کمالوندی

کمالوندی

Selasa, 21 Desember 2021 14:41

Surat Qaf 16-22

 

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16)

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (16)

Di pembahasan sebelumnya kami telah jelaskan bahwa Surat Qaf membahas seputar isu Hari Kiamat. Terkait pengetahuan Tuhan atas setiap perbuatan manusia, ayat ini mengatakan, "Tuhan pencipta manusia dan sepenuhnya mengetahui segala sesuatu, setiap bagian dan kondisinya."

Allah Swt bukan saja mengetahui setiap perbuatan manusia, bahkan Ia juga mengetahui pemikiran, angan-angan dan khayalan manusia. Wajar jika Allah Swt tidak akan mengazab manusia karena pemikiran buruk di benaknya dan godaan selama ia tidak melakukannya. Ini semua berkat kemurahan Tuhan.

Kehidupan manusia tergantung pada arteri yang membawa darah dari jantungnya ke berbagai organ tubuh, dan tentu saja Tuhan lebih dekat dengan manusia daripada arteri ini. Karena hidup manusia sebenarnya ada di tangan Tuhan dan hati serta urat nadi adalah sarana untuk mewujudkan kehendak Tuhan.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Pengetahuan dan kuasa Tuhan tidak terbatas dan selalu melingkupi umat manusia. Kesadaran Tuhan akan kondisi manusia akurat dan luas. Oleh karena itu, jika kita berpikir bahwa Tuhan tidak menyadari pikiran dan motif batin kita, itu adalah gagasan yang salah.

2. Jika kita tidak menjaga hawa nafsu kita, itu akan menggoda dan memprovokasi kita untuk melakukan hal-hal yang salah dengan berbagai cara, dan itu akan berulang sampai kita terjebak di dalamnya.

ِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)

(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. (17)

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (18)

Di ayat sebelumnya dibahas mengenai pengetahuan Tuhan terhadap pikiran dan pemikiran yang terlintas di benak manusia. Sementara ayat ini mengisyaratkan bahwa seluruh perbuatan manusia dicatat dan mengatakan, "Tuhan menempatkan dua malaikat bagi setiap manusia yang senantiasa mengawasinya. Mereka mencatat seluruh perbuatan baik dan buruk serta tidak ada yang tersembunyi dari mereka."

Mayoritas manusia menganggap berbicara bukan bagian dari perbuatannya, dan mengabaikannya. Padahal berbicara memainkan peran penting dalam interaksi sosial dan keluarga manusia. Oleh karena itu, al-Quran menyebutkan berbicara secara terpisah serta menyatakan, setiap kata yang keluar dari mulut, juga akan dicatat oleh dua malaikat tersebut.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Meskipun Tuhan mengetahui lahir dan batin manusia, namun Dia telah menyediakan alat untuk segalanya. Oleh karena itu, ia menugaskan para malaikat untuk merekam tindakan manusia.

2. Percaya akan keberadaan malaikat merupakan salah satu bukti dari iman kepada hal-hal ghaib, di samping beriman kepada Tuhan.

3. Manusia bukan saja bertanggung jawab atas setiap perbuatannya, bahkan ia juga akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap ucapannya serta tidak ada yang keluar dari manusia, kecuali seluruhnya akan diperhitungkan.

وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ (19) وَنُفِخَ فِي الصُّورِ ذَلِكَ يَوْمُ الْوَعِيدِ (20) وَجَاءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَعَهَا سَائِقٌ وَشَهِيدٌ (21) لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ (22)

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. (19)

Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. (20)

Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi. (21)

Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (22)

Saat kematian, ketakutan dan kecemasan yang aneh menguasai manusia. Kebanyakan orang lari dari kematian dan bahkan tidak mau memikirkannya; Jika mereka ingin memvisualisasikan kematian, mereka memikirkan kematian orang lain. Tetapi al-Qur'an mengatakan: Kematian adalah kebenaran dan meliputi semua, apakah Anda siap untuk itu atau tidak.

Tentu saja, kematian bukanlah kemusnahan, tetapi perpindahan dari satu dunia ke dunia lain, dan secara alami disertai dengan kesulitan, tekanan, dan perpisahan kerabat dan teman. Begitu pula saat lahir, peralihan dari kehidupan embrio ke kehidupan duniawi disertai dengan tangisan bayi dan pemotongan tali pusar.

Saat lahir kita keluar dari perut ibu dan menjejakkan kaki di muka bumi. Saat kematian, kita kembali ke perut bumi dan kapanpun ketika Tuhan menghendaki, kita akan dikeluarkan dari perut bumi dan kembali menjejakkan kaki di tanah. Namun kali ini, kita dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita di dunia. Sama seperti dunia, di Hari Kiamat, dua malaikat juga akan menyertai kita, ketika kita berada di pengadilan ilahi dan keduanya menjadi saksi atas setiap perbuatan kita di dunia.

Saat itu, manusia menyadari betapa mereka lalai akan Hari Kiamat dan kehadirannya di arena yang sangat menentukan ini, serta tidak mempersiapkan diri untuk memberi jawaban di hari tersebut.

Dari empat ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Lari dari kematian adalah karakteristik alami manusia.

2. Sakaratul maut adalah kondisi umum bagi semua manusia. Ketakutan dan kecemasan serta tekanan kematian membuat manusia keluar dari kondisi wajarnya dan kesadarannya hilang.

3. Lalai akan akhirat sebuah bahaya yang mengancam manusia dan membuat dirinya semakin tergantung kepada dunia, istri dan anak-anaknya.

4. Dunia dan keindahannya seperti tabir dan penutup di hadapan pandangan manusia yang mencegah dirinya memandang kebenaran. Oleh karena itu, manusia yang lalai tidak memiliki pandangan yang dalam. Namun di Hari Kiamat, seiring dengan dibukanya tirai tersebut, manusia menjadi sadar dan tajam pandangannya, serta menyadari kebenaran dan realita baru.

