کمالوندی

کمالوندی

 

Khatib Shalat Jumat di Tehran Hujjatul Islam wal Muslimin Sayid Mohammad Hassan Abutorabi-Fard menggambarkan nasihat dan rekomendasi Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei tentang pentingnya untuk mengandalkan generasi muda, sebagai peta jalan bagi pembangunan dan untuk mencapai ekonomi yang lebih kuat.

Hal itu disampaikan Abutorabi-Fard dalam khutbah kedua Shalat Jumat di Universitas Tehran, Tehran, ibu kota Republik Islam Iran, Jumat (17/5/2019).

Dia menyinggung nasihat Ayatullah Khamenei tentang kepercayaan kepada generasi muda dan individu yang berbakat, inovatif dan termotivasi di berbagai sektor ekonomi dan teknis. Menurutnya, ini adalah kunci untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

"Jika kita mengikuti instruksi seperti itu, kita akan segera bisa mengatasi masalah ekonomi, sosial dan budaya kita," ujarnya.

Imam Shalat Jumat di Tehran itu menuturkan ekonomi yang kuat akan membuka pintu gerbang untuk pembangunan dan pertumbuhan.

Pada bulan Februari 2019, Ayatullah Khamenei mengeluarkan pernyataan terperinci berjudul fase kedua Revolusi Islam pada kesempatan peringatan 40 tahun Kemenangan Revolusi Islam 1979.

Menurut Abutorabi-Fard, fase kedua Revolusi Islam adalah peta jalan untuk memantapkan revolusi guna mencapai peradaban Islam.

Di bagian lain khutbahnya, Abutorabi-Fard menyinggung sanksi Amerika Serikat terhadap Republik Islam.

Dia mengatakan, Iran meski disanksi selama empat dekade, namun mampu melakukan langkah-langkah besar di bidang ekonomi dan sebagian besar infrastruktur ekonomi negara ini bahkan tidak dimiliki oleh beberapa negara maju.

Khatib Jumat Tehran menerangkan, pejabat tinggi Amerika yang mengusulkan sanksi terhadap Iran, hari ini mengakui bahwa jika Iran memanfaatkan kapasitas-kapasitas yang dimilikinya, maka sanksi tidak akan efektif.

"Orang-orang Amerika lah yang terjebak dalam kemiskinan, Iran kuat karena melangkah di jalan yang benar dengan yakin dan kekuatan dalam negerinya kokoh, dan Insyaallah suatu hari nanti akan menjadi salah satu kekuatan besar ekonomi dunia," pungkasnya. (

Jumat, 17 Mei 2019 21:03

Shalat Jumat di Tehran, 17 Mei 2019

 

Shalat Jumat di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran, 17 Mei 2019 diselenggarakan di Universitas Tehran, dan diimami oleh Hujjatul Islam wal Muslimin Sayid Mohammad Hassan Abutorabi-Fard.


Imam dan Khatib Shalat Jumat di Tehran dalam khubah kedua, menggambarkan nasihat dan rekomendasi Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei tentang pentingnya untuk mengandalkan generasi muda, sebagai peta jalan pembangunan dan untuk mencapai ekonomi yang lebih kuat.


Abutorabi-Fard menyinggung nasihat Ayatullah Khamenei tentang kepercayaan kepada generasi muda dan individu yang berbakat, inovatif dan termotivasi di berbagai sektor ekonomi dan teknis. Menurutnya, ini adalah kunci untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan.


"Jika kita mengikuti instruksi seperti itu, kita akan segera bisa mengatasi masalah ekonomi, sosial dan budaya kita," kata Abutorabi-Fard.

Imam Shalat Jumat di Tehran itu menuturkan ekonomi yang kuat akan membuka pintu gerbang untuk pembangunan dan pertumbuhan.


Pada bulan Februari 2019, Ayatullah Khamenei mengeluarkan pernyataan terperinci berjudul fase kedua Revolusi Islam pada kesempatan peringatan 40 tahun Kemenangan Revolusi Islam 1979.

Menurut Abutorabi-Fard, fase kedua Revolusi Islam adalah peta jalan untuk memantapkan revolusi guna mencapai peradaban Islam.


Di bagian lain khutbahnya, Abutorabi-Fard menyinggung sanksi Amerika Serikat terhadap Republik Islam.

Dia mengatakan, Iran meski disanksi selama empat dekade, namun mampu melakukan langkah-langkah besar di bidang ekonomi dan sebagian besar infrastruktur ekonomi negara ini bahkan tidak dimiliki oleh beberapa negara maju.


Khatib Jumat Tehran menerangkan, pejabat tinggi Amerika yang mengusulkan sanksi terhadap Iran, hari ini mengakui bahwa jika Iran memanfaatkan kapasitas-kapasitas yang dimilikinya, maka sanksi tidak akan efektif.


"Orang-orang Amerika lah yang terjebak dalam kemiskinan, Iran kuat karena melangkah di jalan yang benar dengan yakin dan kekuatan dalam negerinya kokoh, dan Insyaallah suatu hari nanti akan menjadi salah satu kekuatan besar ekonomi dunia," pungkasnya. 

 

Uni Eropa menjawab ancaman Presiden Amerika Serikat terkait kebijakan pertahanan mandiri Eropa dan menolak seluruh protes dan permintaan Washington dalam masalah ini.

