کمالوندی

کمالوندی

 

Hari ini bertepatan dengan kelahiran Imam Ali bin Musa Ridha yang dimakamkan di kota Mashhad. Beliau digelari berbagai nama dan sebutan yang menunjukkan keistimewaannya sebagai wali Allah swt.

Sheikh Saduq dalam bukunya "Uyun Akhbar Ar-Ridha" menulis, "Imam Ridha dipanggil dengan beberapa sebutan seperti Ridha, Shadiq, Fadhil, Qurata Ayun al-Mukminin (penyejuk mata kaum Muslimin) dan Ghaidul al-Mulhidin (penyebab kemarahan pengingkar Tuhan),".
 
Imam Ali Ar-Ridha  lahir pada 11 Dzulqa'dah 148 H. di Madinah. Ayah beliau adalah Imam Musa Al-Kadzim dan ibunya seorang wanita mukmin nan saleh, bernama Najmah. Beliau memegang tampuk kepemimpinan umat pada usia 35 tahun setelah kesyahidan ayahnya. Salam atasmu Ali bin Musa Ridha, salam wahai mentari khorasan !
 
Nama panggilan paling terkenal dari Imam kedelapan Syiah, Ali bin Musa adalah Ridha. Pemimpin umat islam ini menjadi mata air kebajikan, ilmu pengetahuan dan akhlak, karena seluruh tindakan serta ucapannya selalu dilandasi keridhaan kepada Allah swt. Itulah sebabnya Imam Ali bin Musa digelari Ridha, yaitu, orang yang telah mencapai tingkat kesempurnaan akhlak yang tinggi dan menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan.
 
Mengenai makna Ridha sebagai panggilan Imam Ali bin Musa, mufasir terkemuka Ayatullah Javadi Amoli menjelaskan kepada para peziarah Imam Reza dengan mengatakan: "Anda yang datang menziarahi Imam Ridha dari tempat yang jauh maupun dekat mengharapkan beliau sebagai sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. sebagaimana dalam surat Al-Maidah ayat 35, "Kita harus menyediakan sarana untuk membantu mendekatkan diri kepada Allah swt. "
 
Kesucian hati, ketajaman pandangan, keluasan ilmu, keimanan yang kuat kepada Allah Swt, dan perhatiannya yang besar kepada nasib masyarakat merupakan sejumlah sifat mulia yang khas pada diri Imam Ridha. Kurang lebih selama 20 tahun, beliau memikul tanggung jawab sebagai imam dan pemimpin kaum muslimin. Karena itu, salah satu julukan beliau adalah "Rauf" atau penyayang.
 

Salah seorang sahabat Imam Ridha berkata, "Setelah menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, beliau selalu bersikap ramah dan penuh kasih sayang terhadap anggota keluarga dan orang-orang sekitarnya. Setiap kali menyambut hidangan makan, beliau selalu memanggil anak kecil, orang dewasa bahkan para pekerja."
 
Ketika para budak tidak memperoleh hak-hak minimalnya, Imam Ridha as memperlakukan mereka dengan baik dan penuh kasih sayang. Mereka mendapat tempat dan dihormati di rumah sang Imam. Mereka banyak belajar etika dan nilai-nilai kemanusiaan dari Sang Imam. Selain memperlakukan mereka dengan kasih sayang, Imam Ridha senantiasa menasehati bahwa jika kalian tidak memperlakukan manusia dengan seperti ini, maka kalian telah menzalimi mereka.
 
Salah seorang yang menyertai Imam Ridha mengungkapkan, "Dalam perjalanan ke Khorasan, aku menyertai Imam Ridha. Suatu ketika Imam meminta dihidangkan makanan. Imam mengumpulkan seluruh rombongan di dekat jamuan, termasuk para budak dan orang-orang lain. Aku berkata kepada beliau: "Wahai Imam, sebaiknya mereka makan di tempat lain." Beliau berkata: "Tenanglah! Pencipta kita semua adalah satu, ayah kita adalah Nabi Adam as dan ibu kita semua adalah Hawa. Pahala dan siksa bergantung pada perbuatan masing-masing."
 
