
کمالوندی
Sahifah Sajadiyah, Warisan Abadi Imam Ali Zainal Abidin
Suatu hari Allamah Thabathabai dalam pertemuan dengan professor Henry Corbin, berkata, “Kami orang-orang Syiah bermunajat, berdoa dan menangis! Jika kami ditimpa kesulitan, kami mencoba berbicara dengan Tuhan dan hati kami tentram. Bagaimana dengan Anda ketika ditimpa masalah di Prancis ?”.
“Saya juga menangis. Saya pun memiliki kitab Sahifah Sajadiyah. Ketika ditimpa masalah, saya membuka dan membacanya disertai terjemahan. Saya menangis. Munajat menentramkanku,” jawab Corbin.
Jawaban filsuf Prancis ini memperlihatkan bagaimana perhatiannya terhadap kitab Sahifah Sajadiyah. Tentu saja, ini hanya satu dari sekian pengakuan sarjana Barat yang tertarik terhadap karya Imam Ali Zainal Abidin. Di luar dari apresiasi para sarjana Barat terhadap kitab Sahifah Sajadiyah, kandungan isinya sangat tinggi dan agung, dengan gaya bahasa yang fasih dan menawan. Semua itu buah dari kebesaran sang empu kitab, Imam Sajjad. Dan di hari ini kita memperingati kesyahidannya.
Salah satu peran dan jasa berharga Imam Sajjad pasca tragedi Asyura ialah penyebaran risalah doa dan munajat yang sangat luhur. Kini kumpulan doa-doa dan munajat beliau itu dihimpun dalam satu kitab bernama Sahifah Sajjadiyah. Kendati doa dan munajat imam Sajjad merupakan naskah doa, namun di dalamnya mengandung muatan ajaran Islam yang sangat luhur mengenai filsafat hidup dan penciptaan, keyakinan, etika pribadi dan sosial, serta masalah politik.
Baca Imam Ali Zainal Abidin As, Penyebar Misi Asyura
Salah satu kandungan penting dalam doa beliau ialah semangat menentang kezaliman, dan upaya menegakkan keadilan, penyebaran nilai-nilai akhlak dan kemanusiaan. Di salah satu doanya, Imam Sajjad berkata, “Ya Allah berilah kami kekuatan untuk mampu menjaga sunnah Nabi-Mu, dan berjuang melawan penyelewengan, serta melaksanakan kewajiban Amar Makruf dan Nahi Munkar.”
Tanggal 12 Muharam atau riwayat kedua pada 25 Muharram merupakan hari syahadah Imam Sajjad. Imam Sajjad sebagai saksi mata pembantaian Karbala, setelah peristiwa itu bertanggung jawab memimpin umat Islam. Putra Imam Husein ini ditakdirkan oleh Allah Swt sebagai salah satu orang yang hidup demi melanjutkan pesan Asyura.
Imam Sajjad lahir pada tahun 36 Hijriah. Beliau hidup hingga usia 57 tahun. Periode penting dalam hidup beliau dimulai di masa Imamah-nya setelah kesyahidan Imam Husein. Ketika peristiwa Karbala terjadi, beliau dalam keadaan sakit. Itulah sebabnya mengapa beliau waktu itu tidak pergi ke medan perang.
Hamid bin Muslim, sejarawan Karbala menulis, “Di hari Asyura, setelah kesyahidan Imam Husein, pasukan Yazid mendatangi Ali bin Husein yang tengah berada di atas pembaringan karena sakit. Mereka mendapat perintah untuk membunuh seluruh laki-laki dari keluarga Imam Husein. Kedatangan mereka dengan niat membunuhnya. Tapi ketika melihatnya dalam kondisi sakit, mereka kemudian membiarkannya. Jelas di balik penyakit beliau di hari Asyura tersimpan rahasia ilahi, agar dapat melanjutkan jalan ayahnya.”
Pasca tragedi Karbala dan kesyahidan Imam Husein, kondisi masyarakat Islam berada dalam periode yang sensitif. Di satu sisi, berbagai dimensi kebangkitan Imam Husein harus dijelaskan kepada masyarakat, sekaligus menghadapi propaganda bohong Bani Umayah. Sementara dari sisi lain, perjuangan melawan penyimpangan akidah dan moral harus dilakukan demi menegakkan nilai-nilai agama.
Dalam kondisi demikian, Imam Sajjad menjalankan berbagai programnya dengan mengatur skala prioritas. Pada awalnya, beliau menerapkan program jangka pendek untuk meredam kondisi penuh ketegangan pasca kesyahidan ayahnya. Imam Ali Zainal Abidin menyampaikan pidato mencerahkan mengenai kebenaran jalan Imam Husein. Sedangkan untuk program jangka panjang, beliau berusaha memperkaya serta menguatkan pemikiran dan akhlak masyarakat Muslim dengan mengajarkan nilai-nilai ajaran Islam.
Pada 12 Muharam 61 Hijriah, rombongan tawanan Karbala yang terdiri dari perempuan dan anak-anak tiba di kota Kufah. Di antara tawanan itu ada dua pribadi agung; Imam Sajjad dan Sayidah Zainab. Keberadaan keduanya mampu menentramkan para tawanan Karbala. Ketika rombongan memasuki kota Kufah, sudah banyak orang berkumpul di sana. Imam Sajjad memanfaatkan kesempatan ini dengan menyampaikan pidatonya.
Beliau berkata, “Wahai warga Kufah! Saya Ali putra Husein. Anak dari orang yang kalian hancurkan kehormatannya. Ingatkah kalian, Allah Swt menyebutkan kebaikan kami Ahlul Bait. Kemenangan, keadilan dan ketakwaan bersama kami, sementara kesesatan dan kehancuran berada pada musuh kami. Apakah kalian tidak menulis surat berisi baiat kepada ayahku? Tapi kalian licik setelah itu dan bangkit menentangnya. Betapa perilaku dan pikiran kalian sangat buruk. Bila Rasulullah berkata mengapa kalian membunuh keturunanku, menghancurkan kehormatanku dan bukan umatku, bagaimana rupa kalian menangis di hadapannya?”
Di lain waktu, ketika tiba di Syam (Suriah saat ini), yang menjadi pusat kekuasaan Yazid, Imam Ali Zainal Abidin menyampaikan pidato. Sedemikian tegas pidato yang disampaikan, sehingga rezim Bani Umayah menghadapi kondisi yang tidak pernah diprediksi sebelumnya. Pidato beliau sangat mempengaruhi opini masyarakat waktu itu. Pidato Imam Sajjad dan Sayidah Zainab di istana Yazid mampu menyadarkan masyarakat, sehingga sebagian orang setelah mendengar langsung bangkit memrotes Yazid.
Dalam pidatonya, beliau berkata,“Wahai warga Syam! Barang siapa yang mengenalku, berarti telah mengetahui siapa diriku. Tapi mereka yang tidak tahu, perlu mengetahui bahwa aku putra dari orang yang terhormat. Pribadi yang paling baik dalam menunaikan haji…. Aku putra wanita terbaik, Fatimah az-Zahra as. Aku putra orang yang syahid berlumuran darah di tanah Karbala.”
Ketika pidatonya sampai pada ucapan tersebut, masyarakat yang mendengarnya sangat terpengaruh, sehingga sebagian berteriak mengungkapkan kesedihan. Pidato yang menjelaskan hakikat dirinya mampu membangkitkan kebencian masyarakat kepada Bani Umayah. Yazid yang menyaksikan kondisi tersebut merubah sikap. Untuk menghentikan pidato Imam Sajjad dan mengubah keadaan, ia memerintahkan seseorang untuk mengumandangkan azan.
Ketika mendengar suara azan, Imam Sajjad diam sejenak mendengarkannya. Ketika ucapan muazin sampai pada kalimat “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”, dengan segera Imam Sajjad menatap Yazid. Beliau berkata, “Apakah Nabi yang disebutkan dalam azan itu kakekku atau kakekmu? Bila engkau menjawab itu adalah kakekku, semua orang tahu bahwa engkau telah berdusta. Dan bila engkau mengatakan itu adalah kakekmu, lalu apa dosa ayahku yang merupakan cucu Nabi Saw, sehingga kau bunuh, hartanya kau rampas dan istrinya kau tawan? Betapa celakanya engkau di Hari Kiamat!”
Sejarawan mencatat, Ahlul Bait Imam Husein dalam pertemuan itu membawakan kidung kesedihan tentang Imam Husein dan syuhada Karbala. Yazid yang berusaha memanfaatkan kondisi tersebut untuk meningkatkan popularitasnya ternyata harus menerima kenyataan yang lain. Tapi tetap saja berusaha untuk membohongi masyarakat. Yazid mengubah strateginya dengan mencoba mendekati para tawanan dan memberikan penghormatannya kepada mereka.
Yazid jelas takut masyarakat bangkit melawan kekuasaannya. Oleh karenanya ia berusaha menenangkan para tawanan.Menurutnya, apa yang dilakukannya dapat menutupi dosanya. Untuk itu, ia menerima permintaan para tawanan membacakan kidung kesedihan tentang Imam Husein dan syuhada Karbala.
Yazid mempersiapkan sebuah tempat bernama Dar al-Hijarah. Para tawanan selama sepekan berada di sana membacakan kidung kesedihan. Masyarakat mulai berdatangan dan perlahan-lahan masyarakat semakin tahu akan hakikat kebangkitan Imam Husein. Yazid semakin ketakutan menyaksikan apa yang terjadi. Ia terpaksa memindahkan para tawanan ke Madinah.
Di Madinah, Imam Sajjad kembali melaksanakan tanggung jawab yang diembannya. Masyarakat Madinah menyambut mereka. Di tengah masyarakat Madinah, Imam Sajjad naik ke mimbar dan menyampaikan pidatonya.
Setelah mengucapkan puji-pujian kepada Allah Swt, beliau berkata, “Wahai warga Madinah! Allah Swt menguji kami dengan musibah yang agung. Tidak ada musibah yang dapat menyamainya. Wahai warga Madinah! Siapa yang hatinya dapat bergembira ketika mendengar tragedi besar ini? Hati siapa yang tidak sedih setelah mengetahui kesyahidan Husein bin Ali? Mata siapa yang tidak menangis? Kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari musibah luar biasa ini. Kami mengorbankan jiwa di jalan Allah demi menghadapi segala musibah. Karena kami tahu Allah akan membalas semuanya.”
Pesan Imam Ali As Mengenai Kepemimpinan Dalam Islam
Imam Ali as berkata kepada Utsman,
“Sebaik-baik manusia dalam pandangan Allah SWT adalah penguasa yang adil, yang dibimbing oleh Islam dan yang membimbing orang lain ke arah Islam, yang menjaga dan menghidupkan sunah Nabi saw dan yang memerangi bid’ah. Seburuk-buruk orang dalam pandangan Allah adalah penguasa lalim yang sesat dan menyesatkan orang lain, yang memerangi sunnah dan menghidupkan kembali bid’ah. Aku mohon engkau dengan nama Allah untuk tidak menjadi penguasa seperti itu karena penguasa seperti itu akan dibunuh oleh kaum tertindas, karena telah diprediksikan bahwa pemimpin umat yang membuka pintu pertumpahan darah dan perseteruan akan dibunuh. Dia akan menebarkan keraguan di kalangan umat dan kekacauan, akibatnya umat tak lagi mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Umat jadi gelisah dan kacau. Karena itu dengan usia dan pengalamanmu, janganlah menjadi hewan kesayangan Marwan, dan jangan sampai dia mengaturmu.” (Nahj al-Balâghah, khotbah 164)
Kalimat terakhir ini menunjukkan bahwa pemimpin harus berpikiran mandiri dan tidak boleh menjadi alatnya orang-orang di sekitarnya. Kalimat-kalimat sebelumnya mengenai pentingnya roh keadilan yang harus dimiliki pemimpin.
Instruksi Imam Ali as kepada salah seorang pejabatnya yang ditugaskan untuk memungut zakat. Setelah memberikan petunjuk tertentu dan menasihati agar ikhlas dalam bertutur dan berbuat, Imam Ali as berkata,
“Aku perintahkan engkau untuk tidak bermusuhan dengan mereka, untuk tidak menindas mereka, dan untuk tidak menjauhkan diri dari mereka, dengan memperlihatkan superioritasmu kepada mereka karena engkau adalah pejabat pemerintah. Mereka adalah saudaramu seiman dan diharapkan membantumu dalam memungut iuran. Celakalah orang yang diadukan oleh si miskin, si papa, si peminta-minta, orang yang menderita, dan si musafir kepada Allah! Seburuk-buruk pengkhianatan adalah menyalahgunakan dana publik, dan sehina-hinanya kekufuran adalah membohongi Imam.” (Nahj al-Balâghah, surat 26)
Imam Ali as berkata,
“Kalau dibandingkan dengan beramar makruf bernahi munkar, semua amal baik dan jihad di jalan Allah SWT tak lebih daripada tiupan udara di samudera yang amat luas dan amat dalam. Beramar makruf bernahi munkar tidak membuat ajal jadi lebih dekat, juga tidak mengurangi rezeki. Namun yang lebih berharga ketimbang semua ini adalah berkata adil di hadapan penguasa zalim.” Jadi, pembaruan rohaniah (beramar makruf nahi munkar) lebih penting dibanding berperang suci melawan kaum kafir, namun yang lebih penting lagi adalah berjuang melawan penyimpangan pemimpin. Dapat dicatat bahwa ber-amar makruf nahi munkar merupakan sebuah tahap dalam jihad, dan berkata adil di hadapan penguasa kejam juga merupakan beramar makruf nahi munkar.
