
کمالوندی
Surat Ghaafir ayat 38-42
وَقَالَ الَّذِي آَمَنَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ (38) يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ (39) مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ (40)
Orang yang beriman itu berkata, “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.” (40: 38)
Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (40: 39)
Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab. (40: 40)
Firaun berniat membunuh Nabi Musa as dan ingin membebaskan dirinya dari orang yang mengaku sebagai nabi. Seorang yang menyembunyikan imannya di antara keluarga Firaun, membujuk Firaun dan para menterinya untuk tidak membunuh Nabi Musa. Bujukan lelaki beriman ini membuat Firaun menunda rencana jahatnnya itu.
Firaun kemudian menjalankan siasat lain untuk mengelabui masyarakat, tetapi lelaki beriman tersebut berbicara kepada masyarakat dan menyadarkan mereka akan tipu daya Firaun. Dia mengajak masyarakat untuk mengikutinya dan menunjukkan kepada mereka jalan yang benar.
Seruan lelaki beriman tersebut memuat dua poin penting. Pertama, kehidupan manusia tidak hanya sebatas di dunia ini. Kehidupan duniawi hanyalah kesenangan sementara. Umur manusia berlalu dengan cepat dan kematian akan mendatangi semua orang. Setelah kematian, manusia berada di dunia lain yaitu rumah yang abadi.
Kedua, perbuatan baik yang dikerjakan di dunia akan menjadi bekal manusia di akhirat, karena akhirat adalah tempat menerima balasan, sementara dunia adalah tempat beramal. Balasan dan siksaan diberikan sesuai dengan perbuatan baik/buruk yang dilakukan oleh seseorang. Dalam hal ini, tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, mereka semua memiliki kedudukan yang sama di sisi Tuhan.
Dari tiga ayat di atas terdapat empat pelajaran yang dapat diambil:
1. Individu mukmin selalu berusaha untuk memberikan hidayah kepada orang lain dan kewajiban ini selalu melekat di pundaknya.
2. Dunia ini hanya bersifat sementara, sementara akhirat akan menjadi rumah abadi manusia. Untuk itu, manusia perlu memanfaatkan kehidupan di dunia untuk memperbanyak amal sehingga bisa menolongnya di akhirat.
3. Pria dan wanita memiliki peluang yang sama untuk meraih kesempurnaan dan kebahagiaan, dan tidak ada diskriminasi di antara mereka.
4. Iman tanpa amal tidak akan berguna, sebagaimana amal tanpa iman juga tidak akan sampai manfaatnya di akhirat. Oleh sebab itu, iman atau amal yang berjalan terpisah, tidak akan menyelamatkan manusia.
وَيَا قَوْمِ مَا لِي أَدْعُوكُمْ إِلَى النَّجَاةِ وَتَدْعُونَنِي إِلَى النَّارِ (41) تَدْعُونَنِي لِأَكْفُرَ بِاللَّهِ وَأُشْرِكَ بِهِ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَأَنَا أَدْعُوكُمْ إِلَى الْعَزِيزِ الْغَفَّارِ (42)
Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (40: 41)
(Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun? (40: 42)
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa lelaki beriman dari keluarga Firaun, tidak dapat lagi menyembunyikan imannya dan tidak punya jalan lain kecuali berterus-terang tentang tauhid dan syirik.
Lelaki beriman itu menjawab seruan para pembesar kaum, yang memintanya untuk menarik ucapannya. Ia berkata dengan lantang, "Kalian telah tenggelam dalam kesyirikan dan Firaun – yang kalian anggap sebagai Tuhan – tidak punya kekuatan apapun di dunia ini dan tidak dapat mengatur urusan kalian. Kalian mengira Firaun dapat memutuskan apapun tentang kalian dan kalian juga harus mengikutinya. Kalian telah menyekutukan sesuatu dengan Tuhan, padahal kalian tidak memikili dalil apapun, kalian menerima akidah yang sesat ini atas dasar sangkaan.
Kalian menyeruku untuk mengingkari Tuhan Yang Maha Esa dan menyekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui. Kalian memintaku untuk menerima keyakinan batil kalian, padahal aku mengetahui bahwa akidah dan perbuatan syirik ini hanya akan mendatangkan neraka dan aku juga akan terjebak di sana bersama kalian.
Jalan yang kalian serukan kepadaku adalah gelap (kesesatan) dan berbahaya. Tetapi, aku menyeru kalian kepada jalan yang terang yaitu jalan Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pengampun. Aku menyeru kalian untuk meninggalkan semua makhluk kalian sekutukan dengan Allah, baik dari jenis manusia maupun makhluk lain.
Aku meminta kalian untuk menaati Allah, yang memikili kekuasaan atas dunia dan juga memiliki rahmat yang meliputi segalanya. Maka, tinggalkanlah jalan kesesatan dan penyimpangan yang telah kalian pilih.
Dari dua ayat di atas terdapat empat pelajaran yang dapat diambil:
1. Kesendirian bukan alasan untuk takut dalam menyeru masyarakat ke jalan yang lurus. Kebenaran harus ditampakkan dengan dalil yang rasional dan jangan terpengaruh dengan banyaknya jumlah orang-orang sesat.
2. Keselamatan dan kebahagiaan akan diraih dengan beriman pada tauhid dan melakukan amal saleh. Menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, akan membuat manusia sengsara di dunia dan akhirat.
3. Syirik sama sekali tidak memiliki landasan rasional, ia sebuah kepercayaan sesat yang bersumber dari kebodohan dan kadang juga dari hawa nafsu manusia.
4. Allah Maha Kuasa dan Maha Perkasa, tetapi Dia juga Maha Pengasih dan rahmat-Nya meliputi seluruh mahluknya.
Surat Ghafir ayat 34-37
وَلَقَدْ جَاءَكُمْ يُوسُفُ مِنْ قَبْلُ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا زِلْتُمْ فِي شَكٍّ مِمَّا جَاءَكُمْ بِهِ حَتَّى إِذَا هَلَكَ قُلْتُمْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ مِنْ بَعْدِهِ رَسُولًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ مُرْتَابٌ (34)
Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata, "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu. (40: 34)
Seorang lelaki beriman dari keluarga Fir'aun melakukan segala cara untuk mencegah pembunuhan Nabi Musa as. Ia kemudian membacakan sejarah Nabi Yusuf as kepada Fir'aun dan para menterinya.
Ia berkata, "Yusuf as adalah salah seorang rasul yang hidup tidak terlalu jauh dari zaman kalian. Ia membawa banyak bukti untuk menegaskan kenabiannya, tapi sayangnya banyak orang berada dalam keraguan dan tidak mendengar seruannya dengan alasan yang tidak rasional, padahal bukti-bukti kenabian Yusuf adalah jelas, bisa dipahami, dan rasional.
Bahkan setelah Nabi Yusuf wafat, masyarakat berharap agar Tuhan tidak mengutus nabi lain kepada mereka sehingga mereka bebas melakukan maksiat dan tidak ada yang menentangnya."
Orang-orang seperti itu tidak ingin mendengarkan dan mengikuti kebenaran, mereka hanya mengikuti hawa nafsunya dan menjauhkan diri dari petunjuk Allah Swt. Keraguan akut terhadap para nabi dan ajarannya telah membuat mereka tersesat.
Ragu adalah sebuah kondisi yang rasional dan alamiah, tetapi kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut atau terjebak dalam prasangka, karena ini akan menyebabkan kekalutan pikiran dan perbuatan serta menghambat kemajuan manusia.
Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Perilaku, keyakinan, dan kebiasaan umat terdahulu membawa pengaruh pada generasi mendatang. Dengan mempelajari sejarah umat terdahulu, kita bisa memprediksi perilaku dan kecenderungan generasi mendatang.
