
کمالوندی
Menhan Iran: Gerakan Perlawanan Gagalkan Plot Musuh di Kawasan
Menteri Pertahanan Republik Islam Iran menyatakan bahwa musuh berusaha menciptakan ketidakamanan di kawasan, tapi pasukan perlawanan yang berdiri di bawah komando Letjen Qassem Soleimani berhasil menggagalkannya.
Brigadir Jenderal Amir Hatami di sela-sela acara pembukaan pameran Syahid Letjen Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam hari Selasa (4/8/2020) mengatakan, "Dalam pameran ini dipamerkan isu kejahatan besar di kawasan Asia Barat yang memiliki rencana untuk melembagakan rasa tidak aman di kawasan selama beberapa dekade dan ratusan tahun,".
"Pejuang perlawanan dengan perintah heroik dan berani Letjen Soleimani bersama dukungan penuh Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran dan industri pertahanannya mampu bertahan melawan musuh yang membawa senjata dan melancarkan kejahatan mereka demi menciptakan rasa tidak aman di kawasan," ujarnya.
Museum dan potret Syahid Letjen Qassem Soleimani diresmikan hari ini (Selasa,4/8/2020) di hadapan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata dan komandan tinggi Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran.
Warga Desa Suriah Rebut Markas Milisi Dukungan AS
Warga desa Al Hawaij di timur Provinsi Deir Ezzor, Suriah berhasil merebut markas milisi bersenjata Kurdi, Pasukan Demokratik Suriah, SDF dukungan Amerika Serikat.
Stasiun televisi Al Mayadeen (4/8/2020) melaporkan, penduduk desa Al Hawaij merebut pangkalan pasukan SDF pada Selasa (4/8) pagi setelah mereka berunjuk rasa dan terlibat kontak fisik untuk menolak penempatan pasukan Amerika, dan bayarannya.
Warga desa Diban di Provinsi Deir Ezzor juga berhasil mengusir pasukan SDF dari pos pemeriksaan, dan gedung sekolah yang dijadikan markas mereka.
Sementara itu warga desa Jadid Akidat, dan Al Shahil menggelar unjuk rasa menolak penarikan mundur pasukan SDF, dan tentara Amerika.
Warga Desa Suriah Rebut Markas Milisi Dukungan AS
Warga desa Al Hawaij di timur Provinsi Deir Ezzor, Suriah berhasil merebut markas milisi bersenjata Kurdi, Pasukan Demokratik Suriah, SDF dukungan Amerika Serikat.
Stasiun televisi Al Mayadeen (4/8/2020) melaporkan, penduduk desa Al Hawaij merebut pangkalan pasukan SDF pada Selasa (4/8) pagi setelah mereka berunjuk rasa dan terlibat kontak fisik untuk menolak penempatan pasukan Amerika, dan bayarannya.
Warga desa Diban di Provinsi Deir Ezzor juga berhasil mengusir pasukan SDF dari pos pemeriksaan, dan gedung sekolah yang dijadikan markas mereka.
Sementara itu warga desa Jadid Akidat, dan Al Shahil menggelar unjuk rasa menolak penarikan mundur pasukan SDF, dan tentara Amerika.
Zarif Menyampaikan Solidaritas kepada Pemerintah dan Rakyat Lebanon
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran pada Selasa (04/08/2020) malam menyatakan penyesalannya yang mendalam atas ledakan di pelabuhan Beirut, dan menyatakan belasungkawa kepada pemerintah Lebanon dan rakyat serta keluarga para korban.
Menurut laporan IRNA, Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran di akun Twitter-nya menulis dalam bahasa Inggris dan Arab yang menyampaikan solidaritas dengan pemerintah, rakyat Lebanon dan keluarga para korban dan menjelaskan bahwa hati rakyat Iran bersama rakyat Lebanon dalam tragedi besar ini.
"Seperti biasa, Iran siap sepenuhnya untuk memberikan bantuan dengan cara apa pun yang diperlukan," ungkap Zarif.
Tim penyelamat sedang mengevakuasi korban ledakan di pelabuhan Beirut
Sayid Abbas Mousavi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran menyebut ledakan hebat di pelabuhan Beirut Selasa sore, 4 Agustus, yang menewaskan dan melukai ratusan orang dalam insiden tragis ini, sebagai peristiwa yang patut disesalkan dan dikhawatirkan.
"Iran mengikuti insiden ini dan beritanya dengan sangat sedih," ujar Mousavi
Selain menyampaikan solidaritas dan belasungkawa rakyat dan pemerintah Republik Islam Iran kepada rakyat dan pemerintah Lebanon, Mousavi menekankan kesiapan Iran untuk membantu saudara dan saudari Lebanon.
Selasa sore terjadi ledakan hebat di pelabuhan kota Beirut.
Direktur Jenderal Bea Cukai Lebanon mengumumkan, bahan nitrat menyebabkan ledakan di pelabuhan Beirut.
Setidaknya 50 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam ledakan itu, menurut media berita.
Tim penyelamat saat ini berusaha untuk mengevakuasi korban yang terluka ke rumah sakit.
Hassan Diab, Perdana Menteri Lebanon menyatakan berkabung di seluruh Lebanon pada hari Rabu menyusul ratusan korban tewas dan cedera.
Korban Ledakan Beirut Mencapai 73 Orang
Menteri Kesehatan Lebanon menyatakan bahwa sejauh ini, 73 orang telah tewas dalam ledakan mengerikan di pelabuhan Beirut
Sebuah ledakan hebat terjadi di pelabuhan kota Beirut pada Selasa (04/08/2020) malam. Direktur jenderal bea cukai Lebanon mengumumkan bahwa bahan nitrat telah menyebabkan ledakan di pelabuhan itu.
"Ledakan mengerikan di Beirut juga melukai lebih dari 3.700 orang, ungkap Hamad Hassan, Menteri Kesehatan Lebanon. Sebagaimana dilaporkan IRNA, Rabu (05/08/2020)
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab menyatakan keadaan darurat di Lebanon setelah rekomendasi Dewan Tinggi Pertahanan negara itu.
