کمالوندی

کمالوندی

Rabu, 22 Mei 2019 19:20

Surat as-Saaffat ayat 133-138

 

(133) إِذْ نَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ أَجْمَعِينَ (134) إِلَّا عَجُوزًا فِي الْغَابِرِينَ (135) ثُمَّ دَمَّرْنَا الْآَخَرِينَ (136)

Sesungguhnya Luth benar-benar salah seorang rasul. (37: 133)

(Ingatlah) ketika Kami selamatkan dia dan keluarganya (pengikut-pengikutnya) semua. (37: 134)

Kecuali seorang perempuan tua (isterinya yang berada) bersama-sama orang yang tinggal. (37: 135)

Kemudian Kami binasakan orang-orang yang lain. (37: 136)

Sebagai kelanjutan pembahasan-pembahasan sebelumnya yang menceritakan kisah beberapa nabi di surat ini, ayat di atas secara umum mengulas kisah Nabi Luth as dan kaumnya. Kaum Nabi Luth as hidup di di utara Hijaz di tengah jalur Mekah menuju Syam. Setiap hari kafilah-kafilah melewati jalur ini dan melalui rumah-rumah kaum ini. Dari sisi sejarah dan menurut ayat Al Quran, Nabi Luth hidup sezaman dengan Nabi Ibrahim dan merupakan penyampai ajaran serta syariat agama.

Ayat-ayat ini membahas bagian akhir dari kisah Nabi Luth dan kaumnya. Di ayat ini disebutkan, saat azab Ilahi turun pada kaum pendosa ini, orang-orang yang beriman kepada Luth dan bagian darinya, mengetahui berita turunnya azab. Mereka keluar dari kota bersama Luth dan selamat. Sementara mereka yang suka membuat kerusakan, tidak mengetahui berita tentang datangnya azab. Mereka berada di dalam rumah sampai murka Ilahi datang dari darat dan udara, dan rumah-rumah roboh menimpa mereka.

Selanjutnya ayat ini menjelaskan tentang istri Nabi Luth yang memilih bersama dengan kaum pendosa dan menerima perbuatan buruk mereka, sehingga mengalami nasib serupa kaum itu, dan ikatan kekeluargaan tidak mampu menyelamatkannya. Karena ukuran kasih dan murka Ilahi adalah ketaatan pada aturan dan nilai-nilai agama serta akhlak, sementara hubungan keluarga dan kekerabatan tidak menjamin keselamatan seseorang.

Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Menceritakan kisah kaum-kaum terdahulu dalam Al Quran pada kenyataannya adalah menjelaskan sunatullah yang berlaku sepanjang sejarah untuk menjadi pelajaran bagi generasi-generasi selanjutnya.

2. Perhitungan terhadap para nabi berbeda dengan perhitungan terhadap istri dan anak-anaknya, dan ikatan kekeluargaan tidak menjadi penentu nasib manusia. Dengan kata lain, ikatan fisik dengan sendirinya tidak bisa menjamin keselamatan.

3. Orang-orang beriman dan mereka yang mengikuti pemikiran serta perbuatan para nabi, meski berasal dari kaum dan etnis berbeda, namun termasuk bagian keluarga mereka.

وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ (137) وَبِاللَّيْلِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (138)

Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi. (37: 137)

Dan di waktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkan? (37: 138)

Terkait ayat-ayat sebelumnya sudah kami jelaskan bahwa kaum Nabi Luth hidup di sebuah wilayah yang sering dilalui kafilah-kafilah dagang di jalur Mekah-Syam. Ayat di atas menerangkan, setelah turun azab kepada kaum Luth, orang-orang yang tinggal di dekat kota mereka menyaksikan bagaimana penduduk kota tewas tertimpa reruntuhan rumah. Kaum Luth adalah penyuka sesama jenis dan sering melakukan perbuatan hina. Di tengah-tengah mereka ada sebagian orang yang hanya diam menyaksikan perbuatan buruk ini dan tidak memeranginya. Oleh karena itu semua terkena azab Ilahi.

Secara umum keburukan perbuatan ini sudah hilang dari kaum Nabi Luth walaupun sebelumnya mereka bahkan sempat mengancam Nabi Luth yang mencegah mereka dari perbuatan ini dan menganjurkan untuk menikah dengan lawan jenis secara normal.

Hal yang cukup aneh, meski sudah berlalu ribuan tahun sejak masa kaum Nabi Luth, umat manusia di zaman sekarang yang mengaku mengalami kemajuan dan berperadaban tinggi, dan menyebut agama sebagai dusta dan kuno, ternyata melakukan perbuatan yang sama dan jahiliyah. Hal yang lebih mengagetkan adalah menurut pandangan para pengklaim peradaban baru, diizinkannya perbuatan buruk ini di setiap negara adalah bukti kemajuan mereka di bidang demokrasi dan hak asasi manusia.

Poin yang harus diperhatikan adalah hak harus mengikuti kebutuhan natural manusia dan sesuai dengan kondisi jasmaninya, dan dari sisi fisik, tubuh perempuan dan laki-laki diciptakan untuk saling berhubungan dan hubungan sesama jenis sama sekali tidak sesuai dengan kondisi fisik ini. Oleh karena itu, apapun yang bertentangan dengan hal tersebut, melanggar hukum fisik tubuh manusia dan kebutuhan alaminya, serta tidak sesuai dengan sistem alam.

Mungkin saja sebagian orang berkata, beberapa ingin melakukan hubungan sesama jenis dan keingingan mereka tidak boleh dicegah. Jawabannya jelas, apakah kita juga tidak boleh melarang keinginan-keinginan jasmani dan psikologis yang lain seperti keinginan mengkonsumsi narkotika, sehingga menjadi perbuatan legal ?

Aturan hukum tidak bisa bersandar pada keinginan segelintir manusia, tapi sebaliknya salah satu kewajiban undang-undang adalah mencegah keinginan-keinginan tidak lumrah, tidak natural dan tidak pada tempatnya.

Sebagai contoh, dewasa ini sebagian orang punya kecenderungan untuk melakukan hubungan badan dengan beberapa jenis hewan, apakah perbuatan semacam ini harus dilegalkan secara hukum ? Mayoritas masyarakat termasuk para pendukung hak binatang, menganggap perbuatan ini tidak lumrah, abnormal dan melanggar sistem alam, oleh karena itu mereka menentangnya. Dengan demikian, kecenderungan sebagian orang untuk melakukan satu perbuatan tidak bisa menjadi alasan benar atau logisnya perbuatan tersebut dan tidak bisa menjadi sumber hukum.

Sekalipun umat manusia zaman ini mengalami kemajuan dalam hal perangkat pendukung kehidupan seperti pakaian, perumahan, kendaraan dan yang lainnya, namun sungguh disayangkan dalam hubungan kemanusiaan tidak mengalami kemajuan yang signifikan, bahkan dalam sejumlah kasus justru mengalami kemunduran, salah satunya adalah pernikahan sesama jenis.

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang tersisa dari kaum-kaum terdahulu atau mempelajari kisah hidup mereka, maka kita bisa mengambil pelajaran untuk kehidupan sekarang.

2. Hal-hal yang bisa kita jadikan pelajaran tak terhitung jumlahnya. Masalahnya adalah kita melewati begitu saja hal-hal tersebut tanpa perhatian dan sedikit memikirkannya sehingga tidak belajar darinya.

Rabu, 22 Mei 2019 19:20

surat as-Saaffat ayat 123-132

 

1zوَإِنَّ إِلْيَاسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (123) إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَلَا تَتَّقُونَ (124) أَتَدْعُونَ بَعْلًا وَتَذَرُونَ أَحْسَنَ الْخَالِقِينَ (125) اللَّهَ رَبَّكُمْ وَرَبَّ آَبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ (126)

Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul. (37: 123)

(ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu tidak bertakwa?” (37: 124)

Patutkah kamu menyembah Ba'l dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta. (37: 125)

(yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?” (37: 126)

Setelah periode Nabi Ibrahim dan Musa as, ayat-ayat ini menjelaskan tentang periode Nabi Ilyas dan menyebutkan bahwa seruan pertamanya untuk masyarakatnya adalah menghindari kesyirikan dan penyembahan berhala serta menjauhi segala bentuk kezaliman dan kefasadan. Hal-hal tersebut adalah yang menjerat orang-orang yang tidak takut dan akibatnya mereka akan melakukan segala bentuk kejahatan.

Nabi Ilyas as secara langsung menyoal fitrah para penyembah berhala dan mengatakan, "Bagaimana kalian menyembah berhala-berhala yang kalian buat sendiri dan menghormatinya? Apakah kalian dan orang tua kalian atau anak-anak kalian diciptakan oleh berhala-berhala tersebut: Mengapa kalian meninggalkan Allah Swt yang telah menciptakan kalian dan orang tua kalian serta mengelola alam semesta ini dan justru menuju pada benda-benda tidak bernyawa dan tidak berharga tersebut?"

