کمالوندی

کمالوندی

Deputi Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad mengatakan Turki perlu mengetahui bahwa keamanan tidak akan tercipta dengan mendukung teroris dan menduduki wilayah Suriah.

Dalam wawancara dengan televisi al-Mayadeen, Lebanon, Kamis (2/5/2019), Mekdad menuturkan Ankara perlu mengetahui bahwa Damaskus tidak akan menerima kehadiran kelompok bersenjata mana pun di Idlib, barat laut Suriah.

Damaskus, tegasnya, tidak akan membiarkan Ankara menguasai bahkan satu inci pun dari wilayah Suriah.


"Pemerintah telah memutuskan untuk membebaskan wilayah Suriah jengkal demi jengkal tanpa terkecuali Idlib," tegas Mekdad.

Sebelum ini, Penasihat Presiden Suriah, Bouthaina Shaaban mengatakan pembebasan Idli  adalah sesuatu yang pasti dan presiden Turki tidak dapat membangun sebuah zona aman di utara Suriah.

"Para teroris tidak bisa dibiarkan begitu saja di Idlib, tetapi mereka harus dilawan," tegasnya. 

Selasa, 16 April 2019 22:37

Hari Pemuda dan Keteladanan Ali al-Akbar

Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib atau lebih dikenal dengan nama Ali al-Akbar adalah putra Imam Husein as yang lahir pada tahun 33 H/653 M di kota Madinah. Ia adalah pemuda dengan tampilan fisik dan perawakan yang sangat mirip dengan Nabi Muhammad Saw.

Pemuda tampan ini memiliki akhlak yang mulia dan keutamaan. Ia juga dikenal sebagai ahli ibadah dan sosok yang bertakwa. Keberanian dan kegagahannya diwarisakan dari kakeknya, Ali bin Abi Thalib as. Suara merdu Ali al-Akbar ketika membaca al-Quran akan menarik setiap orang ke arahnya.

Orang-orang yang pernah melihat Rasulullah Saw, dibuat takjub dengan suara merdunya saat melantunkan ayat-ayat al-Quran. Mereka saling menatap sambil berakata, "Apakah Muhammad al-Mustafa sedang membaca al-Quran?"

Ali al-Akbar adalah sosok yang paling tampan dari segi fisik dan paling utama dari segi akhlak. Pada hari Asyura, dia meminta izin kepada ayahnya, Imam Husein as untuk terjun ke medan perang dan ia pun memperoleh restunya. Ketika itu, Imam menatap langkah kaki putranya itu dan kemudian menundukkan wajahnya sambil meneteaskan air mata.

Imam Husein as mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berkata, "Ya Allah, Engkau menjadi saksi atas apa yang telah dilakukan oleh kaum ini, dan seseorang dari kami telah menghadapi mereka yang dari sisi perawakan lahir, akhlak, dan ucapan sangat mirip dengan Rasul-Mu. Ya Allah, jika kami begitu merindukan Rasulullah, maka kami memandangi wajahnya."

Bulan Sya'ban termasuk salah satu bulan yang paling indah karena manusia-manusia agung lahir di bulan ini. Imam Husein, Abbas bin Ali, dan Imam Ali Zainal Abidin al-Sajjad as dilahirkan pada hari-hari pertama bulan Sya'ban, sementara Ali al-Akbar bin Husein dilahirkan pada 11 Sya'ban. Sya'ban adalah bulan suka cita dan kegembiraan bagi Ahlul Bait Nabi as.

Di Republik Islam Iran, hari kelahiran Ali al-Akbar ditetapkan sebagai Hari Pemuda Muslim dan dimeriahkan dengan berbagai kegiatan untuk merayakan momen bahagia itu.

Dalam riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Saw gembira dengan masa muda salah seorang sahabatnya dan berdoa untuknya sembari berkata, "Ya Allah, jadikan ia mampu memanfaatkan masa mudanya." Jelas, tidak semua pemuda mampu memanfaatkan masa mudanya dengan penuh berkah.


Dalam pandangan Rasulullah, orang yang memperoleh manfaat dari masa mudanya adalah mereka yang menjaga kesuciannya dan menjauhi godaan hawa nafsu. Rasul Saw bersabda, "Siapa saja pemuda, tumbuh, dan berkembang dalam mencari ilmu dan ibadah sehingga sampai usia tuanya, maka Allah beri dia pada hari kiamat pahala 72 orang shiddiq (orang yang benar imannya)."

Dalam budaya Islam, pemuda merupakan aset yang bernilai dan memiliki kedudukan yang tinggi. Pemuda pantas mendapat penghormatan dan perhatian karena kesucian jiwa, ketulusan, dan keberanian. Berbagai riwayat Ahlul Bait  menyebut pemuda lebih dekat dengan alam malakut dari orang lain dan menurut sabda Rasulullah Saw, "Keutamaan pemuda yang tumbuh dalam ibadah atas orang tua yang beribadah di masa tuanya, sama seperti keutamaan para nabi atas masyarakat lain."

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menaruh perhatian besar pada generasi muda. Dalam hal ini, Rahbar berkata, "Arti menikmati masa muda adalah manusia menghabiskan masa mudanya untuk taat kepada Allah. Taat kepada Allah bukan hanya mengerjakan shalat… dalam kehidupan ini, ada banyak bentuk tentang ketaatan kepada Allah dan salah satu yang paling penting adalah meninggalkan dosa, tidak mengotori diri dengan noda. Menuntut ilmu juga contoh dari ketaatan kepada Allah, kreativitas yang kalian lakukan juga bentuk dari ketaatan kepada Allah… kerja keras di berbagai bidang ilmiah juga tergolong ketaatan kepada-Nya."

Imam Husein telah mencurahkan upaya besar dalam mendidik Ali al-Akbar, mengajarinya al-Quran dan pendidikan agama, serta membekalinya dengan kearifan politik dan sosial. Imam telah mendidik anaknya menjadi insan yang sempurna dan teladan sehingga membuat semua orang kagum, termasuk musuh-musuh Ahlul Bait.

Menurut para psikolog dan sosiolog, salah satu model pendidikan yang sukses adalah memberikan keteladanan dan contoh langsung kepada anak didik. Ali Akbar memperoleh pendidikan langsung dari ayahnya dan ia dibesarkan di bawah bimbingan ayah dan ibunya, Laila binti Abu Murrah.

Ali al-Akbar adalah sosok pemuda yang merupakan teladan keberanian, kemuliaan, kedermawanan, kemurahan hati, dan kasih sayang. Dalam jihad akbar, ia memerangi hawa nafsunya dan menjadi pionir ketakwaan, dan dalam jihad melawan kezaliman, ia maju terdepan di antara pemuda Bani Hasyim.

Pemuda – dengan mengenali dirinya dan menemukan teladan yang benar – dapat tumbuh menjadi seorang anak muda yang penuh perencanaan, visioner, dan sukses.   

Pemuda perlu mengenali dirinya dan menggali potensi yang dimilikinya sehingga bisa menumbuhkan rasa percaya diri dan kemudian menyusun perencanaan untuk masa depan kehidupannya.

