Rasulullah Saw. Dalam pandangan kaum orientalis pencari kebenaran, Rasulullah adalah sosok yang layak untuk ditela'ah lebih jauh dan mereka merevisi pandangan yang tidak adil tentang beliau. Pendekatan seperti ini terus berkembang di kalangan mereka.
Sejalan dengan ini, pada dekade-dekade pertama abad ke-20 Masehi, sejumlah besar buku-buku mulai direvisi termasuk buku tentang biografi dan sejarah. Terjemahan baru al-Quran ke dalam beberapa bahasa Eropa diterbitkan di Benua Biru.
Tentu saja beberapa penilaian yang salah di masa lalu masih ditemukan pada paruh pertama abad ke-20. Sebagian besar penulis biografi dan penerjemah al-Quran – yang merasa perlu untuk membantah dan menyangkal diskripsi Eropa tentang Nabi Muhammad Saw – mengambil pendekatan baru dan positif terhadap Rasulullah.
Pada masa itu, pujangga besar Jerman Rainer Maria Rilke – yang terpengaruh oleh puisi dan karya-karya Goethe – mulai tertarik melakukan studi ketimuran dan perhatiannya ia fokuskan pada agama Islam dan karakter Nabi Muhammad Saw.
Dalam pandangannya, agama Islam memberikan semacam keseimbangan jiwa dan raga yang tidak dimiliki oleh orang-orang Eropa. Dia menuangkan pengalamannya tentang Islam dan cara pandang kaum Muslim dalam karya indahnya, Duino Elegies.
Rilke melukiskan apa yang membuatnya terpesona tentang Islam dalam kalimat berikut, "Ketika saya mencoba mempelajari al-Quran dengan hati, saya tidak membuat banyak kemajuan di sini, tetapi apa yang saya tangkap adalah bahwa di sana Anda melihat jari telunjuk yang kuat, menunjuk ke arah Tuhan, Tuhan yang kekal sedang bangkit di Timur yang tidak akan pernah sirna."
Nabi Muhammad Saw dikenal sebagai nabi yang ummi. Yaitu orang yang tidak belajar serta tidak tahu cara membaca dan menulis, tetapi tiba-tiba ia menjadi pembawa pesan agama yang penuh dengan hikmah dan pengetahuan.
"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al-Jumu'ah, ayat 2)
Salah satu sisi mukjizat al-Quran adalah bahwa ia diturunkan kepada nabi yang ummi. Sifat ini (tidak bisa membaca dan menulis) telah menciptakan penghalang yang kokoh untuk membedakan antara ajarannya dengan ajaran Taurat dan Injil. Para pencari kebenaran memandang keistimewaan Nabi Muhammad Saw terletak pada sifat-sifatnya yang agung dan kedudukannya sebagai pengemban risalah.
Rainer Maria Rilke menulis, "Muhammad sebagai sosok yang tidak bisa membaca dan menulis (ummi) seperti yang digambarkan oleh al-Quran, adalah bukan orang yang bisa membaca dan menulis. Ia hanya belajar membaca ketika wahyu Tuhan turun di sebuah gua yang terletak jauh di padang pasir Makkah. Kedekatan Muhammad kepada Tuhan dan hubungannya dengan realitas transendental, semuanya hasil dari zatnya yang suci dan murni."
Rilke adalah salah satu penyair kontemporer yang paling berpengaruh di dunia. Karya-karyanya sangat populer di negara-negara Eropa dan Amerika dan termasuk buku terlaris di Amerika. Di antara karyanya adalah Stories of God dan New Poems.
Rilke adalah seorang penyair yang visioner dan pemikir. Ia memiliki pemikiran yang dalam tentang kehidupan dan dunia di sekitarnya. Dia dijuluki "penyair ide-ide luhur" karena gayanya yang unik dalam sastra dan puisi.
