کمالوندی

کمالوندی

Senin, 02 Maret 2020 12:42

Hak Anak Dalam Islam (6)

 

Setelah membahas panjang lebar tentang dinamika sejarah hak anak dan mengulas dokumen-dokumen internasional yang membuat hak anak, pada kesempatan kali ini akan diulas tentang latar belakang hak anak dalam Islam.


Hak anak dianggap sebagai sub-kategori hak asasi manusia. Dalam mengakui hak asasi manusia, penting untuk mengenali subjeknya, yaitu, manusia dan lebih penting untuk mengenali anak dalam hal situasi khususnya. Seorang anak adalah seorang manusia yang memiliki hak tetapi tidak dapat membela dan mempertahankannya. Karena alasan ini, penggunaan bahasa wahyu dalam pengakuan anak dan selanjutnya, hak-haknya, menempatkan kita dalam perspektif yang jauh lebih luas daripada apa yang dipahami oleh manusia. Dalam hal ini, inti dari semua urusan adalah Tuhan yang menciptakan manusia dan sepenuhnya sadar akan sudut keberadaan dan kebutuhan manusia.

Secara umum, manusia dan hak-haknya dalam hukum Islam adalah sangat penting. Hak asasi manusia dan menghormati martabatnya adalah salah satu tujuan paling penting dari Islam. Masa kecil sebagai awal kehidupan manusia adalah yang paling penting dan mendasar dari kehidupan manusia. Dalam ajaran surgawi Islam, semua anak dari perempuan dan laki-laki memiliki hak dan keistiewaan tertentu dan semua orang dilarang melakukan kekerasan atau kekejaman terhadap mereka.

Islam muncul di masa ketika manusia dan berikutnya anak-anak, mengalami era yang sangat kejam. Munculnya Islam di Jazirah al-Arab adalah masa ketika orang-orang di era Jahiliah menganggap putri-putri mereka menjadi aib dan mengubur mereka hidup-hidup. Bahkan dari beberapa ayat al-Quran disimpulkan bahwa anak-anak juga dibunuh karena takut miskin.

Sebelum Islam, anak-anak di kalangan orang Arab dan kelompok etnis lainnya berada dalam kondisi yang tidak baik dan kehilangan hak-hak biasa sekalipun. Mereka menyingkirkan anak-anak dengan alasan apa pun, seperti upaya melepaskan diri dari kemiskinan dan biaya hidup. Sementara itu, kondisi anak perempuan jauh lebih menyakitkan. Para tokoh dan orang-orang terkemuka menganggap anak perempuan sebagai aib dan mengubur mereka hidup-hidup, seperti yang Tuhan katakan dalam al-Quran:


"Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu." (QS an-Nahl: 58-59)

Dengan kedatangannya, Islam dalam bentuk interpretasi yang indah dalam kasus ini, tidak hanya mencegah orang dari kebiasaan buruk ini, tetapi juga meningkatkan nilai anak-anak di masyarakat dan mendesak para ayah dan ibu untuk tidak membunuh anak-anak mereka dan peduli dengan mereka. Dalam al-Quran disebutkan, "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar." (QS al-Isra: 31)

Begitu juga Rasulullah Saw bersabda, "Bukan dari kami yang tidak mengasihi anak-anak."

Al-Quran memiliki ayat-ayat penting dan bermakna di bidang hak-hak anak. Salah satu hal yang dapat menjadi dasar bagi hak-hak anak dan Islam menyatakan mereka bertahun-tahun sebelum Deklarasi Universal Hak Anak dan konvensi yang relevan dinyatakan dalam ayat 9 dari surat an-Nisaa kepada para ayah dan ibu. Tuhan memperingatkan mereka untuk tidak melakukan apa pun yang menyebabkan penyakit, kesulitan, keterbelakangan dan kesengsaraan bagi anak-anak mereka.


"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS an-Nisa: 9)

Islam berkomitmen untuk memberikan perlindungan komprehensif terhadap kepentingan anak dan untuk itu telah menyiapkan tugas dan instruksi. Perintah-perintah ini dimulai bertahun-tahun sebelum kelahiran bayi. Islam bahkan telah menetapkan standar untuk memilih wanita atau pria sebagai calon pendampingnya gua dapat mempersembahkan anak yang layak kepada masyarakat. Dalam kehamilan ibu, yang merupakan awal kehidupan anak-anak, Islam telah memberikan instruksi untuk menjaga kesehatan dan perkembangan bayi dan janin.

Berdasarkan ajaran Islam, perilaku dan akhlak orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap anak-anak. Al-Quran menyatakan kebenaran ini dari pesan Nabi Nuh, "Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir." (QS Nuh: 26-27)

Islam untuk persalinan juga telah memberikan undang-undang perdata dan ketentuan yang mendukung dan dalam periode ini telah melindungi anak-anak serta memberi perhatian khusus kepada ibu dan anak-anak. Hak untuk hidup dan mendukungnya dan wasiat bagi kehamilan atau janin, mendapat warisan dari pewaris dan penundaan dalam pelaksanaan hukuman wanita hamil, adalah di antara hak-hak ini, termasuk merugikan dan merusak kehamilan.

Begitu juga Islam menekankan pentingnya perkembangan fisik dan mental anak-anak. Dengan cara memotivasi pernikahan, mendapatkan asupan gizi bagus selama kehamilan dan kesehatan fisik dan mental anak-anak. Islam menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar yang benar agar berhasil dalam mengasuh anak-anak yang sehat.

Agar anak-anak mendapat pendidikan yang baik dan benar, manusia harus memilih istri yang agamis dan berkakhlak baik serta berasal dari keluarga beragama dan berakhlak dan terdidik dengan penuh penghormatan. Memiliki atribut ini adalah salah satu pilihan yang paling diinginkan untuk memilih pasangan. Rasulullah Saw bersabda, "Karena empat alasan, perempuan dipilih sebagai pasangan; demi harta, keturunan dan keluarga, kecantikan dan keberagamaan. Pilih orang yang beragama dan takwa. Karena itu menyebabkan kebaikan dan keberkahan."

Karena anak memiliki banyak hak dalam Islam dan karena anak itu tidak mampu membela dan meraih hak-haknya, Islam mewajibkan ayah dan ibu, wali amr dan hakim (pemerintah) untuk melindungi hak-hak ini. Islam juga memperhatikan hak anak-anak dengan kondisi khusus, seperti anak yatim dan anak-anak yang tidak memiliki orang tua dan menyiapkan program nyata bagi mereka. Pentingnya perhatian agama untuk melindungi anak-anak yatim piatu dan mendorong manusia untuk berperilaku baik kepada mereka serta berusaha mendidik dan mengajari mereka merupakan dukungan demi mencegah anak-anak melakukan hal-hal yang tidak boleh dilakukannya.

Singkatnya, orang dapat mengatakan bahwa tema semua ajaran Islam tentang anak-anak adalah untuk memberikan kepentingan terbaik bagi anak. Dalam istilah yurisprudensi, orang tua diminta untuk melindungi maslahat anak-anak dalam setiap keputusan yang mereka ambil.

Perlu dicatat bahwa sejak empat belas abad lalu, Islam telah mengalokasikan 216 ayat Al-Qur'an secara langsung dan tidak langsung kepada anak-anak dan lebih dari 3.000 riwayat dalam hal ini, dimana dari 1.000 hadis dikeluarkan pelbagai tema dan disusun. Sementara lebih dari 60 tema fiqih yang membahas mengenai anak-anak dalam yurisprudensi Syiah dan argumentasi para ahli hukum besar tentang mereka merupakan kelebihan yang dibanggakan dalam agama Islam, dimana menjelaskannya kepada dunia dapat membuka dan menyelesaikan banyak masalah.

Perlindungan hak anak-anak ini dibangkitkan ketika tidak ada lembaga, organisasi, atau konvensi internasional untuk perlindungan hak-hak anak, dan Islam menyediakan konteks untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dalam segala hal dengan mempertimbangkan semua kebutuhan fisik, mental dan psikologis anak-anak dan pembelaan terhadap mereka.

 

Mohammed Tawfiq Allawi, Perdana Menteri Irak yang baru hari Minggu malam, 1 Maret dalam sebuah pesan video menyatakan dirinya menarik diri dari pembentukan kabinet Irak.

Menurut Pars Today, Allawi mengatakan dalam pesan video bahwa alasan penarikan dirinya dari pembentukan kabinet karena tekanan politik dari beberapa kelompok.

Mohammed Tawfiq Allawi, merujuk pada tuntutan beberapa kelompok untuk memegang jabatan menteri, meminta demonstran Irak untuk meningkatkan tuntutan dalam skala nasional terhadap kelompok-kelompok ini.

Mohammed Tawfiq Allawi, Perdana Menteri Irak
Allawi juga meminta maaf dalam surat resmi kepada Presiden Irak Barham Saleh karena kegagalannya membentuk kabinet.

Presiden Irak Barham Saleh juga telah mengumumkan bahwa ia akan mengumumkan opsi perdana menteri yang baru dalam 15 hari ke depan, setelah berkonsultasi dengan berbagai kelompok dan menerima pengunduran diri Allawi.