2. Keraguan terbilang wajar selama mengundang rasa ingin tahu. Jika keraguan ini sampai memunculkan prasangka, maka ia tergolong sebuah gangguan mental.
3. Ketersesatan di dunia dan akhirat merupakan balasan bagi para pemuja hawa nafsu dan penentang seruan para nabi.
الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آَيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ آَمَنُوا كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ (35)
(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. (40: 35)
Ayat ini menyinggung orang-orang yang membiarkan dirinya larut dalam keraguan dan menolak menerima kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang suka berdebat, tapi menolak memahami dan menerima kebenaran.
Apapun yang datang kepadanya, mereka langsung menolak kebenaran tanpa mau merenungkannya. Golongan seperti ini berusaha mencitrakan dirinya sebagai kaum intelek. Padahal, mereka sebenarnya terjebak dalam egoisme dan kesombongan. Akhirnya, mereka menolak setiap argumen dan ayat-ayat Allah dengan bermacam alasan.
Jelas bahwa penolakan tanpa dasar terhadap ayat-ayat Allah akan membawa dampak yang merugikan, termasuk kesesatan bagi orang-orang yang menolaknya. Sikap keras kepala ini akan menutupi akal sehat manusia dan membuatnya kehilangan kemampuan untuk memilih kebenaran.
Dari ayat di atas terdapat dua pelajaran yang dapat diambil:
1. Diskusi adalah salah metode perdebatan ilmiah untuk para pencari kebenaran, bukan untuk orang-orang yang menolak dalil rasional atas dasar gengsi.
2. Kaum beriman tidak boleh melakukan debat kusir. Mereka harus menyampaikan materi dengan argumen yang kuat sehingga pihak lain mengerti bahwa orang beriman tidak akan berbicara tanpa dalil.
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ (36) أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ (37)
Dan berkatalah Firaun, “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu.” (40: 36)
(yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta. Demikianlah dijadikan Firaun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.” (40: 37)
Di masa genting itu, lelaki beriman dari keluarga Firaun melakukan berbagai cara untuk menyadarkan Fir'aun dan para menterinya. Pada akhirnya, upaya ini membuahkan hasil dan Fir'aun mengurungkan niatnya untuk membunuh Nabi Musa as. Dia memutuskan untuk menunda rencana jahat ini.
Namun, Firaun tidak menurunkan egonya dan mencari cara baru untuk menunjukkan kehebatannya. Fir'aun memerintahkan menterinya untuk mendirikan sebuah bangunan yang tinggi sehingga ia bisa melihat Tuhannya Musa.
Jelas bahwa perintah ini bermotif mengelabui publik, karena Nabi Musa as tidak pernah berkata bahwa Tuhannya berada di langit atau dapat dilihat dan disentuh sehingga Dia bisa dilihat dengan berdiri di atas bangunan yang tinggi.
Lewat perintah kontroversial ini, Firaun ingin mempengaruhi publik dan melalaikan mereka dari persoalan utama yaitu kenabian Nabi Musa. Dia ingin mencegah masyarakat mengimani dan membela Nabi Musa.
Firaun menggunakan tipu daya untuk mengelabui masyarakat. Pada dasarnya, penyebab utama kesesatan Firaun adalah karena kesombongan dan keangkuhan sehingga perbuatan buruk tampak indah di matanya. Kondisi ini membuat Fir'aun menolak kebenaran dan menyebabkan ia binasa.
Dari dua ayat di atas terdapat empat pelajaran yang dapat diambil:
1. Orang yang tidak punya argumen, akan memilih tipu daya untuk mempengaruhi dan mengelabui publik.
2. Pamer kekuatan dan tipu daya merupakan salah satu cara pemerintahan tirani untuk memaksakan sikapnya kepada masyarakat dan mengekang mereka.
3. Perbuatan buruk terlihat indah di mata orang yang sombong dan akhirnya ia tidak terdorong untuk memperbaiki dirinya.
4. Para penguasa lalim selalu mengusik kaum beriman. Namun, jika kaum beriman tetap teguh memegang kebenaran, mereka pada akhirnya akan menang dan kaum lalim akan menderita kerugian yang besar.
Surat Ghafir ayat 29-33
يَا قَوْمِ لَكُمُ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ظَاهِرِينَ فِي الْأَرْضِ فَمَنْ يَنْصُرُنَا مِنْ بَأْسِ اللَّهِ إِنْ جَاءَنَا قَالَ فِرْعَوْنُ مَا أُرِيكُمْ إِلَّا مَا أَرَى وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلَّا سَبِيلَ الرَّشَادِ (29)
(Musa berkata), “Hai kaumku, untukmu-lah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita!” Firaun berkata, “Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar.” (40: 29)
Sebelumnya disebutkan bahwa seorang lelaki beriman dari keluarga Firaun dengan argumentasi yang kuat berusaha mencegah Nabi Musa as dibunuh. Ia berkata kepada Firaun dan para menterinya, "Kalian sekarang memerintah di tanah Mesir yang luas dan berkuasa di atasnya, Musa tidak dapat melakukan apapun terhadap kalian. Tetapi, jika kalian membunuhnya, mungkin saja janji dia benar dan murka Allah akan membinasakan kalian dan kerajaan kalian. Oleh karena itu, pikirkanlah dengan baik apa yang kalian lakukan."
Seruan ini membuat para menteri Firaun sedikit melunak. Namun, Firaun tetap bersikeras pada pendiriannya yaitu membunuh Nabi Musa as dan tidak ada pilihan lain. Tentu saja ini sudah menjadi karakter para tiran dan orang orang sombong di sepanjang sejarah, mereka menganggap dirinya paling pintar dan hanya pendapatnya yang benar.
Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Janganlah bersikap sombong karena kedudukan dan kekayaan, karena jika Allah berkehendak, ia akan hilang dalam sekejap.
2. Salah satu tugas orang Muslim adalah memberikan peringatan kepada orang-orang jahat dan mencegah mereka dari berbuat kemungkaran, bahkan jika ia penguasa yang kuat sekali pun seperti Firaun.
3. Mengabaikan peringatan dan menganggap dirinya paling pintar merupakan karakter para pemuja sosok Firaun, meskipun mereka tidak memiliki posisi seperti Firaun.
وَقَالَ الَّذِي آَمَنَ يَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ مِثْلَ يَوْمِ الْأَحْزَابِ (30) مِثْلَ دَأْبِ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَالَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعِبَادِ (31)
Dan orang yang beriman itu berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (40: 30)
(Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, 'Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. (40: 31)
Meski Firaun bersikeras untuk membunuh Nabi Musa as, tetapi lelaki beriman tersebut tetap berusaha untuk mencegahnya. Ia mengingatkan Firaun tentang nasib kaum-kaum terdahulu dengan harapan Firaun akan tersadar dan mengurungkan niat jahatnnya itu.
Lelaki beriman itu berkata, "Engkau tahu tentang nasib kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, dan kaum-kaum setelah mereka. Ketahuilah! Kaum dengan peradaban besar itu, telah dimusnahkan karena kekufuran dan kesombongan mereka. Kaum Nuh dengan topan dahsyat, kaum 'Aad dengan angin ribut, dan kaum Tsamud dengan petir yang mematikan."
"Aku khawatir peradaban Mesir akan senasib dengan peradaban mereka dan binasa. Tentu saja apa yang mereka rasakan adalah akibat dari perbuatan buruk mereka, mendustakan para nabi atau membunuh mereka, bukan karena Allah berbuat kezaliman kepada mereka. Dia telah menciptakan manusia dan melimpahkan banyak nikmat kepada mereka dan selalu memperlakukan mereka dengan kasih sayang. Kekufuran dan kesombongan manusia telah mendatangkan azab untuknya," kata lekaki tersebut dalam nasihatnya.
Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1.Mengambil ibrah dari nasib orang-orang terdahulu akan membantu manusia dalam mengenali jalan yang benar, dan ini termasuk cara yang direkomendasikan oleh al-Quran.
2. Jika keyakinan dan perilaku yang salah telah menjadi sebuah kebiasaan dan karakter seseorang, maka ia sedang berada di jurang kehancuran. Sebagaimana beberapa kaum terdahulu yang memiliki keyakinan batil dan berbuat kemungkaran, mereka selalu mengingkari kebenaran dan akhirnya dibinasakan.
3. Musibah dan cobaan duniawi kadang bersumber dari murka Tuhan dan karena perilaku kita juga.
وَيَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ يَوْمَ التَّنَادِ (32) يَوْمَ تُوَلُّونَ مُدْبِرِينَ مَا لَكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (33)
Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil. (40: 32)
(yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk. (40: 33)
Lelaki beriman dari keluarga Firaun kembali memperingatkan Firaun dan para menterinya, "Jika murka Tuhan turun seperti yang ditimpakan kepada kaum terdahulu, niscaya tidak ada tempat perlindungan yang bisa menyelamatkan kalian dari azab-Nya. Pada hari itu, setiap orang saling memanggil dan mereka saling meminta pertolongan, tetapi tidak ada seorang pun penolong, karena setiap orang memikirkan keselamatannya sendiri dan tidak punya daya untuk menolong orang lain."
Orang-orang yang selamat pada hari itu adalah mereka yang mengikuti jalan hidayah dan menjadikan ajaran para nabi sebagai pedoman hidupnya. Jelas bahwa siapa saja yang memilih jalan lain, ia telah tersesat dan tidak memperoleh petunjuk Allah.
Kesesatan bersumber dari perilaku buruk manusia dan pilihan keliru mereka sendiri, sehingga Allah Swt membiarkan mereka dalam kesesatan. Pada dasarnya, Allah tidak menyesatkan siapa pun dari jalan kebenaran, tetapi kekufuran, kesombongan, dan maksiat yang mereka lakukan, telah membuat pintu hidayah tertutup. Seperti seorang anak yang melepaskan tangannya dari genggaman ayahnya, ia pasti akan terjatuh.
Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Salah satu tugas orang Muslim adalah memperingatkan para pelaku maksiat tentang akibat dari perbuatannya. Sebagaimana seorang ibu atau ayah, mereka memperingatkan anaknya untuk tidak mendekati api, karena ia bisa membakar.
2. Allah Swt memiliki kuasa untuk memberi hidayah atau menyesatkan seseorang, tetapi manusia juga punya ikhtiar untuk memilihnya.
3. Tidak ada jalan ketiga antara hidayah dan kesesatan. Siapa yang tidak memilih jalan Tuhan, ia pasti tersesat dan tidak ada jalan tengah baginya.
Surat Ghafir ayat 26-28
وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ (26)
Dan berkata Firaun (kepada pembesar-pembesarnya), “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.” (40: 26)
Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai perjuangan Nabi Musa mengajak Firaun menyembah Allah Swt dan menghentikan penindasan terhadap Bani Israil. Di ayat ini, Firaun yang sombong berkata kepada para pejabat istana di sekelilingnya mengenai rencana membunuh Musa, sebab jika dibiarkan hidup akan memberontak terhadap pemerintahannya dan mengganti keyakinan masyarakat dan menimbulkan kerusakan.
Firaun memutuskan untuk membunuh Nabi Musa dengan alasannya sendiri. Firaun ketakutan terhadap penyebaran ajaran agama ilahi yang dibawa Nabi Musa as. Firaun berkata, “Aku khawatir dia akan mengganti keyakinan kalian atau menimbulkan kerusakan di muka bumi. Jika aku berdiam diri, maka ajaran Musa akan menyebar cepat di kalangan masyarakat Mesir menggantikan ajaran berhala, sehingga, Musa harus secepatnya dibunuh.”
Dalam pandangan Firaun, agama tidak lain dari menyembah dirinya selaku penguasa Mesir. Agama di tangan Firaun hanya alat untuk menipu masyarakat demi menjaga dan melindungi kekuasaannya, dan menjadikan dirinya sebagai penguasa tunggal. Adapun pengertian kerusakan yang dimaksud Firaun adalah gerakan perlawananrakyat terhadap rezim diktator dan pembebasan masyarakat dari cengkeraman syirik dan berhal.
Propaganda kebatilan melawan kebenaran tidak hanya terjadi di era Fiarun saja, tapi juga menimpa setiap zaman sepanjang sejarah. Orang-orang lalim dan pembuat kerusakan berusaha menjustifikasi tindakan mereka dengan kebohongan propaganda dan agitasi yang disebarkan dengan berbagai cara yang terus berlanjut hingga kini.
Kebanyakan pejabat istana tidak setuju dengan rencana Firaun untuk membunuh Musa. Mereka tahu posisi dan kedudukan Musa di kalangan Bani Israil, sehingga pembunuhan Musa akan berdampak negatif terhadap kerajaan dan menyulut pemberontakan besar-besaran. Selain itu, ajaran tauhid yang dibawa Musa dan pengikutnya yang mukmin berada di luar kendali penguasa Firaun.
Di ayat ini, Firaun dengan kesombongannya menyatakan, “Jika engkau, Musa, benar sebagai utusan Tuhan, maka panggilah Tuhanmu yang akan menyelamatkan dirimu.”
Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Logika penguasa lalim semacam Firaun akan membunuh siapa saja yang dianggap bisa mengganggu kekuasaannya, termasuk membunuh para pemimpin agama seperti Nabi Musa as.
2. Penguasa despotik dan arogan seperti Fiarun menyebut gerakan reformasi di tengah masyarakat sebagai perusuh dan penyulut kerusakan. Firaun menyebut pemimpin agama sebagai Nabi Musa yang menyerukan reformasi agama dan sosial, sebagai perusak yang memecah belah masyarakat.
3. Dalam kekuasaan diktator dan despotik, jika terwujud ketentraman dan keamanan dilakukan secara represif. Oleh karena itu bukan ketentraman dan keamanan sejati.
وَقَالَ مُوسَى إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ (27)
Dan Musa berkata, “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab.” (40: 27)
Menghadapi ancaman pembunuhan dari Firaun, Nabi Musa as dengan ketenangan penuh menyatakan menyerahkan diri kepada Allah Swt yang akan menyelamatkan dirinya dari setiap ancaman.
Nabi Musa mengatakan, “Allah Swt yang dahulu telah menyelamatkanku ketika akan dibunuh sewaktu bayi dan mengilhamkan kepada ibuku untuk menyimpan bayi itu di dalam kerangjan di sungi Nil. Kini, Allah Swt akan kembali menyelamatkanku dari penguasai lalim sepertimu, Firaun. Tapi jika harus terbunuh, maka aku siap syahid dan tidak ada ketakutan sedikitpun di hatiku. Aku menyerahkan diri kepada Allah Swt, dan apapun yang terjadi berada di tangan Allah bukan engkau, wahai Firaun.”
Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Jangan takut menghadapi ancaman musuh. Sebab kehidupan kita bergantung kepada Allah Swt dan tidak ada kekuatan yang lebih tinggi dari-Nya.
2. Kesombongan dan takabur adalah salah satu sifat Firaun. Oleh karena itu, siapapun yang memiliki sifat buruk ini seperti Firaun.
3. Kesombongan dan takabur menyebabkanmanusia menolak untuk menerima kebenaran serta beriman terhadap Allah dan hari Kiamat.
