کمالوندی

کمالوندی

Kamis, 23 Juli 2020 17:59

AS Rezim Nakal

 

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran mengatakan, Amerika Serikat berubah menjadi rezim nakal dan penipu karena keluar dari Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA).

Mohammad Javad Zarif saat diwawancarai Sputnik ketika menganalisa kebijakan Amerika setelah keluar dari JCPOA menjelaskan, AS pastinya telah berubah menjadi pemerintahan penipui dan pelanggar perjanjian serta masyarakat internasional sampai pada kesimpulan bahwa Washington bukan mitra yang dapat dipercaya.

Seiring dengan berkuasanya Donald Trump di Gedung Putih, ketidakpedulian terhadap hukum dan perjanjian internasional serta pengabaian terhadap multilateralisme menjadi pondasi teladan perilaku Amerika.

Donald Trump di koridor pendekatan unilateral dan pelanggaran norma-norma legal, selain JCPOA juga secara beruntun keluar dari perjanjian serta organisasi internasional. Pertunjukan terbaru serial keluarnya Trump dari kamp internasional adalah keluarnya Amerika dari Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) di tengah-tengah maraknya upaya melawan pandemi Corona.

Kecenderungan saat ini yang ditempuh Amerika, merupakan ancaman bagi supremasi hukum dan sistem multilateral di mana perilaku Trump melawan kepentingan masyarakat dunia dan bahkan rakyat Amerika sendiri.

Sebuah negara yang melanggar norma-norma legal dan tidak patuh terhadap komitmennya, pantas untuk disebut sebagai rezim penipu dan nakal serta berlanjutnya kecenderungan ini tidak efektif di sistem global dan hanya memperluas instabilitas.

Mohammad Javad Zarif meyakini apa yang dibutuhkan tatanan global saat ini adalah fokus pada supremasi hukum dan multipolar sehingga seluruh kepentingan negara akan terjamin.

Misalnya di masa pandemi Corona, apa yang menjamin keamanan kesehatan masnuia di hadapan virus COVID-19 yang tak mengenal batas teritorial ini adalah konvergensi, kerja sama kolektif dan memanfaatkan pengalaman medis dan pengobatan berbagai negara. Poros yang membentuk erja sama kolektif di perang melawan Corona adalah WHO sebagai pengemban misi melindungi nyawa umat manusia di hadapan berbagai penyakit.

Di kondisi seperti ini, sikap Amerika yang melanggar norma dan hukum dengan keluar dari WHO bukan saja tidak menguntungkan masyarakat global, umat manusia dan rakyat Amerika sendiri, bahkan merugikan upaya internasional untuk melawan krisis Corona dan memastikan keamanan semua orang.

Ketua DPR Amerika Nancy Pelosi meyakini ketika nyawa jutaan orang terancam akibat wabah Corona, Donald Trump malah berusaha melumpuhkan upaya global untuk menangani pandemi ini.

Teros Letjen Qassem Soleimani, komandan pasukan Quds IRGC di wilayah Irak juga sebuah pertunjukan puncak kecongkakan Amerika yang meneror tamu rakyat Irak dan komandan sejati perang melawan terorisme di kawasan Asia Barat.

Keluar dari JCPOA, organisasi internsional dan yang lebih penting ketidakpedulian terhadap norma dan hukum internasional serta pengakuatan atas kejahatan teror terhadap Jenderal Soleimani, merupakan indikasi nyata akan perubahan AS menjadi sebuah rezim nakal dan penipu di mana dampaknya adalah kian meluasnya instabilitas bagi semua pihak. 

 

Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengatakan perluasan hubungan dengan Israel tidak mungkin dilakukan jika rencana aneksasi Tepi Barat dijalankan.

ISNA melaporkan, Josep Borrell saat diwawancarai Der Spiegel seraya menjelaskan bahwa keputusan Uni Eropa  adalah berusaha mencegah dilaksanakannya rencana aneksasi sebagian wilayah Tepi Barat ke bumi pendudukan menyatakan bahwa tidak ada peluang perluasan hubungan dengan Tel Aviv jika rencana ini dilaksanakan.

"Uni Eropa memberi informasi kepada Israel akan hasil negatif dari implementasi rencana ini," papar Borrell.

Rezim Zionis Israel berencana melaksanakan aneksasi 30 persen wilayah Tepi Barat dengan dukungan pemerintah Amerikan, namun terpaksa membatalkannya karena penentangan masyarakat internasional PBB dan berbagai negara Eropa serta tekanan opini publik dunia.

 

Sejak menjabat pada Januari 2017, Presiden AS Donald Trump telah menempuh kebijakan keras terhadap Cina dan menghadapi Beijing dalam berbagai dimensi perdagangan, politik dan keamanan. Pada saat yang sama, Washington secara terbuka mencampuri urusan dalam negeri Cina dengan berbagai instrumen dan metode. Sekarang pemerintahan Trump telah mengambil langkah baru ke arah ini.

Amerika Serikat telah meminta Cina untuk menutup konsulatnya di Houston, Texas. Kementerian Luar Negeri Cina juga mengkonfirmasi hal ini, dan mengatakan bahwa Washington tiba-tiba menyampaikan berita ini ke Beijing pada 21 Juli. Cina saat ini memiliki lima konsulat AS yang berbasis di New York, Chicago, San Francisco dan Los Angeles, di samping Houston. Sementara Kedutaan Cina berada di Washington, DC.

Dengan Washington mendesak Beijing untuk menutup konsulatnya di Houston dalam waktu 72 jam, pemerintah Cina telah sangat memprotes langkah tiba-tiba pemerintahan Trump dan mengatakan akan membalas. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengklaim bahwa alasan penutupan konsulat Cina di Houston adalah untuk melindungi informasi pribadi warga negara Amerika.

Dalam hal ini, Morgan Ortagus, Jubir Kemenlu AS mengatakan, "Perintah penutupan konsulat Cina di Houston untuk melindungi kekayaan intelektual dan informasi pribadi Amerika." Ortagus melanjutkan dengan mengklaim bahwa Amerika Serikat tidak akan mentolerir tindakan Cina dalam melanggar kedaulatannya dan mengintimidasi rakyatnya, dan bahwa Donald Trump menekankan perlunya keadilan dan timbal balik antara Amerika Serikat dan Cina.

