
کمالوندی
Pameran al-Quran Internasional ke-27 di Tehran
Pameran al-Quran Internasional ke-27 telah dibuka di Mushalla Besar Imam Khomeini di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran pada Sabtu malam, 11 Mei 2019. Pameran ini resmi dibuka untuk umum sejak hari Minggu.
Pameran dibuka dari pukul 17.00-24.00. Foto-foto ini adalah suasana hari kesembilan pameran Senin malam, 20 Mei 2019.
Pameran al-Quran terbesar dunia ini memiliki banyak bagian dan masing-masing didedikasikan untuk kegiatan tertentu yang berkaitan dengan al-Quran.
Bagian seni internasional dari pameran tersebut adalah tempat bagi para seniman seluruh dunia untuk memamerkan karya seni berharga yang terinspirasi oleh al-Quran.
Pameran ke-27 ini menampilkan lebih dari 100 karya seniman kontemporer dan profesional Iran. Lukisan-lukisan dan foto-foto yang dipajang dalam event ini membawa pesan-pesan mengenai al-Quran.
Lebih dari delapan negara termasuk Republik Indonesia berpartisipasi dalam pameran tersebu. Pakistan adalah Tamu Kehormatan tahun ini.
Pameran Internasional al-Quran ke-27 akan secara resmi dibuka untuk umum mulai Minggu malam dan akan berlangsung selama 14 hari, yaitu berakhir pada 26 Mei 2019.
Ketua panitia pameran al-Quran Abdol Hadi Feqhizadeh dalam jumpa pers mengatakan kegiatan ini akan berlangsung selama dua pekan dengan motto "Al-Quran, Makna Kehidupan."
"10 negara termasuk Turki, Irak, Indonesia, Filipina, Afghanistan, Pakistan, Tunisia, dan Rusia, ikut ambil bagian dalam pameran tahun ini," tambahnya.
Pameran internasional ini diselenggarakan setiap tahun oleh Kementerian Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran di bulan suci Ramadhan.
Acara ini bertujuan untuk mempromosikan al-Quran dan mengembangkan kegiatan yang berhubungan dengan kitab suci ini.
Ilmuwan Nuklir Iran: Pengayaan Uranium 20 Persen Sedang Berlangsung
Seorang ilmuwan nuklir Iran mengabarkan kemajuan teknologi nuklir dan pencapaian pada sentrifugal generasi baru. Menurutnya, instalasi nuklir Iran saat ini berada dalam kondisi teknis terbaik dan sedang melakukan produksi dengan identifikasi akurat yang sudah ditentukan.
IRIB (21/5/2019) melaporkan, dalam statemen salah satu ilmuwan Iran yang identitasnya dirahasiakan, Senin (20/5) di reaktor nuklir Natanz disebutkan, hari ini setelah berlalu 40 tahun sejak kemenangan Revolusi Islam Iran, kita menyaksikan pertumbuhan dan kemajuan di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan industri nuklir Iran.
Ilmuwan Iran itu menjelaskan, salah satu bukti rasa percaya diri rakyat Iran tampak dalam masalah desain, produksi dan operasionalisasi rantai sempurna bahan bakar nuklir, dan salah satu pilar terpenting pengayaan uranium dengan berbagai tingkatan hingga mencapai 20 persen.
Dalam pernyataan itu juga disebutkan, meski disanksi, diancam dan ditekan, industri nuklir Iran mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Surat as-Saaffat ayat 93-101.
Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya (dengan kuat). (37: 93)
Kemudian kaumnya datang kepadanya dengan bergegas. (37: 94)
Ibrahim berkata, “Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu? (37: 95)
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (37: 96)
Pada pertemuan sebelumnya telah kita bahas bersama bahwa Nabi Ibrahim as menanti kesempatan untuk menyadarkan para penyembah berhala dari kekhilafan. Dia berusaha meyakinkan mereka bahwa tidak ada yang dapat dilakukan oleh berhala-berhala tersebut dan mereka adalah benda-benda tidak bernyawa yang tidak memiliki pengaruh apapun pada nasib manusia.
Oleh karena itu, ketika para penyembah berhala itu ke luar kota untuk menggelar perayaan, dengan alasan khawatir akan sakit, Nabi Ibrahim menetap di dalam kota. Ini adalah sebuah kesempatan baik bagi beliau untuk mengambil kapak dan menghancurkan berhala-berhala kecuali yang terbesar.
Ketika masyarakat kota itu kembali, mereka menyaksikan pemandangan yang sulit mereka percaya. Para berhala besar dan kecil mereka telah rusak dan hancur.
Mengingat Nabi Ibrahim as selalu mencela berhala-berhala tersebut dan apalagi beliau adalah satu-satunya orang yang tidak ke luar kota, masyarakat menuding Nabi Ibrahim yang merusak berhala-berhala tersebut. Oleh karena itu dengan marah dan geram mereka mendatangi Nabi Ibrahim as.
Akan tetapi Nabi Ibrahim sama sekali tidak takut atas kemarahan masyarakat dan dengan argumentasi yang jelas dan logis, beliau menjawab seluruh klaim mereka. Beliau berkata, "Manusia berakal mana yang menyembah apa yang dibuatnya sendiri? Jika buatan manusia itu dapat menjadi sesembahan, maka yang membuat (menciptakan) lebih utama untuk disembah. Maka alih-alih menyembah berhala-berhala, sembahlah Allah Swt Pencipta alam semesta di mana berhala-berhala tersebut juga ciptaan-Nya, sebagaimana kalian juga makhluk-Nya."
Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Untuk menghapus faktor-faktor penyimpangan, harus ada perencanaan matang yang dilaksanakan pada waktu yang tepat.