Dewan Tinggi Pertahanan Lebanon mengumumkan tiga hari berkabung nasional dan penutupan kantor pemerintah di negara itu dalam pertemuan luar biasa yang dipimpin oleh Michel Aoun pada hari Rabu pagi, 5 Agustus.
Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, juga mengatakan bahwa 48 anggota staf PBB terluka dalam ledakan Beirut.
Andrea Tenenti, Juru Bicara Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFiL), juga mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Akibat ledakan mengerikan di Beirut pada Selasa malam, 4 Agustus, salah satu kapal UNIFIL yang ditempatkan di pelabuhan ini rusak dan sejumlah penjaga perdamaian telah terluka, beberapa dalam kondisi kritis."
Begitu juga, dalam ledakan dahsyat di Beirut, karyawan dari beberapa kedutaan tewas dan terluka.
Ibadah Haji dan Baraah dalam Perspektif Rahbar
Salah satu dimensi penting haji adalah aspek sosialnya yang menjadi perhatian banyak pemimpin dunia Islam, termasuk Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei.
Rahbar dalam pesan yang disampaikan mengenai ibadah haji menyoroti dimensi individu dan sosial ibadah penting ini, serta mengaitkannya dengan konsep Baraah.
Ayatullah Khamenei dalam pesannya kepada jemaah haji, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pertama-tama menjelaskan sebagian dimensi spiritual dan maknawi haji. Beliau mengawali pesannya dengan Surat Hajj ayat 27.
"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,".
Sehubungan dengan ayat ini, Ayatullah Khamenei menerangkan, "Lantunan seruan indah ini kembali menyentuh setiap hati dan mengundang umat manusia dari setiap abad dan masa untuk berhimpun pada poros Tauhid,". Oleh karena itu, Rahbar menyebut haji sebagai poros Tauhid yang di dalamnya ditegaskan tentang keesaan dan keagungan Tuhan, dan berdasarkan perintah-Nya manasik haji yang dihadiri jutaan Muslim, dilaksanakan.
Ayatullah Khamenei menggambarkan ibadah haji dalam agama Islam sebagai berkah dan karunia agung, sekaligus peluang besar yang dianugerahkan Allah swt. Rahbar berkata, "Memandang haji harus melihatnya sebagai berkah dan peluang besar yang dianugerahkan Allah swt. Kelebihan haji dibandingkan ibadah dan ajaran Islam lainnya adalah aspek global dan internasionalitasnya. Doa yang panjatkan setiap Muslim di dalam hatinya di hadapan Allah swt memiliki manifestasi global dan internasional dalam ibadah haji. Semua Muslim bersama-sama, dengan segala bentuk perbedaan bahasanya, ras dan etnisnya, maupun perbedaan tradisi budayanya masing-masing; semua khusuk...."
Selain sebagai ibadah ritual, haji juga memiliki dimensi politik. Dari dua dimensi ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menjelaskan dua dimensi berbeda yang saling melengkapi. Ayatullah Khamenei berkata,"Haji memiliki dimensi individual sekaligus sosial yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan keduanya. Praktek individu haji milik masing-masing jemaah haji; Setiap peziarah yang menunaikan ibadah haji dan umrah harus menghubungkan dirinya dengan Allah swt, memohon ampunan-Nya dan menyiapkan untuk membina dirinya sendiri,".
Rahbar menegaskan, "Dalam al-Quran dijelaskan berbagai ayat mengenai haji, seperti seruan untuk bertakwa; setiap jemaah haji terhormat yang menerima berkat luar biasa ini harus berpikir untuk mengembangkan kapasitas mereka sendiri dengan beristigfar, berdoa memohon ampunan kepada Allah swt, sekaligus meminta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk masa depan mereka dan kehidupannya. Ini adalah aspek pribadi haji."
Di sisi lain, Pemimpin Besar Revolusi Islam Islam menunjukkan dimensi sosial ibadah haji, dan menyerukan kepada semua orang untuk menjaga persatuan dan solidaritas, serta kewaspadaan umat Islam melawan berbagai bentuk sabotase, perpecahan dan hasutan musuh-musuh Islam. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Haji adalah manifestasi dari umat Islam, contoh yang paling jelas dan dalam. Dari mana-mana umat Islam berkumpul bersama dan betapa luar biasa kesempatan untuk berbicara satu sama lain, berempati satu sama lain, saling mendengar rasa sakit satu sama lain dan untuk mengungkapkan simpati satu sama lain. Hal ini menjadi satu titik yang bertentangan dengan kehendak musuh-musuh Islam di sepanjang masa, khususnya pada periode ini ketika musuh memprovokasi umat Islam supaya berbaris saling menyerang satu sama lain. Lihatlah perilaku Amerika yang sombong dan kriminal saat ini. Kebijakan utamanya terhadap Islam dan Muslim adalah menghasut perang ... Muslim harus waspada dan menyadari kebijakan jahat ini. "Haji adalah dasar bagi kesadaran, dan ini adalah filosofi baraah dalam ibadah haji dari kaum musyrik dan sombong."
Ayatullah Khamenei mengungkapkan aspek lain ibadah haji sebagai bentuk pertukaran pengalaman bangsa-bangsa dunia untuk kebaikan bersama. Rahbar menjelaskan. "Aspek lain dari haji adalah pertukaran pengalaman satu sama lain. Banyak negara Islam memiliki pengalaman; misalkan bangsa Iran memiliki pengalaman dalam menghadapi musuh; mengidentifikasi, tidak mempercayai dan tidak memandangnya sebagai teman. Kami memiliki pengalaman tersebut, dan tidak melakukan kesalahan dalam mengidentifikasi teman dari musuh. Sejak awal Revolusi hingga sekarang, kita telah memahami dan mengetahui musuh sebenarnya, musuh yang keras kepala dan gigih, adalah imperialisme global dan Zionisme. Kami mengerti itu." Di tempat lain beliau berkata: "Bahkan jika musuh memberi kita biji kurma, kita tidak tidak tahu mungkin saja di dalamnya mengandung racun yang mematikan!"