Julukan lain Imam Ridha adalah Alimu Aali Mohammad (cendikiawan Ahlul Bait Nabi). Julukan ini menunjukkan ketinggian ilmu beliau. Terkait hal ini Imam Ridha sendiri berkata, "Aku duduk di komplek makam Rasulullah Saw. Setiap ulama dan cendikiawan Madinah menghadapi kesulitan dan tidak mampu menyelesaikannya, mereka mendatangiku dan mendapatkan jawabannya."
 
Kala itu Marv merupakan pusat ilmiah di tanah Khorasan. Imam Ali al-Ridha as menggunakan keunggulan tersebut untuk meningkatkan gerakan ilmiah. Di lain pihak, Ma’mun berusaha tampil dekat dengan Imam Ali al-Ridha demi kepentingan politiknya. Namun pada saat yang sama, dia selalu berusaha mencoreng keutamaan ilmu Imam Ali al-Ridha dengan menggelar berbagai acara debat. Akan tetapi Imam dalam setiap sesi perdebatan, selalu menang dan bahkan mempengaruhi para ilmuwan yang hadir, dengan argumentasinya yang kokoh.
 
Islam adalah agama yang menyambut berbagai pertanyaan dan tidak pernah tercatat dalam sejarah bahwa para imam Ahlul Bait as tidak menjawab pertanyaan yang dikemukakan kepada mereka. Imam Ali al-Ridha, berperan penting dalam perluasan budaya Islam. Dalam berbagai acara debat, Imam selalu mempertimbangkan hidayah dan bimbingan untuk lawan dan tidak berusaha untuk selalu menang.
 
Beliau membuktikan kebenaran keyakinan Islam  dengan menggunakan argumentasi logis yang kokoh. Imam berkata, “Jika masyarakat memahami keindahan ungkapan kami maka mereka pasti akan mengikuti kami.” Dan terbukti betapa banyak musuh-musuh yang akhirnya menjadi teman di akhir acara perdebatan.
 
Meski memiliki tingkat keilmuwan tinggi, akan tetapi Imam tidak merendahkan lawan debat beliau. Imam selalu menjaga kehormatan pihak lawan meskipun sebagiannya tidak beragama. Jika perdebatan sampai pada titik di mana pihak lawan tidak lagi bisa menjawab, beliau membimbingnya atau mengutarakan sebuah pertanyaan sehingga pembahasan mereka menghasilkan. Bahkan terkadang beliau menjawab pertanyaan lawan dengan mengatakan, “Jika kau bertanya seperti ini maka pendapat kamu sendiri akan tertolak.”
 
Al-Quran memandang kesabaran sebagai faktor sejati dan fondasi kepemimpinan, sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Sajadah ayat 24, yang artinya "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.". Penyabar adalah nama lain dari Imam Ridha. Para ahli sejarah menyebut Imam Ali bin Musa dikenal sebagai sosok penyabar.
 
Selamat hari kelahiran Imam Ridha, Salam atasmu wahai Ali bin Musa Ridha, sang imam yang saleh dan mulia.

 

Presiden Venezuela Nicolas Maduro yang memimpin delegasi tingkat tinggi politik dan ekonomi tiba di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran pada Jumat, 10 Juni 2022.

Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi menggelar upacara sambutan resmi untuk mitranya dari Venezuela itu di Kompleks Saadabad pada hari Sabtu.

Selama kunjungan Maduro ke Tehran, Republik Islam Iran dan Venezuela menandatangai dokumen kerja sama komprehensif strategis 20 tahun. Penandatanganan kerja sama ini disaksikan langsung oleh Sayid Raisi dan Maduro.

Dokumen kerja sama Iran dan Venezuela meliputi bidang politik, budaya, ekonomi, minyak dan petrokimia, pariwisata, dan juga dokumen kerja sama komprehensif strategis 20 tahun.

Sayid Raisi dan Maduro juga menyaksikan proses penyerahan kapal tanker Aframax kedua buatan perusahaan industri maritim Iran, SADRA ke pemerintah Venezuela.

