کمالوندی

کمالوندی

Senin, 17 Maret 2014 19:18

Hasan Buah Hatiku!

Hasan kecil sedang asik bermain. Nabi Saw memperhatikannya dengan seksama. Beliau begitu menikmati perilaku cucunya ini. Tiba-tiba beliau merasa Hasan mulai lelah. Nabi Saw memandangnya dan berkata, "Anakku! Mendekatkan kepadaku!"

 

Hasan as berjalan mendekati kakeknya. Ketika sampai, kakeknya langsung menciumnya dan mengangkatnya lalu mendudukan cucunya di atas pangkuannya. Sementara beberapa sahabat beliau menyaksikan apa yang tengah dilakukan Nabi Saw. Mereka menjadi ingin tahu apa yang akan terjadi antara kakek dan cucu tersayangnya.

 

Nabi Saw berkata kepada para sahabatnya, "Hasan adalah anak dan buah hatiku. Ia cahaya mataku dan penerang hatiku. Di Hari Kiamat, Hasan menjadi penghulu pemuda surga. Hasan merupakan bukti Allah bagi umatku. Perintahnya merupakan perintahku dan ucapannya adalah ucapanku. Barangsiapa yang mengikutinya, berarti ia berasal dariku dan siapa saja yang membangkang kepadanya, berarti bukan dariku..."

 

Ketika selesai mengucapkan itu, Nabi Saw berhenti sebentar dan tiba-tiba wajah beliau terlihat sedih. Beberapa saat berlalu, beliau kemudian melanjutkan ucapannya, "Setiap kali aku menatap wajah Hasan, kejadian akan datang yang akan terjadi padanya membuatku sedih. Ia akan dibunuh dengan zalim dan kebencian musuh. Kesedihan akibat syahadahnya sedemikian beratnya, sehingga malaikat langit dan makhluk yang ada di bumi, burung di langit dan ikan di laut menangisinya."

 

Setelah itu beliau berkata, "Mata yang menitikkan air mata atas musibah yang menimpa putraku akan dapat melihat di hari ketika mata yang ada menjadi buta. Hati yang merasakan sedih untuknya tidak akan sedih di hari ketika hati manusia semua merasakan kesedihan. Dan kaki yang menanggung kesulitan demi menziarahi kuburannya di Hari Kiamat tidak akan tergelincir di jembatan Shirat al-Mustaqim..."

 

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Hasan as.

Dzazan seorang pria tidak berilmu dan sederhana. Ia biasanya berjalan di gang sambil membaca puisi. Suatu hari warga kota terkejut mendapatinya telah menghafal al-Quran. Ia bahkan membaca al-Quran dengan baik. Warga berduyun-duyun menemuinya dan bertanya, "Wahai Dzazan! Bagaimana engkau dapat menguasai al-Quran sebaik itu?"

 

Dzazan tersenyum dan menuturkan kisahnya:

 

"Suatu hari Amirul Mukminin Ali as melihat saya di sebuah gang dan waktu itu saya sedang membaca puisi. Beliau berkata kepadaku, ÔÇÿEngkau membaca puisi sedemikian baiknya, lalu mengapa engkau tidak membaca al-Quran?'

 

Saya berkata, ÔÇÿWahai Amirul Mukminin! Demi Allah, saya hanya tahu al-Quran sekadar untuk shalat.'

 

Imam Ali as mendekatiku dan mengatakan sesuatu yang tidak kupahami di telingaku. Setelah itu beliau meneteskan air dari mulutnya ke dalam mulutku. Demi Allah! Pada waktu itu juga saya merasa telah menghafal al-Quran."

 

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as

Saad bin Muadz seorang sahabat terbaik Nabi Muhammad Saw. Ketika Sad meninggal dunia, Nabi Saw ikut dalam prosesi pemakamannya dan melakukan shalat jenazah, bahkan beliau turut mengebumikannya.

 

Ibu Saad sangat sedih dengan kematian anaknya. Menyaksikan penghormatan Nabi Saw kepada anaknya, hal itu memaksa dirinya untuk menghadiri pemakaman anaknya. Ia berdiri di dekat kuburan anaknya dan berkata, "Wahai anakku! Rasulullah Saw merelakanmu, semoga engkau mendapatkan surga!"

 

Tapi Nabi Saw berkata kepadanya, "Wahai ibu yang ditinggal anaknya! Bersikaplah tenang. Jangan terlalu percaya diri tentang anakmu. Ia kini dalam kondisi tertekan dan disiksa!"

 

Semua yang hadir di sana, termasuk ibunya terkejut dengan mendengar ucapan Nabi Saw dan berkata, "Wahai Rasulullah! Bukankan Saad merupakan seorang sahabat terbaikmu dan Anda selalu mengingatnya dengan penuh penghormatan? Sekarangpun Anda memakamkannya dengan penuh penghormatan. Lalu bagaimana Anda mengatakan bahwa ia berada di bawah tekanan dan siksa kubur?"