Langkah Washington telah membuat marah Beijing. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin mengatakan Beijing sangat mengutuk keputusan itu dan meminta Amerika Serikat untuk tidak melakukannya. Beijing, sementara itu, telah menyinggung tindakan pembalasan dengan beberapa laporan menyebut Cina mengancam akan menutup konsulat AS di Wuhan.

Pemerintahan Trump tampaknya sengaja melancarkan perang diplomatik dan konsuler melawan Beijing di samping perdagangan, ekonomi, militer, keamanan dan, baru-baru ini, konfrontasi hak asasi manusia dengan Cina. Ini adalah prosedur yang sama dengan "Barack Obama" mantan Presiden AS melawan Rusia setelah menuduh Moskow ikut campur dalam pemilihan AS pada Desember 2016 dengan menutup beberapa fasilitas diplomatik Rusia di Amerika Serikat.

Pemerintahan Trump sekarang mendorong putaran baru sanksi terhadap Cina dengan dalih tindakan Beijing di Hong Kong, serta di negara bagian Xinjiang, Cina barat, yang dianggap mencampuri urusan dalam negeri negara itu, justru ingin melipatkgandakan tekanan terhadap Cina. Trump percaya langkah itu akan membuat segalanya menjadi lebih sulit bagi warga Cina di Amerika Serikat dan warga AS keturunan Cina.

Ketegangan antara Cina dan Amerika Serikat telah meningkat di tengah epidemi global virus Corona, karena Trump telah berulang kali menyalahkan Beijing atas wabah mematikan itu. Washington mengatakan sedang mempertimbangkan berbagai opsi untuk menghukum Cina karena kerugian ekonomi AS dari Covid-19, termasuk memblokir beberapa jaringan sosial paling populer di Cina, seperti TikTok.

Sekalipun demikian, menurut Kementerian Luar Negeri Cina, perintah untuk menutup konsulat Cina sedikit mengejutkan. Tentu saja, langkah Washington telah memicu serangan balasan dari Beijing, yang, sementara membuat situasi lebih sulit bagi warga negara kedua negara di Amerika Serikat dan Cina, telah memperburuk konfrontasi antara Washington dan Beijing dan meningkatkan ketegangan.

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Cina
Dalam beberapa bulan terakhir, Amerika Serikat telah menempatkan sejumlah langkah dalam agenda untuk berurusan dengan Cina. Meningkatnya tarif dan perang dagang, sanksi terhadap perusahaan-perusahaan besar Cina termasuk Huawei, memperkuat kerja sama dengan Taiwan dan bahkan penjualan senjata canggih, dan meluasnya kehadiran kapal-kapal AS di Laut Cina Selatan semuanya telah menjadi langkah-langkah pemerintah Trump untuk meningkatkan tekanan pada Cina. Dengan menutup konsulat China di Houston, Amerika Serikat sekarang, dari sudut pandangnya, memperingatkan Beijing tentang konsekuensi ketidakpatuhan Cina terhadap tuntutan Washington.

 

Senator AS meminta Gedung Putih mengakhiri kebijakan menyembunyikan masalah sebenarnya dari kasus teror terhadap komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam Iran, Letjen Qassim Soleimani.

Senator partai Demokrat, Chris Murphy dalam sebuah pernyataan hari Rabu (22/7/2020) mengatakan bahwa rakyat AS berhak untuk mengetahui mengapa Presiden Donald Trump mengintruksikan pembunuhan Letjen Qassem Soleimani, meskipun ada konsekuensi yang jauh lebih besar dari serangan tersebut terhadap keamanan nasional AS.

"Pemerintahan Trump telah berulangkali menyembunyikan informasi dalam klasifikasi rahasia, karena kerugian kepentingan politiknya sendiri," ujar senator partai Demokrat AS ini.

Murphy juga mengajukan permintaan kepada sebuah lembaga di pemerintah federal AS yang bertanggung jawab untuk meninjau permintaan rilis dokumen secara publik. 

Dalam sebuah laporan baru-baru ini, Pelapor Khusus PBB, Agnes Callamard menyebut aksi militer AS meneror Letjen Soleimani sebagai pelanggaran hukum internasional dan Piagam PBB.

Syahid Letjen Qassem Soleimani dan rombongannya gugur pada 3 Januari 2020 dalam serangan udara yang dilancarkan secara pengecut oleh militer AS di sekitar bandara internasional Baghdad, Irak. Padahal Syahid Soleimani melakukan perjalanan ke Baghdad atas undangan pemerintah Irak.

Selama ini, Syahid Soleimani dikenal sebagai tokoh terkemuka dalam perang melawan kelompok-kelompok teroris, terutama Daesh di kawasan Asia Barat.(

Kamis, 23 Juli 2020 17:54

Tank AS Rusak Ditembak Kawan Sendiri

 

Sebuah tank perang Amerika Serikat, M1A2 Abrams menembak tank Amerika lain saat latihan militer di Fort Bliss, dan melukai seorang tentara.

Fars News (2/7/2020) mengutip situs defense-blog.com melaporkan, kecelakaan itu terjadi pada 20 Juli 2020, di Texas, saat tank-tank Amerika berlatih menembak objek bergerak. 
 
Tank Abrams menembak salah satu tank Resimen Kavaleri Amerika lain dari jarak 2600 meter, sehingga menyebabkan seorang tentara terluka.

 Peluru latihan multifungsi M1002 yang ditembakkan tank Abrams itu membuat kerusakan pada tank kawannya.
 
M1002 yang merupakan amunisi yang dipakai tank Abrams, berdimensi 120 mm, dan meliputi M865 energi kinetik. 

 

Agen Federal Amerika Serikat yang dikirim Presiden Donald Trump ke Portland, Oregon untuk menumpas demonstran, menyerang wali kota Portland dengan gas air mata.

Fars News (23/7/2020) melaporkan, Ted Wheeler yang menentang penempatan pasukan Agen Federal untuk menumpas demonstran yang memprotes kekerasan, dan diskriminasi ras polisi Amerika, Rabu (22/7) di depan gedung pengadilan federal Amerika, diserang gas air mata oleh Agen Federal.
 
Sehubungan dengan hal ini Associated Press menulis, pasukan Agen Federal atas perintah Trump dikirim ke Portland meski ditentang oleh walikota kota itu.
 