Melalui konferensi video pada hari Sabtu (11/6/2022), mereka melakukan kontak dengan geladak kapal tanker Aframax di Teluk Persia dan menyaksikan langsung proses pembuatan dan aktivitas kapal tanker ini.

Direktur perusahaan SADRA dan pemerintah Venezuela telah menandatangani langsung dokumen penyerahan kapal tanker Aframax buatan Iran ini.

Tanker Aframax adalah tanker minyak kedua pesanan Venezuela beberapa tahun lalu dari perusahaan Iran. Berdasarkan kontrak yang ditandatangani, Iran sudah menyerahkan dua kapal tanker lain sebelum pembuatan tanker ini selesai.

Kapal tanker Aframax memiliki panjang 250 meter, lebar 44 meter, tinggi 21 meter, sarat kapal 14,7 meter, dan 15 knot kecepatan, serta mampu membawa beban 800.000 barel minyak.

Hubungan Iran dengan Venezuela memiliki sejarah lebih dari seratus tahun. Tapi mengalami perkembangan pada 1960-an dengan kerja sama minyak. Setelah kemenangan Revolusi Islam Iran pada 1979, Venezuela termasuk salah satu negara pertama yang mengakui pemerintahan baru di Iran.

Kedua negara saat ini berada di bawah sanksi sepihak Amerika Serikat, dan memiliki kesamaan visi dalam berbagai isu seperti pembelaan terhadap multilateralisme, kebutuhan untuk melawan tindakan ilegal dan sepihak AS, hak pengembangan energi nuklir untuk tujuan damai, dan pengakuan atas hak rakyat Palestina. 

 

Menteri Ekonomi dan Keuangan Iran dalam pertemuan tahunan Dewan Gubernur Bank Pembangunan Islam, IsDB ke-47, mengusulkan swasembada pertanian untuk barang-barang kebutuhan pokok negara Muslim.

Sayid Ehsan Khandozi, Minggu (12/6/2022) di akun Twitternya menulis, "Pada pertemuan tahunan Dewan Gubernur IsDB ke-47, Iran mengusulkan agar IsDB memprioritaskan proyek-proyek swasembada pertanian dalam barang-barang pokok, dengan memperhatikan urgensi keamanan pangan dan ketergantungan negara-negara Muslim pada impor serealia, serta dampak perang Suriah dan Ukraina."

Pertemuan tahunan Dewan Gubernur IsDB ke-47 diselenggarakan di Sharm El Sheikh, Mesir, 1-4 Juni 2022 lalu, dan Menteri Ekonomi Iran turut menghadiri pertemuan tersebut.

 

Kementerian Transportasi Suriah mengatakan rezim Zionis menyerang infrastruktur bandara internasional di Damaskus dalam serangan terbaru.

Rezim Zionis Jumat dini hari melancarkan beberapa serangan udara dari bagian selatan Dataran Tinggi Golan ke selatan Damaskus yang dihadapi unit pertahanan udara tentara Suriah.

Kantor berita SANA Sabtu (11/6/2022) melaporkan, Kementerian Perhubungan Suriah mengeluarkan pernyataan pada hari Sabtu mengenai agresi militer rezim Zionis baru-baru ini di Bandara Internasional Damaskus.

Kementerian Transportasi Suriah dalam sebuah pernyataan mengatakan, "Semua penerbangan dari dan ke Bandara Internasional Damaskus telah ditangguhkan, jadi tidak akan ada penerbangan ke dan dari Bandara Damaskus sampai pemberitahuan lebih lanjut,".

Kementerian Transportasi Suriah melaporkan hingga saat ini, bandara masih ditutup karena pihak berwenang tengah berupaya memperbaiki dampak serangan.

"Perusahaan negara dan penerbangan sipil masih terus bekerja untuk memperbaiki kerusakan besar di bandara," tegasnya Sabtu (11/6/2022).

Sistem pertahanan udara Suriah telah menanggapi serangan rudal rezim Zionis yang berhasil menembak jatuh sebagian besar rudal tersebut.