Imam Ali as dengan tegas mengatakan bahwa pandangan kaum Khawarij bahwa Alquran sudah cukup dan bahwa tak perlu ada pemerintah, mesin administrasi dan pemimpin, adalah salah. Kaum Khawarij biasa mengatakan bahwa “tak ada hakim kecuali Allah.” Imam Ali as berkata,
“Slogan mereka memang benar, namun kesimpulan mereka salah. Mereka mengatakan bahwa tak usah ada pemerintah kecuali pemerintah Allah SWT. Namun orang perlu penguasa, entah penguasa itu baik atau buruk, karena dengan kekuasaannya si beriman dan si kafir dapat bekerja dan menikmati hidup.” (Nahj al-Balâghah)
Mesin administrasi disebut pemerintah, karena mesin ini menjaga kedamaian internal dan eksternal, dan menyelenggarakan hukum dan ketertiban. Disebut Imamah karena dikepalai oleh seorang pemimpin yang memobilisasi kekuatan-kekuatan potensial, menggali dan mengembangkan kemampuan-kemampuan terpendam. Dalam “Nahj al-Balâghah” digunakan kata wall dan ra’iyyah untuk penguasa dan rakyat. Kata-kata ini menunjukkan bahwa tugas penguasa adalah melindungi dan memperhatikan rakyatnya. Imam Ali as berkata, “Klaim terpenting yang dirumuskan oleh Allah SWT adalah klaim penguasa atas rakyat dan klaim rakyat atas penguasa.” (Nahj al-Balâghah, khotbah 216)
Yang dibutuhkan manusia bukan hanya pangan dan papan. Kebutuhan manusia beda sekali dengan kebutuhan burung merpati atau rusa. Manusia memiliki sejumlah kebutuhan psikologis yang juga perlu dipenuhi. Karena itu belum cukup bila pemerintah yang ingin populer dan diterima hanya memenuhi kebutuhan material rakyatnya saja. Pemerintah juga perlu memperhatikan kebutuhan manusiawi dan spiritual rakyatnya. Yang penting adalah sikap pemerintah terhadap rakyat. Apakah pemerintah memandang rakyat sebagai alat yang tak bernyawa, atau sebagai hewan beban dan hewan penghasil susu yang juga perlu perawatan medis juga, atau sebagai manusia yang memiliki hak yang sama. Pendek kata, apakah rakyat untuk pemimpin, atau pemimpin untuk rakyat?
Bahwa mengakui hak rakyat dan berpantang dari segala yang merusak otoritas pemimpin merupakan syarat sangat penting pertama bagi pemimpin yang ingin memenuhi kebutuhan rakyat dan ingin dipercaya rakyat. Hubungan tidak natural seperti yang dibuat gereja antara beriman kepada Tuhan dan menolak kedaulatan manusia, dan akibat naturalnya antara kedaulatan manusia dan menolak Tuhan, merupakan faktor penting yang membuat orang meninggalkan agama. Kaisar Rum, Kaligola (abad pertama Masehi atau abad pertama sebelum Masehi) biasa mengatakan bahwa penguasa memiliki keunggulan atas rakyat seperti keunggulan gembala atas domba. Penguasa seperti dewa, sedangkan rakyat seperti hewan ternak. Sebagian filosof Barat juga percaya bahwa penguasa berkuasa bukan untuk kepentingan rakyatnya. Menurut para filosof ini, penguasa memiliki hak ilahiah, yaitu bahwa rakyat diciptakan untuk kepentingan penguasa.
Dalam artikel di atas sudah kami kemukakan bahwa meskipun kata ra’iyyah digunakan oleh Imam Ali as yang menunjukkan konsepsi bahwa penguasa itu untuk rakyat, bukan rakyat untuk penguasa.
Surah an-Nisa’ ayat 58, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” menunjukkan bahwa penguasa adalah penjaga rakyat. Dengan kata lain, ayat ini menyebutkan dengan jelas prinsip penguasa untuk rakyat bukan rakyat untuk penguasa.
Kitab Majma’ mengutip Imam Muhammad al-Baqir as dan Imam Ja’far Shadiq as mengatakan bahwa ayat ini ditujukan kepada para imam sedangkan ayat berikutnya: “Taatilah Allah dan taatilah Rasul,” ditujukan kepada umat.
Imam Muhammad al-Baqir as mengatakan, “Satu dari dua ayat ini berkaitan dengan kami (hak kami), sedangkan satunya berkaitan dengan kamu (hak kamu).”
Imam Ali as berkata,
“Imam, kalau memutuskan sesuatu, menurut apa yang diwahyukan Allah. Dia selalu menjaga amanat. Karena itu, umat wajib mendengarkan dan menaatinya, dan wajib menjawab kalau diseru.” (al-Mizan mengutip dari Durr al-Mantsur)
Imam Ali as menulis surat kepada gubernurnya di Azerbaijan:
Pekerjaan Anda bukanlah makanan kecil yang enak, melainkan amanat yang wajib Anda jaga. Anda telah diangkat oleh atasan Anda menjadi gembala (untuk mengurusi rakyat Anda). Karena itu Anda tidak berhak bersikap lalim terhadap rakyat.” (Nahj al-Balâghah, surat 5)
Dalam surat edaran yang ditujukan untuk semua petugas pajak, Imam Ali as berkata,
“Berlaku adillah terhadap rakyat, dan dengan sabar perhatikan kebutuhan mereka, karena Anda adalah bendaharawan rakyat, wakil umat, dan duta Imam.” (Nahj al-Balâghah, surat 51)
Dari uraian di atas jelaslah bahwa dari sudut pandang “Nahj al-Balâghah “, basis kepemimpinan adalah pemimpin untuk rakyat bukan rakyat untuk pemimpin.
Ayatullah Syahid Muthahari, Manusia dan Alam Semesta
Imam Hasan Al-Mujtaba, Pengayom Umat Yang Tabah
Di rumah yang dindingnya berlapiskan tanah, di kota Madinah Al-Munawwarah, seorang cucunda Nabi, Hasan dilahirkan. Hasan kecil diasuh dalam haribaan datuknya, Muhammad saw dan ayahnya Ali bin Abi Thalib as, serta ibunya Fatimah Az-Zahra’ as.
Rasulullah saw sangat mencintai Hasan as. Beliau mengatakan, “Hasan bin Ali adalah putraku.” Dalam kesempatan yang lain beliau menyatakan, “Hasan adalah permata hatiku di dunia.”
Sudah lama kaum muslimin menyaksikan Nabi saw sering membawa Hasan as di pundaknya dan beliau pernah berkata, “Semoga Allah SWT mendamaikan dua kelompok dari kaum muslimin dengan perantaranya.” Kemudian beliau berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah dia dan cintailah orang-orang yang mencintainya.” Beliau pun senantiasa mengulang-ulang berita ini, “Hasan dan Husain adalah penghulu para pemuda di surga.”
Suatu hari Rasulullah saw melakukan salat di masjid. Kemudian Hasan as menghampirinya, sedang beliau dalam keadaan sujud. Karena ia naik ke atas punggungnya, lalu duduk di leher datuk kinasihnya itu, Rasulullah saw bangun dari sujudnya secara perlahan-lahan sampai Hasan turun sendiri.
Tatkala beliau selesai dari salatnya, sebagian sahabat berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya engkau telah berbuat sesuatu terhadap anak kecil ini yang tidak pernah engkau lakukan kepada yang lainnya.”
Nabi menjawab, “Sesungguhnya anak ini adalah jantung hatiku dan anakku ini adalah ‘sayid’ (sang pemimpin). Semoga Allah SWT mendamaikan dua kelompok muslim yang berseteru melalui tangannya.”
Suatu waktu, Imam Hasan as dan Imam Husain as berjalan menuju masjid. Tiba-tiba mereka menyaksikan seorang kakek tua yang sedang berwudhu. Namun, tata cara wudhunya tidak benar.
Imam Hasan as berpikir sejenak, bagaimana cara menunjukkan wudhu yang benar kepada kakek tersebut tanpa harus menyinggung perasaannya. Kemudian, keduanya mendatangi kakek tersebut seolah-olah keduanya sedang bertengkar tentang wudhu siapakah yang benar. Masing-masing mengatakan, “Wudhumu tidak benar!” Kemudian keduanya berkata pada kakek tersebut, “Wahai kakek, berilah keputusan yang bijak untuk kami berdua, mana di antara kami yang wudhunya benar.”
Maka, mulailah keduanya berwudhu. Lantas kakek itu mengatakan, “Wudhu kalian semua sudah benar.” Kemudian kakek itu menunjuk kepada dirinya sendiri dan berkata, “Hanya kakek yang bodoh inilah yang tidak benar wudhunya, dan kini telah belajar dari kalian berdua.”
Pada suatu hari, salah seorang sahabat menyaksikan Nabi saw memanggul Hasan dan Husain di pundaknya. Sahabat itu berkata, “Semulia-mulia unta adalah unta kalian.”
Nabi saw menjawab, “Dan Semulia-mulia penunggang adalah mereka berdua.”
Imam Hasan as adalah orang yang paling ‘abid (tekun ibadah) pada zamannya. Ia menunaikan ibadah haji sebanyak 25 kali dengan berjalan kaki.
Bila beliau hendak berwudhu dan shalat, wajahnya menjadi pucat dan tubuhnya bergetar karena takut kepada Allah SWT. Beliau berkata, “Suatu keharusan bagi setiap orang yang berdiri di depan Tuhannya untuk merasa takut, pucat wajahnya, dan gemetar seluruh tubuhnya.”
Apabila telah sampai di pintu masjid, beliau menengadahkan wajahnya ke langit dan berkata dengan penuh khusyuk, “Tuhanku inilah tamu-Mu berdiri di beranda pintu rumah-Mu! Wahai Dzat Yang Mahapemurah, telah datang orang yang banyak melakukan keburukan kepada-Mu! Maka hapuskanlah seluruh keburukan yang ada pada diriku dengan kebaikan yang ada di sisi-Mu, Wahai Yang Maha Mulia!”
Baca 7 Safar, Hari Syahadah Imam Hasan al-Mujtaba as
Pada suatu hari, Imam Hasan as berjalan di tengah keramaian masyarakat. Tiba-tiba di tengah jalan beliau bertemu dengan orang tak dikenal yang berasal dari Syam. Orang tersebut ternyata seorang yang sangat benci terhadap Ahlulbait Nabi saw (nashibi). Mulailah orang itu mencaci maki Imam. Beliau tertunduk diam tidak menjawab sepatah kata pun di hadapan cacian itu, hingga orang itu menuntaskan caciannya.
Setelah itu, Imam as membalasnya dengan senyuman, lantas mengucapkan salam kepadanya sembari berkata, “Wahai kakek, aku kira engkau seorang yang asing. Bila engkau meminta pada kami, kami akan memberimu. Bila engkau meminta petunjuk, aku akan tunjukkan. Bila engkau lapar, aku akan mengenyangkanmu. Bila engkau tidak mememiliki pakaian, aku akan berikan pakaian. Bila engkau butuh kekayaan, aku akan berikan kekayaan. Bila engkau orang yang terusir, aku akan kembalikan. Dan bila engkau memiliki hajat yang lain, aku akan penuhi hajatmu.”
Mendengar jawaban Imam Hasan as tersebut, kakek tersebut terperanjat dan terkejut, betapa selama ini ia keliru menilai keluarga Nabi saw. Sejak saat itu, dia sadar bahwa Mu‘awiyah telah menipu dirinya dan masyarakat yang lain. Bahkan Mu‘awiyah telah menyebarkan isu dan fitnah tentang ihwal Ali bin Abi Thalib as dan keluarganya.
Baca Kesabaran Imam Hasan as, Mukaddimah Kebangkitan Karbala
Terkesan oleh jawaban Imam as, Kakek itu pun menangis dan berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah khalifah Allah SWT di muka bumi ini, dan sesungguhnya Allah Mahatahu kepada siapa risalah-Nya ini hendak diberikan. Sungguh sebelum ini engkau dan ayahmu adalah orang-orang yang paling aku benci dari sekalian makhluk Allah. Tapi, sekarang engkau adalah orang yang paling aku cintai dari segenap makhluk-Nya.”
Kakek tersebut akhirnya dibawa oleh Imam as ke rumahnya dan beliau menjamunya sebagai tamu terhormat hingga dia pergi.
Kedermawanan Imam Hasan as
Seorang pernah datang menjumpai Imam Hasan as dan meminta kepada beliau untuk memberi sejumlah uang. Atas permintaan orang itu, Imam as memberikan 50.500 Dirham.
Ketika seorang Arab Badui datang meminta, Imam as berkata, “Berikan apa yang ada dalam laci itu padanya.” Di dalamnya didapati 20.000 Dinar, dan segera diberikan kepada orang Badui itu.
Pada suatu hari, Imam Hasan as melakukan tawaf di Ka’bah. Tiba-tiba beliau mendengar seseorang yang sedang berdoa kepada Allah SWT agar memberinya rezeki sebanyak 10.000 Dirham. Kemudian beliau pergi ke rumahnya, lantas mengirimkan 20.000 Dirham untuknya.