وَقَالَ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ مِنْ آَلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ إِيمَانَهُ أَتَقْتُلُونَ رَجُلًا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ وَإِنْ يَكُ كَاذِبًا فَعَلَيْهِ كَذِبُهُ وَإِنْ يَكُ صَادِقًا يُصِبْكُمْ بَعْضُ الَّذِي يَعِدُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ (28)
Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata, "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, "Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. (40: 28)
Salah seorang dari keluarga Firaun beriman kepada Allah Swt dan menjadi pengikut Nabi Musa, tapi dia menyembunyikan keimanan demi keamanan dirinya dan bisa membantu Nabi Musa dalam kondisi darurat. Ketika Firaun berencana membunuh Nabi Musa, ia mengambil langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan utusa Allah itu.
Ia memberikan masukan kepada Firaun, dengan mengatakan, “Musa menyatakan Tuhan menciptakan alam semesta ini dan mengatur seluruh urusan mengutusnya sebagai utusan Allah untuk membimbing masyarakat. Ia memiliki mukjizat untuk membuktikan kebenarannya. Oleh karena itu, jangan terburu-buru untuk mengambil keputusan mengenai Musa dan pertimbangkan dampaknya supaya tidak menyesal kemudia hari.”
Ia melanjutkan pernyataannya, “Apa yang disampaikan Musa tidak keluar dari dua kemungkinan; benar atau berbohong. Jika dia berbohong, maka kebohongannya akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri, kebohongannya akan terbuka di hadapan masyarakat. Tapi jika dia benar, maka sebagian janjinya, termasuk azab ilahi akan turun dan akan menimpat Anda [Firaun]. Oleh karena itu, pembunuhan Musa menurut pertimbangan akal kurang bijak dan lebih baik dibatalkan.”
Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Musa meminta perlindungan dari Allah Swt menghadapi ancaman pembunuhan oleh Firaun, dan Allah Swt mengutus salah seorang dari keluarga Firaun membantunya.
2. Terkadang bekerja di institusi lalim untuk mencegah kehancuran dan tekanan penguasa zalim kepada orang-orang Mukmin atau menjalankan sebuah tugas penting harus dilakukan, dan masalah ini tidak ada kaitannya dengan keimanan kepada Allah Swt.
3. Ketika berdialog atau berdebat dengan lawan hindari fanatisme dengan mengatakan “Akulah yang benar dan kamu salah”, tapi pergunakanjalan seperti yang dilakukan keluarga Firaun dengan menyampaikan logika mengenai risalah yang dibawa Nabi Musa.
Surat Ghafir ayat 21-25
أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ كَانُوا مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا هُمْ أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَآَثَارًا فِي الْأَرْضِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ (21) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَكَفَرُوا فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ إِنَّهُ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ (22)
Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah. (40: 21)
Yang demikian itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata lalu mereka kafir; maka Allah mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha Keras hukuman-Nya. (40: 22)
Pada pembahasan sebelumnya telah dikupas mengenai nasib para pendosa di hari Kiamat kelak. Ayat ini mengenai sejarah orang-orang terdahulu, mengapa mereka tidak mengambil pelajaran dari kehidupan orang-orang diberbagai belahan dunia, dan dampak dosa serta akibat yang mereka terima. Ketika mereka tetap melakukan dosa, Allah Swt akan menurunkan azab pedih kepadanya.
Ayat ini disampaikan kepada umat manusia di seluruh penjuru dunia. Istana yang megah zaman dahulu hancur dan para penguasa lalim tumbang. Tidak ada yang mereka tingalkan kecuali sebagian bangunan yang sudah hancur. Semua ini menjadi pelajaran penting bagi manusia supaya mereka berkaca dan mengambil pelajaran dai kehidupan orang-orang terdahulu.
Ayat ini melanjutkan penjelasan sebelumnya mengenai kewajiban para Nabi dan Rasul yang membimbing manusia menuju jalan kebenaran. Para utusan Allah Swt dikirim untuk menyadarkan manusia supaya tidak melakukan dosa dan mengingkari-Nya, tapi mereka menentang seruan ilahi tersebut. Akibatnya, mereka menghadapi azab di dunia ini.
Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Al-Quran menganjurkan manusia untuk melakukan perjalanan yang bermanfaat dan memiliki tujuan jelas.
2. Mengkaji sejarah kehidupan orang-orang terdahulu dan mengambil pelajaran darinya sebagai salah satu langkah penting untuk menemukan jalan yang benar dalam kehidupan ini.
3. Berbagai fasilitas dari ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi maupun militer jangan menjadikan kita sombong, karena semua itu tidak ada artinya sama sekali di hadapan Allah Swt.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآَيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (23) إِلَى فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَقَارُونَ فَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ (24)
Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata. (40: 23)
Kepada Fir'aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata, “(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.” (40: 24)
Ayat ini merupakan salah satu contoh bagaimana kekuasaan Allah yang mengutus Musa dengan kekuatan mukjizatnya menghadapi Firaun bersama menterinya Haman dan orang kaya seperti Karun.
Nabi Musa dengan izin Allah Swt mampu melakukan tindakan luar biasa dengan mukjizat yang dimilikinya. Tapi Firaun yang sombong, malah menyebut Mukjizat Nabi Musa sebagai sihir dan pembohong, serta menentang risalah ilahi yang dibawanya.
Tapi sejarah menunjukkan bahwa para tokoh kafir dan lali, senantiasa menuding para Nabi Allah Swt sebagai tukang sihir dan pembohong supaya seruan risalah ilahi yang mereka bawa tidak mempengaruhi masyarakat.
Allah Swt mengutus Nabi Musa as menghadapi Firaun untuk mengakhiri kezaliman yang dilakukan penguasa Mesir ini dan menegakkan keadilan. Jika seruan Nabi Musa diikuti oleh Firaun dan para pejabat kerajaannya, maka mereka tidak bisa memanfaatkan kekuasaan untuk memaksa rakyat supaya mengikuti titah mereka. Oleh karena itu, mereka menolak risalah ilahi yang dibawa Nabi Musa.
Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Allah Swt mengutus para Nabi dan Rasul-Nya untuk mengajak umat manusia bertauhid. Mereka juga mendatangi penguasa lalim untuk mengakhiri penindasan terhadap rakyatnya.
2. Kekuasaan dan kekayaan terkadang menyebabkan manusia sombong dan ingkar terhadap Allah Swt, dan menjadi sarana untuk menindas orang lain.
3. Logika dan mukjizat para Nabi bisa dipahami, tapi orang-orang yang tamak dan sombong menghalangi dirinya dan orang lain untuk menerima kebenaran.
فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا اقْتُلُوا أَبْنَاءَ الَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ وَاسْتَحْيُوا نِسَاءَهُمْ وَمَا كَيْدُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ (25)
Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata, “Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka.” Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka). (40: 25)
Bagaimanapun, Firaun dan menterinya, Haman tidak mampu menghadapi kekuatan logika dan mukjizat Musa. Mereka merancang berbagai cara, termasuk dengan cara-cara kekerasan sebagaimana dijelaskan dalam ayat ini. Pada tahap pertama Firaun membunuh para lelaki dan pemuda yang mengikuti Musa dan menjadikan istri maupaun anak perempuan mereka sebagai budak. Tujuan aksi represif ini supaya tidak akan seorangpun yang beriman kepada Nabi Musa.
Cara-cara yang ditempuh penguasa lalim seperti Firaun terjadi berulang dalam sejarah. Tapi berbagai tekanan tersebut tidak menjadikan pengikut Nabi Musa patah arah dan menyerah, bahkan sebaliknya mereka semakin kuat untuk melanjutkan perjuangan menghadapi penguasa lalim.
Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Pembunuhan dan penahanan termasuk cara-cara yang dilakukan penguasa lalim sepanjang sejarah. Tapi tindakan tersebut tidak akan menyurutkan orang-orang beriman dalam memperjuangkan kebenaran.
2. Musuh melakukan berbagai cara untuk menyelewengkan generasi muda dari jalan kebenaran menuju kesesatan dengan melakukan berbagai kerusakan hingga menyulut perang dan pertumpahan darah.
3. Musuh senantiasa menghalangi manusia menuju jalan kebenaran. Tapi orang-orang yang beriman bisa mematahkan konspirasi mereka hingga kebenaran melawan kebatilan.
Surat Ghafir ayat 16-20
يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ لَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (16) الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (17)
(Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman), “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (40: 16)
Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya. (40: 17)
Pada pembahasan sebelumnya dijelaskan mengenai ayat tentang hari Kiamat yang disampaikan Allah Swt melalui kitab suci dan para Nabi-Nya. Di ayat ini kembali dijelaskan tentang karekateristik umum hari Kiamat bahwa setiap orang diberi balasan sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan tidak ada yang dizalimi pada hari itu. Semua terbuka dan tidak ada yang bisa ditutupi.
Di dunia, sebagian orang bisa menyembunyikan sesuatu dari pandangan orang lain. Tapi di hari Kiamat tidak bisa demikian. Sebab, setiap perbuatan terekam dengan baik dan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.
Di hari Kiamat kelak, manusia dibangkitkan dan dikumpulkan untuk dimintai pertanggungan jawab atas setiap perbuatan yang dilakukannya. Ketika itu, Allah Swt yang akan mengadili semua perbuatan manusia.
Di dunia juga Allah menjadi hakim atas kejadian seluruh alam semesta ini. Tapi di hari Kiamat nanti, pengadilan Tuhan tampak lebih nyata bagi manusia. Sebab, seluruh anggota badan akan menjadi saksi apa yang telah kita lakukanselama di dunia ini. Oleh karena itu tidak akan ada yang bisa memberikan pernyataan palsu, maupun kebohongan sebagaimana terjadi di dunia.
Kiamat menjadi hari pembalasan bagi setiap perbuatan yang telah kita lakukan di dunia ini. Allah Swt akan memberikan hukuman dan pahala sesuai dengan perbuatan yang dilakukan setiap manusia.
Di dunia banyak sekali terjadi kelaliman, tetapi pelakukan tidak dihukum. Sebagian orang melakukan kezaliman terhadap orang lain demi meraih kenikmatan dan kepuasan yang lebih besar. Tapi di hari Kiamat, tidak ada yang bisa melakukan kezaliman terhadap orang lain. Sebab kekuasaan mutlak berada di tangan Allah Swt dan akan memberikan ganjaran hukuman maupun pahala secara cepat sesuai dengan perbuatan yang dilakukan setiap manusia.
Berbeda dengan pengadilan di dunia yang membutuhkan proses panjang, bahkan bisa bertahun-tahun, keputusan di hari Kiamat akan diambil dengan sangat cepat dan adil.
Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Pada hari Kiamat kelak tidak ada yang bisa disembunyikan, sebab semua akan terbuka dan dipertanggungjawabkan sesuai perbuatannya masing-masing selama di dunia.
2. Semua orang diperlakukan sama dan tidak ada yang dikecualikan dari keadilan Allah di hari Kiamat nanti. Ganjaran pahala maupun hukuman diberikan sesuai dengan perbuatan manusia di dunia.
3. Meskipun Allah Swt berkuasa secara mutlak tapi tidak pernah berlaku lalim. Oleh karena itu, keadilan ilahi dibelakukan dengan seadil-adilnya.
وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْآَزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ (18) يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ (19) وَاللَّهُ يَقْضِي بِالْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَقْضُونَ بِشَيْءٍ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (20)
Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya. (40: 18)
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (40: 19)
Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (40: 20)
Melanjutkan pembahasan sebelumnya, ayat ini menjelaskan bahwa di hari Kiamat kelak manusia akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya. Ketika itu, setiap orang mengkhawatirkan apa yang telah diperbuatnya selama di dunia.
Ayat ini menggambarkan bagaimana kekhawatiran itu tampak dari setiap orang ketika menghadapi hari pengadilan ilahi. Dalam kondisi demikian, setiap orang mengharapkan bantuan yang lain, tapi tidak ada yang bisa memberikan bantuan, sebab semua orang sedang sibuk untuk mempertanggunjawabkan perbuatannya masing-masing. Oleh sebab itu, manusia harus menjaga perbuatannya selama di dunia.
Anggota badan memberikan kesaksian seperti mata yang pernah memandang sesuatu yang diharamkan, maupun mulut dan lainnya. Bahkan niat buruk maupun kedengkian pun tidak bisa ditutupi. Karena semua akan terbuka dan dipertanggungjawabkan di hari Kiamat.
Ya, Allah Swt melihat semua gerak-gerik anggota badan, bahkan hingga batin manusia. Oleh karena itu di hari Kiamat nanti, manusia akan diadili dengan seadil-adilnya, karena menggunakan bukti yang sangat akurat dan diadili oleh pengadilan ilahi. Selain Allah Swt, tidak ada yang bisa mengadili manusia dari lahir maupun batin sedemikian adilnya.
Dari tiga ayat di atas terdapat empat pelajaran yang dapat diambil:
1. Kematian sebagai pintu menuju gerbang Kiamat begitu dekat dan tidak diketahui kapan akan datang. Oleh karena itu, bersiaplah untuk menyambutnya dengan menjaga perbuatan selama hidup di dunia ini.
2. Kegelisahan dan kekhawatiran sangat jelas tampak dari setiap manusia di hari Kiamat kelak. Para pendosa berada dalam kondisi yang sulit dan terjepit, tapi mereka tidak bisa berteriak, atau mengeluh.
3. Setiap orang akan memikirkan dirinya sendiri di hari Kiamat. Di hari itu, para pendosa tidak akan memiliki teman maupun orang yang selama ini membantunya.
4. Allah Swt mengetahui semua perbuatan, bahkan motif manusia. Sehingga semuanya akan terbuka dan tidak ada yang bisa disembunyikan di hadapan pengadilan ilahi.
Surat Ghafair ayat 13-15
هُوَ الَّذِي يُرِيكُمْ آَيَاتِهِ وَيُنَزِّلُ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ رِزْقًا وَمَا يَتَذَكَّرُ إِلَّا مَنْ يُنِيبُ (13) فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (14)
Dialah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezeki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah). (40: 13)
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya). (40:14)
Di kesempatan sebelumnya, kita telah membahas nasib orang musyrik dan kafir di hari Kiamat. Ayat kita kali ini mengisyaratkan ketauhidan dan tanda-tandanya. Ayat ini menyatakan; sangat banyak tanda-tanda monoteisme di penciptaan-Nya yang ada di sekitar kalian dan setiap hari kalian saksikan. Dengan kata lain, ayat dan tanda-tanda-Nya terlihat jelas di alam semesta. Langit, bumi, gunung, lembah dan laut, ikan di laut, burung dan hewan yang hidup di darat, seluruhnya tanda-tanda-Nya yang tidak tersembunyi dari pandangan kalian.
Lebih lanjut ayat ini menjelaskan bahwa Tuhan mengirimi kalian rizki dari langit. Di antara tanda-tanda terpenting-Nya yang menjadi sumber kehidupan seluruh tanaman, hewan dan manusia adalah air hujan dan cahaya matahari yang semuanya turun dari langit. Tanpa hujan dan cahaya matahari kehidupan di bumi akan sulit.