Pemuda ibarat musim semi yang memancarkan puncak keindahan, ketangguhan fisik, dan kesehatan prima. Jika musim semi kehidupan ini bisa dimanfaatkan dengan optimal, maka ia akan menikmati masa tua yang indah. Jika sebaliknya, pemuda akan menyesali hari tuanya dan penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi.


Di masa muda, seseorang perlu memanfaatkan akal sehatnya untuk mengambil keputusan dan langkah terbaik sehingga bisa memetik hasil saat usianya matang. Ia harus mengusir stres, rasa frustasi, dan pesimisme dari dirinya dan bekerja keras untuk mengejar cita-citanya.

Perlu dicatat bahwa masa muda adalah fase kehidupan yang paling rentan terhadap godaan. Jika salah langkah, ia akan menjadi pemuda yang kehilangan identitas dan menyimpang ke arah yang berbahaya. Tentu saja, rasa penasaran dan adanya tuntutan baru bukanlah bentuk dari penyimpangan dan kemunduran pikiran, tetapi tanda dari pertumbuhan dan kehidupan sebuah masyarakat.

Di sini, para pakar harus mampu menjawab kebutuhan kalangan pemuda dan meyakinkan mereka tentang pentingnya berpikir kritis dan maju. Ali al-Akbar dalam sebuah nasihatnya berkata, "Jika pikiran pemuda tidak diisi dengan materi yang benar, maka ia akan dipenuhi dengan hal-hal yang menyesatkan dan sia-sia. Jadi, sudah sewajarnya pikiran pemuda diperkaya dengan materi yang rasional dan benar sehingga pola pikir mereka berkembang dengan benar."

Islam memberikan kedudukan yang mulia dan tinggi kepada para pemuda, dan memuji mereka. Namun, Islam juga mencela anak muda yang malas dan tidak mau bekerja.

Para sosiolog menilai pertumbuhan dan kemajuan sebuah masyarakat dari berbagai aspek budaya, sosial, dan ekonomi bergantung pada pemahaman mereka tentang generasi muda dan perhatian mereka terhadap kaum muda.

Para sosiolog percaya bahwa jiwa yang lembut dan hati yang masih muda merupakan manifestasi dari semangat dan keceriaan. Jika semangat ini dibarengi dengan akhlak yang mulia dan ketaatan, maka kebahagiaan generasi muda akan hadir dan keselamatan masyarakat juga akan terjamin.

Dalam sebuah pesan kepada pemuda, Ayatullah Khamenei berkata, "Hati kalian wahai para pemuda masih suci, gunakan hati yang suci ini untuk bercengkrama dengan Tuhan, mintalah kepada-Nya, berlindunglah kepada-Nya, dan curahkan isi hati kalian dengan-Nya. Jika kondisi ini mampu kalian hadirkan dalam diri kalian sesering mungkin, maka peluang kesuksesan kalian di masa depan akan lebih besar." 

Hari masih gelap dan matahari belum menunjukkan sinarnya pada 5 Sya'ban tahun itu, bulan yang penuh kebaikan dan diberkahi, namun para malaikat langit sudah turun dan menyelimuti kota Madinah dengan sayap-sayapnya.

Shaharbanu mendekap seorang anak dalam pelukannya. Seorang anak yang lahir dari keturunan suci Rasulullah Saw yang kelak akan menjadi pewaris risalah agung yaitu Imamah dan Wilayah.

 

Tak syak ia adalah putra Hussein bin Ali bin Abi Thalib, dan hari ini menjadi hari penuh berkah, karena Hujatullah, Imam Ali bin Hussein bin Abi Thalib terlahir ke dunia. Kami mengucapkan selamat atas kelahiran cucu Rasulullah Saw ini kepada anda sekalian.

 

Memperingati hari lahir Imam Sajjad as, kami akan mengulas singkat kehidupan seseorang yang menjadi simbol kesucian dan kebenaran, sehingga diharapkan,  layaknya sepoi angin musim semi, dapat menyejukan jiwa-jiwa kita dan menghubungkan kita dengan dunia yang indah.

 

Imam Sajjad dilahirkan pada tanggal 5 Sya'ban tahun 38 Hijriah di kota Madinah. Ia dikenal sebagai orang yang menghias wujud dirinya dengan keutamaan-keutamaan paling luhur di bawah perhatian kepada Ilahi dan kasih sayang ayah beliau Imam Hussein.

 

Peristiwa Karbala terjadi saat Imam Sajjad berusia 23 tahun dan dikarenakan sakit parah, beliau tidak mampu terjun di medan tempur. Sebenarnya ada rahasia Ilahi di balik sakitnya Imam Sajjad, Allah Swt menghendaki beliau tetap hidup untuk meneruskan panji hidayah umat Islam pasca kesyahidan ayah beliau tercinta, Imam Hussein as.

 

Di masa hidup Imam Sajjad, terutama di masa kepemimpinannya, secara umum kondisi pemerintahan Islam dilanda krisis. Krisis ini bukan hanya mengancam masa depan umat Islam, bahkan mungkin saja berujung dengan kebinasaan.


Pada situasi seperti ini sejumlah penguasa saling bersaing dan tidak ada satupun dari mereka yang mampu memerintah lebih dari tiga atau empat tahun. Sebagai contoh, Yazid bin Muawiyah tiga tahun berkuasa, Muawiyah bin Yazid hanya enam bulan atau kurang, dan Marwan memerintah lebih lama beberapa bulan dari pendahulunya.

 

Di sisi lain, ketidakpedulian terhadap pendidikan agama, berfoya-foya dan tenggelam dalam kenikmatan dunia serta pudarnya hubungan dengan Tuhan dan spiritualitas, semuanya menyebabkan kerusakan moral yang menyebar luas di tengah masyarakat Muslim.

 

Sama seperti para penguasa, masyarakat Muslim hanya menampilkan agama secara lahir dan kehilangan substansi asli keimanannya. Penyimpangan hakikat dan hukum Islam marak terjadi di mana-mana.

 

Para penguasa dinasti Umawi dengan membayar para periwayat hadis palsu, selain berusaha menyimpangkan Islam juga menjauhkan Muslim dari hakikat agama ini.  

 

Dalam kondisi seperti inilah Imam Sajjad memegang kepemimpinan umat sehingga Islam terselamatkan dari kebinasaan yang pasti.

 

Imam Sajjad selama 35 tahun masa keimamahannya, selain berjuang melawan propaganda negatif para penguasa Umawi dan menyingkirkan keraguan dari benak masyarakat, juga menjelaskan serta menyebarluaskan pemikiran Islam dan mengkokohkan pondasinya.

 

Imam Sajjad selalu menekankan pentingnya perjuangan melawan penindasan dan ketidakadilan, dan lewat cara-cara cerdas, beliau selalu mengingatkan kebangkitan Imam Hussein di benak umat, sehingga peristiwa heroik itu selamanya menjadi inspirasi bagi setiap bangsa dan generasi mendatang dalam melawan penindasan dan ketidakadilan.

 

Saat Islam muncul, perbudakan merupakan fenomena umum di seluruh dunia, dan karena tidak mungkin untuk mencabut sekaligus fenomena buruk itu, maka Islam membuka berbagai macam jalan untuk mencabut perbudakan secara bertahap.