Dia melakukan banyak perjalanan ke berbagai negara, termasuk negara-negara Muslim dan Afrika Utara. Pengalaman yang diperoleh dari perjalanan ini dan perenungan tentang kehidupan orang-orang dari berbagai negara, berpengaruh besar pada dirinya dalam memandang kehidupan. Dapat dikatakan, kehidupan penyair dunia kontemporer ini penuh dengan petualangan serta usaha untuk mencapai makna dan konsep kehidupan.
Sepenggal kisah tentang petualangan Rilke dapat ditemukan dalam buku Muhammad in Europe. Di sana ditulis, "Jauh sebelum dia memulai perjalanannya tahun 1910 ke Mesir, Tunisia, dan Aljazair, Rilke telah merasakan kedekatan yang tulus dengan Islam…"
Di Tunisia dia menulis sebuah surat kepada istrinya, "Kehidupan di sini berasal dari Seribu Satu Malam, Tuhan itu agung dan tidak ada kekuatan di dunia yang lebih tinggi dari kekuatan-Nya." Dalam surat lain di Kairo, ia menulis kepada istrinya, "Sungguh menakjubkan bagaimana seseorang dapat merasakan kesederhanaan dan kehidupan agama ini (Islam). Seolah-olah Nabinya baru ada di sana kemarin dan kota adalah wilayah kekuasaannya."
Rilke percaya bahwa tujuan hidup harus lebih dari sekadar memperoleh kekayaan materi. Dia juga yakin bahwa Muslim di Timur adalah sebuah realitas yang jauh lebih unggul dan bijaksana.
Sepanjang hidupnya, Rilke memperlihatkan pandangannya yang luhur tentang Islam dan secara khusus Nabi Muhammad Saw. Ini terlihat jelas dalam surat-suratnya dan beberapa puisinya.
Rilke telah menulis sebuah puisi dengan judul The Call of Muhammad, yang berbicara tentang kisah turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad Saw yang disampaikan oleh Malaikat Jibril. Dalam puisi ini, Rilke menyebut Malaikat Jibril sebagai ‘kekuatan’ yang memasuki gua di gunung Hira', tempat Nabi Muhammad mengasingkan diri dan beribadah. Di Gua Hira' inilah wahyu pertama turun kepadanya pada usia 40 tahun.
Menurut Rilke, tidak mungkin bagi Muhammad untuk keliru tentang kehadiran malaikat, dan dia sangat takut dan memohon untuk dibiarkan sendiri. Muhammad tidak dapat membaca atau menulis, dan ketika malaikat itu menuntut agar dia membaca, Rilke berkata, "Itu terlalu banyak."
Pada 1912, Rilke menghabiskan waktu di Spanyol dan di sana ia memulai studi baru tentang al-Quran. Di beberapa titik setelah itu ia mengamati bahwa "Kekristenan terus menerus memotong Tuhan seperti kue yang indah, tetapi Allah adalah Satu, Allah adalah Utuh."
Bagi Rilke, hidup dan mati hanyalah dua realitas yang menunju pada satu realitas yaitu Tuhan.
Tidak diragukan lagi, Nabi Muhammad Saw adalah pembawa pesan cinta, kasih sayang, dan persahabatan bagi semua umat manusia. Dia bangkit pada saat manusia menerima berbagai pelecehan, keagungan dan martabat kemanusiannya diletakkan di kaki berhala-berhala yang mereka buat sendiri, dan menghancurkan kepribadiannya di hadapan berhala itu.
Kemudian dengan seruan tauhid dan persaudaraan, ia mengenalkan manusia dengan kedudukan luhur kemanusiaan. Dengan logika al-Quran dan ajaran Islam, ia mengembalikan kehormatan dan martabat manusia yang terinjak-injak kepadanya. Itulah sebabnya Muhammad Saw adalah yang paling dicintai dari semua makhluk Tuhan, dan yang paling dicintai dari semua manusia.
Nabi Muhammad Saw Dalam Pandangan Orientalis (11)
Pada abad ke-20, kondisi politik dan sosial masyarakat Barat memaksa para ilmuan untuk melakukan penilaian kembali pada agama-agama, khususnya Islam.