Ayatullah Khamenei menyingung langkah musuh-musuh Islam yang mencoba melemahkan umat Islam dengan berbagai cara, termasuk dengan menjadikan haji sebagai ibadah individu saja, dan tidak memiliki dimensi sosial sama sekali.
Mereka mencoba memisahkan agama dari politik, tapi Republik Islam membuktikan kepada dunia bahwa Islam dapat mengelola bidang politik dengan cara terbaik. Dalam hal ini, Rahbar mengatakan, "Haji memiliki karakteristik sebagai manifestasi dari perpaduan antara spiritualitas dan politik, spiritualitas dan materialitas, juga dunia dan akhirat.".
Baarah atau berlepas diri dari orang-orang Musyrik secara tegas sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan merupakan salah satu aspek terpenting dari ibadah haji. Dengan demikian, Baraah dianggap sebagai konsep yang diperkenalkan oleh Ayatullah Khamenei kepada dunia.
Rahbar juga memandang Baraah terhadap orang-orang Musyrik sebagai berkah bagi ibadah Haji. Beliau mengungkapkan, "Kami percaya, berkat bimbingan Imam Khomeini, Konsep baru dari ibadah haji telah jelas bagi orang-orang Iran, dan haji disertai dengan gerakan pembebasan melawan para musyrik, dan pada saat yang sama haji disertai dengan persatuan umat Islam,".
Haji merupakan manifestasi dari ayat yang artinya "Keras terhadap orang-orang kafir, yang berkasih sayang terhadap sesama muslim," Di bagian lain, Rahbar mengatakan, "Baraah berarti membenci semua kekejaman, penindasan, keburukan, merusakan dan kekejaman kapan saja, dan di mana saja. Berdiri menghadapi segala bentuk paksaan dan pemerasan yang dilkukan kubu arogan saat ini. Salah satu berkah haji yang luar biasa adalah menjadi kesempatan bagi negara-negara Muslim yang tertindas. Hari ini, Baraah terhadap Musyrik dan kekufuran, terutama ditampilkan Amerika Serikat, berarti membenci penindas dan penyulut perang. Ini hanya beberapa dari berkah haji Ibrahim yang diserukan Islam murni untuk kita semua".
Haji; Miqat Pecinta dan Hamba Tuhan
Tak terasa hari-hari bahagia dan penuh maknawi kembali tiba dan umat Muslim di seluruh dunia diberi kesempatan untuk menggelar kongres akbar haji. Firman Allah Swt di surah al-Hajj ayat ke 27 menyebutkan, “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,.”
Bulan Dzulhijjah, bulan di mana ratusan ribu manusia mempersiapkan dirinya untuk kembali mengasah keimanan dalam dirinya. Di hari ini ritual akbar akan digelar di sisi Baitullah di Makkah. Beribu-ribu umat Muslim dari penjuru dunia berbondong-bondong menuju Makkah dan kembali mereka menampilkan kepada dunia persatuan di bawah bendera Islam. Di ritual akbar ini, umat Islam menanggalkan segala bentuk atribut yang dimiliki dan dengan kesamaan pakaian ihram yang mereka kenakan, menunjukkan bahwa di antara mereka tidak ada perbedaan di sisi Tuhan. Yang ada adalah persatuan dan perlombaan beribadah sebanyak-banyaknya.
Haji adalah sebuah perjalanan ruhani ke sebuah tempat suci dan terkenal dengan nama Mekah, yang dilakukan pada bulan Dzulhijjah dengan tujuan ziarah ke Rumah Allah, Ka’bah, untuk melaksanakan upacara-upacara khusus, yang disebut “Manasik Haji”. Perjalanan agung dan mulia ini merupakan kewajiban atas setiap Muslim sekali dalam hidupnya, dengan syarat adanya biaya, kesehatan jasmani dan ruhani, serta tak adanya halangan apapun yang akan mengganggu perjalanan hajinya.
Bisa dikatakan, bahwa di setiap masyarakat, terdapat saat dan tempat-tempat khusus untuk pelaksanaan acara-acara ibadah dan pengamalan ajaran-ajaran maknawi. Ka’bah adalah rumah tauhid dan tempat ibadah paling lama yang dibangun di muka bumi ini. Catatan-catatan sejarah memberikan kesaksian bahwa pada awalnya, Ka’bah dibangun oleh Nabi Adam as. Kemudian Ka’bah mengalami kerusakan dalam peristiwa topan pada masa Nabi Nuh as dan diperbaiki oleh Nabi Ibrahim as. Sejak saat itu Ka’bah selalu menjadi pusat perhatian para penyembah Tuhan yang Maha Esa.
Tahun ini, ketika ratusan ribu orang di seluruh dunia menunggu kedatangan bulan Dzulhijjah dan melakukan perjalanan ke tanah wahyu, Kementerian Haji dan Umrah Saudi mengumumkan bahwa karena wabah virus corona baru COVID-19) di sebagian besar negara dan kematian lebih dari setengah juta orang di dunia, ritual haji 1441 H (1399 Hs) akan diadakan secara terbatas dan internal dan tanpa menerima peziarah dari negara lain. Karena itu, pengiriman jamaah haji dari Iran dan negara-negara lain ke Arab Saudi untuk haji tahun ini praktis dihilangkan.
Ibadah haji sebuah kewajiban bagi setiap Muslim, namun kewajiban ini memiliki tiga syarat. Pertama adalah kemampuan finansial, yakni ketika ia berhaji dan kemudian kembali dari tanah suci, kehidupan selanjutnya tidak akan bermasalah. Kedua adalah perjalanan aman dan tidak ada hambatan atau bahaya. Dan ketiga adalah kesehatan fisik.
Pelaksanaan haji penuh dengan pelajaran, kenangan, dan perasaan yang tak terlukiskan. Para peziarah Tanah Suci Makkah dan Madinah berada di suatu tempat yang sarat nuansa spiritual. Di setiap sudut tempat itu, mereka bisa menyaksikan jejak puluhan peristiwa dan sejarah besar Islam serta perjuangan Rasulullah Saw dalam menyebarkan Islam.