Majalah mingguan Jerman, Der Spiegel, Kamis (16/5/2019) menulis, dalam surat balasan Uni Eropa untuk Amerika yang dikirim hari Kamis (16/5), Uni Eropa menolak sepenuhnya permintaan Amerika untuk mengubah kebijakan pertahanannya.

Jawaban resmi Uni Eropa atas surat berbau ancaman Amerika itu menyebutkan, kami ingin menyelesaikan kesalahpahaman ini.

Surat balasan itu tidak ditandatangani Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini, tapi oleh wakilnya dan direktur jenderal pasar dalam negeri di Komisi Eropa.

Amerika meminta negara-negara Eropa meninjau ulang proyeknya untuk membentuk sebuah unit pertahanan Eropa independen, jika tidak maka Washington akan menindak tegas Uni Eropa.

Menurut Gedung Putih rencana Uni Eropa itu dapat mengganggu kerja sama konstruktif antara NATO dengan Uni Eropa.

 

Surat kabar Amerika Serikat Wall Street Journal menulis, Washington keliru menafsirkan manuver Tehran, dan langkah-langkah yang dianggap ancaman dari Iran sebenarnya bermuatan pertahanan.

Wall Street Journal, Jumat (17/5/2019) mengutip statemen beberapa pejabat Amerika menulis, informasi-informasi terbaru yang diperoleh Washington menunjukkan bahwa Tehran bersiap menyerang balik karena merasa terancam oleh Amerika.

kapal perang Iran
Beberapa pejabat Amerika mengatakan, Presiden Donald Trump kepada penasihat seniornya termasuk di departemen pertahanan mengaku tidak ingin terjun ke dalam konfrontasi militer dengan Iran, namun beberapa pejabat lain mengungkap adanya perbedaan pendapat tajam di pemerintahan Trump terkait interpretasi tentang kesiapan militer Iran dan pasukan dukungannya.

Beberapa pejabat Gedung Putih mengklaim bahwa informasi ini muncul dari langkah Iran yang sedang mempersiapkan serangan preemptive atau sedang merencanakannya, dan masalah ini disinyalir menjadi alasan lawatan Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo ke Irak. 

Polisi Amerika Serikat menerobos masuk kedutaan besar Venezuela di Washington dan menangkap empat aktivis pelindung kedubes yang tersisa dari kelompok Embassy Civilian Protection Collective dan menyeret mereka keluar.

IRNA (16/5/2019) melaporkan, kepolisian federal Amerika, Kamis (15/5) menerobos masuk gedung kedubes Venezuela dan menangkap empat aktivis pelindung misi diplomatik Caracas di Washington.

Sehubungan dengan hal ini Wakil Menteri Luar Negeri Venezuela Carlos Ron mengatakan, kami mengecam penangkapan ini karena para aktivis itu ada di sana atas izin kami, dan kami menanggap penangkapan ini sebagai pelanggaran terhadap Konvensi Wina.

para aktivis pelindung kedubes Venezuela di Washington
Selama 36 hari sekitar 50 aktivis Embassy Civilian Protection Collective tinggal di dalam gedung kedubes Venezuela di Washington meski pemerintah setempat telah menutup jalur bantuan makanan dan memutus aliran listrik ke gedung tersebut.

Para aktivis itu mengaku melindungi gedung kedubes Venezuela dari serangan pemerintah Amerika dan pendukung oposisi Venezuela, Juan Guaido. 

 

Presiden Amerika Serikat saat bertemu Presiden Swiss Ueli Maurer pada hari Kamis (16/5/2019) mengatakan bahwa ia berharap Amerika tidak akan berperang dengan Iran.

IRNA (17/5) melaporkan, Presiden Amerika Donald Trump dalam pertemuan dengan Presiden Swiss, Kamis (16/5) di Gedung Putih saat ditanya wartawan apakah Amerika akan berperang dengan Iran, menjawab, saya harap tidak.

USS Abraham Lincoln
Sebelumnya Trump juga kepada salah satu pejabat departemen pertahanan Amerika, Patrick Shanahan mengaku bahwa ia tidak ingin berperang dengan Iran.

Swiss selama ini mewakili kepentingan Amerika di Iran. Presiden Swiss Ueli Maurer kepada wartawan mengatakan bahwa Iran sangat mengurangi intensitas pembicaraannya dengan Trump.

 

Republik Indonesia resmi menjabat sebagai anggota terpilih Dewan Keamanan Perserikatan BangsaBangsa (DK-PBB) untuk periode 2019-2020.

Seperti dilansir Antaranews, Keanggotaan Indonesia di DK PBB ini merupakan keanggotaan yang keempat kalinya, setelah sebelumnya pernah menjadi anggota tidak tetap DK PBB periode 1973-1974, 1995-1996, dan 2007-2008.

Saat dilakukan pemilihan anggota DK PBB oleh seluruh negara anggota PBB pada Juni 2018 lalu, Indonesia memperoleh dukungan 144 suara dari 193 negara anggota PBB.

Menurut Wakil Tetap RI untuk PBB di New York, Duta Besar Dian Triansyah Djani, besarnya dukungan tersebut merupakan bentuk kepercayaan masyarakat internasional terhadap rekam jejak diplomasi dan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan berperan penting dalam menjaga perdamaian dunia.