2. Para nabi dalam pemberantasan kesyirikan dan memberangus faktor-faktor penyimpangan, selain memperingatkan, menyadarkan dan memberikan wawasan, juga mengambil langkah-langkah penting pada waktu yang tepat.
3. Buatan manusia baik yang sederhana atau yang sangat kompleks sekalipun, pada tahap awal adalah makhluk Allah Swt. Karena sumber dari seluruh inovasi, ciptaan serta penemuan manusia adalah akal dan potensi yang juga merupakan karunia dari Allah Swt.
قَالُوا ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ (97) فَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَسْفَلِينَ (98)
Mereka berkata, “Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim; lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.” (37: 97)
Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina. (37: 98)
Orang-orang musyrik alih-alih memperhatikan ucapan logis dan rasional Nabi Ibrahim as dan menerimanya, berusaha menghukum dan memberinya pelajaran. Oleh karena itu mereka membuat sebuah tungku besar dan tinggi. Mereka memenuhi tungku tersebut dengan kayu dan ranting serta membakarnya.
Setelah itu mereka melempar Nabi Ibrahim as dalam tungku tersebut dan beranggapan mereka telah mengakhiri nasib beliau. Akan tetapi berkat kehendak Allah Swt, api tersebut berubah menjadi sejuk untuk Nabi Ibrahim dan alih-alih membakar tubuhnya, api itu justru menyejukkan tubuh Nabi Ibrahim as. Di tengah keheranan kaum musyrik, Nabi Ibrahim keluar dari tungku tersebut dengan tenang dan selamat. Dengan demikian, gagal rencana orang-orang musyrik.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kekufuran dan kemusyrikan sama sekali tidak berasaskan logika, rasionalitas atau argumen yang kokoh. Oleh sebab itu, kaum musyrik menghadapi kebenaran yang disampaikan Nabi Ibrahim as dengan kekerasan.
2. Para wali Allah dalam menjalankan tugasnya serta menghancurkan kezaliman dan kekufuran akan selalu siap menghadapi segala bentuk ancaman dan tidak gentar untuk dibakar.
3. Kehendak Allah Swt berkuasa di atas seluruh hukum alam. Oleh karena itu, kapan pun Allah Swt menghendaki, faktor atau fenomena alam akan berubah sebagaimana yang terjadi pada Nabi Ibrahim as ketika dibakar oleh kaum musyrik.
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ (99) رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ (101)
Dan Ibrahim berkata, “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. (37: 99)
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (37: 100)
Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (37: 101)
Setelah Nabi Ibrahim as selamat dari makar yang telah dipersiapkan untuknya, risalah yang dibawanya untuk masyarakat kota Babel telah berakhir. Oleh karena itu, dia berhijrah menuju Syam, karena di sepanjang sejarah, wilayah ini termasuk di antara wilayah tempat diutusnya banyak nabi dan rasul. Nabi Ibrahim memohon kepada Allah Swt untuk memberinya petunjuk dalam menjalankan tugas.
Nabi Ibrahim juga memohon keturunan yang saleh dari Allah Swt untuk melanjutkan risalahnya, keturunan yang saleh dan layak.
Allah Swt pun mengabulkan doa Nabi Ibrahim as dan memberinya putra seperti Ismail dan Ishaq yang keduanya adalah manusia saleh dan suci serta menjadi nabi.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para wali Allah Swt bergerak di jalan Allah Swt dan tujuan mereka dalam setiap langkah dan aksi adalah Allah Swt. Mereka selalu mengharapkan hidayah dari Allah Swt dalam setiap langkah mereka dan selalu bertawakal.
2. Jika kita mengambil langkah di jalan Allah Swt, maka kita harus yakin atas pertolongan dan hidayah Allah Swt.
3. Doa untuk memiliki keturunan merupakan di antara doa para nabi. Dan ini menunjukkan pentingnya generasi yang bersih, layak dan saleh, sebagai pengaruh untuk membentuk masyarakat yang sehat dan suci.
Surat as-Saaffat ayat 79-92.
سَلَامٌ عَلَى نُوحٍ فِي الْعَالَمِينَ (79) إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (80) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (81) ثُمَّ أَغْرَقْنَا الْآَخَرِينَ (82)
“Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam.” (37: 79)
Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (37: 80)
Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman. (37: 81)
Kemudian Kami tenggelamkan orang-orang yang lain. (37: 82)
Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa Nabi Nuh as dan para sahabatnya terselamatkan dari bencana badai dan banjir besar. Ayat-ayat ini menyebutkan bahwa masyarakat yang kafir dan munkar terhadap risalah Nabi Nuh serta mengolok dakwahnya, mereka semua binasa dalam azab yang diturunkan oleh Allah Swt.
Salam sejahtera dari Allah Swt untuk seluruh orang-orang yang beriman di sepanjang sejarah termasuk untuk Nabi Nuh as, yang telah berusaha menghidayahkan umatnya selama 900 tahun. Nabi Nuh as telah sangat sabar dan tabah menghadapi rintangan dan gangguan. Betapa ini merupakan sebuah kebanggaan besar di mana Allah Swt menyampaikan salam sejahtera kepadanya dan mengabarkannya kepada seluruh umat manusia di sepanjang masa.
Kemudian dalam lanjutan ayat tersebut disebutkan bahwa salam dan pahala Allah Swt itu bukan hanya untuk Nabi Nuh as saja, melainkan untuk semua orang yang beriman dan melakukan amal saleh, karena mereka akan terselamatkan dan mendapatkan pahala dari Allah Swt.