Betapa para penyembah berhala itu berusaha menjustifikasi langkah mereka dengan berdalih melestarikan budaya nenek moyang mereka, akan tetapi Nabi Ilyas menjawab argumentasi mereka dengan mengatakan, "Orang tua dan nenek moyang kalian juga makhluk Allah Swt, bukan ciptaan berhala-berhala!"

Dari empat ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Semua nabi menyeru masyarakat pada tauhid dan menghindari penyembahan berhala.

2. Penyembahan hanya untuk yang layak disembah yaitu Sang Pencipta alam semesta. Pokok seruan para nabi dan pondasi dari semua kesempurnaan adalah ketakwaan dan keimanan.

3. Pokok seruan para nabi dan pondasi dari semua kesempurnaan adalah ketakwaan dan keimanan.

4. Para nabi dalam menyikapi masyarakat, selalu mengutarakan pertanyaan-pertanyaan sederhana dan perbandingan yang mudah dicerna untuk menyadarkan masyarakat dari kekhilafan, seperti membandingkan berhala-berhala yang tidak bernyawa dan tidak berharga itu dengan Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui dan Maha Mampu.

فَكَذَّبُوهُ فَإِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ (127) إِلَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ (128) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ (129)

Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka). (37: 127)

Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). (37: 128)

Dan Kami abadikan untuk Ilyas (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (37: 129)

Sama seperti banyak kaum di masa lalu, sebagian besar kaum Nabi Ilyas as juga mengingkari risalah dan kenabiannya, serta enggan mematuhi seruan beliau dan meninggalkan penyembahan berhala. Dalam hal ini Al-Quran menyebutkan, nasib buruk dari peningkaran tersebut adalah pencemaran segala bentuk dosa dan pekerjaan buruk serta hukuman dari Allah Swt. Hanya sebagian kecil dari kaum Nabi Ilyas as yang beriman dan ikhlas menyembah Allah Swt. 

Dalam lanjutan ayat-ayat itu disebutkan bahwa Allah Swt akan memuliakan kerja keras para nabi dan mereka akan selalu dikenang dengan baik serta seluruh ajarannya akan dilestarikan sepanjang sejarah.

Dari tiga ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Parameter kebahagiaan, bukan kehidupan duniawi seseorang, melainkan hasil akhir mereka di hari kiamat kelak, apakah mereka termasuk di antara orang-orang yang berbahagia atau termasuk dalam golongan penghuni neraka.

2. Menyembah Allah Swt dan ikhlas dalam beramal, adalah jalan kebahagiaan dan keselamatan dan menjauhkan manusia dari hukuman Allah Swt. Ketidakikhlasan akan mencegah manusia sampai pada tujuannya di jalan Allah Swt.

سَلَامٌ عَلَى إِلْ يَاسِينَ (130) إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (131) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (132)

(yaitu), “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ilyas?” (37: 130)

Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (37: 131)

Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (37: 132)

Al-Quran setelah menjelaskan riwayat Nabi Ilyas as menyebtukan, Allah Swt menyampaikan salam sejahtera kepada nabi-Nya Ilyas as. Namun pada ayat 130, yang disebutkan adalah Il Yaasin yang keduanya adalah nama untuk satu nabi sebagaimana Sina dan Sinin yang keduanya adalah nama sebuah wilayah.

Pada bagian sebelumnya surat ini dijelaskan riwayat hidup sejumlah nabi. Di akhir setiap kisah Allah Swt menyinggung kekuatan iman dan keikhlasan manusia-manusia besar dan mengapresiasi upaya dan amal mereka. Disebutkan bahwa hal itu adalah sunnah untuk mengganti upaya orang-orang yang beramal saleh dengan pahala.

Di akhir ayat-ayat yang berkaitan dengan Nabi Ilyas as Al-Quran juga menyinggung masalah tersebut dan menegaskan bahwa seluruh upaya dan kerja keras mereka yang berjuang di jalan Allah Swt dan melakukan amal baik untuk kebaikan masyarakat tidak akan dilupakan. Sudah menjadi sunnah Allah Swt untuk menetapkan pahala bagi setiap amal saleh, baik yang dilakukan oleh para nabi atau masyarakat umum.

Tentunya dengan syarat bahwa mereka selalu melangkah di jalan Allah Swt dan orang-orang yang beriman. Karena jika mereka mengingari dan tidak mematuhi Allah Swt, maka sebanyak apapun upaya yang mereka lakukan, ganjarannya hanya sebatas terima kasih dan apresiasi dari masyarakat di dunia.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kita belajar mengucapkan salam kepada para nabi dan auliya Allah, dari Allah Swt.

2. Inayah Allah Swt kepada orang-orang yang beramal saleh, merupakan sunnah ilahi yang akan terus berlanjut.

3. Setiap orang yang menjadi hamba sejati, beriman dan beramal saleh, maka dia akan mendapatkan salam dari Allah Swt.

Rabu, 22 Mei 2019 19:19

Surat as-Saaffat ayat 114-122

 

وَلَقَدْ مَنَنَّا عَلَى مُوسَى وَهَارُونَ (114) وَنَجَّيْنَاهُمَا وَقَوْمَهُمَا مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ (115) وَنَصَرْنَاهُمْ فَكَانُوا هُمُ الْغَالِبِينَ (116)

Dan sesungguhnya Kami telah melimpahkan nikmat atas Musa dan Harun. (37: 114)

Dan Kami selamatkan keduanya dan kaumnya dari bencana yang besar. (37: 115)

Dan Kami tolong mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang menang. (37: 116)

Sebelum ini, al-Quran berbicara tentang sebagian nikmat yang diberikan Allah Swt kepada Nabi Ibrahim as. Sekarang mengingatkan tentang nikmat Allah yang dilimpahkan kepada Nabi Musa as dan saudaranya, Harun as. Tuhan melimpahkan nikmat kepada mereka dan kemudian merincikan nikmat apa saja yang diberikan. Nikmat pertama yang diterima oleh Musa, Harun, dan Bani Israil adalah terbebasnya mereka dari cengkraman Fir'aun dan kemenangan mereka atas musuh.

Fir'aun adalah penguasa Mesir yang zalim dan kejam. Dia menjadikan kaum pria sebagai buruh dan mewajibkan kerja paksa, kaum wanita dipaksa menjadi budak dan anak laki-laki dibunuh. Dalam situasi seperti ini, Nabi Musa as menerima perintah dari Allah untuk menyelamatkan Bani Israil. Dengan kerja keras, Nabi Musa berhasil membebaskan mereka dari penderitaan dan kesedihan yang berkepanjangan.

Bani Israil berhasil menyeberangi Sungai Nil karena rahmat dan pertolongan Allah Swt, sementara Fir'aun dan bala tentaranya ditenggelamkan. Dengan demikian, mereka mencapai kemenangan atas Fir'aun dan terbebas dari cengkramannya. Bani Israil kemudian menguasai harta benda, kebun-kebun, dan istana Fir'aun dan pengikutnya.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Mengingat nikmat dan pertolongan Allah yang diberikan kepada para nabi terdahulu akan menghadirkan ketenangan dan membangkitkan kekuatan kaum Muslim di sepanjang sejarah.

2. Salah satu nikmat Ilahi adalah menghapus kesedihan, penderitaan, dan tekanan lahir-batin, dan kemudian menggantikannya dengan ketenangan dan kedamaian.

3. Para nabi dan auliya Allah selalu memikirkan masyarakat yang berada di bawah penindasan dan ikut merasakan penderitaan mereka. Para nabi baru bisa tenang ketika orang-orang yang tertindas memperoleh kebebasan dan kemenangan atas penguasa zalim.

وَآَتَيْنَاهُمَا الْكِتَابَ الْمُسْتَبِينَ (117) وَهَدَيْنَاهُمَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (118) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِمَا فِي الْآَخِرِينَ (119)

Dan Kami berikan kepada keduanya kitab yang sangat jelas. (37: 117)

Dan Kami tunjuki keduanya ke jalan yang lurus. (37: 118)

Dan Kami abadikan untuk keduanya (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian. (37: 119)

Setelah memperoleh nikmat kebebasan dari tirani Fir'aun, Allah kemudian memberikan nikmat terbesarnya yaitu kitab langit untuk membimbing masyarakat menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tentu saja, masyarakat yang sudah terbebas dari tirani membutuhkan aturan hukum dan pemimpin yang bisa menuntun mereka agar tidak jatuh kembali dalam penindasan. Jadi, pemberian kitab Taurat yang berisi aturan yang dibutuhkan oleh Bani Israil dan juga kehadiran Nabi Musa as sebagai pemimpin, merupakan nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada Bani Israil sehingga terbentuk sebuah masyarakat yang baik.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Masyarakat yang baru saja terbebas dari penindasan akan lebih mudah untuk diajak mengimani Allah Swt.

2. Kitab langit akan menuntun manusia ke jalan yang lurus, dengan catatan kitab tersebut belum dirubah atau diselewengkan oleh tangan-tangan jahil.

3. Allah akan memuliakan para utusan-Nya dan mereka akan dikenang dengan kebaikan di tengah masyarakat di sepanjang sejarah.

