
کمالوندی
Hari Raya Qurban; Hari Ketaatan Hamba Mukmin
Hari raya Qurban kembali mengingatkan kisah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as. Keduanya simbol kepatuhan total terhadap perintah Tuhan. Tradisi kurban di hari Raya Idul Adha mengingatkan perilaku Nabi Ibrahim yang dengan patuh menjadikan orang yang paling disayanginya sebagai kurban untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Sementara Allah Swt yang menyaksikan kepatuhan dan penghambaan Ibrahim, mengirim domba sebagai ganti Ismail.
Hari-hari besar Islam seperti Hari Raya Idul Fitri, Mab’ats, Ghadir dan Idul Adha (Kurban) selain menorehkan momen penting di kehidupan manusia, juga merupakan poin konstruktif, strategis dan memiliki banyak pelajaran bagi manusia. Hari raya adalah hari ketika nikmat Allah Swt turun kepada orang-orang mukmin. Di literatur Islam, hari ketika manusia tidak berbuat dosa juga di sebut sebagai hari raya.
Ied berarti kembali dan Qurban artinya berkurban atau segala sesuatu yang mendekatkan diri kepada Tuhan. Oleh karena itu, Idul Adha dapat diartikan kembalinya manusia ke derajat mendekatkan diri kepada Tuhan. Maqam ini diraih melalui perlawanan terhadap hawa nafsu dan dibarengi dengan penyucian diri serta memanfaatkan peluang yang ada.
Para peziarah Baitullah (jamaah haji) yang setelah mencicipi beragam kepahitan serta menghindari kekotoran duniawi sampai pada persinggahan terakhir dan mereka yang menganggap hari tersebut sebagai hari khusus, juga merayakan hari raya Qurban.
Secara bahasa, Qurban berasal dari bahasa Arab, Qurb yang artinya dekat. Hal ini menjelaskan bahwa dalam setiap berkurban, mendekatkan diri kepada Allah Swt atau kekuatan mutlak, selalu menjadi tujuan. Berkurban sudah ada sejak zaman Nabi Adam as, dan perselisihan antara Habil dan Qabil juga dipicu oleh berkurban ini. Allah Swt menerima kurban Habil yang dilakukan dengan kejujuran dan keikhlasan, namun menolak kurban dari Qabil.
Berkurban hewan adalah simbol dari berkurban dan menyembelih sisi kebinatangan manusia. Hal itu mengajarkan kepada kita bahwa untuk mencapai kesempurnaan kemanusiaan, kita tidak boleh membiarkan nafsu hewani kita tumbuh dan muncul.
Di hari raya Qurban, umat muslim mengenang kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Dengan mengenang pengorbanan besar dua nabi ini, umat Islam kembali memerangi egoisme dan jihad akbar melawan hawa nafsunya sehingga meraih kemenangan besar.
Nabi Ibrahim as pada kisah ini memberi contoh kepada kita, untuk bisa hadir di hadapan Tuhan, kita harus mensucikan diri dari segala kekotoran batin dan membersihkan cermin diri dari kekotoran akibat dosa sehingga cahaya hakikat bisa terpancar.
Untuk mendengar suara kebenaran, kita harus memerangi kesombongan diri dan keinginan nafsu sehingga kita layak hadir di hadapan-Nya. Idul Adha adalah kesempatan yang baik untuk melakukan jihad ini. Namun setiap orang harus bisa memahami apa batas kebergantungan dan kecintaan pada dunia itu.
Semakin dekat seorang manusia kepada Allah Swt, maka kasih sayangnya kepada sesama pun akan semakin besar. Penghambaan kepada Tuhan melahirkan cinta dan kasih sayang kepada makhluk-Nya. Di bawah penghambaan Tuhan inilah manusia menjalankan kehidupan yang bersih dan suci.
Idul Qurban dan mengorbankan seluruh kelezatan dunia akan membawa kenikmatan spiritual yang sedemikian tinggi, di sanalah manusia bisa meraih nilai luhur kemanusiaan, keutamaan, kemuliaan, kesucian dan kemenangan atas riya, sifat selalu membanggakan diri dan merasa diri paling unggul dari orang lain.