Dari empat ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para nabi dan rasul yang telah meninggal dunia, mereka akan menerima salam sejahtera dari kita, karena Allah tidak mungkin menyampaikan salam kepada sesuatu yang tidak bisa mendengar atau memahami ucapan. Dengan demikian salam kepada para nabi dan rasul, termasuk di antara pekerjaan Allah Swt dan ini sangat terpuji.
2. Sunnah Allah swt adalah bahwa orang-orang yang beramal saleh akan mendapat rahmat dan pertolongan serta pahala dari Allah Swt. Pahala tersebut juga akan dilimpahkan kepada mereka di dunia.
3. Berbuat baik disertai iman dan keimanan disertai dengan amal saleh adalah dua hal yang saling melengkapi karena hanya satu di antara keduanya saja tidak cukup.
4. Ketika azab diturunkan di dunia, Allah Swt akan menyelamatkan orang-orang mukmin, meski mereka berada di antara orang-orang kafir.
وَإِنَّ مِنْ شِيعَتِهِ لَإِبْرَاهِيمَ (83) إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (84) إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَاذَا تَعْبُدُونَ (85) أَئِفْكًا آَلِهَةً دُونَ اللَّهِ تُرِيدُونَ (86) فَمَا ظَنُّكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ (87)
Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (37: 83)
(lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci (37: 84)
(Ingatlah) ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah itu? (37: 85)
Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong? (37: 86)
Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam? (37: 87)
Dari sisi sejarah, antara Nabi Nuh as dan Nabi Ibrahim as, terdapat jarak masa yang sangat panjang. Akan tetapi mengingat risalah Nabi Ibrahim as adalah kelanjutan dari risalah Nabi Nuh as dan dalam poros ketauhidan, maka Al-Quran menyebut Nabi Ibrahim sebagai pengikut Nabi Nuh as, dan di antara keduanya terdapat ikatan yang seakan tidak ada jarak di antara keduanya.
Karakteristik khusus yang disebutkan dalam ayat-ayat tersebut untuk Nabi Ibrahim adalah qalbun salim. Salim dapat berarti selamat dari segala pencemaran dan kemusyrikan dan juga dapat berarti penyerahan diri di hadapan Allah Swt.
Mengingat hati Nabi Ibrahim as terjauhkan dari segala bentuk kesyirikan dan kekufuran, maka beliau tidak dapat menyaksikan kesyirikan dalam masyarakatnya. Oleh karena itu beliau membimbing masyarakatnya untuk mendengarkan seruan fitrah mereka. Beliau bertanya kepada mereka bagaimana mungkin mereka menyembah benda-benda yang tidak bernyawa? Apakah mereka alih-alih menuju Tuhan sejati menyembah berhala-berhala tersebut? Bagaimana mungkin mereka meninggalkan Allah Swt yang menciptakan alam semesta kemudian mereka berharap mendapatkan rahmat-Nya?
Dari lima ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jalan para nabi adalah sama dan tidak ada perbedaan atau kontradiksi di antaranya. Faktor-faktor seperti waktu dan tempat, tidak akan mempengaruhi prinsip jelas agama-agama samawi.
2. Menjauhi segala bentuk kesyirikan dan penyimpangan serta berserah diri di hadapan Allah Swt, merupakan karakteristik terpenting para nabi Allah Swt dan para pengikutnya.
3. Setiap manusia bertanggungjawab di hadapan manusia lain dan harus berusaha untuk membimbing orang-orang terdekat mereka.
4. Orang-orang yang beriman kepada Allah Swt tidak akan terjebak kondisi kefasadan, bahkan dengan berbagai cara akan berusaha mengubah kondisi yang ada.
فَنَظَرَ نَظْرَةً فِي النُّجُومِ (88) فَقَالَ إِنِّي سَقِيمٌ (89) فَتَوَلَّوْا عَنْهُ مُدْبِرِينَ (90) فَرَاغَ إِلَى آَلِهَتِهِمْ فَقَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ (91) مَا لَكُمْ لَا تَنْطِقُونَ (92)
Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang. (37: 88)
Kemudian ia berkata, “Sesungguhnya aku sakit.” (37: 89)
Lalu mereka berpaling daripadanya dengan membelakang. (37: 90)
Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia berkata, “Apakah kamu tidak makan?” (37: 91)
Kenapa kamu tidak menjawab? (37: 92)
Melanjutkan ayat-ayat sebelumnya yang memaparkan pertanyaan Nabi Ibrahim as kepada para penyembah berhala, ayat-ayat ini menyinggung berbagai cara lain yang digunakan Nabi Ibrahim untuk menyadarkan kaum musyrik dan orang-orang yang tersesat.
Di masa lalu, adat dan tradisi kota Babel adalah menggelar perayaan dan keluar kota. Pada malam hari, sebelum keluar kota, mereka mengajak Nabi Ibrahim as untuk mengikuti acara tersebut. Akan tetapi Nabi Ibrahim as menunggu kesempatan tersebut untuk menghancurkan berhala-berhala.
Ketika masyarakat kota Babel menilai bintang-bintang sangat berpengaruh pada nasib mereka, Nabi Ibrahim as mengenakan pakaian seperti masyarakatnya dan demi meyakinkan mereka untuk tidak ikut keluar kota, beliau menatap bintang-bintang di langit dan kemudian berkata, "Maafkan saya, karena berdasarkan perkiraan bintang-bintang, jika aku keluar kota, maka aku akan sakit, maka sebaiknya aku tinggal di dalam kota."
Tidak diragukan lagi bahwa Nabi Ibrahim tidak meyakini keyakinan masyarakat kota Babel soal pengaruh bintang-bintang, akan tetapi beliau menggunakan cara yang diterima mereka untuk meyakinkan mereka agar tetap tinggal di dalam kota. Dengan demikian, Nabi Ibrahim tidak keluar dari kota dan menyiapkan rencana untuk menghancurkan berhala-berhala yang ada.