 

Militer rezimZionis mengerahkan sejumlah sistem pertahanan udara di sekitar Tel Aviv.

Surat kabar Lebanon Al-Akhbar hari Sabtu (11/6/2022) melaporkan bahwa sistem pertahanan udara rezim Zionis telah dikerahkan di Tel Aviv dan Haifa untuk mengantisipasi potensi serangan dari Hizbullah Lebanon.

Langkah ini diambil militer Israel tidak lama setelah Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah pada Kamis malam menyampaikan pidatonya.

Sebelum pidato Sayid Hassan Nasrullah, pemimpin politik dan keamanan rezim Zionis mengabaikan statemen para pejabat Lebanon mengenai pelanggaran yang dilakukan Israel di ladang gas Karish. Tetapi segera setelah pidato Nasrullah, militer Zionis menanggapinya dengan mengumumkan siaga penuh.

Menanggapi pernyataan terbaru Sayid Hassan Nasrullah, media Israel berbahasa Ibrani, Kan dalam sebuah laporan menyatakan bahwa tentara rezim siap menghadapi berbagai skenario keamanan, jika terjadi kemungkinan konflik dengan Hizbullah. Tapi beberapa kalangan di Israel sendiri menganggap kesiapan saja tidak cukup.

Sekjen Hizbullah dalam pidatonya baru-baru ini menegaskan, "Perlawanan kuat tidak akan tinggal diam dalam menghadapi penjarahan sumber daya Lebanon. Semua opsi ada di atas meja. Tugas utama perlawanan adalah membantu melindungi tanah, laut, minyak, gas dan martabat Lebanon. Inilah tugas agama, bangsa, dan negara"

Minggu, 12 Juni 2022 23:16

Brigade Al Qassam Pamerkan Unit Drone

 

Sayap militer gerakan perlawanan Islam Palestina, Hamas memamerkan foto-foto yang menunjukan unit pesawat tanpa awak mereka.

Seperti dikutip media Palestina, Minggu (12/6/2022), dalam foto-foto yang diunggah Brigade Ezzedine Al Qassam, diperlihatkan berbagai jenis drone kelompok perlawanan Palestina itu.

Para pengamat percaya drone-drone Brigade Al Qassam merupakan salah satu kemajuan militer kelompok perlawanan Palestina, yang akan semakin mempersulit Rezim Zionis Israel dalam pertempuran-pertempuran mendatang.

Brigade Ezzedine Al Qassam, untuk pertama kalinya pada tahun 2014 menggunakan drone-drone bunuh diri Ababil dalam perang yang dilancarkan Rezim Zionis ke Jalur Gaza.

Setelah itu, kelompok perlawanan Palestina ini mengabarkan produksi dan pembuatan drone-drone bunuh diri dari tipe Shehab.

Drone Shehab adalah salah satu drone terbaru yang diproduksi Brigade Al Qassam, dan sayap militer Hamas ini menggunakan drone tersebut dalam perang Pedang Al Quds.

Brigade Al Qassam dengan maksud untuk menciptakan pencegahan dalam melawan Rezim Zionis, tidak mengumumkan detail jarak tempuh dan kemampuan operasi drone-drone miliknya.

Oleh karena itu, pada manuver militer kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza, pada beberapa drone dan rudal, terlihat simbol tanda tanya. 

 

Wakil Ketua Majelis Tinggi Syiah Lebanon mengecam serangan mengerikan Rezim Zionis Israel ke fasilitas vital Suriah. Menurutnya, Damaskus layaknya benteng kuat yang akan menghadapi setiap agresi dan blokade.

Syeikh Ali Al Khatib, Minggu (12/6/2022) mengatakan, Angkatan Bersenjata dan rakyat Suriah dengan pengorbanan mereka, akan menggagalkan seluruh konspirasi ini dengan mempertahankan persatuan dan stabilitas.

Ia menambahkan, Rezim Zionis Israel yang bersikeras melancarkan agresi-agresinya dan bermain api, hanya akan mendapatkan kebinasaan.