Haji dapat disebut sebagai bentuk memperbaiki janji dengan para Nabi seperti Adam, Ibrahim as, dan Nabi Muhammad Saw.
Dalam ritual haji dipaparkan model kehidupan baru. Gambaran sampul kehidupan di ritual ini adalah murni penghambaan kepada Allah Swt. Di dalamnya tidak ditemukan percekcokan, penzaliman dan diskriminasi. Para peziarah Baitullah dalam pengalaman spiritual indah ini belajar bahwa sebelum segala sesuatunya, dalam dirinya harus ditekankan bentuk dunia yang penuh dengan perdamaian dan kecintaan, baru kemudian ia menyebarkan tuntunan ini ke masyarakat sekitarnya. Allah Swt memberikan beberapa tahap bagi perjalanan spiritual ini, di mana para peziarah dan jamaah haji mengalami periode praktis demi membersihkan jiwa dan menjaga akhlak serta perilakunya dan pada akhirnya meraih moral Islami.
Sebelum bertolak ke bumi wahyu, para calon jamaah haji membutuhkan berbagai persiapan baik materi maupun maknawi. Calon jamaah haji harus membersihkan hatinya dari segala kekotoran dan ingatan selain Tuhan. Di ritual akbar ini, jamaah haji harus menfokuskan ingatannya hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari ridho-Nya. Menjaga prinsip moral dan akhlak baik sebelum maupun setelah ibadah haji kian menambah keindahan ritual akbar ini. Islam pun mengajarkan tata cara perjalanan spiritual ini. Tujuan utama ibadah haji adalah mencari keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Hal ini tidak mungkin diraih kecuali dengan niat tulus.
Para jamaah haji melepaskan diri mereka dari segala warna ketergantungan dengan melaksanakan manasik haji, memenuhi jamuan Tuhan dengan penuh cinta dan kerinduan dan mengenakan pakaian putih sebagai baju ihram. Pakaian sederhana ini telah mensejajarkan kedudukan manusia dan menjauhkan mereka dari atribut-atribut duniawi seperti pangkat, jabatan, dan kedudukan. Ibadah haji menempatkan manusia pada arena berbagai ujian konstruktif sehingga terdapat perubahan pada teladan pemikiran dan perilaku mereka. Namun perubahan internal ini tidak terwujud dalam keterasingan. Jamaah haji melaksanakan setiap tuntunan ibadah haji di tengah kerumunan manusia lain sehingga mereka bisa merasakan ikatan dan solidaritas antara dirinya dengan orang lain. Ritual ini merupakan indikasi atas ajaran Islam yang komprehensif dan mencakup segala hal.
Menjauh dari sikap emosi dan riya’, menghiasi diri dengan sifat taqwa dan memberikan harta di jalan Allah Swt, semuanya terwujud dalam sebuah keselarasan sosial. Orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji harus segera melangkah menuju tanah suci dan memenuhi panggilan Allah Swt. Dalam surat Al-Hajj ayat 27 dan 28, Allah Swt berfirman: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan ibadah haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai onta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka (dalam ibadah haji).”
Dalam ibadah haji, Allah Swt memberikan kesempatan kepada umat manusia untuk mencicipi atmosfir yang penuh dengan keakraban dan kedamaian. Dalam perhimpunan agung ini disodorkan berbagai teladan kehidupan yang berbeda-beda dan teladan utama kehidupan adalah menyembah Allah Swt dan menanggalkan baju kesombongan dan kecongkakan. Apa yang kita saksikan di tengah para jamaah haji adalah perdamaian dan persahabatan. Jamaah haji menghendaki keamanan dan ketentraman bagi seluruh hamba Allah Swt bahkan bagi tanaman dan binatang. Dengan rasa tanggung jawab ini, umat Islam akan menyaksikan manfaat luas ibadah haji di bidang budaya, sosial, ekonomi dan politik. Ini semua adalah berkah ibadah haji yang akan memperkuat ikatan emosional umat Islam.
Manasik haji kritalisasi beragam kondisi manusia yang menempuh perjalanan panjang dan penuh rintangan untuk bertemu dengan kekasihnya. Di kongres akbar ini, setiap individu ingin membersihkan dirinya, memoles jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah Swt serta melepaskan diri dari keterikatan duniawi.
Mungkin pada awalnya kita berpikir bahwa kondisi ini sudah cukup, tapi sebenarnya di kongres akbar haji, ibadah individu ini bergabung dengan ibadah kolektif sehingga kian menambah nilai dan keagungan ritual ini. Gabungan antara individualisme dan amalan bersama di kongres haji ini menggambarkan peta politik sosial umat Islam. Di masyarakat Islam, individu dan sosial tidak saling mengorbankan demi sebuah kepentingan, tapi bersama-sama mereka menemukan makna serta berkembang.
Haji adalah contoh kecil dari kiamat dan kebangkitan besar di akhirat. Pemisahan manusia dari rumah dan pindah ke tanah yang jauh dengan harapan belas kasihan Tuhan adalah pertunjukan saat kematian dan pemisahan dari semua harta benda dan harta benda. Semua orang memasuki lautan luas ini tanpa hak istimewa, tanpa perbedaan apa pun, bersama-sama, berharap diterima dan takut ditolak oleh Allah. Orang kaya dan orang miskin datang ke Baitullah dengan baju yang sama.
Haji adalah contoh kecil dari masyarakat Islam yang superior dan manifestasi dari peradaban Islam yang baru. Selama musim haji, orang-orang dari berbagai ras, bahasa dan budaya berkumpul dari seluruh dunia dalam satu poros, yang merupakan deklarasi penghambaan kepada Allah Swt. Latihan persatuan tahunan ini sebenarnya adalah latihan universal umat Islam untuk pemerintahan dunia yang dipimpin oleh Imam Mahdi as.