Nabi Muhammad Saw adalah cahaya yang menarik mata setiap manusia yang melek ke arahnya. Membimbing para penapak jalan manusia menuju tujuannya dan seiring berjalannya waktu semakin berkembang karena mampu menghilangkan rintangan serta mendapat tempat di hati manusia. Nabi Muhammad Saw memaksa semua orang menulit dan berkata tentang dirinya, bahkan mereka yang tidak mengakuinya sebagai nabi, tetapi mengakuinya sebagai guru, pembaharu, penyelamat, pemimpin dan pahlawan serta satu kata menyebutnya sebagai manusia sempurna.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa pada abad kesembilan belas, yang dikenal sebagai abad kebanggaan ilmiah Barat, sebagian besar pemikir Barat berpikir untuk menyelesaikan semua masalah manusia melalui pengetahuan empiris. Dengan cara ini, mereka melangkah lebih jauh dengan mengeksplorasi topik-topik seperti filsafat, asal kognitif, kebangkitan, dan sejenisnya melalui sains eksperimental.
Pada abad ke-20, kondisi politik dan sosial memaksa para pemikir Barat untuk mengevaluasi kembali agama, terutama Islam. Penilaian ini kadang-kadang dilakukan atas dasar kemurnian pendapat dan prinsip penelitian ilmiah, dan kadang-kadang pada ketentuan dan persetujuan tuntutan imperialisme.
Orientalisme
Leo Tolstoy (1828-1910), seorang penulis dan penyair Rusia yang terkenal, telah mempelajari Nabi Islam dengan hati-hati dan tidak memihak, dan telah terpesona oleh kepribadian dan kesempurnaan rohaninya. Dalam sebuah buku berjudul Muhammad Saw, ia menulis:
"Tidak ada keraguan bahwa Nabi Islam Saw adalah salah satu reformis besar dunia. Seorang pembaharu yang telah banyak melayani masyarakat manusia, dan kebanggaan ini sudah cukup baginya bahwa ia telah menyelamatkan bangsa yang haus darah dan buas dari cengkeraman kebiasaan buruk dan keji lalu membuka jalan untuk maju bagi mereka, sementara tidak semua manusia biasa mampu melakukan hal yang luar biasa dan dapatkan hasilnya. Karena itu, pribadi Nabi Muhammad Saw layak mendapatkan semua hormat. Hukum Islam akan menjadi universal di masa depan karena kesepakatannya dengan akal dan kebijaksanaan di masa depan."
Dalam karya ini, Tolstoy, pencipta karya sastra "Perang dan Damai", dengan pengabdian khusus kepada Nabi Muhammad, menyoroti sebuah hadis yang menarik dari Nabi dan menulis, "Nabi ditanya, 'Apakah tingkat iman tertinggi?' Nabi menjawab, "Perlakukan orang seperti kamu ingin diperlakukan, dan jangan lakukan pada orang lain apa yang tidak kamu sukai untuk dirimu sendiri."
Leo Tolstoy selalu berdiskusi dengan teman-teman dan kerabatnya tentang agama Islam dan kepribadian unik dan spiritual Nabi Saw. Langkah pertama Tolstoy dalam menerima Islam sebagai agama tertinggi dan menjadi seorang Muslim adalah berkenalan dengan Nabi dan agamanya. Ia menulis, "Muhammad Saw sebagai seorang nabi selalu dan di mana-mana di atas Kristus. Ia tidak melemahkan manusia dan tidak membawanya ke posisi Tuhan, juga tidak membawa dirinya lebih dekat ke posisi Tuhan, juga tidak menempatkan dirinya di tempat Tuhan. Orang-orang Muslim tidak memiliki tuhan selain Allah, dan Muhammad Saw adalah nabi mereka. Di sini tidak ada misteri."