Idul Qurban dengan mengenang kisah Ibrahim dan Ismail, merupakan simbol penyerahan dan kepatuhan mutlak dihadapan perintah Ilahi dan pelajaran bagi mukmin sejati. Kisah dua manusia besar ini mengajarkan kepada Muslim bahwa mereka tidak hanya mengakui Keesaan Tuhan dan meyakini kebenaran kenabian Rasul dengan ucapan dan perilakunya, tapi mereka juga harus taat dan patuh terhadap kebenaran dengan segenap hati.
Imam Ali as di salah satu hari raya Qurban terkait memutus ketergantungan tergada dunia berkata, “Waspadalah! Sehingga dunia ini berakhir dan telah mengucapkan selamat tinggal. Kebaikannya tetap tidak diketahui, ia dengan cepat membalikkan punggungnya dan berlalu. Itu menyebabkan penghuninya menuju kehancuran dan membuat tetangganya mati ... Wahai hamba-hamba Allah! Pindah dari rumah yang akhirnya hancur. Jangan biarkan keinginan menguasai kalian [jangan berpikir bahwa Anda akan hidup selamanya].
Idul Qurban, hari raya mendekatkan diri kepada Tuhan. Artinya hal ini hanya dapat diraih dengan memotong segala bentuk keterikatan duniawi.
Seluruh manasik haji dari awal hingga akhir, meski dilakukan dalam berbagai bentuk, namun memiliki semangat kohesif dan kehidupannya terjadi di bawah semangat ini, yakni sampai pada derajat kedekatan diri dengan Tuhan. Hal ini terjadi secara simbolis dengan memotong hewan kurban, karena tradisi ini mengingatkan pengorbanan Nabi Ibrahim as yang ingin meraih derajat kedekatan dengan Tuhan secara patuh dan berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan siap mengorbankan orang yang paling dicintainya, yakni Ismail as. Allah Swt yang menyaksikan penyerahan dan penghambaan tulus serta ikhlas ini, kemudian mengirim kambing kepada Ibrahim sebagai ganti dari Ismail.
Islam menolak tradisi pengorbanan manusia yang marak di berbagai kaum sebelumnya termasuk Kan’an, Mesir dan Eropa serta berkurban untuk berhala dan membakar hidup-hidup kurban. Tapi Islam menganjurkan untuk menyembelih kurban di hari tertentu, yakni Hari Raya Qurban sebagai bentuk ibadah dan kemudian daging kurban dibagikan kepada kaum miskin.
Fakhrurrazi, mufasir besar Ahlu Sunnah mengatakan, kaum jahiliyah tidak memakan hewan kurban, karena mereka menganggap dirinya lebih tinggi dari kaum miskin; kemudian Tuhan memerintahkan kaum muslim untuk memakan daging kurban sebagai bentuk penentangan terhadap kaum kafir serta menyamakan diri dengan kaum miskin dan melatih diri untuk tawadhu. Mungkin alasan Islam mengharamkan puasa di hari besar ini karena semua manusia dianjurkan untuk memakan hewan kurban mereka sebagai sebuah rezeki dan jangan menolak memakannya dengan alasan sedang berpuasa.
Manusia dengan berkurban demi meraih keridhaan Tuhan, sejatinya telah menghidupkan semangat pengorbanan dan istiqomah di dalam dirinya. Sejatinya hikmah berkurban adalah mendekatkan diri dan meninggikan derajat orang yang berkurban. Berkurban sebuah amalan yang membuat Tuhan ridha dan sebuah tangga bagi ketinggian manusia.
Al-quran mengingatkan bahwa daging dan darah hewan kurban tidak menguntungkan Tuhan, tapi apa yang sampai adalah ketakwaan. Seperti yang disebutkan di ayat 36 surah al-Hajj bahwa kurban sumber kebaikan dan berkah dan di ayat ke 37 disebutkan berkurban sumber ketakwaan dan keselamatan. “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menurut ayat ini yang terpenting adalah spiritualitas yang diraih oleh orang yang berkurban dan dengan meniti jalan penghambaan, ia semakin dekat dengan Tuhan. Sejatinya menurut ayat ini, al-Quran menyebutkan tolok ukur diterimanya sebuah amal perbuatan adalah takwa dan diakhir ayat ini disinggung nikmat menundukkan dan menangkap hewan.