Haji dan Baraah dalam Perspektif Rahbar
Salah satu dimensi penting haji adalah aspek sosialnya yang menjadi perhatian banyak pemimpin dunia Islam, termasuk Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei.
Rahbar dalam pesan yang disampaikan mengenai ibadah haji menyoroti dimensi individu dan sosial ibadah penting ini, serta mengaitkannya dengan konsep Baraah.
Ayatullah Khamenei dalam pesannya kepada jemaah haji, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pertama-tama menjelaskan sebagian dimensi spiritual dan maknawi haji. Beliau mengawali pesannya dengan Surat Hajj ayat 27.
"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,".
Sehubungan dengan ayat ini, Ayatullah Khamenei menerangkan, "Lantunan seruan indah ini kembali menyentuh setiap hati dan mengundang umat manusia dari setiap abad dan masa untuk berhimpun pada poros Tauhid,". Oleh karena itu, Rahbar menyebut haji sebagai poros Tauhid yang di dalamnya ditegaskan tentang keesaan dan keagungan Tuhan, dan berdasarkan perintah-Nya manasik haji yang dihadiri jutaan Muslim, dilaksanakan.
Ayatullah Khamenei menggambarkan ibadah haji dalam agama Islam sebagai berkah dan karunia agung, sekaligus peluang besar yang dianugerahkan Allah swt. Rahbar berkata, "Memandang haji harus melihatnya sebagai berkah dan peluang besar yang dianugerahkan Allah swt. Kelebihan haji dibandingkan ibadah dan ajaran Islam lainnya adalah aspek global dan internasionalitasnya. Doa yang panjatkan setiap Muslim di dalam hatinya di hadapan Allah swt memiliki manifestasi global dan internasional dalam ibadah haji. Semua Muslim bersama-sama, dengan segala bentuk perbedaan bahasanya, ras dan etnisnya, maupun perbedaan tradisi budayanya masing-masing; semua khusuk...."
Selain sebagai ibadah ritual, haji juga memiliki dimensi politik. Dari dua dimensi ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menjelaskan dua dimensi berbeda yang saling melengkapi. Ayatullah Khamenei berkata,"Haji memiliki dimensi individual sekaligus sosial yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan keduanya. Praktek individu haji milik masing-masing jemaah haji; Setiap peziarah yang menunaikan ibadah haji dan umrah harus menghubungkan dirinya dengan Allah swt, memohon ampunan-Nya dan menyiapkan untuk membina dirinya sendiri,".
Rahbar menegaskan, "Dalam al-Quran dijelaskan berbagai ayat mengenai haji, seperti seruan untuk bertakwa; setiap jemaah haji terhormat yang menerima berkat luar biasa ini harus berpikir untuk mengembangkan kapasitas mereka sendiri dengan beristigfar, berdoa memohon ampunan kepada Allah swt, sekaligus meminta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk masa depan mereka dan kehidupannya. Ini adalah aspek pribadi haji."
Di sisi lain, Pemimpin Besar Revolusi Islam Islam menunjukkan dimensi sosial ibadah haji, dan menyerukan kepada semua orang untuk menjaga persatuan dan solidaritas, serta kewaspadaan umat Islam melawan berbagai bentuk sabotase, perpecahan dan hasutan musuh-musuh Islam. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Haji adalah manifestasi dari umat Islam, contoh yang paling jelas dan dalam. Dari mana-mana umat Islam berkumpul bersama dan betapa luar biasa kesempatan untuk berbicara satu sama lain, berempati satu sama lain, saling mendengar rasa sakit satu sama lain dan untuk mengungkapkan simpati satu sama lain. Hal ini menjadi satu titik yang bertentangan dengan kehendak musuh-musuh Islam di sepanjang masa, khususnya pada periode ini ketika musuh memprovokasi umat Islam supaya berbaris saling menyerang satu sama lain. Lihatlah perilaku Amerika yang sombong dan kriminal saat ini. Kebijakan utamanya terhadap Islam dan Muslim adalah menghasut perang ... Muslim harus waspada dan menyadari kebijakan jahat ini. "Haji adalah dasar bagi kesadaran, dan ini adalah filosofi baraah dalam ibadah haji dari kaum musyrik dan sombong."
Ayatullah Khamenei mengungkapkan aspek lain ibadah haji sebagai bentuk pertukaran pengalaman bangsa-bangsa dunia untuk kebaikan bersama. Rahbar menjelaskan. "Aspek lain dari haji adalah pertukaran pengalaman satu sama lain. Banyak negara Islam memiliki pengalaman; misalkan bangsa Iran memiliki pengalaman dalam menghadapi musuh; mengidentifikasi, tidak mempercayai dan tidak memandangnya sebagai teman. Kami memiliki pengalaman tersebut, dan tidak melakukan kesalahan dalam mengidentifikasi teman dari musuh. Sejak awal Revolusi hingga sekarang, kita telah memahami dan mengetahui musuh sebenarnya, musuh yang keras kepala dan gigih, adalah imperialisme global dan Zionisme. Kami mengerti itu." Di tempat lain beliau berkata: "Bahkan jika musuh memberi kita biji kurma, kita tidak tidak tahu mungkin saja di dalamnya mengandung racun yang mematikan!"
Ayatullah Khamenei menyingung langkah musuh-musuh Islam yang mencoba melemahkan umat Islam dengan berbagai cara, termasuk dengan menjadikan haji sebagai ibadah individu saja, dan tidak memiliki dimensi sosial sama sekali.
Mereka mencoba memisahkan agama dari politik, tapi Republik Islam membuktikan kepada dunia bahwa Islam dapat mengelola bidang politik dengan cara terbaik. Dalam hal ini, Rahbar mengatakan, "Haji memiliki karakteristik sebagai manifestasi dari perpaduan antara spiritualitas dan politik, spiritualitas dan materialitas, juga dunia dan akhirat.".
Baarah atau berlepas diri dari orang-orang Musyrik secara tegas sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan merupakan salah satu aspek terpenting dari ibadah haji. Dengan demikian, Baraah dianggap sebagai konsep yang diperkenalkan oleh Ayatullah Khamenei kepada dunia.