Ketika masyarakat telah keluar kota, Nabi Ibrahim as menghancurkan seluruh berhala yang ada dan mengatakan kepada masyarakat, seraya menghancurkan berhala-berhala tersebut, Nabi Ibrahim as berkata, "Mengapa kalian tidak menyantap hidangan yang dipersembahkan orang-orang musyrik ini? Mengapa kalian tidak menjawab ucapanku? Bukankah orang-orang musyrik meyakini bahwa kalian penting untuk nasib mereka? Lalu mengapa kalian tidak melakukan sesuatu?"
Dari lima ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam dakwah agama samawi, kita harus berbicara dengan masyarakat dengan bahasa mereka. Karena mengenal opini dan tradisi mereka akan sangat efektif dalam menentukan mekanisme dakwah.
2. Untuk memberantas pemikiran dan perilaku menyimpang dalam masyarakat, harus diambil langkah-langkah inovatif dan direncanakan dengan detil dengan memanfaatkan semua peluang yang ada.
3. Logika para nabi untuk menafikan kemusyrikan dan dakwah pada tauhid adalah sangat jelas dan sesuai dengan fitrah manusia.
Tags
ISLAM
AL-QURAN
Surat as-Saaffat ayat 69-78.
إِنَّهُمْ أَلْفَوْا آَبَاءَهُمْ ضَالِّينَ (69) فَهُمْ عَلَى آَثَارِهِمْ يُهْرَعُونَ (70) وَلَقَدْ ضَلَّ قَبْلَهُمْ أَكْثَرُ الْأَوَّلِينَ (71)
Karena sesungguhnya mereka mendapati bapak-bapak mereka dalam Keadaaan sesat. (37: 69)
Lalu mereka sangat tergesa-gesa mengikuti jejak orang-orang tua mereka itu. (37: 70)
Dan sesungguhnya telah sesat sebelum mereka (Quraisy) sebagian besar dari orang-orang yang dahulu. (37: 71)
Pada pertemuan sebelumnya telah kita bahas bersama betapa sulitnya kondisi orang-orang kafir dan pengingkar kiamat di neraka. Ayat-ayat ini menjelaskan sebab mengapa mereka menjadi penghuni neraka. Mereka tanpa berpikir mengikuti agama dan keyakinan para nenek moyang mereka dan mengikutinya secara buta. Meskidemikian mereka mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan adalah keliru dan tidak memiliki landasan rasional.
Kelanjutan ayat-ayat ini menyebutkan bahwa disayangkan sekali mengikuti secara buta keyakinan tersebut telah terjadi pada banyak kaum. Mereka beranggapan bahwa tradisi dan keyakinan nenek moyang mereka adalah benar. Bahkan jika sendiri menyadari kekhurafatan keyakinan dan tradisi tersebut, namun mereka tidak menyatakan menentang.
Menjaga warisan budaya para nenek moyang bukan berarti mengikutinya secara buta. Jika pada pengetahuan empiris, manusia hanya merasa cukup dengan peninggalan nenek moyang saja, maka umat manusia tidak akan berkembang dan tidak akan ada kemajuan dalam hidupnya. Dengan kata lain, menjaga dan mempertahankan warisan dan budaya nenek moyang, hanya pada hal-hal yang bermanfaat saja.
Dari tiga ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam budaya Islam, mengikuti keyakinan tidak diperbolehkan, bukan hanya dari ayah, nenek moyang atau pemuka agama. Melainkan setiap orang harus meneliti dan menelaah seluruh prinsip keyakinan mencakup ketauhidan, kenabian dan hari kiamat. Dia harus meyakininya dengan dalil dan logika.
2. Mengikuti tradisi, budaya serta keyakinan nenek moyang harus bersandarkan pada parameter akal dan logika yang proporsional dan bukan karena afeksi atau ikatan batin, etnis dan semacamnya.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا فِيهِمْ مُنْذِرِينَ (72) فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُنْذَرِينَ (73) إِلَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ (74)
Dan sesungguhnya telah Kami utus pemberi-pemberi peringatan (rasul-rasul) di kalangan mereka. (37: 72)
Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu. (37: 73)
Tetapi hamba-hamba Allah yang bersihkan (dari dosa tidak akan diazab). (37: 74)
Ayat-ayat tersebut di atas menyebutkan bahwa kesesatan kelompok manusia yang munkar itu bukan karena tidak adanya pemimpin utusan Allah Swt. Karena Allah Swt telah mengirim para nabi dan rasul untuk setiap kaum, yang bertugas menyampaikan pesan untuk dunia dan akhirat masyarakat.
Meski para nabi yang membawa kita samawi berjumlah terbatas, akan tetapi para utusan Allah yang mendakwahkan syariat-Nya jumlahnya snagat banyak sehingga dalam riwayat disebutkan jumlah mereka mencapai 24 ribu nabi.
Di antara tugas penting para nabi adalah menyadarkan masyarakat dan membebaskan mereka dari belenggu khurafat serta menjauhkan mereka dari kesyirikan, kekufuran dan kezaliman. Akan tetapi sangat disayangkan sekali banyak masyarakat yang tidak memperhatikan peringatan dan dakwah para nabi sehingga mereka mengalami nasib buruk di dunia dan akhirat.
Meski demikian para hamba yang ikhlas dan hanya memperhatikan Allah Swt dalam hidup mereka, secara konstan akan berusaha menggapai keridhoan-Nya dan jauh dari akibat buruk serta sampai pada kebahagiaan sejati. Mereka adalah orang-orang yang ikhlas yang jika makrifatnya mencapai kesempurnaan, maka Allah akan memberikan pahala besar sehingga menjauhkannya dari ancaman dan bahaya ketergelinciran.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Peringatan untuk orang-orang yang menyimpang dan muknar agar tidak terjilat api neraka di hari kiamat kelak, sama seperti memperingatkan penghuni rumah tentang bahaya kebakaran, dan ini adalah hal yang lumrah.