Kisah dan ujian Ibrahim, Hajar dan Ismail menceritakan seluruh hamba saleh Tuhan dan teladan bagi seluruh pengikut agama Samawi. Di kisah Ibrahim, ia menyerahkan seluruh harapannya sebagai kurban demi meraih kedekatan terhadap Tuhan dan ia keluar sebagai pemenang.
Sementara Hajar berulang kali diuji dengan ketakutan dan harapan serta dengan berwakkal kepada Tuhan, ia telah mencapai derajat kesabaran. Adapung sang kurban,yakni Nabi Ismail rela dengan keridhaan Tuhan dan berserah diri sepenuhnya.
Keridhaan Ibrahim, kesabaran Hajar dan penyerahan diri Ismail, seluruhnya menjadi guru abadi manusia dan teladan kemanusiaan serta pelajaran kekal bagi dunia.
Selamat Hari Raya Idul Adha
Hari ini Jumat 10 Dzulhijjah 1441 H bertepatan dengan 31 Juli 2020, Hari Raya Idul Adha atau hari raya Qurban, salah satu hari besar umat Muslim.
Di hari raya Qurban, para jamaah haji yang berziarah ke Baitullah menyembelih hewan Qurban atas perintah Tuhan dan untuk meraih keridhaan-Nya, serta mereka mengingat dan menghidupkan kembali kisah Nabi Ibrahim as.
Allah Swt menguji iman dan keikhlasan Nabi Ibrahim as dengan memerintahkannya untuk mengorbankan anak tercintanya di jalan Ilahi, Nabi Ismail as.
Nabi Ibrahim as meski sangat sulit menghadapi perintah ini, namun beliau saat taat terhadap perintah ini dan siap untuk melaksanakannya, tapi ketika ia meletakkan pisau di tenggorokan putranya, pisau tersebut tidak mampu memotong.
Saat itu, wahyu turun kepada Ibrahim bahwa ia telah lulus ujian Tuhan dan kemudian Tuhan menggantikan Ismail dengan domba untuk menjadi kurban. Kisah ini menjadi pelajaran berharga mengenai pengorbanan, mengalahkan hawa nafsu dan tunduk sepenuhnya dihadapan perintah Ilahi.
Oleh karena itu, umat Muslim di seluruh dunia pada 10 Dzulhijjah merayakan hari besar ini sebagai hari raya dan mengambil pelajaran tentang keikhlasan dan penghambaan.
Tahun ini mengingat wabah Corona, jumlah jamaah haji di banding tahun-tahun sebelumnya sangat sedikit dan perayaan hari raya Idul Adha digelar dengan menjaga ketat protokol kesehatan dan jarak sosial.
Rahbar: Bulan Dzulhijjah, bulan Penuh Momen
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei di pidato bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha yang disiarkan secara langsung dari televisi Iran, menyebut bulan Dzulhijjah sebagai bulan penuh kenangan.
Ayatullah Khamenei di awal pidatonya di Hari Raya Idul Adha yang disiarkan secara langsung dari jaringan radio dan televisi Iran seraya mengucapkan selamat Hari Raya Qurban kepada bangsa Iran dan seluruh Muslim serta pengikut agama Ilahi, menilai bulan Dzulhijjah, bulan penuh momen.
"Awal kenangan ini milik Nabi Musa as yang menahan banyak penderitaan dan telah diisyaratkan oleh al-Quran," tambah Rahbar.
Beliau menilau hari Arafah sebagai puncak perhatian kepada Tuhan dan hari raya Qurban sebagai hari pengorbanan yang paling menakjubkan.
Berita lebih lanjut mengenai khutbah Rahbar ini akan menyusul..
Poin-poin Pidato Rahbar di Hari Raya Idul Adha
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei di pidatonya di Hari Raya Idul Adha mengatakan, sanksi Amerika Serikat di luarnya tampaknya menarget pemerintah Republik Islam Iran, namun sejatinya sanksi ini menyasar bangsa Iran dan sebuah kejahatan.