Diriwayatkan, seseorang menjumpai Imam Hasan dan berkata, “Aku telah membeli seorang budak dan ia melarikan diri dariku.” Mendengar itu, beliau lekas memberinya delapan orang budak sebagai ganti budaknya yang hilang itu.
Khilafah (Kepemimpinan Islam)
Segera setelah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib menemui kesyahidan pada 21 Ramadhan akibat tebasan pedang Ibnu Muljam, kepemimpinan Islam beralih ke pundak putranya, yaitu Imam Hasan as. Peralihan ini disambut oleh kaum muslimin saat itu dengan menyatakan baiat (ikrar setia) kepada beliau. Ketika itu, beliau baru berusia 27 tahun.
Pada pagi hari, di awal peralihan kepemimpinan umat itu, Imam as naik ke atas mimbar dan memberikan pidato tentang sejarah, kelangsungan kepemimpinan politik ayahnya dalam memperjuangkan keadilan, kesetaraan, dan menantang setiap makar para pengkhianat agama.
Baca Biografi Singkat Imam Hasan Al-Mujtaba a.s.
“Sungguh telah diambil nyawanya pada malam itu. Dialah manusia yang orang-orang sebelumnya belum pernah mengunggulinya dalam beramal, dan orang-orang setelahnya pun tak sanggup melakukan amalan tersebut. Sungguh ia berjuang bersama Rasulullah dan telah menjaganya dengan dirinya, dan Rasulullah memberikan panji Islam kepadanya. Sedang malaikat Jibril menjaganya dari sisi kanan dan malaikat Mikail dari sisi kirinya. Dan beliau tidak pernah kembali sehingga Allah SWT membuka dan memperlihatkan kemenangan kepadanya. Sungguh beliau telah syahid di malam ketika Isa bin Maryam as dimikrajkan dan di malam ketika Yusya’ bin Nun, sang penerus Musa as pergi menghadap Allah SWT.”
Kemudian air mata Imam Hasan as luruh membasahi pipinya. Tangisan beliau telah membuat orang-orang yang hadir saat itu juga ikut menangis.
Lalu Imam as melanjutkan pidato, “Aku adalah putra dari pemberi kabar gembira (basyir). Aku adalah putra pemberi peringatan (nazdir). Aku adalah putra penyeru ke jalan Allah (da’i). Aku adalah putra pelita yang cerlang (sirajun munir). Aku adalah bagian keluarga Nabi (Ahlulbait) yang Allah telah jauhkan dari segala kotoran dari diri mereka dan telah mensucikan mereka sesuci-sucinya.
“Aku termasuk Ahlulbait yang Allah SWT telah mewajibkan orang-orang untuk mencintainya sebagaimana firmannya, ‘Katakanlah [wahai Muhammad]! ‘Aku tidak meminta upah apa pun dari kalian atas risalah ini kecuali kecintaan kepada keluargaku.’ Dan barang siapa melakukan suatu kebaikan, maka akan Kami tambahkan baginya suatu kebaikan.’” (QS. Asy-Syura: 22)
Tak lama setelah itu bangkitlah Abdullah bin Abbas dan berkata, “Ketahuilah wahai sekalian manusia, inilah putra Nabimu dan penerima wasiat dari Imammu. Maka, berbaiatlah kepadanya!”
Serempak orang-orang menjawab seruannya dan bergegas untuk memberikan baiat kepada Imam Hasan as.
Muslihat dan Makar Mu‘awiyah
Sementara itu, Mu‘awiyah secara terus-menerus melancarkan makar dan penentangan terhadap Imam Hasan as. Sebagaimana pada masa Imam Ali as, perang Shiffin dan perang Nahrawan adalah bentuk pembangkangannya terhadap khalifah muslimin, dan usahanya dalam rangka merampas tampuk kepemimpinan umat Islam dari tangan pemimpinnya yang sah.
Masyarakat telah memilih Imam Hasan as sebagai khalifah Rasulullah saw, dan sebagai pemimpin mukminin. Akan tetapi, Mu‘awiyah menentang dan menolak baiat kepadanya. Alih-alih menunjukkan ketaatan, dia malah menyebarkan mata-matanya ke Kufah dan Bashrah, serta mengirimkan uang guna membeli hati beberapa orang dekat beliau.
Imam Hasan as tidak menganggap remeh makar yang dilakukan oleh Mu‘awiyah. Bahkan, beliau memerintahkan untuk menghukum mati para mata-mata Mu‘awiyah. Kemudian beliau mengirimkan surat ancaman kepada Mu‘awiyah agar ia menghentikan penyimpangan dan penentangannya.
Persiapan Perang
Selain melakukan makar, Mu‘awiyah mengerahkan seluruh tentaranya untuk menebarkan rasa takut di hati kaum muslimin. Tak segan-segan ia menyerang mereka serta merampok seluruh harta benda miliknya. Imam Hasan as berupaya untuk melawan dan bersiap-siap menyusun barisan perang.
Di hadapan kaum muslimin, Imam mengatakan, “Sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan jihad untuk makhluknya dan menjadikan jihad tersebut sebagai sebuah kewajiban. Kemudian Allah SWT mengatakan kepada mujahidin, “Bersabarlah! Karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar, dan kalian tidak akan mendapatkan apa yang kalian inginkan kecuali dengan kesabaran atas apa yang kalian tidak inginkan. Berangkatlah! Semoga Allah SWT menaungi kalian!”
Sayang sekali, rasa takut telah menguasai mereka sehingga sambutannya untuk ikut berperang begitu dingin. Maka, di sinilah Adi bin Hatim At-Tha’i, salah seorang sahabat Imam as, bangkit sambil berteriak lantang dan mencemooh mereka, “Akulah Adi bin Hatim! Maha Suci Allah, Duhai … alangkah jijiknya tempatku ini! Tidaklah kalian sambut seruan Imam dan putra Nabi kalian.”
Sebagian pembela Imam Hasan bangkit dan memberi semangat kepada masyarakat untuk bersiap-siap menghadapi Mu‘awiyah. Hingga tersusunlah pasukan berjumlah dua belas ribu prajurit. Pasukan ini dipimpin oleh Ubaidillah bin Abbas yang kedua putranya telah dibunuh oleh Mu‘awiyah.
Sayangnya, di dalam tubuh pasukan Imam Hasan as sendiri terdapat banyak orang yang rakus akan dunia, sehingga Mu‘awiyah begitu mudahnya membeli mereka dengan kepingan Dirham dan Dinar, dan mereka pun begitu mudahnya membelot ke pasukan Mu‘awiyah.
Bahkan, Mu‘awiyah telah berhasil menyuap panglima perang Imam Hasan as, Ubaidillah bin Abbas dengan uang sebesar satu juta Dirham. Lantas ia pun berkhianat dan membelot dari pasukan beliau. Dia lebih memilih berdiri di barisan Mu‘awiyah dan rela membiarkan beliau bangkit sendiri.
Imam Hasan as memahami betapa sulitnya menghadapi Mu‘awiyah dengan pasukan-pasukan yang lemah imannya itu. Mereka merelakan dijualbelikan diri dan agamanya dengan harga yang amat rendah. Dari sinilah Mu‘awiyah menawarkan perdamaian kepada Imam as, dengan syarat beliau harus turun dari kekhalifahan.
Di samping itu, Imam Hasan as tahu bahwa dengan meneruskan perlawanan terhadap Mu‘awiyah malah akan membawa kehancuran dan kematian sahabat-sahabat serta pembela-pembela setia beliau yang sebagiannya adalah sahabat-sahabat mulia Nabi saw. Belum lagi tentara Syam yang akan menduduki Kufah. Semua itu turut melengkapi kekuatiran Imam as.
Perdamaian
Orang-orang Khawarij telah merencanakan siasat untuk membunuh Imam Hasan as yang ternyata mendapat dukungan Mu‘awiyah dari jauh, dengan maksud memaksa Imam Hasan as menerima usul perdamaian dan turun dari kursi kekhalifahan.
Imam as tidak memikirkan selain kepentingan Islam dan kemaslahatan umatnya. Maka itu, demi menghindari pertumpahan darah, Imam as dengan terpaksa menyepakati perdamaian itu, dan menulis butir-butir perdamaian, di antaranya:
Hendaknya Mu‘awiyah bertindak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunah Nabi.
Hendaknya tidak melakukan pencaci-makian terhadap Ali bin Abi Thalib.
Mu‘awiyah tidah berhak untuk menentukan seorang pun untuk menduduki khilafah.
Tidak memaksa Imam Hasan untuk mengakui Mu‘awiyah sebagai Amirul Mukminin.
Hendaknya Mu‘awiyah mengembalikan kekhalifahan kepada Imam Hasan as, dan bila Imam as telah meninggal, maka kekhalifahan dikembalikan kepada Imam Husain as.
Mu‘awiyah Merobek Surat Perdamaian
Sebelumnya, Imam Hasan as telah mengetahui bahwa Mu‘awiyah tidak akan menjalankan butir-butir yang tercantum dalam perdamaian tersebut. Akan tetapi, beliau hendak menunjukkan kepada umat tentang akal bulus Mu‘awiyah, bahwa dia adalah orang yang tidak teguh pada janji dan agama.
Perjanjian damai telah dilaksanakan. Segera setelah memasuki kota Kufah, Mu‘awiyah naik ke mimbar dan berpidato di depan khalayak seraya mengatakan, “Sesungguhnya aku tidak membunuh, tidak juga angkat senjata, atau menyerbu kalian supaya kalian berpuasa atau melakukan salat. Akan tetapi, tujuanku agar aku memimpin kalian. Ketahuilah, bahwa setiap butir yang tertulis dalam surat perdamaian itu sekarang ada di bawah telapak kakiku.” Dengan cara secongkak itu Mu‘awiyah menginjak-injak perdamaian.
Selanjutnya, Mu‘awiyah menentukan Ziyad bin Abih sebagai gubernur Kufah. Ia mulai mengusir pengikut Ahlulbait, menghancurkan rumah-rumah mereka, merampas harta benda mereka, hingga menyiksa dan memenjarakan mereka.
Imam Hasan as berupaya untuk membantu orang-orang yang teraniaya, dan menentang seluruh perbuatan zalim Mu‘awiyah yang telah melanggar butir-butir perdamaian sebagaimana yang telah diberikan kepadanya.
Sampai pada saatnya, Mu‘awiyah merencanakan pembunuhan terhadap Imam Hasan as dan berupaya untuk mendudukkan anaknya yang bernama Yazid di atas kursi kekhalifahan. Dalam rangka itu, ia berpikir untuk meracuni beliau.
Untuk menjalankan rencana pembunuhan tersebut, Mu‘awiyah memilih Ja‘dah, istri Imam Hasan as, yang ayahnya adalah seorang munafik. Tentunya setelah mengiming-imingi imbalan harta kekayaan dan menjadi istri putra mahkota, Yazid.
Setan mulai menggoda pikiran Ja‘dah. Ia pun bersedia menerima racun yang dikirimkan Mu‘awiyah untuknya, lalu mencampurkannya ke dalam makanan yang telah dipersiapkan untuk buka puasa. Karena saat itu Imam as sedang berpuasa.
Tiba saatnya berbuka puasa. Imam Hasan as mulai berbuka dengan makanan yang telah disediakan oleh Ja‘dah. Tiba-tiba ia merasakan pedih dan sakit. Pengaruh racun itu membuat usus beliau terkoyak. Kemudian ia menatap istrinya dan berkata, “Wahai musuh Allah! Kau telah membunuhku. Semoga Allah membunuhmu. Sungguh Mu‘awiyah telah memperdaya dan menipumu. Semoga Allah menghinakanmu dan menghinakannya (Mu‘awiyah).”
Dan demikianlah kenyataannya. Mu‘awiyah tidak menepati janjinya kepada Ja‘dah. Ia berhasil menipu Ja‘dah dan bahkan mengusirnya dari istana. Mu‘awiyah berkata kepadanya, “Kami lebih cinta pada Yazid!” Begitulah nasib Ja‘dah. Ia menderita di dunia dan akhirat. Sejak saat itu, ia lebih dikenal dengan julukan “Si Peracun Suami”.
Karena tak lagi kuasa menahan jahatnya racun tersebut, akhirnya Imam Hasan as gugur sebagai syahid pada 7 safar, riwayat lain mengatakan 28 Safar 50 H. Dan di hadirat Allah kelak, beliau akan mengadukan kezaliman Bani Umayyah terhadap dirinya. Jasad suci Imam Hasan as dikebumikan di pemakaman Baqi‘, di Madinah Al-Munawwarah. [Islamic Source]
Syeikh Hakimelahi: Pelajaran Dari Tragedi Asyura
Imam Husain as ditanya apakah jihad itu sunah atau wajib. Imam Husain as menjawab, “Jihad itu ada empat macam: dua jihad wajib dan dua jihad sunah yang salah satunya tidak dapat terlaksana kecuali dengan yang wajib. Adapun jihad wajib salah satunya adalah jihad melawan hawa nafsu, yaitu seorang manusia berjihad mencegah dirinya dari dosa, dan ini adalah jihad yang paling besar. Sementara jihad wajib yang kedua ialah jihad melawan orang-orang kafir (yang memusuhi) yang bertetangga (berbatasan) dengan orang-orang muslim. ” (Tuhaf al-Uqul, jilid 1 )
Pembahasan yang akan kita bicarakan ini adalah mengenai pelajaran yang dapat kita petik dari tragedi Asyura. Apa apa yang dihasilkan oleh peristiwa Asyura? Pelajaran pertama yang dapat kita petik adalah tauhid. Asyura ibarat kitab tauhid yang mengajarkan kepada kita tentang ketuhanan, penghambaan, dan kecintaan yang penuh kepada Tuhan.