 

Artinya, dari satu sisi Islam mempersempit kemungkinan dilakukannya praktik perbudakan, dan di sisi lain menetapkan pembebasan budak sebagai syarat dihapusnya sejumlah banyak dosa, kesalahan dan gugurnya kewajiban, sehingga peluang pembebasan budak secara total dapat dibuka.

 

Di samping itu Nabi Muhammad Saw menganjurkan umat Islam untuk menganggap budak, sebelum dibebaskan, layaknya anggota keluarga sendiri dan diperlakukan secara manusiawi.

 

Imam Sajjad menganggap seluruh budaknya sebelum dibebaskan, sebagai anak-anaknya sendiri demi menghidupkan sunnah Nabi Muhammad Saw, dan memanggil mereka dengan panggilan Wahai Anakku atau putraku.

 

Imam Sajjad ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa bagi dirinya setiap manusia itu setara.

 

Imam Sajjad tidak pernah sekalipun menghukum budaknya, tapi beliau menuliskan setiap kesalahan yang dilakukan budak-budaknya dan di akhir bulan suci Ramadhan beliau mengumpulkan mereka di satu tempat dan membacakan satu persatu kesalahannya.

 

Kemudian Imam Sajjad meminta budak-budaknya untuk memohon kepada Allah Swt pengampunan bagi beliau sebagaimana beliau memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.


Di akhir, selain membebaskan seluruh budaknya, Imam Sajjad membekali masing-masing dari mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk hidup.

 

Dengan mempertahankan para budak di sisi beliau selama setahun, Imam Sajjad sebenarnya telah mengajarkan perilaku dan budaya Islam kepada mereka.

 

Kemudian setelah bebas, masing-masing dari mereka menjadi manusia terdidik dan menjadi teladan bagi yang lain. Nyatanya setelah bebas, mereka tidak pernah memutus ikatan maknawiahnya dengan Imam Sajjad dan mendidik banyak orang sesuai kemampuannya.

 

Imam Sajjad terus mengulang-ulang perilaku Islami setiap hari selama setahun. Sebagaimana dicatat sejarah, Imam Sajjad setiap tahun, bulan dan hari, membebaskan budak-budak atas kesalahan dan kekeliruan, sehingga jumlah laki-laki dan perempuan yang menjadi pengikut Ahlul Bait as semakin banyak. Sebagian dari budak yang dibebaskan itu kelak menjadi ahli hadis terkemuka dan pekerja keras.

 

Imam Sajjad menjelaskan banyak hakikat ilmu dan ajaran Islam seperti irfan, sosial, pendidikan dan masalah sensitif semacam politik, dalam bingkai doa yang sebagian besarnya diabadikan dalam kumpulan doa Sahifah Sajjadiyah.

 

Dalam seluruh penjelasan bernilainya, Imam Sajjad sangat menekankan perhatian kepada Allah Swt. Di salah satu doa pertama Sahifah Sajjadiyah, Imam Sajjad bermunajat, segala puji bagi Allah Swt, Dialah awal yang tanpa permulaan dan akhir yang tak berujung.

 

Dia yang tidak bisa dijangkau oleh pandangan dan pemikiran gagal menjelaskan. Ia menciptakan makhluk dengan kekuasaan-Nya dan atas kehendak-Nya Ia memberikan wujud kepada mereka.

 

Lalu Ia menuntun mereka ke jalan yang dikehendaki-Nya dan mengarahkan mereka ke jalan cinta-Nya. Segala puji bagi Allah Swt, Dia yang mengenalkan sendiri diri-Nya kepada kita dan mengajarkan cara memuji-Nya kepada kita, dan membuka pintu-pintu ilmu ketuhanan-Nya kepada kita, dan membimbing kita kepada keikhlasan dalam tauhid-Nya dan mencegah kita dari keraguan dan ketidakpercayaan. 

Kelahiran Imam Husein as


Pada hari ketiga bulan Sya'ban tahun keempat Hijrah, di salah satu rumah terbaik di dunia, berita kelahiran seorang anak membuat hati Nabi Muhammad Saw dipenuhi kegembiraan. Kelahiran seorang anak bernama Husein, anak kedua dari Ali dan Fathimah as. Ia dilahirkan ke dunia untuk melanjutkan jalan yang telah dimulai oleh Rasulullah Saw.

Pada hari penuh berkah ini, kami mengucapkan selamat kepada Anda pada hari kelahiran Imam Husein as dan berikut ini tinjauan singkat tentang kehidupan Imam Husein as.


Diriwayatkan dari Imam Shadiq as, "Ketika Imam Husein as terlahir ke dunia, malaikat Jibril as diperintahkan oleh Allah Swt bersama seribu malaikat turun ke bumi untuk mengucapkan selamat kepada bayi Fathimah az-Zahra as." Nama beliau adalah Husein as dan di dalam Taurat dikenal dengan Syubbar dan Syubeir, semenetara dalam Injil disebut Tab atau Tayyib. Imam Husein as dipanggil dengan Aba Abdillah dan Sayid Syabab Ahlil Jannah merupakan sebutannya.

Kepribadian Imam Husein as memiliki kelebihan khusus. Beliau merupakan keturunan Nabi Muhammad Saw dan selama enam tahun hidup bersama Rasulullah Saw. Kesucian kakeknya sangat mempengaruhi kepribadiannya. Dalam ziarah yang dinisbatkan kepada beliau kita membaca, "Wahai Tuanku! (Wahai Aba Abdillah!) Saya bersaksi bahwa engkau adalah cahaya dari tulang sulbi mulia dan rahim suci (keturunan mulia dan suci), dimana Jahiliah dan kekotoran tidak memasukimu."

Salah satu poin kehidupan Imam Husein as yang paling indah dan paling menonjol adalah perhatian dan minat besar Nabi Muhammad Saw kepadanya dan saudara lelakinya Imam Hasan as. Nabi Muhammad Saw bersama sekelompok sahabat pergi ke sebuah acara jamuan. Di pertengahan jalan beliau melihat Imam Husein as tengah bermain di sebuah gang. Beliau kemudian mendekatnya dan menjemputnya, tapi ia lari karena anak-anak dan seberapa usaha Nabi untuk mengikutinya, ia lari ke tempat lain. Nabi tetap mengikutinya dengan tersenyum, sampai berhasil mendekapnya, kemudian Nabi Saw menyium bibirnya dan setelah itu bersabda, "Husein dari saya dan saya dari Husein. Allah Swt mencintai orang yang mencintai Husein."


Lingkungan tempat lahir Imam Husein as dan beliau dibesarkan adalah lingkungan yang mendapat perhatian langsung Imam Ali as dan Sayidah Fathimah as. Imam Husein hidup dalam lingkungan dengan permata asli keadilan, kebajikan, dan prinsip-prinsip etika tertinggi yang memanifestasikan dirinya dalam kebesaran hati mereka. Imam Husein as belajar logika dari para pendidik hebatnya bahwa kehdiupan tanpa cita-cita tertinggi sama dengan kematian dan bila kebenaran tidak berkelindan dengan kehidupan, maka kehidupan tidak bermakna.

