کمالوندی

کمالوندی

 

Sekretaris Dewan Tinggi Hak Asasi Manusia Republik Islam Iran menilai tindakan pemerintah Swedia dalam menahan seorang warga negara Iran merupakan tindakan sewenang-wenang.

Hamid Nouri, seorang warga negara Iran ditahan oleh pihak keamanan Swedia pada 9 November 2019 setibanya di itu untuk menindaklanjuti masalah keluarga, dan telah dipenjara selama 30 bulan.

Nouri tidak diizinkan untuk menghubungi keluarganya selama empat bulan setelah penahanannya, yang bertentangan dengan semua hukum internasional, dan sistem peradilan Swedia juga tidak mengizinkan Nouri, yang ditahan di sel isolasi, untuk bertemu dengan keluarganya selama dua tahun.

Kazem Gharib Abadi, Sekretaris Dewan Tinggi Hak Asasi Manusia Republik Islam Iran
Padahal, keluarganya telah melakukan perjalanan ke Swedia beberapa kali untuk bertemu dengannya, tetapi tidak diperbolehkan untuk bertemu dengannya.

Menurut laporan Direktorat Jenderal Komunikasi dan Informasi Urusan Internasional Mahkamah Agung, Kazem Gharib Abadi, Sekretaris Dewan Tinggi Hak Asasi Manusia Republik Islam Iran, hari Minggu (10/07/2022) dalam pertemuan dengan putra Hamid Nouri, tahanan Iran di Swedia, mengatakan, "Pengadilan dan proses pengadilan formalitas dan tindakan pelanggaran pemerintah Swedia terhadap hak-hak warga negara Iran ini, yang telah ditahan di sel isolasi selama 32 bulan terakhir, adalah noda bagi sejarah hak asasi manusia di negara itu."

"Republik Islam Iran akan melakukan segala upaya untuk membebaskan Hamid Nouri," ujar Gharib Abadi.

Gharibabadi menilai perlindungan dan pembelaan warga negara Iran di mana pun mereka berada di dunia sebagai tugas yang melekat pada sistem dan mengatakan, "Kami akan menggunakan upaya maksimal kami dalam kasus ini juga."

Iran Kecam Tuntutan atas Hamid Nouri
Dalam pertemuan ini, putra Hamid Nouri menjelaskan kondisi ayahnya di penjara Swedia dan perlakuan tidak manusiawi terhadapnya.

Menurutnya, "Pihak berwenang Swedia belum menyetujui permintaan ayah saya untuk berobat ke dokter mata, dan meskipun ibu dan saudara perempuan saya telah mendatangi negara ini untuk beberapa waktu demi melihat ayah saya, tetapi pihak berwenang Swedia belum mengeluarkan izin untuk berkunjung.

Jumat, 08 Juli 2022 21:37

Pesan Haji Rahbar 1443 H

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei menyampaikan pesan tertulis pada momentum ibadah Haji 1443 H untuk jemaah haji di Tanah Suci.

Berikut adalah teks pesan haji dari Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei:

بسم‌اللّه‌الرّحمن‌الرّحیم

والحمد للّه ربّ العالمین و صلّی اللّه علی محمّد المصطفی و آله الطّاهرین و صحبه المنتجبین

Kami bersyukur kepada Allah yang Maha Kasih dan Bijaksana yang sekali lagi menjadikan musim haji yang penuh berkah ini sebagai pertemuan bagi bangsa-bangsa Muslim dan membuka jalan rahmat dan anugerah kepada mereka. Umat ​​Islam sekali lagi dapat menyaksikan persatuan dan kesatuan dalam cermin transparan dan abadi ini, dan berpaling dari motif cerai-berai dan perpecahan.

Persatuan umat Islam adalah salah satu dari dua landasan mendasar haji, yang jika dikombinasikan dengan zikir dan spiritualitas, yang merupakan fondasi dasar lain dari kewajiban yang penuh dengan misteri ini, dapat membawa umat Islam ke puncak kehormatan dan kebahagiaan, dan menjadikannya sebagai contoh dari:

وَ لِلَّهِ العِزَّةُ وَ لِرَسولِهِ وَ لِلمُؤمِنين

"....Keunggulan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin..." (QS. al-Munafiqun, 8)

Haji adalah kombinasi dari dua elemen: politik dan spiritual, dan agama suci Islam adalah campuran kemuliaan dan keagungan dari politik dan spiritualitas.

Dalam sejarah baru-baru ini, musuh-musuh bangsa-bangsa Muslim telah melakukan upaya besar-besaran untuk melemahkan dua "ramuan mujarab pemberi kehidupan" ini, yaitu persatuan dan spiritualitas, di antara bangsa-bangsa kita.

Mereka melemahkan spiritualitas dengan mempromosikan gaya hidup Barat, yang tidak memiliki semangat spiritual dan muncul dari kepicikan materi, dan mereka merusak persatuan dengan cara memperluas dan mengintensifkan motif ilusi perpecahan seperti masalah bahasa, warna kulit, ras, dan geografi.

Umat ​​Islam, yang sekarang contoh kecilnya bisa dilihat dalam upacara simbolis haji, harus bangkit melawannya dengan sekuat tenaga. Artinya, di satu sisi, mereka harus memperkuat untuk mengingat Tuhan, bekerja untuk Tuhan, merenungkan firman Tuhan, dan percaya pada janji-janji Tuhan dalam benak dan pikirannya, dan di sisi lain, harus mampu mengatasi motif perpecahan dan konflik. Apa yang dapat dikatakan dengan pasti pada hari ini adalah bahwa kondisi dunia dan dunia Islam saat ini lebih menguntungkan (cocok/tepat) dari sebelumnya untuk upaya yang berharga ini.

Sebab, pertama, hari ini para elite dan banyak masyarakat di negara-negara Muslim telah memperhatikan kekayaan intelektual dan spiritual mereka yang besar dan telah menyadari penting dan nilainya. Hari ini, liberalisme dan komunisme, sebagai hadiah (karunia) terpenting peradaban Barat, tidak lagi memiliki penampilan yang sama seperti seratus tahun yang lalu dan lima puluh tahun yang lalu.

Reputasi demokrasi Barat yang berorientasi pada uang (materi) menghadapi pertanyaan-pertanyaan serius, dan para pemikir Barat mengakui bahwa mereka menderita kebingungan dan ketidakberdayaan kognitif dan praktis.