Meski seluruh ayat dan tanda-tanda yang jelas ini tersebar di seluruh alam, namun hati dan mata yang tertutup tidak menyaksikan apapun. Sejatinya seseorang ketika menyaksikan tanda-tanda ini akan sadar. Untuk kembali kepada Tuhan, ia meniti jalan Tuhan dan membersihkan jiwa serta hatinya dari polusi. Dengan kata lain, mereka yang tidur akan terbangun dengan suara bel, namun mereka yang berpura-pura tidur dan tidak berencana bangun, tidak akan terbangun meski ada teriakan yang keras.
Labih lanjut ayat ini menyatakan, kini ketika kalian memahami bahwa Tuhan tidak memiliki sekutu di penciptaan, maka jangan letakkan sekutu di penyembahan-Nya. Ikhlaslah di agamamu dan jangan tempatkan sekutu bagi-Nya di penetapan hukum.
Tak diragukan lagi hal ini membuat orang kafir yang fanatik dan keras kepala sangat geram, tapi jangan takut melakukannya meski orang kafir tidak menyukainya.
Dari dua ayat di atas terdapat empat pelajaran yang dapat diambil:
1. Dunia di sekitar kita dipenuhi tanda-tanda tauhid. Cukup kita menyaksikan alam di sekitar kita dan kita akan mengakui keberadaan pencipta.
2. Penciptaan setiap makhluk hidup salah satu tanda-tanda Tuhan dan pemberian rizki kepada makhluk untuk keberlangsungan hidup mereka juga tanda lainnya.
3. Membersihkan agama dari segala bentuk tahayul dan bida'ah serta meninggalkan tradisi batil dan menghapus aturan anti agama, merupakan tanda iman sejati dan ikhlas.
4. Di masalah akidah, jangan berpikir keridhoan orang lain. Terimalah kebenaran dan hakikat serta amalkan, meski orang kafir tidak menyukainya.
رَفِيعُ الدَّرَجَاتِ ذُو الْعَرْشِ يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلَاقِ (15)
(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai 'Arsy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat). (40: 15)
Ayat ini menjelaskan sejumlah sifat dan af'al (perbuatan) Tuhan dan melanjutkan ayat sebelumnya, mengisyaratkan ikhlas dalam agama menyatakan: semakin ikhlas seorang mukmin di agamanya, derajatnya juga akan semakin tinggi. Allah akan meningkatkan derajat seseorang sesuai dengan keikhlasannya.
Kemudian ayat ini menyebutkan: Ia pemilik Arsy dan kekuatan serta otoritasnya meliputi alam semesta. Kekuasannya tidak terbatas dan tidak ada kekuatan yang menadingi-Nya.
Ayat sebelumnya mengisyaratkan tanda-tanda penciptaan Tuhan, sementara ayat ini menyebutkan sistem tasyrii dan mengatakan: Tuhan tidak membiarkan manusia sendirian, tapi selain memberi rizki materi kepada semua makhluk, Ia juga memberi rizki maknawi kepada manusia. Sarana rizki ini adalah para malaikat dan nabi yang Tuhan memberi peringatan manusia melalui mereka serta memperingatkan bahwa hari Kiamat sebuah kepastian.
Sejatinya hari Kiamat hari pertemuan, hari pertemuan manusia dengan Tuhan alam semesta. Tapi pertemuan ini bukan dengan mata kepala , karena Tuhan tidak memiliki mata. Hari pertemuan pemimpin kebenaran dan kebatilan dengan pengikutnya. Hari pertemuan orang baik. Hari pertemuan manusia dengan amal perbuatannya. Hari ketika orang zalim dan terzalimi bertemu, tapi ia tidak pernah membayangkan hari seperti ini.
Benar tujuan dari seluruh kitab samawi dan ajaran para nabi adalah memperingatkan manusia akan hari pertemuan ini.
Dari ayat di atas terdapat empat pelajaran yang dapat diambil:
1. Jalan agama adalah jalan kesempurnaan dan Tuhan menaikkan derajat mereka yang berusaha di jalan ini.
2. Malaikat wahyu akan menurunkan wahyu sesuai dengan perintah Tuhan dan siapa yang ditunjuk oleh Tuhan.
3. Para nabi adalah orang-orang pilihan Tuhan dan Ia memilih mereka berdaarkan pengetahuan dan hikmah-Nya.
4.Para nabi memperingatkan bahaya di jalan kehidupan manusia berdasarkan kasih sayang dan kebaikan. Siapa saja yang memperhatikan peringatan ini akan mencapai kebahagiaan dan siapa saja yang mengabaikannya akan mengalami nasib buruk dan kehancuran.
Surat Ghafir ayat 10-12
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنَادَوْنَ لَمَقْتُ اللَّهِ أَكْبَرُ مِنْ مَقْتِكُمْ أَنْفُسَكُمْ إِذْ تُدْعَوْنَ إِلَى الْإِيمَانِ فَتَكْفُرُونَ (10)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari kiamat), “Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu kafir.” (40: 10)
Di pertemuan sebelumnya kita membahas tentang rahmat luas Ilahi bagi orang mukmin. Sementara ayat yang kita bahas kali ini berbicara mengenai kemarahan Tuhan kepada orang-orang yang menentang kebenaran karena keras kepala. Meski mereka memahami kebenaran tapi tetap menolak menerimanya.
Orang kafir di hari Kiamat ketika menyaksikan hasil perbuatannya, mereka merasa menyesal. Selain mencela dirinya mengapa memilih jalan ini, orang kafir juga mengutuk pemimpin dan sahabatnya yang menyeretnya ke jalan kebatilan.
Di hari Kiamat, orang kafir sangat membenci dirinya sendiri, namun penjaga neraka mengatakan kepada mereka: kemarahan dan kebencian Tuhan kepada kalian orang kafir yang keras kepala lebih besar dari azab hati nurani dan laknat serta kutukan kalian kepada yang lain. Karena kalian telah diseru ke jalan kebenaran oleh utusan Tuhan, namun kalian menolak dan mengingkari tauhid dengan sengaja dan ketika kalian mengetahui kebenaran. Mereka berpaling dari cahaya bimbingan Ilahi dan memilih kekufuran. Kalian menghina para utusan Tuhan yang dikirim untuk memberi petunjuk kepada kalian.
Dari ayat di atas terdapat dua pelajaran yang dapat diambil:
1. Menolak kebenaran, kekufuran dan menentang para utusan Tuhan akan memicu kemarahan Ilahi.
2. Azab Ilahi diturunkan setelah seluruh ada hujjah dan setelah hamba diseru kepada hidayah.
قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ (11)
Mereka menjawab, "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” (40: 11)
Salah satu hakikat yang selalu diingkari orang kafir adalah alam setelah kematian dan kebangkitan di hari Kiamat. Mereka meyakini bahwa keberadaan manusia hanya terbatas di dunia dan setelah mati mereka musnah serta tidak ada yang tertinggal darinya.
Namun dengan menyaksikan kondisi Kiamat, tabir kelalaian akan tersingkap dan mata kebenaran semua orang akan terbuka. Orang kafir mengaku tanpa alasan menolak kebenaran yang disampaikan para nabi. Oleh karena itu, ketika mengakui kesalahannya, mereka mengatakan, Tuhan mematikan kita dua kali dan menghidupkan kita dua kali pula. Salah satunya di akhir usia kami ketika ruh dicabut dari jasad dan Tuhan memberi kehidupan di alam barzah. Dan yang kedua ketika umur dunia berakhir, ketika kami mati di alam barzah dan kemudian Tuhan menghidupkan kita di hari Kiamat.
