کمالوندی

کمالوندی

 

Angkatan Bersenjata Iran menyebut kehadiran militer AS di Teluk Persia, Selat Hormuz dan Laut Oman sebagai gangguan bagi keamanan regional.

"Segala bentuk aksi ilegal dan provokatif musuh terhadap teritorial Iran akan ditindak tegas," kata angkatan bersenjata Republik Islam Iran dalam sebuah pernyataan hari Senin (27/4/2020).

"Pembentukan koalisi palsu yang dipimpin AS dengan dalih mempertahankan keselamatan kapal pelayaran internasional merupakan langkah provokatif yang berbahaya serta mengganggu perdamaian dan keamanan di kawasan," tegasnya. 

Angkatan bersenjata Iran kepada AS menekankan bahwa satu-satunya alternatif yang aman dan terjamin untuk menjaga perdamaian dan stabilitas keamanan Teluk Persia, Selat Hormuz dan Laut Oman adalah menarik pasukan AS dan sekutu mereka yang selama ini menjadi entitas pengganggu perdamaian dan keamanan.

"Republik Islam bukan pihak yang memulai konflik maupun friksi di kawasan, tetapi akan selalu mempertahankan integritas teritorialnya dengan kewaspasdaan, ketangguhan dan kekuatan penuh menghadapi setiap manuver dan provokasi musuh, termasuk Amerika Serikat," pungkasnya.

Sebelumnya, Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran, Mayjen Hossein Salami Kamis (23/4/2020) mengatakan unit maritim IRGC sudah diperintahkan untuk menyerang kapal perang pasukan Amerika yang mengancam kapal perang atau non-perang Iran.

Sehari sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menginstruksikan kepada pasukan Angkatan Laut (AL) AS untuk menghancurkan kapal Iran yang disebutnya mengganggu kapal-kapal Amerika.

"Saya telah menginstruksikan Angkatan Laut AS untuk menembak jatuh dan menghancurkan setiap kapal perang Iran jika mereka melecehkan kapal kami di laut," tulis Trump di akun twitternya.(

 

Presiden Republik Islam Iran, Hassan Rouhani menyebut intervensi AS di Asia Barat mengganggu keamanan, perdamaian, dan stabilitas di kawasan.

Presiden Iran dalam percakapan telepon dengan Presiden Cina Xi Jinping hari Senin (27/4/2020) mengatakan, perilaku berbahaya AS berpotensi menyulut instabilitas di Teluk Persia.

"Keamanan regional dan jalur perairan Teluk Persia sangat penting bagi Iran, tetapi  perilaku berisiko AS bisa mengganggu kestabilitas kawasan ini," ujar Rouhani. 

"Hari ini, dunia berada dalam situasi yang mengharuskan setiap orang saling membantu, bukan sebaliknya melanjutkan sanksi ilegal dan tidak manusiawi terhadap pihak lain," tegas Presiden Iran menyinggung sanksi AS terhadap negaranya. 

Sementara itu, Presiden Cina, Xi Jinping dalam percakapan telpon tersebut mengungkapkan, "Penurunan jumlah pasien dan tingkat kematian akibat Covid-19, serta peningkatan jumlah orang yang sembuh di Iran, menunjukkan bahwa program kesehatan di negara ini positif dan akurat,".

Presiden Cina juga memuji usulan keamanan Iran di kawasan dalam bentuk "Prakarsa Damai Hormuz", dan menilainya sebagai langkah penting bagi perdamaian dan stabilitas dunia.

Presiden Iran dan Cina juga menyebut hubungan antara kedua negara strategis dan khusus. Kedua pemimpin berharap hubungan perdagangan Tehran dan Beijing meningkat dari sebelumnya.

 

Komite Eksekutif Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat, mendesak pembebasan segera Mohammad Majed Hassan, seorang tahanan Palestina di penjara Israel yang telah didiagnosis dengan coronavirus (COVID-19).

Erekat mengatakan dalam sebuah tweet bahwa penahanan atas Hasan oleh otoritas pendudukan Israel adalah pelanggaran terang-terangan Israel di bawah hukum humaniter internasional.

Kami menilai Israel bertanggung jawab penuh atas hidupnya dan menuntut pembebasannya segera. ”

Lebih dari 15.000 kasus coronavirus telah dikonfirmasi di negara pendudukan Israel sejak dimulainya pandemi di negara itu pada bulan Februari.

Para pemimpin Palestina telah menyerukan pembebasan segera tahanan dalam penjara Israel untuk menyelamatkan hidup mereka mengingat pandemi yang menyebar luas.

 

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, mengkritik Israel atas niatnya untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat. Wilayah tersebut sedang berada di tengah wabah Covid-19 dan dapat menimbulkan risiko tinggi bagi komunitas Palestina.

Guterres menanggapi surat yang ditulis oleh Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmad Aboul Gheit, yang memperingatkan Israel yang memiliki motif akan mengeksploitasi pandemi Covid-19 untuk mencaplok bagian-bagian wilayah Palestina.

Sekjen PBB mengatakan tindakan Israel yang sepihak itu akan membahayakan negosiasi antara kedua kelompok, serta membunuh upaya lain demi terciptanya perjanjian damai.