2. Jika mayoritas masyarakat menyimpang, seseorang tidak boleh mengikuti mereka, melainkan harus berusaha menyadarkan mereka.
3. Telaah sejarah banyak kaum terdahulu dan perhatian pada nasib mereka, akan memberikan pelajaran bagi manusia untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
4. Ikhlas dalam beribadah dan penghambaan kepada Allah Swt akan mengantarkan manusia pada kebahagiaan sejati.
وَلَقَدْ نَادَانَا نُوحٌ فَلَنِعْمَ الْمُجِيبُونَ (75) وَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ (76) وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ (77) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ (78)
Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami: maka sesungguhnya sebaik-baik yang memperkenankan (adalah Kami). (37: 75
Dan Kami telah menyelamatkannya dan pengikutnya dari bencana yang besar. (37: 76)
Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan. (37: 77)
Dan Kami abadikan untuk Nuh itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (37: 78)
Allah Swt telah mengutus banyak nabi dan rasul untuk setiap kaum. Adapun ayat-ayat tersebut menyinggung salah satu di antara nabi yaitu Nabi Nuh as. Disebutkan bahwa meski Nabi Nuh as telah berdakwah selama bertahun-tahun dalam masyarakatnya serta menginginkan kebaikan untuk kaumnya, akan tetapi kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan ucapannya dan menafikan risalah yang dibawanya.
Pada akhirnya Nabi Nuh as putus asa untuk membimbung kaumnya serta memohon kepada Allah Swt untuk menghukum orang-orang kafir dan menyelamatkan orang-orang mukmin. Allah Swt pun mengabulkan doanya. Sebuah badai topan dan banjir besar menimpa kaum Nabi Nuh dan menewaskan orang-orang kafir dan hanya orang-orang yang beriman yang selamat dengan naik di perahu Nabi Nuh as.
Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Doa adalah jalan untuk mendapat pertolongan Allah Swt, tentunya untuk mereka yang telah melaksanakan tugasnya dengan benar. Perlu ditekankan bahwa para auliya Allah ketika mereka menghadapi kesulitan besar, mereka akan berdoa berlindung dan meminta pertolongan dari-Nya serta dapat mengatasi kesulitan tersebut tanpa membentur jalan buntu.
2. Lestari dan punahnya sebuah generasi ada di tangan Allah Swt. Allah Swt menyelamatkan Nabi Nuh as dan orang-orang mukmin sahabatnya dari bencana badai dan banjir yang mengerikan, sementara orang-orang kafir binasa karena azab tersebut.
3. Akhir dari orang-orang saleh dan mukin adalah kemenangan, kebaikan dan terjauhkan dari keburukan baik di dunia dan akhirat.
Surat as-Saaffat ayat 62-68.
أَذَلِكَ خَيْرٌ نُزُلًا أَمْ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ (62) إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ (63)
(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. (37: 62)
Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim. (37: 63)
Ayat sebelumnya mengisyaratkan kenikmatan surga, kemakmuran dan kesejahteraan penghuninya. Tapi ayat kita kali ini membandingkan kondisi penghuni surga dengan penghuni neraka serta menyatakan, "Apakah hidangan surga dengan beragam minuman dan makanan yang lezat lebih baik, ataukah makanan penghuni negara yang pahit?"
Jelas bahwa keduanya tidak dapat dibandingkan sehingga harus dikatakan mana yang lebih baik. Hal ini karena pada dasarnya neraka bukan tempat yang enak dan nyaman, sehingga dapat dibandingkan dengan surga yang memiliki beragam hidangan yang lezat dan suasana yang nyaman. Ungkapan ini cenderung dimaksudkan untuk membangunkan orang yang lalai, ketika ia melakukan pekerjaan keliru dan buruk serta merasa meraih kenikmatan, maka ia diseru untuk membandingkan kenikmatan di surga dengan kesulitan, penyesalan dan azab di neraka.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Saat membandingkan perbuatan kita dengan orang lain, jangan hanya fokus pada dampak duniawinya saja, tapi juga harus diperhatikan pahalan atau siksaan ukhrawinya.
2. Tolok ukur bagi seseorang dimasukkan ke neraka adalah kezaliman. Zalim pada diri sendiri, zalim pada orang lain dan zalim kepada Tuhan serta para wali-Nya.
إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ (64) طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ (65) فَإِنَّهُمْ لَآَكِلُونَ مِنْهَا فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُونَ (66)
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala. (37: 64)
Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan. (37: 65)
Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. (37: 66)
Ayat yang kita kaji kali ini menyebutkan karakteristik buah neraka Zaqqum seperti yang dijelaskan ayat 43 hingga 46 Surat Ad-Dukhan. Menurut dua surat ini (Ad-Dukhan dan As-Saffat), Zaqqum jenis tanaman dan pohon yang tumbuh di antara api neraka serta penghuni neraka makan dari buah pohon tersebut. Wajar jika tanaman yang tumbuh dari api dan bukannya air, memiliki karakteristik membakar dan panas serta buahnya menimbulkan kerusakan dan sulit untuk dimakan.
Selain itu, buah zaqqum berbau busuk dan rasanya pahit. Al-Quran menyebutnya buah yang buruk dan menakutkan serta berbentuk kepala monster. Manusia sejak dahulu meyakini muka dan kepala monster sangat buruk, sementara malaikat menurut mereka berbentuk indah, padahal mereka tidak menyaksikan malaikat dan monster.