Dengan kata lain, Imam Husein as dari awal masa kanak-kanak bersama dengan sumber rahmat ilahi yang diberkati, sehingga mampu memahami kehidupan yang benar dan kemanusiaan. Dalam banyak kasus, ketika wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, Imam Husein as melihat wajah suci beliau dan menjadikan hamparan cahaya suci beliau sebagai modal terbaik untuk dirinya, sehingga Imam Husein as mampu mengumpulkan kebajikan pada dirnya dan menjadi tokoh terbesar di hadapan semua orang, bahkan musuh.

Wajah Imam Hussein as menyenangkan dan menarik dan bahasanya ekspresif dan fasih, sehingga mengingatkan orang akan Ali as. Dari awal masa remaja, Imam Husein as dengan keberanian dan kebijaksanaan, membela agama Islam dan kepemimpinan sebagai prinsip-prinsip penting dalam hidupnya. Dari sudut pandang Husein bin Ali as, pengetahuan adalah pengantar untuk kesempurnaan dan keunggulan. Beliau adalah lautan ilmu dan pengetahuan serta sadar akan semua dunia dan fenomena.

Beliau berkata, "Kami adalah tempat dimana ilmu al-Quran dan apa yang dijelaskan di dalamnya berada dan apa yang ada pada kami tidak ada pada makhluk apapun. Karena kami adalah bagian dari rahasia Tuhan." Keberseiringan antara ilmu pengetahuan dan mistisisme dalam diri Imam Husein as membuat jiwanya halus dan pasti. Jantungnya berdetak kencang bagi yang lemah dan kurang mampu dan ketika ia berdoa kepada Tuhan, bisikan-bisikan irfannya menunjukkan dunia pengetahuan dan cinta.

Hanya lima puluh tahun sejak wafatnya Nabi Muhammad Saw, kebatilan termanifestasikan dalam pakaian kebenaran. Muncul serangkaian manusia pecinta dunia, melarikan diri dari kebenaran, pendendam, hati yang keras akibat menyebarkan fitnah dan tipuan mereka menistakan masyarakat dan menyimpangkan agama. Imam Husein as tahu kenyataan ini bahwa jika kebenaran tersisihkan, maka cita-cita kebenaran sebenarnya tidak pernah kalah, tapi selalu hidup dan tetap bercahaya di kegelapan sejarah.

Kebangkitan Imam Husein as adalah contoh jelas dari ayat al-Quran ini yang menyatakan, "Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir..." (QS. Ali Imran: 13) Dengan kata lain, Imam Husein as dan Yazid adalah simbol dari dua aliran benar dan salah yang saling berhadap-hadapan.


Imam Husein as adalah orang yang berani, penyayang, baik hati dan sangat rendah hati yang makan bersama orang-orang miskin dan membutuhkan serta menerima undangan mereka, sebaliknya beliau juga mengundang mereka. Beliau membayarkan utang orang lain dan selalu membela orang tertindas. Dari sisi keilmuan, beliau seperti ayahnya Imam Ali as menguasai segala ilmu pengetahuan. Dalam menyifati Imam Husein as ada banyak kisah dan tulisan dalam sejarah, di mana bukan hanya umat Islam yang menulis tapi juga non-Muslim yang entah bagaimana mengekspresikan dedikasi mereka kepada beliau.

Salah satu dari mereka adalah Antoine Bara, jurnalis dan peneliti Kristen dalam sebuah wawancara mengatakan, "Harus ada upaya untuk mengeksploitasi energi spiritual yang berada dalam semangat gerakan Husein. Kekuatan ini adalah kepercayaan di kalangan umat Islam dan harus dianggap sebagai ideal dan simbol yang memiliki tujuan besar untuk diperkenalkan kepada dunia. Amanat ini adalah kekayaan dan warisan besar yang dimiliki oleh seluruh dunia dan perlu ditawarkan kepada umat manusia "

Dalam bukunya, Hosein dalam Pemikiran Kristen, Antoine Bara menganalisa karakter Husein as dan menulis, "Selama kita ingin memperkenalkan karakter Husein as, kita tidak bisa menjelaskan sebanyak sepersepuluh dari kehebatan kata-kata yang disampaikan Nabi Muhammad Saw tentang Husein bahwa Imam Husein as pemimpin anak muda di surga. Saya percaya bahwa Imam Husein as adalah pelita Islam. Pelita yang menerangi jalan keselamatan bagi jutaan Muslim dan memperingatkan mereka agar tidak terjatuh dalam pusaran kesesatan dan dengan cahaya abadinya, beliau menunjukkan jalan yang benar kepada manusia di dunia. Imam Husein as adalah perisai Islam karena ia menjaga keimanan, kepercayaan, dan spiritualitas agama dari segala kelemahan, rasa tidak aman, penghinaan dan jika tidak, Islam sebagai prinsip dalam dunia batin manusia tidak berakar dan interpretasi saya yang lain lebih penting yang lain adalah sesungguhnya Husein adalah hati nurani semua agama sampai akhir sejarah. Husein as dengan sikap unik ini berkata, "Demi Allah! Aku tidak akan pernah mengulurkan tangan kehinaan dan tidak akan melarikan diri seperti budak," dan itu berarti beliau mampu menjelaskan konsep tinggi tentang kemuliaan dan membuat kagum semua pemilik kebijaksanaan."

Hari ini, kita merayakan ulang tahun kelahiran Hussein (AS), yang telah belajar pelajaran abadi dari kehidupan, pemikiran, dan kebangkitannya. Pada hari ulang tahun kelahirannya, ia mengakui fakta bahwa umat manusia terperangkap dalam kehidupan sebuah mesin, di zaman nilai-nilai etika yang indah satu demi satu, telah menemukan keberhasilan yang akrab dengan kepribadian hebat ini dan kisah Hussein (AS). ), Tidak sekali, berapa kali ia membaca, dan menetapkan tujuan dan tujuannya sebagai pemimpin upaya yang sah. Memang, Hussein (AS) adalah kebenaran abadi yang dapat membiasakan manusia dengan konsep kehidupan terbaik.

Isra Mi'raj merupakan salah satu peristiwa penting bagi kehidupan Nabi Muhammad dan juga umat Islam. Peristiwa ini sarat akan hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dan sesuai dengan masa kini.

Isra Mi'raj terjadi pada tanggal 27 Rajab, kalender Hijriah dan diperingati setiap tahunnya. Tahun ini, 27 Rajab jatuh pada Rabu (3/4).

Pada Isra Mi'raj Nabi Muhammad melakukan perjalanan di malam hari dari Mekkah ke Baitul Maqdis, Palestina hingga langit ke tujuh atau Sidratul Muntaha.  Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-delapan kenabian Rasulullah.

Sebelum Isra Mi'raj Nabi Muhammad mendapatkan beberapa cobaan dan dilanda kesedihan. Nabi Muhammad ditinggalkan oleh orang yang dicintainya yakni istrinya Khadijah dan orang yang selalu membelanya yakni sang paman Abu Thalib. Tahun ini bahkan dijuluki 'amul huzni yang berarti tahun kesedihan.

Allah SWT lalu menghibur Muhammad melalui Isra Mi'raj. Perjalanan ini seolah memberi pesan bahwa setelah cobaan yang berat ada kemuliaan yang menanti.

Isra Mi'raj Rasulullah Saw
Sekaitan dengan ini, Nahdlatul Ulama (NU) Nusa Tenggara Timur menyatakan peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW adalah momentum untuk menahan diri agar tidak menyebarkan berbagai informasi hoaks jelang Pemilu 2019.