Selasa, 21 Desember 2021 14:40

Surat Qaf 9-15

 

Surat Qaf 9-15

وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ (9) وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ (10) رِزْقًا لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ (11)

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, (9)

dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, (10)

untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan. (11)

Melanjutkan pembahasan sebelumnya, ayat-ayat ini berargumen dengan kebangkitan tanaman di musim semi untuk menjelaskan kemungkinan Maad (Hari Kebangkitan). Di musim semi, benih mati menjadi hidup ketika hujan turun di tanah yang mati, menjadi hidup dan tumbuh dari tanah. Setelah tumbuh dan berbuah, para petani memanennya untuk roti dan makanan mereka.

Pohon-pohon juga mati di musim dingin, namun seiring dengan datangnya musim semi dan turun hujan, cabang dan ranting pohan yang mati tersebut mulai menumbuhkan daun baru dan menghasilkan buah-buahan yang lezat sebagai tanda kehidupan pohon tersebut.

Lebih lanjut al-Quran menyatakan, kebangkitan manusia dari tanah di Hari Kiamat juga seperti ini. Seluruh sel-sel badan manusia yang tersebar di tanah, juga terkumpul kembali seperti biji tanaman yang tumbuh dari tanah. Hal ini bukan tak mungkin dan juga bukan sesuatu yang mustahil bagi kekuasaan tak berakhir Tuhan.

Dari tiga ayat ini terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Hujan fenomena penuh berkah dan memberi kehidupan di mana kehidupan semua makhluk di bumi, termasuk tumbuhan, hewan dan manusia, bergantung terhadapnya.

2. Di antara pohon dan buah, pohon kurma dan buahnya memiliki karakteristik khusus dan Tuhan menyebutkan namanya secara terpisah.

3. Tanaman dan pohon, sumber keindahan, sarana mendapat rezeki dan juga tanda kehidupan setelah kematian. Wajar jika mereka siap untuk mengambil pelajaran, akan merenungkan hal ini.

 

كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَأَصْحَابُ الرَّسِّ وَثَمُودُ (12) وَعَادٌ وَفِرْعَوْنُ وَإِخْوَانُ لُوطٍ (13) وَأَصْحَابُ الْأَيْكَةِ وَقَوْمُ تُبَّعٍ كُلٌّ كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ وَعِيدِ (14)

Sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan penduduk Rass dan Tsamud, (12)

dan kaum Aad, kaum Fir'aun dan kaum Luth, (13)

dan penduduk Aikah serta kaum Tubba' semuanya telah mendustakan rasul-rasul maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan. (14)

Untuk menghibur Rasulullah Saw dan orang beriman, ayat ini menyatakan, "Jangan kamu sangka bahwa hanya musyrik Mekah yang menyangkal risalah Nabi Islam dan menolaknya, bahkan sejak Nabi Nuh as, nabi besar ilahi, sampai kini, para nabi senantiasa disangkal dan berbagai kelompok dan kaum dengan berbagai alasan menolak ucapan kebenaran dan tidak beriman terhadap kebenaran para utusan Tuhan.

Pengingkaran dan penyangkalan kebenaran karena fanatisme, sikap keras kepala dan kebencian tidak akan dibiarkan tanpa balasan dan kemurkaan Tuhan dengan berbagai bentuk turun kepada mereka. Sekelompok dihancurkan dengan banjir dan badai topan, sekelompok lainnya dengan petir dari langit dan sekelompok lainnya dengan gempa bumi.

Dari tiga ayat ini terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Tuhan yang sama yang mendirikan dunia besar ini dan menciptakan manusia, telah membimbingnya melalui para nabi untuk mengikuti jalan pertumbuhan dan kesempurnaan. Pada saat yang sama, menerima kebenaran bukan paksaan, dan dalam hal ini, manusia dibiarkan dengan kehendak bebasnya sendiri dan hak untuk memilih.

2. Kaum di masa lalu yang menyaksikan para nabi dan kebenarannya bagi mereka sangat jelas mendapat murka Tuhan karena mengingkari para nabi tersebut. Ini sebuah pelajaran bagi para hamba Tuhan.

َفَعَيِينَا بِالْخَلْقِ الْأَوَّلِ بَلْ هُمْ فِي لَبْسٍ مِنْ خَلْقٍ جَدِيدٍ (15)

Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru. (15)

Mayoritas orang musyrik dan kafir mengakui Tuhan sebagai pencipta manusia dan alam semesta, dan tidak mengingkari keberadaan-Nya. Ayat ini berdasarkan keyakinan tersebut menyatakan, "Apakah Kami lemah di penciptaan pertama kalian, sehingga Kami tidak berdaya untuk menciptakan kalian kembali, dan tidak mampu menciptakan kalian kembali ?"

Dari satu ayat ini terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Ragu akan kekuasaan Tuhan untuk menciptakan kembali manusia di Hari Kiamat, tidak memiliki dasar. Karena yang menciptakan makhluk pasti mampu menciptakannya kembali.

2. Saat berdialog dengan para pengingkar, gunakan metode pertanyaan sehingga mereka dapat berpikir dan merenungkannya sendiri, mungkin mereka akan menemukan kebenaran.

3. Orang yang mengingkari Maad (Hari Kiamat/Kebangkitan), tidak memiliki argumentasi logis, tapi keraguan adalah alasan mereka.

 

Selasa, 21 Desember 2021 14:39

Surat Qaf 1-8

 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

ق وَالْقُرْآَنِ الْمَجِيدِ (1) بَلْ عَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ فَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا شَيْءٌ عَجِيبٌ (2)

Qaaf Demi Al Quran yang sangat mulia. (1)

(Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir: "Ini adalah suatu yang amat ajaib". (2)

Surat Qaf diturunkan di Mekah dan surat ini membahas prinsip Maad (kebangkitan) dan argumentasi yang berkaitan dengannya, nasib manusia yang baik dan buruk serta nasib umat terdahulu.