Dubes Trian sebagai perwakilan Indonesia pun telah memancangkan Bendera Merah Putih di markas PBB di New York, Amerika Serikat pada 2 Januari 2019, sekaligus menandai dimulainya secara resmi masa keanggotaan Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 1 Januari 2019 hingga 31 Desember 2020.

Pemerintah RI pun telah menyampaikan beberapa hal yang menjadi prioritas Indonesia dalam pelaksanaan keanggotaan pada DK PBB, antara lain memperkuat ekosistem perdamaian dunia dengan mengedepankan penyelesaian konflik melalui dialog, memperkuat sinergi antara DK PBB dengan organisasi regional, menciptakan sinergi antara penciptaan perdamaian dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, Indonesia akan memberi perhatian khusus pada isu Palestina.

 

Manfaat Keanggotaan

Namun, hal yang paling penting adalah Indonesia dapat memperoleh sejumlah manfaat strategis dari keanggotaannya di Dewan Keamanan PBB.

Salah satu manfaat utamanya adalah pemerintah Indonesia dapat mewujudkan mandat konstitusional UUD 1945 dengan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Melalui keanggotaan di DK PBB, pemerintah RI dapat meningkatkan peran kepemimpinan internasional Indonesia, terutama terkait kapasitas bersuara dalam pengambilan keputusan internasional untuk berbagai isu perdamaian dan keamanan dunia.

Direktur Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri Febrian Ruddyard mengatakan bahwa keanggotaan DK PBB memungkinkan Indonesia menerapkan perspektifnya dan prinsip politik luar negeri bebas aktif, yaitu mendorong pendekatan yang lebih berimbang dan menyuarakan kepentingan middle power maupun negara berkembang.

Selain itu, menurut Febrian, keanggotaan di Dewan Keamanan juga akan memungkinkan pemerintah Indonesia mendorong pembahasan masalah-masalah non-inti (non-core issues) yang sesuai dengan kepentingan nasional, misalnya isu perubahan iklim, pandemi, dan migrasi.

Keanggotaan itu juga meletakkan dasar yang kuat bagi "investasi politik" Indonesia dengan negara maju maupun negara berkembang, membuka peluang lebih besar bagi Indonesia dalam memberikan bantuan kerja sama teknik kepada negara-negara berkembang lainnya, serta memagari kedaulatan dan integritas teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Keanggotaan DK akan memberikan direct exposure pada penanganan berbagai isu perdamaian dan keamanan internasional, sehingga memungkinkan Indonesia untuk secara lebih langsung mengamankan berbagai kepentingan nasionalnya," ujar Febrian.

Lebih lanjut dia menyebutkan bahwa keanggotaan DK PBB dapat meningkatkan pengiriman pasukan misi pemeliharaan perdamaian dari Indonesia, yang memiliki visi untuk menempatkan 4.000 personel di berbagai misi pemeliharaan perdamaian (MPP) PBB.

Penempatan personel Indonesia pada MPP PBB itu dapat membawa beberapa manfaat konkret, salah satunya mendorong penggunaan dan peningkatan kemampuan alat pertahanan keamanan nasional, seperti Panser Anoa, Rantis Komodo, dan seragam tempur.

Manfaat nyata lainnya adalah memperbesar peluang partisipasi perusahaan-perusahaan Indonesia pada pengadaan barang dan jasa PBB untuk berbagai misi perdamaian.

 


Reformasi DK PBB

Selanjutnya, keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan PBB itu tidak hanya memberi manfaat, tetapi juga memberi kesempatan Indonesia untuk berkontribusi dalam upaya mereformasi DK PBB, terutama dalam hal metode kerja.

"Indonesia sangat memahami bahwa keanggotaannya di DK PBB terbatas untuk periode dua tahun. Dalam kaitan ini, Indonesia akan terus konsisten menyuarakan perlunya reformasi DK agar selaras dengan tatanan global yang lebih inklusif," ucap Febrian.

Menurut dia, kesempatan keanggotaan pada Dewan Keamanan membuka peluang yang sangat strategis untuk mendorong proses reformasi DK dari dalam badan PBB itu sendiri.

"Reformasi DK PBB itu suatu keharusan karena sistem yang ada sudah tidak relevan lagi untuk digunakan dalam menangani situasi dan masalah pada masa sekarang ini," kata Febrian.

Pemerintah Indonesia juga akan terus memajukan reformasi metode kerja DK PBB. Menurut Febrian, sistem operasi dan kerja di Dewan Keamanan PBB perlu diperbarui, dan DK PBB harus mencerminkan kenyataan pada masa sekarang, bukan kenyataan pada masa lalu saat pendirian DK PBB.

Indonesia memiliki rekam jejak yang patut dibanggakan dalam hal tersebut, dimana dalam setiap periode keanggotaannya, Indonesia selalu menghasilkan perbaikan metode kerja Dewan Keamanan.

Sebagai contoh, keanggotaan Indonesia pada periode 1995-1996 menghasilkan dokumen "Wisnumurti Guidelines" sebagai panduan proses pemilihan Sekretaris Jenderal PBB yang telah digunakan sejak 1996.