"Momentum isra Mi'raj ini hendaknya menjadi momentum bagi kita umat Muslim di Indonesia khususnya di NTT, untuk menahan diri dalam menyebarkan informasi yang nantinya berujung pada hoaks, yang dampaknya akan menimbulkan konflik," kata Ketua NU NTT Jamal Ahmad kepada Antara di Kupang, Rabu (3/4). Demikian dilaporkan Antaranews, Rabu (03/04).

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan peringatan Isra Mi'raj yang pada tahun ini bertepatan dengan tahun politik khususnya hampir bertepatan dengan pelaksanaan Pemilu pada 17 April nanti.

Saat ini kata dia, informasi hoaks semakin banyak menyebar di media sosial, baik itu hoaks yang menjelek-jelekkan calon presiden Jokowi serta calon Presiden Prabowo.

Munculnya hoaks itu kata dia terus meningkat dari bulan ke bulan. Apalagi tinggal beberapa hari lagi pemilu berlangsung sudah pasti hoaks akan merajalela.

"Karena hoaks itulah yang kemudian mengakibatkan konflik di antara kita, tidak hanya dengan sesama kita tetapi dengan keluarga kita sendiri," ujar dia.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi NTT Abdul Kadir Makarim.

Namun dia berharap agar Pemilu serentak pada 17 April di seluruh Indonesia itu berjalan aman dan damai sehingga kondisi keamanan dan toleransi umat beragama di NTT ini juga tetap terjaga.

"Jangan ada keributan saat Pemilu. Saya yakin bahwa kalau seluruh masyarakat Indonesia khususnya NTT menyadari bahwa pemilu adalah suatu alat demokrasi, saya yakin bahwa akan berjalan dengan lancar," ujar dia.

Namun yang paling penting kata dia di momen peringatan Isra Mi'raj itu, seluruh umat Muslim dapat meneladani kehidupan Nabi Muhammad Saw yang semasa hidupnya tetap menjalin keakraban diantara umat beragama lainnya, sehingga kondisi keamanan tetap terjaga dengan baik.

Sementara itu Ketua GP Ansor NTT Abdul Muis mengatakan bahwa Isra dan Mi'raj proses dimana shalat lima waktu diterima Rasulullah Saw langsung dari Allah.

"Untuk itu, sifat-sifat shalat harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Saya optimistis Indonesia pasti aman saat pemilu apabila sifat shalat dibawa dalam kehidupan kebangsaan dan kemasyarakatan," ujar dia.
Tags

Menjelang peringatan syahadah Imam Musa al-Kazhim as, kota suci Kazhimain menyaksikan kedatangan para pengikut dan pecinta Ahlulbait as dari dalam dan luar Irak. Halaman dan beranda tempat suci ini penuh dengan para peziarah yang berduka. Semua peziarah, tua dan muda, pria dan wanita berada di makam suci Imam Musa bin Jakfar as dan meratapi kesyahidan Imam agung ini. Kazhimain hari ini tenggelam dalam air mata dan duka.

Menjelang peringatan hari syahadah Imam Musa al-Kazhim as, Imam Kedelapan Syiah, kami mengucapkan rasa belasungkawa kepada Anda para pecinta Ahlulbait as.


Imam Musa Kazhim as lahir pada hari Sabtu tanggal 7 Shafar tahun 128 Hijriah Qamariah di sebuah tempat bernama Abawa yang terletak di antara Mekah dan Madinah. Sejak tahun 148 HQ, ketika ayahnya Imam Sadiq as gugur syahid, periode keimamahan Imam Kazhim dimulai. Imam yang tertindas, demi menyampai kebenaran dan mengungkap kebobrokan para khalifah Bani Abbas, harus menghabiskan bertahun-tahun dari kehidupannya yang luar biasa di penjara yang menakutkan. Akhirnya, beliau gugur syahid pada tanggal 25 Rajab 183 HQ di penjara Harun al-Rasyid. Ketika gugur syahid, Imam Musa Kazhim as berusia 55 tahun.

Panggilan paling masyhur pada Imam Kazhim as adalah "Bab al-Hawaij" yang berarti pintu bagi mereka yang membutuhkan. Mereka memanggilnya "Bab al-Hawa'ij ila Allah". Karena setiap orang yang menjadikannya wasilah atau perantara bagi hajatnya kepada Allah Swt pasti diijabahi. Ibn Hajar al-Haitsami, seorang ulama mazhab Syafi'i mengatakan, "Musa Kazhim as diketahui oleh orang-orang Irak sebagai Bab al-Hawaij." Sementara Ibn Shabbagh, seorang ahli fiqih mazhab Maliki juga mengatakan, "Orang-orang Irak mengenalnya dengan sebutan Bab al-Hawaij ila Allah. Karena orang-orang Muslim yang menjadikannya sebagai perantara bagi hajatnya, pasti terkabulkan."

Setelah gugur syahidnya Imam Sadiq as, kepemimpinan agama, ilmiah, politik dan pendidikan berarti keimamahan dari Imam Kazhim as dimulai. Dalam lingkungan politik yang sulit ini, dikhawatirkan bahwa jiwa Imam akan berada dalam bahaya. Karena alasan ini, Imam Shadiq as, Imam Keenam selama masa hidupnya, memperkenalkan Imam Kazhim as sebagai penggantinya. Dengan demikian, program Manshur, Khalifah Abbasiah untuk menghilangkan Imam Ketujuh, yaitu Imam Musa Kazhim as menjadi gagal. Setelah kematian Manshur, berturut-turut Mahdi dan Hadi berkuasa. Di masa mereka yang berlangsung lebih dari dua puluh tahun, ada ruang terbuka dan kebebasan relatif yang diberikan kepada Ahlulbait dan pengikutnya, terutama selama masa kekhalifahan Mahdi. Imam Kazhim as memanfaatkan benar-benar kesempatan ini dan berusaha untuk membimbing dan menuntun masyarakat Islam.


Imam Abu al-Hasan, Musa bin Jakfar as, yang juga dipanggil dengan Kazhim adalah tempat berkumpulnya segala kebaikan. Untuk alasan ini, beliau punya pengaruh di hati berbagai kelompok dan kalangan masyarakat Islam dan bahkan non-Muslim. Sebagian orang yang menyaksikan ibadah Imam Musa al-Kazhim as, sebagian lain dengan menyaksikan kesabaran dan sifat pemaaf beliau dan sebagian orang lain yang dipenuhi kebutuhannya oleh Imam dan bagaimana Imam begitu berempati kepada mereka, membuat semuanya begitu tertarik dengan kepribadian Imam Musa al-Kazhim as. Bagaimanapun juga, semua hati masyarakat begitu tertarik dengannya, sehingga menurut Ibnu Hajar, beliau adalah Imam al-Qulub, pemimpin hati masyarakat.

Sebagian dari kehidupan Imam Kazhim as sezaman dengan pemerintahan Harun al-Rasyid. Harun berkuasa pada tahun 170 HQ. Dia terkenal karena kedengkian dan permusuhan dengan Ahlulbait as dan Alawi atau keturunan Imam Ali as. Imam Kazhim as mengalami banyak kesulitan selama periode hidupnya ini. Imam Musa bin Jakfar as ada di hati rakyat dan memerintah hati mereka. Kekhususan ini tidak dapat disangkal dan diterima oleh semua orang, bahkan Harun al-Rasyid.