Rahbar juga memandang Baraah terhadap orang-orang Musyrik sebagai berkah bagi ibadah Haji. Beliau mengungkapkan, "Kami percaya, berkat bimbingan Imam Khomeini, Konsep baru dari ibadah haji telah jelas bagi orang-orang Iran, dan haji disertai dengan gerakan pembebasan melawan para musyrik, dan pada saat yang sama haji disertai dengan persatuan umat Islam,".
Haji merupakan manifestasi dari ayat yang artinya "Keras terhadap orang-orang kafir, yang berkasih sayang terhadap sesama muslim," Di bagian lain, Rahbar mengatakan, "Baraah berarti membenci semua kekejaman, penindasan, keburukan, merusakan dan kekejaman kapan saja, dan di mana saja. Berdiri menghadapi segala bentuk paksaan dan pemerasan yang dilkukan kubu arogan saat ini. Salah satu berkah haji yang luar biasa adalah menjadi kesempatan bagi negara-negara Muslim yang tertindas. Hari ini, Baraah terhadap Musyrik dan kekufuran, terutama ditampilkan Amerika Serikat, berarti membenci penindas dan penyulut perang. Ini hanya beberapa dari berkah haji Ibrahim yang diserukan Islam murni untuk kita semua".
Arafah; Hari Munajat Para Hamba Ilahi
Manusia senantiasa membutuhkan waktu luang untuk berkhalwat dengan Tuhan dan berpikir serta mengintropeksi diri.
Terkadang lokasi dan waktu tertentu menjadi peluang bagi seseorang untuk menjalankan khalwat ini. Arafah, sebuah padang pasir gersang dan terlepas dari fatamorgana duniawi serta tempat yang tepat untuk berpikir dan mengintropeksi diri.
Arafah lokasi yang tepat bagi kita untuk memikirkan filosifi penciptaan dan posisi kita di alam semesta dan memahami esensi sejati kita. Hari kesembilan bulan Dzulhijjah adalah hari Arafah, hari ketika para peziarah Baitullah berbondong-bondong menuju padang Arafah untuk menunjukkan penghambaan dan menitikkan air mata, bermunajat kepada Allah Swt. Arafah merupakan tempat terbaik yang pernah dijadikan tempat pemberhentian pada Wali Allah.
Disebutkan ketika Jibril mengajari manasik haji kepada Nabi Ibrahim as, saat ia sampai di padang Arafah, Jibril berkata kepada Ibrahim, Arafah? Ibrahim menjawab, ya. Dengan demikian tempat ini diberi nama Arafah. Di riwayat lain disebutkan, sebab penamaan tempat ini Arafah adalah ketika manusia berdosa mengakui dosa-dosanya di padang ini. Sebagian yang lain menyebutkan Arafah tempat menanggung kesabaran dan penderitaan di mana untuk sampai ke tempat ini seseorang harus bersabar, karena salah satu arti arafa adalah kesabaran.
Arafah adalah salah satu hari besar Islam, dan barangsiapa yang bisa berada di padang Arafah di hari ini akan mendapatkan kemenangan yang besar.
Di hari Arafah dianjurkan melakukan amalan dan doa, salah satu doa terbaik adalah Doa Arafah, jutaan jemaah haji berbalut kain ihram di Hari Arafah, dan ucapan Labaik terdengar di seluruh penjuru padang Arafah.
Jemaah haji di Hari Arafah akan wukuf atau tinggal di padang Arafah hingga tenggelamnya matahari, mereka kemudian akan bergerak ke padang Masy'ar.
Mereka akan wukuf hingga terbitnya matahari di hari ke-10 Dzulhijjah atau Idul Adha, kemudian bergerak ke Mina dan setelah melempar jumrah, mereka akan berkurban, lalu mencukur rambut atau memotong kuku.
Padang Arafah berjarak sekitar 20 km dari kota Makkah. Di hari Arafah gelombang manusia dengan berpakaian putih dan seragam bergerak ke arah Padang Arafah.
Berkah besar yang dimiliki hari Arafah sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Nabi Muhammad Saw dan Imam Maksum as, menjadikan Arafah sebagai hari raya yang dilimpahi rahmat Tuhan kepada umat manusia. Rasulullah Saw bersabda, Allah Swt tidak membebaskan hamba-hamba-Nya dari api neraka sebanyak di hari Arafah.
Dapat dipahami bahwa berkah munajat di hari Arafah tidak hanya untuk jemaah haji di padang Arafah saja, meski mereka mendapat keutamaan lebih karena berada di tempat tersebut, namun setiap orang yang berdoa di hari ini di manapun mereka berada juga diliputi oleh karunia dan rahmat khusus dari Allah Swt.
Arafah disebut hari munajat karena amal terbaik di hari ini adalah memanjatkan doa kepada Ilahi. Sedemikian pentingnya doa di hari ini, sehingga para Imam Maksum as menganjurkan jika puasa sunnah di hari ini menyebabkan tubuh lemah dan tidak memungkinkan untuk berdoa, maka lebih baik ditinggalkan sehingga setiap orang bisa lebih khusyu berdoa dan bermunajat. Anjuran ini menunjukkan urgensi dan kedudukan khusus doa serta munajat.
Doa adalah wasilah atau instrumen bagi makhluk untuk mendekatkan diri kepada Penciptanya. Doa memberikan ketenangan batin kepada manusia. Karena dalam doa perhatian manusia hanya ditujukan kepada Tuhan dan mengabaikan selain-Nya.
Pada kenyataannya, dengan doa manusia melatih dirinya dalam penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghindari syirik, serta mewujudkan Tauhid yang merupakan syarat awal seseorang menjadi Muslim.