Selanjutnya, keanggotaan Indonesia pada 2007-2008 telah memberikan perombakan pada format laporan tahunan DK PBB kepada Sidang Majelis Umum PBB, yang semula hanya bersifat faktual menjadi dilengkapi analisa, sehingga negara lain memahami dinamika pembahasan yang terjadi.

Mengenai hak veto, sembari tetap menyuarakan perlunya penghapusan hak veto, salah satu gagasan yang didukung oleh Indonesia adalah pembatasan penggunaan hak veto untuk tidak digunakan pada kasus-kasus di mana secara jelas terjadi krisis kemanusiaan.

"Bagi Indonesia, kami ingin veto dihapuskan, tetapi untuk itu kami harus mengubah isi Piagam PBB. Karena itu, lebih baik mengatur ulang penggunaan hak veto," ucap Febrian.

Menurut dia, diperlukan peraturan agar hak veto tidak dapat digunakan oleh anggota tetap Dewan Keamanan PBB dalam menangani kasus tertentu, seperti kasus genosida, kejatahan kemanusiaan, pelanggaran berat HAM.

Selanjutnya, dia menyebutkan hal lain yang perlu dibahas dalam reformasi DK PBB adalah jumlah negara perwakilan dari setiap kawasan. Dalam upaya reformasi DK PBB, perlu dibahas soal jumlah keseluruhan anggota Dewan Keamanan karena bila jumlahnya terlalu banyak, hal itu justru akan membuat kerja DK PBB tidak efisien.

Pemerintah Indonesia pun menilai bahwa metode kerja Dewan Keamanan PBB juga perlu direformasi, khususnya koordinasi antara DK PBB dengan Majelis Umum PBB.

 

Potensi Tantangan

Selain mendapatkan manfaat dan peluang, pemerintah tentu harus menghadapi berbagai potensi tantangan untuk mencapai target-target Indonesia selama menjadi anggota DK PBB.

Dirjen Kerja Sama Multilateral Kemlu menyebutkan tantang pertama bersifat klasik, yaitu dominasi negara-negara anggota tetap (P5) DK PBB, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, China dan Rusia serta perebutan pengaruh antara negara-negara P5 tersebut.

Menurut Febrian, perpecahan diantara negara P5 terlihat semakin membesar dalam beberapa tahun terakhir. Tantangan kedua adalah pelemahan multilateralisme global akhir-akhir ini sebagai akibat kebijakan sejumlah negara yang semakin berpandangan ke dalam (inward looking) sehingga cenderung meningkatkan aksi unilateralisme.

"Keadaan kerja di DK PBB sekarang ini kami tidak bekerja dalam situasi 'ceteris paribus' (kondisi yang tetap sama). Kami harus bekerja di tengah meningkatnya unilateralisme," kata Febrian.

Tantangan lain adalah banyaknya isu-isu baru (non-core issues), seperti perubahan iklim, dampak penyakit menular (pandemi), dan pembangunan berkelanjutan yang semakin menjadi perhatian DK PBB. Pemerintah Indonesia tentu melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi tantangan tersebut.

Terkait pelemahan multilateralisme global, menurut Wakil Tetap RI untuk PBB Duta Besar Dian Triansyah Djani, Indonesia terus memperkuat kerja sama dan solidaritas di antara kesepuluh negara anggota terpilih DK PBB (Elected-10) serta negara-negara berkembang, sembari terus memajukan dialog yang erat dan setara dengan negara-negara P5.

Terkait dengan maraknya isu-isu baru, lanjut Trian, Indonesia senantiasa melakukan rekalibarasi polugri untuk semakin mencerminkan keterkaitan antara perdamaian dan keamanan internasional dengan isu-isu lainnya.

Di samping itu, dia menyebutkan bahwa Kemenlu juga telah melakukan sejumlah persiapan lainnya, seperti memperkuat formasi staf Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di New York dengan tambahan satu duta besar dan sembilan pejabat diplomatik.

Selain itu, ada pembekalan substansi khusus bagi pejabat Kemenlu di PTRI New York maupun di Jakarta yang menangani isu DK PBB serta penyusunan posisi dasar Indonesia pada berbagai isu yang dibahas di DK PBB.

Selanjutnya, pemerintah Indonesia pun melakukan konsultasi dan dialog kebijakan dengan sejumlah negara anggota tetap maupun tidak tetap DK PBB serta melaksanakan kegiatan outreach untuk memberikan pemahaman publik terkait kiprah Indonesia di DK PBB.

Wakil Tetap RI untuk PBB, Dubes Trian, menekankan bahwa dalam setiap keanggotaan di DK PBB, setiap negara tentu akan menemui tantangannya masing-masing.

Dia menyatakan bahwa Indonesia siap untuk menghadapi berbagai tantangan, baik yang klasik maupun baru, selama masa keanggotaan di Dewan Keamanan PBB untuk periode 2019-2020. 

Hari kesepuluh Ramadhan bertepatan dengan peringatan wafatnya seorang wanita terbaik yang berperan penting mendampingi Rasulullah Saw dalam perjuangannya menyampaikan risalah ilahi.