سَلَامٌ عَلَى مُوسَى وَهَارُونَ (120) إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (121) إِنَّهُمَا مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (122)

(yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun.” (37: 120)

Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (37: 121)

Sesungguhnya keduanya termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (37: 122)

Allah Swt menyampaikan salam kepada Nabi Musa dan Harun as, dan mengabadikan nama mereka dalam al-Quran sehingga menjadi pelajaran bagi kaum beriman yaitu; senantiasa mengirimkan salam kepada para nabi serta menghargai jerih payah mereka.

Berdasarkan ayat tersebut, Allah akan selalu membalas perbuatan baik yang dilakukan oleh orang-orang beriman. Mereka senantiasa memperoleh nikmat dan perhatian dari-Nya. Al-Quran menyebut Musa dan Harun as sebagai hamba yang beriman kepada Allah. Penyebutan seperti ini berlaku untuk semua nabi dan mereka diperkenalkan sebagai 'abddullah (hamba Allah).

Kata 'Abd (hamba) merefleksikan ketundukan mutlak para nabi di hadapan perintah Allah Swt. Sementara kebanyakan orang tidak tunduk pada perintah Tuhan atau hanya memilih melaksanakan perintah tertentu saja.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Memberikan salam kepada para nabi adalah sebuah perbuatan terpuji yang diajarkan Allah kepada kita. Ini berarti bahwa salam itu akan sampai kepada mereka.

2. Setiap usaha untuk menjelaskan ilmu agama dan membimbing masyarakat akan dianggap sebagai perbuatan baik. Berbuat kebaikan termasuk salah satu kriteria para auliya.

3. Pemberian nikmat Allah Swt kepada orang-orang baik merupakan salah satu sunnah Ilahi yang berlaku untuk sepanjang sejarah.

Rabu, 22 Mei 2019 19:18

Surat as-Saaffat ayat 106-113

 

إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ (108)

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (37: 106)

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (37: 107)

Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (37: 108)

Pada pertemuan sebelumnya telah kita katakan bahwa ketika Ibrahim dan Ismail siap untuk melaksanakan perintah ilahi, Allah Swt berseru kepada Ibrahim bahwa dalam melaksanakan apa yang dimimpikannya, dia tidak kurang apapun dalam melaksaakan perintah tersebut.

Ayat-ayat ini menyebutkan, tujuan Allah Swt di balik perintah kepada Nabi Ibrahim as untuk menyembelih putranya sendiri, yaitu semata-mata demi mengujinya. Ujian tersebut agar diketahui apakah Ibrahim siap untuk melaksanakan perintah Allah Swt dan mengorbankan putranya?

Pada hakikatnya tujuan Allah Swt adalah memotong keterikatannya pada putranya dan bukan benar-benar menyembelihnya. Oleh karena itu, ketika mereka menunjukkan kesiapan, Allah Swt memerintahkan Ibrahim agar menggantikan putranya dengan kambing besar untuk dijadikan qurban.

Dengan demikian, tradisi ini dilestarikan hingga kini demi mengenang pengorbanan dan ketaatan Nabi Ibrahim as di hadapan Allah Swt. Begitu juga para peziarah rumah Allah Swt dan mereka yang berpartisipasi dalam kongres haji di Mekkah, dan di wilayah Mina, mereka melakukan manasik qurban dalam rangka membenamkan semangat pengorbanan dan kepatuhan di hadapan Allah Swt sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Merelakan putra dan mengabaikan cinta ayah kepada anaknya merupakan ujian terberat ilahi di mana Nabi Ibrahim as telah melaksanakannya dengan baik.

2. Berkurban di jalan Allah Swt merupakan sunnah Nabi Ibrahim yang setiap tahun dilaksanakan pada Idul Adha di Mekkah dan oleh umat Muslim di berbagai negara.

3. Betapa banyak sunnah baik yang diwariskan oleh banyak manusia mulia di mana namanya akan abadi di sepanjang masa.

سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109) كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (110) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (111)

(yaitu)”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” (37: 109)

Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (37: 110)

Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (37: 111)

Melanjutkan ayat-ayat sebelumnya yang menjelaskan perhatian khusus Allah Swt terhadap Nabi Ibrahim setelah melewati ujian untuk menyembelih putranya, ayat-ayat berikut ini menjelaskan salam sejahtera Allah Swt kepada Nabi Ibrahim as di sepanjang masa. Allah Swt berfirman bahwa salam sejahtera tersebut bukan hanya khusus untuk Nabi Ibrahim as saja melainkan siapapun yang sesuai kemampuannya, berhibah atau berkurban di jalan Allah Swt.

Setiap orang yang beriman dalam perjalanan penghambaannya berserah diri secara utuh kepada-Nya, sebagaiman yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim, akan termasuk di antara orang-orang yang mendapat salam sejahtera dan inayah dari Allah Swt. Ini berlaku untuk semua periode.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Allah Swt dalam Al-Quran menyampaikan salam kepada para nabi-Nya. Akan tetapi terkait Nabi Muhammad Saw, bukan hanya Allah Swt melainkan juga para malaikat bershalawat dan meyampaikan salam kepada Rasulullah Saw. Allah Swt juga memerintahkan orang-orang yang beriman untuk menyampaikan shalawat dan salam kepada Rasulullah Saw.

2. Setiap perbuatan baik akan mendapat pahala di dunia dan akhirat.

3. Pahala dan hukuman dari Allah Swt memiliki hukum dan sunnah yang jelas dan bukan masalah kehendak.

وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (112) وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاقَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِنَفْسِهِ مُبِينٌ (113)

Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. (37: 112)

Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang Zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. (37: 113)

Al-Quran pada ayat-ayat sebelumnya menyinggung Ismail, putra Nabi Ibrahim dan pada ayat-ayat tersebut Ismail disebutkan sebagai seorang pemuda yang sabar. Akan tetapi pada ayat-ayat ini disebutkan tentang putra lain Nabi Ibrahim yaitu Ishaq di mana Allah Swt telah menjanjikan kenabiannya kepada Nabi Ibrahim as.

Seorang nabi yang sama seperti para nabi lain, termasuk orang-orang saleh dan beramal baik, dan oleh karena itu dia dimasukkan dalam inayah Allah Swt, yang disebutkan dalam Al-Quran dengan kata berkah. Berkah dalam segala hal, dalam usia, kehidupan, keturunan, pemikiran dan keyakinan. Karena berkah juga berarti kebaikan konstan dan berkesinambungan. Salah satu kebaikan yang berkesinambungan adalah bahwa para nabi Bani Israil adalah keturunan Nabi Ishaq as dan bahkan Rasulullah Saw pun dari keturunan Nabi Ishaq. 

Di akhir ayat-ayat tersebut, Allah Swt berfirman, tentunya keturunan Nabi Ishaq tidak semuanya saleh, bahkan sebagian di antara mereka ada yang zalim dan pengingkar. Ini adalah hasil dari ikhtiar dan keinginan manusia. Meski dilahirkan suci dan fitri akan tetapi  dalam perjalanannya dia dapat memilih antara kebaikan dan keburukan.

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Di antara keturunan para nabi mungkin saja ada anak-anak yang tidak saleh. Memiliki keterkaitan keluarga dan nasab dengan para nabi tidak mengharuskan seseorang menjadi orang saleh. Mungkin saja seorang ayah adalah nabi sementara putranya adalah manusia yang menyimpang.

2. Doa Nabi Ibrahim as terkait putra dan keturunannya agar tercakup dalam inayah Allah Swt, meliputi Ismail dan Ishaq serta generasi setelah keduanya. Kita juga sepatutnya mengikuti sunnah Nabi Ibrahim as untuk berdoa agar keturunan kita juga termasuk di antara orang-orang saleh.

Rabu, 22 Mei 2019 19:17

Surat as-Saaffat ayat 102-105.

 

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102)

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (37: 102)

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim as memohon kepada Allah Swt agar dikaruniai putra yang saleh. Di ayat ini disebutkan, putra yang dianugerahkan Allah Swt kepada Nabi Ibrahim as itu, lewat perantara mimpi, diperintahkan Tuhan untuk disembelih saat ia beranjak remaja. Jelas bahwa perkara ini selain menuntut keridhaan ayah, juga kerelaan sang anak. Oleh karena itu, Nabi Ibrahim as kepada putranya berkata, aku diperintah Allah Swt untuk melakukan pekerjaan ini, apakah engkau siap menerima pekerjaan sulit ini atau tidak ? bagaimana pendapatmu ? penyembelihan seorang anak oleh ayahnya sendiri ?

Orang biasa jika dihadapkan pada perintah Allah Swt ini akan bertanya, Ya Allah apa yang Engkau kehendaki dariku ? jika Engkau menginginkan hal ini, sejak awal tidak perlu Engkau mengaruniai aku anak seperti ini. Seandainya anak ini harus mati di jalan-Mu, mengapa aku, ayahnya yang harus melakukan ?