Rahbar Jumat (31/7/2020) bertepatan dengan Hari Raya Qurban di pidatonya yang disiarkan secara langsung dari televisi Iran seraya mengucapkan selamat hari raya Qurban, juga memuji upaya para pejuang kesehatan khususnya tim medis Iran selama masa pandemi Corona.
"Hari ini, seluruh dunia mengalami pandemi COVID-19, mungkin di berbagai wilayah dunia ada yang bersedia membantu masyarakat lemah, namun Saya kira tidak ada yang seperti Iran di mana jumlah sukarelawan yang bersedia membantu saudaranya sangat besar," papar Rahbar.
Rahbar mengingatkan, tim medis dan pengobatan berada di garda terdepan dan mereka berkorban serta bahasa tidak mampu mengekspresikan pengorbanan ini, di belakang mereka adalah sukarelawan yang sama yang mendukung.
Ayatullah Khamenei mengatakan, "Sejumlah warga mengalami dampak besar dari wabah Corona dan ini harus dikompensasi. Ini rakyat harus mengkompensasinya, jangan semua dilimpahkan kepada pemerintah dan lembaga semi pemerintah. Mereka juga memiliki kewajiban yang harus dijalankan, namun tidak cukup. Dan rakyat dapat membantunya."
Rahbar juga mengisyaratkan sanksi Amerika terhadap Iran dan menyebutnya sebuah kejahatan besar terhadap bangsa Iran.
Rahbar menilai tujuan sanksi musuh terdiri dari tujuan jangkah pendek, menengah dan panjang. "Tujuan jangka pendek adalah memaksa bangsa Iran bertekuk lutut," kata Ayatullah Khamenei.
Lebih lanjut Ayatullah Khamenei mengatakan, tujuan jangka menengah adalah mencegah kemajuan ilmiah Iran dan tujuan jangka panjangnya adalah mengalahkan pemerintah dan negara serta menghancurkan perekonomian Iran.
Ayatullah Khamenei mengingatkan, tujuan lateral mereka adalah memutus hubungan Iran dengan kawasan. Apa yang diinginkan musuh keji dengan menjatuhkan sanksi tidak akan pernah terealisasi dan mereka sendiri bahkah telah mengakuinya.
"Seiring dengan boikot, ada juga proses mendistorsi fakta dan menumbangkan fakta. Jika proses distorsi gagal, begitu juga embargo, karena itu adalah medan perang kehendak," ungkap Ayatullah Khamenei.
Rahbar seraya menggulirkan pertanyaan apakah sanksi dapat disembuhkan, menjelaskan, pastinya dapat, penyembuhan ini bukan yang mendorong kita mundur dalam menghadapi AS; pengobatan sanksi hanya dapat dilakukan dengan bersandar pada kemampuan nasional.
Di bagian lain pidatonya Rahbar membahas kesulitan hidup masyarakat dan menekankan bahwa kenaikan harga harus diselesaikan dan harus diambil langkah-langkah di bidang ini. Rahbar juga menegaskan dirinya telah berbicara dengan presiden dan pejabat pemerintah terkait masalah ini.
Rahbar: Sanksi AS anti Bangsa Iran, Sebuah Kejahatan
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei Jumat (31/7/2020) di pidatonya bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha yang disiarkan secara langsung oleh televisi Iran menekankan, sanksi AS terhadap bangsa Iran sebuah kejahatan.
Ayatullah Khamenei di khutbahnya menyebut sanksi musuh memiliki tujuan jangka pendek, menengah dan panjang. "Tujuan jangka pendek adalah memaksa rakyat Iran bertekuk lutut, dan tujuan jangka menengah adalah mencegah kemajuan ilmiah Iran serta tujuan jangka panjangnya adalah mengalahkan pemerintah dan negara serta menghancurkan perekonomian Iran," ungkap Rahbar.
Sementara itu, tujuga global sanksi musuh menurut Ayatullah Khamenei adalah memutus hubungan Iran dengan arus muqawama di kawasan dan apa yang diinginkan musuh melalui sanksi tidak pernah terealiasai dan hal ini telah mereka akui sendiri.