Dengan demikian dari isi ayat ini menjadi jelas bahwa maksud dari dua kematian adalah kematian di akhir kehidupan dunia dan kematian di akhir alam barzah. Sementara maksud dari dua kehidupan adalah kehidupan di alam barzah dan kehidupan di hari Kiamat.
Bagaimana pun juga, orang kafir dengan mengakui hakikat ini meminta pengampunan kepada Tuhan dan kembali dihidupkan di dunia sehingga dapat mengubah perbuatan buruknya, atau paling tidak selamat dari api neraka. Padahal di hari Kiamat pengakuan dan penyeasalan ini tidak bermanfaat dan tidak akan membuat mereka kembali ke dunia atau keluar dari neraka.
Dari ayat di atas terdapat dua pelajaran yang dapat diambil:
1. Di hari Kiamat, para pendosa berangan-angan dikembalikan di dunia. Selama kami bertaubat atas perbuatan buruk dan memperbaiki kesalahan, kami berusaha untuk tidak membutuhkan harapan yang tidak dapat direalisasikan seperti ini.
2. Mereka yang mengingkari kehidupan setelah kematian, akan mengalami dua kehidupan pasca kematian. Salah satunya kehidupan setelah kematian di alam barzah dan lainnya kehidupan di hari Kiamat.
ذَلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ (12)
Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (40: 12)
Ayat ini menilai kekufuran sebuah kesyirikan, dengan demikian sebagian orang menolak hanya Tuhan yang mengatur urusan manusia dan dunia, tapi mengatakan, Tuhan pencipta kita, tapi setelah penciptaan, Ia membiarkan kita. Oleh karena itu, kita mencari opsi selain Tuhan di urusan kami dan dunia.
Menurut ungkapan al-Quran di ayat lain, mereka tidak mengingkari Tuhan sebagai pencipta, tapi menolak rububiyah-Nya di urusan alam semesta. Terkadang mereka menginginkan dirinya sebagai ganti dari Tuhan dan menentukan aturan bagi orang lain atau kewajiban. Terkadang karena kebodohan, mereka terjebak dalam khurafat dan menganggap suatu fenomena memiliki kekuatan tertentu. Di mana seakan-akan fenomena tersebut memainkan peran menentukan bagi nasib mereka. Seperti penyembah berhala atau bintang.
Jelas bahwa pemikirkan dan perilaku orang-orang seperti ini di dunia tidak bersifat sementara. Mereka dengan pemikiran seperti ini, bahkan jika mereka dikembalikan ke dunia, tetap akan memiliki perilaku seperti sebelumnya dan tidak akan berubah. Tidak akan ada perubahan dalam diri mereka.
Dari ayat di atas terdapat dua pelajaran yang dapat diambil:
1.Ikhlas di tauhid dan monotisme serta menjahui segala bentuk syirik jalan keselamatan manusia di hari Kiamat.
2. Seperti yang kita isyaratkan, di syirik, manusia meyakini Tuhan sebagai pencipta, tapi meyakini unsur lain berperan dalam pengaturan alam semesta dan mereka memilih opsi selain Tuhan. Bagaimana pun juga, kafir mutlak yang mengingkari keberadaan Tuhan dan juga syirik membuat manusia kesulitan di alam barzah.
Surat Ghafir ayat 7-9
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ (7)
(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. (40: 7)
Sesuai dengan ayat-ayat al-Quran, para pembawa Arsy dan mereka yang berada di sekelilingnya selalu bersyukur, memuji dan mengucapkan tasbih kepada Allah serta beriman kepada-Nya. Mereka juga memohon ampun dosa orang-orang mukmin dan mengatakan, “Wahai Allah yang rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu. Ampuni mereka yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu serta jaga mereka dari siksa neraka.”
Sesuai dengan ayat-ayat al-Quran, malaikat adalah petugas yang mengelola dan menjaga sistem keberadaan dunia dan mereka melakukan banyak pekerjaan serta penhubung antara Allah dan manusia. Ayat ini menyinggung sisi lain dari hubungan malaikat dengan manusia dan menyebutkan, “Malaikat yang dekat dengan Allah yang berada di pusat pengelolaan alam, yakni ‘Arsy ilahi selain selalu dalam kondisi bersyukur dan mengucapkan tasbih kepada Allah, mereka juga berdoa untuk orang beriman dan memohon ampun buat mukminin.”
Ucapan mereka demikian, “Ya Allah! Dari satu sisi Engkau mengetahui kesalahan mereka dan di sisi lain, rahmat-Mu demikian luas, maka ampunilah orang-orang yang bersalah dan telah bertaubat. Jangan biarkan mereka mendapat azab neraka.”
Pada hakikatnya, ayat ini memberi berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa para pembawa ‘Arsy ilahi yang termasuk makhluk yang memiliki kekuatan gaib paling kuat, menjadi pendukung kalian. Mereka selalu berdoa untuk kalian dan memohon kepada Allah agar kalian mendapat ampunan dan rahmat Allah serta mengampuni kesalahan kalian dan terbebas dari siksa neraka. Mereka selalu memohon kepada Allah agar kalian sukses di dunia dan beruntung di akhirat. Ini menjadi wasilah paling besar yang dapat menenangkan orang-orang mukmin.
Ketika manusia merasa dunia dengan sistem materinya tidak terbatas dan ada kekuatan gaib di dunia yang mendukung orang-orang beriman, ini menjadi dukungan besar baginya di dunia yang penuh dengan kesulitan dan bahaya. Rasa ini memberikan manusia harapan, gairah dan kemampuan untuk berdiri di jalan Allah.
Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Malaikat yang dekat dengan Allah memohon ampun buat orang-orang mukmin dan mendukung mereka, meniupkan harapan. Hal ini dengan sendirinya menyebabkan mereka yang mengikuti agama ilahi menjadi tenang dan tegar.
2. Berdoa kepada orang lain merupakan nilai dan baik. Kita belajar dari malaikat dan seperti mereka mendoakan orang lain dan bagi memohon kebaikan dari Allah untuk orang lain.
3. Tali yang menghubungkan manusia dengan Allah adalah malaikat, iman dan amal saleh. Bila tali ini terhubungkan dengan kuat, manusia akan selamat dari kejatuhan dan kebinasaan di dunia dan akhirat.
Sekarang kita simak bacaan ayat 8-9 surat Ghafir dan terjemahannya berikut ini:
رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آَبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (8) وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (9)
Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (40: 8)
Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar. (40: 9)
Sebagai kelanjutan ayat sebelumnya, dimana menjelaskan para malaikat memohon ampun kepada orang beriman, ayat-ayat ini mengatakan, “Para malaikat bukan saja memohon agar orang beriman suci dari dosa dan jauh dari azab ilahi, tetapi juga meminta kepada Allah agar tetap berada di surga bersama keluarga mereka.”
Tentu saja maksud dari sejumlah anggota keluarga adalah yang layak memasuki surga. Karena di Hari Kiamat hubungan famili tidak dapat membuat istri atau anak dan ayah atau ibu berada bersama manusia. Karena syaraat memasuki surga adalah iman dan amal saleh.
Tapi ada harapan bahwa orang yang masuk surga memohon kepada Allah agar ayah, ibu, istri dan anak berada bersama mereka. Allah lewat rahmat dan kemuliaan-Nya akan mengampuni mereka yang layak dan meletakkan mereka bersama di surga. Masalah ini sesuai dengan kemuliaan dan kebijaksanaan Allah.
Oleh karena itu, Allah dalam ayat-ayat laini memberikan janji bahwa Kami akan menggabungkan anak dan generasi orang mukmin untuk berkumpul dengan nenek moyangnya di surga. Janji ini menunjukkan nilai keluarga dan kokohnya hubungan kekeluargaan di sisi Allah.