Akan tetapi para nabi, sebelum diangkat menjadi nabi adalah hamba yang sangat taat kepada perintah Tuhannya. Dalam pandangan mereka, Allah Swt adalah Tuhan yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, karenanya setiap perintah yang diberikan-Nya bersumber dari ilmu dan kebijaksanaan-Nya yang tak berujung.

Jawaban Ismail kepada ayahnya seperti ini, wahai ayahku laksanakanlah apa yang diperintahkan Allah Swt kepadamu, abaikanlah hubungan ayah dan anak serta naluri manusia, dan berpikirlah untuk melaksanakan tugas ini. Meski pekerjaan ini sulit, namun dalam menjalankan perintah Tuhan Sang Maha Pencipta, aku akan menanggung seluruh kesulitan dan bersabar.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Mimpi para nabi adalah bentuk lain dari wahyu Ilahi yang turun kepada mereka. Akan tetapi tidak bagi manusia lain. Oleh karena itu orang biasa tidak bisa menjadikan mimpi sebagai argumen yang baik untuk dirinya atau orang lain.

2. Rasa sayang kepada anak tidak boleh menjadi penghalang bagi kita untuk menjalankan perintah Allah Swt atau menjerumuskan kita pada dosa serta penentangan kepada Tuhan.

3. Amal dan kewajiban membutuhkan kesabaran dan ketabahan. Kita tidak boleh melanggar perintah Allah Swt karena kesulitan pekerjaan.

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105)

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (37: 103)

Dan Kami panggillah dia, “Hai Ibrahim, (37: 104)

Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (37: 105)

Setelah Ismail menyatakan kesediaan dan kepasrahan yang menunjukkan kepatuhan ayah dan anak kepada perintah Allah Swt, Ibrahim membaringkan putranya untuk disembelih. Saat itu terdengar seruan dari langit, Wahai Ibrahim Kami tidak menghendaki engkau menyembelih putramu, tapi Kami ingin engkau menyembelih kecintaanmu pada putramu dan engkau berhasil melewati ujian berat ini.

Engkau melaksanakan semua yang diperintahkan dalam mimpimu tanpa mengurangi atau menambah sedikitpun, dan engkau membuktikan niat untuk melaksanakan perintah Tuhan dan sama sekali tidak menunda-nundanya. Meski Ismail tidak jadi disembelih, tapi niat Ibrahim sebelumnya adalah menyembelih putranya di jalan Allah Swt. Niatnya ini dianggap cukup dan diterima menggantikan amal. Pada dasarnya, dalam ajaran agama Ilahi nilai dari setiap pekerjaan tergantung dari niat dan motivasinya, maka dari itu niat baik setiap Mukmin lebih bernilai dari amalnya sendiri.

Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Berserah diri kepada Allah Swt dan perintah-Nya, merupakan salah satu bentuk kesempurnaan para nabi dan wali Allah. Pada dasarnya, suatu pekerjaan disebut baik jika disertai dengan kepatuhan pada Allah Swt dan keridhaan-Nya.

2. Terkadang perintah-perintah Allah Swt diberikan untuk menguji manusia.

3. Untuk mencapai kesempurnaan spiritual tidak ada batas. Terkadang seorang remaja seperti Ismail dapat mencapai kesempurnaan dengan cepat dan di jalan ini ia melangkah bersama para Wali Allah yang agung seperti Ibrahim.

4. Perbuatan baik tidak hanya terbatas pada kekayaan materi, berserah diri untuk mengorbankan jiwa di jalan Allah Swt juga adalah perbuatan baik.

Rabu, 22 Mei 2019 19:11

Memperingati 71 Tahun Hari Nakba

 

Tanggal 15 Mei 2019 adalah peringatan ke-71 tahun Hari Nakba. Memperingati Hari Nakba, warga Palestina melakukan aksi demo dan bersamaan dengan itu, aksi pawai akbar "Hak Kembali" telah memasuki tahun kedua.

Sementara Amerika Serikat berusaha meresmikan rencana Kesepakatan Abad, rezim Zionis Israel terpaksa menerima gencatan senjata hanya 4 hari setelah menggelar perang baru di Gaza. Di sisi lain, pemerintah rekonsiliasi nasional di Palestina juga telah mengganti tempatnya dengan pemerintah yang searah dengan Gerakan Fatah dan meningkatkan perbedaan di antara kelompok-kelompok Palestina.

Pengusiran warga Palestina
Tanggal 15 Mei, hari pembentukan Zionis Israel pada tahun 1948. Hari yang memperingati pengusiran ratusan ribu warga Palestina dari tanah kelahirannya dan dikenal dengan nama Hari Nakba. Bangsa Palestina merayakan 15 Mei setiap tahun Hari Nakba sebagai simbol pengusiran paksa, penghancuran tatanan sosial dan budaya mereka oleh Zionis Israel, dan setiap tahun menandai 15 Mei dengan unjuk rasa dan menekankan substansi penjajah dan kriminal rezim Zionis Israel. Nakba sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti penderitaan. Warga Palestina biasanya menggunakan istilah "Nakba" untuk menggambarkan peristiwa bencana yang terjadi setelah pendudukan wilayah pendudukan.

Demonstrasi Hari Nakbah tahun 2019 diselenggarakan dalam situasi ketika usia langkah ilegal pemerintah Amerika Serikat memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke al-Quds memasuki satu tahun. Donald Trump pada Desember 2017, memperkenalkan Quds sebagai ibukota baru Zionis Israel dan mengumumkan bahwa ia juga akan memindahkan kedutaan AS ke Quds pada 14 Mei 2018, memperingati ke-70 tahun pembentukan rezim Zionis Israel.

Selama setahun terakhir, peristiwa penting telah terjadi di Palestina. Protes "Hak Kembali" yang dimulai pada 30 Maret 2018 (Hari Bumi) masih terus berlanjut. Demonstrasi ini diadakan pada hari Jumat setiap minggu. Sejauh ini, 58 minggu telah berlalu sejak demonstrasi. Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan bahwa 304 warga Palestina telah gugur syahid dalam serangan dan penembakan oleh tentara Zionis Israel sejak awal 30 Maret 2018, yang 59 di antaranya adalah martir anak-anak dan 10 orang wanita. Selain itu, 17.301 orang terluka selama demonstrasi.

Rakyat Palestina akan mengadakan peringatan Hari Nakba ke-71 ketika rencana Amerika Kesepakatan Abad akan diresmikan. Jason Greenblatt, utusan Amerika Serikat untuk Asia Barat, pada 12 Mei dalam sebuah wawancara dengan Fox News, menekankan bahwa rencana perdamaian yang disebut Kesepakatan Abad akan diresmikan setelah Ramadhan dan setelah pembentukan pemerintahan baru rezim Zionis serta bersamaan dengan hari raya diturunkannya Taurat, Shavuot.

Greenblatt menekankan bahwa masalah pertama dan terakhir bagi Amerika Serikat adalah untuk mengamankan Zionis Israel dan tidak akan pernah acuh tak acuh terhadap masalah ini.

Bagian penting dari rencana Kesepakatan Abad ini telah dilaksanakan selama setahun terakhir, termasuk menyerahkan Quds ke Zionis Israel, Dataran Tinggi Golan Suriah ke Zionis Israel, dukungan untuk yahudisasi al-Quds dan dukungan terhadap pembangunan pemukiman zionis. Sementara itu, salah satu fokus rencana Amerika yang baru terbongkar menunjukkan bahwa Amerika Serikat sedang merencanakan negara Palestina baru tanpa kemampuan angkatan bersenjata dan militer.

Hossein Ruivaran, pengamat masalah Palestina dalam masalah ini mengatakan, "Amerika Serikat menuntut perlucutan senjata dari kelompok-kelompok perlawanan dan tidak ingin Palestina mmiliki kekuatan militer. Sejatinya, di Palestina nanti hanya akan memiliki anggota polisi kota sesuai rencana Kesepakatan Abad."

Hossein Ruivaran, pengamat masalah Palestina
Rencana rasis ini, yang jelas melayani kepentingan Zionis Israel, dan selain mempeluas geografi daerah yang diduduki Zionis Israel, akan menempatkan Palestina dalam kondisi terlemah. Rencana ini jelas menghadapi penentangan dari faksi-faksi Palestina. Jihad Islam dan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) telah membentuk Front Nasional Palestina untuk menentang rencana Amerika Kesepakatan Abad ini, dan kementerian luar negeri dan pemerintah baru Palestina telah meminta negara-negara Arab untuk menentang rencana tersebut.

Salah satu perkembangan paling penting di Palestina menjelang Hari Nakba adalah perang 4 hari Zionis Israel melawan Jalur Gaza. Rezim pendudukan Israel melancarkan serangan di Jalur Gaza pada 3 Mei. Dalam 4 hari perang, 25 orang gugur syahid dan 154 lainnya terluka. Serangan rudal Zionis Israel dihadapkan dengan respon tegas dari faksi-faksi Palestina. Dalam 4 hari, kelompok-kelompok perlawanan Palestina menembakkan sekitar 700 roket dari Jalur Gaza ke daerah-daerah pendudukan yang memiliki kekuatan penghancur tinggi. Empat warga Israel telah terbunuh dan lebih dari 140 lainnya cedera dalam serangan rudal. Akibat serangan balasan kuat kelompok-kelompok Muqawama penduduk di wilayah yang berdekatan dengan Jalur Gaza mengalami ketakutan luar biasa, sehingga setidaknya 35% waga zionis yang tinggal di daerah-daerah ini dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka dikhawatirkan oleh serangan rudal.