Sidang luar biasa parlemen Irak pada hari Minggu, 1 Maret, untuk membahas abinet Mohammed Tawfiq Allawi ditunda karena gagal mencapai kuorum untuk kelima kalinya dalam seminggu.

Senin adalah batas waktu bagi Allawi untuk membentuk kabinet.

Dari 329 anggota parlemen Irak, hanya 108 yang hadir pada sidang hari Minggu.

Irak telah menyaksikan aksi demonstrasi sejak 1 Oktober 2019, sebagai protes terhadap situasi layanan publik yang buruk, kurangnya kesempatan kerja dan korupsi.

Adil Abdul-Mahdi mengundurkan diri pada 29 November 2019, ketika protes berlanjut dan berubah menjadi aksi kekerasan jalanan.

Senin, 02 Maret 2020 10:31

Kisah Ashabul Kahfi dan sains

 

Dalam masalah tidur panjang para pemuda kota Afsus (Ashabul Kahfi) yang berlangsung dalam waktu yang sangat panjang, mungkin saja akan menimbulkan keraguan pada beberapa orang dan mereka menganggap hal ini tidak relevan dengan parameter-parameter ilmiah. Oleh karena itu, mereka menempatkan peristiwa ini sederet dengan khayalan dan dongeng belaka, karena:

Pertama, usia panjang yang mencapai ratusan tahun untuk orang-orang yang bangun saja merupakan sebuah hal yang tidak rasional. Apa lagi untuk orang-orang yang tidur!

Kedua, apabila kita menerima bahwa usia sekian ratus tahun ini adalah suatu hal yang mungkin dan bisa terjadi dalam kondisi bangun, maka dalam keadaan tidur, hal ini mustahil bisa terjadi. Karena pasti akan muncul problem makan dan minum. Bagaimana mungkin orang bisa bertahan hidup selama beratus-ratus tahun tanpa membutuhkan makan dan minum? Dan seandainya untuk setiap hari hidup kita membutuhkan satu kilo makanan dan satu liter air saja, maka untuk seusia Ashabul Kahfi ini, kita harus menggudangkan lebih dari seratus ton makanan dan seratus ribu liter air, yang tentu saja ukuran sebanyak ini belum mempunyai arti.

Ketiga, apabila semua itu tidak dianggap, maka kita akan tetap dihadapkan dengan persoalan, yaitu, menetapnya tubuh dalam kondisi monoton dan itu pun untuk waktu yang sangat panjang pasti akan menyebabkan kerusakan pada organisme tubuh dan menimbulkan begitu banyak kerusakan padanya.

Pada mulanya, mungkin kritikan-kritikan semacam ini bisa mengantarkan kita kepada sebuah jalan buntu yang tidak mungkin kita tembus. Padahal, tidak demikian adanya, karena:

Pertama, persoalan usia panjang bukan merupakan persoalan yang tidak ilmiah, meskipun kita mengetahui bahwa panjangnya usia setiap makhluk hidup secara ilmiah tidak mempunyai parameter yang pasti dan paten, karena dengan kedatangan maut, sudah pasti ia akan mati.

Dengan ibarat lain, benar bahwa ketahanan tubuh manusia, bagaimanapun kuatnya, pada akhirnya mempunyai keterbatasan dan sampai pada akhir perjalanannya. Akan tetapi, klaim ini bukan berarti bahwa kondisi tubuh seorang manusia atau makhluk hidup lain tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama dari usia yang sewajarnya, seperti yang terlihat di alam natural bahwa apabila air telah mencapai suhu seratus derajat celsius, konsekuensinya adalah air akan mendidih dan pada suhu nol derajat celsius, air akan menjadi es.

Demikian pula halnya dengan manusia. Ketika ia telah mencapai usia seratus atau seratus lima puluh tahun, maka jantungnya akan berhenti melakukan aktifitasnya sehingga dengan demikian, kematian akan menghampirinya. Tidaklah demikian adanya. Parameter panjang-pendeknya usia makhluk hidup bergantung banyak pada kondisi kehidupan mereka. Karena, dengan adanya perubahan kondisi kehidupan, maka panjang-pendeknya usia makhluk hidup benar-benar bisa mengalami perubahan juga.

Terbukti bahwa dari satu sisi, tidak ada satu pun ilmuwan di dunia ini yang mampu menentukan parameter yang pasti untuk usia manusia, dan dari sisi lain, penelitian yang mereka lakukan di lapangan dan laboratorium menunjukkan bahwa terkadang mereka mampu mengupayakan usia sebagian makhluk hidup lebih panjang beberapa kali lipat dari usia yang semestinya. Terkadang hal itu bisa sampai dua belas kali lipat lebih lama dari usia yang semestinya. Dan bahkan, pada saat ini, mereka memberikan harapan kepada manusia bahwa di masa yang akan datang, dengan ditemukannya metode ilmiah terbaru, usia manusia bisa diupayakan hingga mencapai beberapa kali lipat dari usia yang ada sekarang. Ini sehubungan dengan panjang-pendeknya usia.

Kedua, tentang problem air dan pangan dalam keadaan tidur panjang ini, bisa dikatakan bahwa apabila tidur yang dilakukan adalah tidur biasa sebagaimana yang sering terjadi pada diri kita, maka kebenaran ada pada para pengkritik. Yaitu, hal ini tidak relevan dengan prinsip ilmiah, karena pembakaran dan pembentukan badan dalam keadaan tidur biasanya akan lebih sedikit daripada ketika dalam keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila hal yang sama dilakukan secara kontinyu untuk tahun-tahun berkepanjangan, maka hal itu akan menjadi sangat banyak. Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan bahwa di dunia natural kita ini terdapat pula jenis-jenis tidur yang dilakukan pada musim dingin di mana penggunaan makanan dalam tubuh dalam kondisi seperti ini sangatlah sedikit.

 

Penyakit Tidur Musim Dingin

Terdapat banyak jenis binatang yang pada keseluruhan musim dingin senantiasa berada dalam keadaan tidur panjangnya di mana dalam istilah ilmiahnya dinamakan dengan penyakit tidur musim dingin.

Aktifitas kehidupan pada jenis tidur semacam ini bisa dikatakan terhenti sama sekali dan hanya terdapat nyala yang amat kecil di dalamnya dan jantung seakan berhenti berdenyut. Mungkin ungkapan yang lebih tepat adalah, bahwa detakan jantung sedemikian lemahnya sehingga bisa dikatakan sama sekali tidak bisa dirasakan.

Dalam keadaan semacam ini, tubuh makhluk hidup bisa diibaratkan sebagai sebuah tanur besar yang telah padam, di mana dalam kepadamannya ini masih terdapat nyala lilin kecil yang tetap berada dalam aktifitasnya. Sangat jelas bahwa bahan makanan yang dimasak di dalam tanur yang biasanya dalam satu hari membutuhkan sekian bahan bakar untuk menghasilkan nyala api yang besar akan bisa menjadi makanan untuk puluhan atau ratusan tahun apabila dimasak dengan menggunakan nyala lilin yang amat kecil. (Tentu saja hal ini bergantung pada besar kecilnya nyala tanur dalam keadaan menyala dan dalam keadaan lilin kecil itu menyala).

Para ilmuwan dalam menanggapi masalah penyakit tidur musim dingin sebagian binatang ini berkata, “Apabila kita keluarkan seekor katak yang sedang berada dalam keadaan tidur musim dinginnya dari tempatnya, maka ia seakan-akan tampak mati, tidak ada udara dari paru-parunya, dan detakan jantungnya sedemikian lemah sehingga tidak bisa ditemukan.

Di antara binatang-binatang berdarah dingin yang mempunyai kebiasaan tidur musim dingin ini adalah sebagian kupu-kupu dan serangga. Demikian juga jenis-jenis siput tanah, binatang-binatang melata dan sebagian dari binatang menyusui (berdarah panas) pun mempunyai kebiasaan tidur musim dingin ini. Ketika mereka sedang melakukan tidur musim dingin, maka aktifitas-aktifitas kehidupan sangatlah sedikit, dan lemak-lemak yang tersimpan di dalam badan akan dimanfaatkan secara bertahap.”

Maksudnya adalah, bahwa kita mempunyai jenis tidur yang dalam kondisi tidur ini kebutuhan akan makan dan minum menjadi luar biasa sedikit dan aktifitas kehidupan hampir mendekati nol. Dan kebetulan, hal inilah yang membantu guna menghindarkan anggota badan dari kerusakan dan keletihan, serta akan mempengaruhi panjangnya usia binatang-binatang jenis ini. Pada prinsipnya, tidur musim dingin ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi sebagian binatang yang mungkin tidak mampu untuk mencari makanan pada musim dingin.

 

Penguburan Para Petapa

Berkenaan dengan masalah para petapa sering kita saksikan bahwa sebagian dari mereka diletakkan di dalam sebuah peti dengan disaksikan oleh mata-mata yang keheranan dan sulit menerimanya dan kadang-kadang mereka dikuburkan selama seminggu di dalam tanah. Setelah waktu itu habis, mereka dikeluarkan kembali dari dalam tanah, lalu dipijat dan diberikan bantuan pernafasan sehingga mereka kembali ke dalam kondisi awalnya setahap demi setahap.