Ted Wheeler yang merupakan anggota Partai Demokrat itu mengumumkan, ini baru pertama kali saya diserang gar air mata, dan masih belum jelas apakah Agen Federal Amerika menyerang saya dengan sengaja atau tidak.
 
Hari Minggu (19/7) Walikota Portland menyebut aksi Trump mengerahkan Agen Federal untuk menumpas demonstran sebagai aksi menjijikan, dan hanya memperburuk situasi kota. Ia menuntut penarikan Agen Federal dari kotanya.

 

Rezim Zionis Israel dalam sebuah konspirasi baru, berniat merampas 30 persen dari wilayah Tepi Barat, Palestina. Benjamin Netanyahu dari Partai Likud dan Benny Gantz dari koalisi Blue and White, mencapai kesepakatan pada April 2020 untuk mencaplok Tepi Barat.

Aneksasi ini rencananya dilaksanakan pada 1 Juli 2020, tetapi terpaksa ditunda karena adanya aksi protes dan peringatan dari rakyat dan faksi-faksi perlawanan Palestina, perselisihan internal di kabinet Israel, dan belum mendapat lampu hijau dari Presiden AS Donald Trump tentang waktu pelaksanaan aneksasi.

Lalu, 30 persen dari Tepi Barat itu bakal seluas mana dan berapa jumlah populasinya? 30 persen dari seluruh Tepi Barat mencakup 130 pemukiman Zionis yang menampung lebih dari 460.000 pemukim di area seluas 1.613 kilometer persegi dari wilayah Tepi Barat. 52 pemukiman dengan populasi lebih dari 350.000 warga Zionis berada di dalam Tembok Pembatas di Tepi Barat dan 78 pemukiman di luar itu dengan populasi 100.000 orang.

Rezim Zionis bersikeras mencaplok 30 persen dari wilayah Tepi Barat, Palestina. Sikap ini didasari oleh beberapa alasan, pertama kembali kepada identitas dan esensi rezim Zionis. Israel secara esensial adalah sebuah rezim penjajah dan rezim ini berdiri atas dasar pendudukan dan perampasan tanah Palestina.

Mereka secara agresif terus memperluas wilayah jajahannya. Jadi, terlepas dari siapa yang memimpin kabinet Israel, rezim ini akan terus merampas dan memperluas daerah jajahannya atas tanah Palestina.

Kedua berhubungan dengan tantangan internal di tanah pendudukan dan posisi Netanyahu yang terancam bahaya. Pada Desember 2018, kabinet pimpinan Netanyahu bubar dan kemudian memasuki fase kebuntuan politik.

Netanyahu mempresentasikan rencana aneksasi Tepi Barat, Palestina.
Kebuntuan politik ini tidak juga berakhir setelah berlangsungnya tiga kali pemilu parlemen, dan hanya karena wabah virus Corona serta dampak kebuntuan yang berlarut-larut, Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz akhirnya menyetujui sebuah kompromi politik untuk keluar dari kondisi itu.

Meski Netanyahu dan Gantz setuju untuk membagi masa jabatan PM menjadi dua periode bergiliran 18 bulan, namun menurut beberapa laporan media Israel, Netanyahu berencana menyingkirkan Gantz dengan membubarkan kabinet dan mengadakan pemilihan baru.

Netanyahu berasumsi bahwa keretakan di koalisi Blue and White – karena kompromi Gantz dan Partai Likud – dan rencana aneksasi Tepi Barat, dapat dimanfaatkan untuk mendulang suara pada pemilu mendatang dan menguasai mayoritas kursi Knesset, kemudian membentuk kabinet tanpa melibatkan Gantz.

Ketiga, masa jabatan periode pertama Presiden AS Donald Trump akan segera berakhir. Selama empat tahun ini, Trump mengambil langkah-langkah penting untuk memenuhi kepentingan rezim Zionis melalui prakarsa rasis, Kesepakatan Abad.

Trump mengakui Quds sebagai ibukota baru rezim Zionis, memindahkan Kedutaan AS dari Tel Aviv ke kota Quds, dan mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, Suriah.

Netanyahu khawatir bahwa Trump akan kalah dalam pilpres AS November 2020 dari rivalnya, Joe Biden. Oleh karena itu, Netanyahu berusaha melaksanakan rencana aneksasi 30 persen dari Tepi Barat sebelum berlangsungnya pemilu di Amerika.

Aneksasi berarti pengambilan dengan paksa tanah (wilayah) orang (negara) lain untuk disatukan dengan tanah (negara) sendiri atau pencaplokan. Beberapa ketentuan tentang pendudukan diatur oleh hukum perang Konvensi Keempat Den Haag 1907, Konvensi Keempat Jenewa 1949, dan Protokol Tambahan 1977. Berdasarkan hukum internasional, keabsahan aneksasi hanya bisa diakui jika dilakukan melalui perjanjian damai dan, tentu saja selanjutnya digelar sebuah referendum dalam konteks hak untuk menentukan nasib sendiri.

Dengan melihat aturan itu, upaya rezim Zionis untuk mencaplok 30 persen dari wilayah Tepi Barat, Palestina, tidak memiliki landasan hukum dan merupakan tindakan yang sepenuhnya ilegal.


Selain itu rencana aneksasi merupakan sebuah keputusan rasis yang mengabaikan warga Palestina yang tinggal di kota-kota yang diduduki, dan menyerahkan rumah dan ladang pertanian mereka kepada pemukim Zionis. Pada dasarnya, rencana aneksasi adalah kelanjutan dari rasisme rezim Zionis, dan rasisme juga dianggap ilegal menurut berbagai dokumen dan peraturan hukum internasional.

Tindakan Israel untuk melaksanakan rencana aneksasi jelas bertentangan dengan hukum dan peraturan internasional, termasuk resolusi PBB. Dalam hal ini, Perwakilan Amnesty Internasional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Saleh Hejazi mengatakan sikap keras Israel untuk melaksanakan rencana aneksasi bagian-bagian Tepi Barat, telah mengabaikan hukum internasional.

Secara politis, tindakan rezim Zionis merupakan sebuah langkah yang tidak punya dasar apapun, karena paling tidak sesuai dengan Kesepakatan Oslo 1993 yaitu dengan terbentuknya pemerintah Otorita Palestina, dua bagian wilayah termasuk Tepi Barat dan Jalur Gaza (sekitar 20 persen dari wilayah Palestina) menjadi milik Palestina berdasarkan ketentuan kesepakatan.