Pada saat yang sama, Syeikh Ali Al Khatib juga mendesak PBB untuk mengecam serangan Rezim Zionis Israel ke Suriah, dan menghentikan agresi rezim ini.

"Aksi Rezim Zionis Israel membuktikan bahwa Zionis adalah rezim penjahat dan penyulut instabilitas serta ancaman bagi keamanan di kawasan dan seluruh dunia," imbuhnya.

Serangan rudal Rezim Zionis Israel ke Suriah, pada hari Jumat dinihari lalu adalah serangan ke-14 Israel ke negara itu sejak awal tahun 2022.

 

Duta Besar Rusia untuk Suriah mengecam serangan Rezim Zionis Israel ke bandara internasional Damaskus. Menurutnya, Israel harus menghentikan kejahatan-kejahatannya.

Alexander Yefimov, Minggu (12/6/2022) dalam wawancara dengan surat kabar Suriah, Al Watan menuturkan, "Serangan terus menerus yang dilakukan Israel ke Suriah, adalah pelanggaran hukum internasional dan tidak bisa ditolerir."

Ia menambahkan, "Rusia mengecam keras seranga-serangan ini, karena aksi tidak bertanggung jawab tersebut adalah bahaya besar bagi penerbangan-penerbangan internasional, dan mengancam nyawa para penumpang tak bersalah."

Dubes Rusia di Damaskus juga membantah tuduhan media dan lembaga militer Amerika Serikat terkait penarikan pasukan Rusia dari Suriah setelah pecahnya perang Ukraina, dan pemindahan pasukan itu ke Kiev.

Alexander Yefimov menegaskan, "Tidak ada kaitannya antara pasukan militer Rusia di Suriah, dan Ukraina," tegasnya.

Rezim Zionis Israel, Jumat lalu menembakan sejumlah rudal dari Dataran Tinggi Golan ke beberapa lokasi di Damaskus, ibu kota Suriah, termasuk ke bandara internasional kota ini.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei Sabtu (11/6/2022) sore bertemu dengan Presiden Venezuela bersama rombongan.

Di pertemuan tersebut, Rahbar seraya menyinggung resistensi Iran dan Venezuela melawan represi berat dan perang hibrida Amerika, menekankan, pengalaman sukses kedua negara menunjukkan bahwa solusi tunggal melawan represi ini adalah muqawama dan resistensi.

Seraya mengisyaratkan kemajuan dan inisiatif ilmiah serta teknologi Republik Islam Iran selama beberapa tahun terakhir, Rahbar menambahkan, langkah panjang ini diambil ketika sanksi dan represi paling berat dipaksakan kepada bangsa Iran dan Amerika menyebutnya "represi maksimum". Resistensi bangsa Iran berhasil menggagalkan pendekatan represi maksimum, bahkan salah satu pejabat tinggi politik Amerika beberapa waktu lalu menyebutnya sebagai "kekalahan menggelikan".

Pertemuan Rahbar dengan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro
Iran dan Venezuela selama beberapa dekade terakhir selalu mendapat beragam sanksi sepihak dan sekunder Amerika karena kebijakan anti-arogan dan penentangannya terhadap hegemoni Amerika. Khususnya Iran disanksi Amerika setelah kemenangan Revolusi Islam dan penaklukan sarang spionase Amerika di tahun 1979 di masa pemerintahan Jimmy Carter. Sejak dekade 2000, sanksi ini terus berlanjut dnegan dalih program nuklir damai Iran.

Meski demikian, di era pemerintahan mantan presiden Donald Trump, ia keluar dari kesepakatan nuklir JCPA dan menyebarkan kampanye represi maksimum dan sanksi paling keras terhadap Iran dengan maksud agar Tehran menyerah dan menuruti permintaan ilegal dan tidak rasional Washington di bidang nuklir, kemampuan rudal dan kebijakan regional Iran.