Dalam hal ini, problem kebutuhan pada makanan bisa jadi tidak merupakan suatu hal yang amat krusial. Akan tetapi, kebutuhan pada oksigen untuk pernafasan merupakan problem yang lain. Karena kita mengetahui betapa pekanya sel-sel otak ini menghadapi kekurangan oksigen dan ketergantungan sel-sel otak ini terhadap zat kehidupan “oksigen” yang sedemikian eratnya sehingga apabila beberapa detik saja ia tidak mendapatkannya, hal itu akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel tersebut secepat mungkin. Sekarang, bagaimana para petapa ini bisa menahan kekurangan oksigen dalam waktu —misalnya— satu minggu tersebut?

Jawaban dari pertanyaan ini, dengan memperhatikan penjelasan yang telah kami berikan sebelumnya, tidaklah terlalu sulit. Karena selama masa ini, aktifitas kehidupan pada tubuh para petapa ini kira-kira telah berada dalam kondisi terhenti. Hal ini menyebabkan kebutuhan sel-sel otak terhadap oksigen dan pengunaannya berada dalam level yang luar biasa sedikit sehingga selama masa ini, udara di dalam lingkup peti saja telah mencukupi kebutuhan oksigennya selama satu minggu.

 

Pembekuan Tubuh Manusia yang Masih Hidup

Saat ini terdapat begitu banyak teori mengenai persoalan pembekuan tubuh binatang dan bahkan, tubuh manusia (untuk memperpanjang usia mereka) yang sebagiannya telah terealisasi. Sesuai dengan teori-teori yang ada, mungkin saja dengan meletakkan tubuh seorang manusia atau seekor hewan dalam suhu udara di bawah nol derajat sesuai dengan metode yang khusus akan bisa menghentikan kehidupannya tanpa menyebabkan kematian yang sesungguhnya, dan setelah beberapa saat lamanya, ia harus diletakkan di dalam suhu udara hangat yang sesuai sehingga ia akan kembali pada kondisinya semula.

Untuk perjalanan luar angkasa ke planet yang jauh, di mana terdapat kemungkinan akan menghabiskan waktu ratusan atau bahkan ribuan tahun lamanya, terdapat beberapa metode dan teori yang disarankan. Salah satunya adalah meletakkan astronot di dalam ruangan khusus untuk mengawetkannya di sana. Lalu, setelah beberapa tahun berlalu dan telah mendekati letak planet yang dimaksud suhu udara di ruangan tersebut -dengan menggunakan sebuah sistem otomatik- akan berubah menjadi suhu udara biasa sehingga mereka kembali pada kondisi semula tanpa kehilangan usia mereka.

Dalam salah satu berita di sebuah majalah ilmiah disebutkan bahwa di tahun-tahun terakhir ini telah diterbitkan sebuah buku tentang pembekuan tubuh manusia untuk memperpanjang usianya. Buku itu ditulis oleh Robert Nelson. Dalam dunia sains dan pengetahuan, hal ini mempunyai refleksi yang luas dan beruntun.

Dalam sebuah artikel di majalah tersebut yang secara teratur membahas tentang masalah ini, ditegaskan bahwa belakangan ini muncul sebuah fakultas ilmiah dengan program khusus yang membahas persoalan seperti ini. Dalam artikel tersebut tertulis “Kehidupan abadi dalam sepanjang perjalanan sejarah senantiasa berbarengan dengan mimpi-mimpi emas yang telah mengakar di dalam diri manusia. Akan tetapi, sekarang mimpi ini telah menjadi sebuah realitas. Hal ini dikarenakan perkembangan tekhnologi yang menakjubkan dari persepsi sains terbaru yang dinamakan sebagai crionik. (Sebuah sains yang membawa manusia ke alam pembekuan dan menjaganya sebagaimana sebuah badan yang telah diawetkan dengan harapan suatu hari akan bisa dihidupkan kembali oleh para ilmuwan).”

Apakah logika semacam ini bisa dipercaya? Begitu banyak para ilmuwan terkenal memikirkan masalah ini dari perspektif yang lain dan majalah-majalah semacam “Life” dan “Skuwair”, demikian juga surat kabar seluruh dunia secara gencar membahas persoalan krusial ini. Dan yang lebih penting dari semua itu, terdapat program (mengenai masalah ini) yang sekarang sedang berada dalam tahap pelaksanaan.

Beberapa waktu yang lalu, sebuah pers telah mengumumkan adanya seekor ikan dari spesis yang hidup beribu-ribu tahun yang ditemukan membeku di antara bebatuan es di daerah kutub. Anehnya, setelah meletakkannya ke dalam air hangat, ikan ini mulai menampakkan tanda-tanda kehidupannya. Kemudian, ikan ini mulai menggerak-gerakkan siripnya di hadapan orang-orang yang menyaksikannya dengan keheranan.

Di sini jelas terlihat, bahkan dalam kondisi membeku sekalipun, sistem-sistem kehidupan tubuh —seperti juga ketika sudah mati— tidak berhenti secara sempurna. Karena jika tidak demikian, kembali kepada kehidupan adalah suatu hal yang tidak mungkin terjadi, bahkan akan terjadi dalam kondisi yang sangat lamban.

Dari pembahasan tersebut, kita bisa mengambil konklusi bahwa memberhentikan dan mengubah kebiasaan kehidupan merupakan suatu hal yang bisa diterima dan memungkinkan, dan pengkajian dalam berbagai sains menegaskan kemungkinan terjadinya hal tersebut dilihat dari berbagai aspek.

Dalam kondisi ini, penggunaan makanan dalam tubuh kira-kira telah mencapai titik nol dan timbunan yang tidak seberapa di dalam tubuh mampu mencukupi kehidupan yang dijalaninya dalam waktu yang cukup panjang.

Jangan sampai salah paham! Kami sama sekali tidak ingin mengingkari adanya keajaiban tidurnya Ashabul Kahfi dengan pembicaraan kami di atas. Akan tetapi, yang sedang kami lakukan adalah mencoba mendekatkan peristiwa ini dari visi ilmiah.

Karena jelas, tidurnya Ashabul Kahfi bukanlah sebuah tidur biasa dan wajar sebagaimana tidur yang kita lakukan setiap hari. Melainkan sebuah tidur yang mempunyai keunikan dan pengecualian. Oleh karena itu, bukan pada tempatnya untuk takjub bahwa mereka (dengan kehendak Allah swt.) telah tidur dalam waktu yang amat panjang dan tidak mengalami kesulitan dalam masalah kekurangan makanan dan tidak juga terdapat organisme yang merusak tubuh mereka.

Menariknya, dalam ayat-ayat yang terdapat dalam surat Al-Kahfi yang menceritakan kondisi tidur mereka difirmankan bahwa cara tidur mereka sangat berbeda jauh dari cara tidur normal.

Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur …  Dan jika kamu menyaksikan mereka, tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan [diri] dan tentulah [hati]mu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka. (QS. al-Kahfi [18]: 18)

Ayat ini membuktikan bahwa mereka tidak tidur dalam keadaan sewajarnya. Akan tetapi, meraka tidur —sebagaimana seorang jenazah— dengan mata terbuka.

Selain itu, Al-Qur’an mengatakan bahwa cahaya matahari tidak menyinari bagian dalam gua. Ia berfirman, “Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan ketika terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri ….” (QS. Al-Kahfi [18]: 17)

Dengan memperhatikan bahwa gua mereka kemungkinan berada di salah satu dari dataran tinggi di Asia Kecil yang mempunyai suhu udara dingin, maka hal ini akan semakin menjelaskan keadaan tidur mereka yang istimewa. Dari sisi lain, Al-Qur’an berfirman, “… Dan Kami membalik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri ….” (QS. Al-Kahfi [18]: 18)

Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak berada dalam kondisi monoton. Terdapat faktor-faktor rahasia yang hingga sekarang belum kita kenali. (Mungkin dalam setahun sekali) Allah membalik-balikkan mereka ke kiri dan ke kanan sehingga tidak akan merusak organisme badan.

Sekarang, ketika pembahasan ilmiah masalah ini sudah jelas dengan porsi yang cukup, kesimpulan dari masalah ini dalam pembahasan Ma’âd (Hari Kebangkitan) tidak akan begitu sulit. Karena bangunnya kembali Ashabul Kahfi setelah sekian lama tidur adalah mirip dengan hidup kembali setelah mati, dan dengan peristiwa ini, kejadian Ma’âd akan menjadi lebih dekat dalam persepsi kita.

 

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia pun berkisah :

Suatu hari, datang seorang wanita dari Anshor bersama 10 putranya untuk menghadap Rasulullah saw. Wanita itupun berkata, “Ya Rasulullah, mereka adalah anak-anakku. Kupersembahkan semuanya untukmu. Ajaklah mereka berjihad dijalan Allah swt.”