Dia menambahkan bahwa semua elemen pemerintah harus bekerja sama untuk memerangi pandemi coronavirus. Pengambilan langkah-langkah sepihak dapat meningkatkan kekhawatiran atas situasi kesehatan di Jalur Gaza dan Yerusalem Timur.

Aboul Gheit sebelumnya mendesak PBB untuk mengambil tindakan serius Israel terhadap stabilitas dan keamanan regional.

 

Menkes Israel, Yaakov Litzman mengumumkan pengunduran dirinya dari pos Kementerian Kesehatan Tel Aviv.

“Setelah satu dekade khidmat di kantor Kementerian Kesehatan, berupaya realisasi program penanggulangan COVID-19 dan terlibat dalam pembentukan Kabinet baru, saya memutuskan untuk tidak aktif di Kementerian Kesehatan periode ke-empat,” jelas Yaakov Litzman.

Dilaporkan sebelumnya bahwa Menkes Yaakov Litzman didiagnosa virus Corona bersama istri. Dan keduanya baru saja dinyatakan sembuh.

Pengunduran diri ini dilakukan di saat data penyebaran COVID-19 di Israel melaju kencang. Data terakhir menyebutkan, jumlah positif Corona di Palestina Pendudukan lebih dari 15 ribu orang. Korban Coronavirus mencapai angka 200.

Minggu, 26 April 2020 22:57

Filosofi Hukum dalam Islam (3)

 

Perbuatan ibadah harus dilandasi oleh dua pilar penting yaitu dikerjakan dengan makrifat dan kearifan, serta keikhlasan di hadapan Tuhan dengan memperlihatkan diri sebagai seorang hamba yang taat dan tulus.

Hari ini, kita akan mengkaji tentang kedudukan shalat di mata para aulia Allah Swt dan peran shalat dalam membentuk spiritualitas manusia. Rasulullah Saw selalu terlihat antusias dan memiliki keinginan yang besar untuk berkhalwat dengan Allah Swt.

Rasulullah bersabda, "Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang mencintai ibadah dan mendekapnya karena kecintaan yang besar, dan mencintainya dari lubuk hati."

Husein bin Ali as – imam ketiga Syiah – menghabiskan malam Asyura di Karbala dengan bermunajat kepada Allah Swt meskipun sedang dikepung oleh pasukan musuh. Ia berkata kepada Abul Fadhl Abbas, "Jika engkau sanggup mintalah mereka untuk menunda perang hingga esok hari dan beri kesempatan kami malam ini untuk bermunajat kepada Allah dan melaksanakan shalat. Allah Swt tahu aku sangat mencintai shalat dan membaca kitab-Nya."

Jadi, tidak berlebihan jika kita berkata bahwa filosofi terbesar shalat adalah menumbuhkan tunas kecintaan manusia kepada Tuhan dan kecintaan ini menembus lubuk hatinya, di mana kenikmatannya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Al-Quran menggambarkan kecintaan suci ini dengan berkata, "Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah…" (QS. Al-Baqarah, ayat 165)

Rasulullah adalah manifestasi sempurna dari wujud kecintaan dan kerinduan akan ibadah. Beliau dalam sebuah sabdanya tentang shalat berkata, "Allah Swt menjadikan shalat sebagai penyejuk mataku dan kesukaanku, sebagaimana menjadikan makanan sebagai dambaan orang lapar dan air dambaan orang dahaga. Orang lapar akan kenyang ketika makan dan orang yang dahaga akan terobati ketika minum, tetapi aku tidak pernah merasa puas (cukup) dari shalat dan beribadah kepada Allah."

Perlu dicatat bahwa salah satu titik kesamaan para nabi dan ajaran yang mereka terletak pada shalat. Mereka menjadikan shalat sebagai sarana untuk membangun puncak kedekatan dengan Allah serta menampakkan puncak penghambaan dan kekhusyukannya.


Dengan demikian, para nabi telah memberikan sebuah keteladanan praktis kepada pengikutnya sehingga mereka dapat mempelajari cara beribadah serta menjauhkan dirinya dari syirik dan penyimpangan.

Nabi Ibrahim as – salah satu pengibar panji tauhid – mengangkat tangannya kepada Allah sambil memohon, "Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS. Ibrahim, ayat 40)

Nabi Isa as – ketika berada di gendongan ibunya, Sayidah Maryam as – berbicara untuk memberikan kesaksian atas kebesaran Allah dan kesucian ibunya, seraya berkata kepada masyarakat, "Berkata Isa, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup." (QS. Maryam, ayat 30-31).

Allah Swt memerintahkan Nabi Isa untuk mendirikan shalat dan memintanya menunaikan kewajiban ini hingga akhir hayatnya, ini menunjukkan betapa pentingnya shalat. Sebab, shalat adalah perintah langsung Tuhan dan manusia tunduk pasrah di hadapannya serta memandang hubungannya dengan Tuhan sebagai hubungan makhluk yang sangat kecil dengan sebuah Dzat Yang Maha Besar.