Dari tiga ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hukum dan sistem di akhirat berbeda dengan sistem di dunia. Oleh karena itu, ada peluang tanaman tumbuh di neraka dan di antara api.
2. Mereka yang mengikuti perintah setan di dunia, akan menyaksikan pemandangan tanaman yang mengerikan di neraka, seakan-akan kepala setan keluar dari permukaan bumi.
ثُمَّ إِنَّ لَهُمْ عَلَيْهَا لَشَوْبًا مِنْ حَمِيمٍ (67) ثُمَّ إِنَّ مَرْجِعَهُمْ لَإِلَى الْجَحِيمِ (68)
Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. (37: 67)
Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim. (37: 68)
Mengkonsumsi buah yang memiliki karakteristik panas tentu membuat seseorang merasa kehausan. Ayat ini menyatakan, "Mereka (ahli neraka) memakan buah zaqqum, ketika haus mereka minum air yang panas dan membakar. Rasa haus mereka tidak hilang, tapi malah mereka semakin kehausan."
Ayat ini menambahkan, "Setelah melewati kondisi ini, mereka kemudian dimasukkan ke neraka." Dengan demikian buah zaqqum dan minumannya adalah hidangan pembuka bagi penghuni neraka sebelum mereka memasukinya, sama seperti seorang tamu ketika menghadiri sebuah perjamuan, mereka diberi hidangan pembuka. Jika hidangan pembuka ahli neraka seperti ini, lantas apa makanan mereka ketika sudah memasuki neraka?
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Ahli neraka sama seperti ahli surga, memiliki makanan dan minuman. Tapi makanan mereka bukan sesuatu yang lezat, tapi bentuknya buruk dan rasanya tidak enak. Selain itu, makanan tersebut sangat menyiksa mereka.
2. Mereka di dunia makan makanan haram serta tidak mengindahkan perintah Tuhan. Oleh karena itu, di akhirat mereka juga memenuhi perut mereka dengan sesuatu yang menyiksa.
3. Posisi dan situasi hari Kiamat berbeda. Ahli neraka setelah melewati berbagai fase akan memasuki tempat utama mereka yakni neraka.
Surat as-Saaffat ayat 50-61.
فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (50) قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ (51) يَقُولُ أَئِنَّكَ لَمِنَ الْمُصَدِّقِينَ (52) أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَدِينُونَ (
53)
Lalu sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain sambil bercakap-cakap. (37: 50)
Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman.” (37: 51)
Yang berkata, “Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (hari berbangkit)?” (37: 52)
Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan? (37: 53)
Pada pertemuan sebelumnya, telah kita sampaikan bahwa para penghuni sorga akan duduk pada kursi-kursi serta bercengkerama dengan para teman mereka pada pesta di sana. Ayat-ayat ini menyinggung percakapan para penghuni sorga yang diharapkan dapat menarik perhatian dan mengingatkan manusia-manusia yang lalai. Betapa banyak manusia yang akan terpisah dengan teman-temannya di dunia ini ketika mereka di akhirat, karena sebagiannya menuju sorga dan sebagian lainnya tinggal di neraka.
Ayat-ayat ini menyebutkan, para penguni sorga dalam percakapan mereka saling bertanya apa yang terjadi di dunia dan mereka akan saling menceritakan kisah masing-masing. Salah satu di antara kisah itu disebutkan tentang orang yang memungkiri hari kiamat dan dibangkitkannya kembali manusia setelah kematiannya di akhirat kelak. Dia selalu bertanya kepada temannya yang mukmin, "Apakah kau benar-benar meyakini hal ini? Apakah kau benar-benar meyakini bahwa seluruh perbuatan kita di dunia memiliki pahala dan dosa di akhirat?"
Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tidak mengapa duduk bersama orang-orang yang tidak beragama atau yang imannya lemah, jika tidak melemahkan iman dan keyakinan manusia. Khususnya jika dia mampu mendorongnya menuju agama dan jalan kebenaran, atau paling tidak menimbulkan pertanyaan tentang kebenaran agama pada benak temannya.
2. Para pengingkar hari kiamat, karena mereka tidak memiliki alasan logis dan bahkan empiris untuk menafikan hari kiamat setelah kematian dan yang dapat mereka lakukan adalah menyatakan terkejut.
3. Pada hari kiamat kenangan manusia di dunia tidak akan terhapus dan dia dapat menceritakan masa lalunya.
قَالَ هَلْ أَنْتُمْ مُطَّلِعُونَ (54) فَاطَّلَعَ فَرَآَهُ فِي سَوَاءِ الْجَحِيمِ (55) قَالَ تَاللَّهِ إِنْ كِدْتَ لَتُرْدِينِ (56) وَلَوْلَا نِعْمَةُ رَبِّي لَكُنْتُ مِنَ الْمُحْضَرِينَ (57)
Berkata pulalah ia, “Maukah kamu meninjau (temanku itu)?” (37: 54)
Maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala. (37: 55)
Ia berkata (pula), “Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku.” (37: 56)
Jikalau tidaklah karena nikmat Tuhanku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka). (37: 57)
Penghuni sorga itu dalam lanjutan kisahnya mengatakan, dia yang di dunia mempertanyakan keyakinanku pada hari kiamat, sekarang terjebak di neraka. Jika kamu mau, kamu dapat menyaksikan posisinya di neraka. Tentunya aku juga mengalami goncangan dan penyimpangan karena bergaul bersamanya. Akan tetapi Allah Swt karena iman dan amalku menolongku dari jebakan tersebut.