Menyusul respons tegas oleh kelompok-kelompok perlawanan Palestina terhadap serangan Zionis Israel, rezim ini terpaksa menerima mediasi Mesir dan gencatan senjata dengan kelompok-kelompok perlawanan. Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Zionis Israel menerima gencatan senjata, yang pada Oktober 2018, setelah hanya dua hari, terpaksa untuk menerima gencatan senjata dengan kelompok-kelompok perlawanan. Gencatan senjata api yang membubarkan kabinet Netanyahu dan menyebabkan pemilihan parlemen awal.

Perang empat hari membuktikan bahwa Zionis Israel tidak memiliki taktik dan strategi perang karena hanya memiliki agenda membombardir dan untuk pertahanan, mereka berharap banyak dari Iron Dome, sebuah sistem yang permeabilitasnya telah berulang kali terbukti. Dalam perang, sistem Kubah Besi (Iron Dome) hanya dapat menghancurkan sekitar 200 roket dari sekitar 700 roket. Dalam nada yang sama, penulis dan analis Yasser Ezuddin menyatakan, "Kerugian rezim Zionis sebagai akibat dari serangan rudal perlawanan Palestina setelah penyebaran dan penempatan sistem rudal Kubah Besi jauh lebih banyak dari ketika sistem ini tidak ada. Ini hanya memiliki satu makna bahwa perlawanan Palestina dalam perang ini beberapa langkah di depan rezim Zionis. "

Sementara tekad Amerika Serikat dan Zionis Israel untuk menghentikan perjuangan Palestina telah meningkat dan langkah-langkah praktis telah diambil untuk mencapai tujuan-tujuan rezim Israel, perbedaan antara kelompok-kelompok Palestina telah meningkat, dan muncul perbedaan gerakan Fatah dengan Jihad Islam dan Hamas. Dalam hal ini, Rami Hamdallah mengundurkan diri pada 30 Januari 2019 sebagai perdana menteri Pemerintah Persatuan Nasional Palestina. Mahmoud Abbas, Pemimpin Otoritas Palestina pada 10 Maret 2019 memperkenalkan Mohammad Shtayyeh sebagai perdana menteri baru. Mohammad Shtayyeh telah memperkenalkan kabinet baru Palestina setelah sebulan.

Mohammad Shtayyeh, Perdana Menteri Palestina
Sejak pengunduran diri Rami Hamdallah, Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dan Jihad Islam telah memprotes. Alasan utama protes itu adalah bahwa Rami Hamdullah adalah perdana menteri Pemerintah Persatuan Nasional dan mengundurkan diri tanpa sepengatahuan Hamas dan Jihad Islam. Pengunduran diri ini meruntuhka konsensus nasional dan meningkatnya perbedaan antara kelompok-kelompok Palestina. Menyusul diperkenalkannya kabinet baru, gerakan Hamas, dalam sebuah pernyataan menyebut kabinet "Shtayyeh" merupakan kelanjutan dari kebijakan "menghapus" dengan tujuan merealisasikan kepentingan Gerakan Fatah dan memberi konsesi lebih kepada gerakan ini ketimbang kepentingan bangsa Palestina.

Dalam pernyataan itu, Hamas menekankan, "Kabinet Mohammad Shtayyeh adalah kabinet separatis yang tidak memiliki legitimasi nasional dan memperkuat kondisi untuk kesenjangan yang semakin lebar antara Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai awal dari implementasi rencana Kesepakatan Abad."

Tidak diragukan lagi, perbedaan dan pertikaian antara kelompok-kelompok Palestina adalah masalah yang dikejar dan digunakan oleh Zionis Israel dan Amerika Serikat untuk memajukan Kesepakatan Abad. Sementara beberapa negara Arab telah sepakat dengan rencana Kesepakatan Abad ini dan mereka juga berusaha untuk menyelaraskan negara-negara Arab lainnya dan Otoritas Palestina.

 

Setelah Imam Hassan as melepaskan kekuasaan dan pemerintah, beliau tidak berpaling dari orang-orang yang tidak taat dan melanggar janji, tetapi tetap bersama orang-orang dan mencintai mereka sesuai yang bisa dilakukan. Rumah Imam Hasan as selalu terbuka untuk masyarakat dan siapa saja dengan mudah dapat duduk semeja bersamanya. Kedermawanan dan pemberian Imam Hasan as diketahui semua orang dan masyarakat mengenalnya dengan karakter yang indah ini.

Bulan suci Ramadhan adalah bulan perjamuan ilahi dan kini telah tiba pada setengahnya. Para malaikat ilahi membentangkan sayap mereka di atas kota Madinah. Bintang-bintang juga bersinar malam itu untuk berpartisipasi dalam perayaan kelahiran cucu Nabi Saw. Buah pertama dari hubungan antara Imam Ali dan Fathima Zahra as sedang dalam perjalanan. Yang paling penting, kegembiraan bermain di bibir Nabi Muhammad Saw dan Imam Ali as. Seorang bayi ganteng dan bercahaya terlahir dari Fathimah az-Zahra as. Kedatangan Hasan ibn Ali mengajak ruang dan waktu menyaksikan fajar lain dari keluarga Wilayah dan Imamah.

اَلْسلامُ عَلیکَ یَا اَبا مُحمّد یا حَسنَ بنَ عَلی، اَیُّها الْمُجْتبی

Salam kepadamu wahai Abu Muhammad, wahai Hasan bin Ali, Ayyuha al-Mujtaba.


Hasan berarti kebaikan, keindahan dan kemuliaan dan beliau benar-benar memiliki semua sifat baik. Beliau menghabiskan kurang dari delapan tahun dari kehidupan mulianya di masa Nabi, dan selama waktu ini beliau tumbuh di lautan cinta Rasulullah Saw dan pelukannya. Banyak catatan terkait kecintaan luar biasa Nabi terhadap Imam Hasan al-Mujtaba dan saudaranya, Imam Husein as dalam dalam sebagian besar sumber Syiah dan Sunni. Nabi Saw sangat mencintai Hasan dan Husein dan menunjukkan kasih sayang ini. Nabi memeluk mereka dan mengumumkan, "Hasan dan Hosein adalah penghulu pemuda penghuni surga." Seolah-olah Nabi mencium surga dari Hasan dan Husein as.

Ibn Shahr Ashoub menulis dalam kitab al-Manaqib, "Hasan ibn Ali as pada usia tujuh tahun hadir di majlis Nabi Saw dan wahyu apa yang diturunkan kepada Nabi diceritakan kepada ibunya."

Imam Hasan al-Mujtaba as seperti ayahnya Ali dan ibunya, Fathima Zahra as adalah hamba Allah yang ikhlas. Beliau menyukai ibadah dan bermunajat bersama Tuhan. Hasan bin Ali adalah orang yang paling suci dan paling beribadah pada masanya. Dalam al-Manaqib karya Ibnu Shahr Ashoub diriwayatkan:

"Imam Hasan as ketika melakukan wudhu, badannya bergetar dan wajahnya pucat pasi. Oleh karena itu, mereka bertanya kepadanya dan dijawab oleh beliau, "Sudah selayaknya bagi seseorang yang ingin menunjukkan penghambaannya dihadapan Sang Pemilik Arsy, wajahnya pucat pasi dan sendi-sendinya gemetar. Ketika Imam pergi ke masjid, setelah mencapai pintu masjid, beliau menengadahkan kepalanya ke langit dan berkata, 'Ya Allah! Ini adalah tamumu yang berdiri di depan pintu rumahmu. Ya Allah! Yang Maha Pemurah, hamba yang berdosa datang kepada-Mu. Wahai Yang Maha Pemaaf, setelah melakukan pekerjaan buruk, ampunilah aku karena kebaikan dan pengampunan-Mu."


Setelah syahadah ibunya, Imam Hasan as bersama ayahnya Ali as menanggung kezaliman. Beliau menyaksikan penderitaan ayahnya, jauhnya masyarakat dari kebenaran dan ketika para pecinta dunia berkuasa, tapi selalu bersama ayahnya. Imam Hasan as tahu bahwa dirinya berhak sebagai pemimpin dan khalifah sepeninggal ayahnya. Karena tahu bagaimana Rasulullah Saw di Ghadir Khum mengangkat tangan Ali dan menyebutnya sebagai saudaranya dan Ali sebagai pengganti sepeninggalnya. Nabi Saw memperkenalkan Ali sebagai pengibar bendera tauhid dan penuntun manusi. Setelah itu ribuan orang di hari itu membait Ali. Tapi kemudian mereka menjadi orang yang melanggar janji!