 

Rasulullah Saw bersabda, "Benar. Saad seorang mukmin dan sahabat yang loyal. Tapi selama di rumah, ia memperlakukan istri dan anaknya dengan buruk. Ketahuilah bahwa berbuat buruk dengan anggota keluarga akan mendatangkan kemurkaan Allah!" (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Sumber: "Sad Pand va Hekayat" Nabi Muhammad Saw.

Jumat, 14 Maret 2014 09:33

Hasan Berada di Punggungku

Malam itu Hasan as, cucu Nabi Saw bersama beliau pergi ke masjid. Shalat jamaah telah siap dan Nabi Saw menjadi imam. Tapi kali ini semua yang bermakmum merasa heran, karena dalam salah satu sujudnya, Nabi Saw melakukannya lebih lama dari biasanya. Buat mereka ini satu hal yang aneh. Terlebih lagi beliau sering berkata, "Lakukan shalat berjamaah secara ringkas. Karena mungkin saja ada orang yang sakit atau orang tua yang tidak mampu melakkan shalat berlama-lama..." Tapi kali ini mereka merasa ada sesuatu yang terjadi atau malaikat pembawa wahyu datang kepada beliau.

 

Akhirnya shalat berjamaah pun selesai. Para sahabat Nabi Saw berkata kepada beliau, "Wahai Rasulullah! Apa yang terjadi sehingga Anda melamakan sujud?"

 

Beliau menjawab, "Ketika saya melakukan sujud, anakku Hasan as sedang bermain di sisiku lalu naik ke punggungku dan tidak ingin menurunkannya. Akhirnya saya bersabar agar ia sendiri yang turun kemudian melanjutkan shalat."

Jumat, 14 Maret 2014 09:31

Rumah Fathimah Az-Zahra as

Imam Ali as ketika menikah dengan Sayidah Fathimah az-Zahra as hanya memiliki sebuah rumah kecil di samping masjid Nabawi. Rumah ini begitu kecil dan sangat sederhana, sehingga tidak cocok untuk melaksanakan prosesi pernikahan. Oleh karenanya, Nabi Muhammad Saw berkata kepada Ali as, "Usahakan sebuah rumah di dekat sini agar aku dapat menyerahkan istrimu kepadamu."

 

Imam Ali as berkata, "Ada rumah Haritsah bin Nu'man di dekat sini."

 

Nabi Saw berkata, "Saya sudah meminjam beberapa rumah dari Haritsah untuk orang-orang Muhajirin yang tidak punya tempat tinggal. Sekarang saya malu untuk meminjam rumahnya yang lain darinya."

 

Haritsah mendengar percakapan ini dan kemudian mendekati Nabi Saw lalu berkata, "Seluruh hartaku milik Allah Swt dan Rasul-Nya."

 

Nabi Saw kemudian mendoakannya dan berkata, "Malam ini pinjamkan rumahmu kepada Ali dan Fathimah as."

 

Dengan demikian, acara pernikahan berlangsung, sementara Ali dan Fathimah as pergi ke rumah Haritsah. Setelah itu keduanya kembali ke rumah mereka dan memulai kehidupan yang sederhana. Rumah ini terletak di samping masjid Nabawi dan sampai sekarang tempat itu tetap dikenal dengan "Rumah Az-Zahra".

 

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Sayidah Fathimah Zahra as

 

Jumat, 14 Maret 2014 09:27

Berita Kemunculan Imam Mahdi af

Kebencian warga Kufah akan kezaliman orang-orang Kafir telah sampai puncaknya. Orang-orang yang telah banyak melakukan penindasan waktu itu kepada umat Islam. Oleh karenanya, warga Kufah mendatangi Imam Ali as dan mengadukan ketertindasannya. Mereka berkata, "Sampai kapan kita harus menanggung kezaliman orang-orang Kafir dan tertawan oleh ketamakannya?"