Singkat cerita, mereka semua ikut berperang bersama Rasulullah saw hingga 9 orang syahid di jalan Allah. Dan hebatnya, seorang ibu ini lebih berbahagia mendengar kabar anak-anaknya yang gugur daripada anaknya yang masih tersisa.

Tersisalah satu anak yang paling bungsu yang masih hidup. Namun sayangnya, kehidupan anak ini mulai melenceng dan banyak melakukan dosa.

Hingga suatu hari, si bungsu ini tertimpa penyakit yang parah. Sang ibu tak kuasa melihatnya, ia begitu kasihan dan sedih melihat anak terakhirnya ini.

Lalu sang anak bertanya, “Duhai ibuku, semua saudaraku lebih baik dariku tapi ibu tidak menangisi mereka. Tapi kenapa engkau menangisi putramu yang pendosa ini?

Sang ibu menjawab, “Karena itulah aku menangis.”

Wanita ini tak pernah mengkhawatirkan putrnya yang syahid karena mereka pasti mendapat kenikmatan di sisi Allah, tapi ia begitu mengkhawatirkan putranya yang pendosa ini.

Pada akhir-akhir nafasnya, anak ini berkata, “Duhai ibuku, andai aku berbuat salah atau melanggar hakmu, sementara ditanganmu ada api yang menyala-nyala, apakah kau akan melemparkannya kepadaku?”

“Tidak mungkin wahai anakku.” jawab sang ibu.

“Bukankah kau tau bahwa yang Menciptakanku lebih penyayang daripada yang melahirkanku?” tanya sang anak, lalu ia pun menghembuskan nafas terakhirnya.

Mendengar kisah ini, Rasulullah saw berkata kepada wanita Anshor ini, “Kabar gembira untukmu, sungguh anakmu telah diampuni oleh Allah karena berbaik sangka kepada tuhannya.”

 Kisah yang begitu mengharukan ini sesuai dengan Firman Allah dalam Hadist Qudsi-Nya,

“Aku seperti yang disangkakan hamba-Ku yang mukmin”

Baik sangka kita kepada Allah menentukan nasib kita di Hari Akhir. Jangan pernah berputus asa dari rahmat dan kasih sayang. Kembalilah walau sebesar apapun dosa yang pernah kita lakukan.

Namun prasangka (husnu dzon) kepada Allah yang disebutkan dalam berbagai riwayat itu harus disertai dengan amal soleh dan menjaga syariat-Nya. Dan jika berbaik sangka kepada Allah namun meremehkan perbuatan dosa, maka husnudzon itu tak akan ada manfaatnya.

Ayatullah Uzma Ali Khameneh’i: syiah yang dipropagandakan melalui media massa London dan Amerika dengan target memecah belah umat tidaklah berada di jalur Syiah yang sesungguhnya.

Pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Uzma Ali Khameneh’i di pertemuannya dengan para pengurus haji tahun ini mengatakan: Tokoh-tokoh Syiah seperti Imam Khumaini ra senantiasa menekankan persatuan umat Islam. Karena itu, syiah yang dipropagandakan melalui media massa London dan Amerika dengan target memecah belah umat tidaklah berada di jalur Syiah yang sesungguhnya.

Tapi kemudian muncul pertanyaan media massa apa yang dimaksud oleh pemimpin Revolusi Islam ini? Memang berapa tahun terakhir ini telah muncul berbagai media massa yang mengatasnamakan Syiah dan bermaksud memecah belah umat Islam. Berikut ini kami akan menyebutkan tiga di antanya:

1 Stasiun TV Ahle Bait

tv ahle bait

Sengaja kota suci Qom dipilih sebagai pusat pendirian stasiun ini dan nama suci Ahli Bait dipilih sebagai namanya. Orang Afgan bernama Hasan Allahyari yang menjadi direkturnya. Sejak awal lahirnya, stasiun TV ini menonjolkan perbedaan antar mazhab Islam, menekankan kelangsungan acara duka Fathimiyah yang diberi nama Acara Muhsiniyah, dan menyelenggarakan acara pesta Idul Zahra yang bersamaan dengan kematian Khalifah Umar bin Khathab.

Allahyari berusaha menyatakan bahwa stasiun TV ini didukung oleh para marjik taklid, tapi pernyataan ini ditolak tegas oleh mereka, bahkan Ayatullah Qurbanali Muhaqiq Kabuli marjik taklid Afganistan yang tinggal di Qom dan yang semula mendukung stasiun ini setahun setelah mengetahui substansinya yang memecah belah umat mengeluarkan pernyataan resmi tentang pentingnya persatuan umat Islam, dalam pernyataan itu dia menegaskan, ‘Kepada seluruh pengikut Ahli Bait as dan Syiah mereka yang sesungguhnya kami mohon dengan sangat untuk sama sekali tidak memberikan bantuan materi dan maknawi kepada stasiun TV parabola Ahli Bait. Menurut kami, pemberian bantuan syar’i –apa pun namanya- kepada stasiun ini atau stasiun-stasiun serupa dan acara lain –apa pun namanya- yang beraktivitas memecah belah umat bukan hanya tidak sah menurut syariat Islam, bahkan terhitung sebagai perbuatan membantu tindakan dosa dan melampaui batas.’

Pandangan Politik Allahyari

Supaya orientasi stasiun ini diketahui lebih jelas, ada baiknya kami menyebutkan pandangan politik Allahyari selaku direkturnya. Antara lain:

1٫ Mengobarkan perpecahan antara Syiah dan Sunni.

2٫ Mendukung slogan ‘Tidak Gaza tidak pula Libanon’ dengan dalih yang harus kita bebaskan terlebih dulu adalah Baqi’.

3٫ Menjauhkan orang-orang Syiah dari marjik-marjik taklid; menurut direktur stasiun TV ini, tidak ada satu pun dari marjik taklid Syiah yang adil. Bahkan berulangkali dia melecehkan Ayatullah Uzma Imam Khumaini, Ayatullah Uzma Khameneh’i, Ayatullah Uzma Makarim Syirazi, dan Ayatullah Uzma Behjat.

4٫ Menghantam Negara Republik Islam Iran dan menjatuhkan citranya sebagai pendukung Kaum Mustadafin menjadi musuh Ahli Bait!

5٫ Membanding-bandingkan pemerintah Imam Khumaini ra dengan pemerintahan Dinasti Abbasi.

6٫ Membela Amerika dengan alasan kebebasan berekspresi yang dijunjung di negeri ini.

Hasan Allahyari ini sendiri berdomisili di Amerika. Perlu diketahui bahwa di Amerika ada undang-undang stasiun TV parabola yang isinya apabila sebuah stasiun TV melakukan pelecehan terhadap hal-hal yang sakral menurut kelompok mazhab, pemikiran atau sosial tertentu maka stasiun itu dibubarkan dan surat izinnya dicabut. Tapi kenapa stasiun bernama Ahle Bait yang isinya tidak keluar dari pelecehan ini tidak dibubarkan dan dicabut surat izinnya?! Bukankah itu tidak lain karena stasiun TV ini menentang Republik Islam Iran dan memecah belah umat Islam?!

Keyakinan Atas Dasar Pemikiran Kelompok Hujatiyah

Keyakinan dan kata-kata Allahyari cocok sekali dengan pemikiran kelompok Hujatiyah. Menurutnya, orang-prang Syiah tidak boleh berbuat apa-apa –gerakan reformasi Islam, kesadaran Islam dan sebagainya-, melainkan mereka hanya boleh menanti secara pasif sampai kedatangan Imam Mahdi af.

Stasiun TV ini menyebarluaskan upacara pukul kepala dan badan dengan senjata tajam demi memperingati perjuangan Imam Husain as. Padahal, para ulama Syiah seperti Ayatullah Uzma Ali Khameneh’i melarangnya.

Target stasiun TV ini adalah mengarahkan orang-orang Syiah pada pemikiran Kelompok Hujatiyah yang juga merupakan produk Inggris dan Amerika; karena itu inti aktivitasnya adalah mencaci maki Ahli Sunnah, bahkan mengelurkan fatwa hukuman mati untuk orang-orang sunni. Sekarang pun kita dapat menyaksikan berbagai pelecehan dan penghinaan dari pihak Allahyari dan stasiun TV-nya yang diberi nama suci Ahli Bait. Dengan cara ini dia ingin memecah belah antara saudara muslim Syiah dan Ahli Sunnah.

Stasiun Produk Gedung Putih

Berapa waktu lalu, Hujatul Islam Nabawi deputi Badan Tablig Hauzah Ilmiah Qom membeberkan data-data yang membuktikan aktivitas Amerika di balik Stasiun TV Ahle Bait, dia mengatakan, ‘Tujuan Stasiun yang mengatasnamakan pembelaan terhadap Syiah dan penyebaran ajaran Ahli Bait as ini adalah pencitraan buruk Mazhab Syiah.’

