کمالوندی

کمالوندی

 

Alkisah, salah satu dari teman Bahlul berkata: “Wahai Bahlul! Jika saya makan buah anggur, apakah itu haram? Bahlul bilang tidak! Dia bertanya lagi: “Jika setelah makan anggur  saya berbaring  berjemur, apakah itu haram?” Bahlul: Tidak! Dia pun bertanya lagi: “Kalau begitu, bagaimana bisa, jika kita memasukkan buah anggur ke dalam mangkuk dan meletakkannya di bawah sinar matahari dan meminumnya setelah beberapa saat itu haram?”

Bahlul berkata: Lihat! Aku sedang menyiramkan air dimuka Anda. Apakah kamu merasa sakit? Dia berkata: Tidak! Bahlul berkata: “Sekarang, saya menaruh tanah yang lembut di pipi Anda.” Apakah kamu merasa sakit? Dia berkata: Tidak! Lalu dia mencampur tanah dan air bersama-sama dan membuat bola lumpur dan dengan keras memukulkannya ke dahi pria itu!

Pria itu menjerit kesakitan dan berkata: “Ah.. Kepalaku berdarah!” Bahlul berkata dengan heran: “Kenapa? Aku tidak melakukan apa-apa! Bola ini bukannya hanya berupa campuran air dan tanah yang sama, dan Anda seharusnya tidak merasakan sakit.”

Akhirnya teman Bahlul pun sadar bahwa apa yang telah dikatakan sebelumnya itu tidaklah benar, karena hukum syariat yang telah ditentukan oleh Allah SWT kepada umat manusia itu berdasarkan subjeknya, ketika anggur berubah menjadi sesuatu yang lain dan membahayakan manusia secara ruh ataupun materialnya maka sudah pasti itu diharamkan oleh Allah SWT.

Kamis, 30 April 2020 00:46

Kenapa Kita Tidak Melihat Tuhan?

 

Diceritakan bahwa seorang murid bertanya kepada gurunya: Guru! Jika Anda menunjukkan kepada saya Tuhan, saya akan menyembah-Nya, dan sebelum saya melihat Tuhan, saya tidak akan menyembahnya.”

Guru itu pergi ke belakang kelas dan memberi tahu muridnya, “Apakah kamu melihat saya?”

Murid itu menjawab: “Tidak guru! Saat kau di belakangku, aku pasti tidak melihatmu.”

Guru itu pun pergi ke sampingnya, menatapnya dan berkata:

Kamu tidak akan pernah melihat Tuhan sampai kamu berpaling kepada-Nya.

 

Diceritakan bahwa Nabi Isa (as) duduk di tengah kerumunan, kemudian datanglah seorang pria pemotong kayu yang melewati jalan itu sedang merasa bahagia sambil makan roti, nabi Isa (as) pun bertanya kepada sahabat yang ada di sekelilingnya: “Apakah kalian tidak terkejut bahwa pria ini tidak akan hidup lebih dari satu jam.”

Tapi mereka terkejut ketika melihat orang tersebut pada penghujung hari masih tetap hidup dengan membawa seikat kayu bakar, dan kemudian mereka pun bertanya perihal belum meninggalnya orang ini kepada Nabi (as).  Setelah beliau mengucap salam kemudian berkata kepada penebang kayu: “Bukalah pengikat kayu bakarmu, saat dia membukanya, dia melihat ular hitam berada di sela-sela kayu bakarnya, Nabi (as) berkata: “Ular itu seharusnya sudah membunuh orang ini, tapi apa yang kamu lakukan sehingga selamat dari bahaya besar ini?”

Dia berkata: “Saat saya sedang makan roti, seorang miskin lewat di depan saya, saya memberinya sedikit, dan dia berdoa untuk saya.”

Nabi (as) berkata: “Akibat dari do’a orang miskin ini Tuhan mengangkat musibahmu dan kamu akan hidup lima puluh tahun lagi.”

Kamis, 30 April 2020 00:40

Hadist Nabi SAW Tentang Menuntut Ilmu

 

Nabi Muhammad (SAW) bersabda:

اَلْعِلْمُ حَیاةُ الاِسْلامِ وَ عِمادُ الاْیمانِ وَ مَنْ عَلِمَ عِلْما اَتـَمَّ اللّه‏ لَهُ اَجْرَهُ وَ مَنْ تَعَلَّمَ فَعَمِلَ عَلَّمَهُ اللّه‏ ما لَمْ یَعْلَمْ.