Di dunia Islam, kaum muda, pemikir, pakar sains dan agama, dengan mengamati situasi ini, memperoleh perspektif baru tentang kekayaan pengetahuan mereka serta garis politik umum di negara-negara mereka, dan ini adalah kebangkitan Islam yang kami selalu sebutkan.

Kedua, kesadaran diri Islam ini telah menciptakan fenomena yang indah dan menakjubkan di jantung dunia Islam, yang membuat kekuatan-kekuatan arogan menghadapi masalah serius dalam menghadapinya. Nama fenomena ini adalah "Muqawama" (perlawanan), dan hakikatnya adalah munculnya kekuatan iman, jihad dan tawakal. Fenomena ini adalah fenomena di mana ayat yang mulia ini diturunkan pada awal Islam:

 

‏ الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ ‎﴿١٧٣﴾‏

فَانقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ ‎﴿١٧٤﴾‏

"Mereka juga orang-orang yang tidak gentar lalu patah semangat ketika ditakut-takuti oleh orang lain dengan mengatakan, "Musuh kalian telah mengumpulkan tentaranya, maka takutlah kepada mereka." Sebaliknya, mereka justru bertambah yakin terhadap pertolongan Allah, dan menjawab, "Allah cukup bagi kami. Dia yang mengatur urusan-urusan kami. Dan Dialah sebaik-baik yang diserahi urusan." (QS. Aali Imran, 173)

"Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (QS. Aali Imran, 174)

Adegan dan peristiwa di Palestina adalah salah satu manifestasi dari fenomena menakjubkan yang telah berhasil membawa rezim agresif Zionis dari keadaan agresif dan pembunuh ke keadaan bertahan dan pasif, dan membuat rezim tersebut tertimpa masalah politik, keamanan dan ekonomi yang nyata. Contoh perlawanan cemerlang lainnya dapat dilihat dengan jelas di Lebanon, Irak, Yaman, dan beberapa tempat lainnya.

Ketiga, selain semua itu, saat ini dunia sedang menyaksikan model sukses dan contoh yang membanggakan dari kekuatan dan kedaulatan politik Islam di Iran yang Islami. Kestabilan, kemerdekaan, kemajuan dan kehormatan (kemuliaan) Republik Islam adalah peristiwa besar, penuh makna dan menarik yang dapat menarik pikiran dan perasaan setiap Muslim yang terjaga (bangkit/waspada).

Ketidakmampuan dan terkadang tindakan salah kita, para pejabat pemerintahan ini, yang menyebabkan tertundanya pencapaian penuh atas semua berkah dari pemerintahan Islam, tidak akan pernah mampu menggoyahkan fondasi kokoh dan langkah teguh yang bersumber dari prinsip dasar pemerintahan ini, dan juga tidak akan pernah mampu untuk menghentikan kemajuan material dan spiritualnya.

Di bagian atas daftar dari prinsip-prinsip dasar ini, kedaulatan (aturan) Islam dalam legislasi dan implementasi, mengandalkan (bersandar pada) suara rakyat dalam masalah administrasi negara yang paling penting, kemerdekaan (kemandirian) politik secara penuh, dan tidak mengandalkan kekuatan penindas, ditempatkan pada urutan teratas. Dan prinsip-prinsip inilah yang dapat menjadi tempat konsensus di antara bangsa-bangsa Muslim dan pemerintah-pemerintah umat Islam, dan memadukan serta mempersatukan umat Islam dalam orientasi dan kerja sama.

Ini adalah landasan dan faktor yang telah memberikan situasi yang menguntungkan saat ini di dunia Islam untuk gerakan ke arah persatuan. Pemerintah-pemerintah  Muslim, para elite agama dan ilmiah, dan para intelektual yang independen, serta para pemuda pencari kebenaran, harus berpikir untuk mengambil manfaat dari bidang yang menguntungkan ini lebih dari yang lainnya.

Wajar jika kekuatan-kekuatan arogan, terutama Amerika Serikat (AS), khawatir tentang tren seperti itu di dunia Islam dan menggunakan semua sumber daya dan fasilitas mereka untuk menghadapinya, dan inilah yang terjadi sekarang ini.

Dari imperium media dan metode perang lunak, hingga penghasutan perang dan memicu perang proxy, sampai rayuan dan intelijen politik, dan hingga ancaman, keserakahan dan penyuapan…, dan semuanya telah digunakan oleh AS dan pihak-pihak arogan lainnya untuk memisahkan dunia Islam dari jalan kebangkitan dan kebahagiaan mereka. Rezim kriminal dan pemeras, Zionis di kawasan ini adalah salah satu alat dari upaya komprehensif tersebut.

Dengan rahmat dan kehendak ilahi, upaya-upaya tersebut telah gagal dalam banyak kasus, dan Barat yang arogan menjadi semakin lemah dari hari ke hari di kawasan sensitif kita, dan baru-baru ini di seluruh dunia. Kecemasan dan kegagalan AS dan kaki tangan kriminalnya, yaitu rezim perampas di kawasan, dapat dilihat dengan jelas dalam peristiwa di Palestina, Lebanon, Suriah, Irak, Yaman, dan Afghanistan.

Di titik sebaliknya, dunia Islam penuh dengan anak-anak muda yang termotivasi dan energik. Modal terbesar untuk membangun masa depan adalah harapan dan kepercayaan diri, yang saat ini sedang menggelora di dunia Islam, khususnya di negara-negara di kawasan. Kita semua memiliki kewajiban untuk menjaga dan meningkatkan modal ini.

Namun, Anda tidak boleh mengabaikan tipu daya musuh sesaat pun. Marilah kita hindari kesombongan dan kelalaian, dan marilah kita tingkatkan upaya dan kewaspadaan kita, dan dalam segala situasi, mari kita meminta bantuan dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan Bijaksana dengan penuh perhatian dan permohonan (pendekatan diri kepada Allah Swt). Menghadiri acara dan ritual haji adalah kesempatan besar untuk tawakal dan permohonan, serta untuk berpikir dan mengambil keputusan.