Rezim Zionis sekarang ingin merampas wilayah Tepi Barat dan mengabaikan Kesepakatan Oslo 1993. Oleh sebab itu, pemerintah Otorita Palestina mengumumkan bahwa semua perjanjian damai dengan Israel dan AS akan dibatalkan jika rencana aneksasi Tepi Barat dilaksanakan.

Saat ini Netanyahu menunda pelaksanaan aneksasi Tepi Barat, bukan membatalkannya. Israel berusaha mengimplementasikan rencana ini pada waktu yang tepat. Implementasi rencana ini – seperti yang diperingatkan oleh berbagai faksi Palestina – akan menyebabkan ketidakstabilan dan kekacauan yang besar dalam hubungan Palestina dengan rezim Zionis, dan dapat membuka jalan bagi perang baru atau intifada baru.

Dalam hal ini, Saleh Hejazi mengatakan kebijakan semacam itu (rencana aneksasi) tidak akan mengubah status hukum tanah di bawah aturan internasional dan tidak menghilangkan tanggung jawab rezim Zionis sebagai penjajah, tetapi hanya mempertontonkan hukum rimba yang seharusnya tidak punya tempat di dunia kita hari ini. 

 

Rasulullah Saw sangat ramah, bermuka manis dan tersenyum ketika menghadapi orang-orang beriman. Beliau tak segan-segan berinteraksi dan duduk bersama pelayan, orang miskin dan mereka yang memiliki warna kulit berbeda. Tak hanya itu, Rasul juga duduk dan makan bersama mereka.

Agama-agama ilahi berusaha untuk memimpin manusia menuju kesempurnaan, tanpa memandang warna atau ras. Masalah ini adalah salah satu ajaran indah dari Al-Qur'an, para nabi ilahi dan sopan santun Nabi (SAW) dan para imam dari generasinya. Dalam ayat-ayat pedomannya, Al-Qur'an menyangkal segala bentuk diskriminasi rasial.

Terkait hal ini ayat 13 Surah al-Hujurat menyebutkan, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.”


Menurut ayat ini, Allah Swt menciptakan manusia dari berbagai ras, bahasa dan nasab keturunan serta keunggulan seseorang bukan tergantung pada warna kulit dan ras. Allah Swt dengan kedilan-Nya menentukan takwa sebagai tolok ukur keunggulan manusia sehingga tidak ada manusia yang merasa berhak untuk congkak dan menzalimi yang lain karena warna kulit serta fasilitas yang dimilikinya.

Dengan memeriksa perilaku dan karakter Nabi Muhammad Saw, kita melihat poin dan hukum yang signifikan dalam penolakannya terhadap rasisme. Nabi Suci Islam diutus sebagai nabi pada saat ketidaktahuan orang Arab mencapai puncaknya dan masalah diskriminasi ras, kelas, dan etnis menyebar secara tragis. Sebaliknya, orang non-Arab dan kulit hitam tidak memiliki hak istimewa dan hanya digunakan sebagai budak untuk kesejahteraan dan kepentingan aristokrasi Arab.

Sejak awal pengutusannya, Muhammad Saw mencap batil semua kebiasaan dan takhayul dari era pra-Islam berdasarkan ayat-ayat Alquran dan perintah Ilahi. Dia menolak rasisme dan menyerukan kebebasan dan martabat bagi budak. Selama 23 tahun risalahnya, Nabi (saw) pada berbagai kesempatan dan peluang memperingatkan orang-orang Arab agar tidak membual tentang kesombongan nasab keturunan dan kesukuan.

Rasul pasca penaklukan Mekah (Fathu Makkah) dan di pidatonya paling sensitif, memperingatkan masyarakat untuk menjahui diskriminasi rasial dan menyatakan, “Wahai manusia! Sadarlah bahwa Allah Swt Satu dan ayah kalian juga satu (Nabi Adam as). Oleh karena itu, ketahuilah bahwa bukan Arab atau ajam atau sebaliknya, dan bukan hitam atau putih dan sebaliknya, tidak ada keunggulang masing-masing, kecuali takwa. Apakah hal ini telah aku sampaikan? Mereka menjawab, Benar. Nabi kemudian bersabda, sampaikan hal ini kepada mereka yang tidak hadir.”

Di antara sahabat nabi ada yang dari kulit hitam dan termasuk sahabat terdekat Nabi. Sementara Nabi juga memujinya. Misalnya Rasul sangat mencintai Bilal Habasyi dan memuji suara merdu Bilal. Bilal sahabat nabi berkulit hitam dan awalnya ia seorang budak yang disiksa kaum Quraish karena beriman.

Setelah penaklukan kota Mekah, Nabi meminta Bilal naik ke atas Ka’bah dan mengumandangkan azan. Rasul menyebut Bilal sebagai salah satu penghuni surga karena ketakwaannya. Nabi berulang kali bersabda, “Surga rindu kepada tiga orang, Ali, Ammar dan Bilal.” Atau di hadis lain, Nabi bersabda, “Tiga orang kulit hitam penghulu surga, Luqman Hakim, Najashi dan Bilal Habasyi. Nabi senantiasa duduk dan berinteraksi dengan orang beriman seperti Salman, Abu Dzar, Bilal dan lainnya...tidak ada bedanya bagi Nabi orang beriman ini keturunan mulia atau orang miskin, kulit berwarna atau kulit putih.

Suatu hari, seorang budak kulit hitam berselisih dengan Abdul Rahman bin Auf, salah satu pemuka Arab. Abdul Rahman menjadi marah dan berkata kepada budak itu: “Hai anak hitam! Ketika Nabi (saw) mendengar ini, dia kesal dan berkata: "Tidak ada anak kulit putih lebih unggul dari anak kulit hitam kecuali dalam kebenaran (takwa).

Perilaku indah Rasul terhadap berbagai lapisan masyarakat, ras dan kulit berwarna membuat orang-orang sombong menjadi kesal dan mengadu kepada Rasul. Suatu hari para pemimpin Quraisy dengan marah mendatang Nabi dan berkata, “Wahai Muhammad! Apakah kamu senang dengan orang-orang ini dan berharap kami mengikuti mereka serta duduk bareng dengan mereka? Jika kamu menjauhkan mereka dari dirimu, mungkin kita akan bersamamu dan mengikutimu serta kami akan menjadi sahabatmu.”