Tapi ternyata kampanye ini sepenuhnya gagal. Hal ini diakui bahkan oleh elit politik dan petinggi Amerika sendiri. Chris Murphy, senator Demokrat Amerika mengakui bahwa represi maksimum Amerika terhadap Iran tidak membuahkan hasil bagi Washington dan sia-sia. Dicuitan Twitternya, Murphy menulis, Amerika Serikat tidak mendapat apa pun dari sanksi "represi maksimum" Trump terhadap Iran.

Pengakuan senator Amerika ini diungkapkan sebagai bentuk pengakuan petinggi pemerintah Amerika saat ini atas masalah tersebut. Jake Sullivan, penasihat Keamanan Nasional Amerika di pertengahan Januari 2022 mengakui bahwa Washington tengah membayar harga kesalahan mengerikan Trump terkait JCPOA.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken seperti juga Sullivan mengakui kesalahan strategis Amerika ketika keluar dari JCPOA. Blinken pada 7 Desember 2021 mengatakan bahwa keluarnya AS dari kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan Iran sebuah kesalahan besar. Bahkan Robert Malley, juru runding senior AS di perundingan Wina untuk pencabutan sanksi mengakui kesia-sian pendekatan kebijakan maksimum.

Terkait Venezuela, Amerika sejak berkuasanya Hugo Chavez, mantan presiden Venezuela, juga menerapkan pendekatan represif untuk menggulingkannya termasuk dengan menjatuhkan beragam sangksi dan ini terus berlanjut hingga masa pemerintahan Presiden Nicolas Maduro, dan bahkan ditingkatkan cakupannya. Meski demikain Venezuela dengan bantuan negara-negara yang memiliki ide sama, khususnya Iran melawan pendekatan destruktif Washington ini dan mampu mengalahkan aksi-aksi penggulingan Amerika dengan mendukung oposisi dalam negeri khususnya Juan Guaidó, serta uapay untuk mengucilkan Venezuela di tingkat regional dan internasional.

Sekaitan dengan ini, Nicolas Maduro seraya memuji dukungan Iran terhadap perjuangan bangsa Venezuela melawan Amerika, mengatakan, "Anda datang dan membantu kami ketika Venezuela dalam kondisi sangat sulit dan tidak ada negara yang bersedia membantu, sehingga kami keluar dari kondisi tersebut."

Presiden Raisi bersama Presiden Venezuela Nicolas Maduro
Kini dengan kunjungan presiden Venezuela ke Iran, telah terbuka jendela baru peningkatan kerja sama bilateral untuk meningkatkan level hubungan dan koordinasi lebih besar melawan aksi-aksi Amerika. Sekaitan dengan ini Ayatullah Khamenei seraya menyambut penandatanganan nota kerja sama 20 tahun antara Iran dan Venezuela mengatakan, kerja sama jangka panjang membutuhkan pengejaran kesepakatan dan kesimpulannya.

Seraya mengisyaratkan kerja sama hangat Iran dan Venezuela, Rahbar mengingatkan, "Kedua negara tidak memiliki hubungan yang begitu dekat dengan negara mana pun dan Republik Islam Iran telah menunjukkan bahwa itu mengambil risiko pada saat bahaya, dan menolong temannya." 

 

Fardiana Fikria Qur’any, M. Ud-Tanah fadak adalah suatu area tanah kecil padang penggembalaan[1] yang telah dikelola oleh Fatimah di masa Nabi Muhammad SAW dan diwarisinya setelah wafat ayahhnya. Tempat ini merupakan ladang keluarga kecil Ali dan Fatimah membangun kekuatan ekonominya. Kekuatan ekonomi yang dibangun bukan semata untuk kebutuhan keluarganya, melainkan juga untuk membantu orang yang membutuhkan, fakir-miskin dan kaum mustadh’afin.

Fatimah sebagai sosok manusia dengan spiritualitas yang tinggi apakah mungkin memperjuangkan fadak hanya untuk kebutuhan materialnya belaka atau ia punya tujuan politis yang jauh lebih besar dan lebih tinggi daripada tanah fadak itu sendiri? Oleh karena itu, kita perlu kembali melihat catatan sejarah yang telah merekam jejak perjuangan Fatimah yang ingin meminta haknya kembali yang telah dirampas oleh khalifah di masanya dengan klaim bahwa tanah tersebut adalah miliki umat dan yang mengelolanya haruslah wali dari umat tersebut.