Ayatullah Khamenei
Seraya menjelaskan bahwa sanksi telah memicu beragam kesulitan dan ini tidak ada keraguannya, Rahbar mengungkapkan, seluruh kendala yang dihadapi negara tidak seluruhnya berkaitan dengan sanksi, sebagian lainnya berkaitan dengan lemahnya manajemen serta sebagian lainnya berhubungan dengan pandemi Corona.
Ayatullah Khamenei juga mengisyaratkan upaya Amerika mendistorsi fakta dan menumbangkan realita serta mengatakan, tujuan dari aksi distorsi ini ada dua, pertama merusak semangat rakyat dan kedua, memberi alamat keliru untuk menghapus kendala sanksi.
"Keinginan Amerika sat ini dari Iran adalah Tehran meletakkan secara penuh industri nuklir, mengurangi kemampuan pertahanan dan melepas kekuatan regionalnya, namun menerima tuntutan ini pastinya tidak akan membuat Washington puas dan mundur. Tidak ada akal sehat yang menyatakan bahwa untuk menghentikan agresi, kita harus mengabulkan tuntutan mereka," pungkas Ayatullah Khamenei.
Ayatullah Khamenei menyebut kendala yang dihadapi musuh utama (AS) sangat besar dan tidak dapat dibandingkan dengan kesulitan Iran. Seraya menyebutkan bukti dari kesulitan yang saat ini dihadapi AS seperti kesenjangan sosial, rasisme dan diskriminasi, kendala ekonomi dan maraknya pengangguran, kendala manajemen di bidang pandemi Corona serta manajemen sosial yang rendah dan berujung pada sikap sadis dan penyiksaan polisi Amerika, Rahbar mengungkapkan, saat ini Amerika dibenci dan terioslasi di dunia.
Ayatullah Khamenei menekankan, peristiwa yang saat ini terjadi di Amerika bak api dalam sekam dan kini telah terbakar, meski telah ditumpas, namun kembali akan terbakar dan menghancurkan pemerintah Amerika saat ini, karena filosofi politik dan ekonomi pemerintah ini salah dan pasti hancur.
Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei mengatakan, di tahun 1397 Hs dan setelah keluarnya Amerika dari JCPOA, sangat disayangkan Iran selama berbulan-bulan stagnan dan menunggu janji Eropa; Eropa tidak melakukan hal apapun untuk melawan sanksi Amerika dan apa yang disebut INSTEX tak lebih sebuah mainan yang tak kunjung terwujud.
Rahbar saat menyimpulkan pidatonya menegaskan, obat sanksi adalah mengaktifkan kapasitas dalam negeri yang membutuhkan perjuangan.
Kejahatan Ekonomi AS dalam Perspektif Rahbar
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyebut sanksi Amerika Serikat sebagai kejahatan terhadap rakyat Iran, dan menekankan perlawanan terhadap musuh bangsa Iran ini.
Ayatullah Khamenei, hari Jumat (31/7/2020) yang bertepatan dengan hari raya Idul Adha, dalam tayangan langsung televisi, menjelaskan tujuan sanksi Amerika terhadap rakyat Iran. Menurutnya, sanksi-sanksi Amerika secara lahir anti-pemerintah Republik Islam Iran, namun hakikatnya menyerang rakyat Iran, dan ini adalah sebuah kejahatan.
Amerika pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, memulai permusuhan terhadap rakyat Iran, dan pemerintahan berkuasa Amerika sekarang, tengah melanjutkan permusuhan ini dengan segala cara. Sanksi, perang, dukungan terhadap kelompok teroris, dan kebijakan tekanan maksimum, adalah kerangka permusuhan Amerika terhadap bangsa Iran pasca kemenangan Revolusi Islam.
Berbagai periode pemerintahan Amerika, silih berganti menerapkan sanksi-sanksi berbeda terhadap rakyat Iran, dan pemerintahan berkuasa Amerika saat ini menerapkan sanksi paling menindas terhadap rakyat Iran, di bidang ekonomi, kesehatan dan obat-obatan.
Pemerintahan Presiden Donald Trump di tengah upaya Iran memerangi wabah Virus Corona, bahkan menyanksi ekspor obat-obatan dan keperluan medis lain ke Iran, dan ia menunjukkan puncak permusuhannya terhadap bangsa Iran.