Berdoalah untuk saudara dan saudari Muslim Anda di seluruh dunia dan mohonlah kepada Tuhan untuk taufik dan kemenangan mereka. Sertakan bimbingan dan bantuan Tuhan untuk saudara-saudara Anda ini dalam permohonan suci Anda.

والسّلام علیکم و رحمة اللّه

سیّدعلی خامنه‌ای

۵ ذی‌الحجّة ۱۴۴۳

۱۴ تیر ۱۴۰۱

 

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amir Abdollahian mengecam keras penembakan dan teror terhadap mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan menyatakan bahwa jasa Abe dalam upaya perluasan hubungan antara Iran dan Jepang tidak akan dilupakan.

"Republik Islam Iran mengutuk penyerangan dan teror terhadap mantan PM Jepang Shinzo Abe dan menyampaikan belasungkawa dan berduka cita kepada rakyat dan pemerintah Jepang atas meninggalnya," kata Amir Abdollahian dalam tweetnya pada hari Jumat (8/7/2022) seperti dikutip IRNA.

Dia menambahkan, jasa berharga Shinzo Abe sebagai politisi terkemuka tidak akan dilupakan, termasuk dalam pengembangan hubungan antara rakyat Iran dan Jepang.

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amir Abdollahian 
Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meninggal dunia setelah ditembak pada saat berpidato, Jumat (8/7/2022), pukul 11.30 waktu setempat.

Menurut NHK, seorang pejabat senior Partai Demokrat Liberal (LDP) mengatakan Abe telah meninggal di rumah sakit tempat dia menerima perawatan.

Dia ditembak di jalan di Kota Nara, Jepang barat saat berkampanye untuk pemilihan Majelis Tinggi atau Dewan Negara.

Mantan PM Jepang itu sempat dilarikan ke rumah sakit sesaat setelah kejadian dan berjuang dalam masa kritis.

 

Pada tanggal 6 Juli 2008, serangan udara AS di provinsi Nangarhar Afghanistan mengubah pernikahan menjadi pembantaian.

Orang-orang ini sedang mengantar pengantin wanita ke rumah pengantin pria ketika ada yang terkena rudal AS. Serangan itu menewaskan 47 warga sipil Afghanistan, termasuk wanita dan anak-anak.

Empat belas tahun kemudian, kerabat para korban mengatakan mereka masih berduka atas kehilangan mereka dalam apa yang mereka sebut serangan yang mengerikan dan tidak dapat dibenarkan.

“Itu adalah pernikahan putra Malik Zarin di desa, sekitar jam 5 pagi kerabat kami mengantar pengantin wanita ke rumah pengantin pria ketika mereka dihantam oleh 3 serangan udara berturut-turut. Itu adalah kejadian yang sangat mengejutkan,” kata Naeem Pasha Shinwari, pemimpin suku Afghanistan

Hampir semua orang di sana, termasuk pengantin dan dua saudara perempuannya tewas, dan beberapa orang yang terluka parah selamat. Kami cukup jauh dari rumah sakit dan beberapa meninggal dalam perjalanan ke pusat kesehatan. Serangan itu menghancurkan kehidupan puluhan keluarga yang tidak bersalah. Kita tidak akan pernah bisa melupakan pertumpahan darah itu karena kita masih menanggung akibatnya.

Serangan itu memicu kemarahan di antara warga Afghanistan. Saat itu, pemerintah Afghanistan menugaskan sekelompok anggota parlemen dan ahli untuk menyelidiki insiden tersebut. Seorang anggota kelompok itu mengatakan bahwa semua korban adalah warga sipil. Dia mengatakan tidak ada personel militer AS yang dihukum atas pembantaian itu.

“AS yang membombardir karavan pengantin adalah tragedi besar dan bencana kemanusiaan, puluhan orang Afghanistan yang tidak bersalah terbunuh atau terluka. Sayangnya personel angkatan udara AS yang terlibat dalam serangan itu tidak diperiksa. Orang-orang Afghanistan bertanya mengapa AS harus membunuh wanita dan anak-anak di sebuah pernikahan tetapi AS bahkan tidak menanggapi pertanyaan itu, maka pemerintah Afghanistan gagal meminta pertanggungjawaban pasukan AS karena mereka adalah boneka barat,” ujar Sayed Eshaq Gilani, mantan anggota Parlemen Afghanistan

Setelah beberapa dekade perang di Afghanistan, AS dan sekutunya dengan tergesa-gesa meninggalkan negara itu pada Agustus 2021. Orang-orang di Afghanistan mengaitkan invasi AS ke negara mereka dengan penghancuran, penggerebekan malam hari, dan pembunuhan massal.

Invasi 20 tahun ke Afghanistan oleh AS telah meninggalkan kenangan sedih dan memilukan bagi Afghanistan. Orang-orang di sini mengatakan mereka tidak akan melupakan atau memaafkan kejahatan AS dan pelanggaran haknya di negara mereka.

 

Seorang tentara Turki tewas di Irak utara dan dua tentara lainnya terluka dalam serangan yang dilancarkan oleh anggota Partai Buruh Kurdistan (PKK).

Turki telah lama melanggar integritas wilayah Irak utara dengan dalih memerangi PKK dan mengklaim menargetkan pangkalan militer kelompok tersebut.

Hanya dalam sebulan terakhir, karena serangan udara Turki di Irak utara, 47 desa di daerah ini telah ditinggalkan penduduknya.

Menurut Tasnimnews, hari Kamis (7/7/2022), Kementerian Pertahanan Turki mengumumkan bahwa Mohammed Mustafa Koca, seorang tentara negara ini tewas dalam serangan anggota PKK di Irak utara.

Menurut pernyatan tersebut, dua tentara yang bertugas bersama Mohammed Mustafa terluka dalam serangan PKK.  Jumlah korban di pihak Turki dalam operasi militer di Irak utara telah mencapai 27 orang.

Pada 19 April 2022, Turki melancarkan serangan lintas batas terbaru ke Irak, dengan sandi Operasi Claw-Lock.

Serangan militer udara dan darat menargetkan tempat persembunyian PKK yang dicurigai di distrik Zab, Basiyan, Avasheen, dan Korajiwar di wilayah Kurdistan.

Irak telah mengecam keras operasi militer Turki di wilayahnya dan menyebutnya sebagai tindakan yang melanggar hukum.   