Imam Hasan as selama masa hidupnya dan setelah syahadah ayahnya, menderita kejahatan pengkhianatan dan konspirasi, tetapi beliau mentolerir penderitaan ini bukan dengan amarah dan dendam tetapi dengan kesabaran dan ketekunan.

Dr. Mohammad Hossein Rajabi Davani, peneliti sejarah Islam mengatakan, "Periode Imam Hasan al-Mujtaba as adalah salah satu bagian paling sulit dan paling pahit dalam sejarah Islam, bahkan sejarah umat manusia. Sebuah situasi yang muncul setelah syahadah Imam Ali as dengan kekurangan dan pengkhianatan orang-orang Kufah. Akhirnya, Imam Ali as gugur syahid di puncak penindasan dan keterasingan."

Setelah kesyahidan Ali as, masyarakat lebih memilih Imam Hasan as untuk urusan kekhalifahan ketimbang Muawiyah. Imam yang mengenal orang-orang munafik pada masanya dengan baik, pada awalnya tidak menerima kekhalifahan dan setelah masyarakat berduyun-duyun memaksanya, beliau terpaksa menerima. Tentu saja, dengan syarat bahwa apapun yang dikatakan Imam, baik perdamaian datu perang, mereka harus menerimanya.

Di sisi lain, Muawiyah sadar akan kecerdasan dan keberanian Imam Hasan as. Dia tahu bahwa Rasulullah Saw memperkenalkan Imam Hasan as sebagai perwujudan akal dan kebijaksanaan dan bersabda, "Jika diandaikan akal itu berbentuk manusia, maka ia akan muncul dalam bentuk Hasan as." Muawiah takut kekuasaan dan pemerintahannya diruntuhkan oleh Imam Hasan as, jadi dia menggunakan berbagai trik untuk mencegah kemenangan Imam Hasan as dan runtuhnya pemerintahannya.

Setelah mendengar berita tentang pembaitan sejumlah besar masyarakat dengan Imam Hasan as, Muawiyah dengan cepat mengirim pasukan dari Syam ke Kufah. Dia menggunakan metode penipuan dan berhasil bahkan sahabat dekat dan komandan pasukan Imam Hasan as dengan janji uang dan kekayaan. Masalah ini berjalan sedemikian jauh, sehingga sebagian komandan tinggi Imam Hasan as ingin membunuh beliau! Dengan melihat pengkhianatan ini, beliau geram, tapi untuk mencegah konflik dan perpecahan serta kehancuran Islam, Beliau dengan sabar bersikap bijaksana dan menunjukkan kecakapan heroik terhadap Muawiyah dan berbaiat kepadanya.

Dr. Rajabi Davani dalam hal ini mengatakan, "Faktanya, Imam menerima mahalnya biaya penyerahan kekhalifahan sehingga Muawiyah tidak mencapai tujuan yang menyeramkan. Pada dasarnya, Muawiyah tidak mengharapkan hal seperti itu dan membayangkan bahwa Imam Hasan tidak akan berdamai dan bangkit untuk berperang. Apalagi Imam Husein berada di sisinya dan dan Muawiya berharap akan dapat membunuh kedua imam dalam perang dan menghancurkan fondasi Islam dan Ahlul Bait. Sejatinya, dengan perjanjian damai yang dilakukan Imam Hasan as, konspirasi Muawiyah dapat digagalkan dan tujuannya tidak tercapai."


Imam Hasan as tidak berpaling dari orang-orang yang tidak taat setelah mundur dari kekuasaan, tetapi tetap tinggal bersama orang-orang dan mencintai mereka sebanyak yang beliau bisa. Pintu rumahnya selalu terbuka untuk orang-orang dan siapa dengan mudah duduk di meja di ruang makan Imam Hasan as. Kedermawanan dan pemberian Imam Hasan as diketahui semua orang dan masyarakat mengenalnya dengan karakter yang indah ini. Orang miskin dan yang tidak mampu dari jauh dan dekat berkumpul bersama dan semeja dengan Sang Dermawan Ahlul Bait dan kembali dengan peruta kenyang.

Imam Hasan as memiliki banyak kekayaan dari mengurusi kebun-kebun kurma yang diwakafkan Imam Ali as. Tetapi beliau tidak tertarik pada properti ini, dan dia dengan mudah membagi kekayaannya kepada orang miskin dan yang membutuhkan. Tiga kali beliau membagi seluruh hartanya menjadi seperti ini, memberi setengah untuknya dan setengah kepada yang miskin dan yang membutuhkan. Metode etika ini telah membuat Imam Hasan as sangat dihormati oleh orang-orang pada masanya. Meskipun banyak orang meninggalkan kekhalifahan dan pemerintahan beliau dengan propaganda besar-besaran, kelemahan dan kebodohan mereka, tetapi selama berdamai, banyak dari mereka menyesal dan menjalin komunikasi luas dengan Imam.

Di samping memberi bantuan finansial, beliau juga sangat murah hati dan tidak membiarkan penindasan orang lain. Sering kali terjadi, beliau mereaksi perilaku orang lain yang tidak pantas dan kesalahan mereka dengan mengubah perilaku orang yang bersalah.

Disebutkan bahwa keluarga Yahudi tinggal di lingkungan Imam Hasan as dan menjadi tetangganya. Dinding rumah Yahudi retak dan najis yang berasal dari rumahnya masuk ke rumah Imam. Pria Yahudi itu menyadari hal ini tetapi tidak mengambil tindakan. Suatu hari, seorang wanita Yahudi pergi ke rumah Imam Hasan untuk meminta tolong dan melihat dinding yang retak menyebabkan dinding rumah Imam menjadi najis. Segera, dia pergi menemui suaminya dan memprotes serta mengirimnya ke Imam Hasan. Pria Yahudi, di hadapan Imam, meminta maaf atas kelalaiannya, dan malu pada Imam Hasan, yang diam selama waktu ini dan tidak mengatakan apa pun.

Melihat hal itu, Imam berusaha agar orang tersebut tidak terlalu malu, beliau berkata, "Saya mendengar dari kakekku bahwa hendaknya engkau bersikap lembut dengan tetanggamu."

Pria Yahudi yang melihat sikap pemaaf dan perilaku Imam yang sangat baik akhirnya kembali ke rumahnya. Ia memegang tangan anak dan istri dan dibawa ke hadapan Imam dan meminta kepada beliau untuk mengajarkan agama Islam kepada mereka.

Perang delapan tahun Iran dan Irak penuh dengan semangat dan epik yang terus dikenang. Hari-hari di era perang pertahanan suci senantiasa tercatat dalam sejarah.

Rezim Baath Irak pada 21 Desember 1980 bertepatan dengan 31 Shahrivar 1359 Hs melintasi perbatasan Iran dan terlibat perang total. Perang depalan tahun yang dipaksakan kepada bangsa Iran digelar dengan tujuan yang jelas. Di antara tujuan tersebut adalah memecah belah Iran dan menumbangkan pemerintahan Republik Islam yang baru dibentuk atau menduduki sebagian wilayah Iran.

Pendudukan pelabuhan strategis Khorramshahr dalam perspektif ini sangat penting bagi rezim Baath dan sponsornya sebagai jembatan kemenangan untuk meraih ambisi busuk mereka.

Saddam dan para pendukungnya di Barat dan Timur percaya bahwa pendudukan Khorramshahr akan membuka jalan untuk melumpuhkan kota-kota lain di Iran dan pada akhirnya melenyapkan Revolusi Islam Iran yang baru berdiri seumur jagung. Namun, kalkulasi Saddam yang didukung negara Barat terutama AS meleset. Mereka tidak memperhitungkan kekuatan iman dan tekad baja para pemuda Iran dalam membela negaranya.

Perlawanan terhadap aggresor Irak juga dilakukan kaum perempuan Iran yang hadir di tengah kelompok-kelompok pejuang. Mereka mampu menghalau pasukan Irak di belakang gerbang kota selama 34 hari. Para pejuang Iran tetap bertahan hingga peluru terakhir mereka sebelum Khorramshahr jatuh ke tangan Saddam.

Sejarah 34 hari perlawanan di Khorramshahr merupakan salah satu lembaran emas dalam sejarah perang delapan tahun yang dipaksakan oleh rezim Saddam terhadap Iran. Banyak buku, terutama dalam bentuk memoar yang terbit untuk melukiskan perlawanan 34 hari para pemuda Khorramshahr. Tidak sedikit dari karya ini yang sudah diadaptasi menjadi film layar lebar. Perlawanan 34 hari pemuda Khorramshahr terhadap agresi tentara Saddam merupakan simbol muqawama dan pertahanan bangsa Iran.

Setelah berhasil menghalau gerak maju tentara Saddam, militer Iran dan pasukan relawan negara ini dalam beberapa operasi menetapkan misi pembebasan Khorramshahr sebagai prioritas mereka. Sebelum ini, aksi heroik rakyat Iran dalam mempertahankan Khorramshahr telah menjadi simbol perlawanan dan ketahanan bangsa ini, sekarang operasi pembebasan Khorramshahr juga menjadi simbol dari tekad dan kekuatan Republik Islam Iran dalam mengubah peta politik dan militer di medan perang. Tidak ada warga Iran yang tidak senang ketika mendengar kabar gembira pembebasan Khorramshahr.