Dari lima ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berdasarkan ayat-ayat Al-Quran, para penghuni sorga mengetahui para penghuni neraka dan kapan pun mereka ingin mereka dapat menyaksikan kondisi mereka yang berada di neraka. Begitu juga sebaliknya.
2. Bergaul dan berteman dengan para pengingkar agama, tidak ada masalah jika tidak menimbulkan pelemahan iman seseorang. Pada saat yang sama, berteman dengan orang-orang ini sangat berbahaya dan jika bukan karena pertolongan Allah Swt, manusia akan terjebak bahaya.
أَفَمَا نَحْنُ بِمَيِّتِينَ (58) إِلَّا مَوْتَتَنَا الْأُولَى وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ (59) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (60) لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ (61)
Maka apakah kita tidak akan mati? (37: 58)
Melainkan hanya kematian kita yang pertama saja (di dunia), dan kita tidak akan disiksa (di akhirat ini)? (37: 59)
Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar. (37: 60)
Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja. (37: 61)
Mereka yang masuk sorga mengetahui tidak akan mengalami siksaan azab, karena jika mereka harus terazab maka sebelum masuk sorga mereka harus diazab.
Akan tetapi mengingatkan masalah ini penting untuk dua masalah; salah satu di antaranya adalah mengingat pertolongan dan inayah ilahi yang akan menjadi landasan pensyukuran. Yang kedua adalah mengingat masalah ini akan memberikan perasaan bahagia kepada manusia bahwa dia akan tinggal di sorga di mana tidak ada masalah apapun yang akan dia hadapi seperti selama ketika hidup di bumi. Perlu ditekankan bahwa usia manusia di dunia sangat pendek dan penuh dengan rintangan, kesulitan dan jeri payah, akan tetapi akhirat dan sorga adalah tanpa batas dan sepenuhnya adalah kesejahteraan dan kesenangan.
Ayat terakhir adalah pesan kepada para penghuni sorga kepada seluruh umat manusia di muka bumi: "Wahai kalian yang sampai saat ini masih berkesempatan hidup di dunia, sedapat mungkin berusaha dan bekerjalah kalian untuk akhirat kalian. Harta, kekayaan dan materi memang berharga dan efektif, akan tetapi di akhirat kelak, hanya amal kalian yang akan diperitungkan bukan kekayaan, status dan kekuatan kalian di dunia.
Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di sorga, tidak ada kematian dan ketiadaan akan tetapi di neraka para pendosa akan berulangkali diazab sampai mati dan kemudian dihidupkan kembali.
2. Kebahagiaan sejati adalah dalam menjaga diri dari goncangan, ketergelinciran dan penyimpangan dari kebenaran hingga manusia selamat sampai tujuan.
3. Amal manusia di dunia akan sangat bermafaat untuk mencapai tujuan luhur di akhirat.
Surat as-Saaffat ayat 39-49.
Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan. (37: 39)
Kajian sebelumnya berbicara tentang celaan kaum musyrik dan kafir terhadap para nabi dan juga azab Ilahi yang mereka terima di hari kiamat. Ayat tersebut menjelaskan bahwa azab Ilahi diberikan bukan atas dasar balas dendam dan dengki, tetapi merupakan hasil dari perbuatan mereka sendiri selama di dunia.
Menurut ajaran Islam, pemikiran, ucapan, dan perilaku manusia memiliki pengaruh pada ruhnya dan membentuk kepribadian hakiki mereka. Di akhirat, parameter pemberian pahala dan azab adalah berdasarkan kepribadian manusia yang terbentuk selama di dunia. Kekufuran, kezaliman, atau arogansi akan membawa dampak yang sangat merusak pada ruh manusia. Sifat-sifat buruk ini mengundang azab dan siksa neraka di hari kiamat kelak.
Perlu dicatat bahwa aturan hukum di dunia disusun atas dasar kesepakatan dan musyawarah, sementara azab akhirat bukan produk dari musyawarah. Sebagai contoh, menerabas garis putih dan zebra cross saat di lampu merah, akan dikenai denda materi dengan angka yang berbeda-beda di setiap negara. Perbuatan ini juga memiliki risiko lain yaitu berpotensi menabrak kendaraan lain. Denda materi adalah sebuah produk kesepakatan, sementara potensi tabrakan merupakan akibat yang harus ditanggung karena perbuatan melanggar hukum.
Jadi, azab akhirat adalah akibat yang harus ditanggung karena dosa-dosa yang dilakukan selama di dunia.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Azab Ilahi berpijak pada keadilan, karena benar-benar sesuai dengan perbuatan manusia itu sendiri.
2. Wujud dari akidah dan perbuatan kita akan tampak pada hari kiamat dan apa yang telah kita tanam akan kita petik hasilnya di sana.
إِلَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ (40) أُولَئِكَ لَهُمْ رِزْقٌ مَعْلُومٌ (41) فَوَاكِهُ وَهُمْ مُكْرَمُونَ (42) فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (43) عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ (44)
Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). (37: 40)
Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu. (37: 41)
Yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan. (37: 42)
Di dalam surga-surga yang penuh nikmat. (37: 43)
Di atas takhta-takhta kebesaran berhadap-hadapan. (37: 44)
Ayat tersebut berbicara tentang sifat para penghuni surga. Manusia yang telah dibersihkan dari dosa akan dijauhkan dari siksa neraka. Mereka memperoleh berbagai kenikmatan di surga serta hidup dalam kesejahteraan dan kedamaian yang hakiki.
Dalam teks al-Quran, kata mukhlis dipakai untuk orang yang melakukan pekerjaannya semata-mata karena Allah Swt dan bergerak meniti kesempurnaan spiritual. Sedangkan kata mukhlas dipakai untuk orang yang telah dibersihkan oleh Allah Swt dan mencapai puncak kesempurnaan spiritual. Mengacu pada kisah Nabi Yusuf as dalam al-Quran, ketika dia selamat dari serangan dan godaan hawa nafsu seorang wanita, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang telah disucikan."