Kepergian beliau tepat di tahun yang sama dengan meninggalnya paman Rasulullah Saw, Abu Thalib yang terjadi tiga tahun sebelum Hijrah dari Mekah ke Madinah. Kehilangan dua orang yang sangat dicintai itu, membuat Rasulullah Saw tenggelam dalam duka yang sangat berat. Oleh karena itu, tahun itu dikenal dengan nama Aamul Huzn atau Tahun Kesedihan.

Sayidah Khadijah dipanggil dengan nama Thahirah yang berarti suci. Kepribadian sucinya dan kedermawanannya membuat beliau dihormati masyarakat umum dan para tokoh di zamannya, sehingga dipanggil Sayidah an-Niswan yang berarti junjungan para wanita.

Ahli hadis al-Qommi menulis, "Sayidah Khadijah as memiliki posisi yang tinggi di sisi Allah, sehingga sebelum kelahirannya ada pesan kepada Isa al-Masih dari sisi Allah bahwa beliau disebut "Mubarakah" dan bersama Sayidah Maryam di surga. Karena dalam Injil ketika menggambarkan ciri khas disebutkan, keturunannya berasal dari seorang wanita agung "Mubarakah".

 


 

Pada hari pertama setelah Muhammad diutus sebagai Rasulullah dan sedang turun dari goa Hira, Sayidah Khadijah langsung menyambutnya dan menjadi wanita pertama yang memenuhi seruan risalah Nabi Muhammad Saw dan memeluk agama Islam. Ketika Rasulullah Saw menyampaikan Islam kepada istri tercinta beliau, Sayyidah Khadijah berkata: “Aku beriman, aku meyakini kenabianmu, aku menerima agama Islam dan aku berserah diri.” (Bihar al-Anwar jilid 18). Sejak awal, Sayyidah Khadijah mampu mengenali kebenaran, menerimanya dengan sepenuh hati serta menyuarakannya dengan lantang.

Ketika Rasulullah dituduh pendusta oleh kaum musyrik dan munafik serta menerima penghinaan dari mereka, Allah Swt meringankan kesedihan dan kekhawatiran utusan-Nya itu melalui Khadijah. Keimanan dan dukungan sang istri membuat Rasulullah Saw optimis dengan masa depan dakwahnya.

Doktor Bint al-Shati' berkata, "Apakah ada istri lain selain Khadijah dengan kapasitas seperti ini; menerima seruan suaminya ketika keluar dari Gua Hira' dengan iman yang kuat, lapang dada, kelembutan, dan kasih sayang, tanpa sedikit pun meragukan kejujurannya dan yakin Tuhan tidak akan meninggalkannya sendirian. Apakah ada wanita lain selain Khadijah yang mampu dengan penuh keikhlasan menutup mata dari kehidupan mewah, harta yang berlimpah, dan kemapaman, untuk mendampingi suaminya dalam kondisi kehidupan yang paling sulit dan membantunya dalam berbagai tantangan demi merealisasikan tujuan yang ia yakini kebenarannya. Tentu saja tidak! Hanya Sayidah Khadijah yang demikian."

Sayidah Khadijah as, adalah wanita bijaksana yang lahir di kota Mekkah, 68 tahun sebelum Hijrah. Dari sisi nasab, kehormatan, status sosial dan keluarga, beliau memiliki posisi yang istimewa di antara kaum perempuan Jazirah Arab dan Quraish. Dari sisi kesempurnaan, kepribadian dan kebijaksanaan, Sayyidah Khadijah as adalah yang paling utama di antara semua wanita di masa itu. Sejak usia belia, beliau adalah salah satu wanita tersohor di Hijaz dan Arab. Karena beliau adalah wanita pedagang pertama dan merupakan salah satu saudagar terkemuka di Hijaz.

Di samping berdagang, beliau juga sangat meningkatkan kepribadian dan nilai-nilai kemanusiaan dalam dirinya. Sayyidah Khadijah as, tidak mengejar keuntungan membabi-buta. Oleh karena itu, dalam berdagang beliau berusaha menjauhkan diri dari keuntungan tidak benar yang marak di masa itu seperti riba dan lain sebagainya.

Hal ini menjadi faktor pemikat kepercayaan dari banyak kelompok dan lapisan masyarakat serta meningkatkan keberhasilan dan keuntungan yang diperoleh Sayyidah Khadijah as, melalui perdagangan yang halal. Dalam sejarah disebutkan, “Ribuan onta berada di tangan pembantu dan pekerja Khadijah yang melintasi berbagai negeri seperti Mesir, Sham dan Habasyah untuk berdagang dan mengangkut barang dagangan.”

Selain dikenal sebagai seorang pengusaha besar dan sukses, Sayidah Khadijah  juga dikenal sebagai sosok spiritual, lembut, suci, dermawan, serta memiliki pemikiran tinggi dan pandangan jauh ke depan. Bahkan di era Jahiliyah, di mana kesucian tidak berarti sama sekali, Sayidah Khadijah juga dikenal dengan nama Thahirah, karena kesuciannya.

Berbagai keutamaan tersebut disandingkan dengan status keluarga dan kekayaannya yang melimpah, membuat banyak pembesar Mekkah yang melamar beliau. Namun, Sayidah Khadijah as adalah wanita dengan pandangan dan kesadaran yang tinggi, hanya mencari keutamaan akhlak dan spiritual. Oleh karena itu, beliau menolak semua lamaran tersebut.