Kita bisa melihat Imam Sayyid al-Syudaha dan pengikutnya yang setia, Ahlulbait yang terbunuh di Karbala menunjukkan tauhid praktis dalam tindakan nyata. Setiap langkah, perbuatan dan tindakan mereka mencerminkan ketauhidan. Mereka tidak menyandarkan sesuatu selain kepada Allah Swt. Menolak setiap pertolongan selain pertolongan Allah.
Sebelum pergi ke Karbala, dalam perjalanannya Imam Husain berkata, “Keridaan kami adalah keridaan Allah.” Begitu pula khotbah-khotbah di hadapan pasukan musuh mengandung nilai tauhid. Semua musibah yang terjadi mesti dihadapi dengan kesabaran. Imam berkata. “Ya Allah. hanya Engksu yang aku sembuh, dan hanya kepada Engkau hamba berharap.”
Pelajaran kedua yang bisa kita petik adalah tawakal, yakni menyandarkan segala harapan hanya kepada Allah. Memutus segala harapan dari yang lain selain dari Allah. Imam Husain as menunjukkan tawakal yang hakiki. Dalam satu riwayat dikatakan bahwa orang yang bertawakal kepada Allah tidak akan pernah kalah. Dalam riwayat lain dikatakan, “Sebaik-baiknya tali yang bisa menyadarkan kita kepada Allah adalah tali tawakal.”
Kebangkitan Imam Husain as adalah kebangkitan yang penuh dengan tawakal. Walaupun secara zahir yang pertama kali yang memantik gerakan Imam as itu adalah surat-surat yang dikirim penduduk Kufah yang mengajak beliau bangkit melawan pemerintahan Yazid, itu tak menyurutkan niat Imam untuk tetap melanjutkan perjalanan ke Karbala meski di perjalanan beliau mendengar berita kesyahidan Muslim bin Aqil, duta beliau di Kufah.
Di Hari Asyura, khotbah-khotbahnya penuh dengan perkataan tawakal. Salah satu ungkapan dari Imam Husain, “Ya Allah, Engkaulah tumpuan harapanku. Ya Allah, jika aku harus menghadapi segala kesulitan, aku tak akan pernah menghilangkan rasa tawakal dan kepercayaan kepada-Mu.”
Pagi Hari Asyura, ketika Umar bin Sa’ad dan pasukannya menyerang Imam Husain as dan para sahabatnya, beliau menyampaikan khotbah yang panjang dan sarat dengan muatan tawakal dan keikhlasan. Ketika Malaikat di langit menyaksikan kondisi Imam Husain, mereka minta izin kepada Allah untuk turun dan membantu. Setelah mendapat izin mereka menemui Imam as dan menyampaikan maksudnya. Akan tetapi maksud mereka untuk membantu ditolak oleh Imam Husain as. Sampai pada akhirnya terjadi pembantaian, hingga berakhir, para malaikat tidak kembali ke tempatnya. Menunggu sampai suatu hari nanti Allah mengizinkan Imam Mahdi turun dan malaikat akan membantunya.
Bahkan ketika salah seorang dari bangsa jin yang bernama Ja’far mendatangi Imam as untuk membantu, Imam Husain as menolaknya. Ini adalah tawakal besar yang ditunjukkan oleh Imam Husain as. Kisah ini adalah kisah yang sudah masyhur di kalangan orang-orang saleh. Sebagian orang mempunyai hubungan dengan bangsa Jin yang saleh ini dan sering melihat Jin itu menangis setiap hari. Ketika bangsa Jin ini ditanya mengapa banyak menangis, mereka menjawab, “Kalian hanya mendengar kisah Karbala dari buku-buku atau dari ceramah-ceramah. Tapi kami, bangsa Jin mengetahui kejadian yang sesungguhnya. Jika kalian menyaksikan seperti yang kami saksikan di Karbala pasti kalian menangis.”
Kata-kata ini tidak bertentangan dengan apa yang didapatkan dari ziarah Imam Mahdi afs. Diriwayatkan oleh Maulana Shahibul Ashri (sebutan Imam Mahdi), beliau setiap malam hari menangisi Imam Husain as. Beliau mengatakan, “Wahai Abu Abdillah, aku akan terus menangisimu hingga air mataku habis, hingga menangisimu dengan darah.”
Para ulama mengatakan bahwa di hari Asyura kesedihan yang dirasakan oleh Imam Mahdi afs begitu beratnya. Karena itu para ulama mengajarkan dan menganjurkan sebisa mungkin kita meringankan beban penderitaan Imam Mahdi afs dengan menyembelih binatang korban. Hendaknya kita melakukan sedekah walaupun hanya dengan Rp1.000, atau memberi makan orang lain dengan niat supaya Allah Swt meringankan beban Imam Mahdi afs.
Pelajaran ketiga yang kita bisa ambil tentang Asyura adalah mengenai berserah diri sepenuhnya dan meridai atas apa yang Allah tentukan. Mungkin kita perlu mengetahui bahwasanya pelajaran tertinggi spiritual adalah maqam rida, yang dalam derajat irfani merupakan maqam yang terakhir. Di dalam Doa Sahr (sebuah doa yang dianjurkan untuk dibaca di waktu sahur di bulan Ramadan -red.) ketika kita memanjatkan doa dan meninta kepada Allah, kita bertawasul dengan nama-nama Allah, dengan keagungan dan keindahan Asma Allah, dan di akhir doa kita panjatkan, “Ya Allah aku rida atas apa yang Engkau berikan kepadaku dalam kehidupan ini.” Inilah yang menunjukan bahwasanya rida sebagai kedudukan yang tinggi.
Dalam ayat Alquran (89: 27 – 28) , berdasarkan tafsir dalam Ahlulbait, Allah Swt mengatakan sesuatu yang ditujukan kepada Imam Husain dan menyebut Imam Husain dengan Ya Ayyuhaanafsul muthmainnah, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu”. Allah menyifati Imam Husain dalam ayat itu dengan radhiyatan mardhiyyah, dengan mencapai tingkatan rida, dia rida yang diridai. Itulah yang kita mendapatkan dari lembaran sejarah di Karbala yang menunjukkan manifestasi nyata serta rida.
Ketika peristiwa di Karbala, kita mengetahui peristiwa atas Ali Ashghar yang dipanah dengan panah yang beracun. Imam Husain memegang dan menyaksikan bagaimana anak itu darahnya muncrat dari lehemya. Pada saat itulah Imam Husain mengatakan ini, “Semua jadi ringan bagiku dan aku tahu peristiwa ini di hadapan Allah Swt.” Apa pun yang terjadi Imam Husain mengatakan ini adalah kehendak Allah, rida dan rela. Saat ditanya, “Apakah engkau berjalan menuju ke Kufah, Karbala padahal engkau tahu dihadang kematian?”
Beliau menjawab, “Allah hendak melihat aku dalam keadaan terbunuh.” Ketika ditanya, “ Mengapa engkau membawa keluargamu, yang akan diperangi dan ditawan?” Imam menjawab, “Aku bawa keluargaku karena Allah berkehendak.”
Pelajaran keempat yang kita bisa petik adalah pelajaran mengenai loyalitas dan kesetiaan. Bagaimana para sahabat Imam Husain setia untuk membela pemimpin, hujjatullah, imam yang hak yang siap membela walau nyawa taruhannya dan dibunuh dalam kondisi yang sangat tragis, sadis dan menyedihkan. Di malam Asyura para sahabat dikumpulkan oleh Imam Husain. Lalu beliau memerintahkan untuk memadamkan semua penerangan di kemah-kemah, Beliau lalu mengatakan kepada mereka, “Pergilah kalian dari hadapanku, semua baiat kalian aku cabut. Kalian telah melaksanakan tugas kalian dengan sebaik-baiknya. Aku cabut baiat kalian. Pergilah kalian masing-masing dari kegelapan dengan membawa keluarga untuk meninggalkan Karbala. Karena mereka berurusan dengan aku.”
Sebelum pergi namun scbagian tetap berada di sisi Imam as. Beliau mengatakan, “Mengapa kaliun tidak pergi?” Lalu dari mereka mengatakan, “Ya Aba Abdillnh, jika aku dibunuh, kemudian aku dicincang lalu terbunuh lagi dan Allah membangkitkan lagi dan aku terbunuh lagi dan terus menerus demikian, maka sumpah demi Allah. aku tidak akan meninggalkanmu.”
Dan, kesetiaan itu dibuktikan dengan amal dan praktik oleh mereka. Di hari Asyura mereka menunjukan kesetiaan mereka. Mereka tahu bahwa taruhannya adalah hilangnya nyawa dengan cara yang menyakitkan.
Setiap satu dari mereka maju ke medan pertempuran, tersungkur dan menghadapi detik-detik terakhir kehidupannya. Imam Husain as selalu menyempatkan diri untuk datang dan memangku kepala mereka dan mendatangi para sahabatnya. Di akhir hidupnya mereka mengatakan. “Ya Aba Abdillah. inilah kesetiaan aku kepadamu.”
Ali Akbar adalah keluarga pertama dari Bani Hasyim yang maju ke medan laga. Imam Husain mengenali Ali Akbar. Saat Ali Akbar berjalan Imam berkata, “Ya Allah, sekarang yang pergi ke medan pertempuran adalah seorang pemuda yang sangat mirip dengan datuknya, Rasul saw, baik wajahnya, tutur katanya maupun perilakunya.” Ini adalah kesaksian yang paling tinggi lmam Maksum yang menyanjung keteladanan Ali Akbar.
Zainab berkata, “Ketika sahabat-sahabat Imam Husain pergi ke medan laga untuk bertempur, Imam menantikan mereka sampai mereka tersungkur dan syahid. Akan tetapi ketika Ali Akbar yang pergi ke medan tempur, beliau gelisah karena dia adalah seorang yang sangat beliau cintai, putra yang sedemikian agung, yang Imam Husain sendiri mengatakan, “Ya Allah, jika aku rindu kepada nabi-Mu, aku selalu melihat dia dan menatap dia mengobati rasa rindu kami kepada nabi-Mu.”
Kecintaan Imam Husan kepada Ali Akbar tidak terlukiskan. Ketika Ali Akbar maju ke medan perang, satu persatu orang di hadapannya bertarung dengan putra Imam Husain itu. Mereka tersungkur dan tewas di tangan Ali Akbar. Satu persatu berhasil disungkurkan oleh Ali Akbar sampai saat Umar bin Sa’ad melihat pasukan Ibnu Ziyad, “Wahai manusia, kalau kalian melawan dia, maka tidak akan ada satu pun yang bisa menang. Dialah pemuda yang memiliki keberanian tempur seperti keberanian tempur Haidar; kakeknya (Imam Ali bin Abi Thalib). Serang dia secara bertubi-tubi!”
Lalu pasukan pun dipersiapkan di segala penjuru. Ali Akbar dihujani oleh anak panah. Tidak ada sedikit pun tubuh Ali Akbar yang selamat dari anak panah. Sampai satu demi satu pasukan musuh mempunyai kesempatan dan memukulkan alat-alat perangnya.
Darah mengucur dari tubuh Ali Akbar sedemikian dahsyat. Dalam keadaan seperti itu ada seorang yang mengambil kayu dan memukulkannya ke tubuh dan kepala Ali Akbar. Ali Akbar sudah tidak berdaya. Dia tidak bisa lagi memegang tali pegangan kuda dan mengalungkan tangannya di leher kuda yang bahkan sudah tidak bisa lagi memiliki tenaga. Pada saat itu kuda pun menuju kepada para musuh. Mereka memukulkan segala alat perangnya ke tubuh Ali Akbar sampai tiba-tiba terdengar suara Ali Akbar, “Wahai ayahku, Kakekku Rasulullah…”
Sayidah Zainab menceritakan: Tiba-tiba aku melihat Imam Husain menunggangi kudanya melesat secepat kilat ke tengah medan tempur sambil meneriakkan memanggil-manggil putranya, “Ya Ali. Ya Ali, putraku…”
Kemudian Imam mengobrak-abrik pasukan yang mengepung Ali Akbar dan terduduk bersimpuh di samping tubuh Ali Akbar. Menurut riwayat, jasad Ali Akbar tidak berbentuk lagi karena musuh telah membelah dan mencincang-cincang tubuh Ali Akbar.
Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi ketika Abu Abdillah as berada di sisi tubuh Ali Akbar. Pertama, Imam, yang kita tahu, adalah orang yang memiliki kesabaran yang sedemikian besar. Orang yang sedemikian tabah dalam menghadapi segala musibah. Tujuh kali Imam meneriakkan dan menyebut nama Ali Akbar, memanggil-manggil nama putranya itu. Dalam hatinya mengatakan, “Ali wahai putraku, wahai buah hatiku.” Imam mengatakan semacam itu dengan suara yang cukup keras. Kedua, Imam melaknat orang orang yang telah membunuh Ali Akbar.
*Naskah ini merupakan Khotbah Jumat Dr. Abdulmajid Hamimelahi, di Islamic Cultural Center Jakarta
Antoine Bara: Karbala Dan Imam Husein As Bukan Hanya Milik Muslim Syiah!