Karena sensitivitas yang terus meningkat terhadap stasiun TV ini, pengadilan istimewa Ruhaniah di Qom memutuskan hukum penyegelan kantor stasiun TV itu. Keputusan ini menyebabkan para aktor di balik stasiun ini mencaci maki ulama Islam dan pula Pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Uzma Ali Khameneh’i. Mereka menyebut sistem pemerintahan Islam Iran sebagai pendukung Ahli Sunnah dan mengklaimnya sebagai sistem yang hendak melemahkan Mazhab Syiah Ahli Bait as. Bersamaan dengan itu, tokoh-tokoh Kelompok Hujatiyah menggugat kebebasan kelompok Ahli Sunnah untuk bertindak di Iran dan menuntut dukungan terhadap stasiun TV Ahli Bait.

2٫ Stasiun TV Salaam; Islam Minus Politik & Politik Minus Islam

Berapa tahun yang lalu, jarang sekali orang yang menyeriusi bahaya Islam Amerika yang bersembunyi di balik gaun tablig Syiah dan menyusup di tengah barisan pengikut Ahli Bait as. Tapi sekarang, setelah tampaknya jalinan erat antara Stasiun ini dengan gelombang politk dan anti keamanan, jarang orang yang tidak mengerti bahwa stasiun TV Salaam bekerja untuk politik emperialis anti Islam. Lebih lagi hari-hari ini para pendukung sekularisme telah terjun langsung ke kancah politik dan menentang keras Republik Islam.

Direktur stasiun TV Salaam membentuk jaringan atas nama ‘Kelompok Ruhaniawan Tradisional Iran Kontemporer’ dan mengeluarkan pernyataan-pernyataan keras yang mendukung kerusuhan-kerusuhan di Republik Islam Iran.

Dana

Ketika setiap hari kita mendengar berita baru tentang pembantasan transfer dana bagi orang-orang Iran di seluruh dunia, tapi stasiun TV Salaam malah mengumumkan sekian banyak nomor rekening di negara-negara seperti Amerika, Jerman, Australia, dan Dubai untuk menampung bantuan dana dari para pemirsanya.

Stasiun TV ini disiarkan melalui Satelit Hotbird yang tentu saja menuntut biaya sewa yang tinggi. Ditambah lagi dengan biaya pendirian dan pengelolaannya sehingga mencakup seluruh benua, itu pun dengan iklan yang sangat terbatas. Karena itu, sudah pasti stasiun TV Salaam ini memiliki sumber dana yang jauh lebih dari sekedar bantuan para pemirsa. Dan sampai sekarang, direktur dan administratornya tidak memberikan penjelasan yang transparan mengenai hal ini.

Bukan hal yang sulit untuk diketahui bahwa dolar Amerikalah yang mendanai stasiun TV Salaam dan menggaji pekerjanya. Hal itu diperkuat dengan tidak diterapkannya undang-undang pembubaran stasiun TV yang memprovokasi pertikaian antar mazhab dan melecehkan hal-hal yang sakral menurut mazhab.

Pengelabuan

Berapa waktu lalu, orang-rang dari kelompok Hujatiyah yang punya pengaruh pada stasiun TV Salaam mengimbau direkturnya untuk menambah tingkat akseptabilitas atasiun ini di tengah masyarakat dengan cara mendapatkan pernyataan dukungan dari marjik-marjik tradisional, bukan dari marjik-marjik politik. Hal itu karena di tengah masyarakat terkenal bahwa stasiun TV ini ditentang oleh para marjik. Itulah kenapa kemudian acara-acara TV ini sering menyebut nama marjik dan ruhaniawan terkenal.

Berapa tahun terakhir juga kita menyaksikan stasiun ini senantiasa berusaha keras untuk memperkenalkan aksi pukul kepala dan badan dengan senjata tajam sebagai salah satu tradisi Islam, dan tentu saja acara seperti ini didukung oleh musuh-musuh Islam. Di salah satu acara itu, Muhammad Hidayati Direktur TV Salaam yang sekaligus merupakan ahli agama di Voice of Amerika mengatakan, ‘Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an, ternyata aksi pukul kepala dan badan dengan senjata tajam ini mempunyai latar belakang yang kuat di dalam Al-Qur’an. Ruhaniawan palsu ini dengan cara memutarbalikkan ayat Al-Qur’an berusaha mengatasnamakan aksi itu sebagai ajaran Al-Qur’an.’

Tapi, begitu dangkal dan salah kaprahnya argumentasi Hidayati sampai-sampai ahli agama di kandang yang sama tidak tahan untuk diam diri dan tidak menggugatnya. Ahli agama itu bernama Mahdi Khalaji, ketika itu juga dia angkat suara menentang celotehan ruhaniawan palsu dari Washington DC itu seraya mengatakan, ‘Apa yang dikatakan oleh Hidayati betul-betul salah kaprah dan merupakan pemalsuan terhadap Al-Qur’an.’

Setelah itu, acara tetap digiring untuk menyebutkan aksi pukul kepala dan badan dengan senjata tajam sebagai tradisi tua kelompok Syiah dan faktor mentalitas keberanian serta pengorbanan, karena itu menurut acara tersebut aksi ini diperbolehkan oleh pemerintah Amerika untuk diselenggarakan di sana, sehingga orang-orang Syiah dengan mudah sekali melakukan aksi itu di jalan raya-jalan raya Amerika.

Sekularisme

Salah satu kriteria stasiun TV Salaam adalah penekanan terhadap sekularisme atau pemisahan agama dari politik dan sebaliknya. Di samping itu, ia juga senantiasa menyoroti dan menjunjung para marjik taklid yang sedikit banyak bergerak melawan Revolusi Islam Iran. Ditambah lagi dengan upayanya yang tidak kenal henti untuk mengobarkan perpecahan antar mazhab dan pelecehan terhadap Ahli Sunnah.

3 Stasiun TV Fadak; Syiah Versi Peleceh Ahli Sunnah

tv fadakDalam hal pecah belah umat untuk merebut kekuasaan, Inggris memang ahlinya. Salah satu yang dilakukannya adalah mempersiapkan seorang Syiah Dua Belas Imam dengan paras dan penampilan santri atau kiai yang sangat menarik, lalu menyediakan Husainiyah untuk dia di London dengan segenap fasilitas yang dibutuhkan seperti mimbar pidato, bahkan stasiun TV dan Hauzah Ilmiah yang berfungsi sebagai media penyebarannya atas nama Syiah Sejati dan musuh pertama Wahabi.

Yasir Yahya Abdullah Alhabib direktur stasiun TV Fadak lahir pada tahun 1977 jebolan Universitas Kuwait di jurusan ilmu politik. Masih muda sekali usianya, tiga tahun setelah mendirikan ‘Yayasan Khuddam Al Mahdi’ di Kuwait sikap-sikap radikalnya memaksa pemerintah Kuwait untuk menyegel yayasannya dan memenjarakan dirinya.

Tingkah laku sembrono pemuda ini ternyata menarik perhatian Inggris; secepat kilat mereka menjadikan penangkapan Alhabib sebagai pusat perhatian badan-badan resmi HAM di Inggris dan Amerika. Aparat Kuwait sendiri pasti terkejut kenapa badan-badan resmi HAM itu memilih kiai muda ini di antara sekian tahanan di sana, tapi daripada tambah ruwet persoalannya maka belum genap tiga bulan di penjara mereka telah membebaskannya.

Kiai muda bebas dari penjara dan langsung bersahabat dengan pihak-pihak terkait di Inggris. Tak lama kemudian dia mendapat suaka dan perlindungan dari Inggris dan seketika itu pula dia pergi ke utara negeri tersebut. Tidak butuh lebih dari dua tahun tinggal di sana dia sudah berhasil domisili di London dan mengembangluaskan kegiatannya secara pesat. Terbitlah surat kabar ‘shianewspaper’, berdirilah Hauzah Ilmiah bernama ‘Imamain Askariyain’, launchinglah stasiun TV satelit Fadak dan pada tahun 2010 yayasan dia di London dipindah-kembangkan menjadi Husainiyah Sayidus Syuhada’ dan disediakan kompleks baru untuk hauzah, kantor, media surat kabar, situs, dan stasiun TV Fadak untuknya.

Ruhaniawan muda inilah yang sekarang aktif sekali di mimbar-mimbar London berpidato atas nama Syiah untuk seluruh pemirsa di dunia demi kepentingan imperialisme modern.

Api Yang Menyasar Suni dan Membakar Syiah

Supaya lebih jelas, cukup kiranya tiga tahun kita mundur ke belakang; tepatnya pada Bulan Ramadan 1431 H, tanggal 17 bulan itu yang merupakan hari kematian wafatnya Siti Aisyah istri Nabi Saw, kiai muda bayaran Inggris ini menggelar majelis di Husainiyah dan berpidato di atas mimbar dengan segala macam caci maki serta kata kotor terhadap istri nabi tersebut.