Ketika Tolstoy ditanya, "Yang mana di antara mereka yang lebih disukai? Kristen atau Islam?" Dia menjawab, "Bagi saya, menjadi seorang Muhammad lebih tinggi daripada memuji salib (Kristen), dan dalam perbandingan ini, saya memilih Islam. Jika manusia memiliki hak untuk memilih, siapa pun yang bijak, bijaksana (agama Kristen yang dominan di Rusia) pasti akan menerima sentralitas dari satu Tuhan dan Nabi-Nya."
Ketertarikan Tolstoy dengan para Rasulullah Saw jelas terlihat dalam sebuah buku kecil yang disebut "Hadits Muhammad Saw". Dalam buku ini, ia telah mengumpulkan kata-kata Nabi dan menerbitkannya sebagai "kata-kata Muhammad". Profesor Tolman Khorshid Oglu Aliyaf mengatakan tentang buku itu, "Dengan karya ini, Tolstoy mampu memperkenalkan pembaca Rusia dengan hadits tentang Nabi Muhammad Saw. Aman untuk mengatakan bahwa karya ini telah mampu memperkenalkan pendengarnya dengan pemikiran agama dan pendidikan serta etika Islam. Di sini karakter Nabi Muhammad Saw, kekuatan abadi dari pemikiran ilahi dan di samping itu, tulisan Tolstoy yang setia dan jujur, telah meningkatkan pengaruh tulisan ini."
Catatan dan kutipan yang dimiliki pemikir ini dari hadis Nabi Saw menunjukkan minatnya yang tulus pada Islam dan Nabi. Dari sudut pandang Tolstoy, kata-kata Nabi Muhammad Saw tentang cinta dan kasih sayang untuk sesama manusia dan Tuhan, optimisme, akhlak yang baik, keadilan, kejujuran dan kebenaran, dan masalah lain yang terus dieksplorasi dalam masyarakat global, memengaruhi mereka yang menyebut diri mereka manusia. Kata-kata ini berasal dari pemikiran mendalam yang cukup untuk menarik orang atau pikiran. Tolstoy juga terkesan dengan ini, dan membungkuk di depan semua kehebatan ini. Dia menemukan iman dan harapan dalam kata-kata nubuat ini dan memperkuat jiwanya dengan mengandalkannya dan mencoba untuk mencerminkannya.
Leo Tolstoy
Keadilan adalah salah satu prinsip dasar dalam perkataan Nabi Muhammad Saw yang memiliki dampak besar pada pemikiran dan semangat Tolstoy. Untuk mengajak pada keadilan sosial, ia berpegangan pada hadis Nabi dan ia menulis, "Nabi Allah berkata, Tolonglah saudara-saudaramu, apakah mereka penindas atau yang tertindas." Mereka bertanya, "Wahai Utusan Allah, jika saudara kita ditindas, kita akan membantunya, tetapi jika dia adalah seorang tiran, bagaimana kita dapat membantunya?" Dia berkata, "Ketika kamu menghentikannya dari menindas kamu, kamu telah membantunya."
Ajakan Nabi untuk mencintai dan beramal serta untuk membantu yang membutuhkan dan kerabat mereka telah menarik perhatian Tolstoy sejauh ia berbagi kekayaan untuk mengatasi dominasi uang dan percaya bahwa ada hubungan antara kepemilikan dan penindasan. Dia mencerminkan hubungan ini dengan baik dalam novel Kebangkitan.