Dia adalah Antoine Bara, seorang cendikiawan, pemikir, dan tokoh terkemuka Kristen. Bukunya berjudul ‘Imam Hussein in Christian Ideology’ telah menuai kontroversi luas. Pasalnya, sang penulis berpendapat bahwa Jesus (Nabi Isa as) telah memberitahukan munculnya Imam Husein as.
Bara menyatakan bahwa Imam Hussein as tidak khusus untuk Syiah atau Muslim saja, tetapi milik seluruh dunia karena menurutnya beliau adalah “hati nurani agama”. Bara juga tidak pernah menyebut nama Imam Husein tanpa alaihissalam (peace be upon him). Bara mengklaim dirinya sebagai Syiah dan menilai menjadi Syiah adalah “tingkat cinta tertinggi kepada Allah Swt.” Menurutnya semua orang dapat menjadi Syiah meskipun agamanya berbeda, tergantung pada interpretasinya.
Tahun 2008 dia diwawancarai oleh situs Tebyan berkenaan dengan buku kontroversialnya itu.
Menjelaskan kisah di balik penulisan buku Imam Hussein in Christian Ideology Bara mengatakan: “Pada awalnya, saya tidak tahu tentang insiden brutal di Karbala, kecuali garis-garis besarnya saja bahwa Imam Husein as bangkit melawan Yazid dan terbunuhnya beliau di Karbala. Ini karena selama pendidikan kami, insiden ini hanya disinggung tanpa menyebutkan detail. Ketika saya bertemu dengan Imam al-Shirazi di Kuwait, lebih dari 40 tahun lalu, dia memberi saja beberapa buku tentang Imam Husein as. Saya membaca buku-buku tersebut dan saya mengungkap bahwa buku-buku itu menyimpan kisah unik heroik.”
“Saya juga terkejut bahwa kisah ini tidak mengundang perhatian para cendikiawan Muslim. Seorang Muslim non-Syiah berbicara tentang kejadian tersebut seolah hanya sebuah peristiwa sejarah biasa. Ini disebabkan karena pandangan yang berlaku dalam masyarakat tempat dia hidup tidak mengijinkannya untuk melawan lingkungan dan budaya yang ada. Di sisi lain, peristiwa ini (Karbala) memiliki sisi afeksi yang sangat penting bagi Muslim Syiah.”
“Adapun para orientalis, tulisan-tulisan mereka hanya mempersembahkan pandangan-pandangan materialistik saja dan mengesampingkan dimensi spiritual dan sosial dari revolusi tersebut. Ini semua memotivasi saya untuk mencatat pendapat tentang revolusi ini dan tentang sosok Imam Husein as.”
“Pandangan saya mungkin yang paling netral dan obyektif dibanding berbagai pertimbangan agama dan emosional. Saya seorang penulis Kristen dan peneliti yang tinggal di negara Muslim serta mengenal budaya Muslim dari sumber yang sama yang membuat identitas sosial dan kultural saya menjadi seperti Muslim meski saya adalah Kristen. Ini yang menyempurnakan kesadaran dan pemahaman saya tentang Imam Husein as. Yang jelas, saya tidak punya kepentingan apapun untuk menulis topik ini.”
Dalam sebuah percakapan, saya mengatakan bahwa menyusul kebiasaan jurnalistik saya, sudah banyak catatan saya tentang Imam Husein as. Seorang ulama Syiah berkata kepada saya, “mengapa kau tidak mengumpulkan catatan-catatan tersebut dalam sebuah buku?” “saya akan mempertimbangkannya,” jawab saya.”
“Ide itu mengendap di otak saya, lalu saya pergi ke kantor saya dan mengumpulkan catatan yang telah saya tulis, yang sekarang tampak sangat banyak dan saya memulai melakukan penelitian lebih mendalam. Seperti yang Anda ketahui, ketika seorang peneliti memulai meneliti, maka dia tidak akan merasa selesai. Ketika saya semakin dalam, penelitian semakin sulit dan saya menemukan diri saya terjebak di medan ranjau sensitivitas. Anda mengadopsi sebuah opini yang akan menyenangkan sebagian kelompok akan tetapi tidak untuk sebagian lain, fakta ini saja bahwa sebagai seorang Kristen seharusnya saya melepaskan penelitian seperti ini yang sepenuhnya adalah milik Muslim.”
“Meski demikian, saya tetap melanjutkan penelitian saya seperti yang saya pikir bahwa kami, sebagai Kristen, harus memiliki pandangan yang imbang ketimbang Muslim, berkaitan dengan Imam Husein as. Saya tidak menyimpan rahasia bahwa selama proses penulisan, saya merasa adalah inspirasi moral spesial yang mendorong saya untuk terus meneliti, mengedit, dan menulis, sesulit apapun itu berdasarkan berbagai macam pertimbangan. Saya berusaha meliput semua aspek melalui banyak penjelasan dan analisa dari berbagai sisi dan dimensi.”
Saya juga mencoba menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan revolusi dan sosok Imam Husein as: mengapa pertempuran ini terjadi dan apakah untuk tujuan duniawi? Mengapa Imam Husein as mencari kesyahidan? Apa rahasia di balik ucapan dan seruan beliau? Mengapa dia membawa serta perempuan adan anak-anak bersamanya? Ini memperpajang masa penulisan sampai lebih dari lima tahun, dua tahun di antaranya sepenuhnya untuk proses penulisan. Meski kala itu saya belum menikah, penulisan buku tersebut memakan waktu sedemikian lama. Buat saya ini sangat lama karena tidak ada karya lain saya yang memakan waktu lebih dari dua tahun untuk merampungkannya.
“Segera setelah saya merampungkan buku itu, yang sudah saya ubah dan revisi kembali, saya menghubungi Baqir Khureibit, editor majalah Sawt al-Khaleej, tempat saya bekerja, dan dia setuju untuk mencetak buku itu; dengan demikian buku tersebut dicetak.”
Berbicara reaksi dan tanggapan setelah pencetakan bukunya itu, Bara mengatakan, “Tentu ini menuai berbagai reaksi; lebih dari yang Anda dapat bayangkan. Benar bahwa Syiah khususnya dan umat Muslim secara umum menerima buku itu dan saya tahu banyak orang yang mempertimbangkannya sebagai buku terbaik yang pernah ditulis tentang Imam Husein as, akan tetapi sebagian Muslim dan Kristen menolaknya.”
“Sebagai contoh mereka mengatakan, ‘dia adalah seorang Kristen, bagaimana dia bisa menjadi seorang pendukung keluarga Nabi Muhammad Saw?’ Saya ingat ada seorang di Beirut yang mencetak buku untuk menjawab buku saya. Namun sandaran buku tersebut sangat lemah dan dangkal. Sang penulis berusaha membuktikan bahwa masalah Imam Husein as hanya sebuah insiden sejarah yang berkaitan dengan perebutan kekuasaan. Di sisi lain, adalah sebuah thesis doktoral yang ditulis tentang buku saya dan diajukan ke salah satu universitas di Lebanon. Ada juga seseorang dari Universitas Lahore Pakistan bernama Mushtaq Assad, meminta ijin dari saya untuk menerjemahkan buku itu ke bahasa Urdu. Saya langsung menyetujuinya. Dia terkejut karena saya tidak meminta bagian keuntungan. Saya berkata “saya tidak menulis buku itu demi profit, melainkan karena keyakinan saya kepada Imam Husein as.”
“Juga seorang doktor keturunan Irak bernama Ridha Rasheed, yang datang dari Austria meminta ijin menerjemahkan buku itu ke bahasa Austria dan Rusia. Saya juga menyetujuinya. Syukur kepada Tuhan, buku itu telah diterjemahkan ke 17 bahasa dunia. Ini semua berkat kebesaran Imam Husein as.”
Sepuluh tahun setelah publikasi buku tersebut, saya terkejut dipanggil ke Kuwait, tempat saya dulu bekerja, untuk diinvestigasi. Saya dituding telah menentang Khalifah Muslim. Ketika hadir di pengadilan, saya mengetahui bahwa gugatan itu diajukan oleh pemerintah Kuwait. Mereka keberatan pada bagian dalam buku itu yang menilai pemerintahan Khalifah Utsman bin Afan yang memberi kesempatan kepada Bani Umayyah berkuasa. Saya membela diri dengan menjelaskan bahwa saya mengutipnya dari buku-buku Muslim. Saya juga menyebutkan nama buku-buku tersebut yang banyak beredar dan dapat dijangkau di perpustakaan publik.”
“Kepada hakim saya berkata, ‘anda melupakan 499 halaman yang memuji tokoh Islam mulai dari Nabi Muhammad Saw, Ali as, Fatimah sa, Hasan dan Husein as, serta hanya mengandalkan satu halaman yang Anda mengklaimnya menentang Utsman!’ Singkat kata, hakim mendenda saya 50 dinar Kuwait serta menyita dan melarang buku yang telah dicetak lebih dari tiga kali dalam katalog elektronik pada pameran buku, dan seperti yang Anda tahu, buku tersebut telah dibaca luas sebelum pelarangannya.”
Ketika Antoine Bara ditanya apakah penulisan buku tersebut merupakan sebuah interpretasi keinginan khusus yang dimilikinya atau murni riset, dia mengatakan, “Kedua-duanya. Pada awalnya, menulis buku bertujuan ilmiah akan tetapi ketika saya semakin menyelam lebih dalam dan lebih luas tentang topik sejarah ini, tumbuh sebuah perasaan kebesaran Imam Husein as pada diri saya. Manusia ini telah mengorbankan dirinya untuk agama, prinsip-prinsip, dan menyelamatkan Muslim dari penyimpangan dari jalan Islam guna memastikan berlanjutnya pesan dan penyampaiannya dari satu generasi ke generasi lain.”
“Jika dia [Imam Husein as] tidak mengorbankan dirinya pada dimensi emosional tingkat tinggi itu, maka pengaruh dari pemeliharaan agama Islam, tidak sebesar yang dirasakan masyarakat saat ini. Buktinya adalah apa yang terjadi ketika para tahanan perang kembali ke Damaskus; orang-orang Sunni, Syiah, dan Kristen melempari serdadu [Yazid] dengan batu karena mereka semua merasa terpengaruh [atas peristiwa Karbala]. Peristiwa yang sama juga terjadi di Homs ketika masyarakat memukuli para serdadu dan tidak memberi mereka air, karena mereka telah mengharamkan air untuk keluarga Nabi Muhammad Saw.”
“Pada hakikatnya, prinsip-prinsip kemanusiaan dibangkitkan dalam revolusi Asyura. Ini yang mendorong saya terus untuk menulis buku yang telah melelahkan dan menimbulkan masalah buat saya, tanpa ada keuntungan pribadi lain bagi saya kecuali berkah dari Imam Husein as. Berkah yang saya maksud di sini adalah fakta bahwa buku tersebut telah diceak lebih dari 20 kali, tiga di antaranya oleh saya. Banyak pihak yang telah mencetak buku tersebut tanpa ijin akan tetapi saya tidak mempermasalahkannya, karena saya tidak menilai buku itu sebagai milik pribadi, sebaliknya buku itu adalah milik seluruh umat manusia sama seperti Imam Husein as adalah milik seluruh umat manusia.”
Imam Hadi as dan Persiapan Era Keghaiban
Imam Ali Al-Hadi as lahir pada tanggal 15 Dzulhijjah tahun 212 Hijriah di Madinah. Beliau anak dari Imam Mohammad Taqi as (Imam Jawad). Ketika ayahnya gugur, Imam Ali al-Hadi baru berusia delapan tahun dan menjadi pengganti ayahnya. Sejatinya Imam Hadi seperti ayahnya, memegang tampuk imamah di saat berusia anak-anak. Keimamahan Imam Hadi berlangsung selama 33 tahun.
Ahlul Bait Nabi Saw merupakan manusia sempurna dan yang dipilih oleh Allah Swt. Perilaku dan ucapan mereka menjadi teladan bagi kehidupan manusia dan manifestasi nilai-nilai ilahi. Mengenal teladan dan mengikuti cara hidup mereka bakal membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ziarah Jami'ah Kabirah termasuk kebanggaan Syiah dan mukjizat ilmiah dan besar Imam kesepuluh, karena ziarah ini berisi seluruh rahasia Ilahi dari sisi filasafat, irfan, Quran dan riwayat (hadis). Imam Ali al-Hadi as dengan Ziarah Jamiah Kabirah telah mengenalkan kepada umat Islam tentang budaya dan ajaran Islam. Dalam ziarah ini dijelaskan tentang tauhid dan wilayah yang sangat mendalam dan penjelasan tentang keutamaan manusia. Beliau juga menerangkan kedudukan sosial dan bimbingan para Imam Maksum serta penjelasan tentang keutamaan mereka sebagai keturunan suci Nabi Muhammad Saw.
Fase kehidupan Imam Hadi bersamaan dengan enam khalifa Abbasiyah. Perilaku keenam khalifah Abbasiyah ini terhadap Imam Hadi beragam. Sebagian bersikap keras terhadap Imam dan sebagian lain seimbang. Tapi mereka seluruhnya memiliki pandangan yang sama yakni merampah khilafah dan mengabaikan hak Imam.
Di antara khalifah Abbasiyah, Mutawakkil memiliki permusuhan terbesar dengan Ahlul Bait Nabi dan keluarga para Imam. Dengan berbagai metode Mutawakkil berusaha keras menyiksa Ahlul Bait. Ia bahkan memerintahkan makam para Imam maksum khususnya makam Imam Husein as dan rumah-rumah di sekitarnya dihancurkan serta tanah Karbala dibajak dan kemudian ditanami.