Setelah menyebutkan alasan-alasan busuknya untuk membuktikan fitnah kemunafikan dan kepestaporaan istri nabi itu, dia mengakhiri pidatonya dengan seruan strategis! seraya berkata, ‘Perayaan hari kebinasaan Aisyah adalah keniscayaan agama; karena, hari kebinasaan Aisyah merupakan hari kemenangan Islam yang agung.’ Situs kiai bayaran Inggris ini dengan penuh bangga melaporkan bahwa stasiun TV Fadak menayangkan perayaan penuh berkah ini secara penuh. Di samping itu, di bagian atas dari layar penayangan acara itu tertulis slogan ‘Allahu Akbar … Aisyah Fin Nar’, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah hal seperti ini terjadi. Di sela-sela acara juga dilantunkan kasidah-kasidah kegembiraan atas apa yang mereka sebut dengan kebinasaan pucuk kekafiran Aisyah dan rasa syukur atas kenikmatan lepas diri dari istri Nabi Saw ini.

Fatwa Pemadam Fitnah Perpecahan

Sebelumnya, Alhabib kiai muda bayaran Inggris ini menerbitkan buku yang isinya tiada lain penghinaan dan pelecehan terhadap Siti Aisyah istri Nabi Saw, dan saat itu pula ulama dan kaum Syi’ah mengecam keras buku itu. Khususnya ulama Syi’ah di Kuwait dan Saudi Arabia, seperti Syaikh Amri, Syaikh Husain Ma’tuq, Syaikh Hasan Shaffar, Syaikh Ali Alumuhsin, Syaikh Abduljalil Samin, Syaikh Namir, dan Sayid Hasyim Salman menunjukkan sikap dan reaksi keras terhadapnya.

Tindakan kiai muda bayaran Inggris ini berhasil merusak citra Mazhab Syiah di berbagai penjuru dunia, bahkan seperti yang dikatakan oleh Syaikh Abdulaziz Alusyaikh mufti awal Saudi Arabia perbuatan dia telah mencegah perkembangan Mazhab Syi’ah di negara-negara Arab dan Islam serta mengembalikan orang-orang yang cenderung kepada mazhab ini ke jalan yang sebelumnya.

Sikap kiai muda bayaran Inggris ini juga berhasil mengobarkan kebencian kelompok Wahabi terhadap kelompok Syiah, sehingga para ulama papan atas Syiah sendiri kewalahan dalam meredam kebencian itu dan menciptakan perdamaian. Maka pada akhirnya, para ulama Syiah Saudi Arabia mengirimkan surat pertanyaan fatwa kepada Pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Uzma Ali Khameneh’i tentang masalah ini, jawaban fatwa dia menjadi pemadam fitnah perpecahan yang lebih luas. Dia berfatwa:

“Pelecehan terhadap simbol-simbol saudara Ahli Sunnah, antara lain tuduhan terhadap istri Nabi Saw adalah haram. Hal ini juga mencakup istri-istri semua nabi, khususnya Sayidul Anbiya’ Nabi Agung Muhammad Saw”

Fatwa ini langsung tersebar melalui stasiun TV Aljazira, suratkabar Al Anba’ Kuwait, situs Muhith, suratkabar Al Safir Libanon, Al Hayat London, situs radio-televisi Mesir dan lain-lain.

Syaikh Al Azhar, Ahmad Thayib di dalam surat pernyataannya bahkan memberikan reaksi yang positif sekali terhadap fatwa Pemimpin Revolusi Islam ini, dia mengatakan:

“Dengan pujian dan kerelaan hati saya telah menerima fatwa penuh berkah Imam Ali Khameneh’i mengenai pengharaman terhadap penghinaan atas sahabat Nabi ra atau pelecehan terhadap istri-istri Rasulullah Saw. Fatwa ini berasal dari pengetahuan yang benar dan kesadaran yang dalam tentang bahaya apa yang telah dilakukan oleh ahli fitnah, dan ini menunjukkan keinginan yang sungguh-sungguh akan persatuan umat Islam. Hal yang membuat fatwa ini menjadi lebih penting daripada yang lain adalah prihal kemunculan fatwa itu dari salah seorang ulama besar muslim dan salah satu marjik taklid Syiah yang paling besar bahkan yang sekaligus merupakan Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran. Saya, berdasarkan posisi keilmuan dan mengingat tanggungjawab syariat yang harus dipikul, menyatakan bahwa upaya demi persatuan umat Islam adalah wajib, sedangkan perbedaan antara pengikut mazhab-mazhab Islam harus dibatasi pada tingkat perbedaan pendapat di antara ulama dan para ahli yang sekiranya tidak sampai membahayakan persatuan umat Islam. Karena Allah Swt berfirman, ‘Dan jangan kalian bertikai niscaya kalian jadi lemah dan kehilangan kekuatan, dan bersabarlah sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”

 

Sayyidah Fatimah as yang termasyhur dengan gelar az-Zahra adalah putri Nabi Muhammad saw dari Sayyidah Khadijah al-Kubra as. Putri baginda Nabi saw ini juga merupakan istri Imam Ali as serta salah seorang dari lima orang yang termasuk dalam Ashabul Kisa’. Menurut Mazhab Ahlulbait, beliau termasuk salah seorang dari Empat Belas Manusia Suci. Imam Hasan al-Mujtaba, Imam Husain asy-Syahid, Sayyidah Zainab al-Kubra as dan Ummu Kulsum adalah putra-putri beliau.

Sayyidah Fatimah as lahir pada tanggal 20 Jumadil Akhir, tahun ke-5 Bi’tsah, yang terkenal dengan Tahun Ahqafiyah (tahun turunnya Surah Al-Ahqaf), Ada pula sejarahwan yang meyakini bahwa beliau dilahirkan pada tahun ke-2 Bi’tsah.
Pada tahun kesepuluh kenabian, yaitu tiga tahun sebelum peristiwa hijrah, ibunda beliau, Sayyidah Khadijah as wafat. Saat itu usia Sayyidah Fatimah masih kanak-kanak. Meski begitu, beliau memiliki sikap dan perilaku yang agung, khususnya dalam merawat dan membela ayahandanya, yaitu Nabi Muhammad saw. Berkat itulah, beliau digelari ayahandanya dengan sebutan “Ummu Abiha” (ibu dari ayahnya).
Selang beberapa bulan, beliau juga harus kehilangan paman ayahandanya, Abu Thalib, yang berperan sebagai pelindung utama ayahandanya dari ancaman kaum kafir Quraisy.
Beliau turut keluar di malam hari dari Mekah untuk hijrah ke Madinah bersama Imam Ali as dan sejumlah kaum wanita.
Pada bulan Shafar selepas Perang Badar tahun ke-2 H (623 M),  Sayyidah Fatimah as menikah dengan Imam Ali as.
Pada hari ke-15 Ramadhan tahun 3 H, Sayidah Fatimah dikaruniai seorang putra pertama, Imam Hasan as.
Pada bulan 3 Sya’ban 4 H (625 M), lahirlah putranya yang ke-2, Imam Husain as. Pada 5 Jumadil Awal 5 H, lahir pula Sayyidah Zainab as.
Pada 28 Safar tahun 11 H (632 M), Nabi Muhammad saw wafat.
Pasa 3 Jumadil Akhir  H (632 M), Sayyidah Fatimah az-Zahra as meninggal dunia, setelah beberapa waktu sebelumnya menahan sakit.

 

Akibat lama bermukim di Jawa Tengah, wajar jika saya agak Jawa Tengah sentris. Maka semula saya meyakini kerajaan Islam pertama di persada Nusantara adalah Kerajaan Demak di pesisir utara Jawa Tengah. Setelah membaca naskah tulisan sahabat saya yang tokoh sejarawan Indonesia, Hendri F Isnaeni di majalah Historia nomor 6 tahun 1/ 2012 saya tersadarkan bahwa anggapan saya keliru. Ternyata kerajaan Islam pertama Nusantara bukan Kerajaan Demak atau Kerajaan Agung Sejagat maupun Sunda Empire, apalagi The Empire Strikes Back. Tetapi, Kerajaan Perlak.

Sultan Alaiddin

Mas Hendri berkisah tentang makam Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah di Peureulak, Aceh Timur yang membuktikan bahwa kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Kerajaan Perlak.

Baca Kerajaan Perlak, Kerajaan Islam Indonesia yang Pertama

Menurut penjaga makam Sultan Alaiddin, Tengku Abdulla Muhammad, sebelum Islam masuk, daerah Perlak sudah berhubungan dengan para pedagang dari Arab, China, India, dan sebagainya. Maraknya perdagangan kayu Perlak, yang menjadi muasal nama daerah ini.

Sumber lain menyebut nama orang yang membuka daerah itu: Pho He La Sjahir Nuwiy. Selain berdagang, warga Perlak mempunyai berbagai keahlian mulai pertanian hingga taktik perang. Mereka juga berdakwah dan menikah dengan penduduk lokal.

Seorang pendakwah bernama Sayid Ali Al-Muktabar, merupakan cucu Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dia menikah dengan putri kerajaan Perlak, Putri Makhdum Tansuri, melahirkan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang nantinya menjadi sultan pertama kerajaan Islam Perlak.

Samudra Pasai

Dari Perlak, pengaruh Syiah merambah Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan pada 1042 oleh Meurah Giri, kerabat Sultan Mahmud Syah Johan Berdaulat dari Kerajaan Perlak yang menganut Sunni.

Meurah Giri jadi sultan pertama dengan gelar Maharaja Mahmud Syah. Keturunannya memerintah Pasai sampai 1210.