Akan tetapi ketika beliau mengenal seorang sosok terkenal menjaga amanat dan berhati bersih seperti Muhammad, Sayidah Khadijah sendiri yang melangkah maju dan mengajukan permintaan pernikahan. Dalam pertemuannya dengan Nabi Muhammad Saw, Sayidah Khadijah berkata, “Wahai Muhammad! Aku mendapati dirimu sebagai sosok mulia, penjaga amanat dan seorang manusia di puncak kemurnian, kejujuran, kesucian dan kebenaran, di mana kau menjaga dirimu tetap suci dan tidak ada sedikit pun noda di pangkuanmu. Kau berakhlak baik, terpercaya dan jujur, kau tidak takut untuk berkata jujur dan kau tidak melepaskan nilai-nilai kemanusiaanmu di hadapan apapun. Karakter dan  kepribadian muliamu ini telah sedemikian mempesonaku sehingga sekarang aku ingin mengemukakan permintaan pernikahan dan juga perkenalan denganmu. Jika kau menyetujui permintaanku, aku siap untuk melaksanakan acara pernikahan kapan pun waktu yang tepat.” 

Selama hidup bersama Nabi Muhammad Saw, Sayidah Khadijah telah memberikan pengorbanan besar kepada beliau dan Islam. Dukungan finansial, mental dan emosional kepada Rasulullah Saw, keyakinan dan pembenaran atas kenabian beliau di saat orang-orang mendustakannya, serta pertolongan beliau kepada Nabi Saw dalam menghadapi orang-orang musrik adalah bagian dari pengorbanan besar beliau kepada Rasulullah Saw dan Islam.

Ketika Nabi Muhammad Saw menjalankan tugas beliau sebagai utusan Allah Saw untuk memberikan hidayah kepada umat manusia, orang-orang musyrik mengganggu dan memusuhi beliau. Di saat-saat seperti itu, istri yang mengerti dan penuh kasih sayang seperti Khadijah adalah penenang hati terbaik yang meredakan kesusahan tersebut.

Ibnu Ishaq, seorang sejarawan terkenal menulis, "Nabi tidak mendengar perkataan kaum yang menolak dan mendustakan, di mana menyebabkan kesedihan dan mengganggu pemikirannya, kecuali Allah Swt telah menghilangkan kesedihan itu melalui Khadijah. Khadijah telah meringankan dampak berat dari ucapan-ucapan kasar yang dilontarkan kepada Rasulullah Saw dan membenarkan beliau. Beliau juga menganggap tidak bernilai terhadap perilaku dan kelancangan orang-orang kepada Rasulullah Saw.

Hari kesepuluh dari bulan Ramadhan adalah hari terakhir bagi seorang perempuan yang selama bertahun-tahun senantiasa mengiringi langkah utusan terakhir Allah Swtitu. Nabi Muhammad Saw di hari semacam ini harus merelakan istri tercintanya untuk kembali kepada Yang Maha Kuasa. Sebuah peristiwa yang menyayat jiwa beliau setelah beberapa waktu sebelumnya harus kehilangan pamannya Abu Thalib.

Wafatnya Sayidah Khadijah begitu mempengaruhi beliau, sehingga tahun itu disebut sebagai "tahun kesedihan" (Am al-Huzn). Ketika Sayidah Khadijah as wafat, Nabi Muhammad Saw menangis. Nabi mengusap air matanya yang bercucuran dengan kedua tangannya ketika memakamkan isteri tercintanya itu. Pada waktu itu beliau berkata, "Tidak ada yang dapat menyamai Khadijah. Ketika semua mendustakanku, ia membenarkanku. Ia menjadi penolongku dalam mendakwahkan agama Allah Swt dan dengan hartanya, ia membantuku."

Salam untukmu Sayidah Khadijah, ibu seluruh kebaikan !

Salam atasmu wahai perempuan dermawan yang mengajarkan derma dan kebaikan tanpa pamrih !

Salam untumu wahai wanita agung yang mengorbankan seluruh dijawa dan raganya untuk tegaknya agama Islam ! 

Sabtu, 11 Mei 2019 11:49

Surat as-Saaffat ayat 31-38

فَحَقَّ عَلَيْنَا قَوْلُ رَبِّنَا إِنَّا لَذَائِقُونَ (31) فَأَغْوَيْنَاكُمْ إِنَّا كُنَّا غَاوِينَ (32) فَإِنَّهُمْ يَوْمَئِذٍ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ (33)

Maka pastilah putusan (azab) Tuhan kita menimpa atas kita; sesungguhnya kita akan merasakan (azab itu). (37: 31)

Maka kami telah menyesatkan kamu, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang sesat. (37: 32)

Maka sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama dalam azab. (37: 33)

Kajian sebelumnya dikatakan bahwa pada hari kiamat, orang-orang yang sesat menimpakan dosanya kepada para pemimpin kaum kafir dan menyalahkan mereka atas kesesatan masyarakat. Namun, para pemimpin kafir menjawab, "Kalian sendiri (masyarakat) yang memilih jalan sesat dan mengikuti kami karena hawa nafsu dan pembangkangan kalian terhadap kebenaran. Jadi, bukan kami yang memaksa kalian mengikuti kesesatan. Kami adalah orang-orang yang sesat dan kalian juga mengikuti jalan kami sehingga kalian tersesat."