Mutawakkil takut keberadaan Imam Hadi as di Madinah dan khawatir Imam melakukan aktivitas politik di sana. Kekhawatiran ini membuat Mutawakkil senantiasa gelisah.
Kehidupan Imam Hadi as di era khalifah Abbasiyah sangat sulit. Beliau mendapat tekanan keras dan sangat dibatasi aktivitasnya. Pengawasan terhadap beliau oleh penguasa lalim saat itu juga ketat. Metode ini dimaksudkan untuk mencegah pertemuan beliau dengan para pengikut Syiah serta mencegah pencerahan beliau kepada masyarakat.
Dengan demikian Mutawakkil mulai berencana menjalankan strategi setannya dengan mengasingkan Imam Hadi as dari Madinah ke Samara di Irak, sehingga ia dengan mudah dapat mengontrol pergerakan dan aktivitas Imam Hadi. Samara saat itu dikenal sebagai kota militer dan ibu kota sejumlah khalifah Abbasiyah.
Untuk merealisasikan rencananya ini, Mutawakkil menggelar pertemuan ilmiah. Namun Imam Hadi di pertemuan ini berhasil menjawab masalah fikih, filsafat dan teologi yang paling sulit serta menjelaskannya dengan terperinci sehingga para penanya takjub dan mereka mengakui keimamahan Imam Hadi.
Di kondisi yang dibatasi dan pengawasan ketat terhadap dirinya, Imam Hadi mulai mengembangkan metode baru pencerahan dan kontaknya dengan pengikutnya. Salah satunya adalah melalui surat menyurat dan membentuk jaringan perwakilan, sehingga umat Syiah yang memiliki pertanyaan akan mendapatkan jawabannya meski tidak langsung.
Jaringan perwakilan yang dibentuk Imam Hadi dimaksudkan untuk menyebarkan ajaran Syiah dan dapat dikatakan sebuah perang lunak.
Para wakil Imam menjadi perantara antara masyarakat dengan Imam. Imam Ridha, Imam Javad dan kemudian Imam Hadi adalah para imam yang merintis jaringan perwakilan di tengah umat untuk menghubungan masyarakat dengan imam mereka. Para wakil ini selain bertugas mengumpulkan Khumus dan mengirimnya kepada Imam maksum, juga berperan aktif dalam menyelesikan masalah fikih dan teologi.
Para tokoh yang ditunjuk sebagai wakil Imam as berperan menyebarkan pandangan-pandangan teologis dan hukum Islam kepada masyarakat. Selain itu, mereka juga bertugas menyampaikan informasi tentang kondisi umat kepada Imam as. Namun karena situasi politik yang mencekam, para wakil tersebut tidak mudah menjalin komunikasi dengan Imam as. Sebagian bahkan terpaksa menyamar sebagai pedagang keliling untuk dapat mendekati Imam Hadi as.
Dengan demikian salah satu tugas penting di zaman Imam Hadi as adalah menjelaskan posisi imamah dan wilayah, mengenalkan ulama dan mempersiapkan pemikiran kaum Syiah di era ghaibah. Hal ini karena pengikut Syiah sedikit demi sedikit semakin dekat dengan era ghaibah Imam Zaman as. Mereka harus siap menghadapi kehadiran non fisik imam.
Sebagian dari upaya Ahlul Bait di bidang pemikiran dan budaya adalah menjelaskan masalah kepemimpinan dan Imamah di tengah umat Islam. Masalah ini semakin penting di masa Imam Ali al-Hadi. Karena pada waktu itu dapat dikatakan puncak dari serangan terhadap pemikiran Ahlul Bait. Itulah mengapa penjelasan dan sosialisasi masalah kepemimpinan di tengah umat Islam menjadi sangat penting. Sementara di sisi lain, pengawasan ketat para penguasa Bani Abbasiyah membuat aktivitas Imam Ali al-Hadi menjadi sangat sempit dan sulit. Tapi Imam Hadi tidak kehilangan inspirasi dan meninggalkan warisan berharga yang dikenal dengan doa Ziarah Jami’ah (ziarah lengkap).
Selama masa hidupnya Imam Hadi tidak pernah berdamai dengan penguasa lalim dan sebaliknya penguasa zalim ini merasa keberadaan imam sangat mengancam posisi mereka. Hanya ada satu cara bagi mereka dan itu adalah memadamkan cahaya Ilahi ini. Dengan demikian mereka mulai merencanakan upaya pembunuhan terhadap Imam Hadi as sama seperti ayah dan kakek-kakek beliau.
Makam Imam Hadi dan Askari di Samara
Pada hari Senin tanggal 3 Rajab tahun 254 Hijriah, Imam Muhammad Al-Hadi as meninggal dunia karena sakit yang parah. Beliau sakit oleh racun. Orang yang telah meracuninya adalah penguasa Abbasiyah yang bernama Al-Mu’taz. Imam as meninggal dunia dalam keadaan teraniaya dan terasing. Masyarakat berbondong-bondong dengan kesedihan yang mendalam menghantarkan Imam ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Imam as dimakamkan di tempat tinggalnya yang terletak di kota Samara, Irak.
Menelisik Festival Seni Visual Fajr Ke-12
Festival Seni Visual Fajr ke-12 dengan 900 karya visual diadakan di empat bagian dan di semua area pameran Institut Saba di Teheran, di semua bagian lukisan, grafis, fotografi, patung, keramik, kaligrafi, miniatur, ilustrasi, kartun, karikatur, dan lain-lain. Pameran ini diadakan mulai 29 Bahman hingga 5 Isfand (18-24 Februari).
Salah satu acara seni yang diadakan pada kesempatan peringatan 41 tahun kemenangan Revolusi Islam di Iran adalah Festival Seni Visual Fajr ke-12, yang disambut oleh sebagian besar seniman di bidangnya dan karya seni mereka.
Putaran pertama festival diadakan pada tahun 1387 Hs (2009) pada kesempatan peringatan tiga puluh tahun revolusi dengan slogan "Harapan untuk Masa Depan". Periode-periode selanjutnya dari festival ini akan diadakan pada tahun-tahun berikutnya dengan topik-topik seperti adat dan budaya etnis Iran, kebangkitan Islam, keadilan, manusia kontemporer, Nabi Pengasih dan subyek lepas dengan para seniman di bidang-bidang seperti disain, lukisan, miniatur, kaligrafi, keramik , fotografi, karikatur, grafik, patung, ilustrasi, arsitektur (desain memori), seni video, tata letak, lingkungan, kinerja, dan seni baru.
Tujuan dari Festival Visual Fajr ke-12 adalah untuk mendorong para seniman ke arah metode kontemporer menciptakan efek visual, memperkenalkan dan memamerkan beberapa karya terbaru dari seniman Iran dan untuk menampilkan prestasi artistik kreatif, untuk menciptakan ruang bagi dialog antara komunitas seni visual negara itu dan untuk menciptakan pertumbuhan bagi seni kontemporer Iran.
The Golden Tube adalah nama bagian utama Festival Seni Visual Fajr yang diadakan dalam kompetisi. Bagian lukisan dari "Golden Tube" dari Festival Seni Visual Fajr ke-12 menjadi tuan rumah bagi 85 karya dalam kompetisi dan 61 karya seniman tamu. Bagian lukisan itu memiliki jumlah peserta terbesar dan memamerkan beragam karya dengan pendekatan berbeda.
Tetapi bagian patung memiliki beberapa karya paling sedikit dengan 9 karya di bagian kompetisi dan 8 di pameran tamu. Di bagian keramik, 11 karya dimasukkan dalam kompetisi, dan karya 8 seniman tamu yang dipajang.
Pintu masuk pameran The Golden Tube di Festival Seni Visual Fajr ke-12 adalah sebuah stan yang menampilkan tata letak yang disebut "The End" dan diciptakan untuk memperingati kecelakaan pesawat Ukraina.
Di dinding tinggi ruangan, nama-nama 176 penumpang yang tewas ditulis bersama dengan tempat duduk mereka dan sebuah lingkaran merah melekat pada masing-masing nama. Tetapi di lorong dan di atas tanah, potongan-potongan logam dapat terlihat melambangkan puing-puing pesawat yang meledak. Di luar aula, ada lingkaran kuning di lantai yang, setelah berdiri di atasnya dan melihat ke dalam, para penonton dapat melihat pada potongan-potongan ada batangan logam yang menyerupai bentuk koper. Kesalahan penglihatan menyebabkan pemirsa melihat koper selama beberapa saat dan setelah bergerak akan melihat potongan pesawat.
Karya ini dilakukan oleh Karimollah Khani, seorang seniman dan dosen Neyshaburi di Universitas Kerman, yang dipamerkan di Festival Seni Visual Fajr. "Karya itu harus dianggap sebagai tata letak dan teks. Dari titik baca, Anda melihat koper dan kemudian Anda melihat keruntuhan dan bagasi yang sudah rusak. Kemudian Anda memasuki ruang di mana nama muncul. Bahkan, penonton ditarik ke ruang berisikan kesedihan," ungkapnya.
"Seni Charsou" adalah bagian khusus dari galeri di Festival Seni Visual Fajr ke-12 dan diadakan untuk tahun kedua berturut-turut. Galeri Tehrani dan Shahrastan mempresentasikan karya seni para seniman jika ingin menjualnya. Yang paling menonjol di bagian ini adalah karya-karya seniman visual terkemuka di samping karya kaum muda. Karya-karya terkenal oleh Bahram Dabiri, Hossein Mahjubi, Reza Bangiz, Mahmoud Zende Roodi, Mohammad Esaie, Nasrollah Afjei, dan lain-lain ... yang untuk pertama kalinya di Festival Seni Visual Fajr ke-12 diletakkan di dinding dan menambah popularitas festival ini.
Festival Seni Visual Fajr ke-12 menciptakan bagian yang disebut "Charkhoune" selama festival untuk memperkenalkan dan mendukung para seniman kota. Dinamai "Dialog Fotografi Provinsi", seniman dari berbagai kota ditampilkan dengan foto tunggal atau koleksi foto yang sering berfokus pada ritual lokal, fitur iklim, dan budaya asli.
Selain semua bagian ini, ada bagian khusus untuk Syahid Qasem Soleimani di pameran tahun ini, yang menampilkan potret dan editorial syahid ini. Tentu saja, dua karya yang belum selesai, yang secara bertahap selesai pada hari-hari festival, selesai pada hari terakhir.
Salah satu tempat utama Pameran Festival Visual tahun ini didedikasikan untuk Letjen Soleimani. Di tengahnya adalah lukisan terkenal Hassan Rouh-al-Amin dengan seikat bunga di depannya, di kedua sisi ada dua seniman yang sedang menciptakan karya-karya wajah pemimpin nasional ini.
Abbas Barzegar Ganji, seniman yang melukis wajah syahid Soleimani di festival visual tahun ini, mengatakan, "Saya tahu Pak Soleimani sebagai legenda dan simbol nasional. Nilai-nilai saya penting bagi saya dan saya mempertahankannya. Sebagai contoh, seseorang seperti syahid Soleimani yang meninggalkan rumahnya dan pergi ke jantung api demi mencegah Daesh (ISIS) agar jangan sampai para teroris mendekati perbatasan negara, sangat berharga bagi saya, dan saya menawarkan karya seni ini kepadanya.
Ali Luwai adalah seniman lain yang memimpin pembangunan patung Soleimani di festival itu.
Pembuatan museum sepekan "Reza Mafi" di jantung Festival Seni Visual Fajr ke-12 adalah salah satu acara yang mendapat banyak perhatian. Sebuah inisiatif dari galeri Taraneh Baran, yang bertujuan mendekatkan orang ke konteks kehidupan elit seni, memukau para penonton dengan memamerkan karya-karya cemerlang dan sering tak terlihat, termasuk lukisan Mafi yang memukau.
Reza Mafi, seorang tokoh terkemuka dalam masyarakat seni Iran, meninggal pada usia 39 tahun, di samping keterampilan luar biasa dalam kaligrafi dan penciptaan perintis "seni garis" yang katanya dimaksudkan untuk menjaga kaligrafi Nastaliq yang indah tetap hidup, menempatkan namanya di tempat khusus.
Mafi mengikuti praktik kaligrafi dan melukis secara bersamaan dan, meskipun rentang hidupnya singkat, banyak karya yang dihasilkan di bidang kaligrafi, menggambar garis dan melukis. Di Festival Seni Visual Fajr, berbagai karya, aksesori, dan dokumen menarik oleh Reza Mafi pertama kali diperlihatkan kepada publik untuk menjadikan festival itu lebih akrab bagi seniman yang terkenal itu.
Sebagai contoh, lukisan kaligrafi Nastaliq yang ditulis dengan tinta coklat terang di latar belakang warna krem dan bertanggal 1354 Hs (1975). Potongan kaligrafi Nastaliq lain, tertanggal Oktober 1347 Hs (1968) dengan puisi "Ketenangan dua alam tafsir dua huruf" dapat dilihat dalam koleksi ini. Karya lain, tertanggal 1352 Hs (1973), menggambarkan perbedaan kontras antara kaligrafi ini dan naskah Persia klasik. Dalam karya ini, bidang kertas putih diisi dengan pengulangan reguler beberapa huruf Persia, dan dengan menggunakan font besar dan kecil, pengulangan huruf kecil dan huruf besar telah menciptakan irama teratur.