Ibn Hajar al-Haitsami menulis tentang kekhususan ini, "Suatu hari Imam Kazhim as sedang duduk di samping Ka'bah. Ketika mata Harun tertuju pada Imam, dia berkata, 'Kau adalah orang yang dibaiat masyarakat secara sembunyi-sembunyi?' Imam berkata, 'Aku adalah pemimpin hati dan engkau adalah pemimpin badan." Imam Kazhim as, dengan pernyataan ini ingin memahamkan kepada Harus bahwa dimensi kekuasaannya hanya badan masyarakat. Pemerintahanmu hanya pada lahiriah, materi dan dengan kekuatan dan tombak, tetapi wilayah kekuasaan saya adalah hati rakyat. Hati orang-orang bersamaku, tetapi tubuh mereka adalah sandera bagimu. Karena itu, alih-alih menyerah pada fakta ini, Harun justru menjadi lebih agresif dalam keputusannya untuk memperketat imam dan menyiksa dan melenyapkannya.

Harun al-Rasyid masih berada di awal perjalanan kekuasaannya, ketika dia mengunci Imam ke ruang bawah tanah. Kadang-kadang dia dipenjara di Basrah dan sekali di Baghdad. Tahun-tahun yang keras ini berbeda dari tahun-tahun lainnya. Karena Harun selalu berusaha untuk mempermalukan Imam dan mengurangi martabatnya. Namun, dalam situasi itu, Imam Kazhim as menggunakan semua kekuatannya untuk mencapai tujuan ilahi dan melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan ke pundaknya. Beliau tahu kebijakan Harun dengan baik dan tahu bahwa keputusan final Harun adalah untuk melenyapkannya.

Dalam sudut pandang Imam Kazhim as, seluruh tanah adalah masjid, tempat peribadatan dan tempat-tempat pujian dan pengudusan Allah, sekalipun lingkaran pengawasannya semakin diperketat dan mereka semakin keras memperlakukannya, beliau merasa semakin dekat dengan Allah dan meminta bantuan pada shalat dan kesabaran. Imam menjadikan penjara sebagai tempat penyembahan kepada Sang Pencipta Yang Maha Esa dan menjadikan kesendirian penjara sebagai rumah yang akrab dengan Allah.

Imam Kazhim as berpuasa selama di siang hari, sementara di malam hari beliau melakukan shalat dan munajat. Menurut salah seorang penjaga penjara, Imam Kazhim as memuji Allah dan bersyukur telah memberinya tempat, dimana ia dapat beribadah dengan tenang. Benar! Imam Kazhim as hidup di masa ketika penangkapan dan penyiksaan terhadap para pendukung Ahlulbait as adalah kebijakan umum para khalifah. Imam yang tertindas, demi menyampaikan kebenaran dan pengungkapan kebobrokan para Khalifah Bani Abbasiah harus menghabiskan bertahun-tahun hidupnya yang mengagumkan di penjara yang menakutkan. Dan akhirnya beliau gugur syahid di penjara Harun al-Rasyid.

Selama Imam Kazhim as berada bersama masyarakat, seperti nakhoda kapal, membimbing umatnya menuju pantai. Karena Imam Kazhim as seperti para leluhur sucinya merasa bertanggung jawab atas tindakan dan perilaku kaum Muslim, dan setiap kali melihat kelemahan dan kekurangan, beliau selaku Imam umat Islam bangkit dan mulai mendidik umat. Dalam sejarah disebutkan bahwa beliau sangat berbudi luhur, jujur, berani, dan murah hati.

Infak yang dilakukan beliau memberi berkah dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka mengatakan, "Mengejutkan ketika mendapatkan kantong uang berisi dirham dari Imam Kazhim as, tapi ia masihi mengadukan kemiskinannya" Ibnu Syahrasub, ahli sejarah Islam dalam mendeskripsikan Imam Kazhim as menulis, "Dia adalah orang yang paling bijaksana pada masanya, yang paling mengetahui akan Kitab Allah, dan memiliki suara yang sangat indah dalam bacaan al-Quran. Dia lebih unggul daripada orang lain dalam agama dan sangat fasih ketika berbicara."

Dalam ajaran agama banyak direkomendasikan agar manusia banyak mengingat mati, saat ruh berpisah dari badan dan hari penghitungan amal. Rasulullah Saw dan para Imam as senantiasa mengingat mati. Imam Kazhim as seperti para Maksumin as yang lain selalu mengingat mati. Satu dari doa yang biasa dibacakan dalam shalat membicarakan tentang masalah ingat mati. Beliau biasa membaca doa ini dalam sujudnya yang panjang.

"Ya Allah! Saya memohon kepada-Mu agar kematianku dipermudah dan ampuni dosa-dosaku di Hari Kiamat."

Cara pandang yang menibulkan takwa kepada Allah membuat Imam Kazhim as selalu menangis dalam melaksanakan shalat-shalatnya, sehingga air matanya membahasi jenggotnya dan berdoa, "Ya Allah! Dosaku sedemikian besarnya, maka ampunan dari-Mu adalah kebaikan."

Hari-hari ini adalah hari-hari duka bagi para pecinta Ahlul Bait untuk Sayidah Fathimah Zahra as. Fathimah adalah pribadi ketika Nabi Muhammad Saw merindukan bau surga langsung mendekat dan menciumnya. Fathimah adalah pribadi yang disebut Rasulullah Saw sebagai "ibu dari ayahnya" dan "belahan jiwanya". Nabi Saw pernah bersabda tentangnya, "Wahai Fathimah! Sesungguhnya Allah Swt akan memurkai seseorang karena murkamu dan merelakan seseorang karena kerelaanmu."

Benar, Sayidah Fathimah az-Zahra as merupakan kecintaan Allah. Fathimah as telah mencapai cakrawala tertinggi, sehingga Allah Swt meridhai seseorang yang direlakan Fathimah as dan begitu juga akan murka dengan kemurkaan Fathimah as.


Tetapi Fathimah as sebagai cindera mata Rasulullah Saw meninggal dunia secara misterius di masa mudanya, sehingga kuburannya sampai sekarang tidak memiliki tanda. Tidak jelas apakah beliau dimakamkan di masjid Nabi, bersama dengan ayahnya atau di Baqi, atau di tempat lain! Sejujurnya, tidak ada tanda yang jelas itu sendiri petanda apa?

Hari ini, pada peringatan kesyahidan putri Rasulullah Saw, dunia Islam bersedih. Kami juga mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada Anda pada kesempatan peringatan kesyahidan Sayidah Fathimah Zahra as. Pada kesempatan ini, kami akan menyampaikan beberapa kalimat singkat dari khotbah beliau yang disampaikan pada hari-hari terakhir kehidupannya yang singkat tapi penuh berkat. Kami memohon kepada Allah Swt agar senantiasa menuntut kita di jalur terang benderang yang telah dilewati perempuan hebat ini.