Keberhasilan operasi Baitul Muqaddas selain membebaskan Khorramshahr, juga berhasil menutup kemungkinan tentara Irak menduduki wilayah Iran yang lain. Setelah peristiwa itu, posisi Iran di medan perang kian menguat dan hingga kini bangsa Iran masih tetap mempertahankan semangat untuk tidak memberi peluang musuh melakukan agresi. Imam Khomeini ketika mendengar berita pembebasan Kota Khorramshahr langsung mengatakan, "Allah yang membebaskan Khorramshahr."

Semua agenda rezim Saddam dan pendukungnya porak-poranda. Saddam bahkan mengeluarkan sesumbar bahwa ia siap menyerahkan Kota Basrah jika pasukan Iran berhasil merebut Khorramshahr. Pasalnya, Saddam dan adidaya dunia yang mendukungnya yakin Khorramshahr tidak mungkin bisa direbut kembali oleh Iran.

Dengan dimulainya operasi pasukan Iran dan relawan untuk membebaskan Khorramshar, Saddam meminta pasukannya untuk mempertahankan kota itu seperti mereka melindungi Baghdad dan Basrah. Dia mengatakan, “Khorramshahr merupakan penyangga Basrah, untuk itu kemenangan harus diraih dengan harga berapapun dan pasukan Iran harus dihancurkan.”

Para pendukung Saddam di Barat juga yakin bahwa pasukan Iran tidak akan berhasil merebut kembali Khorramshahr. Sebelum dimulainya operasi pembebasan, radio pemerintah Inggris dalam satu siarannya mengumumkan, “Jika rakyat Iran bangkit ingin membebaskan Khorramshahr, berarti mereka telah memilih buah kenari yang paling keras untuk dipecahkan.” Akan tetapi, pasukan Iran berhasil menghancurkan barisan pertahanan tentara Irak dan mereka menelan kerugian besar.

Pembebasan Khorramshahr bukan sebuah operasi militer konvensional, tapi kemenangan ini harus dianalisa sebagai hasil dari tekad baja rakyat Iran dalam berjuang serta keberanian, keimanan dan optimisme mereka akan masa depan di kondisi paling sulit.

Operasi pembebasan Khorramshahr lebih dari sekedar serangan militer langsung terhadap pasukan agresor yang dibarengi dengan dampak besar militer. Kemenangan mencengangkan ini menunjukkan kekuatan sejati bangsa Iran dengan bersandar pada unsur muqawama sipil dalam melawan mesin-mesin perang pendukung Saddam.

Brzezinski, penasehat keamanan nasional Amerika saat itu dalam pidatonya mengatakan, "Amerika jika ingin melawan revolusi Iran maka harus memperhatikan negara yang mampu melancarkan serangan terhadap Republik Islam Iran."

Dengan semangat para pejuang dalam merebut kembali Khorramshahr, maka nilai-nilai epik pertahanan suci termanifestasikan. Transformasi sejarah ini terjadi dalam kondisi sangat sensitif. Tepat ketika musuh Iran berusaha semampu mungkin memanfaatkan represi sanksi dan ancaman militer untuk mensukseskan ambisinya.

Terkait hal ini Koran Libération Perancis menulis, setelah pembebasan Khorramshahr oleh rakyat Iran, AS dan Eropa serta sejumlah negara Teluk Persia langsung menyusun sejumlah prakarsa untuk mengakhiri perang ini, untuk mencegah tumbangnya Saddam.

Amerika menjustifikasi kehadirannya di kawasan dengan dalih keamanan kapal dan pelayaran di Teluk Persia serta menjaga jalur pengiriman minyak serta mengirim kapal perang terbesarnya ke Teluk Persia.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa pembebasan Khorramshahr sebuah epik abadi dan bersejara serta teladan penuh dari kekuatan dan kreativitas militer dalam melawan musuh dan manajemen makro pertahanan-keamanan serta strategi melawan agresor.

Sejumlah pakar militer dan analis media-media internasional dibuat tercengang dan takjub dengan operasi kilat pasukan Iran dalam membebaskan Khorramshahr. Keberhasilan bangsa Iran membebaskan Khorramshahr dari tangan Saddam telah mengubah perimbangan politik di kawasan dan menghilangkan keraguan terkait kemampuan militer Iran. Nilai penting pembebasan Khorramshahr bukan sekedar peristiwa besar bagi bangsa Iran, namun lebih dari itu menunjukkan bahwa Iran dengan prinsip-prinsip Revolusi Islam tidak akan pernah tunduk pada kehinaan dan penjajahan.

AS yang sangat mengkhawatirkan kekalahan Saddam dalam agresi militer rezim Saddam, meningkatkan pengiriman bantuan militer kepada Irak. Dengan demikian, Washington memasuki fase intervensi langsung regional dan internasional terhadap rezim Saddam dalam agresi militer ke Iran. Tapi nasib perang tidak seperti yang mereka bayangkan. 

Pejuangan rakyat dan pemerintah Iran menghadapi agresi Saddam selama delapan tahun menorehkan sejarah baru. Sebab yang dihadapi oleh Iran bukan hanya rezim Saddam, tapi negara-negara besar dunia seperti AS yang berada di belakang Irak dengan seluruh kecanggihan alutsista dan mesin perangnya. Dengan spirit pembebasan Khorramsahahr, bangsa Iran terus melanjutkan perjuangan demi membangun dan meraih cita-citanya, meski harus menghadapi segala bentuk tekanan adidaya global.

George Bush, presiden AS saat itu ketika menjustifikasi prang ini mengatakan, masalahnya bukan sekedar sebuah negara kecil, tujuan kami adalah menciptakan sebuah sistem global baru. Sebuah sistem di mana berbagai negara berada dalam satu kesatuan sehingga tercapai cita-cita kemanusiaan global yakni, perdamain, keamanan dan kedaulatan hukum. 

Epik pembebasan Khorramshahr bagi bangsa Iran bukan hanya sebuah peristiwa dalam kalender perang yang dipaksakan, melainkan sejarah yang menunjukkan komitmen, pengorbanan, perlawanan dan keabadian bangsa Iran.

Sekarang bangsa Iran memperingati ulang tahun pembebasan Khorramshahr, di saat berbagai wilayah sekitar Iran adalah negara-negara yang setiap tahun membayar puluhan atau ratusan miliar dolar untuk membeli senjata dan menunjukkan kepada dunia sebagai kekuatan militer unggul. Sejumlah negara Arab di wilayah Teluk Persia yang mendukung perang yang dipaksakan terhadap Iran, sekarang adalah negara-negara yang berbelanja senjata hingga miliaran dolar dengan tujuan keamanan. Namun sejatinya mereka tidak memahami arti sebenarnya dari keamanan.

 

Amerika Serikat senantiasa mengambil sikap konfrontatif terhadap Republik Islam Iran selama empat dekade terakhir dan menggunakan berbagai cara melumpuhkan Iran.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tidak hanya mengejar pendekatan ini, bahkan lebih jauh mengobarkan permusuhan yang jarang terjadi sebelumnya demi menggulingkan Republik Islam. Pada Mei 2018, Trump mengumumkan keluarnya Amerika Serikat pada dari JCPOA dan kembali menjatuhkan sanksi nuklir terhadap Iran dengan tujuan menyulut perang ekonomi  dengan Iran.

Tujuan utama Amerika Serikat melancarkan tahap kedua sanksi nuklir terhadap Iran dengan tujuan mencegah penjualan minyak, transaksi keuangan, perbankan, dan ekonomi antara Iran dan negara lain. Pemerintah Trump, pada saat yang sama, meluncurkan perang psikologis yang meluas terhadap Iran mengisolasinya di tingkat regional dan internasional, dan mengubah perilakunya sehingga bisa menggulingkan Republik Islam Iran.

Analis internasional, Sayyid Ahmed Hosseini mengatakan, berdasarkan pandangan kapitalistik Amerika Serikat saat ini di dunia, termasuk Timur Tengah, Iran telah menjadi isu utama yang disebarkan sebagai ancaman kepentingan Washington.

Tuntutan pemerintahan Trump terhadap Iran dirangkum dalam 12 poin yang sampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo pada Mei 2018. Tapi Implementasi klausul ini sebenarnya berarti penyerahan diri tanpa syarat Iran kepada Amerika Serikat, termasuk perlucutan program nuklir, penghentian program rudal dan pengaruh regional Iran, yang secara umum bertujuan untuk melucuti seluruh faktor kekuatan nasional dan regional Iran. 

Washington mengklaim bersedia untuk bernegosiasi dengan Tehran jika persyaratan tersebut dijalankan oleh Iran. Namun, di saat yang sama AS justru melakukan provokasi dengan menjatuhkan sanksi baru dan mengirim kapal induk Abraham Lincoln, jet tempur pembom dan sistem anti-rudal Patriot di kawasan.