Selain kaligrafi dan seni garis, sejumlah lukisan Mafi juga dipajang di museum. Ketertarikan Mafia pada lukisan lanskap tampak jelas dalam berbagai karyanya, dan di samping itu, penguasaan lukisan potret oleh seniman dapat dilihat dalam lukisan yang dilukis oleh ayahnya selama masa mudanya.
Namun elemen lain dalam pertunjukan yang menarik perhatian penonton adalah relief perunggu dari wajah dan tangan Reza Mafi, yang diciptakan oleh seorang seniman pada jam-jam terakhir hidupnya.
Salah satu kegiatan sampingan Festival Seni Visual Fajr adalah melakukan pertemuan penelitian di lokasi festival di Saba Institute yang didedikasikan untuk satu topik setiap hari. Kursus sesi penelitian festival diadakan dalam lima judul terpisah, dengan tema umum "The Art of Dialogue" dan tema "Penciptaan Visual Baru dengan Tampilan Interdisipliner". Pertemuan ilmiah ini mengambil pandangan yang berbeda dari program kuliah klasik, dan di luar ide dan konten yang disampaikan profesor dalam kuliah mereka, interaksi antara pemirsa dan pendengar juga terjalin. Komitmen seniman terhadap lingkungannya sebagai kepedulian global, arsitektur dan seni dan tempat seni visual dalam arsitektur Iran, tanda-tanda, simbol dan misteri dalam seni kontemporer, keakraban dengan perspektif seniman tradisional, terutama dalam melukis, interaksi global dengan seni Iran kontemporer, dan perluasan Komunikasi virtual adalah salah satu topik yang dibahas pada pertemuan tersebut.
Dan sementara Festival Seni Visual Fajr ke-12 berakhir pada Senin sore, penutupan festival itu ditunda ke waktu lain karena penyebaran virus Corona. Ini telah membuat kantor Festival Fajar Keduabelas terbuka untuk saat ini.
Tags
Arena Baru Konfrontasi Rusia dan Amerika (2)
Arena penting lainnya dan sekaligus baru dalam konflik Rusia-Amerika adalah untuk melancarkan perang diplomatik melawan Rusia dengan mencegah atau tidak memberikan visa kepada diplomat Rusia yang menghadiri pertemuan dan komunitas PBB serta organisasi-organisasi internasional yang berbasis di AS.
Langkah Washington telah memicu protes keras dari Moskow. Amerika Serikat selalu menggunakan masalah visa untuk delegasi dan pejabat yang menghadiri sidang dan pertemuan sebagai sarana untuk menekan negara-negara yang berselisih sejak markas besar PBB di New York. Wakil Tetap Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Vasily Nebenzya, 10 Februari 2020, menyinggung berlanjutnya upaya penjegalan Amerika Serikat dalam mengeluarkan visa diplomatik kepada para diplomat Rusia dan menyerukan penghentian perilaku AS ini. Nebenzya menuduh Amerika Serikat melanggar apa yang disebut "Markas Besar PBB" karena melanggar persyaratan visa untuk misi diplomatik dan mengancam akan membawa masalah ini agar ditengahi jika proses itu tidak dihentikan.
Wakil Tetap Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Vasily Nebenzya
Watap Rusia Rusia untuk PBB dalam sebuah pernyataan mengatakan, "Ada kesepakatan bahwa Amerika Serikat sebagai tuan rumah harus mengikuti. Amerika melanggarnya. Menolak mengeluarkan visa karena alasan apa pun, bahkan untuk alasan keamanan yang ingin dirujuk Amerika Serikat, tidak dapat dibenarkan. Jika kondisi tidak berubah, kita harus menggunakan arbitrasi."
Padahal, pada awal Desember 2019, Nebenzya mengatakan bahwa ia telah mengangkat masalah hambatan bagi delegasi Rusia yang menghadiri pertemuan PBB dengan Presiden AS Donald Trump dan ia berjanji untuk mengatasi masalah tersebut. Sekarang jelas bahwa janji Trump termasuk dalm janji-janji bohongnya, dan bahwa pemerintah Trump telah dengan sengaja melakukan pendekatan meningkatkan tekanan pada diplomat Rusia dan negara-negara lain, seperti Iran, Venezuela dan Kuba. Menurut Vladimir Ermakov, Direktur Biro Non-Proliferasi dan Kontrol Senjata Kementerian Luar Negeri Rusia, Amerika Serikat telah mengabaikan atau memblokir banyak delegasi perwakilan negara asing ke PBB, dengan demikian sebenarnya AS telah melanggar tanggung jawabnya sebagai negara tuan rumah PBB."
Tujuan pemerintah AS untuk menghalangi penerbitan visa adalah menciptakan kebingungan dan ketidakjelasan para delegasi dan pejabat negara asing tentang kemungkinan bepergian ke Amerika Serikat dan benar-benar mengobarkan perang psikologis. Tujuan Washington yang lain adalah untuk menunjukkan apa yang disebut otoritasnya dengan tidak memberikan jalan bagi para delegasi negara-negara asing ke Amerika Serikat untuk menghadiri pertemuan-pertemuan PBB. Pemerintahan Trump sebenarnya menolak untuk mengeluarkan visa kepada delegasi negara-negara asing untuk menghadiri pertemuan PBB demi mencegah mereka menyatakan atau menghalangi konsultasi diplomatik dengan negara-negara penentangnya, terutama Rusia dan Iran.
Dalam hal ini, pada Januari 2020, pemerintah AS menolak untuk mengeluarkan visa kepada Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, yang dijadwalkan untuk menghadiri pertemuan umum Dewan Keamanan. Ini telah menjadi kasus bagi para diplomat, dan juga untuk New York, yang telah memberlakukan pembatasan ketat terhadap diplomat dan keluarga mereka. Menanggapi tindakan ilegal AS, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah berulang kali menyerukan kepatuhan penuh dengan perjanjian tentang markas besar PBB sebagai negara tuan rumah lembaga ini di New York.
Sejak awal dibentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa, sesuai dengan persetujuan Amerika Serikat dan lembaga internasional ini, Washington telah diwajibkan untuk menyediakan fasilitas untuk penerbitan visa perjalanan bagi para pejabat dan delegasi dari negara-negara anggotanya, dan tidak boleh terhalang dalam hal ini. Namun, melihat catatan perilaku Amerika menunjukkan bahwa Washington telah berulang kali menolak untuk mengeluarkan visa kepada pejabat lembaga internasional serta negara-negara yang menentang kebijakan AS dan dominasi dalam kerangka kebijakan ganda.
Menolak untuk mengeluarkan visa kepada delegasi asing adalah tanda bahaya bagi komitmen AS untuk PBB, dan penolakan pemerintah Trump untuk melakukannya akan semakin mendiskreditkan Amerika Serikat secara internasional. Tentu saja perselisihan antara Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Washington mengenai interpretasi atau penerapan perjanjian ini harus diajukan ke arbitrase. Baik Sekretaris Jenderal dan Amerika Serikat dapat meminta Majelis Umum untuk mengajukan pendapat penasehat kepada Mahkamah Internasional mengenai masalah hukum apa pun di hadapan majelis arbitrase, dan majelis arbitrase akan membuat keputusan akhir berdasarkan pendapat majelis.
Masalah lain yang dihadapi konflik AS-Rusia adalah tindakan Washington yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Moskow. Selama masa jabatan Donald Trump, Amerika Serikat telah menempuh kebijakan untuk membangun kembali dan mengembangkan persenjataan nuklir, dan telah memulai rencana ambisius untuk senjata nuklir dan ancaman terhadap kekuatan nuklir lainnya, terutama Rusia.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov
Pendekatan ini telah memicu reaksi tajam dari para pejabat Moskow. Menanggapi simulasi serangan nuklir AS terhadap Rusia, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov, 22 Februari 2020, mengatakan, "AS dengan simulasi serangan nuklir terbatas ke Rusia, telah memulai sebuah permainan yang berbahaya." Ryabkov mengutuk berlanjutnya latihan simulasi terbatas penggunaan senjata nuklir, termasuk penggunaannya dalam menyerang Rusia dalam bentuk manuver markas besar dan menekankan, tindakan semacam itu menunjukkan kesiapan Washington untuk menghadapi dan bergerak ke tingkat pengurangan level yang kemudian dapat menggunakan senjata nuklir.
Seorang pejabat Pentagon mengakui bahwa pihaknya sedang melakukan latihan nuklir. “AS melakukan sebuah latihan kecil termasuk bagaimana cara memberikan balasan jika Rusia melancarkan serangan nuklir,” ujarnya. Pesawat pembom strategis B-52 AS tahun lalu juga melakukan latihan serangan nuklir untuk meningkatkan kesiapan jika terjadi perang dengan Rusia. Moskow berulang kali mengutuk pendekatan Washington dalam peningkatan kemampuan nuklir dan rencana penggunaan senjata nuklir jika pecahnya perang di masa depan. Moskow menganggap langkah itu akan meningkatkan instabilitas dan ketidakamanan di dunia.
Washington lebih memilih meninggalkan perjanjian internasional dan memperkuat sistem persenjataan nuklirnya ketimbang mengambil langkah-langkah di bidang pengendalian senjata. Pemerintahan Trump mengejar kebijakan ofensif dalam kerangka doktrin baru nuklir AS. Doktrin ini diumumkan dalam sebuah dokumen yang disebut Tinjauan Postur Nuklir pada Februari 2018. Dokumen ini menekankan penguatan persenjataan nuklir dalam strategi keamanan AS.
Trump mengambil kebijakan untuk memproduksi dan menyebarkan persenjataan nuklir kecil. Langkah ini merupakan ancaman nyata terhadap negara-negara lain khususnya kekuatan nuklir seperti Rusia dan Cina. AS bahkan mempercepat pengembangan serta penyebaran rudal dan senjata nuklir baru dengan alasan melawan ancaman, yang diklaim datangnya dari sisi Rusia dan Cina.
Rusia merupakan sebuah tantangan besar bagi strategi nuklir AS. Wakil Menteri Pertahanan AS waktu itu, John Rood pada Juli 2019 mengakui bahwa Pentagon memandang doktrin militer Rusia sebagai tantangan terhadap kemampuan nuklir Washington. “Rusia sedang memperkuat kemampuan nuklir taktisnya, sementara kita sudah puluhan tahun tidak memproduksi senjata nuklir baru,” katanya. Klaim ini jelas-jelas bertentangan dengan fakta.
Moskow akan menggunakan senjata nuklirnya hanya dalam dua kasus. Pertama, jika melibatkan penggunaan senjata pemusnah massal oleh pihak lain untuk menyerang Rusia. Kedua, jika terjadi serangan menggunakan senjata konvensional, namun skala serangan mengancam keberadaan Rusia. Moskow menekankan bahwa pihaknya sama sekali tidak punya skenario lain tentang penggunaan senjata nuklir dan klaim para pejabat Washington benar-benar tidak berdasar.
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat
Tujuan pemerintah Trump adalah untuk memperbaiki, memberdayakan dan meningkatkan keunggulan nuklir Amerika atas Rusia. Di era pasca-Perang Dingin, stabilitas dan keamanan internasional di arena internasional didasarkan pada kesetaraan dan penyelarasan nuklir. Yaitu, antara dua kekuatan nuklir dunia yang mampu menghancurkan bumi beberapa kali, ada keseimbangan yang sangat luar biasa dan tepat, yang sebenarnya menjamin pencegahan setiap konflik nuklir.
Secara keseluruhan, upaya utama pemerintah Trump adalah untuk pertama-tama meninggalkan perjanjian kontrol senjata dan kemudian melemahkan aturan keseimbangan nuklir dengan merenovasi dan meningkatkan persenjataan nuklir AS, sambil mencoba mengurangi kemampuan nuklir para pesaingnya, Rusia dan Cina.
Arena Baru Konfrontasi Rusia dan Amerika (1)
Hubungan Rusia dan Amerika Serikat khususnya pasca krisis Ukraina tahun 2014 senantiasa diwarnai dengan peningkatan friksi dan tensi. Pendekatan Washington terhadap Moskow sekedar bertumpu pada permusuhan yang terus meningkat dan penerapan represi total. Langkah anti Rusia Amerika selama beberapa bulan terakhir menemukan dimensi baru.
Washington bukan saja terlibat konfrontasi langsung dengan Moskow dalam bentuk penerapan beragam sanksi, bahkan dengan dalih tak langsung seperti hubungan Rusia dengan negara-negara anti hegemoni AS, juga aktif menerapkan tekanan terhadap Moskow.
Contoh terbaru perilaku pemerintah Trump adalah sanksi terhadap perusahaan minyak raksasa Rusia, Rosneft dengan dalih memiliki hubungan dengan Venezuela. Amerika sebagai rival utama Rusia di suplai energi Eropa sebelumnya juga telah menjatuhkan sanksi kepada Rosneft terkait isu Ukraina dan menekan negara-negara Eropa untuk menghentikan impor minyak serta gas dari Rusia.
Image Caption
Amerika dengan beragam alasan termasuk krisis Ukraina sejak lama menjatuhkan berbagai sanksi dan masih tetap menekankan dilanjutkannya proses ini. Langkah terbaru Amerika di bidang ini adalah kebijakan Departemen Keuangan AS akhir Januari 2020 yang menyatakan, Amerika Serikat bersiap menerapkan sanksi baru kepada Rusia terkait aneksasi Crimea dan mensanksi delapan individu serta sebuah perusahaan kereta api di Moskow.