Pemerintah Baghdad telah berulang kali menganggap masuknya pasukan Turki ke Irak utara sebagai pelanggaran integritas teritorial negaranya dan telah mengutuknya serta menuntut penghentian serangan ini. 

 

Gerakan Jihad Islam Palestina menyatakan, laporan Amerika terkait teror Shireen Abu Akleh, reporter Televisi Al-Jazeera, penuh muatan politik dan ditujukan untuk membebaskan Rezim Zionis dari kejahatan ini.

Departemen Luar Negeri AS Senin (4/7/2022) di laporannya yang dimaksudkan untuk membebaskan Tel Aviv dari tuduhan, mengklaim bahwa Shireen Abu Akleh kemungkinan terbunuh karena tembakan tak disengaja oleh tentara Israel. Laporan ini menambahkan, namun penyelidik independen gagal mencapai kesimpulan pasti mengenai asal peluru yang mengenai reporter wanita itu.

Menurut laporan Palestine al-Youm Selasa (5/7/2022), laporan bias Amerika tentang rezim Zionis terjadi dalam kerangka perilaku Amerika yang biasa dalam mendukung musuh Zionis, dan bahkan dapat dikatakan bahwa Washington menggunakan berbagai senjata untuk membunuh dan meneror bangsa Palestina melalui ekspor berbagai senjata ke bumi Palestina pendudukan.

Jihad Islam Palestina di statemennya mengecam kesepakatan Otorita Ramallah berpartisipasi dengan Amerika di penyidikan teror reporter Al-Jazeera ini dan penyerahan peluru kepada AS.

Sebelumnya Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) di statemennya seraya mengecam hasil penyidikan AS di kasus pembunuhan Abu Akleh oleh tentara Rezim Zionis menyatakan, hasil yang diumumkan sebuah keberpihakan nyata terhadap narasi Israel dari pembunuhan ini, dan upaya untuk membebaskan Tel Aviv dari dampak kejahatan mengerikan ini. 

 

Tanggal 27 Juni hingga 3 Juli telah ditetapkan sebagai Pekan Hak Asasi Manusia Amerika Serikat. Karena aksi teroris dan kriminal yang dilakukan terhadap rakyat Iran selama bertahun-tahun.

Pada tanggal 27 Juni 1981, Ayatullah Khamenei, sahabat dekat Imam Khomeini, Pemimpin Besar Revolusi Islam, terluka parah akibat usaha teror yang gagal oleh kelompok teroris Mujahidin Khalq (MKO), saat berpidato di sebuah masjid di selatan Tehran. Suatu hari setelah aksi teroris ini, dalam aksi teroris lainnya, dalam serangan bom di markas besar Partai Jomhouri-e Eslami, Ayatullah Dr. Mohammad Beheshti, Ketua Mahkamah Agung Iran, gugur syahid bersama dengan 72 pejabat tinggi Republik Iran. Pada 2 Juli 1981, Ayatullah Qoddousi, Jaksa Agung Iran diteror.

Setelah pemboman di markas besar Partai Jomhouri-e Eslami, para pemimpin kelompok teroris melarikan diri ke Paris lewat bandara Tehran, bersama Bani Sadr, Presiden Iran yang dilengserkan dengan mengenakan pakaian dan riasan wanita dibantu para elemen penyusup dari rezim sebelumnya. Pilot pesawat mereka adalah pilot khusus dan terpercaya dari diktator Iran, Mohammad Reza Shah, yang mengemudikan pesawat Shah pada penerbangan terakhirnya dari Iran.

Sejak itu, kelompok teroris buronan MKO telah didukung oleh pemerintah Barat menyebar di negara-negara Eropa lainnya dan Amerika Serikat. Selama perang Irak-Iran, mereka memindahkan pangkalan utamanya ke Irak dalam kesepakatan dengan Saddam. Sepanjang perang yang dipaksakan pada 1980-an, kelompok teroris yang dipimpin oleh Massoud Rajavi, sebagai tentara bayaran dan mata-mata, memberikan fasilitas mereka kepada tentara Baath.

Tugas utama mereka adalah mengumpulkan informasi dari front Iran melalui penyusup dan memberikan informasi kepada rezim Baath di Irak untuk menargetkan kota-kota Iran dengan rudal jarak jauh. Tindakan berbahaya lainnya oleh anggota kelompok teroris Mujahidin Khalq (MKO) adalah interogasi tahanan Iran dan partisipasi mereka dalam operasi tentara Baath Irak di medan perang Iran.

Sejalan dengan mendukung kelompok teroris Munafikin (MKO) dalam melakukan aksi teroris di Iran pada tahun 1987 dan 1988, Amerika Serikat melakukan perang langsung dengan Iran untuk mendukung rezim Saddam. Amerika Serikat tidak menahan diri dari kejahatan apa pun untuk mendukung rezim kriminal Saddam, salah satunya adalah mendukung sepenuhnya Saddam dalam penggunaan senjata kimia di medan perang dan di kota-kota Iran.

Pesawat penumpang Iran ditembak kapal USS Vincennes
Pada Juni 1987, kota Sardasht di Iran barat dibom dengan senjata kimia. Ratusan orang gugur syahid dan terluka selama pengeboman tersebut, dan banyak orang masih menderita akibat efek bom kimia di Sardasht. Namun salah satu kejahatan Amerika terbesar di dunia dan terhadap bangsa Iran adalah menembak jatuh pesawat komersial Iran dengan 290 penumpang di Teluk Persia oleh USS Vincennes (CG-49) pada 3 Juli 1988. Di antara korban kejahatan besar ini adalah 66 anak-anak. Pemerintah AS bukan hanya membenarkan penembakan rudal ke pesawat penumpang, tetapi Presiden Ronald Reagan justru memberi medali kehormatan kepada komandan kapal USS Vincennes.

Tidak ada pemerintah, seperti Amerika Serikat, yang menggunakan hak asasi manusia sebagai alat untuk memajukan tujuannya, bersama dengan banyak negara Eropa. Para pejabat Amerika Serikat mengklaim sebagai pusat hak asasi manusia di dunia, dan dengan wacana ini, mereka bahkan menyerukan sanksi dan serangan militer terhadap negara-negara lain. Perang melawan "terorisme", pelanggaran hak asasi manusia, pencegahan penyebaran senjata nuklir, dan lain-lain, adalah dalih bagi pemerintah AS untuk mengejar tujuannya dengan menggunakannya sebagai alat.