Jelas, selama manusia tidak ingin membersihkan diri, Allah Swt juga tidak akan memaksa mereka untuk melakukan itu. Namun, manusia yang meniti jalan kesempurnaan dan selalu berbuat karena Allah, Tuhan juga akan membantu mereka di jalan ini dan menuntunnya menuju ke sisi-Nya.
Hamba-hamba seperti ini tidak hanya dijauhkan dari siksa neraka, tapi mereka juga akan menerima pahala yang lebih besar dari perbuatan yang telah mereka lakukan. Niat tulus mereka untuk melakukan pekerjaan tertentu, meskipun belum kesampaian, tetap akan diberikan pahala oleh Allah Swt.
Dari lima ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Penghambaan diri kepada Allah ('Ubudiyyah) akan membersihkan diri manusia dari segala bentuk syirik dan riya'.
2. Azab Ilahi berpijak pada keadilan dan sesuai dengan perbuatan manusia. Namun, pahala orang-orang yang bertakwa diberikan atas dasar kemurahan Tuhan dan balasannya akan lebih besar dari perbuatan baik mereka.
3. Di surga, manusia akan memperoleh kenikmatan materi dan maknawi serta rezeki dengan kadar yang telah ditentukan.
4. Ahli surga akan bertemu dengan para auliya Allah dan duduk bersama mereka. Inilah salah satu dari kenikmatan maknawi penghuni surga.
يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ (45) بَيْضَاءَ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ (46) لَا فِيهَا غَوْلٌ وَلَا هُمْ عَنْهَا يُنْزَفُونَ (47) وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ (48) كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ (49)
Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang mengalir. (37: 45)
(Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. (37: 46)
Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya. (37: 47)
Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya. (37: 48)
Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. (37: 49)
Ayat sebelumnya menjelaskan bahwa para ahli surga duduk di atas takhta-takhta kebesaran saling berhadap-hadapan. Di sini, al-Quran menerangkan bahwa mereka memiliki pelayan yang selalu siap mengedarkan berbagai jenis minuman dan jamuan. Khamar di surga benar-benar berbeda dengan khamar di dunia, ia adalah minuman yang telah disucikan dan tidak memabukkan sehingga para peminumnya tidak hilang kesadaran.
Nikmat lain surga adalah kehadiran para bidadari yang sama sekali tidak melirik orang lain dan benar-benar tulus mencintai pasangannya. Mereka adalah bidadari yang cantik jelita dan tersembunyi dari lirikan orang lain, ibarat telur burung unta yang tersimpan rapat di bawah sayap-sayap induknya sehingga tidak bisa dilihat oleh orang lain. Bidadari surga juga menyembunyikan fisiknya dengan pakaian laksana sayap dan bulu burung.
Dari lima ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Ma'ad (hari kebangkitan) bersifat jasmani (fisik manusia yang sudah hancur akan kembali dibangkitkan seperti bentuk semula). Di akhirat, para ahli surga akan memperoleh berbagai kenikmatan jasmani. Para ahli neraka juga akan merasakan berbagai siksaan fisik.
2. Warna putih termasuk dari warna surga, yang melambangkan keindahan, kebersihan, kesucian, dan cahaya.
3. Bidadari surga adalah wanita yang cantik jelita, menarik, suci, dan mulia.
200 Ribu Warga Palestina Gelar Shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa
Kantor urusan Wakaf Islam Palestina mengumumkan, shalat Jumat pekan ini yang digelar di Masjid al-Aqsa dihadiri sekitar 200 ribu warga Palestina.
Rezim Zionis Israel hari Jumat (17/05) dilaporkan memperketat penjagaan dan keamanan di sekitar Masjid al-Aqsa karena takut partisipasi luas warga Palestina di shalat Jumat pekan ini.
Pekan lalu sekitar 180 ribu warga Palestina juga menunaikan shalat Jumat pertama bulan Ramadhan di Masjid al-Aqsa.
Selain warga Quds, sejumlah warga di sekitar kota ini termasuk Ramallah menghadiri shalat Jumat ini.
Sebelum bulan Ramadhan, rata-rata shalat Jumat di Masjid al-Aqsa diikuti sekitar 40 ribu jamaah, namun di bulan suci ini partisipasi warga terus meningkat. Adapun shalat Isya dan tarawih di Masjid al-Aqsa dihadiri 110 ribu jamaah.
Israel Tangkap Anggota Parlemen Belanda
Militer rezim Zionis Israel dilaporkan menangkap seorang anggota parlemen Belanda yang ingin memasuki Masjid al-Aqsa.
Pusat Informasi Palestina melaporkan, Ramy Abdu, wakil ketua pelapor HAM Eropa di Mediterania menyatakan, Tunahan Kuzu, anggota parlemen Belanda Juamt (17/05) berencana memasuki kompleks Masjid al-Aqsa dengan membawa bendera Palestina, namun ia dihalangi oleh militer Israel.
Kuzu termasuk anggota parlemen Belanda yang ant pendudukan Palestina serta berkunjung ke Quds untuk menunjukkan solidaritasnya kepada bangsa Palestina.
Rezim Zionis hari Jumat meningkatkan penjagaan keamanan dan pemeriksaan karena takut partisipasi luas bangsa Palestina di shalat Jumat di Masjid al-Aqsa.
Selain warga Quds, berbagai warga Palestina lainnya di Tepi Barat berbondong-bondong pergi Masjid al-Aqsa untuk menunaikan shalat Jumat meski ada penjagaan ketat dari militer Israel.