Doa adalah hadiah Ilahi yang dianugerahkan kepada manusia. Sungguh indah ketika berdoa di Hari Arafah, kita lebih dahulu mendoakan orang lain sebelum kita sendiri. Imam Shadiq as terkait dampak luar biasa lebih dulu mendoakan orang lain berkata, barangsiapa yang mendoakan saudaranya, malaikat berseru dari langit, Hai hamba Tuhan 200 ribu kali lipat dari apa yang engkau inginkan akan menjadi milikmu.
Malaikat yang lain dari langit ketiga berseru, Hai hamba Tuhan 300 ribu kali lipat dari apa yang engkau inginkan akan menjadi milikmu. Malaikat yang lain dari langit keempat berseru, Hai hamba Tuhan 400 ribu kali lipat dari apa yang engkau inginkan akan menjadi milikmu, begitu seterusnya hingga malaikat dari langit ketujuh.
Lantunan doa di hari Arafah berkumandang hingga membuat setan sedih atas penghambaan manusia kepada Tuhan. Para jemaah haji di hari ini, membersihkan jiwanya di samudera rahmat dan kasih sayang Ilahi sehingga mereka seperti bayi-bayi yang baru lahir, suci dari segala kekotoran duniawi. Di riwayat di sebutkan, mereka yang telah kehilangan kesempatan di malam lailatul qadar dan bulan Ramadhan untuk mendapatkan ampunan Tuhan, maka selayaknya ia memanfaatkan hari Arafah untuk meminta ampunan Ilahi. Hari ini, tangan-tangan hamba Ilahi memiliki satu kesamaan yakni mereka sama-sama memohon rahmat dan ampunan Ilahi.
Pentingnya doa di Hari Arafah sedemikian tingginya sehingga Nabi Muhammad Saw yang kerap melaksanakan shalat Zuhur dan Asar dengan jeda waktu, di Hari Arafah melaksanakan kedua shalat itu tanpa jeda sehingga tersedia waktu yang lebih banyak untuk berdoa dan bermunajat.
Salah satu doa yang paling indah dan mengandung makna yang dalam dan dibaca di Hari Arafah adalah Munajat Imam Husein as. Imam Husein as di dalam doa penuh makna itu, menjelaskan Tauhid dengan kalimat-kalimat luhur dan indah. Semangat irfan dan makrifat mencapai puncaknya di setiap baris doa ini.
Imam Husein as di dalam doanya menjelaskan salah satu sisi dari nikmat tanpa akhir Tuhan untuk manusia di seluruh kehidupannya. Salah satu di antaranya, Imam Husein as mengatakan bahwa kasih sayang dan kesabaran seorang ibu adalah percikan kasih sayang Tuhan.
Setelah itu Imam Husein as menjelaskan tentang pentingnya bersyukur atas segala nikmat Ilahi dan menganggap dirinya tidak mampu bersyukur bahkan satu kalipun. Setiap baris doa ini adalah pintu dari cinta dan kasih sayang Tuhan yang dibuka bagi manusia. Makna terdalam doa ini menunjukkan bahwa Imam Husein as dengan seluruh wujudnya mencintai Allah Swt dan beliau merasakan kehadiran Tuhan di seluruh wujudnya.
Di salah satu bagian doanya, Imam Husein as bermunajat, Ya Tuhanku Engkaulah yang memberikan nikmat, Engkaulah yang berbuat baik, Engkaulah yang bersikap baik, Engkaulah yang memuliakan, Engkaulah yang membuatku mampu, Engkaulah yang memberikan kemuliaan, Engkaulah menyempurnakan rahmat-Mu, Engkaulah yang memberi rizki, Engkaulah yang bertindak atas kemuliaan-Mu.
Engkaulah yang menjauhkanku dari dosa, Engkaulah yang menutup dosa-dosa, Engkaulah yang mengampuni dosa-dosa, Engkaulah yang menerima kekurangan, Engkaulah yang mencegahku berbuat dosa, Engkaulah yang memberikan kemuliaan, Engkaulah yang mendukung, Engkaulah yang meneguhkan sikapku, Engkaulah yang memberi kesempatan, Engkaulah yang memberi kesehatan, Engkaulah berderma, Maha Agung Engkau Tuhanku, segala puji selamanya bagi-Mu.
Akan tetapi aku, Wahai Tuhanku, mengakui seluruh kesalahanku, maka ampunilah aku. Akulah yang berbuat dosa, akulah yang berbuat salah, akulah yang berbuat bodoh, akulah yang berjanji, aku pula yang tidak menepatinya, akulah yang melanggar janji, akulah yang berikrar atas kejahatanku sendiri. Aku mengakui seluruh nikmat yang Engkau berikan kepadaku, aku mengakui semua dosa-dosaku dan tidak akan mengulanginya, maka ampunilah aku.
Padang Arafah juga mengingatkan jejak-jejak manusia-manusia besar seperti Nabi Adam as, Nabi Ibrahim as dan Rasulullah Saw yang membuat gurun ini bersinar terang dengan kehadirannya. Bahkan sejumlah ahli tafsir menyatakan bahwa surah terakhir al-Quran diturunkian di Padang Arafah dan Nabi menjagarkan surah ini kepada masyarakat dan pengikutnya.
Berdasarkan riwayat masyhur, Nabi di hari ini menyampaikan pidato bersejarah di hadapan jemaah haji dan menyatakan, “Wahai manusia! Mungkin Saya tidak akan menemui kalian di tempat ini. Kalian akan bertemu dengan Tuhan kalian. Di dunia tersebut setiap perbuatan kalian baik dan buruk akan diperhitungkan. Aku menasihati kalian supaya mengembalikan setiap amanat yang ada di pundaknya kepada pemiliknya. Wahai manusia! Ketahuilah riba dilarang di ajaran Islam. Jangan mengikuti ajaran setan.”
Di hari-hari ini ketika mayoritas masyarakat dunia dililit bencana virus Corona dan umat muslim dunia juga terhalang menunaikan manasik haji karena wabah ini, maka alangkah baiknya kita menegadahkan tangan kita memohong bantuan sang pencipta. Dengan mengingat-Nya, hati-hati akan menjadi tenang.