Asal Usul Tanah Fadak

Pemberian tanah fadak dari Nabi Muhammad SAW kepada Fatimah Zahra didasari oleh ayat al-Qur’an yaitu, surah al-Rum ayat 38.[2] Ayat ini turun ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam ayat tersebut disebutkan “Kerabat Dekat” dan para mufassir menafsirkan kata tersebut pada sosok Ali, Fatimah, Hasan dan Husein yang memiliki hubungan dekat sebagai menantu, anak dan cucu dengan Nabi Muhammad SAW. Terkait dengan asbabunnuzul ayat, Abu Sa’id Khudri pada tafsir Suyuti, Durrul Mantsur mengatakan bahwa Ketika ayat ini turun, Rasulullah SAW memanggil Fatimah dan memberinya tanah fadak.[3]

Dalam Riwayat Majlisi juga disebutkan bahwa pada pertemuan Rasulullah SAW dengan Fatimah diserahkan juga tanah fadak dan ditegaskan bahwa tanah fadak merupakan mahar ayahnya untuk ibunya, Khodijah. Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Putriku, sesungguhnya Allah SWT telah memberi fa’I pada ayahmu berupa Fadak dan mengkhususkannya untuknya. Tanah itu khusus baginya bukan untuk kaum muslim. Aku berbuat sekehendakku terhadap Fadak. Tanah ini adalah Mahar ayahmu untuk ibumu, Khadijah. Dan ayahmu telah menjadikan Fadak ini untukmu, memberinya untukmu dan untuk anak-anakmu sepeninggalm.” Kemudian Nabi memanggil Adim dan Ali, berkata “Tuliskanlah, Fadak ini ntk Fatimah sebagai pemberian Rasulullah SAW.”. Ali bin Abi Thalib dan mmu Aiman merupakan saksi atas penyerahan warisan tersebut. [4] Dengan demikian, tanah fadak bukanlah sesuatu yang dimiliki Fatimah setelah wafat ayahnya, melainkan diberikan secara langsung oleh ayahnya di saat ia masih hidup. Namun sangat disayangkan klaim khalifah saat itu bahwa Fadak adalah tanah milik umat Islam dan diambil paksa dari Fatimah.

Khotbah Fadak; Sebuah Perjuangan Politik Perempuan

Fatimah Zahra merespon perampasan tanah fadak dengan sangat tegas mengambil langkah dengan berkhutbah di depan kaum Anshar untuk memberikan kesadaran bahwa ada yang tidak benar dari pemimpin saat itu yang melakukan perampasan atas warisannya yang diklaim dan digabungkan ke dalam Baitul mal.

Baqir Syarif Qarasyi membagi-bagi khotbah Fatimah Zahra terkait tanah Fadak ini menjadi empat bagian. Di mana masing-masing khotbah memiliki penekanannya sendiri. Pada khotbah bagian pertama, Fatimah Zahra menekankan pada warisan dalam syariat Islam. Hal pertama yang disampaikan Fatimah ialah bahwasanya warisan dalam syariat Islam diberikan kepada kerabat terdekat orang yang meninggal yaitu, isteri, anak dan orangtua. Adapun konteksnya Nabi Muhammad, kerabat terdekatnya adalah Fatimah Zahra sebagai anak. Hal kedua ialah, halangan terputusnya warisan seorang anak dari ayahnya karena keduanya tidak seagama, namun dalam konteks Nabi dan Fatimah tidak ada halangan yang menyebabkan terputusnya warisan dari ayahnya, Rasulullah SAW.[5]

Khotbah bagian kedua, secara terang-terangan Fatimah menghadapkan diri pada Abu Bakar untuk mengatakan bahwa, Fatimah meyakini janji Allah SWT yang kelak mengadili hamba-hamba Tuhan yang tidak adil dalam konteks ini ialah, merampas tanah Fadak dan menggunakannya.[6]