Khotbah sayidah Fathimah as di masjid Madinah yang kemudian dikenal sebagai khotbah Fadak adalah khotbah yang indah yang membingungkan para ahli kefasihan dan retorika karena ungkapan yang lugas, kekuatan argumentasi penggunaan berbagai metafora dan keragaman obyek yang dibahas. Sebagaimana Bahauddin Erbali, sejarawan dan ahli hadis terkenal abad ke tujuh tentang khorbah ini menulis, "Khotbah yang memancarkan cahaya kenabian dan menyibakkan aroma risalah serta Syiah dan Sunni mengutipnya di buku-buku mereka."

Khotbah ini secara lahiriah menjelaskan protes atas perampasan tanah Fadak yang dilakukan oleh Khalifah Pertama. Fadak adalah tanah dekat Madinah, yang cukup air dan penuh dengan kebon kurma dengan hasil yang bagus. Pada tahun ketujuh Hijrah, pasukan Islam berhasil menaklukkan benteng-benteng Khaibar yang merupakan markas utama orang-orang Yahudi. Nah, begitu mendengar berita ini, orang-orang Yahudi Fadak mengirim utusan untuk menemui Nabi Saw dan menyerahkan Fadak kepada Rasulullah Saw. Sesuai dengan kesaksian para ahli tafsir Syiah dan Sunni, setelah diturunkannya ayat 26 surat al-Isra Nabi yang memerintahkan agar memberikan hak keluarga, Nabi Saw lalu memberikan Fadak kepada Fathimah as.

Tanah Fadak yang terletak di dekat Madinah
Tetapi setelah wafatnya Nabi Saw, hanya dalam beberapa hari, terjadi perubahan besar terjadi dalam masyarakat Islam, yang sangat sulit dipercaya. Setelah sepuluh hari setelah kematian Nabi Saw, Khalifah Pertama mengusir para pekerja Fathima as dari Fadak dan menunjuk orang lain sebagai gantinya. Demikianlah cerita perampasan tanah Fadak. Menyaksikan kejadian itu, Sayidah Fathimah Zahra as pergi ke masjid Nabi untuk menjelaskan haknya.

Ketika dikatakan bahwa putri Nabi Saw ingin berbicara dengan orang-orang, semua orang berkumpul di masjid dan sekitarnya untuk mendengar kata-kata Fathimah as. Di sudut masjid ada tabir yang disiapkan untuk memisahkan kaum pria dengan perempuan. Sayidah Fathimah as memasuki masjid di antara kaum perempuan. Beliau berjalan seperti Rasulullah Saw, ayahnya. Mereka yang hadir di masjid seakan-akan mendengar kembali suara kaki Rasulullah Saw. Bahkan ketika Fathimah as mulai berbicara, masyarakat seakan-akan mendengar kembali suara Rasulullah Saw.

sayidah Fathimah as memasuki masjid. Ini merupakan pertama kalinya beliau melangkahkan kakinya ke masjid pasca meninggalnya Rasulullah Saw. Menyaksikan tempat kosong yang biasa diisi oleh Nabi Saw, lihat ruang kosong Nabi Saw, kesedihan menyelimutinya dan beliau mulai merintih. Hanya satu rintihan tanpa kata, tapi telah membuat hati-hati yang hadir bergetar dan air mata menetes.

Kemudian Sayidah Fathimah as memulai ucapannya dengan memuji Allah Saw dan mengucapkan salam kepada Rasulullah Saw. Ketika semua yang hadir mendengar suara peninggalan Rasulullah Saw di masjid, masyarakat kembali menangis. Fathimah as untuk kedua kalinya terdiam dan dengan perlahan memulai ucapannya, "Saya mengucapkan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan dan memberikan ilham kepada hati. Segala puji bagi Allah Swt atas segala nikmat yang tidak mampu dihitung dan tidak dapat memberikan balasan atasnya dan tidak dapat dipahami akhirnya."

Di awal khotbah, Sayidah Fathimah Zahra as berbicara tentang nikmat Allah dan apa yang membuatnya langgeng dan menopang nikmat ini. Setelah itu, beliau beralih membicarakan tauhid, kenabian lalu membicarakan kerja keras Rasulullah Saw dalam membimbing manusia dan menyelamatkan mereka dari kesesatan. Setelah itu berkata, "Kalau begitu, ketika ayahku melaksanakan risalahnya, Allah Swt lebih mengutamakan kehadirannya di barisan malaikat yang dekat dengan Allah, ketimbang tetap berada di dunia lalu membawanya ke sisi-Nya."

Dengan penjelasan ini, Fathimah as memahamkan kepada semuanya bahwa Nabi Muhammad Saw sama seperti manusia lainnya yang bisa mati.

Dalam khotbah ini, Fathimah as memperkenalkan dirinya kepada semua yang telah mengenalnya sebelumnya, dan di sela-sela ucapannya, beliau menjelaskan masalah Islam yang prinsip. Beliau mengatakan, "Wahai manusia! Saya adalah Fathimah dan ayahku adalah Muhammad Saw. Apa yang saya sampaikan dari awal hingga akhirnya adalah benar. Bukan ucapan yang sia-sia dan saya tidak pernah melakukan pekerjaan yang tidak baik. Jadi jika kalian mengenalnya, ketahuilah tahu bahwa di antara para wanita kalian adalah ayahku dan di antara laki-laki kalian, beliau adalah  saya Anda tahu bahwa dia adalah ayah saya di antara para wanita Anda, dan di antara para pria Anda adalah saudara sepupu saya."

Artinya, bila kalian mengenal ayahku, ketahuilah bahwa beliau adalah saudara sepupu saya dan tidak ada dari kalian yang punya hubungan kekerabatan seperti itu dengannya. Hanya Ali yang saudaranya adalah Nabi Saw. Semua mengetahui bahwa ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup dan menyambungkan kekerabatan, beliau menjadi saudara Ali dan Ali dikenal sebagai saudara Rasulullah Saw. Oleh karenanya, maksud dari Sayidah Fathimah Zahra as adalah menjelaskan kepada masyarakat semua poin yang membuktikan kekbenaran Ali.


Setelah itu, Fathimah as menjelaskan kebingungan dan kesesatan manusia sebelum pengutusan Nabi Muhammad Saw dan berkata, "Saya adalah putri orang yang menyelamatkan kalian dari kesengsaraan dunia dan akhirat. Kondisi hidup kalian sedemikian rupa sehingga kalian tidak memiliki air minum yang sehat dan makanan yang layak. Kalian melewati dunia kalian dalam kemiskikan, kesengsaraan dan pembunuhan antara saudara. Puncaknya adalah kalian sesat dan penyembah berhala dan beliau memperkenalkan kalian akan Allah dan membawa agama terbaik buat kalian. Nabi membimbing kalian ke tingkat kesempurnaan manusia. Tidak seorang pun di alam semesta yang melakukan pelayanan kepada kemanusiaan sepertinya. Pada saat Rasulullah ada di antara kalian, beliau paling menanggung penderitaan dan paling merasakan penderitaan dan di jalan ini Ali adalah pribadi yang selalu menjadi teman dan penolongnya. Terkadang kalian hidup dengan tenang, Ali melemparkan dirinya ke mulut naga untuk membela agama Allah. Akhirnya, berkat perjuangan Nabi Muhammad Saw dan Ali, mereka berhasil memastikan agama Islam dan kalian sampai pada kemuliaan dan kehormatan ini."