Salah satu nabi lain yang banyak dipuji dalam al-Quran adalah Nabi Ismail as, sosok yang besar di bawah asuhan dan bimbingan Ibrahim as. Allah Swt berfirman kepadanya, "Dan ia menyuruh keluarganya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya." (QS. Maryam, ayat 55)

Masjid Baiturrahman Banda Aceh.
Ada dua poin menarik dalam ayat tersebut yaitu: Pertama, Nabi Ismail as senantiasa memerintahkan keluarganya mendirikan shalat dan membayar zakat. Jadi, dapat dipahami bahwa budaya shalat harus dimulai dari keluarga dan keteladanan ini kemudian diterapkan di tengah masyarakat.

Kedua, salah satu objek keridhaan Tuhan adalah mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Orang yang telah mencapai derajat penghambaan yang tulus, maka tidak ada hal lain yang lebih tinggi selain mencari keridhaan Ilahi.

Mengenai upaya para nabi dalam membudayakan shalat di tengah masyarakat, al-Quran berkata, "Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah." (QS. Al-Anbiya, 73)

Dapat disimpulkan bahwa shalat memiliki kedudukan khusus dan seluruh para nabi dan pemuka agama – dengan makrifat dan kecintaan – selalu mengerjakannya dengan seluruh kekuatan dan wujud mereka

Minggu, 26 April 2020 22:56

Filosofi Hukum dalam Islam (2)

 

Sebelumnya, kita telah membahas masalah bahwa rasionalitas memiliki tempat khusus dalam budaya Islam, dan dalam pencerahan akal dan wahyu, seseorang dapat mengenali beberapa filosofi, kebijaksanaan, dan maslahat dari hukum ilahi.

Tetapi prinsip paling penting yang harus dipertimbangkan secara serius dalam proses ini adalah prinsip "ibadah dan penghambaan". yang diperlukan untuk fokus dan fondasi atas seluruh fungsi dalam menjalankan kewajiban agama di semua bidang pribadi dan sosial, ibadah dan politik, ilmu pengetahuan dan budaya dan perilaku serta ucapan setiap Muslim. Dan ayat surgawi ini akan menjadi pedoman dan inspirasi dari semua pasang surut kehidupan, yang mengatakan, "Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-An'am: 162)

Dengan sikap seperti itu, prinsip fundamental lain yang disebut "ikhlas dan ketulusan" muncul berdasarkan semua pengambilan sikap dan tindakan yang memiliki warna ilahi. Segala tindakan dalam catatan perbuatan manusia yang berpusat pada Tuhan, tidak akan terlihat tanda riya, tidak ingin menunjukkan diri dan tidak ada motif non-ilahi. Imam Sadiq as dalam hal ini mengatakan, "Siapa pun yang mencintai karena Allah dan marah karena Allah serta memberikan kepada orang yang butuh karena Allah, ia termasuk orang yang sempurna imannya."

Dalam dunia irfan, ibadah "ikhlas" memiliki tempat khusus. Imam Ali as berbicara tentang ini sebagai berikut, "Ya Allah! Saya menyembah-Mu bukan karena takut akan neraka dan bukan karena ingin surga, tetapi karena Engkau layak untuk disembah, maka saya menyembah-Mu." (Nahj al-Balaghah, Hikmah 290)

Mencapai posisi setinggi itu hanya mungkin bagi para arif dan orang-orang terkasih ilahi. Banyak manusia, yang tidak memiliki pemahaman dan perasaan lingkungan ibadah spiritual dan surgawi, memasuki bidang ini dengan motivasi dan tujuan yang berbeda. Seperti beberapa pemimpin pilihan Allah, termasuk Ali as dalam menggambar dan membagi kelompok-kelompok ini dengan mengatakan, "Beberapa orang menyembah Tuhan karena takut akan neraka, dan ini adalah penyembahan para budak. Sebagian lain menyembah Allah karena menginginkan surga, dan ini ibadah para pedagang. Dan sebagian lain berterima kasih kepada Allah (atas berkah-Nya yang tak terbatas), mereka menyembah-Nya, dan ini adalah penyembahan orang bebas." (Nahjul Balaghah, Hikmah 237)

Dalam konteks cara pandang seperti ini, dapat dikatakan bahwa tindakan ibadah kita terdiri dari dua bagian yang sama sekali berbeda. Bagian yang hanya mencakup penampilan lahiriah dan cangkang ibadah, dan dimensi lainnya adalah jiwa dan otak ibadah. Alasan mengapa banyak penyembah tidak mendapat banyak manfaat dari penyembahan mereka adalah karena mereka hanya memperhatikan etiket penyembahan lahiriah, dan sebagai akibatnya kehilangan pengaruh ibadah dan kesempurnaan perilaku ibadah. Tetapi tidak seperti kelompok ini, ada beberapa orang yang memperhatikan kedalaman dan semangat ibadah. Mereka begitu terbenam dalam ruang itu sehingga tidak ada kesenangan lain yang bisa dibayangkan oleh mereka.