Di antara tulisan-tulisan Tolstoy adalah surat yang ditulis kepadanya oleh seorang ibu yang berkonsultasi kepadanya tentang anaknya yang memeluk Islam. Dalam surat eksklusifnya kepada Tolstoy, Yalna mencari solusi untuk mencegah anak-anaknya dari masuk Islam, menulis, "Dua putra saya, satu mahasiswa dan satu lagi perwira. Mereka adalah orang Kristen, tetapi mereka percaya mereka harus meninggalkan agama mereka dan menerima Islam dan membantu umat Islam ... Apa yang bisa saya lakukan?" Dalam surat ini, Tolstoy, meskipun tidak percaya, memuji kecenderungan anak-anak perempuan itu pada Islam dan membuat beberapa poin menarik. Ia menulis:
Kepada Yelena Vekilova:
"Manusia, sebagai makhluk terbaik di dunia dengan talenta batinnya yang luar biasa, patut mendapat penghormatan publik dan pilihan cara hidup. Dalam hal ini, agama-agama surgawi bersatu untuk membela manusia dan kehormatannya, memberontak melawan orang-orang sesat, dan menawarkan solusi yang cocok. Agama-agama dengan prinsip spiritual dan moral yang sama memiliki cadangan bimbingan moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang berharga. Namun, agama mana yang paling komprehensif dan aman dari penyimpangan?"
Dalam suratnya, Tolstoy memuji Islam dan percaya bahwa itu membawa martabat ke garis depan dan menunjukkan cara hidup yang benar.
Dalam kelanjutan jawabannya Tolstoy menulis:
"Saya dengan sepenuh hati bersimpati dan memberi selamat kepada anak-anak Anda karena melayani pikiran surgawi ini. Bahkan sekarang, orang yang menulis kalimat ini untuk Anda adalah seorang Kristen. Meskipun saya telah terbiasa dengan ajaran-ajaran agama Kristen selama bertahun-tahun, saya harus mengatakan bahwa agama Islam dan ajaran-ajaran Muhammad, dengan semua karakteristiknya dan, sebagaimana jelas dari penampilannya, lebih lengkap dan berharga daripada agama Kristen. Karakteristik Islam yang nyata tidak dapat dibandingkan dengan agama Kristen. Jika, misalnya, adalah mungkin bagi setiap manusia untuk memilih antara dua agama Islam dan Kristen dan untuk menyembah Tuhan sesuai dengan itu, pertama-tama ia harus berpikir bahwa tidak mungkin untuk mengikuti beberapa Tuhan bersama-sama, dan multiplisitas ini. Dalam ibadah, itu bertentangan dengan ajaran dasar agama. Di sisi lain, ada agama Islam, di mana hanya satu Tuhan yang disembah, dan itu saja. Ini saja membuat Islam lebih unggul dari agama Kristen. Tentu saja, setiap manusia dengan akal sehat dan kecerdasan yang cukup pasti akan memilih Islam dalam pilihan ini, bukan agama lain. Pimpinan dari tokoh-tokoh agama Islam adalah Nabi Muhammad Saw yang ajarannya merupakan dasar dari ajaran semua agama suci dan sejalan dengan banyak kebenaran agama Kristen. Karena dasar agama ilahi adalah Tuhan. Ajaran agama juga bertujuan mendorong orang untuk percaya pada Tuhan; Karena itu, orang yang melakukan propaganda dan tugas ini dengan lebih baik akan memiliki lebih banyak rasa hormat, dan itulah agama Islam."
Mari, Membuat Hidup Lebih Baik (17)
Kehidupan adalah sebuah laut indah yang kadang bergejolak dengan ombaknya dan kadang teduh dengan keheningan yang dalam. Roda kehidupan ini terus berputar; jadi kita tidak mungkin terus tenggelam dalam kesulitannya dan kita juga tidak mungkin terus larut dalam kesenangannya.
Tuhan mengisi lembaran buku kehidupan kita dengan berbagai pasang surut sehingga kita menyadari bahwa kekuatan asli adalah milik Allah Yang Maha Kuasa. Dia ingin kita menjadi yang terbaik dalam penghambaan dan kehidupan. Tuhan berkata, "Wahai manusia, bergerak dan berusahalah, dan bertawakallah kepada-Ku, maka Aku akan menjadi penolongmu. Mintalah yang terbaik dan berusahalah untuk menjadi lebih baik, Aku juga akan memberikan yang terbaik untukmu."