 

Imam Ali as dalam sebuah pidatonya mengajak orang-orang Mukmin untuk bersabar dan berkata, "Ketahuilah bahwa dunia, setelah berpaling dari kita seperti onta yang berang dan tidak mau memberi susu kepada pemiliknya dan menyimpannya untuk anaknya, akan kembali memandang kita dengan penuh kasih sayang... Allah Swt dalam al-Quran berfirman, "Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)."[1]

 

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as

Jumat, 14 Maret 2014 09:20

Nasihat Imam Husein as: Memaafkan

Memaafkan

 

Imam Husein as berkata:

 

"Bila ada seorang yang berucap buruk di telingaku ini, sambil menunjuk telinga kanannya, dan meminta maaf lewat telingaku yang lain, maka aku pasti memaafkannya. Hal ini dikarenakan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as menukil kepadaku bahwa beliau mendengar dari kakekku, Rasulullah Saw bersabda, 'Siapa yang tidak menerima permintaan maaf orang lain, baik ia benar atau salah maka tidak akan pernah memasuki kolam al-Kautsar." (Ihqaq al-Haq, jilid 11, hal 431)

 

Satu dari nilai-nilai moral dalam hubungan sosial adalah memberi maaf. Keutamaan akhlak ini dapat mencerabut segala bentuk permusuhan dan menjadi sarana terciptanya persahabatan.

 

Terkadang manusia dalam hubungan sosialnya melakukan perbuatan buruk, tapi setelah berlalu beberapa waktu ia kemudian menyesali perilakunya itu dan meminta maaf. Sudah selayaknya seorang mukmin dengan wajah tersenyum menerima permintaan maaf saudaranya itu dan melupakan kesalahannya, sehingga persahabatan dan kasih sayang menggantikan tempat kedengkian dan permusuhan.

 

Para Imam Maksum as dengan maqam dan derajat spiritual yang tinggi bukan saja tidak menuntut orang-orang yang menistakan mereka dikarenakan ketidaktahuan atau memang punya maksud tertentu, bahkan mereka diperlakukan dengan baik dan penuh kasih sayang. Dengan demikian, kita sebagai Syiah dan pengikut mereka harus menjadikan para Imam Maksum as sebagai teladan dalam berbuat.

 

Sumber: Pandha-ye Emam Hossein.

Memperhatikan Tetangga

 

Imam Husein as berkata:

 

"Tetangga adalah keluarga." (Tarikh Ya'qubi, jilid 2, hal 246)

 

Dalam agama Islam, tetangga memiliki kedudukan yang khusus dan banyak perintah agar orang mukmin berbuat baik dan menyayangi tetangganya. Allah Swt dalam al-Quran berfirman, "Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu." (QS. an-Nisa: 36)

 

Begitu juga dalam sebuah riwayat dari Rasulullah Saw disebutkan, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah Swt dan Hari Kiamat, maka hendaknya ia tidak mengganggu tetangganya." (Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 62)

 

Imam Husein as dalam ucapannya ini menyamakan tetangga dengan keluar sendiri. Karena sebagaimana manusia diperintahkan untuk berbuat baik dan menyayangi keluarganya, perintah yang sama juga terkait tetangganya.

 

Sumber: Pandha-ye Emam Hossein.

Menjaga Rahasia Orang

 

Imam Husein as berkata:

 

"Rahasia orang lain adalah amanat." (Tarikh Ya'qubi, jilid 2, hal 246)

 

Semua manusia memiliki rahasia dan tidak ingin rahasianya itu diketahui orang lain. Rahasia ini terkadang pribadi, keluarga dan terkadang sosial dan ada hubungan dengan pekerjaan dan kehidupan. Rahasia orang lain merupakan amanat dan kita harus menjaganya. Karena terkadang kesembronoan kecil dapat membahayakan kehormatan dan kedudukan sosial orang lain atau menciptakan kebencian dan pertengkaran di antara masyarakat, dimana tidak mungkin memperbaikinya dengan mudah.

 

Oleh karenanya, sangat tepat bila kita benar-benar teliti menjaga amanat yang berupa rahasia orang yang disampaikan kepada kita.

 

Sumber: Pandha-ye Emam Hossein.

Tidak Berbuat Zalim

 

Imam Husein as berkata:

 

"Jangan menzalimi seseorang yang tidak memiliki penolong selain Allah." (Tuhaf al-Uqul, hal 251)

 

Menzalimi orang lain di mana dan kapan saja merupakan perbuatan buruk dan tidak boleh dilakukan. Tapi menzalimi orang tertindas dan sendiri merupakan perbuatan yang sangat buruk dan pelakunya akan mendapat balasan azab ilahi yang sangat pedih. Selain itu, teriakan dan pengaduan yang disampaikan di dada orang yang tertindas akibat kezaliman yang dilakukan terhadap mereka akan bangkit dan menghantui kehidupan duniawi dan ketenangan si pelaku kezaliman.

 

Sejarah dengan baik telah menunjukkan kenyataan ini, bahwa perbuatan zalim yang dilakukan kepada orang tertindas yang tidak memiliki penolong selain Allah akan mendapat balasan setimpal. Bagaimana dalam sejarah disebutkan istana penguasa terkuat dapat hancur dalam waktu yang singkat dan saat ini yang tersisa hanya nama mereka.

 

Sumber: Pandha-ye Emam Hossein.