Saat itu turunlah ayat 52 Surah al-An’am kepada Nabi yang artinya, “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya....” Di ayat ini Allah Swt kembali menyatakan bahwa tolok ukur keunggulan manusia bukan kemiskinan, ras atau warna kulit tapi takwa dan amal saleh. Rasul hingga akhir hayatnya tetap komitmen dengan jalan ini dan tidak pernah tunduk kepada tuntutan orang congkak dan kaum Quraisy. Rasul sangat ramah, bermuka manis dan tersenyum ketika menghadapi orang-orang beriman. Beliau tak segan-segan berinteraksi dan duduk bersama pelayan, orang miskin dan mereka yang memiliki warna kulit berbeda. Tak hanya itu, Rasul juga duduk dan makan bersama mereka.

Bukan hanya Rasul, tapi Ahlul Baitnya pun merupakan penentang keras rasisme, diskriminasi dan kesukuan. Para pemberi hidayah ini bertindak sesuai dengan ajaran al-Quran dan sirah Nabi Muhammad Saw serta menyerukan kebahagiaan dan kebaikan. Mereka meyakini bahwa tolok ukur keutamaan mansuia adalah takwa dan amal saleh.


Imam Ali as pemuka keadilan dan penentang perbudakan. Beliau membeli lebih dari seribu budak dan kemudian membebaskannya. Imam Ali as selama lima tahun pemerintahannya dan mengadapi keragaman etnis, bahasa, warna kulit dan berbagai wilayah, mengerahkan segenap upayanya untuk menegakkan keadilan.

Dalam hal ini, Imam Ali sangat keras terhadap bawahannya dalam berurusan dengan masyarakat. Di suratnya beliau menekankan bawahannya untuk memperhatikan keadilan dan prinsip kehormatan manusia. Di salah satu instruksinya kepada Malik al-Asytar, Imam Ali berkata, Wahai Malik! Biasakanlah hati Anda dengan belas kasihan bagi rakyat Anda dan kasih sayang dan keramahan bagi mereka. Jangan berdiri di atas mereka seperti hewan rakus yang merasa cukup untuk menelan mereka, karena mereka itu adalah salah satu dari dua jenis, saudara Anda dalam agama atau sesama Anda dalam ciptaan. Mereka mungkin bertindak salah, dengan sengaja atau karena lalai. Maka ulurkanlah kepada mereka keampunan dan maaf Anda, sebagaimana Anda menyukai Allah mengulurkan keampunan dan maaf-Nya kepada Anda, karena Anda di atas mereka dan imam Anda yang bertanggung jawab adalah di atas Anda, sementara Allah di atas orang yang telah mengangkat Anda. la (Allah) menghendaki Anda mengelola urusan mereka (rakyat) dan menguji Anda melalui mereka.”

Meski sepintas ungkapan ini seperti perintah moral, namun hal ini menunjukkan puncak kasih sayang Imam Ali terhadap berbagai kaum dan etnis serta rakyat.

Di pembagian harta baitul mal dan bantuan kepara kaum miskin, Imam Ali tidak pernah melakukan diskriminasi. Suatu hari dua perempuan, satu Arab dan lainnya non Arab mendatangi Imam Ali dan meminta bantuan. Imam memberi masing-masing uang dan makanan yang sama. Wanita Arab berkata kepada Imam Ali, “Aku dari keteturunan Arab dan perempuan tersebut non Arab! Imam berkata, Aku bersumpah! Aku tidak membedakan Arab dan non Arab di pembagian harta ini.

Suatu hari, semua orang pergi ke padang pasir untuk berdoa meminta hujan. Doa semua orang sudah berakhir, tetapi hujan tidak turun. Seorang budak hitam di puncak bukit, jauh dari mata semua orang, sujud dan mulai berdoa. Ia belum bangun dari sujudnya kemudian hujan turun. Dia adalah seorang mukmin dan salah satu hamba serta sahabat Imam Sajjad as.

Siapa pun yang menetapkan karakter dan perilaku Ahlul Bait as sebagai panutannya, akan mencapai ketakwaan dan kedekatan dengan Tuhan. Apakah itu kulit hitam atau putih; Ya, Tuhan menjawab doa dengan hati yang tulus dan tulus lebih cepat. Jawn bin Huwai  juga seorang budak kulit hitam yang meminta syahid bagi Allah di bawah jejak Imam Hussein (AS) dan Tuhan menjawab doanya.

Jawn bin Huwai salah satu sahabat Imam Husain as yang mendatangi beliau di hari Asyura dan meminta ijin untuk berperang. Imam Husein as dengan penuh kasih sayang berkata, “Kamu tidak harus berperang, jangan membuat dirimu sulit. Jawn berkata, Wahai pemimpinku! Aku dalam kondisi senang dan aku biarkan kamu dalam kesulitan! Aku bersumpah, meski bau badanku busuk dan warna kulitku hitam serta keturunanku bukan mulia, tapi Anda wahai Imamku membuat bau badanku wangi dan warna kulitku menjadi putih serta menjanjikan surga! Aku bersumpah, tidak akan berpisah darimu hingga darah hitamku bergabung dengan darah muliamu.

Imam Husein as yang mendengar perkataan Jawn ini akhirnya mengijinkan ia untuk berperang dan kemudian ia berperang dengan gagah berani serta meraih cawan syahadah. Imam Husein mendatangi jenazah Jawn dan berkata, Ya Allah! Putihkan warna wajahnya dan jadikan baunya wangi serta kumpulkan ia bersama orang-orang baik serta kenalkan dan kumpulkan ia bersama Muhammad serta keluarganya. Saat itu, wajah Jawn menjadi putih dan baunya wangi.

Benar di sirah Ahlul Bait, warna kulit tidak bermasalah, dan juga ras. Hanya hati yang bercahaya yang rindu kepada Allah yang berharga.

 

Sabar adalah menahan diri dari kesulitan, tidak berbuat sesuatu secara tergesa-gesa, dan menghindari segala sesuatu di luar tuntunan akal serta syariat agama. Sementara sabur adalah orang yang tidak kehilangan pijakan saat ditimpa kesulitan, maupun saat diliputi kebahagiaan hidup.