Para pemimpin kafir berkesimpulan bahwa perdebatan seperti ini tidak ada gunanya di hari kiamat. Sebab, Allah Swt telah memerintahkan untuk menyiksa mereka dan mereka akan segera merasakan azab. Mereka akan bersama-sama merasakan azab Ilahi dan tempat mereka adalah neraka. Tentu saja tingkatan mereka di neraka berbeda-beda. Setiap orang akan menerima siksaan sesuai dengan tingkat dosa dan perannya dalam menyesatkan orang lain.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Di hari kiamat, para pendosa mengakui kebenaran janji para nabi tentang azab Tuhan, tetapi pengakuan ini sudah tidak berguna.

2. Bergaul dengan orang-orang yang sesat berpotensi menyeret kita pada kesesatan dan menyebabkan kita bersama-sama masuk neraka.

3. Menerima orang-orang yang zalim sebagai pemimpin justru akan memperkuat posisi mereka di tengah masyarakat dan pada akhirnya menjerumuskan masyarakat dalam kesesatan.

إِنَّا كَذَلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ (34) إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ (35)

Sesungguhnya demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berbuat jahat. (37: 34)

Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, (37: 35)

Ayat ini menyinggung tentang sunnah Ilahi dalam memperlakukan para pendosa dan orang-orang jahat. Ketika para nabi menyeru masyarakat kepada tauhid, sebagian orang menyombongkan diri dan tidak bersedia mendengarkan seruan tersebut atau memikirkan dan merenungkannya. Orang-orang seperti ini memilih kekufuran dan kesyirikan atas dasar sikap sombong dan congkak. Oleh sebab itu, azab yang pedih akan menanti mereka di hari kiamat.

Kesombongan dan kecongkakan ini kadang muncul karena menganggap dirinya lebih unggul dari segi harta dan kedudukan. Kadang juga karena taklid buta kepada para leluhur dan pemimpin masyarakat sehingga melahirkan fanatisme. Sikap ini akan menjadi sebuah penghalang yang besar dari mendengarkan seruan kebenaran dan menerimanya.

Sikap sombong terhadap kebenaran akan menyeret seseorang tidak hanya mengingkari kebenaran, tetapi juga membuat dia melecehkan dan menghina para penyeru kebenaran.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Janji Ilahi pasti terpenuhi di dunia dan akhirat, dan tidak ada istilah pengingkaran di dalamnya.

2. Akar dosa dan penyimpangan bersumber dari sikap sombong terhadap seruan tauhid dan kebenaran.

3. Para nabi telah menyeru masyarakat kepada kebenaran, seruan ini tidak membawa keuntungan apapun untuk para nabi, namun mereka selalu menerima penghinaan dan penyiksaan di jalan ini.

وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا آَلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ (36) بَلْ جَاءَ بِالْحَقِّ وَصَدَّقَ الْمُرْسَلِينَ (37) إِنَّكُمْ لَذَائِقُو الْعَذَابِ الْأَلِيمِ (38)

Dan mereka berkata, “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” (37: 36)

Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya). (37: 37)

Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih. (37: 38)

Ayat ini berbicara tentang justifikasi orang-orang musyrik yang menolak seruan para nabi. Mereka menganggap perkataan para nabi sebagai syair dan muncul dari halusinasi, bukan atas dasar pemikiran dan rasionalitas. Mereka juga berkata bahwa nabi mempelajari syair dari jin dan dia sendiri sejatinya tidak tahu apa-apa.

Dalam sejarah disebutkan bahwa masyarakat Jazirah Arab percaya bahwa para penyair bisa melantunkan syair karena menjalin hubungan dengan golongan jin, mereka mampu melantunkan syair-syair yang indah karena diajari oleh jin.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Fanatik atas pemikiran dan akidah yang sesat akan mencegah manusia dari menerima kebenaran.

2. Celaan dan hinaan merupakan sarana yang dipakai oleh kaum musyrik untuk mencegah penyebaran dakwah para nabi.

3. Ajaran semua nabi memiliki satu misi yaitu menyeru masyarakat kepada tauhid dan menyembah Tuhan yang Maha Esa.

Sabtu, 11 Mei 2019 11:48

Surat as-Saaffat ayat 22-30

احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ (22) مِنْ دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ (23)

(kepada malaikat diperintahkan), “Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah.” (37: 22)

Selain Allah; maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (37: 23)

Pada kajian sebelumnya dikatakan bahwa para penghuni neraka menyesali masa lalunya setelah menyaksikan api neraka dan mereka mencela dirinya sendiri. Mereka berteriak dan berkata bahwa 'Andai kami tidak mengingkari keberadaan hari seperti ini.'

Pada hari itu, Allah Swt memerintahkan malaikat penjaga neraka untuk memisahkan orang-orang kafir, zalim, dan sembahan mereka dari golongan lain dan kemudian menggiring orang-orang tersebut ke dalam neraka. Tentunya kezaliman memiliki beberapa jenis dan dalam al-Quran, kata zulm merujuk pada penindasan terhadap orang lain atau diri sendiri. Menyekutukan Allah (syirik) termasuk bagian dari kezaliman yang besar.