Imam Ali as dengan indah menggambarkan wajah kedua kelompok ini dan berkata, "Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapat manfaat dari puasa mereka selain dari menahan lapar dan haus. Dan berapa banyak orang yang beribadah di malam hari tidak mendapat manfaat dari ibadah malam mereka, kecuali kesulitan tidak tidur..." Kemudian, beliau menggambarkan kelompok lain yang secara sadar memperhatikan semangat ibadah dan kedalaman serta keluasannya. Imam Ali as berkata, "Betapa baik dan indahnya tidurnya orang  cerdas, cermat dan bagaimana mereka memberi hidangan buka puasa bagi yang berpuasa." (Nahjul Balaghah, Hikmah 45)

Al-Quran menggambarkan wajah kedua kelompok ini secara berbeda. Manusia saleh dan sadar yang tidak lalai dari Allah oleh apapun, mengatakan, "Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang." (QS. Al-Nur: 37)

Berbeda dengan kelompok ini, yang menjadikan ingat Allah meliputi semua posisi material dan spiritual mereka dan memperhatikan semangat dan isi dari perbuatan mereka, al-Quran berbicara tentang kelompok lain yang hidup di masa awal Islam dan hanya memperhatikan penampakan perbuatan. Allah berfirman, "Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah, 'Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan,' dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki." (QS. Al-Jumu'ah: 11)

Menurut -sumber-sumber tafsir, semua pelaku shalat yang lebih mementingkan sisi lahiriah, itupun dilakukan ketika yang berkhotbah adalah Nabi Muhammad Saw, mereka bergegas ke rombongan dagang dan penyelenggara acara yang melalaikan. Hanya ada 12 orang yang sadar akan batin ibadah yang tetap tinggal. Mereka secara lahiriah hadir dalam shalat Jumat, tetapi batin mereka tidak memahami keagungan dan peran ibadah dan sosial dari shalat Jumat, tanpa berpikir banyak, mereka meninggal Rasulullah Saw yang tengah berkhotbah untuk mencari tujuan materi.

Sementara mereka yang hadir di shalat Jumat dengan kesadaran dan pemikiran, tidak akan pernah meninggalkan ibadah ini dan melakukan perbuatan aneh dan menimbulkan pertanyaan. Tidak diragukan lagi bahwa tujuan al-Quran dengan menukil peristiwa yang patut disesalkan ini adalah agar kita mengambil pelajaran dan berlaku sebagai teladan konstruktif bagi generasi masa kini dan yang akan datang dalam melakukan kewajiban agama.

Minggu, 26 April 2020 22:50

Filosofi Hukum dalam Islam (1)

 

Bulan Ramadhan adalah bulan mensucikan diri, ibadah dan penghambaan.

Dari zaman dahulu dan di antara para pengikut semua agama, pertanyaan selalu muncul dalam benak manusia bahwa apa tujuan dan filosofi dari hukum seperti puasa, shalat, zakat dan sejenisnya?

Apakah kita manusia dengan pengetahuan terbatas dan mengingat bahwa semua perintah ilahi memiliki maslahat yang telah ditetapkan oleh Allah Yang Maha Bijaksana dan Yang Maha Tahu dengan tujuan pertumbuhan dan kesempurnaan manusia, apakah kita berhak untuk bertanya filosofi hukum?

Berpikir
Masalah ini dapat dijawab dari tingkat yang berbeda, termasuk fakta bahwa pencipta alam semesta telah menganugerahi umat manusia dengan akal. Karena akal menjadi nikmat yang paling tinggi. Menggunakan akal, berpikir dan kontemplasi dalam sistem penciptaan dan perundangan akan membuat manusia memahami kebijaksanaan dan tujuannya.

Karenanya, bukan hanya boleh bertanya tentang filosofi hukum, tetapi jika seseorang secara sadar melakukan kewajiban keagamaannya, ia akan melakukan kewajibannya dengan motivasi dan antusiasme yang lebih besar. Mungkin inilah mengapa Imam Ali as berkata kepada Kumail, "Tidak ada gerakan (aksi dan program), kecuali Anda memerlukan pengetahuan dan makrifat." (Tuhaf al-Uqul: 171)

Meskipun perlunya makrifat dan pengetahuan sangat bernilai dan penting dalam semua urusan dan bidang, ia memiliki tempat khusus dalam semua masalah agama, terutama aturan ibadah. Menurut sebuah hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw, "Satu jam perenungan bernilai lebih dari enam puluh tahun ibadah (tanpa berpikir dan kesadaran)."

Menurut riwayat yang sama dalam budaya konstruktif Islam, yang sangat penting dalam masalah agama adalah kualitas. Apalagi jika ada proses berpikir di baliknya. Imam Ridha as berkata, "Ibadah bukan masalah banyaknya shalat dan puasa, tetapi ibadah adalah berpikir dalam masalah Tuhan." (Al-Kafi, volume 2, halaman 55)

Lebih jauh, akal mendorong kita untuk bertanya kepada para pakar, cendekiawan, dan para ahli di bidang apa pun di mana kita tidak memiliki pengetahuan atau kesadaran tentang satu masalah. Seperti yang dikatakan al-Quran surat al-Nahl ayat 43, "... maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui."

Alasan lain yang memungkinkan manusia untuk bertanya tentang filosofi hukum adalah cara dan metode al-Quran dan cara praktis para nabi, Rasulullah Saw dan Ahlul Bayt as. Dengan kata lain, beberapa ayat telah menjelaskan filosofi hukum seperti shalat, puasa dan jihad. Buku-buku hadis penuh dengan pertanyaan yang diajukan orang di setiap masa kepada para Imam yang dipilih Allah dan mereka menjawabnya dengan argumen logis.