Setelah menyampaikan pendahuluan tersebut, Sayidah Fathimah as mengatakan, "Ketika Nabi Saw masih hidup semua masalah ini dibanggakan dan diterima oleh semua orang. Tapi begitu beliau pergi, apa yang terjadi di antara kalian? Setelah ayahku meninggal kecenderungan kalian akan kemunafikan mulai tampak dan setelah mulai menguasai kalian. Bukannya mengingat komitmen kalian kepada Rasullah, amanah yang diserahkan kepada kalian mulai dilupakan bukannya dijaga. Seakan-akan hanya nama dari Islam kalian yang tinggal dan kalian melupakan hakikat Islam."

Sayidah Fathimah as menyampaikan apa saja yang perlu dikatakan, itupun dengan transparan dan sastra yang tidak ada bandingannya. Meskipun beliau tampaknya tidak mampu menjelaskan Ali as dalam posisi seperti yang disampaikan Rasulullah Saw di hari Ghadir Khum, "Barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali juga sebagai pemimpinnya, tapi beliau berhasil mencatatkan dalam sejarah akan satu hakikat. Fathimah as berhasil menjadikan Fadak sebagai alasan untuk memrotes perampasan khilafah dan penyimpangan dari jalan Rasulullah Saw.

Jika Fathimah as tidak mengatakan ini, Ali tidak pernah mencapai kekhalifahan. Ali as setelah dua puluh lima tahun, akhirnya berhasil menjadi khalifah untuk waktu yang singkat, empat tahun. Selama empat tahun menjadi khalifah, Ali as harus menjalani tiga perang internal, tapi di setiap kesempatan beliau menyampaikan puluhan prinsip-prinsip al-Quran dan nilai-nilai Islam untuk menuntung dan mendidikan setiap individu dan masyarakat. Ali as dalam waktu yang singkat ini berhasil membangun kota percontohan al-Quran. Kota Kufah waktu itu tidak memiliki orang miskin. Ahmad bin Hanbal dalam buku Fadhail Shahabah mengutip bahwa Ali as berkata, "Sekarang, masyarakat memiliki kehidupan yang layak. Mereka yang kerjanya paling rendah dapat memakan roti dari gandum dan memiliki rumah serta dapat minum air yang sehat dan bersih dari sungai Furat."

Sekali lagi, kami mengucapkan bela sungkawa atas kesyahidan putri tercinta Rasulullah Saw dan menyampaikan salam kepada ruh suci Sayidah Fathimah az-Zahra as. Karena Rasulullah Saw pernah berkata kepada beliau, "Ketika ada orang yang menyampaikan salam kepada putriku, Allah Saw akan mengampuninya dan akan digabungkan denganku di surga, dimana saja aku barada.

Kepala Biro Politik Hamas menilai langkah Malaysia melarang masuk kontingen atlet rezim Zionis Israel ke negara itu sebagai puncak solidaritas Malaysia terhadap rakyat Palestina dalam melawan rezim Zionis.

Pusat Informasi Palestina, Jumat (18/1/2019) melaporkan, Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh dalam pesannya untuk Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad memuji sikap tegas Kuala Lumpur melarang masuk atlet Israel dengan menolak menerbitkan visa untuk mereka ke negara itu.

Haniyeh menegaskan, sikap bernilai Malaysia membuktikan kebijakan nyata dan bersejarah negara ini dalam mendukung bangsa Palestina yang setiap hari menjadi sasaran berbagai bentuk kejahatan Israel.

World Paralympic Swimming Championship 2019 rencananya akan diselenggarakan pada 25 Juli hingga 4 Agustus 2019 di Kuching, Malaysia. 

Kedutaan Republik Islam Iran di Kuala Lumpur memberikan apresiasi kepada Profesor dan sastrawan Malaysia, Samad Said yang aktif melakukan riset di bidang syair dan sastra klasik Iran.

Profesor Samad telah melakukan penelitian luas tentang sastra klasik Iran dan hal ini dianggap berperan efektif dalam memperkenalkan syair, sastra, roman dan tokoh sastra Malaysia dan Iran kepada kedua bangsa.

Ia dan sejumlah sastrawan Malaysia diundang ke Kedutaan Iran di Kuala Lumpur pada hari Jumat (18/1/2019) untuk menghadiri sebuah acara budaya. Ia juga diberi kesempatan untuk membacakan syair-syairnya di acara itu.

Dubes Iran untuk Malaysia, Marzieh Afkham memberi penghargaan atas dedikasi Profesor Samad dan menyebutnya sebagai sastrawan dan penyair inovatif Malaysia.

"Profesor Samad telah mengambil langkah-langkah besar dalam menghidupkan semangat spiritual Melayu dan berkontribusi dalam memperkuat titik kesamaan budaya antara Iran dan Malaysia," ujarnya.

Menurut Nyonya Afkham, hubungan spiritual penyair seperti Profesor Samad dengan para penyair dan ilmuwan Iran dapat menjadi modal bagi hubungan yang berkelanjutan antara bangsa Muslim Iran dan Malaysia di barat dan timur Dunia Islam.

"Dia sebagai tokoh sastra Malaysia selalu melakukan upaya yang layak untuk menghidupkan nilai-nilai orisinil Melayu-Islam melalui bait-bait syair modern," tambahnya.

Sementara itu, Profesor Samad menganggap sastra sebagai unsur utama budaya di setiap negara.

Dia juga menginginkan terlaksananya acara malam syair Iran di Malaysia dengan mendatangkan para penyair dan sastrawan dari Iran. 

Juru bicara Gerakan Hamas, Hazem Qassem mengatakan perlawanan rakyat Palestina termasuk pawai hak kepulangan adalah satu-satunya cara untuk mematahkan seluruh konspirasi musuh.

"Kehadiran luas masyarakat dalam pawai hak kepulangan pada Jumat ke-43 dan tekad mereka untuk mematahkan blokade adalah sebuah penegasan bahwa rakyat Palestina akan melanjutkan perlawanan ini sampai terwujudnya seluruh tujuan mereka," tegasnya dalam sebuah pernyataan di Jalur Gaza pada hari Jumat (18/1/2019) seperti dikutip Tasnimnews.

"Kehadiran luas masyarakat dalam aksi dengan slogan 'persatuan, jalan kemenangan dan pematahan konspirasi' menunjukkan bahwa dibutuhkan persatuan dan kerja kolektif untuk mewujudkan tujuan nasional Palestina dan melawan rezim penjajah Zionis di lapangan," ungkap Qassem.

Sementara itu, anggota dewan tinggi pawai hak kepulangan, Maher Mazhar mengatakan, kegiatan ini akan semakin menggelora dan rakyat Palestina dengan persatuan nasional akan mengusir penjajah dari tanah airnya.

Pawai hak kepulangan dimulai sejak 30 Maret 2018 di Jalur Gaza yang bertepatan dengan Hari Bumi dan masih terus digelar di setiap hari Jumat.

Sejauh ini, sedikitnya 255 orang Palestina gugur akibat ditembak oleh tentara Israel dan lebih dari 26 ribu lainnya terluka. 

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…