Artinya : “Ilmu pengetahuan adalah kehidupan Islam dan dasar iman. Dan siapapun yang menimba Ilmu, Allah SWT akan menyempurnakan pahalanya dan setiap orang yang belajar dan mengamalkannya, Allah SWT akan mengajarkan kepadanya apa yang tidak ia ketahui.”

Kamis, 30 April 2020 00:38

Kisah Antara Si Miskin dan Si Kikir

 

Dikisahkan seorang miskin datang ke rumah tetangganya yang kikir dan berkata, “Saya mendengar Anda bernazar akan memberikan sedikit uang Anda kepada orang yang membutuhkan, dan saya sekarang sedang sangat membutuhkan bantuan Anda, maka berilah saya sesuatu!”

Si kikir menjawab, “Aku bernazar untuk orang-orang buta.”

Si miskin itu menimpali, “Saya juga orang buta.

Jika saya bisa melihat, maka tidak mungkin saya datang dari pintu rumah Tuhan 

Kamis, 30 April 2020 00:18

Pentingnya Do’a Seorang Ibu

 

Alkisah, seorang Arif besar bernama Bayazid Bastami ditanya: “Bagaimana Anda memperoleh kedudukan yang agung ini? Pada suatu malam, ibuku meminta air kepadaku. Aku lihat disekeliling tidak ada air di rumah. Kemudian aku mengambil kendi air dan pergi ke mata air untuk aku bawa ke rumah. Ketika aku kembali, ibuku telah tertidur. Akhirnya aku berkata kepada diri sendiri, “Jika aku bangunkan, aku akan merasa bersalah, lalu aku berdiri menunggu sampai ibu terbangun. Saat fajar, dia bangun dari tidurnya dan bertanya, “Kenapa kamu berdiri?” lalu Aku menceritakannya. Dia berdiri untuk melakukan sholat, dan setelah menunaikan sholat, dia berdoa dan berkata: “Ya Tuhan! Sebagaimana Engkau menjadikan anak ini hebat dan penuh kasih, maka jadikanlah dia pula hebat dan dicintai di tengah manusia.”

Dari cerita di atas dapat disimpulkan bahwa mendapatkan keridhoaan seorang ibu dapat membawa seseorang ke kedudukan spritual yang tinggi. Seperti tokoh sufi tersohor Bayazid Busthami yang tak asing lagi bagi para penimba ilmu tasawuf khususnya tasawuf falsafi.

Bayazid Busthami wafat sekitar tahun 261 H. Ia dikenal sebagai sufi pertama yang membawa ajaran al-fana, al-baqa dan al -ttihad, yakni suatu ajaran yang mengenal paham meniadakan diri (jasmani), yang mana kesadaran ruhani merupakan hal yang kekal saat bersatu dengan-Nya.

 

Alkisah, seorang bijak membawakan sebuah kotak besar yang penuh dengan bahan makanan, uang dan emas ke rumah seorang wanita yang mempunyai beberapa bayi.

Saat wanita tersebut melihat paket makanan dan uang, diapun mulai mencemooh suaminya dengan berkata, “Suami saya adalah seorang pandai besi yang karena kebodohannya telah kehilangan tangan kanan dan setengah wajahnya dalam sebuah kecelakaan di bengkel pandai besi, dan setelah kecelakaan tersebut untuk kesembuhannya dia harus istirahat dan berdiam di rumah. Saya sempat  berbicara dengannya beberapa kali untuk kembali bekerja saat dia masih sakit, tapi bukannya kembali bekerja di pandai besi, dia mengatakan bahwa dia tidak bisa lagi melakukan hal itu dengan tubuh seperti ini dan memutuskan untuk pergi mencari pekerjaan lain. Saat Saya melihat bahwa dia sudah tidak lagi berguna bagi kami, saya memanggil saudara laki-laki saya dan dengan bantuan mereka, kami mengusirnya dari rumah dan desa, agar setidaknya kita tidak menanggung biaya tambahannya. Setelah kepergiannya kondisi kita semakin buruk dan yang lainnya pun menjauhi kami. Dan hari ini, ketika Anda memberi kami paket makanan dan uang ini, kami sangat membutuhkannya. Saya berharap semua manusia dapat seperti Anda yang sangat pengertian dan suka menolong!”