Sebagai kelanjutan dari metode dasar ini, para ulama dan cendekiawan Islam selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan keagamaan dari orang-orang pada zaman mereka. Beberapa di antaranya telah dikompilasi dalam bentuk buku. Saat ini, di dunia maya yang begitu luas dan tidak punya batas, bukan saja dalam masalah filosofi hukum tetapi juga di semua bidang akidah, sosial, historis, politik, moral, yurisprudensi, teologis dan filsafats, banyak situs pusat keagamaan yang menjawab berbagai pertanyaan ini.

Dengan semua alasan ini, kita harus tahu bahwa ilmu pengetahuan manusia, menurut al-Quran, sangat kecil dan terbatas, dan ia tidak pernah dapat memahami semua dimensi dari perintah-perintah ilahi. Di sisi lain, kita harus yakin bahwa hukum-hukum agama dari sisi Allah telah disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. Dengan demkian, semuanya dari segala sisi adalah bijak dan bertujuan, semua maslahat dunia dan akhirat dan kebahagiaan dan kesempurnaan kita di kedua dunia bergantung penuh pada pelaksanaan mutlak seluruh hukum Allah.

Imam Ali bin Abi Thalib as
Selain itu kita harus mengetahui dan yakin bahwa di markas putaran seluruh harus dan tidak harus ilahi menjadikan prinsip penting adalah prinsip “penghambaan” yang menerangi jalan para ahli tauhid, arif dan pencinta Allah Swt. Ini juga yang mengilhami dan memberi harapan kepada mereka yang mengambil langkah teguh dan tak tergoyahkan dalam penghambaan kepada Allah Sang Pencipta dan Tuhan semesta alam.

Imam Ali as yang bersinar bak permata yang bersinar di pusat ibadah dan penghambaan mengatakan, "Cukup bagiku sebuah kemuliaan untuk menjadi hamba-Mu dan cukup bagiku sebuah kebanggaan Engkau menjadi Tuhanku." Kemudian Ali as untuk menunjukkan bahwa ungkapan pengabdian ini telah muncul dari kedalaman wujudnya dan mengungkapkan cinta serta kesadaran batinnya, seraya berkata, "Kamu sedemikian rupa sehingga aku mencintai-Mu. Jadi buat aku sedemikian rupa sehingga aku menjadi kecintaan-Mu."

Dengan demikian, meskipun tanggung jawab ini sangat membebani, di mana dengan pertanyaan dan pengetahuan kita merealisasikan hukum-hukum ilahi di semua bidang. Tetapi di atas semua itu, kita harus menganggap diri kita hamba yang, selain mengetahui kebijaksanaan dan maslahat, memiliki iman dan kepastian bahwa semua hukum berasal dari Allah Yang Maha Bijaksana dan kami akan menerapkannya tanpa syarat apa pun dan dengan niat yang ikhlas untuk melaksanakannya. Hanya karena Allah telah memerintahkannya, dan dengan demikian untuk melembagakan budaya "penghambaan ilahi" dalam diri kita dan tatanan masyarakat.

 

Tanggal 17 April bertepatan dengan Hari Tahanan Palestina. Pada 17 April 1974, Dewan Nasional Palestina untuk menghormati pengorbanan tahanan Palestina, mencatat hari ini sebagai Hari Tahanan Palestina.

Kondisi Tahanan Palestin Menurut Statistik

Statistik menunjukkan bahwa sejak tahun 1948 hingga sekarang, proses penangkapan dan pemenjaraan tahanan Palestina telah begitu kuat sehingga, menurut berbagai sumber, sekitar 18 penjara telah dibangun di wilayah pendudukan Palestina sejak 1948. Menurut Abdul Nasser Farawneh, kepala Bagian Penelitian dan Dokumentasi di Komite urusan Tahanan dan Mantan Tahanan, saat ini ada 5.800 pria dan wanita Palestina di penjara-penjara Israel, 540 di antaranya telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup sekali atau beberapa kali.

Dari 5.800 tahanan Palestina, 62 adalah wanita dan 300 adalah anak di bawah umur. Poin lainnya adalah bahwa menurut laporan Komite urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina, ada 223 tahanan Palestina telah gugur syahid di penjara-penjara Zionis sejak 1967. Menurut laporan itu, 68 tahanan ini gugur syahid karena kurangnya layanan medis, 73 tahanan karena disiksa dengan kejam, 75 tahanan sengaja ditahan dan 7 lainnya ditembak mati. Sami Abu Diak, seorang tahanan Palestina berusia 36 tahun yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidiup tiga kali dan menderita kanker mematikan, adalah yang terakhir gugur syahid pada November 2019 karena rezim Zionis menolak memberikan perawatan medis yang layak kepadanya.

Penyiksaan Mental dan Fisik

Rezim Zionis merencanakan penyiksaan fisik dan mental dan menargetkan tahanan Palestina. "Israel harus tetap Yahudi, bahkan dengan biaya pelanggaran hak asasi manusia," kata Menteri Kehakiman Zionis Ayelet Shaked pada 16 Februari 2018.

Tahanan Palestina
"Tahanan Palestina berada dalam kesulitan yang mengerikan dan menjadi sasaran semua jenis penyiksaan mental dan fisik di penjara-penjara Israel," kata Rafat Hamdona, Direktur Pusat Penelitian Khusus Tahanan Palestina. Hamdona menambahkan bahwa rezim Zionis adalah satu-satunya pihak yang menganggap penyiksaan legal, dan bahwa penjara rezim menggunakan metode penyiksaan yang dilarang berdasarkan kebiasaan internasional.