Surat ini seperti 28 surat al-Quran lainnya, dimulai dengan Huruf Muqatha'ah, yang kemudian disusul dengan pujian dan sumpah akan keagungan al-Quran. Hal ini karena al-Quran disusun dan terdiri dari huruf alfabet ini, namun tidak ada yang mampu membuat atau menyerupai al-Quran. Ini adalah mukjizat al-Quran.

Kelanjutan ayat ini membicarakan orang-orang yang mengingkari Hari Kiamat dan menyatakan, "Mereka terkejut karena ada sosok di antara mereka yang mengklaim sebagai nabi dan memperingatkan manusia akan datangnya Hari Kiamat setelah kematian, dan mereka menilai klaim nabi tersebut tidak mungkin terjadi dan sulit diterima oleh akal mereka."

Sementara ia bukan sosok pertama yang diutus sebagai nabi dan memberi kabar akan datangnya Hari Kiamat. Oleh karena itu, keterkejutan mereka bukan karena ketidaktahuan, tapi karena pengingkaran dan sikap keras kepala serta alasan untuk menolak seruan dan ucapan Rasulullah Saw.

Dari dua ayat ini terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Al-Quran firman Tuhan yang memiliki keagungan dan kehormatan, dan siapa saja yang menginginkan pujian dan keagungan maka harus menjalankan setiap ajaran firman Tuhan ini.

2. Pengutusan Nabi dari manusia dan dari masyarakat itu sendiri adalah hal yang wajar dan bijaksana, serta sejatinya poin kuat mereka. Tapi orang bodoh dan para pengingkar, menjadikannya sebagai alasan untuk melecehkan para nabi.

3. Orang kafir tidak memiliki argumentasi rasional atas pengingkarannya terhadap kenabian dan Maad, oleh karena itu mereka memilih sikap takjub dan heran sebagai alasan untuk mengingkari kebenaran, dan menyebutnya sebagai hal di luar nalar.

أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا ذَلِكَ رَجْعٌ بَعِيدٌ (3) قَدْ عَلِمْنَا مَا تَنْقُصُ الْأَرْضُ مِنْهُمْ وَعِنْدَنَا كِتَابٌ حَفِيظٌ (4) بَلْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَهُمْ فِي أَمْرٍ مَرِيجٍ (5) ‏

Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)?, itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. (3)

Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat). (4)

Sebenarnya, mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau. (5)

Di ayat sebelumnya telah dijelaskan bahwa orang-orang yang mengingkari Maad tidak memiliki argumentasi atas pengingkarannya tersebut. Ayat ini menjelaskan pertanyaan mereka yang dilontarkan karena takjub. Mereka mengatakan, bagaimana mungkin anggota badan kita yang setelah bertahun-tahun dan setelah kematian berubah menjadi tanah dihidupkan kembali dan kita kembali hidup ?

Saat menjawab pertanyaan mereka ini, al-Quran menyatakan, Allah Swt Maha Mengetahui apa saja perubahan dan transformasi di anggota badan manusia setelah mati, dan mengembalikannya seperti awal di Hari Kiamat. Segala urusan ini dicatat di sisi Tuhan. Lebih lanjut ayat menyatakan, sebagian para pengingkar ini sadar, tapi tetap mengingkari. Dengan kata lain, kekufuran mereka bukan karena kebodohan dan ketidaktahuan.

Dari tiga ayat ini terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Di antara metode unik al-Quran adalah terkadang mengutip ucapan orang kafir dan kemudian menjawab klaim mereka dengan rasional dan argumentasi.

2. Sistem penciptaan dibangun dan dikelola berdasarkan ilmu Tuhan, serta segala sesuatu memiliki takaran dan ukuran yang pasti.

3. Akar dari kekhawatiran dan kebingungan adalah menolak kebenaran dan kekufuran, seperti akar dari ketenangan adalah mengingat Tuhan dan menerima kebenaran. Oleh karena itu, mereka yang imannya tidak langgeng, senantiasa khawatir dan binggung.

أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوجٍ (6) وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (7) تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ (8)

Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? (6)

Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, (7)

untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). (8)

Ragu akan ilmu dan kekuasaan Tuhan menjadi penyebab manusia mengingkari Maad (Hari Kiamat). Ayat sebelumnya berbicara mengenai keluasan ilmu Tuhan, sementara ayat ini menjelaskan kekuasaan tak berakhir Tuhan dan mengatakan, "Jika kalian memandang di atas kepala kalian, dan menyaksikan matahari, bulan, bintang dan galaksi yang tak berakhir, maka kalian akan menyadari kekuasaan dan kekuatan Tuhan, serta tidak lagi bertanya bagaimana Tuhan akan menghidupkan orang yang telah mati ?

Dan jika kalian menyaksikan di bawah kaki kalian, kalian akan melihat gunung, lembah, hutan dan beragam tanaman serta pohon, di mana kalian manusia tidak memiliki peran dari kemunculan fenomena tersebut, dan hal-hal itu muncul karena kakuasaan Tuhan. Semua ini menjadi alasan untuk mengingat dan memperhatikan Tuhan, khususnya bagi mereka yang ingin mengenal-Nya dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dari tiga ayat ini terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Bumi dan langit serta seluruh alam semesta merupakan kelas untuk belajar mengenal Tuhan, tentunya bagi mereka yang ingin mengenal awal dan akhir dunia.

3. Di langit terdapat sistem dan hukum yang menguasainya.

4. Kekuatan, keindahan dan keteraturan merupakan ciri-ciri ciptaan Tuhan di langit dan di bumi, sehingga tidak ada kekurangan dalam sistem penciptaan-Nya. Ini mengungkapkan pengetahuan dan kekuatan tak terbatas dari Pencipta dunia.