Pasca kematian Sultan Al-Kamil yang tak meninggalkan putra mahkota, terjadi perang saudara. Pada 1261 Meurah Silu yang merupakan keturunan Sultan Perlak, mengambil alih kekuasaan Pasai. Meurah Silu adalah seorang Islam sejak awal, bukan diislamkan kemudian. Akan tetapi Islamnya adalah Islam Syiah, yaitu mazhab yang berkembang di Perlak,” tulis Ahmad Jelani Halimi, sejarawan Universitas Sains Malaysia, dalam Sejarah dan Tamadun Bangsa Melayu.

Syiah

Berdasar masukan informatif sahabat saya yang mendirikan majalah Historia yang memperoleh anugrah MURI sebagai majalah sejarah pertama di Indonesia tersebut, saya memperoleh kesadaran bahwa kerajaan Islam tertua di persada Nusantara didirikan bukan oleh para penganut Sunni yang kini mayoritas di Indonesia namun justru oleh penganut Syiah.

Baca juga Jejak Spiritualitas Syiah di Nusantara

Bahwa hingga masa kini para penganut Sunni dan Syiah terbukti dapat hidup berdampingan secara damai di Indonesia pada hakikatnya merupakan sebuah suri teladan bagi seluruh masyarakat dunia.

Suri teladan bahwa perbedaan mazhab keagamaan sebenarnya sama sekali bukan alasan bagi umat manusia di planet bumi ini untuk saling mencurigai, saling membenci apalagi saling membinasakan.

*Tulisan ini sebelumnya sudah dimuat di RMOL Bengkulu pada tanggal 19 Januari 2020 dengan judul Suri Teladan Perdamaian

Kamis, 27 Februari 2020 17:35

Sayidah Fathimah As, Tumbuh Di Rumah Wahyu

 

Sayidah Fathimah as hidup dan tumbuh besar di haribaan wahyu Allah dan kenabian Muhammad saw. Beliau dibesarkan di dalam rumah yang penuh dengan kalimat-kalimat kudus Allah Swt dan ayat-ayat suci Al-Quran.

Acapkali Rasulullah saw melihat Fathimah masuk ke dalam rumahnya, beliau langsung menyambut dan berdiri, kemudian mencium kepala dan tangannya.

Pada suatu hari, Umul Mukminin ‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah saw tentang sebab kecintaan beliau yang sedemikian besar kepada Fathimah as.

Beliau menegaskan, “Wahai ‘Aisyah, jika engkau tahu apa yang aku ketahui tentang Fathimah, niscaya engkau akan mencintainya sebagaimana aku mencintainya. Fathimah adalah darah dagingku. Ia tumpah darahku. Barang siapa yang membencinya, maka ia telah membenciku, dan barang siapa membahagiakannya, maka ia telah membahagiakanku.”

Kaum muslimin telah mendengar sabda Rasulullah yang menyatakan, bahwa sesungguhnya Fathimah diberi nama Fathimah karena dengan nama itu Allah Swt telah melindungi setiap pecintanya dari azab neraka.

Fathimah Az-Zahra as menyerupai ayahnya Muhammad saw dari sisi rupa dan akhlaknya.

Umul Mukminin Umu Salamah, istri Rasulullah, menyatakan bahwa Fathimah as adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah. Demikian juga ‘Aisyah. Ia pernah menyatakan bahwa Fatimah adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah dalam ucapan dan pikirannya. Fathimah as mencintai ayahandanya melebihi cintanya kepada siapa pun.

Setelah ibunda kinasihnya, Khadijah as wafat, beliaulah yang merawat ayahnya ketika masih berusia enam tahun. Beliau senantiasa berusaha untuk menggantikan peranan ibundanya bagi ayahnya itu.

Pada usianya yang masih belia itu, Fathimah menyertai ayahnya dalam berbagai cobaan dan ujian yang dilancarkan oleh orang-orang musyrikin Mekkah terhadapnya. Dialah yang membalut luka-luka sang ayah, dan yang membersihkan kotoran-kotoran yang dilemparkan oleh orang-orang Quraisy ke arah ayahanda tercinta.

Sayidah Fathimah as senantiasa mengajak bicara sang ayah dengan kata-kata dan obrolan yang dapat menggembirakan dan menyenangkan hatinya. Untuk itu, Rasulullah saw memanggilnya dengan julukan Ummu Abiha, yaitu ibu bagi ayahnya, karena kasih sayangnya yang sedemikian tercurah kepada ayahandanya.

 

Imam Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as lahir pada 1 Rajab 57 Hijriah (677 M). Beliau merupakan imam Mazhab Ahlulbait kelima. Masa imamah Imam Baqir as bertepatan dengan melemahnya kekuasaan Bani Umayah dan perebutan kekuasaan di antara mereka. Sepanjang periode itu, Imam Baqir as telah membuat gerakan pengembangan ilmu yang sangat luas, yang mencapai puncaknya pada masa imamah putranya, Imam Shadiq as.

Aspek keilmuan, kezuhudan, keagungan, dan keutamaan Imam Baqir as sangatlah menjulang. Darinya banyak riwayat yang dinukil dalam bidang ilmu agama seperti dalam fikih, tauhid, hadis dan sunah Nabi saw, ilmu Alquran, sejarah, akhlak, dan satra. Pada masa imamah beliau, ditempuh langkah-langkah penting guna merumuskan beragam pandangan Mazhab Ahlulbait dalam berbagai bidang pengetahuan, seperti akhlak, fikih, kalam, tafsir, dan sebagainya.

Pada masa instabilitas pemerintahan Umayah, Imam Baqir as menyingkapkan dimensi keilmuan secara luas. Beliau as menjadi rujukan seluruh pembesar dan ulama Bani Hasyim dalam bidang keilmuan, kezuhudan, keagungan, dan keutaman. Riwayat dan hadisnya mengenai ilmu agama, sunah nabawi, ulumul quran, sejarah, akhlak, dan sastra sedemikian rupa, sampai-sampai di masa itu, tidak lagi tersisa pada seorang pun keturunan Imam Hasan as dan Imam Husain as.

Imam Baqir as mengkhususkan sebagian waktunya untuk mengulas tafsir. Beliau mengadakan majelis tafsir dan menjawab persoalan serta subhat-subhat para ulama dan khalayak umum. Imam Baqir as menulis sebuah kitab tafsir Al-Quran yang disebutkan oleh Muhammad bin Ishaq Nadim dalam kitabnya, al-Fahrast. [Ibnu Nadim, al-Fahrast, hal. 59; Syarif al-Qursyi, Baqir, Hayat al-Imam al-Muhammad al-Baqir, jil. 1, hal. 174]

Imam Baqir as menyebutkan bahwa makrifat dan pengetahuuan Alquran hanya terbatas pada Ahlulbait as. Pasalnya, hanya Ahlulbait yang mampu membedakan ayat-ayat muhkamat, mutasyabihat, nasikh dan mansukh. Ilmu semacam ini tidak dimiliki seorang pun selain Ahlulbait. Oleh karena itu, Imam Baqir as berkata, “Tak satu pun semacam tafsir Alquran yang jauh dari akal masyarakat. Karena, pada satu ayat yang ujarannya bersambung, terdapat awal ayat yang berbicara satu masalah, sementara di akhir ayatnya membicarakan masalah lain. Dan ujaran bersambung ini bisa dikembalikan pada beberapa bentuk.” [Guruh-e Muallifan, Pishvayan-e Hidayat, hal. 320]

Secara khusus, Imam Baqir as mencurahkan perhatiannya pada hadis-hadis Nabi Muhammad saw. Jabir bin Yazid Ja’fi meriwayatkan 70 ribu hadis Nabi Muhammad saw melalui Imam Baqir as. Demikian pula Aban bin Taghlib dan seluruh murid Imam Baqir as; mereka meriwayatkan sejumlah besar hadis agung Rasulullah saw ini dari Imam Baqir as.

Tidak cukup dengan menukil dan menyebarkan hadis semata, Imam Baqir as juga memerintahkan para sahabatnya untuk memberi perhatian serius dalam upaya memahami hadis dan menggali maknanya. Beliau berkata, “Kenalilah derajat para syiah kami dengan timbangan periwayatan mereka atas hadis-hadis Ahlulbait dan makrifat mereka atas hadis-hadis tersebut. Dan makrifat adalah pengetahuan atas riwayah dan diroyah hadis. Dengan diroyah dan pemahaman riwayah inilah seorang mukmin mencapai derajat iman paling tinggi.” [Syarif al-Qursyi, Baqir, Hayat al-Imam al-Muhammad al-Baqir, jil. 1, hal. 140-141]

Dengan adanya kesempatan dan berkurangnya tekanan serta kontrol penguasa, muncul kesempatan untuk mengekspresikan berbagai keyakinan dan aliran pemikiran. Kondisi ini memicu muncul dan tersebarnya pemikiran-pemikiran menyimpang di tengah masyarakat. Imam Baqir as pun turun ke gelanggang pemikiran guna memberi klarifikasi seputar akidah serta keyakinan murni dan benar, melawan akidah batil, seraya mematahkan berbagai subhat. Di antara klarifikasi beliau, berkenaan dengan masalah ketidakmampuan akal manusia dalam memahami hakikat Allah Swt, keazalian wajibul wujud (Tuhan), dan kewajiban taat terhadap imam maksum as.