Di sisi lain, pemerintah Gedung Putih mengakui bahwa kebijakan tekanan maksimum yang diterapkan terhadap rakyat Iran, gagal. Sehubungan dengan hal ini, surat kabar The Washington Post menulis, kebijakan tekanan maksimum Donald Trump terhadap rakyat Iran, gagal dan tidak berhasil menyeret Tehran ke meja perundingan.
Sanksi Amerika memiliki beberapa target, pada target jangka pendek yang diistilahkan dengan "Musim Panas yang Membakar" adalah upaya memprovokasi rakyat Iran untuk melawan pemerintah dan negara, pada target jangka menengah Amerika berusaha mencegah kemajuan negara Iran, dan pada target jangka panjang, upaya Amerika dipusatkan pada kebangkrutan ekonomi Iran.
Ketiga target Amerika tersebut sejauh ini tampaknya gagal berkat kewaspadaan rakyat Iran, yang bersandar pada kemampuan dalam negeri dalam memperkuat perekonomian nasional, dan melepaskannya dari ketergantungan pada minyak.
Seperti yang disampaikan Rahbar, produksi pesawat latih, suku cadang sensitif, dan halus, pengoperasian sekian ribu perusahaan berbasis sains, produksi kilang minyak Setareh Teluk Persia oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC, langkah besar di ladang minyak Pars Selatan, dan produksi sistem pertahanan yang menakjubkan, semuanya dilakukan di masa sanksi.
Gerakan nasional di berbagai sektor termasuk penguatan kemampuan pertahanan, penguatan kemampuan ilmu pengetahuan atau aktivitas perusahaan-perusahaan berbasis sains, dan kesiapan infrastruktur kesehatan Iran di puncak pandemi Corona, membuktikan bahwa satu-satunya jalan untuk menghadapi sanksi ekonomi menindas Amerika adalah perlawanan terhadap rezim ini.
Oleh karena itu, saat ditanya apakah sanksi bisa diatasi, Rahbar menjelaskan, sanksi-sanksi pasti bisa diatasi, namun caranya bukan mundur atau menyerah di hadapan Amerika, karena mundur hanya akan membuat musuh semakin maju untuk menyerang kita.
Klaim Palsu Israel Mengenai Upaya Penyusupan Hizbullah
Rezim Zionis Israel mengklaim bahwa pihaknya telah menembaki pejuang Hizbullah Lebanon yang "berusaha menyusup" ke wilayah pendudukan pada Senin, 27 Juli 2020. Namun klaim tersebut dibantah langsung oleh Hizbullah.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari yang sama, Hizbullah menegaskan bahwa semua klaim Israel tentang upaya Hizbullah untuk menyusup ke wilayah-wilayah pendudukan adalah "fiktif".
"Semua yang diberitakan media musuh tentang gagalnya operasi penyerbuan dari wilayah Lebanon ke Israel, tidak benar," tegas Hizbullah.
Gerakan itu menambahkan, statemen terkait gugur atau terlukanya pejuang Hizbullah dalam operasi pemboman di sekitar lokasi pertempuran, sama sekali tidak benar.
Menurut Hizbullah, klaim Israel adalah upaya untuk menciptakan kemenangan palsu, dan ilusi.
"Sampai detik ini tidak ada pertempuran atau penembakan dari kelompok perlawanan Islam (Hizbullah) dalam insiden hari ini, tembakan datang dari satu arah, dari musuh penakut yang cemas dan licik," imbuhnya.
Hizbullah menegaskan, balasan kami atas gugurnya saudara pejuang Ali Kamel Mohsen dalam serangan ke sekitar bandara Damaskus, pasti dilakukan.
Hizbullah mengatakan, ketakutan militer Israel, dan pemukim Zionis di perbatasan Lebanon dan wilayah pendudukan, serta kesiagaan dan kekhawatiran mendalam mereka atas kemungkinan balasan Hizbullah, menyebabkan rezim ini mengalami kebingungan di media dan medan tempur.
Hizbullah menegaskan, tidak ada satu tembakan pun yang dilepaskan Hizbullah, dan statemen Israel sama sekali tidak benar, penembakan dilakukan satu arah oleh Israel.