5. Tumbuhnya tanaman dari tanah yang mati, contoh dari kekuasaan Tuhan dalam menghidupkan kembali orang yang telah mati.

Selasa, 21 Desember 2021 14:38

Surat Al-Fath 26-29

 

Surat Al-Fath 26-29

إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (26)

Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (48: 26)

Pembahasan sebelumnya tentang Perjanjian Hudaibiyah di sebuah daerah dekat Mekah antara Rasulullah Saw dan pembesar musyrik Mekah. Ayat ini mengisyaratkan salah satu faktor kekufuran, yakni fanatisme buta dan mengatakan, fanatisme dan kecongkakan jahiliyah membuat orang musyrik tidak mengijinkan Rasulullah Saw dan muslimin untuk melakukan ibarah haji dan berkurban di kota suci Mekah.

Mereka mengatakan, mereka ini membunuh ayah dan kakek kita di perang Badr dan Uhud, bagaimana kita mengijinkan mereka memasuki kota kita dan kembali dengan selamat ? Padahal mereka menyadari bahwa ziarah ke Baitullah diperbolehkan bagi semua orang dan kota Mekah tempat aman, bahkan jika mereka melihat pembunuh ayahnya tengah berada di kota ini atau menunaikan ibadah haji dan umrah, mereka tidak akan mengganggunya.

Sebaliknya Allah menenangkan Rasulullah dan orang mukmin serta memintanya berlapang dada untuk mencegah pertumpahan darah di tanah suci ini. Allah meminta Nabi-Nya untuk sementara menahan diri dan mempersiapkan kemudahan bagi ziarah ke tanah suci untuk tahun-tahun mendatang melalui perjanjian damai dengan orang musyrik. Jika fanatisme buta era jahiliyah juga menguasai orang muslim, maka saat itu akan terjadi perang di tanah suci Mekah.

Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Segala bentuk fanatisme di bidang ideologi dan praktis yang muncul dari budaya jahiliyah serta tidak sesuai dengan logika dan argumentasi yang benar, pasti tertolak.

2. Keharusan dari iman dan takwa adalah menjaga ketenangan dan pendekatan rasional serta jauh dari kemarahan di urusan pribadi dan sosial.

لَقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آَمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا (27)

 

Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat. (48: 27)

Sebelum rombongan muslimin bergerak ke Mekah, Rasulullah Saw bermimpi melihat seluruh sahabatnya memasuki Masjidil Haram untuk menunaikan ibadah haji. Kemudian beliau menceritakan mimpinya tersebut kepada para sahabat. Kaum muslim berpikir bahwa mimpi nabi akan terealisasi tahun itu juga. Oleh karena itu, ketika kaum musyrik menutup jalan mereka untuk memasuki Mekah, sejumlah muslim mulai ragu, jangan-jangan mimpi Nabi palsu dan tidak benar.

Saat itulah ayat ini turun dan menegaskan bahwa mimpi tersebut benar dan secara pasti umat muslim akan memasuki Masjidil Haram dengan aman. Berdasarkan Perjanjian Hudaibiyah, tahun berikutnya orang musyrik akan mengosongkan Mekah selama tiga hari dan umat muslim dengan tenang dapat menjalankan ibadah haji dan umrahnya dengan agung. Namun demikian, ternyata orang musyrik malah melanggar janjinya dan umat muslim tahun delapan hijriyah menaklukan Mekah tanpa pertumpahan darah.

Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Janji Tuhan pasti terealisasi, meski terkadang terlambat karena sesuai dengan ilmu dan hikmah Tuhan, tapi keterlambatan ini jangan sampai membuat kita ragu.

2. Jika menerima perdamaian demi kemaslahatan masyarakat dan bukan karena takut musuh, maka berkah perdamaian seperti ini akan tinggi dan awal dari kemenangan.

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا (28)

 

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (48: 28)

Melanjutkan ayat sebelumnya tentang janji kemenangan muslimin atas orang musyrik Mekah, ayat ini menyatakan, kemenangan ini akan terus berlanjut dan akan tiba saatnya Islam menyebar ke seluruh dunia dan mengalahkan setiap agama dan aliran, karena ucapan Tuhan adalah kebenaran dan membimbing manusia ke arah kebahagiaan.

Berdasarkan riwayat mutawatir yang disepakati seluruh umat Muslim, janji ini akan terealisasi di akhir zaman oleh salah satu keturunan Rasulullah Saw bernama Mahdi. Ia akan melawan kaum arogan dan pemimpin zalim dengan bantuan kaum tertindas dunia. Imam Mahdi as dengan bantuan Tuhan akan mengalahkan kaum zalim dan kemudian menegakkan keadilan dan keamanan di seluruh dunia.

Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Dengan kehendak Allah, agama kebenaran akan menyelimuti seluruh alam dan terbuka peluang untuk membimbing masyarakat dunia ke arah agama ilahi.

2. Agama-agama masa lalu bersifat khusus untuk periode waktu tertentu, dan sebaliknya, ajaran Islam tidak spesifik untuk waktu tertentu. Oleh karena itu, masa depan adalah milik Islam dan agama ini akan menjadi universal. Oleh karena itu, umat Islam harus menjalankan tugasnya dengan baik dan memperkenalkan wajah Islam yang sebenarnya kepada dunia.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (29)

 

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (48: 29)

Ayat ini merupakan ayat terakhir Surat Al-Fath dan menjelaskan kondisi yang diperlukan bagi terealisasinya janji ilahi yang disebutkan di ayat sebelumnya. Ayat ini mengatakan, umat muslim harus menyusun interaksi personal dan sosialnya berdasarkan empat kriteria ini bagi kemenangan Islam atas seluruh agama.

Pertama, harus bersikap tegas, keras dan solid terhadap musuh.

Kedua, harus bersikap penuh kasih terhadap sesama kaum muslim dan beriman.

Ketiga, harus menunjukkan penghambaan dan ibadah di hubungan dengan Tuhan.