Meneliti tindakan Washington di bidang aksi teroris mengungkapkan fakta yang menunjukkan niat hegemonik dan perilaku tidak jujur ​​para pejabat Amerika terhadap masyarakat internasional, khususnya umat Islam. Dalam satu abad terakhir, dunia telah menyaksikan fakta pahit bahwa pemerintah AS berada di garis depan terorisme negara dunia dan telah melakukan banyak aksi teroris terhadap berbagai negara dan masyarakat. Amerika Serikat telah dan terus melanggar semua pelanggaran hak asasi manusia sejak 9/11 dengan kedok kontraterorisme.

Sejarah Amerika Amerika Serikat memiliki catatan panjang pelanggaran hak asasi manusia dan terorisme sejak sebelum terbentuk Amerika Serikat. Orang kulit putih Eropa yang pergi ke Amerika Serikat menganggap diri mereka ras superior dan membantai jutaan orang Indian, penduduk Amerika asli atas nama modernisme dan pembentukan masyarakat sipil. Tujuan mereka adalah pemusnahan total ras Indian. Di sisi lain, mereka memperbudak jutaan orang kulit hitam dari benua Afrika dan membawa mereka ke Amerika Serikat untuk bekerja dan membangun pertanian dan kota mereka.

Perjuangan anti-rasis telah berlangsung di Amerika Serikat selama berabad-abad. Tidak ada hari berlalu seorang pria kulit hitam, tua atau muda, pria atau wanita, atau anak-anak, tanpa dibunuh oleh polisi Amerika yang rasis. Sudah banyak gerakan anti-rasis bermunculan di Amerika Serikat sejauh ini, tetapi salah satu kesenjangan dalam masyarakat Amerika tetap segregasi rasial yang mendalam dalam masyarakat Amerika. Di luar Amerika Serikat, pemerintah AS memiliki catatan kelam tentang pelanggaran hak asasi manusia dan penyebaran terorisme.

Augusto Pinochet, mantan diktator Chili
Sangat disayangkan bahwa pemerintah AS melakukan kejahatan terhadap hak asasi manusia dengan kedok membela hak asasi manusia, mempromosikan demokrasi dan memerangi terorisme. Selama beberapa abad, Amerika Serikat telah menganggap Amerika Selatan sebagai halaman belakangnya dan, dalam praktiknya, telah menjadi pendukung para diktator melawan gerakan pro-demokrasi di wilayah tersebut. Pada tahun 1973, pemerintah AS menggulingkan pemerintah populer Salvador Allende di Chili untuk mendukung penjahat Pinochet dalam kudeta militer. Rakyat Chili telah menderita banyak kejahatan selama beberapa dekade di bawah salah satu rezim polisi paling otoriter di dunia.

Dukungan AS untuk pemerintahan militer diktator dan dukungan untuk kebijakan kolonial AS telah diulang di hampir semua negara Amerika Selatan. Pemerintah AS memiliki sejarah kelam di negara-negara Amerika Selatan. Di Asia Timur juga, Amerika Serikat, yang mengklaim sebagai negara adidaya dunia, telah melakukan banyak kejahatan untuk mempertahankan dominasinya atas bagian dunia ini. Contohnya termasuk pemboman nuklir Hiroshima dan Nagasaki di Jepang dan satu dekade kekejaman dan pembantaian Vietnam pada 1960-an dan 1970-an. Di Timur Tengah dan Asia Selatan juga, orang-orang dari negara-negara di kawasan ini menderita tanpa henti dari kejahatan Amerika.

Selama tujuh puluh tahun terakhir, rakyat Iran telah membayar harga yang mahal dalam perjuangan melawan Amerika Serikat sebagai akibat dari intervensi dan kebijakan hegemonik AS. Pada tahun 1953, untuk mendukung kudeta secara langsung, Amerika Serikat menggulingkan Dr. Mossadegh dan mengembalikan tahta buronan Shah Iran. Selama 25 tahun, Amerika Serikat tidak segan-segan melakukan kejahatan apapun terhadap kaum libertarian Iran dalam rangka mengkonsolidasikan monarki Iran. Akhirnya, Gerakan Pembebasan Iran yang dipimpin oleh Imam Khomein yang menggulingkan monarki di Iran.

Setelah kemenangan Revolusi Islam dan pembentukan sistem pemerintahan yang demokratis, pemerintah AS melanjutkan konspirasinya untuk menggulingkan Republik Islam. Amerika Serikat, yang mengklaim membela hak asasi manusia dengan catatan hitam, menuduh pemerintah Republik Islam melanggar hak asasi manusia dan mendukung terorisme. Dengan mengejar kebijakan Iranofobia, pemerintah AS berusaha untuk memajukan tujuan hegemoniknya melalui berbagai langkah-langkah perang politik, ekonomi, militer, dan psikologis. Rakyat Iran, terlepas dari banyak penderitaan dan banyak pengorbanan, telah menentang kebijakan hegemonik AS selama lebih dari empat dekade.(

 

Rakyat Iran tidak akan pernah melupakan kejahatan Amerika Serikat dan beberapa negara Barat dalam mempersenjatai rezim Saddam dengan gas kimia untuk menyerang Iran. Barat juga memilih bungkam terhadap penggunaan senjata kimia selama perang yang dipaksakan atas Iran.

Pada 8 Tir 1366 Hijriyah Syamsiah atau Juni 1988, rezim Saddam membom kota Sardasht di barat Iran menggunakan senjata kimia. Dalam kejahatan ini, 110 orang gugur syahid dan lebih dari 8.000 orang terkena racun mematikan dan terluka.

Senjata kimia rezim Saddam dipasok oleh AS dan negara-negara Eropa serta perusahaan milik para politisi Barat, yang meraup keuntungan dengan membunuh warga sipil. Dalam bisnis yang mengerikan dan anti-kemanusiaan ini, ribuan orang tak berdosa menjadi korban senjata kimia tidak hanya di Sardasht atau Halabcheh (Kurdistan Irak), tetapi juga di banyak daerah lain di mana mereka meluncurkan perang langsung atau melalui proksinya.