Kemudian ayat ini melanjutkan doa para malaikat untuk orang mukmin agar dapat menjauhi keburukan di dunia dan akhirat. Mereka menyebut itu sebagai tanda rahmat Allah bagi orang mukmin. Pada hakikatnya, tujuan dari doa ini agar orang-orang mukmin yang hakiki akan memasuki surga dengan tenang.
Jelas, bila seseorang termasuk dalam doa para malaikat ini dan diselamatkan dari neraka dan dipindahkan ke surga, berarti telah mencapai derajat tertinggi dari kesuksesan dan keberuntungan. Karena tidakada yang lebih baik dari ini yang dapat digambarkan manusia.
Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:
1. Mendoakan orang lain cara para malaikat dan wali Allah. Ketimbang melaknat kepada orang yang berbuat kesalahan, akan lebih baik mendoakan mereka kepada Allah.
2. Ketika manusia belum dibersihkan dari polusi dosa, ia tidak bisa memasuki surga.
3. Kebahagiaan dan keberuntungan besar bada di balik keselamatan manusia dari polusi duniawi dan ukhrawi.
Surat Ghafir ayat 1-6
Dengan berakhirnya surat az-Zumar pada pertemuan sebelumnya, kita memulai dengan ayat pertama surat Ghafir. Surat ini memiliki 85 ayat dan diturunkan di kota Mekah. Sebagaimana surat-surat yang diturunkan di Mekah, mayoritas ayat-ayat surat ini membicarakan tentang masalah akidah seperti tauhid, kenabian dan hari kebangkitan.
Pada ayat ketiga dari surat ini, Allah disifati dengan kata “Ghafir” yang berarti pemberi ampun. Tentu saja dikarenakan sekitar 20 ayat dari surat ini menceritakan seorang mukmin dari keluarga Firaun, sehingga surat ini juga disebut surat Mukmin.
Kajian ini kita awali dengan menyimak bersama bacaan ayat 1-3 surat Ghafir dan terjemahannya berikut ini:
حم (1) تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (2) غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ (3)
Haa Miim. (40: 1)
Diturunkan Kitab ini (Al Quran) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (40: 2)
Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nya-lah kembali (semua makhluk). (40: 3)
Surat ini seperti 27 surat al-Quran yang lain dimulai dengan huruf muqattha’ah yang telah dijelaskan sebelumnya tentang masalah ini dan dengan mencermati ayat selanjutanya menjelaskan keagungan al-Quran. Artinya, dengan semua keagungan ini al-Quran diturunkan oleh Allah yang Maha Bijaksana dari huruf sederhana lalu dikombinasikan, dimana huruf-hufur ini dapat diakses semua manusia, tapi kalian tidak mampu untuk membuat yang seperti itu.
Ayat selanjutnya mendeskripsikan Allah dengan lima sifat dari sifat-sifat ilahi yang menjadi sumber berita gembira dan juga faktor pengingat, sehingga dari satu sisi memberi harapan kepada mereka yang berdosa agar bertaubat, Allah akan mengampuni. Di sisi lain, memberi peringatan kepada mereka bila tetap bersikeras untuk berbuat dosa dan merusak kehormatan perintah ilahi, maka akan mendapat balasan berat.
Selanjutnya yat-ayat ini menekankan poin ini bahwa hanya Allah yang nikmatnya meliputi semua, sehingga layak untuk disembah. Selain Dia tidak ada yang layak untuk disembah. Selain itu, setelah mati, semua makhluk akan kembali kepada-Nya dan harus menjawab semua perbuatan yang telah dilakukan selama di dunia.
Dari tiga ayat di atas terdapat empat pelajaran yang dapat diambil:
1. Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan sesuai dengan tingkat pemahaman manusia.
2. Al-Quran manifestasi ilmu Allah yang tidak terbatas. Karenanya tidak ada logika atau pendapat yang mampu menghadapinya.
3. Berpegangan dengan al-Quran menjadi sumber kemuliaan dan kekuatan umat Islam di dunia. Karena diturunkan dari Allah yang Mulia dan Tahu.
4. Diturunkannya al-Quran untuk mengenal sumber penciptaan dan hari kebangkitan, sehingga manusia dapat menemukan jalur kesempurnaan dan jalan kedekatan kepada Allah lalu melewatinya.
Sekarang kita simak bacaan ayat 4-6 surat Ghafir dan terjemahannya berikut ini:
مَا يُجَادِلُ فِي آَيَاتِ اللَّهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلَادِ (4) كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَالْأَحْزَابُ مِنْ بَعْدِهِمْ وَهَمَّتْ كُلُّ أُمَّةٍ بِرَسُولِهِمْ لِيَأْخُذُوهُ وَجَادَلُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ فَأَخَذْتُهُمْ فَكَيْفَ كَانَ عِقَابِ (5) وَكَذَلِكَ حَقَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّهُمْ أَصْحَابُ النَّارِ (6)
Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu. (40: 4)
Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azab-Ku? (40: 5)
Dan demikianlah telah pasti berlaku ketetapan azab Tuhanmu terhadap orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka adalah penghuni neraka. (40: 6)
Ayat-ayat ini berusaha menenangkan Nabi Muhammad Saw dan umat Islam di awal Islam dan generesi selanjutnya agar bila ada orang yang berdiri menghalangi agama kalian dan ingin melawan kebenaran dan menghapusnya, jangan sampai putus harapan atau menjadi lemah. Karena sepanjang sejarah selalu demikian bahwa orang-orang kafir dan musuh bukan hanya melawan pengikut agama-agama ilahi, tapi juga utusan Allah lalu membuat segala bentuk konspirasi agar dapat mencegah mereka dari jalan kebenaran.
Hari ini kita menyaksikan kekuatan-kekuatan zalim dan arogan menyelenggarakan konferensi, kunjungan diplomatik, manuver militer dan membentuk koalisi menunjukkan kemampuan mereka dan berusaha untuk menakut-nakuti bangsa-bangsa di dunia. Tapi orang mukmin harus waspada untuk tidak terperdaya pertunjukan yang dilakukan musuh dan tidak takut dan terpesona kekuatan lahiriah mereka.
Tentu saja sejarah telah menyaksikan banyak pribadi seperti ini dan menunjukkan betapa lemahnya mereka menghadapi balasan ilahi. Tidak diragukan lagi bahwa yang nanti menang adalah kebenaran dan mereka dengan kejahatan yang dilakukannya pada dasarnya telah membuat dirinya tertimpa balasan ilahi baik di dunia dan akhirat.
Dari tiga ayat di atas terdapat lima pelajaran yang dapat diambil:
1. Akar segala perdebatan dan perlawanan terhadap hak adalah kekufuran. Waspada jangan sampai melawan kebenaran dan mendebat kebenaran untuk ketamakan duniawi.
2. Jangah berharap semua beriman. Kufur dan pengingkaran orang lain jangan membuat kita lemah dan putus asa di jalan kita.
3. Pemimpin kekafiran melakukan banyak kegiatan untuk melemahkan kebenaran dan menakuti umatIslam. Tapi ahli iman tidak boleh membiarkan dirinya takut akan keributan ini.
4. Kelompok musuh dan penentang kebenaran mendustakan para utusan Allah dan membuat segala konspirasi menentang mereka. Dengan berbagai cara mereka mempropagandakan anti agama agar mereka menjadi lemah.
5. Salah satu Sunnah Ilahi adalah membalas orang-orang kafir yang melawan kebenaran dan keras kepala. Tentu saja balasan ini berdasarkan kebenaran dan keadilan.