Hidup di zaman modern ini banyak pasang surutnya. Sebagian orang mengatakan, hidup di zaman sekarang sungguh sulit. Di abad ke-21 ini dunia di sekitar kita berubah sangat cepat, jika kita tidak bisa mengikutinya, maka kita akan terseret ke dalam kesulitan. Banyak orang karena tidak mampu menahan kesulitan, dan permasalahan, mereka mengalami depresi atau sebagian terpaksa dirawat di rumah sakit.
 
Saat diterpa kesulitan, saat kita kehilangan orang yang kita cintai, saat tekanan finansial sedemikian menekan kita, saat penyakit mendatangi kita, saat kita lemah dan gagal menyelesaikan masalah, bagaimana bisa kita menghadapinya ?  Orang-orang tua kita selalu menganjurkan untuk bersabar dalam menghadapi segala kesulitan dan masalah.
 
Dari sudut pandang psikologis, sabar dan menahan diri adalah batas tipis antara menjadi semakin kuat setelah sebuah kejadian, atau semakin lemah. Tentu kita pernah menyaksikan pengalaman orang yang diterpa berbagai peristiwa sulit dan menyedihkan. Orang-orang cacat, menderita penyakit kronis, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan posisi atau kekayaan, atau masalah-masalah serupa ini.
 
Sesuatu yang menjadi kesamaan di antara mereka adalah semuanya memandang permasalahan utama dan pahitnya kehidupan, sama seperti sebuah titik balik. Kesulitan-kesulitan hidup ini bagi mereka layaknya papan loncat yang melemparkannya ke kehidupan yang lebih baik dan berbeda.
 
Mereka memperkuat jiwa dengan kesabaran, menahan diri dan berharap kepada Tuhan, serta menyelesaikan masalah, kemudian setelah berhasil melalui berbagai kesulitan, diri mereka menjadi lebih kuat, bahkan mencapai rasa percaya diri yang lebih besar.
 
Sabar, dan pujian atas orang yang sabar bukan hanya ditekankan oleh psikologi modern, tapi juga oleh agama-agama utama sejak ribuan tahun lalu. Salah satu ajaran utama Islam adalah meningkatkan keutamaan manusia seperti sabar dan menahan diri. Dalam pandangan Al Quran dan hadis, sabar punya banyak keutamaan, dan membawa dampak pribadi dan masyarakat yang tidak sedikit.
 
Al Quran di banyak ayatnya menggunakan istilah “Allahu Maa Shabirin” atau Allah bersama orang-orang sabar, dan “Innallaha Yuhibbu Al Shabirin” atau Allah menyukai orang-orang sabar, dan istilah-istilah lain seperti Allah akan memberikan ganjaran bagi mereka yang bersama orang sabar, dan mereka yang sangat mencintai orang sabar.
Kata Sabr dan turunannya 103 kali digunakan di dalam Al Quran, hal ini menunjukkan betapa pentingnya sabar dalam akhlak di sisi Allah Swt.
 
Allah Swt menciptakan dunia ini sedemikian rupa sehingga kelezatan dunia selalu dibarengi dengan penderitaan dan kerja keras. Di dunia ini tidak ada keberhasilan tanpa disertai penderitaan, tidak ada kesehatan tanpa sakit, tidak ada kegembiraan tanpa kesedihan, tidak ada kesejahteraan tanpa kesulitan, tidak ada pertemuan tanpa perpisahan, tidak ada hubungan tanpa jarak pemisah, dan tidak ada ketenangan tanpa ketakutan.
 
Segala kesulitan ada untuk membentuk manusia, dan membangun ketakwaannya. Di dalam kesulitan, manusia mukmin dan penyembah Tuhan, bergerak ke arah Tuhan, dan tanpa menggerutu dan merasa tidak puas, memohon kesabaran dan kebebasan dari kesulitan. Kesabaran inilah yang akan mendatangkan pahala dan ganjaran melimpah dari sisi Tuhan. Di dalam ajaran Islam, berbagai permasalahan hidup dan kesulitan adalah sarana untuk memoles dan memurnikan diri manusia, dan kesabaran adalah sikap terpuji manusia.
 
Allah Swt di Surat Al Baqarah ayat 155-157 berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
 

Orang-orang yang hanya hidup dalam kemudahan, dan tidak pernah menderita, tidak pernah diuji oleh berbagai permasalahan, saat dijauhkan dari semua fasilitas yang dimilikinya, ia tidak akan mampu menahan beratnya kesulitan hidup, dan tidak akan mampu melaksanakan kewajiban manusia bahkan yang paling sederhana sekalipun. Hanya orang-orag sabar sajalah yang akan mampu mengatasi kegagalan. Kisah kesabaran Nabi Ayub as sangat mendidik, Al Quran menyebut kesabaran Nabi Ayub sebagai “Sabrun Jamilun” atau kesabaran yang indah.

 
Nabi Ayub as adalah keturunan Nabi Ibrahim as, dan merupakan cucu Nabi Ishaq as. Nabi Ayub sukses dalam peternakan dan memiliki sangat banyak kambing, unta dan sapi, beliau dianugerahi kekayaan yang sangat melimpah, ditambah pertanian yang luas, sawah, taman, pengawal, penggembala, dan anak-anak yang banyak. Akan tetapi semua upayanya hanya dicurahkan untuk menegakkan keadilan, hak Ilahi dan hak rakyat, dibarengi dengan rasa syukur atas nikmat Tuhan, dan urusan materi tidak pernah sekalipun menjauhkannya dari ibadah dan penyembahan kepada Tuhan.
 
Beliau selalu berada di samping anak-anak yatim, dan membantu fakir miskin. Nabi Ayub memiliki tujuh putra dan tiga putri, beliau selalu bersyukur atas limpahan nikmat Tuhan ini, beliau selalu melaksanakan kewajiban agama dan kemanusiaannya secara optimal.
 
Iblis iri hati melihat ibadah dan penghambaan Nabi Ayub, dan kepada Allah Swt ia berkata, syukur Ayub tidak bersumber dari ketulusan, tapi karena ia mendapatkan kenikmatan terbaik dari Tuhan. Untuk membuktikan ketulusan Nabi Ayub, Allah Swt pertama mengambil kekayaan dan anak-anaknya, lalu mengirim penyakit kronis yang menyerang sekujur tubuhnya. Penduduk kota memalingkan muka dari Nabi Ayub, dan untuk mencegah penularan penyakit yang diderita Nabi Ayub, mereka membawanya keluar dari kota.
 