Amerika menjatuhkan beragam sanksi kepada Rusia di di tahun 2014 sebagai respon atas aneksasi Crimea. Departemen Keuangan Amerika di statemennya menyatakan, pejabat yang sanksi mencakup Perdana Menteri Crimea, Yury Gotsanyuk pasca pemilu 2019 dan enam orang lainnya.
Berdasarkan pernyataan Departemen Keuangan AS, nama-nama individu ini juga dimasukkan ke list hitam oleh Kanada. Sanksi ini diambil menyusul langkah Uni Eropa yang mensanksi individu ini termasuk Gostanyuk. Selain itu, perusahaan kereta api Grand Service Express yang berpusat di Moskow dan juga aktif di Crimea serta Alexander Ganov, CEO Grand Service Express juga dikenai sanksi.
Berdasarkan sanksi AS, aset individu-individu ini dan perusahaan tersebut dibekukan serta warga Amerika dan perusahaan negara ini tidak diijinkan berhubungan dengan individu serta perusahaan yang disanksi ini.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, menteri keuangan AS di statemennya menyatakan, "Langkah Kemenkeu diambil melalui koordinasi penuh dengan sekutu dan mitra internasional kami serta serta refleksi kembali dukungan kami untuk menghidupkan proses politik, demokratis, bebas dan adil di Crimea."
Meski demikian pemerintah Trump saat ini tetap melapaui batasan ini dan tengah aktif mensanksi lembaga atau perusahaan Rusia dengan dalih memiliki hubungan dengan negara-negara ketiga yang menentang hegemoni Washington. Contoh terbaru kasus ini adalah sanksi salah satu anak perusahaan minyak pemerintah Rusia, yakni Rosneft oleh Kemenkeu Amerika dengan alasan melewati sanksi AS terhadap Venezuela.
Kemenkeu AS pada 18 Februari 2020 menjatuhkan sanksi kepada perusahaan Rosneft Trading S.A. dan Deputi perusahaan Rosneft, Didier Casimiro. Menurut pengumuman Kemenkeu AS, untuk selanjutnya setiap individu dan perusahaan yang melakukan transaksi keuangan dan finansial dengan perusahaan ini akan diancam dengan sanksi.
Pemerintah Amerika mengklaim bahwa perusahaan Rosneft sebagai pelaku utama yang melewati represi Amerika terhadap pemerintah Venezuela. Seorang petinggi Amerika saat menjustifikasi sanksi perusahaan Rosneft mengatakan, "Ini sebuah respon atas peran sentral yang terus meningkat perusahaan Rosneft terkait hubungan dengan Venezuela." Menurut klaimnya perusahaan Rusia ini masih melanjutkan impor minyak dari Venezuela dan secara aktif menjauhkan sanksi Amerika.
Sanksi terhadap perusahaan Rosneft dilakukan atas permintaan Presiden AS Donald Trump. Pemerintah Amerika sejak lama menjatuhkan sanksi untuk menggulingkan Presiden resmi Venezuela, Nicolas Maduro, serta menekan negara yang memiliki kerja sama perdagangan dengan Caracas seperti Rusia dan Kuba.
Pada saat yang sama, Amerika Serikat mengintimidasi negara-negara yang berencana menggalang hubungan serta perdagangan dan kesepakatan senjata dengan Rusia dengan dalih undang-undang CATSA. Amerika Serikat bahkan mendorong Meksiko, yang juga merupakan salah satu mitra terdekatnya. Wakil Menteri Luar Negeri AS Hugo Rodriguez mengatakan pada pertengahan Februari 2020 bahwa negara itu akan diboikot jika tentara Meksiko dilengkapi dengan helikopter Rusia. Tentara Meksiko sekarang dilengkapi dengan armada helikopter MI-7 buatan Rusia, dan mengingat Meksiko puas dengan helikopter ini, negara tetangga Amerika ini berencana untuk membeli lebih banyak dari mereka.
Berlanjutnya aksi-aksi penjatuhan sanksi Amerika menuai respon keras dari Moskow. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menyatakan bahwa seluruh negara dunia tidak boleh acuh tak acuh atau netral terhadap sanksi Amerika, tapi mereka harus menolaknya dan melawan pendekatan sanksi Washington.
Maria Zakharova
Rusia meyakini bahwa berbagai negara harus mengambil sikap satu untuk melawan aksi sanksi Amerika. Menurut perspektif Moskow, Washington tidak memiilki sarana lain kecuali represi sanksi kepada negara-negara independen dan ini anggapan salah bahwa Amerika hanya memanfaatkan sanksi kepada sejumlah negara.
Zakharova meyakini bahwa ini sebuah pendekatan keliru ketika elit politik negara lain berpikir jika masalah sanksi ini tidak akan melilit mereka, karena di sejarah contoh beragam dari kasus ini tidak sedikit. Sepertinya penyikapan seluruh negara sangat penting terhadap Amerika karena menggunakan sanksi sepihak dan penerapannya termasuk terhadap Rusia dan puluhan negara lain tanpa ijin Dewan Keamanan PBB sehingga Washington terpaksa akan merevisi masalah ini.
Salah satu dimensi penting represi terbaru Washington kepada Moskow adalah upaya berkesinambungan AS untuk melemahkan ekonomi Rusia dengan membatasi ekspor gas negara ini ke Eropa. Rusia tercatat sebagai eksportir terpenting gas ke negara-negara Uni Eropa. Meski ada penurunan ekspor gas Rusia sejak tahun 2014, negara ini masih menjadi penyuplai terbesar gas Uni Eropa di paruh pertama tahun 2019.
Jerman sangat bergantung kepada Rusia untuk impor gas alam dan sekitar seperempat dari gas alam yang dibutuhkannya dari Rusai disuplai melalui pipa gas Nord Stream-1. Rusia meski ada sanksi Amerika terhadap kontrak gasnya, berencana menyelesaikan proyak pipa gas baru bawah air Nord Stream-2 yang mengirim gas Rusia melalui laut Baltik ke Jerman yang kini tinggal 150 km di tahun 2020.
Proyek pipa gas Nord Stream-2 menjadi pusat tensi geopolitik AS dan Rusia. Meski ada dukungan sejumlah negara Eropa seperti Ukraina dan Polandia terhadap kebijakan anti Rusia Washington, namun negara-negara penting Uni Eropa seperti Jerman dan Austria menghendaki peningkatan ekspor gas Rusia ke Eropa.
Simbol friksi ini yang menjadi konflik Rusia dan Eropa dengan Amerika adalah isu penyelesaian dan pengoperasian jalur pipa Nord Stream-2 yang dijadwalkan setiap tahun 55 miliar meter kubik gas Rusia diekspor ke Jerman melalui Laut Baltik. Perusahaan Gazprom Rusia bersama konsorsium yang terdiri dari perusahaan Perancis, Austria, Belanda, Inggris dan Jerman, yakni perusahaan-perusahaan energi Engie, OMV, Shell, Uniper dan Wintershall bertanggung jawab atas pembangunan proyek pipa gas ini. Perusahaan diproyek Nord Stream-2 hingga Mei 2019 telah menginvestasikan lebih dari 6,3 miliar dolar di proyek ini.
Nord Stream-2
Kian meluasnya hubungan energi Rusia dan Eropa menuai respon negatif dari Amerika Serikat. Washington memperingatkan bahwa pengoperasian pipa gas ini akan membuat Eropa semakin tergantung kepada energi Rusia. Oleh karena itu, baru-baru ini, dengan menjatuhkan sanksi kepada perusahaan Eropa yang terlibat dengan proyek ini, secara praktis Amerika memulai langkahnyauntuk mencegah penyelesaian proyek Nord Stream-2.
Amerika Serikat dengan mensabotase masalah ini dan menurunkan ekspor gas Rusia ke Eropa berencana meningkatkan penjualan gas cairnya di pasar energi Eropa. Padahal harga gas alam Rusia lebih murah bagi Eropa membuat rencana Washington semakin sulit.
Meski demikian Washington untuk mencegah penyelesaian pipa gas Nord Stream-2 memanfaatkan beragam sarana dan metode. Dalam koridor ini, pemerintah Donald Trump di undang-undang bujet pertahanan 2020 mencantumkan sanksi terhadap pipa gas yang tengah dibangun Rusia di Eropa termasuk pipa gas Nord Stream-2.
Trump mengkritik Jerman karena memberi miliaran dolar kepada Rusia untuk gas dan juga memanfaatkan dukungan Amerika. Ia pada 20 Desember menandatangani bujet pertahanan Amerika tahun 2020 di mana di dalamnya dicantumkan sanksi kepada perusahaan yang berpartisipasi di proyek Nord Stream-2.
Deplu Amerika Serikat pada 27 Desember 2019 memperingatkan perusahaan dan kontraktor yang aktif di proyek pipa gas Nord Stream-2 jika tidak segera menghentikan aktivitasnya di proyek ini, maka mereka akan menjadi target sanksi Washington.
Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov saat merespon masalah ini menyatakan, sanksi Amerika terhadap proyek pipa gas Nord Stream-2 melanggar hukum internasional dan contoh dari persaingan tak sehat. Amerika memanfaatkan sanksi untuk meningkatkan represi kepada Eropa dan mencegah tuntasnya proyek ini. Sejatinya Washington sejak lama memanfaatkan sanksi sebagai sarana tekanan langsung dan tidak langsung terhadap berbagai negara.
Kini sanksi tersebut mulai melilit Eropa. Sementara itu, pemerintah Jerman menyatakan bahwa mereka tidak membutuhkan suplai gas dari Amerika Serikat dan memperingatkan jika Washington tidak mengakhiri ulahnya untuk mencegah penyelesaian proyek gas Nord Stream-2, maka Berlin akan memberlakukan sanksi balasan.
Sikap terakhir Amerika di kasus ini adalah Menteri Energi AS, Dan Brouillette dalam sebuah statemennya mengungkapkan, "Saya yakin Rusia tidak akan mampu merampungkan proyek pipa gas Nord Stream-2 dan Washington akan melanjutkan penentangannya terhadap proyek ini."
Terkait upaya Rusia untuk menerobos sanksi AS terhadap proyek pipa gas Nord Stream-2 dan menyelesaikannya sendiri, Brouillette mengatakan, "Mereka tidak mampu dan klaim ini tertolak bahwa proyek ini akan diselesaikan oleh Gazprom dengan sedikit keterlambatan."
Menteri Energi AS Dan Brouillette
Menteri energi AS dalam wawancaranya di sela-sela Konferensi Keamanan Munich mengatakan, "Ini akan menjadi keterlambatan yang sangat panjang, karena Rusia tidak memiliki teknologi untuk menyelesaikan proyek ini dan jika Moskow menyelesaikan sendiri proyek ini, kita tunggu saja apa yang akan mereka lakukan. Namun Saya tidak berpikir jika ini sangat sederhana di mana mereka mengatakan kami menyelesaikan sendiri proyek ini."
Bagaimanapun Amerika memutuskan untuk mengalokasikan dana besar-besaran untuk menggagalkan proyek Nord Stream-2. Washington berencana menyuntikkan dana satu miliar Euro kepada negara-negara Eropa timur dan tengah yang menurut anggapannya sebagai dukungan atas independensi energi Eropa terhadap Rusia dan melawan proyek Nord Stream-2.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo saat berbicara di Konferensi Keamanan Munich seraya mengumumkan bantuan finansial di sektor energi Eropa Timur menekankan bahwa tujuan AS adalah menyebarkan investasi sektor swasta di bidang energi. Menurutnya inisiatif Amerika ini termasuk hal-hal yang harus didukung di kerja sama ekonomi.
Setelah Mundur, Mahathir Jabat Posisi PM Interim
Permohonan pengunduran diri Mahathir Mohamad dari jabatan perdana menteri Malaysia telah diterima oleh Raja negara ini, dan kini melanjutkan tugas barunya sebagai perdana menteri interim.
Raja Malaysia, Yang di Pertuan Agong Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah hari Senin (24/2/2020) memutuskan membubarkan kabinet setelah menerima permohonan pengunduran diri Mahathir Mohamad dari jabatan perdana menteri.
Kemudian, Raja Malaysia menunjuk Mahathir sebagai perdana menteri interim (sementara) untuk mengurus pemerintahan sampai penggantinya terpilih dan kabinet baru terbentuk.
Media Malaysia melaporkan, Raja Abdullah menyampaikan keputusan itu setelah berdialog dengan Mahathir di istana selama 90 menit. Sebelumnya dia juga bertemu dengan Ketua Partai Keadilan Rakyat (PKR), Anwar Ibrahim, dan sang istrinya yang menjabat sebagai Wakil PM Malaysia, Dr. Wan Azizah Wan Ismail untuk membahas persoalan tersebut.
Situs Free Malaysia Today hari Senin (24/2/2020) melaporkan, Kepala Sekretaris Pemerintah Malaysia, Mohamed Zuki Ali mengatakan keputusan Raja Abdullah sesuai dengan Pasal 43 (5) Undang-Undang Federal.
Jaksa Agung Malaysia, Tommy Thomas menyatakan kepala pemerintahan sementara akan dipegang oleh Mahathir.
Dilaporkan, sebanyak 26 menteri dan kepala lembaga pemerintah yang ada dalam kabinet yang dipimpin Mahathir.