Menurut Hamdona, proses penyiksaan tahanan dimulai dari saat penangkapan mereka, termasuk memperban kepala tahanan yang terinfeksi, tidak diperbolehkan tidur, tidak dirawat, memasukkan tawanan ke kulkas, berdiri untuk waktu yang lama, dan mengambil pengakuan dari tahanan dengan menempatkan mata-mata diantara mereka. Mereka menyemprotkan air panas dan dingin di kepala tahanan, musik yang menggangu telinga dengan suara tinggi, melarang mereka menggunakan toilet, memukulnya dengan keras, dan menggerakkan kepala mereka dengan sangat keras dan melumpuhkan tahanan.

Kasus tidak manusiawi lainnya termasuk tes medis berbahaya pada tahanan Palestina. Dalia Itzik, ketua Komite Sains di Parlemen Israel (Knesset) pada tahun 1997 mengungkapkan bahwa Zionis Israel melakukan sekitar seribu tes medis berbahaya pada tahanan Palestina setiap tahun. Penulis Yordania Abdullah Qaq sebelumnya telah menulis dalam sebuah artikel yang melaporkan bahwa tahanan Palestina di penjara-penjara Zionis Israel dimanfatkan sebagai contoh di laboratorium-laboratorium Israel dan bahwa obat-obatan baru sedang dikembangkan oleh dokter-dokter Israel, diujikan pada para tahanan ini.

Hukum gizi wajib adalah bentuk lain dari penyiksaan bagi tahanan. Tahanan Palestina selalu menggunakan mogok makan sebagai instrumen untuk memprotes kondisi hidup yang mengerikan di penjara-penjara Israel. Parlemen Israel mengesahkan Undang-Undang Gizi pada Juli 2015, yang memungkinkan otoritas pendudukan untuk memaksa para tahanan Palestina makan ketika hidup mereka dalam bahaya.

Organisasi Tahanan Palestina baru-baru ini mengumumkan bahwa otoritas Zionis menggunakan berbagai metode untuk menyiksa tahanan Palestina untuk mengambil pengakuan dari mereka, dan bahwa mereka disiksa secara fisik dan mental. Menurut laporan itu, sekitar 95 persen tahanan Palestina telah disiksa oleh Israel sejak penangkapan mereka sampai mereka dipindahkan ke penjara umum, dan metode penyiksaan paling keras telah diterapkan pada mereka. Organisasi Tahanan Palestina menulis dalam laporan itu, "Sejak 1967, 73 tahanan Palestina telah tewas akibat penyiksaan di penjara dan ini terus berlanjut."

Kebijakan kurangnya akses ke layanan kesehatan dan medis adalah salah satu metode penyiksaan fisik dan mental yang secara bertahap dapat menyebabkan kematian seorang tahanan Palestina. Sebagai akibat dari kebijakan kurangnya akses ke layanan kesehatan dan medis ini, Corona menjadi tersebar luas di antara para tahanan Palestina.

Tahanan Wanita

Lebih dari 17.000 wanita Palestina, termasuk wanita tua atau muda, telah dipenjara oleh rezim pendudukan sejak 1967. Intifada Palestina pertama, atau Intifada Batu, yang dimulai pada 1987, menyaksikan gelombang penangkapan terbesar wanita-wanita Palestina, dengan sekitar 3.000 wanita Palestina ditahan.

Selama intifada Palestina kedua, atau Intifada al-Aqsa, yang meletus pada 2000, jumlah wanita Palestina yang ditahan menjadi sekitar 1.000, kata Kantor Urusan Tahanan Palestina.

Sekitar 62 tahanan wanita Palestina saat ini ditahan di penjara-penjara Israel. Kantor Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina mengatakan bahwa semua tahanan perempuan ini hidup dalam kondisi dan penahanan yang sulit. Setengah dari wanita ini telah dijatuhi hukuman hingga 16 tahun penjara, dan setengah lainnya masih belum diadili.

Tahanan Palestina dan Corona

Corona telah menyebar ke wilayah-wilayah pendudukan dan kabinet rezim Zionis tidak mampu mengelola penyakit itu. Corona, sementara itu, telah menyebar di antara para tahanan Palestina dan meningkatkan kekhawatiran dan peringatan konstan dari para pejabat Palestina.

Tahanan Palestina dan Corona
Penjara-penjara rezim Zionis, tempat para tahanan Palestina ditempatkan tidak dalam kondisi kesehatan yang baik, dan rezim Zionis tidak mengubah kebijakannya terhadap tahanan Palestina.

Juru bicara Pusat Studi Tahanan Palestina, Riyadh Al-Ashqar mengatakan bahwa meskipun sifat berbahaya penyakit Corona dan penyebarannya yang cepat, rezim penjajah al-Quds di Yerusalem sejauh ini belum mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah penyakit memasuki penjara dan disinfektan.