Nabi Ayub selama tujuh tahun hidup dalam penderitaan yang luar biasa besar, akan tetapi semua kesulitan ini bukan saja tidak berhasil mengurangi rasa syukur Nabi Ayub, bahkan semakin meneguhkannya untuk bersyukur kepada Tuhan.
 
Selama didera penderitaan ini, tiga orang beriman mendatangi Nabi Ayub dan mengatakan bahwa semua ini adalah balasan atas perbuatannya dari sisi Tuhan, sehingga membuat Nabi Ayub bersedih. Kemudian tekanan psikologis mulai menerpa Nabi Ayub, sampai beliau menyeru Allah Swt, Ya Allah keburukan dan masalah mendatangiku, Engkau adalah yang paling baik di antara yang baik. Beliau tidak mengatakan, Ya Allah Engkau telah membuaku sakit, dan tidak berbelas kasih kepadaku, tapi melalui doa, beliau menyampaikan maksudnya dengan indah.
 
Di dalam Al Quran dijelaskan bahwa Allah Swt berfirman kepada Nabi Ayub, injakkan kakimu ke bumi, gunakan air yang keluar dari mata air ini untuk membasuh dan untuk minum, dan kami kembalikan semua anggota keluarga kepadanya, dan menambahnya, sehingga menjadi rahmat dari sisi Kami, sebagai pengingat bagi mereka yang berpikir.
 
Di ayat lain Allah Swt berfirman, Kami mendapati Ayub orang yang sabar dan menahan diri, dia hamba yang sangat baik, sebaik-sebaiknya orang yang kembali kepada Tuhan. Ayub kembali mendapatkan kesehatannya, dan kembali muda, semua kembali seperti semula, dan semua yang hilang darinya kembali dengan bentuk yang lebih baik, dan bertambah banyak. Semua ini dikarenakan sabar dan doa saat didera kesulitan.  
 
Benar, sabar adalah tanda tekad kuat seorang manusia. Sabar mencegah manusia dari kekalahan, dan perbuatan menyimpang. Imam Ali as berkata, kedudukan sabar bagi iman, seperti kepala bagi tubuh, tidak ada kebaikan bagi tubuh tanpa kepala, begitu juga tidak ada kebaikan bagi keimanan tanpa sabar, maka bersabarlah. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa sabar adalah inti dari semua kebaikan.
 
Manusia beriman mengetahui bahwa kesulitan adalah untuk menguji dan membentuk mereka. Dalam hidup mereka sangat bertawakal kepada Tuhan, dan selalu bersabar serta berdoa, mereka punya keyakinan bahwa Allah Swt dalam kondisi apapun tidak akan pernah meninggalkan mereka sendirian.

 

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam sebuah kejahatan dan tindakan ilegal, memerintahkan pembunuhan Komandan Pasukan Quds IRGC, Letnan Jenderal Qasem Soleimani dan Wakil Komandan Hashd al-Shaabi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis serta rombongan mereka di Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020.

Kejahatan AS ini merupakan contoh nyata dari terorisme negara dan sebuah tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Aksi barbar ini mendapat banyak kritik dan kecaman dari seluruh dunia. Pelapor Khusus PBB, Agnes Callamard dalam sebuah laporan pada 7 Juli 2020 menyebut pembunuhan Letjen Soleimani oleh AS sebagai tindakan ilegal dan sewenang-wenang menurut hukum internasional.

“Tidak ada bukti yang diberikan bahwa Jenderal Soleimani secara khusus merencanakan serangan segera terhadap kepentingan AS, khususnya di Irak sehingga tindakan segera diperlukan dan dapat dibenarkan,” ujarnya.

Mengenai eksekusi di luar hukum, aksi tergesa-gesa atau sewenang-wenang, Callamard menegaskan kami tidak menemukan bukti apapun untuk membenarkan klaim AS. “Karena serangan Januari di Baghdad terjadi tanpa persetujuan Irak, ini juga melanggar kedaulatan Irak,” tegasnya.

Pelapor Khusus PBB ini menandaskan serangan AS di Irak melanggar Piagam PBB yang melarang ancaman atau penggunaan kekuatan. Dia menyerukan kepada semua anggota untuk menghormati kedaulatan, integritas wilayah, dan independensi politik negara-negara lain.

Dalam laporannya, Callamard menyerukan pembatasan baru seputar penggunaan pesawat tanpa awak (drone), dan mengatakan kombinasi efisiensi dan teknologi canggih menimbulkan pertanyaan moral dan hukum yang rumit yang belum dijawab oleh komunitas internasional.

Laporan Callamard mendapat tanggapan keras dari pemerintah AS. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus dalam sebuah statemen pada 8 Juli, dengan nada marah mengkritik laporan PBB yang menyebut pembunuhan Letjen Soleimani sebagai tindakan ilegal.

Syahid Qasem Soleimani (kiri) dan Syahid Abu Mahdi al-Muhandis.
Callamard dalam sebuah wawancara eksklusif dengan televisi Al Mayadeen pada 12 Juli, kembali menegaskan bahwa AS telah melanggar Piagam PBB dengan meneror Letjen Soleimani. “Tindakan AS pada Januari 2020 dalam meneror seorang pejabat tinggi sebuah negara di negara ketiga merupakan sebuah perkembangan yang berbahaya di kancah internasional,” jelasnya.

Pelapor Khusus PBB ini menyebut aksi teror itu sebagai pelanggaran terhadap semua prinsip dan mengatakan bahwa AS telah membelokkan definisi "bahaya yang sudah dekat,” dan Letjen Soleimani bahkan bukan bahaya yang sudah dekat sehingga AS perlu mengambil tindakan untuk melawannya.

Ketika ditanya tentang apa yang akan terjadi jika peristiwa yang menimpa Jenderal Soleimani terjadi di Barat? Callamard menuturkan, “Pembunuhan Jenderal Soleimani merupakan sebuah perkembangan penting di ranah hukum internasional dan hubungan internasional. Jika seorang pejabat tinggi dari salah satu negara yang dianggap demokratis dibunuh dengan cara ini, saya pikir kita bisa menganggap negara peneror telah melakukan aksi bermusuhan dan deklarasi perang.”