Mungkin ada dua alasan untuk memasukkan sembahan orang-orang sesat ke neraka. Pertama, sebagian dari sembahan seperti penguasa zalim dan tiran adalah para manusia yang memaksa orang lain untuk menyembah mereka selama di dunia. Dan kedua, dibangkitkannya manusia bersama sembahan mereka seperti, berhala dari batu dan kayu, adalah untuk menghinakan orang-orang sesat ini.

Mereka semua digiring ke neraka dan ungkapan seperti ini bertujuan untuk menghina dan mempermalukan orang-orang yang zalim. Orang yang tidak mau menapaki jalan lurus selama di dunia, maka ia akan diseret ke neraka pada hari kiamat.

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Pada hari kiamat, setiap individu akan dibangkitkan bersama orang yang ia cintai dan jika sembahannya adalah batu atau kayu, maka ia akan dibangkitkan bersamanya.

2. Tidak ada yang bisa menyelamatkan manusia dari api neraka pada hari akhirat.

وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ (24) مَا لَكُمْ لَا تَنَاصَرُونَ (25) بَلْ هُمُ الْيَوْمَ مُسْتَسْلِمُونَ (26)

Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya. (37: 24)

“Kenapa kamu tidak tolong menolong?” (37: 25)

Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri. (37: 26)

Para malaikat bertugas untuk mengumpulkan dan menggiring orang-orang zalim ke neraka. Para malaikat diperintahkan untuk menahan golongan zalim, karena mereka harus ditanyai banyak hal sebelum digiring ke neraka, meskipun jawaban mereka sudah bisa ditebak dan tidak ada yang tersembunyi dari Allah Swt. Di sini, orang-orang zalim mengakui dosa-dosa mereka dan mencela diri mereka. Allah ingin menyempurnakan hujjah dan mematahkan alasan mereka.

Kemudian mereka akan ditanya tentang akidah dan perilaku keji mereka, dan kaum zalim ini disindir mengapa sekarang tidak meminta pertolongan dari orang-orang yang seakidah dengan mereka dan sahabatnya. "Bukankah kalian selalu meminta bantuan mereka dalam setiap masalah di dunia? Mengapa sekarang tidak meminta pertolongan dari mereka?"

Kaum zalim mengakui bahwa orang-orang kuat dan kaya tidak mampu lagi memberikan pertolongan, karena mereka sendiri berada dalam masalah. Para sahabat dan orang-orang yang seakidah juga tidak bisa berbuat apa-apa. Karena semua tunduk di hadapan kekuasaan mutlak Tuhan dan tidak ada yang mampu melawan kehendak-Nya.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Manusia akan dihisab pada hari kiamat. Mereka akan ditanyai tentang umur, masa muda, akidah, perbuatan, dan lain-lain.

2. Kaum zalim dan tiran semua akan tunduk pada kehendak Allah Swt di hari kiamat.

3. Di hari akhirat, para pendosa tidak bisa lagi meminta bantuan temannya atau saling memberi pertolongan.

وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (27) قَالُوا إِنَّكُمْ كُنْتُمْ تَأْتُونَنَا عَنِ الْيَمِينِ (28) قَالُوا بَلْ لَمْ تَكُونُوا مُؤْمِنِينَ (29) وَمَا كَانَ لَنَا عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ بَلْ كُنْتُمْ قَوْمًا طَاغِينَ (30)

Sebahagian dan mereka menghadap kepada sebahagian yang lain berbantah-bantahan. (37: 27)

Pengikut-pengikut mereka berkata (kepada pemimpin-pemimpin mereka), “Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dan kanan.” (37: 28)

Pemimpin-pemimpin mereka menjawab, “Sebenarnya kamulah yang tidak beriman.” (37: 29)

Dan sekali-kali kami tidak berkuasa terhadapmu, bahkan kamulah kaum yang melampaui batas. (37: 30)

Ayat-ayat ini menggambarkan salah satu peristiwa yang terjadi di hari kiamat, di mana para pembesar dan orang-orang sesat yang mengikuti mereka saling menyalahkan dan mereka saling melempar tudingan dan pertanyaan. Pertama, para pengikut mereka berkata, "Kalian atas dasar persahabatan dan rasa peduli, telah menyeret kami ke jalan ini dengan sumpah serapah. Jika kalian tidak datang, kami tidak akan sesat seperti ini."

Lalu para pembesar mereka menjawab, "Kalian sendiri memilih tidak beriman dan karena itu kalian datang kepada kami dan menerima ucapan kami dengan berpaling dari para nabi dan kitab-kitab langit. Sekarang celalah diri kalian, karena kami tidak memaksa kalian ke jalan ini. Kalian mengikuti kami karena adanya rasa ingin berpaling dari kebenaran dalam diri kalian."

Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Pada hari kiamat, golongan sesat ingin menyalahkan para pembesar masyarakat yang telah mengajak mereka pada kesesatan dan membebaskan diri mereka dari hisab. Namun, alasan apapun sudah tidak diterima di sana.

2. Para pemimpin kufur dengan alasan peduli, mengelabui masyarakat dan menyeret mereka pada kesesatan.

3. Faktor-faktor internal dan lingkungan tidak akan memaksa manusia untuk berbuat dosa. Hawa nafsu dan kehendaknya lah yang membuat mereka mengikuti para pemimpin kufur dan pendosa.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…