Menurut al-Ashqar, para penjaga penjara yang pergi cuti dan terinfeksi virus Corona terus bekerja dan ini merupakan salah satu cara bagi Corona untuk ditransfer ke tahanan Palestina. Sementara itu, rezim Zionis menggunakan seorang dokter yang terinfeksi Corona untuk merawat tahanan Palestina, dan ini adalah cara untuk mentransfer Corona ke tahanan Palestina.

Qadri Abu Bakar, kepala Komite Urusan Tahanan Palestina mengatakan, rezim Zionis telah mengirim seorang dokter yang telah terpapar virus Corona untuk merawat seorang tahanan yang sakit di penjara Asqalan, dan bahwa para tahanan di penjara ini sekarang dalam risiko terpapar virus Corona.

Intinya adalah bahwa meskipun situasi yang mengerikan dari tahanan Palestina di penjara-penjara Zionis Israel, terutama di lingkungan Corona, komunitas internasional, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa, tidak mengambil tindakan serius untuk menghentikan kejahatan rezim Zionis.

 

Pada tanggal 5 Ordibehesht 1359 Hijriyah Syamsiah (24 April 1980), 6 pesawat dan 8 helikopter Amerika Serikat menyusup ke wilayah Iran dengan alasan membebaskan 53 sandera di Tehran.

Namun, tujuan asli agresi itu adalah melaksanakan skenario kudeta militer dan menggulingkan sistem Republik Islam Iran yang baru berdiri, yang bangkit menentang hegemoni AS.

Pada 4 November 1979, AS membentuk unit Delta Force yang terdiri dari 132 personel terlatih untuk menyerang Iran dan membebaskan para sendera. Agresi militer AS di Gurun Tabas ini dilancarkan dengan sandi Operation Eagle Claw.

Ketika sedang mengudara di wilayah Iran, salah satu helikopter mengalami kerusakan teknis di 120 km Kerman dan terpaksa mendarat. Seluruh awaknya kemudian menumpang helikopter lain. Helikopter kedua ini pada akhirnya juga mengalami kendala teknis dan terpaksa kembali ke kapal induk.

Namun, 6 pesawat dan 6 helikopter lainnya berhasil sampai di Gurun Tabas dan mendarat di daerah terpencil ini di kegelapan malam. Sialnya, sebuah helikopter lain mengalami gangguan teknis ketika mengisi bahan bakar dan ketika misi utama belum dijalankan, tiga helikopter telah berkurang.

Setelah menerima informasi dari pusat komando, Presiden AS waktu itu, Jimmy Carter memerintahkan pembatalan operasi dan meminta pasukan kembali ke markas. Tapi ketika pesawat dan helikopter mulai mengudara, tiba-tiba terjadi badai pasir. Pesawat C-130 dan helikopter CH-53 terbakar setelah bertabrakan di udara. Dalam insiden itu, delapan personel AS tewas terbakar dan empat helikopter gagal terbang dan ditinggalkan. Sisa pasukan Amerika meninggalkan Tabas dengan lima pesawat tersisa dan kembali ke kapal induk USS Nimitz.

Pasukan komando AS ini sebelumnya dikirim ke Arizona dan menjalani latihan keras di wilayah yang mirip dengan Gurun Tabas, Iran. Latihan ini untuk mempersiapkan mereka menghadapi medan sulit dan siap melancarkan operasinya.

Namun, Operation Eagle Claw berubah menjadi neraka yang membakar pasukan AS di Gurun Tabas dan operasi ini berakhir dengan kegagalan total. Menteri Pertahanan AS waktu itu, Harold Brown mengatakan, "Delapan tentara Amerika tewas dalam operasi gagal Tabas dan para sandera belum dibebaskan hingga Ronald Reagen menjabat presiden pada Januari 1981."

Peristiwa Tabas kembali menguak sifat agresor Amerika. Namun demikian skandal ini bukan akhir dari agresi negara itu. AS tidak belajar dari kegagalan di Tabas dan terus mengobarkan permusuhan terhadap Iran dengan berbagai cara.

Saat ini AS mengadopsi kebijakan untuk mengucilkan Iran dengan membentuk koalisi dan kampanye anti-Tehran. Mengesankan Iran sebagai ancaman bagi tetangganya dan bahkan Eropa telah menjadi sebuah tujuan strategis bagi AS.

Puing-puing pesawat Amerika yang hancur di Gurun Tabas.
Tetapi, AS dengan kemunafikannya telah menyebabkan ketegangan, konflik, serta penyebaran terorisme dan ekstremisme di wilayah Asia Barat (Timur Tengah). Kebijakan keliru yang diadopsi AS selama beberapa dekade terakhir, mendorong Donald Trump untuk berkata, "AS telah menghabiskan 7 triliun dolar di kawasan tanpa mencapai apapun." Tentu saja Trump melanjutkan jalan salah yang sama.

AS mengambil banyak langkah untuk merusak stabilitas regional dan mengusik Iran seperti, memberlakukan kontrol ilegal terhadap kebebasan navigasi di kawasan, memperkuat armada tempurnya serta mengerahkan pasukan dan peralatan militer di Suriah dan Irak.

AS memperkenalkan dirinya sebagai pendukung bangsa Iran ketika negara itu justru meningkatkan tekanan terhadap rakyat Iran. Sebagai contoh, Washington menentang pengiriman bantuan medis internasional kepada Tehran dan menghalangi negara ini mengimpor peralatan medis untuk melawan wabah virus Corona.