“Selama empat atau lima tahun terakhir, Jenderal Soleimani memainkan peran efektif dan penting dalam perang menumpas Daesh, yang dianggap oleh Dewan Keamanan PBB sebagai organisasi teroris,” tandasnya.

Berdasarkan keterangan Departemen Pertahanan AS, perintah pembunuhan Syahid Soleimani dikeluarkan oleh Trump. Dia beralasan bahwa Letjen Soleimani datang ke Irak untuk merancang serangan terhadap kepentingan AS di negara itu dan tindakan AS merupakan sebuah aksi pencegahan.

Namun para pejabat tinggi Irak menolak klaim tersebut. Perdana Menteri Irak waktu itu, Adel Abdul Mahdi dalam pertemuan dengan parlemen pada 5 Januari 2020 mengatakan, Letjen Soleimani datang ke Baghdad untuk menyampaikan jawaban Iran kepada surat yang sebelumnya dikirim oleh Arab Saudi.

Pernyataan ini telah menyingkap kebohongan AS dan kemudian sebuah fakta baru menunjukkan bahwa Washington sudah merencanakan pembunuhan Letjen Soleimani sejak tujuh bulan sebelumnya dan menunggu momen yang tepat untuk menjalankan rencana keji ini.

Agnes Callamard.
Televisi NBC AS pada 13 Januari lalu melaporkan bahwa Presiden Trump pada Juni 2019 telah mengeluarkan perintah bersyarat untuk meneror Letjen Soleimani.

Setelah drone Global Hawk AS ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Iran, Trump memberikan perintah bahwa jika serangan pasukan Iran atau kelompok afiliasinya menyebabkan tentara atau warga Amerika tewas, maka Letjen Soleimani akan menjadi target tentara AS.

Pasca kejadian itu, Trump – tanpa memberikan bukti apapun – mengklaim bahwa Letjen Soleimani dibunuh karena menjadi ancaman segera bagi pasukan AS dan merencanakan serangan terhadap empat kedutaan AS. Namun, statemen para petinggi AS dan juga laporan resmi Gedung Putih bertentangan dengan klaim yang dibuat oleh Trump.

Agnes Callamard juga menekankan dalam laporannya bahwa pemerintah AS untuk pertama kalinya menggunakan prinsip pertahanan diri demi membenarkan serangan terhadap pejabat pemerintah di negara ketiga, di mana ini merupakan tindakan ilegal.

Sebenarnya dalam pandangan para penasihat militer dan keamanan Trump, kebersamaan Letjen Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis di Baghdad – sebagai dua komandan kunci Iran dan Irak dalam perang menumpas Daesh – merupakan sebuah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. Oleh sebab itu, AS kemudian melakukan sebuah kejahatan besar dan tindakan pengecut dengan menyerang kendaraan yang membawa Letjen Soleimani dan rombongan.

Dengan melihat sikap yang diambil oleh pelapor khusus PBB, maka tidak ada lagi keraguan bahwa pemerintahan Trump adalah pelanggar utama hukum internasional dan akan mengabaikan semua hukum dan norma demi menjalankan kebijakan arogan AS.

Laporan Callamard dibahas oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada 9 Juli lalu. Namun, AS telah keluar dari keanggotaan Dewan sejak dua tahun lalu untuk memprotes laporan anti-Israel yang diterbitkannya.

Di akhir pertemuan, anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengecam penggunaan drone untuk melakukan aksi teror dan juga mengecam tindakan teror yang melanggar hukum internasional. Sikap kompak Dewan dapat dianggap sebagai kegagalan lain bagi pemerintahan Trump dalam membujuk komunitas internasional untuk mendukung aksi-aksi ilegal mereka.

Callamard dalam laporannya kepada Dewan HAM PBB, mengatakan penyebaran drone di berbagai belahan dunia adalah masalah yang sangat berbahaya bagi keamanan internasional. Ada pelanggaran dalam hubungannya dengan operasi yang melibatkan drone.

AS telah meningkatkan operasi penggunaan drone sejak era pemerintahan Barack Obama. Washington kemudian meluncurkan serangan drone di seluruh dunia. Serangan dengan dalih perang kontraterorisme ini telah menewaskan puluhan warga sipil, dan Washington berusaha menjustifikasi aksi ini dengan mengatakan bahwa itu adalah risiko dari sebuah serangan.


Dalam pertemuan tersebut, Perwakilan Uni Eropa untuk Dewan HAM PBB, mengatakan penggunaan drone dalam operasi pembunuhan, tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat diterima. Perwakilan Kuba memandang pembunuhan Letjen Soleimani sebagai pelanggaran terhadap Piagam PBB. Bahkan sekutu AS di Eropa, tidak setuju dengan tindakan pemerintahan Trump. “Pembunuhan di luar kerangka hukum akan menimbulkan bahaya besar di tingkat internasional," kata duta besar Belanda untuk Dewan HAM PBB.

Setelah pertemuan itu, Washington kembali mengulangi tudingan tak berdasar terhadap Letjen Soleimani dan mengkritik laporan yang disusun oleh pelapor khusus PBB. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, “Kami menolak laporan palsu dari pelapor khusus PBB tentang pembunuhan terarah melalui drone bersenjata terhadap Jenderal Iran Qasem Soleimani. AS selalu bersikap transparan mengenai prinsip-prinsip hukum internasional dalam serangan dan akan selalu bertindak untuk melindungi Amerika Serikat.”

Namun, Pompeo dan para pejabat AS lainnya tidak pernah menyinggung hukum dan aturan internasional yang membenarkan mereka melakukan tindakan pengecut tersebut.

Pada dasarnya, ketika seorang pejabat senior PBB secara eksplisit menyatakan bahwa tindakan Trump meneror Jenderal Soleimani sebagai ilegal, dapatkah Washington mengklaim tindakannya legal? AS rupanya memandang dirinya sebagai jaksa, hakim, dan petugas pelaksana hukuman.

Pendekatan ini menunjukkan bahwa AS – dengan mengandalkan kekuatan militer dan ekonominya –  melegalkan tindakan apapun demi kepentingannya dan mengabaikan aturan dan norma-norma hukum internasional serta Piagam PBB. 

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…