Mempelajari keterampilan hidup yang lebih baik serta memperkuat spiritualitas dan moralitas akan membuka pintu cahaya Ilahi dan rahmat bagi manusia. Hidupnya akan memiliki nuansa dan aroma baru. Akhlak mulia merupakan salah satu keterampilan penting yang perlu diperkuat pada diri manusia.
Akhlak mulia tidak hanya menarik kecintaan orang-orang, tetapi pemilik akhlak mulia juga memperoleh rahmat dan keridhaan Allah Swt. Akhlak mulia memiliki banyak bentuk dan salah satunya adalah toleran terhadap orang lain dan bersikap sabar dengan mereka. Imam Jakfar Shadiq as tentang toleransi mengatakan, "Barang siapa yang toleran dalam urusannya, ia akan memperoleh apa yang diharapkan dari orang lain."
Para pemuka agama percaya bahwa tanda dari penghambaan dan kecintaan kepada Tuhan adalah menunjukkan kecintaan kepada makhluk-Nya dan membantu mengatasi kesulitan mereka, sementara tanda dari kecintaan kepada manusia adalah bersikap toleran dengan sesama. Rasulullah Saw bersabda, "Allah memerintahkanku untuk toleran dengan manusia sebagaimana Dia memerintahkanku untuk menunaikan kewajiban."
Pesan ini sangat penting sehingga Malaikat Jibril datang menemui Rasulullah seraya berkata, "Wahai Muhammad, Allah menyampaikan salam kepadamu dan berpesan kepadamu agar bersikap toleran dengan makhluk-Ku."
Toleransi berarti bersikap lembut dan tidak melakukan kekerasan terhadap orang lain. Manusia menyimpan sifat ini dalam fitrahnya dan bisa memperkuatnya sehingga ia tumbuh kuat dalam dirinya. Imam Muhammad al-Baqir as menganggap toleransi sebagai salah satu sifat agung Tuhan dan berkata, "Allah Yang Maha Kuasa adalah lembut dan mencintai kelembutan…" Imam Ali as memandang toleransi dengan orang lain sebagai bagian yang paling penting dari akal setelah iman dan ia lahir dari tafakkur.
Sifat terpuji ini memainkan peran yang sangat konstruktif dalam kehidupan sosial, terutama di tengah institusi keluarga. Manusia – dengan segala persamaan lahiriyah – memiliki karakteristik moral, intelektual, perilaku, dan pendidikan yang berbeda. Ada banyak perbedaan pendapat dalam interaksi sosial, atau ada perilaku yang mungkin tidak disukai orang lain.
Dalam situasi genting seperti itu, jika tidak ada toleransi, kesabaran, dan persahabatan, maka banyak konflik dan pertikaian akan muncul, dan keharmonisan perilaku dan pikiran di antara orang-orang tidak akan pernah tercipta. Jika seseorang tidak memiliki sikap toleran dan memperlakukan orang lain dengan keras, maka ia telah kehilangan moral dan merusak citra dan kepribadian sosialnya.
Tentu saja, toleransi berlebihan kadang mengubah seseorang menjadi pribadi yang lemah, penakut, dan tidak cekatan, sementara pihak lain menjadi lebih galak dan tidak sopan. Jadi, fleksibilitas dan sikap lunak yang berlebihan juga tidak disarankan.
Toleransi dan kelembutan menjadi lebih penting dan konstruktif dalam kehidupan berumah tangga. Keluarga adalah institusi sosial yang paling penting, dan jika sakinah dirampas dari keluarga, ini berarti kedamaian telah hilang di masyarakat.
Ada banyak kasus dalam kehidupan keluarga di mana perilaku dan ucapan pasangan atau anak-anak, tidak berkenan di pihak lain. Ada perbedaan pemikiran dan perilaku di antara pasangan dan anak-anak.
Apa yang bakal terjadi jika kehidupan rumah tangga tidak didasari pada keramahan dan toleransi, jika tidak ada kata maaf atas perilaku yang tidak berkenan khususnya antara suami dan istri? Sikap kasar, kekerasan, keresahan, dan emosi negatif akan memenuhi kehidupan. Padahal dengan kelembutan dan toleransi, sakinah dan kehangatan akan hadir di tengah keluarga.