Keempat, terkait dengan diri sendiri, harus berusaha untuk tumbuh, berkembang, maju dan mencapai independesi ekonomi serta politik.

Jika umat Muslim menjadikan kriteria ini sebagai teladannya, bukan saja mereka akan menang dihadapan musuh di dunia, bahkan di akhirat akan mendapat rahmat serta ampunan Tuhan.

Dari satu ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Islam adalah agama yang komprehensif dan memiliki perencanaan untuk semua dimensi dan aspek kehidupan manusia.

2. Globalisasi Islam tidak mungkin terjadi tanpa mengikuti sunnah Rasulullah dan memiliki pengikut yang jujur ​​dan teguh.

3. Di Taurat dan Injil juga disebutkan sifat-sifat pengikut Rasulullah Saw.

4. Pertumbuhan kualitas dan kuantitas umat Muslim membuat musuh marah.

Selasa, 21 Desember 2021 14:38

Surat Al-Fath ayat 22-25

 

Surat Al-Fath ayat 22-25

وَلَوْ قَاتَلَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوَلَّوُا الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا (22) سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا (23)

Dan sekiranya orang-orang kafir itu memerangi kamu pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah) kemudian mereka tiada memperoleh pelindung dan tidak (pula) penolong. (48: 22)

Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu. (48: 23)

Di pembahasan sebelumnya dibahas mengenai Perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah dan pembesar Mekah di daerah Hudaibiyah, dekat Mekah. Sekelompok orang menghina Rasul dan muslimin dan mengatakan, kalian menyerah terhadap perjanjian damai ini karena lemah dan tidak mampu, dan jika perang meletus kalian pasti kalah.

Ayat ini menjawab kelompok ini dan memberi semangat kepada umat Muslim serta menekankan bahwa ucapan seperti ini tidak berdasar dan keliru. Biasanya ketika orang beriman berperang hanya demi meraih keridhaan Tuhan dan menjahui tujuan materi serta perpecahan, serta mereka hanya taat terhadap perintah Rasulullah, maka sunnah ilahi adalah pertolongan Tuhan dalam membantu mereka melawan musuh. Seperti di Perang Badr dan Ahzab, hal ini telah terbukti dan dengan bantuan Allah, sekelompok kecil orang beriman berhasil mengalahkan pasukan besar musyrik.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Mereka yang mengingkari Tuhan sejatinya membuat dirinya jauh dari bantuan dan pertolongan Tuhan di kehidupannya.

2. Kemenangan kebenaran atas kebatilan serta pertolongan terhadap orang mukmin saat melawan orang kafir adalah sunnah ilahi yang pasti.

3. Hukum Tuhan komprehensif dan melampaui sekat waktu dan geografi, oleh karena hukum tersebut itu tidak pernah lapuk atau mandul.

 

وَهُوَ الَّذِي كَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (24) هُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالْهَدْيَ مَعْكُوفًا أَنْ يَبْلُغَ مَحِلَّهُ وَلَوْلَا رِجَالٌ مُؤْمِنُونَ وَنِسَاءٌ مُؤْمِنَاتٌ لَمْ تَعْلَمُوهُمْ أَنْ تَطَئُوهُمْ فَتُصِيبَكُمْ مِنْهُمْ مَعَرَّةٌ بِغَيْرِ عِلْمٍ لِيُدْخِلَ اللَّهُ فِي رَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ لَوْ تَزَيَّلُوا لَعَذَّبْنَا الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (25)

 

Dan Dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (menahan) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka, dan adalah Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (48: 24)

Merekalah orang-orang yang kafir yang menghalangi kamu dari (masuk) Masjidil Haram dan menghalangi hewan korban sampai ke tempat (penyembelihan)nya. Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mukmin dan perempuan-perempuan yang mukmin yang tiada kamu ketahui, bahwa kamu akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan tanpa pengetahuanmu (tentulah Allah tidak akan menahan tanganmu dari membinasakan mereka). Supaya Allah memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka tidak bercampur-baur, tentulah Kami akan mengazab orang-orang yag kafir di antara mereka dengan azab yang pedih. (48: 25)

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini mengisyaratkan dua poin penting di Perjanjian Hudaibiyah. Salah satunya adalah perjanjian damai ini sejatinya sebuah kemenangan bagi kalian terhadap orang kafir yang kalian raih tanpa pertumpahan darah. Karena meski kalian hadir di wilayah musuh dan kaum musyrik dapat memusnahkan kalian, tapi setelah baiat kalian dengan Nabi, mereka sangat ketakutan, sehingga mereka sendiri yang mengusulkan perdamaian.

Poin kedua adalah di kota Mekah, ada sejumlah orang muslim yang masih tinggal karena sejumlah sebab sehingga mereka tidak berhijrah ke Madinah. Jika Tuhan memerintahkan serangan ke Mekah, maka orang muslim ini juga akan terancam, karena kalian tidak mengenal mereka dan kalian terlibat konfrontasi dengan mereka. Jika ini terjadi, maka ini akan menjadi penyesalan kalian seumur hidup bahwa kalian menyerang saudara kalian di Mekah atau kalian membunuhnya.

Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Terkadang perdamaian sebuah indikasi kemenangan. Tentunya ini dalam kasus ketika ada kemaslahatan bagi masyarakat Islam yang ditentukan oleh para pemimpin yang bijak dan beriman.

2. Ketika musuh mengumumkan perang, kita tidak boleh menjadi pihak pertama yang menyerang dan terlibat konfrontasi dengan mereka.

3. Mekah bukan tempak eksklusif bagi penghuni kota ini, dan tidak ada yang berhak mencegah peziarah Baitullah memasuki kota ini.

4. Ketika perang sedapat mungkin dihindari pembunuhan terhadap orang yang tak berdosa dan tidak boleh melakukan tindakan brutal dan membabi buta untuk mengalahkan musuh.