Meski Saddam adalah penyebab utama kejahatan ini, tetapi tanpa dukungan politik dan militer atau bantuan bahan kimia dan senjata terlarang kepada rezim Ba’ath Irak, maka ia tidak akan memperoleh senjata kimia dan berani menggunakan senjata terlarang itu.

Pengeboman kota Sardasht Iran dengan senjata kimia
Dokumen dan bukti menunjukkan bahwa 400 perusahaan asing bekerja sama dengan rezim Ba'ath Irak untuk memasok senjata kimia, tetapi lembaga-lembaga internasional sama sekali tidak mengambil tindakan efektif dalam hal ini.

Serangan kimia Irak terhadap Iran menyebabkan lebih dari 100.000 orang terluka di Iran. Saddam Hussein menggunakan gas beracun tabun, VX (racun saraf), sarin, dan mustard sejak 1984.

Tentara Irak menggunakan senjata kimia untuk pertama kalinya dalam menyerang wilayah selatan Provinsi Khuzestan pada pertengahan 1980-an. Pada masa itu, Irak empat kali menggunakan gas beracun mustard untuk membunuh warga sipil Iran.

Senjata terlarang ini dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan efek yang dirasakan oleh tubuh manusia: senjata yang memengaruhi sistem saraf tubuh, senjata yang memiliki efek komplikasi pada kulit, dan senjata yang menyebabkan gangguan pernapasan.

Alireza Jahangiri, Duta Besar Iran untuk Belanda dan Wakil Tetap Iran untuk Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) di Den Haag, menyebut Iran sebagai salah satu korban utama senjata kimia dan mengatakan, "Iran tidak hanya menjadi korban dari penggunaan senjata kimia, tetapi juga korban dari kebungkaman global. Kami selalu mengutuk penggunaan senjata kimia oleh siapa pun, di mana saja, dan kapan saja."

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporannya menyingkap bantuan negara-negara Barat untuk mendukung program senjata pemusnah massal Saddam.

Laporan PBB menulis, "Irak memasok senjatanya dari 150 perusahaan Jerman, Amerika, dan Inggris. Menurut sejumlah laporan, pemerintah Irak menerima peralatan senjata dari 80 perusahaan Jerman, 24 perusahaan Amerika, dan sekitar 12 perusahaan Inggris, serta beberapa perusahaan Swiss, Jepang, Italia, Prancis, Swedia, Brasil, dan Argentina sejak 1975.

Pada 1980-an, sebuah perusahaan swasta Amerika memperoleh lisensi dari departemen perdagangan untuk mengekspor bahan-bahan biologis dan mikroba ke Irak. Bahan-bahan ini belum diperlemah dan bisa diperbanyak. Di antara bahan itu terdapat bakteri antraks, bakteri kolera, serta kuman beracun yang disebut toksin botulinum."

Phillips Petroleum Company, sebuah anak perusahaan Amerika di Tessenderlo Belgia, mengirim gas beracun mustard dan total 500 ton thiodiglycol (TDG) kepada pemerintah Irak pada Juni 1983. Bahan-bahan ini diserahkan kepada para pejabat Irak melalui sebuah perusahaan Belanda.

Howard Teicher, seorang spesialis urusan Irak di pemerintahan Reagan, bersaksi dalam pernyataan tertulis pada 1995 bahwa Direktur CIA saat itu, William Casey menggunakan sebuah perusahaan Chile, Cardoen untuk mengirim bom curah ke Irak untuk menyerang Iran.

Kongres AS
Penyelidikan Kongres tahun 1994 juga menemukan bahwa lusinan agen biologis, termasuk berbagai jenis antraks telah dikirim ke Irak oleh perusahaan-perusahaan AS di bawah lisensi dari departemen perdagangan.

Pada 1988, perusahaan Dow Chemical menjual pestisida senilai 1,5 juta dolar ke Irak meskipun ada kecurigaan bahan beracun itu akan digunakan untuk serangan kimia.

Juru bicara kelompok pembela pencari suaka Pro-Asyl Jerman, Heiko Kauffman mengatakan tidak ada negara seperti Jerman yang telah membantu Irak dalam pembangunan fasilitas dan gudang produksi senjata kimia.

Charles-Philippe David dalam bukunya, "La Guerre du Golfe: l'illusion de la Victoire?" menulis, "Perusahaan Jerman Karl Kolb di kompleks Samara memiliki enam pabrik produksi senjata kimia yang disebut Ahmed, Mohammad, Isa, Aani, Madia dan Qazi. Pabrik pertama dibangun tahun 1983 dan yang terakhir pada 1986."

Pabrik-pabrik di kompleks Samarra digunakan untuk memproduksi dan menimbun tiga senyawa gas mematikan yaitu gas mustard, tabun, dan asam sianida. Para ilmuwan Jerman memperkirakan kapasitas produksi kompleks Samarra ribuan ton per tahun. Ini juga dikonfirmasi dalam laporan 1984 yang diterbitkan oleh Dinas Intelijen Pusat AS (CIA).

Laporan itu mengatakan bahwa pabrik-pabrik di Sammara memproduksi gas saraf yang mematikan.

Sebuah perusahaan Belgia telah membangun 17 pangkalan udara dan beberapa pangkalan militer di Irak selama empat tahun.

Televisi ABC Amerika dalam sebuah dokumenter "A Line in the Sand" pada 11 September 1990, mengakui bahwa pemerintah Barat termasuk AS, Inggris, dan Jerman merupakan para pendukung utama rezim Saddam dan bahkan dalam menyediakan bahan dan teknologi untuk produksi senjata kimia.

Meski Irak telah menggunakan hampir 300 senjata kimia untuk menyerang Iran selama perang yang dipaksakan, namun baik Barat maupun Dewan Keamanan PBB tidak pernah secara tegas mengutuk kejahatan ini atau membawa kasus ini ke Dewan.

Tim pertama pencari fakta PBB yang terdiri dari empat ahli senjata kimia dari Swedia, Australia, Spanyol, dan Swiss dikirim ke Iran atas permintaan resmi Tehran pada Maret 1984. Mereka mengkonfirmasi penggunaan gas mustard dan tabun terhadap para pejuang Iran. Namun, Dewan Keamanan hanya mengeluarkan sebuah pernyataan yang meminta kedua pihak yang bertikai untuk mematuhi Protokol Jenewa 1925, tanpa menyebut Irak sebagai pengguna senjata kimia.