Lebih jelasnya, toleransi dalam kehidupan rumah tangga berarti mengabaikan kelakuan buruk pasangan, saudara kandung, atau orang tua kita. Artinya, kita memilih melupakan dan memaafkan perilaku buruk mereka. Kita memilih sikap lembut dan bersabar dalam menghadapi kemarahan dan kebencian dari pihak lain.
Dengan kata lain, kita memikul beban yang ditimpakan pada kita dengan murkanya dan tidak membiarkan diri kita ikut murka. Kita memilih diam menghadapi kata kasarnya dan kadang hinaan sehingga dia bisa tenang atau memperlakukannya dengan lembut.
Dengan perilaku kita, kita mencoba menghadirkan keamanan dan kedamaian kepada orang lain, bahkan jika dia dikuasai oleh amarah dan kebencian serta ingin memancing emosi kita. Salah satu hal terpenting adalah menerima perbedaan satu sama lain dan berharap dari orang lain sesuai dengan karakteristiknya.
Sungguh sulit untuk bersikap toleran serta membutuhkan banyak latihan dan perbaikan diri. Para nabi dan Rasulullah Saw adalah contoh nyata dari toleransi terhadap masyarakat. Dengan sikap toleran ini, mereka mampu menarik banyak hati untuk menerima kebenaran dan menuntun masyarakat kepada makrifat Ilahi.
Para nabi mengetahui bahwa toleransi memiliki banyak berkah dan merupakan penawar untuk pembangkangan. Pembangkangan adalah sikap sombong dan arogan yang membuat seseorang merasa paling benar. Untuk memberikan hidayah kepada orang yang sombong dan congkak, maka toleransi dan kelapangan dada akan menjadi senjata ampuh untuk menghadapi mereka.
Sebuah ucapan yang lembut kadang mampu menghancurkan sifat arogan dan menarik orang yang sombong ke arah kebaikan. Para nabi dengan kelembutan telah menjinakkan hati orang yang sombong dan dengan pengaruh spiritualnya, mengajak mereka menerima hidayah.
Para sosiolog menilai sikap toleran tidak hanya sangat penting di tengah keluarga, tetapi juga untuk keamanan masyarakat. Sifat kasar dan kekerasan memiliki banyak mudharat seperti kedengkian yang membara, tapi toleransi seperti air yang menyirami api tersebut dan memadamkannya.
Toleransi menciptakan keakraban dan persahabatan di antara orang-orang serta membawa banyak berkah. Dikatakan dalam banyak riwayat bahwa toleransi bahkan akan membuat aib tetap tertutup rapat.
Ini berarti bahwa ketika seseorang tidak bertengkar dengan siapa pun, maka orang lain pun tidak akan mengungkap keburukannya sehingga aib-aibnya tetap tertutup rapat. Berbeda dengan seseorang yang memusuhi individu lain, maka individu tersebut akan mencari-carai kesalahannya dan mempermalukannya.
Seorang perawi mengisahkan bahwa suatu hari Imam Musa al-Kazim as sedang memotong pelepah-pelepah kurma di kebunnya. Salah satu pembantunya mencuri satu tandan buah kurma dan menyembunyikannya di balik pagar kebun. Aku mendatangi pembantu itu dan membawanya ke hadapan Imam Kazim, dan aku ceritakan apa yang terjadi.
Imam Kazim memandang pembantunya sambil bertanya, "Apakah engkau lapar? Ia menjawab, "Tidak wahai tuanku!" Imam kembali berkata, "Apakah engkau tidak punya pakaian? Ia menjawab, "Tidak wahai tuanku!" Imam berkata, "Lalu mengapa engkau mengambil tandan kurma itu? Ia menjawab, "Hatiku menyuruh seperti itu." Imam kemudian berkata, "Kurma-kurma itu menjadi milikmu" dan melepaskan pembantu tersebut.