5. Harus hati-hati dan jangan memberi musuh alasan. Penting untuk menghindari setiap tindakan yang menciptakan nama buruk bagi muslim dan merusak citra mereka di masyarakat.

Selasa, 21 Desember 2021 14:37

Surat Al-Fath ayat 17-21

 

Surat Al-Fath ayat 17-21

لَيْسَ عَلَى الْأَعْمَى حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَنْ يَتَوَلَّ يُعَذِّبْهُ عَذَابًا أَلِيمًا (17)

 

Tiada dosa atas orang-orang yang buta dan atas orang yang pincang dan atas orang yang sakit (apabila tidak ikut berperang). Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya; niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan barang siapa yang berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan azab yang pedih. (48: 17)

Di pembahasan sebelumnya mencela mereka yang menentang perang dan menyatakan mereka akan mendapat azab-Nya. Wajar jika di antara mereka ada orang yang cacat atau sakit dan tidak mampu berperang bersama muslim lainnya. Sebagian dari mereka mendatangi Rasul dan bertanya mengenai kondisi mereka. Ayat ini turun dan memisahkan mereka dari orang-orang sehat yang melanggar perintah Rasulullah Saw.

Salah satu prinsip dasar Islam bagi seluruh perintah dan kewajiban agama adalah pesan ayat ini: «لا یُکَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلَّا وُسْعَها»

(Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.) (al-Baqara: 286)

Dalam shalat, salah satu syaratnya yaitu berdiri, orang sakit atau cacat dapat shalat sambil duduk bahkan berbaring. Puasa tidak hanya dikecualikan dari orang yang sakit, tetapi juga orang yang sehat tidak wajib berpuasa jika mengetahui bahwa dirinya sakit jika berpuasa. Agar haji menjadi wajib bagi individu, kemampuan fisik juga diperlukan, dan mereka yang tidak dapat pergi ke Mekah atau melakukan ritual haji dibebaskan dari melakukannya.

Dalam ayat yang sedang dibahas, Al-Qur'an mengatakan: Jihad dengan musuh wajib atas orang sehat yang memiliki kekuatan untuk berperang dan membela diri, dan orang yang memiliki cacat fisik atau sakit dibebaskan dari berpartisipasi dalam medan perang dan jihad.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Tuhan memberikan perhatian khusus kepada orang sakit dan orang cacat dan membebaskan mereka dari melakukan tugas-tugas tertentu. Para pejabat dan legislator juga harus memperhatikan hal ini ketika membuat undang-undang dan peraturan sosial.

2. Yang terpenting adalah taat dan berserah diri terhadap perintah Tuhan; Meski kewajiban seseorang berbeda berdasarkan kondisi dan kemampuannya.

 

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا (18) وَمَغَانِمَ كَثِيرَةً يَأْخُذُونَهَا وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (19)

 

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (48: 18)

Serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (48: 19)

Di pembahasan sebelumnya kami sebutkan bahwa Rasulullah dan muslimin bertolak ke Mekah untuk melaksanakan ibadah umrah. Rasulullah mengirim salah satu sahabatnya ke pembesar Mekah untuk menginformasikan tujuan Rasulullah, dan bahwa muslimin tidak berniat perang, tapi tujuannya adalah berziarah ke Baitullah. Tapi orang musyrik menahan utusan rasul.

Menyusul langkah tersebut, Rasulullah mengumpulkan sahabatnya di bawah pohon di kawasan Hudaibiyah. Rasul mengambil baiat dari mereka bahwa mereka tidak akan mundur melawan orang musyrik dan tidak ada yang akan melarikan diri dari medan tempur. Ketika berita ini sampai ke orang musyrik, mereka ketakutan dan kemudian utusan rasul dibebaskan. Melalui Perjanjian Hudaibiyah, terbukalah peluang bagi ibadah umrah dan haji di tahun-tahun selanjutnya. Kemudian disusul dengan penaklukan Khaibar dan umat muslim mendapat rampasan perang yang berlimpah.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Iman tidak terbatas pada melakukan serangkaian kewajiban agama seperti shalat dan puasa, tapi hadir dan partisipasi di bidang sosial dan politik, membantu dan menyertai pemimpin agama juga termasuk kewajiban orang beragama.

2. Jangan tertipu oleh zahir sebuah perbuatan. Allah Swt sepenuhnya mengetahui niat dan motivasi kita serta memberi kita pahala berdasarkan niat tersebut.

3. Keridhaan Tuhan sebuah hal spiritual tidak bertentangan dengan mendapat rampasan perang dan kesuksesan duniawi.

4. Kesetian kepada Rasulullah dan menolongnya dalam melawan musuh adalah kunci mendapat rahmat di dunia dan akhirat.

 

وَعَدَكُمُ اللَّهُ مَغَانِمَ كَثِيرَةً تَأْخُذُونَهَا فَعَجَّلَ لَكُمْ هَذِهِ وَكَفَّ أَيْدِيَ النَّاسِ عَنْكُمْ وَلِتَكُونَ آَيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ وَيَهْدِيَكُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (20) وَأُخْرَى لَمْ تَقْدِرُوا عَلَيْهَا قَدْ أَحَاطَ اللَّهُ بِهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا (21)

 

Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan)mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus. (48: 20)

Dan (telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (48: 21)

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini mengatakan, rahmat ilahi kepada orang mukmin tidak terbatas pada Perjanjian Hudaibiyah dan penaklukan Khaibar, tapi kemenangan di masa depan juga milik orang muslim yang tidak mereka sangka dan mereka juga tidak memiliki kemampuan serta fasilitasnya. Karena Allah selain memberi mereka ketenangan, juga menurunkan ketakutan di hati orang-orang kafir sehingga mereka tidak melancarkan serangan atau agresi.