Orang bijak itu tersenyum dan berkata, “Sebenarnya bukan saya yang mengirimkan paket ini, seorang salesman datang ke sekolah kami pagi ini dan memintaku untuk memberikan ini dan untuk melihat Anda apakah baik-baik saja atau tidak, itu saja!”

Setelah mengatakan hal tersebut, orang bijak tersebut mengucapkan selamat tinggal kepada wanita itu segera pergi dari rumahnya. Tapi kemudian wanita itu segera memanggil kembali dan bertanya: “Saya lupa untuk mengatakan bahwa apakah tangan kanan dan setengah dari wajah salesman ini telah terbakar!”

Kamis, 30 April 2020 00:12

Mengikuti Kehendak Tuhan

 

Alkisah seorang Zahid sedang sakit dan salah satu muridnya pun pergi membesuknya. Ketika sudah sampai ke rumahnya, muridnya pun kaget saat melihatnya dalam keadaan gembira dan lidahnya mengucapkan dzikir bersyukur dan memuji Tuhan.

Murid bertanya: “Apakah Anda ingin Tuhan menyembuhkan Anda?

Zahid menjawab: “Tidak.”

Murid: “Apakah Anda ingin tetap dalam keadaan sakit?”

Zahid menjawab: “Tidak.”

Murid: “Jadi apa yang Anda inginkan?”

Zahid: “Saya menginginkan apa yang diinginkan Tuhan.”

 

 “Unit Serikat Pekerja” dari gerakan Hizbullah Lebanon mengeluarkan pernyataan untuk mengucapkan selamat kepada Hari Buruh Internasional dan mengatakan bahwa situasi ekonomi buruk di Lebanon saat ini adalah hasil dari tiga puluh tahun kebijakan.

Menurut situs web Al-Ahd, para pekerja dunia, terutama para pekerja Lebanon, harus tahu bahwa para penindasan dan lalim dari rezim politik dan ekonomi yang otoriter dan penyimpangan harus bertanggung jawab atas tragedi saat ini yang telah menjadi krisis kemanusiaan dan keamanan serta kedamaiannya.

Pernyataan itu mengatakan bahwa apa yang terjadi di Lebanon hari ini adalah hasil dari pengalaman tiga puluh tahun dalam sistem politik dan ekonomi. Lebanon menjadi sasaran dikte asing, dan mereka yang mengikat kepentingan pribadi mereka dengan kepentingan Amerika di Lebanon untuk berkuasa. logika kedaulatan nasional mereka tinggalkan demi kedaulatan Amerika, dan lira Lebanon terdepresiasi demi dolar. Pengaruh politik dan ekonomi hanya membentuk suatu sistem korupsi, dan korupsi ini merambah ke berbagai organ.

Hizbullah menambahkan, bagaimanapun itu kita masih memiliki harapan dan bahwa sekarang ada pemerintah di Lebanon yang dapat bekerja dan bisa diharapkan untuk menyelamatkan negara.

Hizbullah menekankan: “Korupsi di Lebanon bertanggung jawab atas bencana sosial, ekonomi, dan mata pencaharian rakyat, dan penanganan krisis ini sangat penting dan merupakan sesuatu hal yang wajib. Tidak ada cara lain selain menghentikan korupsi di segala arah untuk membuka pintu  menyelesaikan krisis hidup. Dominasi korup harus dihilangkan di mana-mana, begitu juga dominasi dolar, yang bermain-main dengan nyawa rakyat, harus dihilangkan hilang.”

Rabu, 29 April 2020 23:38

Filosofi Hukum dalam Islam (7)

 

Kesucian tubuh dan jiwa sangat penting dalam shalat. Orang yang menunaikan shalat tentu saja harus memperhatikan pakaian yang dikenakannya dari najis dan hal lain yang membatalkannya. Selain itu, orang yang shalat juga harus memperhatikan kesucian jiwa dari kotoran dari dalam perkataan, perbuatan dan pikirannya.

Lebih jauh lagi, karena shalat merupakan ibadah yang memiliki tujuan, maka semua orang yang menunaikan shalat harus menghadirkan hatinya ketika menunaikan ibadah ini. Imam Sadiq berkata, "Siapapun yang shalat dua rakaat (dengan kehadiran hati) mengetahui apa yang dia katakan, maka ketika shalatnya selesai tidak akan ada dosa antara dia dan Tuhan." (Kafi 3/266/12).