Imam Baqir, Pewaris Lautan Ilmu Nabawi
Imam Muhammad Baqir mereguk cawan syahadah pada hari ketujuh Zulhijjah tahun 114 H di usia ke 57 tahun.
Sejarah Islam selalu diliputi oleh tokoh-tokoh yang menjadi teladan dari masa ke masa. Rasulullah Saw adalah figur puncak, Allah Swt di Surat al-Ahzab ayat ke 21 berfirman yang artinya, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Teladan lain adalah Ahlul Bait Nabi.”
Ahlul Bait Rasulullah Saw yang juga manusia-manusia pilihan di muka bumi ini berfungsi sebagai pelita jalan bagi pencari kebenaran. Allah Swt di ayat ke 33 Surat al-Ahzab berfirman yang artinya sebagai berikut, "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." Ahlul Bait Nabi sebagai manusia pilihan dan unggul di antara umat, mengemban tugas sangat penting. Pasalnya mereka menjadi penerus Nabi dalam menjaga kemurnian Islam, membimbing umat dan mencegah umat dari penyelewengan.
Salah satu manusia suci yang mengemban misi ini adalah Imam Muhammad bin Ali as yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Baqir as. Imam Baqir as lahir pada hari Jumat, satu Rajab tahun 57 H, di Madinah. Sebagian lagi menyebutkan hari lahirnya pada tanggal 3 Shafar tahun 57 H. Ia sempat hadir dalam peristiwa Karbala pada usianya yang masih kanak-kanak. Imam Baqir as merupakan orang pertama dari Bani Hasyim yang lahir dari ayah dan ibu yang sama-sama berasal dari Bani Hasyim. Nasabnya dari dari kedua orang tua sampai kepada Imam Ali bin Abi Thalib.
Di antara gelar Imam Baqir as yaitu Syakir, Hadi dan Baqir. Baqir merupakan gelarnya paling masyhur yang berarti “pembuka”. Ya’qubi menulis bahwa Imam Baqir as digelari dengan Baqir al-Ulum karena menjadi pembuka atau penyingkap khazanah ilmu pengetahuan. Julukannya yang terkenal adalah Abu Ja’far. Dalam sumber-sumber riwayat, ia lebih dikenal dengan julukan Abu Ja’far awal.
Bertahun-tahun sebelum kelahiran Imam Baqir as, Nabi Muhammad Saw telah menetapkan nama Muhammad dan gelar “Baqir” untuknya. Riwayat dari Jabir dan riwayat-riwayat lainnya menjadi bukti dari pemberian nama ini. Imam Baqir as wafat pada tanggal 7 Dzulhijjah tahun 114 H. Namun terdapat pendapat lain yang berbeda tentang tahun wafat dan kesyahidan Imam Baqir as.
Masa keimamahan Imam Baqir as berbarengan dengan lima penguasa Bani Umayah: Walid bin Abdul Malik (86-96 H), Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H), Umar bin Abdul Aziz (99-101), Yazid bin Abdul Malik (101-105), Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H). Dari kelima penguasa Bani Umayah tersebut, Umar bin Abdul Aziz termasuk bertindak menjalankan pemerintahan dengan adil dan bijaksana. Sementara para penguasa lainnya memerintah dengan kesewenang-wenangan dan bertindak zalim terhadap masyarakat, terutama kepada orang-orang Syiah. Di istana mereka sangat tampak kerusakan, kemungkaran, dendam dan pengkastaan manusia.
Tahun 94 H hingga 114 H merupakan masa munculnya aliran-aliran fikih dan puncak periwayatan mengenai tafsir Al-Quran. Hal ini disebabkan lemahnya pemerintahan Bani Umayah dan pertengkaran di antara petinggi pemerintahan untuk memperoleh kekuasaaan. Ulama Ahlu Sunnah, seperti Syihab Zuhri, Makhuldan Hisyam bin Urwah, aktif dalam meriwayatkan hadis dan memberi fatwa. Sementara yang lainnya aktif dalam menyebarkan akidah dan pemikirannya masing-masing, seperti Khawarij, Murjiah, Kisaniyah dan Ghaliyan.
Pada masa tersebut, Imam Baqir membuka aspek keilmuan secara luas yang mencapai puncaknya pada masa putranya, Imam Shadiq. Ia menjadi rujukan semua pembesar dan ulama Bani Hasyim dalam kelimuan, kezuhudan, keagungan dan keutaman. Riwayat dan hadisnya mengenai ilmu agama, sunah nabawi, ulumul quran, sejarah, akhlak dan sastra sedemikian rupa hingga pada saat itu tidak tersisa lagi pada seorang pun dari keturunan Imam Hasan dan Imam Husain.
Ibn Hajar al-Haitami, seorang ulama Sunni yang terkenal berkata: “Imam Muhammad al-Baqir telah menyingkap rahasia-rahasia ilmu pengetahuan, hikmah dan menyibak prinsip-prinsip spiritual dan bimbingan agama. Tidak ada yang dapat mengingkari keunggulan pribadinya, ilmu yang diberikan Tuhan kepadanya, hikmah Ilahiyahnya dan kewajiban serta baktinya dalam menyebarkan ilmu. Dia merupakan seorang pemimpin spiritual yang agung dan suci dan atas kemuliaan ini dia digelari dengan “al-Baqir” yang berarti “Penyingkap Tirai Ilmu”. Ia adalah seorang yang pemurah, pribadi tanpa-noda, berjiwa kudus dan mulia, dia mencurahkan segala waktunya untuk tunduk kepada Allah (dan dalam menyampaikan ajaran-ajaran suci Nabi Saw). Berada di luar kekuatan manusia untuk mengukur kedalaman ilmu pengetahuan dan bimbingan yang ditinggalkan oleh Imam di hati kaum Mukmin. Hadis-hadis tentang takwa, zuhud, ilmu, hikmah, dan amal serta tunduk taslim kepada Allah Swt sedemikian banyaknya sehingga buku ini tidak memadai untuk menceritakan keutamaannya.” (as-Sawâiqul Muhriqah, hal. 120).