Gerakan perlawanan Islam Lebanon memperingatkan bahwa Israel harus menunggu hukuman atas kejahatannya tersebut.
"Pemboman hari ini yang dilakukan ke desa Al Habariye, dan serangan ke rumah salah seorang warga Lebanon, tidak akan pernah kami biarkan," pungkas Hizbullah dalam pernyataannya.
Ribuan Zionis Siap Lancarkan Aksi Protes Baru terhadap Netanyahu
Sumber-sumber berita Israel melaporkan rencana aksi protes baru yang akan diikuti ribuan orang Zionis di depan rumah Benjamin Netanyahu.
Televisi Almayadeen melaporkan, ribuan orang dijadwalkan akan berkumpul di depan rumah Perdana Menteri rezim Zionis, Benjamin Netanyahu di pada Kamis malam.
Sebelumnya, pada hari Minggu, unjuk rasa protes terbesar berlangsung di depan rumah Netanyahu yang diikuti sekitar 6.000 orang.
Selama beberapa pekan terakhir terjadi aksi unjuk rasa di berbagai kota Palestina pendudukan, termasuk Tel Aviv dan Baitul Maqdis
Mereka memprotes kebijakan kabinet Netanyahu, termasuk rencana aneksasi 30 persen daerah Tepi Barat, ketidakmampuan dalam penanganan virus Corona dan kasus korupsi yang melilit Perdana Menteri Israel.
Al-Kadhimi Umumkan Tanggal Pelaksanakan Pemilu Legislatif Irak
Mustafa al-Kadhimi, Perdana Menteri Irak hari Jumat (31/07/2020) mengumumkan tanggal pelaksanakan pemilu dini legislatif negara ini.
Menurut laporan IRNA, al-Kadhimi dalam sebuah pidato televisi mengatakan bahwa pemilu dini parlemen akan diselenggarakan pada 6 Juni 2021.
Ia berjanji akan melaksanakan pemilu yang adil, transparan dan tidak diintervensi oleh berbagai faksi.
Mustafa al-Kadhimi, Perdana Menteri Irak
Perdana Menteri Irak menjelaskan bahwa pemerintahannya dalam menjalankan aktivitasnya selama dua bulan ini menghadapi berbagai kendala, tetapi tetap fokus pada tujuan asli.
"Semua upaya akan dilakukan untuk menyelesaikan krisis negara ini," ungkap al-Kadhimi.
Pemilu legislatif Irak terakhir diselenggarakan pada 12 Mei 2018 yang mendapat kritikan luas terkait pelanggaran dan kecurangan.
Akibat protes luas terhadap pemilu itu yang akhirnya berujung pada demonstrasi luas awal Oktober lalu, pemerintah Adel Abdul-Mahdi mengundurkan diri.
Para demonstran juga menuntut diselenggarakannya pemilu dini parlemen, sebuah permintaan yang akhirnya diluluskan berbagai faksi politik dan parlemen Irak.
Warga Palestina Tunaikan Shalat Iduladha di Masjid al-Aqsa
Puluhan ribu warga Palestina menunaikan shalat Iduladha secara berjamaah di Masjid al-Aqsa, meski menghadapi aksi konfrontasi dari pihak rezim Zionis Israel.
Menurut laporan al-Quds al-Arabi, badan waqaf Islam Quds menyatakan jumlah jamaah shalat hari Jumat (31/7/2020) di Masjid al-Aqsa melampaui 27 ribu orang.
Berdasarkan laporan ini, shalat hari raya Iduladha digelar ketika jamaah shalat menjaga dengan benar protokol untuk mencegah penyebaran virus Corona.
Militer Israel secara mendadak memasuki Masjid al-Aqsa dan menurunkan spanduk ucapan selamat hari raya Iduladha yang dirilis oleh Gerakan Islam.
Sheikh Mohammad Hussein, mufti Quds dan Palestina dalam khutbahnya hari Iduladha mengatakan, Masjid al-Aqsa milik umat Islam, dan pihak agresor serta orang zalim tidak memiliki andil di dalamnya.
Sementara itu, sekelompok ekstrimis Zionis hari Kamis (30/7/2020) bertepatan dengan acara doa Arafah menyerbu Masjid al-Aqsa.