Jelas bahwa bantuan ilahi ini membuat iman orang mukmin terhadap kebenaran Rasulullah semakin kokoh dan mereka semakin solid di jalan Tuhan.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Di undang-undang perang, diperbolehkan mengambil harta musuh sebagai rampasan perang, dan ini juga dibenarkan oleh Allah Swt.

2. Allah berjanji bahwa jika kalian berusaha dalam membantu agama-Nya, maka Ia akan menyediakan berkah duniawi dan materi bagi kalian.

3. Sebuah nikmat besar yang diberikan Allah kepada orang mukmin ketika Ia membuat musuh tidak berani menyerang muslim dan menjamin keamanan.

Selasa, 21 Desember 2021 14:36

Surat Al-Fath ayat 14-16

 

Surat Al-Fath ayat 14-16

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (14)

 

Dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia memberikan ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (14)

Di pembahasan sebelumnya disebutkan tentang orang munafik yang batinnya kafir, tapi di luar menunjukkan sebagai orang muslim. Ayat ini mengatakan, Allah Swt Maha Pengampun dan Penyayang, dan siapa saja bertaubat dan menyesal atas perbuatannya di masa lalu akan mendapat pengampunan-Nya. Tapi mereka yang tetap melanjutkan jalan kelirunya dan congkak dihadapan kebenaran sejatinya membuat dirinya jauh dari rahmat Tuhan dan akan mendapat balasan dari perbuatan kelirunya.

Ayat ini menekankan kekuasaan mutlak Tuhan terhadap alam semesta sehingga tidak ada yang akan berpikir dapat keluar dari kekuasaan dan perintah Tuhan.

Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Rahmat ilahi mendahului murka-Nya. Selama manusia tidak menghalangi potensinya untuk mendapat rahmat Tuhan melalui perbuatannya, maka ia akan mendapat rahmat ilahi.

2. Rasa takut dan harapan diperlukan bagi keselamatan manusia. Oleh karena itu, di pendidikan ilahi, manusia harus dalam kondisi takut dan penuh harapan, bukannya putus asa total atau congkak. Manusia harus optimis akan rahmat Tuhan dan takut akan kemurkaan-Nya.

 

سَيَقُولُ الْمُخَلَّفُونَ إِذَا انْطَلَقْتُمْ إِلَى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوهَا ذَرُونَا نَتَّبِعْكُمْ يُرِيدُونَ أَنْ يُبَدِّلُوا كَلَامَ اللَّهِ قُلْ لَنْ تَتَّبِعُونَا كَذَلِكُمْ قَالَ اللَّهُ مِنْ قَبْلُ فَسَيَقُولُونَ بَلْ تَحْسُدُونَنَا بَلْ كَانُوا لَا يَفْقَهُونَ إِلَّا قَلِيلًا (15)

 

Orang-orang Badwi yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan: "Biarkanlah kami, niscaya kami mengikuti kamu"; mereka hendak merubah janji Allah. Katakanlah: "Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami; demikian Allah telah menetapkan sebelumnya"; mereka akan mengatakan: "Sebenarnya kamu dengki kepada kami". Bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali. (48: 15)

Salah satu ciri orang munafik adalah oportunisme. Ketika mereka dalam bahaya, mereka menarik diri dengan berbagai dalih dan melalaikan tanggung jawab mereka, tetapi mereka hadir di mana pun ketika mereka merasa kehadiran mereka bermanfaat baginya.

Saat rombongan muslimin kembali ke Madinah, Allah Swt memberi kabar gembira kepada Nabi akan penaklukkan Khaibar dan mereka yang menentang Perjanjian Hudaibiyah akan dilarang ikut dalam perang Khaibar. Tapi ketika pasukan Muslim bergerak ke arah Khaibar, kelompok ini meminta Nabi supaya diijinkan bergabung bersama pasukan muslim untuk menebus kesalahan mereka. Tapi sejatinya mereka hanya ingin saham rampasan perang Khaibar. Rasulullah kemudian membacakan perintah Allah kepada mereka dan melarang mereka ikut di perang ini.

Uniknya kelompok ini alih-alih mengakui kesalahannya, tapi malah menuding orang lain dan mengatakan, mereka tidak menginginkan kita ikut di jihad ini karena dengki dan ingin menguasai semua rampasan perang.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat petik:

1. Mereka yang meninggalkan kewajiban sosialnya di kondisi bahaya dan sulit, harus dilarang menikmati sejumlah fasilitas sosial, sehingga tidak terbuka peluang bagi maraknya kelompok tersebut.

2. Seluruh muslim mengklaim beriman dan mengikuti perintah Tuhan. Tapi mukmin sejati dan munafik akan tampak di kondisi sulit.

3. Jangan takut akan tudingan dan fitnah orang munafik yang menfitnah orang mukmin untuk berlepas diri dari pelanggaran mereka.

 

قُلْ لِلْمُخَلَّفِينَ مِنَ الْأَعْرَابِ سَتُدْعَوْنَ إِلَى قَوْمٍ أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ تُقَاتِلُونَهُمْ أَوْ يُسْلِمُونَ فَإِنْ تُطِيعُوا يُؤْتِكُمُ اللَّهُ أَجْرًا حَسَنًا وَإِنْ تَتَوَلَّوْا كَمَا تَوَلَّيْتُمْ مِنْ قَبْلُ يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (16)

 

Katakanlah kepada orang-orang Badwi yang tertinggal: "Kamu akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kamu akan memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk Islam). Maka jika kamu patuhi (ajakan itu) niscaya Allah akan memberikan kepadamu pahala yang baik dan jika kamu berpaling sebagaimana kamu telah berpaling sebelumnya, niscaya Dia akan mengazab kamu dengan azab yang pedih". (48: 16)

Melanjutkan ayat sebelumnya tentang penolakan permintaan orang munafik untuk ikut di perang Khaibar, ayat ini menyatakan, jika kalian benar-benar menyesal atas pelanggaran kalian sebelumnya, maka kalian dapat menunjukkan kejujuran kalian di medan sulit yang akan datang dan Allah Swt membuka jalan ini bagi kalian supaya kalian bertaubat atas kesalahan masa lalu.