Ibnu Hajar Haitsami menulis, “Abu Ja’far Muhammad Baqir as menyingkapkan khazanah ilmu yang terpendam, hakikat hukum, hikmah-hikmah dan kebijksanaan yang tidak tertutupi kecuali oleh unsur-unsur tanpa bashirat atau buruknya niat. Dengan demikian, beliau digelari ‘Baqirul Ulum’ atau pembuka dan penyingkap ilmu, penghimpun ilmu dan penegak panji ilmu. Beliau menghabiskan usianya dalam ketaatan kepada Allah Swt dan telah mencapai kedudukan kaum arif, di mana bahasa tak mampu melukiskan sifat-sifatnya. Beliau memiliki banyak klarifikasi dalam bidang suluk dan pengetahuan.” [Ibnu Hajar, al-Shawaiq al-Muhriqah, hal. 201]

Ulama besar di masa Imam Baqir as yang bernama Abdullah bin ‘Atha, berkata, “Aku tidak melihat ulama yang rendah di hadapan siapapun, kecuali ulama yang ada di hadapan Abu Ja’far (yaitu, Imam Baqir as).” [Sibth Ibnu al-Jauzi, Tadzkirah al-Khawash, hal. 337]

Dzahabi menulis tentang Imam Baqir as, “Beliau termasuk di antara orang yang terkumpul padanya ilmu, amal, kebesaran, kemuliaan, ketenangan, dan terpercaya. Dan beliau punya kelayakan atas kepemimpinan.” [Dzahabi, Siru A’lam al-Nubala’, jil. 4, hal. 402]

Kamis, 27 Februari 2020 17:28

3 Rajab, Hari Syahadah Imam Ali Hadi As

 

Sebagai putra dari Imam Mujammad Jawad as sekaligus Imam kesepuluh mazhab Ahlulbait, Imam Ali Hadi as juga dikenal dengan nama Imam Ali al-Naqi as. Masa imamah Imam Hadi as selama 34 tahun, bermula sejak 220 H/835 hingga 254 H/868. Beliau as banyak menghabiskan masa imamahnya di Samara Irak dan bersamaan dengan masa kekuasaan sejumlah penguasa Bani Abbasiyah, di antaranya  Mutawakkil (selama 16 tahun), Muntashir (6 bulan),Musta’in (4 tahun), dan Mu’tazz (2 tahun).

Menurut catatan Mas’udi, Buraihah Abbasi yang memimpin sekelompok orang suruhan sang khalifah di Haramain, dalam sepucuk surat kepada Mutawakkil, berkata, “Jika Anda menginginkan Mekah dan Madinah, keluarkan Ali bin Muhammad dari sana. Sebab, ia mengajak orang-orang kepada dirinya dan telah mengumpulkan sejumlah besar disekelilingnya.” [Dakhil, Aimmatuna, jil. 2, hal. 209]

Atas dasar ini, Yahya bin Hartsamah diutus Mutawakkil untuk memindahkan Imam Hadi as ke Samarra. Mutawakkil merancang skenario sedemikian rupa agar masyarakat tidak menaruh curiga dan merestui kepergian sang Imam. Imam pun terpaksa memenuhi permintaan Mutawakkil, dan bertolak menuju Samara beserta rombongan penjemput yang diutus Mutawakkil.

Ibnu Jauzi meriwayatkan dari Yahya bin Hartsamah bahwa penduduk Madinah sangat larut dalam kesedihan dan kebingungan serta menunjukkan reaksi-reaksi yang yang tidak mereka harapkan. Perlahan-lahan kesedihan mereka sampai pada suatu batas di mana mereka menjerit dan menangis, dan tidak pernah sebelumnya kota Madinah terlihat dalam keadaan seperti itu. [Ibnu Jauzi, Tadzkirah al-Khawāsh, jil. 2, hal. 492]

Ketika memasuki Kazhimain Irak, Imam Hadi as disambut hangat oleh masyarakat setempat dan menetap di rumah Khuzaimah bin Hazim. Dari situ, beliau diantarkan ke Samarra. Syaikh Mufid mengatakan, pada hari pertama saat Imam memasuki kota Samarra, Mutawakkil memerintahkan agar ia ditempatkan sehari di Khan Sha’alik (tempat berhentinya para musafir) dan keesokan harinya dibawa ke rumah yang telah disiapkan untuknya.

Menurut Shaleh bin Said, perbuatan ini dilakukan dengan niat merendahkan Imam Hadi as. Syaikh Mufid percaya bahwa Imam Hadi as secara lahiriah mendapat perhormatan dari Mutawakkil, tetapi ia merancang konspirasi untuknya. Mutawakkil hendak mempertontonkan Imam berperan sebagai salah seorang pelayan istana sehingga keagungan dan kewibawaannya berkurang di mata masyarakat.

Imam Hadi as difitnah  dengan laporan yang diberikan kepada Mutawakkil bahwa di rumah Imam terdapat alat-alat perang dan beberapa surat dari para pengikutnya. Mutawakkil lalu memerintahkan sejumlah prajurit menyerang rumah Imam secara mendadak. Tatkala mereka memasuki rumah Imam, mereka mendapati Imam berada di satu kamar sedang melantunkan ayat-ayat Alquran. Akhirnya Imam dibawa ke hadapan Mutawakkil. Ketika Imam masuk ke majelisnya, Mutawakkil sedang memegang cangkir arak dan mempersilakan Imam duduk di sampingnya seraya menawarkan minuman arak tersebut. Imam meminta maaf seraya berkata: “Darah-dagingku tidak pernah terlumuri oleh minuman arak.”

Saat itu, Mutawakkil meminta Imam membacakan syair yang membuatnya gembira. Imam berkata: “Saya akan membaca sedikit syair”. Namun Mutawakkil memaksanya supaya membacakan beberapa syair. Syair-syair Imam itu mempengaruhi Mutawakkil dan orang di sekelilingnya. Wajah Mutawakkil sampai basah lantaran banyak menangis. Kemudian Mutawakkil memerintahkan agar Imam dipulangkan ke rumahnya dengan penuh penghormatan.

Pasca kekuasaan Mutawakkil, kerajaan jatuh di tangan putranya yang bernama Muntashir. Tekanan terhadap Imam terus terjadi hingga ke Mu’taz dan Imam al-Hadi as meneguk cawan syahadah, akibat racun yang dibubuhkan atas perintah Mu’taz Abbasi. Syaikh Mufid dan perawi lainnya meriwayatkan Imam al-Hadi as syahid pada bulan Rajab, setelah 20 tahun 9 bulan menetap di Samara. Sebagian sumber menyebutkan beliau syahid pada hari ketiga, bulan Rajab.

Berita kesyahidannya sangat melukai hati para pecintanya. Proses pemakamannya dibanjiri para pengikutnya. Mengetahui kabar itu, Mu’taz Abbasi ingin menyalati jenazah Imam as. Karena itu, ia memerintahkan untuk meletakkan jenazah suci Imam as di atas tanah. Kemudian ia menyalatinya. Namun demikian, salat jenazah telah dilakukan sebelumnya oleh Imam Hasan Askari as dan para pengikutnya. Setelah itu, jezanah suci Imam Hadi as dimakamkan di salah satu rumah, tempat beliau menjadi tahanan rumah semasa hidupnya. Dalam proses pemakaman tersebut masyarakat yang hadir sangat membludak, sehingga menyulitkan gerak Imam Hasan Askari as. Di saat itu, seorang pemuda membawakan seekor kuda untuk Imam as dan masyarakat dapat mengiringi jenazah suci Imam al-Hadi as sampai ke tempat peristirahatannya yang terakhir. [Mas’udi, terj. Itsbāt al-Washiah, hal. 456]

Jenazah Imam dimakamkan di Samara, Irak. Makam Imam Hadi as berkali-kali berusaha dihancurkan oleh pembencinya. Di antara serangan paling merusak terjadi pada 22 Februari 2005. Al-Qaedah mengaku bertanggungjawab atas aksi peledakan Haram (pusara suci) Imam Hadi as yang menyebabkan kerusakan parah pada kubah makam tersebut, termasuk merusak menaranya yang terbuat dari bahan emas. Dua tahun setelahnya, pada 13 Maret 2007, kembali terjadi peledakan bom yang merusak total menara yang tersisa dari upaya pengrusakan sebelumnya. Pada 6 Juni 2014, kembali terjadi serangan yang dilakukan ISIS dengan niat melakukan penghancuran total Haram Imam Hadi as dan Imam Hasan Askari as. Namun, berkat kerjasama antara warga setempat, pengelola Haram dan pihak militer Irak, upaya tersebut berhasil digagalkan.  Setelah terjadi pengrusakan kubah dan menara Haram, dilakukan renovasi yang menelan biaya 100 juta dollar.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…