Dewan HAM PBB
Pakar hukum internasional Universitas Tehran, Abbasali Kadkhodaei menuturkan, "Dalam serangan ini, bom-bom kimia senjaga menargetkan warga sipil ketimbang personil militer. Dalam 378 kasus serangan kimia Saddam selama delapan tahun perang yang dipaksakan atas Iran, warga sipil di daerah-daerah seperti Baneh, Marivan, Sardasht, Piranshahr, Somar, dan… Di Irak, orang-orang Halabcheh, Faw, Kepulauan Majnun dan... telah menjadi korban serangan kimia Saddam. Berdasarkan data yang ada, lebih dari 50.000 orang gugur dan terluka dalam serangan itu."

Tim ahli PBB yang telah mengunjungi Iran, kemudian melaporkan jumlah warga Iran korban serangan kimia dan menyebut serangan itu sebagai "mengerikan." Temuan PBB tentang penggunaan senjata kimia Irak dari tahun 1984-1985 menunjukkan bahwa serangan ini berlanjut pada skala yang lebih luas dari tahun-tahun sebelumnya.

Pada Maret 1988, Irak juga menggunakan senjata kimia di Halabche yang merupakan wilayah Kurdi. Menurut laporan, 5.000 orang tewas akibat keracunan gas sarin dan mustard di Halabcheh.

AS dan sekutunya bukan hanya tidak marah atas serangan kimia yang dilakukan rezim Saddam, tetapi mereka bahkan menggunakan pengaruhnya di Dewan Keamanan untuk mencegah kecaman terhadap Irak di PBB.

Minggu, 03 Juli 2022 15:38

Imam Al-Jawad dan Anti-Hipokritas

 

Pada peringatan hari kesyahidan Imam Muhammad al-Jawad yang jatuh di penghujung bulan Dzulqadah, umat Islam, khususnya pengikut Ahlul Bait as, kembali mengenang ketertindasan keluarga Rasulullah Saw dalam membela kebenaran dan melawan kezaliman.

Terkait keagungan figur Imam Muhammad al-Jawad, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, mengatakan, "Imam al-Jawad sama seperti imam-imam lainnya yang menjadi tauladan bagi kita. Kehidupan singkat beliau dihabiskan untuk melawan kezaliman. Di masa muda, beliau memikul tanggung jawab kepemimpinan umat Islam (imamah). Pada tahun-tahun itu, Imam melakukan jihad dengan gigih dalam rangka melawan musuh-musuh Allah. Karena perlawanan Imam Muhammad al-Jawad, keberadaannya yang saat itu masih berumur 25 tahun, tidak dapat diterima oleh musuh dan penguasa di masanya. Pada akhirnya, Imam al-Jawad diracuni atas perintah penguasa saat itu dan gugur syahid."

Lebih lanjut Rahbar menjelaskan, "Imam al-Jawad semasa hidupnya menjalankan poin penting yang mencerminkan jihad dalam semua aspek Islam, dan memberikan pembelajaran yang besar bagi kita."

Syahadah Imam Jawad as
Menurut Rahbar, pembelajaran besar dari kehidupan Imam al-Jawad adalah  mempunyai tekad dan menyerukan kewaspadaan masyarakat terhadap kekuatan hipokrit dan sombong. Saat Makmoun Abbasi, penguasa saat itu, mengesankan dirinya sebagai sosok suci dan pendukung Islam, maka tugas Imam saat itu sangat pelik untuk mengungkap kedok di balik wajah penguasa hipokrit."

Di tengah kepemimpinan hipokrit yang diterapkan penguasa Abbasi saat itu, Imam Muhammad al-Jawad  yang berumur pendek dapat menjaga pondasi Islam dengan baik dan memberikan pencerahan kepada umat. Masa kepemimpinan umat Islam dipinggul Imam al-Jawad selama 17 tahun yang mengalami dua penguasa Abbasi, Makmun dan Muktasim.

Di masa hidupnya, Imam al-Jawad mendapat tekanan luar biasa dari para penguasa saat itu. Meski demikian, Imam Al-Jawad tetap menyampaikan pemikiran-pemikiran yang tercerahkan kepada umat di tengah berbagai pembatasan ruang gerak.

Mengenai pentingnya ilmu, Imam al-Jawad mengatakan, "Kalian harus menuntut ilmu karena menuntut ilmu itu wajib bagi semua pihak. Segala kesulitan dari ilmu merupakan hal yang dicari. Ilmu menyatukan saudara-saudara seagama."

Salah satu usaha penting Imam di bidang budaya adalah meriwayatkan hadis sahih dari Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait serta menjelaskannya kepada umat Islam. Kita pun kini menyaksikan warisan tak ternilai dari Imam Jawad berupa hadis dan petuah-petuah suci beliau. Selain meriwayatkan hadis, Imam Jawad juga aktif di tengah-tengah masyarakat menyebarkan budaya dan ajaran Islam. Imam juga tak kenal lelah memberikan petunjuk soal ekonomi dan kebutuhan pemikiran umat.

Di antara metode yang diterapkan Imam Jawad untuk melaksanakan perintah Allah adalah mendekatkan al-Qur'an dengan pemikiran manusia. Menurut beliau, ayat-ayat suci al-Qur'an harus membumi di tengah masyarakat dan umat Islam dalam setiap ucapan dan perilakunya. Imam menandaskan bahwa mencari kerelaan Allah merupakan kunci kebahagiaan manusia.

Dengan  mengutip ayat al-Qur'an, Imam menekankan kerelaan dan keridhaan Allah di atas segala sesuatu. Di ayat ke 72 surat Taubah, Allah Swt menjelaskan bahwa kerelaan-Nya bagi seorang mukmin lebih utama dari segala sesuatu termasuk surga.

Imam al-Jawad as meminta masyarakat untuk senantiasa memikirkan kerelaan Allah Swt. Dalam hal ini, Imam al-Jawad as memberikan wejangan kepada umat Islam. Beliau bersabda, "Tiga hal  yang dapat mengantarkan manusia kepada kerelaan Allah Swt; banyaknya istighfar, ramah-tamah dan bersedekah."