Dalam shalat terdapat dua faktor, "khudhu" dan "khusyu", yang berperan penting dalam menciptakan dan memperkuat kehadiran hati. Khudhu yang berarti kerendahan hati, ketentraman dan ketenangan yang tampak nyata. Sedangkan khusyu adalah konsentrasi dengan ketulusan hati yang lahir dari ketaatan dan ketundukan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Al-Qur'an dalam surat Al-Mukminun ayat 1 dan 2, Allah swt berfirman, "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,".

Faktor penting lain yang berperan kunci dalam kualitas shalat adalah keikhlasan, yang merupakan tanda dibuangnya sega bentuk motif selain Tuhan, seperti riya, pamer dan motif-motif lainnya. Rasulullah Saw menjelaskan sebuah hadis Qudsi, "Setiap kali Aku [Allah swt] melihat hati hamba-Ku yang ikhlas dan ketaaannya dilakukan semata-mata demi meraih keridhaan-Ku, maka Aku akan mengatur segala urusannya." (Ghurar Al-Hikam, 8447)

Dalam hal ini, Nabi Muhammad Saw menjadi teladan dan tokoh panutan yang luar biasa bagi semua Muslim, terutama orang-orang yang bertakwa, sebagaimana ditegaskan dalam ayat 162 surat Al-Anam, "Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,". 

Jiwa yang suci dari segala kotoran batin, kerendahan hati, ketulusan batin, keikhlasan, dan ketulusan dalam ibadah, akan menghidupkan spirit keceriaan dan cinta dalam penyembahan ilahi, karena dia tidak merasakan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa dalam ibadah yang ditunaikannya.

Sayidina Ali Bin Abi Thalib dalam salah satu perkataaanya menjelaskan kehadiran hati dalam ibadah. Beliau dalam Khutbah 220 Nahjul Balaghah berkata, "Tuhanku, Engkau lebih dekat dari siapapun, dan lebih siap untuk memenuhi segala urusan orang-orang yang mempercayai-Mu. Engkau juga mengetahui tingkat kecintaan dan pengetahuan mereka mengenai-Mu. Rahasia batin mereka begitu jelas di hadapan-Mu dan hati mereka tidak sabar atas perpisahan. Jika kesepian membuat mereka takut, maka mengingat-Mu menyebabkan ketenangan dan ketentraman. Ketika kesulitan menimpa, mereka akan berlindung kepada-Mu,".

 


 

Dengan kondisi spiritual demikian, shalat ditunaikan dengan tenang dan tidak tergesa-gesa, bahkan mereka menikmati ibadah tersebut. Dalam kondisi demikian, mereka tidak akan pernah meninggalkan shalat, bahkan ketika kondisi paling sulit sekalipun, sehingga pertolongan ilahi dalam kepada mereka. 

Selama pertempuran Safin, salah satu sahabat Ali melihat bahwa Imam memandang matahari, lalu ia mendekati Imam dan berkata, "Apa yang Anda lakukan?" Beliau berkata, "Saya melihat matahari sudah menunjukkan waktu sholat tiba. Dia bertanya dengan nada terkejut, "Apakah mungkin shalat dalam kondisi seperti itu? Perang telah mencegah kita dari sholat,". Imam Ali berkata, "Mengapa kita memerangi tentara Mu'awiyah?  Apakah perang ini bukan untuk menjaga supaya sholat tetap ditunaikan?".

 


 

Sebagaimana ayahnya, Sayidina Ali Bin Abi Thalib; Sayidina Husein pada hari Asyura memandang langit ketika pertempuran berkecamuk. Beliau bersama sejumlah pengikutnya meninggalkan pertempuran dan menunaikan shalat hingga selesai, sementara sejumlah anggota pasukannya sedang bertempur melawan serangan besar tentara Yazid. (Bihar al-Anwar vol. 45 hal. 21)

Pesan pentingnya bahwa shalat dalam kondisi apapun tidak boleh ditinggalkan, bahkan di medan perang sekalipun. Selain itu, orang yang menunaikan shalat harus berpikir bahwa ini adalah shalat terakhir dan kematian mungkin tidak memberinya kesempatan lagi untuk menunainya.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…