Langkah ini menunjukkan bahwa kebijakan konfrontatif AS terhadap Iran semakin kehilangan akal sehat. Demi memperlihatkan taringnya, negara adidaya ini rela melakukan tindakan anti-kemanusiaan yang paling bawah sekalipun yaitu melarang pengiriman obat-obatan dan bahan pangan ke Iran. AS memanfaatkan momen penyebaran virus Corona di Iran untuk meningkatkan tekanannya dengan tujuan strategis menggulingkan rezim.

Iran – di tingkat regional dan internasional serta dari segi ekonomi – bukanlah sebuah negara yang lemah. Sebaliknya, Amerika-lah yang berada pada posisi yang pasif.

Para pejabat AS tidak pernah berhenti memusuhi bangsa Iran dan sistem Republik Islam selama 14 tahun terakhir. AS mulai memperlihatkan permusuhannya terhadap bangsa Iran sejak kemenangan revolusi. Negara itu melakukan berbagai cara untuk menumbangkan sistem Republik Islam termasuk, intervensi militer, aksi kudeta, dukungan kepada rezim Saddam untuk menyerang Iran, serta mengganggu keamanan perbatasan Iran dengan membentuk dan mendukung kelompok-kelompok teroris.

AS mengesankan Iran sebagai pembuat onar di kawasan dan mencoba merusak hubungan Tehran dengan negara-negara regional. Sejalan dengan misi itu, Washington memasukkan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) dalam daftar organisasi terorisme. Padahal, IRGC selalu membela bangsa Iran dan keamanan regional pada kondisi yang paling sulit sekali pun.

Pada 3 Januari 2020, AS dalam sebuah tindakan terorisme membunuh Komandan Pasukan Quds Iran, Letnan Jenderal Qasem Soleimani dan rekan-rekannya di dekat Bandara Internasional Baghdad.

Mereaksi kejahatan itu, IRGC pada 8 Januari menembakkan 13 rudal ke pangkalan militer Amerika, Ain al-Assad di Provinsi al-Anbar, Irak. Republik Islam Iran tidak pernah menjadi pihak yang memulai perang, tetapi jika terancam dan diserang, ia siap membela keamanannya dengan penuh kekuatan.

Dalam sebuah aksi provokatif pada Juni 2018, AS menerbangkan sebuah drone mata-mata ke wilayah udara Iran. Namun, drone Global Hawk ini ditembak jatuh oleh pasukan udara IRGC di wilayah Kuh-e Mubarak, Provinsi Hormozgan.

Televisi CNN menyatakan AS telah mendapatkan salah satu pelajaran yang paling penting di ketinggian 22 ribu kaki.

Koresponden senior CNN, Nick Walsh dalam tulisannya dengan judul "What shooting down a $110M US drone tells us about Iran" mengatakan bahwa ini merupakan bukti nyata dari meningkatnya kemampuan militer Iran.

Iran memamerkan drone Global Hawk AS yang ditembak jatuh oleh IRGC. 
Analis Timur Tengah dan Afrika Utara di Jane's Defense Weekly, menuturkan, "Mereka berhasil. Insiden itu menunjukkan bahwa ketika Iran benar-benar melakukan investasi, ini benar-benar harus diperhitungkan. Kami tahu tentang rudal balistik mereka, tetapi sepertinya kondisi sistem pertahanan udara mereka juga seperti itu."

"Beberapa tahun yang lalu ini akan menjadi kejutan, tetapi sekarang perlengkapan pertahanan udara baru mereka terlihat jauh lebih mengesankan," tambahnya.

Pemerintah AS – demi mencapai target kebijakannya dan memaksa Iran untuk bernegosiasi – mencoba mengisolasi Iran di bawah tekanan politik dan ekonomi yang sangat kuat, tetapi Republik Islam bukanlah sebuah negara yang lemah.

Pada dasarnya, perilaku dan cara usang ini memperlihatkan bahwa pemerintah AS masih berpikiran seperti 40 tahun lalu dan terperangkap dalam ilusi petualangan di Gurun Tabas, yang mengakibatkan kekalahan memalukan bagi Washington.

Saat ini para pejabat AS berada dalam posisi pasif, dan dengan berbagai retorika yang agresif, berusaha mengesankan bahwa mereka menguasai situasi, padahal jalan yang mereka tempuh justru jalan buntu.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam sebuah pidato, mengatakan kemajuan revolusi di tengah konspirasi anti-Republik Islam selama 40 tahun, adalah bukti dari ketidakmampuan AS dalam menghentikan gerakan bangsa Iran.

"Musuh Iran telah menerapkan berbagai tekanan politik, ekonomi, dan propaganda luas terhadap bangsa ini selama 40 tahun, tapi mereka tidak mampu berbuat apa-apa bahkan ketika Republik Islam baru berdiri," ungkapnya.

Ayatullah Khamenei menjelaskan Amerika, Eropa, dan bahkan Uni Soviet telah mengambil tindakan apapun yang mereka mampu untuk melawan Iran selama 40 tahun ini, tapi mereka gagal. Tentu saja aksi mereka menimbulkan gangguan dan kerugian, namun mereka tidak mampu menghentikan gerakan dan kemajuan Republik Islam. 

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…