Penekanan khotbah bagian ketiga terhadap pengingatan kembali kaum Anshar yang acuh tak acuh terhadap hak-haknya Fatimah yang dirampas. Membiarkan Fatimah dizalimi dan dirampas haknya berarti tidak memelihara dan menjaga kedudukannya sama dengan tidak hormatnya mereka pada Nabi Muhammad SAW. Karena “Penghormatan pada seseorang akan terpelihara dan terjaga pada anak-anaknya.” Penekanan lainnya pada bagian ini, Fatimah melihat bahwa umat Islam dalam satu musibah besar yaitu, mereka tidak melaksanakan ajaran-ajaran Islam secara komprehensif terutama dalam hal mendukung kebenaran dalam mengembalikan hak-hak waris pada Fatimah sebagai anak dari Nabi Muhammad SAW.[7]

Pada bagian keempat khotbah Fatimah mengajak kaum Anshar untuk bergerak mendukungnya mengambil haknya kembali. Gerakan kaum Anshar dalam menekan pemerintahan saat itu untuk mengembalikan haknya Fatimah sama dengan berjuang di medan perang dalam menyebarkan Islam dan memperjuangkan kebenaran. Penekanan lainnya adalah, Fatimah memberikan kritik atas diamnya kaum Anshar terhadap perampasan hak kepemimpinan Ali bin Abi Thalib pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW.[8]

Setelah itu, Fatimah menutup khotbahnya dengan mengingatkan bahwa apa yang telah disampaikannya merupakan peringatan akan adanya pembalasan atas setiap sikap dan Tindakan manusia di dunia ini.[9]

Tanah Fadak: Perempuan dan Kebangkitan

Sebagai seorang perempuan, Fatimah memiliki peran yang cukup penting dan besar dalam memperjuangkan hak-hak dirinya dan suaminya yang diyakininya sebagai pengganti pasca wafatnya sang ayah. Perjuangan Fatimah bukanlah perjuangan dalam gerak sejarah material, tetapi didasari oleh gerak spiritualnya sebagai anak yang lahir dari Rahim kenabian.

Khotbah tanah Fadak yang disampaikan oleh Fatimah bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan material hidupnya saja, melainkan ada visi besar yang ingin dicapai oleh Fatimah yaitu, kembalinya hak suaminya, Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin yang telah dibai’at oleh umat Islam di Haji Wada’ saat itu.

Warisan adalah isu yang terkesan sangat berhubungan dengan keluarga dan Fatimah berangkat dari rumah untuk memperjuangkan hal besar, kepemimpinan dan wilayah Ali bin Abi Thalib, suaminya. Dengan demikian, kita bisa mengambil contoh dari gerakan Fatimah dalam memperjuangkan tanah Fadak tanpa menurunkan derajatnya sebagai seorang perempuan.

 

[1] Ali Syariati, Fatimah adalah Fatimah: Perempuan sebagai Rumah Cinta, Air Mata dan Kebangkitan. (Yogyakarta: RausyanFIkr Institte, 2013), hal. 244.

[2] “Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat juga kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridaan Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Rum: 38).

[3] The Ahl-Ul-Bayt World Assembly, Teladan Abadi. Terj. Zayadi. (Jakarta: Al-Huda, 2008), hal. 170.

[4] The Ahl-Ul-Bayt World Assembly, Teladan Abadi. Terj. Zayadi, hal. 171.

[5] Baqir Syarif Syarafi, Biografi, Kehidupan dan Perjuangannya. (Jakarta: Nur al-Huda, 2008), hal. 377.

[6] Baqir Syarif Syarafi, Biografi, Kehidupan dan Perjuangannya, hal. 378.

[7] Baqir Syarif Syarafi, Biografi, Kehidupan dan Perjuangannya, hal. 379.

[8] Baqir Syarif Syarafi, Biografi, Kehidupan dan Perjuangannya, hal. 380.

[9] Baqir Syarif Syarafi, Biografi, Kehidupan dan Perjuangannya, hal. 381.