Imam Jawad as dilahirkan pada tahun 195 Hijriah di kota Madinah. Imam Jawad as sejak kecil hingga menginjak usia remaja telah dikenal akan keilmuan, kefasihan, kesabaran dan ketakwaan. Imam Ridha, ayah Imam al-Jawad, saat kelahiran putra tercintanya,  berkata,"Saya telah memiliki seorang putra seperti Nabi Musa sang pemecah lautan keilmuan dan Isa yang memiliki ibu yang suci."

Syahadah Imam Jawad as
Imam al-Jawad memiliki kecerdasan dan cara penyampaian yang lugas. Meskipun usianya masih muda belia, tapi dari sisi keilmuan dan keutamaan beliau telah disejajarkan dengan tokoh-tokoh masa itu. Dalam sejarah disebutkan, saat musim haji sekitar 80 orang ahli fikih dari Baghdad dan kota-kota lain menuju Madinah untuk bertemu dengan Imam Jawad as.

Mereka mencecar Imam dengan pelbagai pertanyaan ilmiah, namun Imam Jawad as dengan tenang dan mantap menjawab semua yang ditanyakan. Kejadian ini memupuskan segala keraguan yang selama ini menggelayut benak mereka.

Kamaluddin Syafii, salah satu ulama Sunni terkait Imam Jawad mengatakan, Imam Jawad as memiliki kedudukan yang tinggi. Namanya sering diperbincangkan orang-orang. Sikap lapang dada dan pandangan luas serta retorika manis beliau menarik simpati semua orang. Setiap orang yang bertemu dengannya tanpa disadari pasti memuji beliau. Mereka pun akan mendapat berkah dari keluasan ilmu beliau.

Mohammad bin Masud Ayashi, mufassir dan ulama mengatakan," Suatu hari di era pemerintahan Muktasim, khalifah bani Abbas, pasukan Abbasi berhasil menangkap pencuri dan perampok. Penjahat ini menganggu perjalanan para musafir dan rombongan haji. Pejabat Muktasim bertanya kepada khalifah, apakah hukuman yang akan dijatuhkan kepada para penjahat.

Muktasim langsung menggelar pertemuan untuk membahas hal ini dengan mengundang para ulama. Khalifah juga meminta Imam Jawad hadir dalam pertemuan ini.  Namun Muktasim mengundang Imam Jawad  dengan niat busuk. Muktasim  mengira Imam Al Jawad akan menjadi bahan tertawaan para ulama mengingat usia beliau yang masih muda.

Imam Jawad dalam pertemuan tersebut lebih banyak diam, namun ketika menyaksikan kesalahan para ulama dalam memberikan keputusan beliau langsung berkata," Kalian salah dalam berargumentasi. Semua dimensi harus kalian perhatikan." Saat itulah, Imam Jawad menjelaskan ayat tersebut secara ilmiah dan dengan sederhana.

Syahadah Imam Jawad as
Selanjutnya Imam membahas berbagai bentuk kejahatan dan hukuman bagi setiap kejahatan dijelaskan secara detail. Pembicaraan Imam yang rasional ini diterima oleh seluruh hadirin. Muktasim setelah menyaksikan hadirin menerima pendapat Imam, terpaksa menerima ucapan beliau. Di sinilah ketinggian ilmu Ahlul Bait menjadi jelas bagi setiap orang.

Dua tahun terakhir dari usia Imam al-Jawad merupakan saat-saat yang paling sulit. Apalagi strategi Muktasim tidak seperti Makmun. Muktasim secara terang-terangan memusuhi Ahlul Bait. Keagungan dan popularitas Imam Jawad di tengah rakyat membuat Muktasim gusar. Terlebih rakyat kian mencintai Imam Jawad yang tentunya akan menjadi batu sandungan dalam rezimnya.

Rencana busuk Muktasim ini akhirnya dilaksanakan juga pada tahun 220 hijriah. Dengan demikian, Imam Jawad mereguk cawan syahadah di usia 25 tahun, usia yang masih sangat muda.

Minggu, 03 Juli 2022 15:35

Pentingnya Ihram dalam Haji

 

Ketika ratusan ribu Muslim memulai ziarah ke Ka'bah Suci di Mekah, mereka harus memasuki keadaan penyucian dan kesucian tertentu, yang dikenal sebagai Ihram. Dalam bahasa Arab, Ihram berarti larangan dan keadaan suci.

“Ihram dan Miqat seperti landasan bagi pesawat, jika ingin naik lebih baik menggunakan landasan ini dan melakukannya dari tempat lain.”

Ihram merupakan salah satu syarat wajib haji. Muslim berhenti di stasiun yang ditunjuk untuk melakukan ritual yang terkait dengan mengenakan ihram. Stasiun Miqat adalah lima tempat yang ditentukan untuk Ihram, terletak di sudut arah yang berbeda dari Kota Suci Mekah, Arab Saudi.

Peziarah melakukan wudhu dan membersihkan tubuh mereka. Kemudian mereka memakai ihram dan membuat niat. Niat untuk menunaikan haji. Laki-laki diwajibkan memakai dua helai kain putih yang tidak berhias dan polos. Wanita tidak diharuskan untuk mematuhi aturan berpakaian tertentu tetapi harus berpakaian sopan. Sangat penting untuk memastikan bahwa pakaian itu rapi.

“Selain sisi lahirah haji memiliki esensi, kita harus mengetahui esensi dari tindakan mengenakan ihram pakaian ini menandakan penghapusan segala kenajisan atau aspek najis dari tubuh dan jiwa kita.”

“Kami memakai ihram untuk menjauhkan diri dari dosa-dosa yang telah kami lakukan di masa lalu dan lebih dekat dengan Tuhan. Setelah memakai ihram, Muslim dilarang dari sejumlah tindakan.”

Ihram juga menyerupai kain kafan yang digunakan untuk membungkus mayat sebelum dikuburkan, oleh karena itu ini adalah pengingat bagaimana kematian datang tanpa pemberitahuan dan tidak membeda-bedakan dalam kata apa pun.

“Ada perbedaan tahapan dalam haji yang seperti wake up call dalam hidup kita. Ihram mengingatkan kita tentang akhirat dan bahwa keberadaan kita tidak akan binasa setelah kematian.”

Setelah membersihkan tubuh mereka dan mengenakan Ihram, umat Islam bersiap-siap untuk perjalanan ke kota suci Mekah dan mereka akan mengunjungi Ka'bah.