Trump dalam cuitannya di Tweeter pada 19 Mei lalu secara eksplisit mengancam Iran dengan serangan militer. Presiden AS mengancam akan mengakhiri Iran jika memilih opsi perang. Trump menulis di akun Twitternya, "Jika Iran ingin berperang, itu akan secara resmi mengakhiri Iran. Jangan mengancam Amerika Serikat,".

Pada saat yang sama, John Bolton selaku penasihat keamanan nasional AS, berada di garis depan dalam barisan pejabat yang terus-menerus mengancam Iran dengan perang. Dalam hal ini, situs Politico melaporkan perselisihan antara Mike Pompeo dan John Bolton mengenai Iran. Pemicu utama terselisihan keduanya mengenai unilateralisme Bolton dalam memberikan tekanan maksimum terhadap Iran, sampai Pompeo dan Brian Hooke, Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Iran, telah menyatakan bahwa tujuan pemerintah AS untuk memperburuk tekanan terhadap Iran hanyalah negosiasi ulang dengan Iran.


Menurut Brian Hooke, Washington memiliki strategi yang komprehensif terhadap Tehran demi mengubah perilaku Iran secara global, jika Iran berkomitmen untuk melakukan perubahan mendasar dalam perilakunya, AS mungkin akan berbicara dengan Iran. Tapi John Bolton secara terbuka menyerukan perubahan rezim di Iran dengan megambil cara yang lebih kasar melalui ancaman perang.

Bolton adalah kepala panglima perang Grup B. Kelompok ini mencoba mendorong pemerintah Trump untuk menyulut konfrontasi militer dengan Iran. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dalam sebuah wawancara dengan Fox News Network mengatakan, presiden Amerika Serikat ingin tetap loyal pada kampanyenya untuk menghindari perang dan pertempuran, tetapi Grup B", yang terdiri dari Bibi (Benjamin Netanyahu), Bolton, (Bin Salman dan Bin Zayed berusaha untuk menarik Amerika dalam konfrontasi militer dengan Iran. 

Meskipun Trump mengeluarkan ancaman terhadap Iran, tapi tampaknya ia tidak mencari konfrontasi militer dengan Iran. Pada hari Minggu, 19 Mei, Trump dalam sebuah wawancara dengan Fox Newsmenyinggung ketegangan baru-baru ini di kawasan Timur Tengah, "Saya bukan orang yang ingin memasuki perang. Saya tidak mencari perang dengan Iran, tetapi kami juga tidak ingin Iran memiliki senjata nuklir. Saya tidak akan membiarkan mereka melakukannya, jika saya memasuki perang dengan Iran, itu akan menjadi perang ekonomi,". 

Masalah ini ditanggapi Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif yang mengatakan, "Realitas sebenarnya, Trump secara resmi dan baru-baru ini kembali menekankan bahwa dia tidak menginginkan perang. Tetapi orang-orang di sekitarnya mendorong ke arah perang dengan alasan bahwa mereka ingin membuat Amerika lebih kuat melawan Iran."

Trump juga sangat menolak segala opsi serangan militer yang disampaikan  Bolton, dan menggambarkan laporan tersebut sebagai media palsu. Trump mengatakan bahwa pendapat yang berbeda diungkapkan dan saya akan membuat keputusan akhir. Tetapi saya tidak berpikir bahwa proses ini pada akhirnya akan mengarah perang.

Jika Washington benar-benar berniat untuk bernegosiasi dengan Tehran, alih-alih menekan dan mengancam dengan opsi militer, AS seharusnya menawarkan perundingan yang setara dan menghargai dengan Iran, tetapi Trump melihat negosiasi sebagai tahap akhir penyerahan diri pihak lain terhadap tekanan Washington.

Tentu saja, sikap konfrontatif Trump terhadap Iran tidak akan hilang. Dunia sangat menyadari dendam Amerika terhadap Republik Islam Iran karena Tehran melawan kebijakan arogan Washington. Pada saat yang sama, kebijakan luar negeri Trump tidak hanya melawan Iran, tetapi juga untuk negara-negara lain yang  berjuang menghadapi arogansi Washington, seperti Venezuela hingga kini masih berlanjut. Koran AS,  Washington Post menulis, Trump memegang paruh kedua jabatan presiden, tapi masalah utama kebijakan luar negeri AS tetap belum terselesaikan, dan kredibilitas Trump semakin menurun, dan pilihan yang tersisa untuk tetap menjabat periode selanjutnya semakin kecil.

Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran hari Senin (20/05) menyinggung dominasi mafia senjata atas kebijakan luar negeri Amerika dan mendesak Donald Trump, Presiden Amerika serikat agar menghadapi mereka.

Zarif dalam Twittnya menyinggung sebagian dari ucapan Trump ketika diwawancarai Fox News mengatakan, "Donald Trump dengan benar menyatakan kebenciannya atas "kompleks industri-militer" yang menyeret Amerika  dalam perang abadi."

Trump di bagian dari wawancaranya dengan Fox News yang dipublikasikan Senin pagi (20/05) menjelaskan peran mafia senjata atau yang disebut dengan istilah "kompleks industri-militer" dalam kebijakan perang Amerika Serikat.

Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran
"Kompleks militer-industri" adalah koalisi tidak resmi antara militer suatu negara dan industri pertahanan yang memasok senjata dan peralatan militer kepada angkatan bersenjata. Para anggota kompleks industri militer dengan menghadirkan gambaran ancaman yang tidak realistis atau membesar-besarkan ancaman keamanan yang ada, berusaha mendorong kebijakan luar negeri negara mengarah pada militerisasi dan mengadopsi kebijakan keamanan dan peningkatan anggaran militer.

Dalam hal ini, Zarif mengingatkan Trump akan janji-janji kampanyenya bahwa jika dirinya tiba di Gedung Putih, dia akan mengeringkan "lumpur hisap Washington" (merujuk pada bagian rahasia yang mengarahkan kebijakan pemerintah) dan melajutkan Twittnya, "Apakah belum tiba waktunya mengeringkan lumpur hisap Washington?”

Kemudian Zarif merujuk pada bagian rahasia ini dan menambahkan, “Namun memberikan izin kepada Tim B memerah para penjagal zalim dan menjual banyak senjata kepada mereka, berarti menghancurkan diplomasi dan terlibat dalam kejahatan perang. Makna dari capaian ini adalah memperkuat kompleks militer-industri."

Tim B adalah grup yang terdiri dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, John Bolton, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih dan Putra Mahkota Abu Dhabi Abdullah Mohammed Bin Zayed, di mana nama mereka semua dimulai dengan huruf "B". Namun apa yang pasti dan pengalaman telah menunjukkan bahwa Amerika Serikat, untuk mempertahankan kepentingan berlebihan dan dominasi atas kawasan memanfaatkan semua alat dan segala cara seperti perang, kudeta, sanksi, ancaman dan dipengaruhi sejumlah faktor seperti "kompleks industri-militer "untuk mencapai sasaran kotornya.

Dengan penekanan pada arus rahasia dan tampak, menteri luar negeri Iran menulis dalam menanggapi retorika Trump, "Donald Trump, dengan provokasi Tim B, berharap untuk mencapai sesuatu yang tidak mampu direalisasikan oleh Alexander Agung (Makedonia), Genghis Khan dan para penjarah lainnya. Iran telah bertahan selama ribuan tahun, sementara para penjarah telah musnah."

Zarif menekankan, "Jangan pernah mengancam orang Iran. Beri penghormatan. Metode penghormatan lebih berhasil."

Beberapa analis mengatakan bahwa pemerintah AS sedang mengerjakan semacam pembagian kerja untuk menunjukkan Trump pribadi yang mendukung dialog dengan Iran. Padahal, selama setahun lalu ketika Trump keluar dari Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) ia melakukan kebohongan besar dengan menuduh Iran mendukung terorisme, ancaman bagi stabilitas dan keamanan regional dan berusaha untuk mendapatkan senjata nuklir.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran pada waktu itu berbicara dihadapan para pejabat kementerian pendidikan dan para guru dalam rangka memperingati Hari Guru menyinggung ucapan rendah Trump dan mengatakan, "Orang ini selain menyampaikan lebih dari 10 kebohongan besar, juga mengancam bangsa Iran dan Republik Islam Iran. Saya mewakili bangsa Iran mengatakan kepadanya 'Anda salah besar'."

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran pekan lalu dalam pertemuan dengan para pejabat tinggi negara menyinggung langkah-langkah jahat Amerika Serikat untuk "mengubah perhitungan dan menyerahnya pejabat" dan "memisahkan rakyat dari negara" menekankan, "Bernegosiasi dengan pemerintah Amerika Serikat saat ini adalah racun. Tentu saja perang tidak akan terjadi, tetapi yang akan terjadi adalah perang tekad. Dalam hal ini, tekad bangsa Iran dan sistem Republik Islam lebih kuat dari musuh dan dengan izin Allah Swt, kali ini kita juga akan menang."

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…