Tapi jangan berharap rampasan perang di perang tersebut dan jangan berperang karena mengharapkan ghanimah (rampasan perang). Dengan demikian kalian akan mendapat pahala dari Tuhan seperti yang diraih pejuang di jalan kebenaran. Tapi jika kalian kembali melakukan pelanggaran di perang tersebut dan menyimpang dari perintah Tuhan dan rasul-Nya, maka kalian akan mendapat azab yang pedih.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Dalam sistem sosial, biarkan jalan kembali dan kompensasi terbuka bagi pelanggar dan tidak memboikot mereka selamanya.

2. Jangan meremehkan musuh dan jangan menganggap kemenangan sebelumnya sebagai alasan bagi kemenangan di perang mendatang, karena bisa jadi musuh memperkuat persenjataan dan kemampuan mereka serta hadir di medan tempur lebih kuat dari sebelumnya.

3. Kekuatan dan kemampuan pertahanan muslimin harus memaksa musuh untuk menyerah dan menerima kekalahan.

4. Tujuan dari jihad adalah melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya, bukan memperluas negara atau menaklukkan pihak lain, karena pejuang sejati adalah mereka yang ingin meraih keridhaan Allah dan menjauhi kemurkaan-Nya.

Selasa, 21 Desember 2021 14:35

Surat Al-Fath ayat 10-13

 

Surat Al-Fath ayat 10-13

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا (10)

 

Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar. (48: 10)

Di pembahasan sebelumnya disinggung tentang Perjanjian Hudaibiyah dan orang musyrik Mekah. Sebelum Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah Saw mengutus salah satu sahabatnya kepada orang musyrik untuk memberitahu mereka bahwa muslimin akan menuju Mekah untuk berziarah dan tidak berniat untuk perang.

Di sisi lain, orang musyrik menahan utusan Nabi untuk sementara. Hal ini menimbulkan desas desus di antara orang Muslim bahwa utusan nabi terbunuh. Rasulullah kemudian mengumpulkan sahabatnya dan mengambil janji (baiat) dari mereka bahwa jika berita ini benar, mereka akan berperang melawan orang musyrik ketimbang kembali ke Mekah.

Ketika berita baiat ini sampai ke orang musyrik Mekah, mereka membebaskan utusan Nabi dan memilih untuk berdamai dengan muslimin ketimbang perang. Dengan demikian baiat muslimin dengan Rasulullah tersebut sangat penting di sejarah Islam dan di ayat lain, Allah Swt menyatakan keridhaan-Nya kepada muslimin karena baiat tersebut.

Di ayat ini juga disebutkan, baiat dengan Nabi sama halnya dengan baiat dengan Tuhan, sama seperti peristiwa baiat, kedua pihak saling berjabat tangan, seakan-akan orang yang berbaiat dengan nabi, meletakkan tangannya di tangan Tuhan yang berada di atas seluruh tangan.

Jelas bahwa mereka yang berbaiat dengan Tuhan dan menolong agama-Nya, diharapkan tidak melanggar janjinya. Jika demikian, maka mereka akan melukai imannya sendiri.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Keharusan dari iman kepada Tuhan adalah menolong agama-Nya dan komitmen terhadap pemimpin agama dalam melawan konspirasi dan skema musuh.

2. Rahmat Tuhan turun kepada mereka yang menolong agama Tuhan dan komitmen di jalan ini.

3. Menjaga janji dan baiat merupakan indikasi beragama dan merusak baiat, sejatinya merusak diri sendiri.

 

سَيَقُولُ لَكَ الْمُخَلَّفُونَ مِنَ الْأَعْرَابِ شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا بَلْ كَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا (11)

 

Orang-orang Badwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (48: 11)

Ketika rombongan muslimin bergerak dari Madinah menuju Mekah, Rasulullah Saw memerintahkan muslim yang hidup di sekitar Madinah untuk bergabung dengan rombongan, tapi sebagian dari mereka menolak karena takut terlibat bentrokan dengan orang musyrik Mekah.

Ketika muslimin kembali ke Madinah, mereka yang tidak bergabung dengan rombongan ini mendatangi Nabi dan memberi alasan absennya mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka disibukkan dengan urusan kehidupan. Namun ayat Al-Qur’an kemudian turun dan menguak kebohongan mereka dan menyebutkan apa yang diucapkan mereka berbeda dengan apa yang disembunyikan di hati.

Kelanjutan ayat ini menekankan poin penting bahwa lari dari jihad bukan jaminan bagi keberlangsungan hidup. Betapa banyak orang yang pergi ke medan perang, tapi kembali dengan selamat dan betapa banyak mereka yang tinggal di rumah, tapi kehilangan nyawa.

Dari satu ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Salah satu faktor bagi pelanggaran kewajiban sosial adalah lemahnya iman masyarakat dan rendahnya tingkat budaya mereka. Oleh karena itu, pemimpin yang cakap dan berpikiran luas harus perhatian terhadap keputusan pentingnya di poin ini.

2. Ketergantungan besar terhadap dunia telah mencegah sebagian orang untuk berjuang di medan tempur dan jihad di jalan Tuhan.

3. Doa dan syafaat Nabi terhadap orang-orang yang bersalah diterima oleh Tuhan.

4. Wajib untuk membela agama Tuhan dan pemimpin agama, meski kita akan merugi.

 

بَلْ ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَنْقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَلِكَ فِي قُلُوبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ السَّوْءِ وَكُنْتُمْ قَوْمًا بُورًا (12) وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا (13)

 

Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa. (48: 12)

Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala. (48: 13)

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menyinggung sebab penolakan sejumlah orang untuk menyertai Nabi dan muslimin serta mengatakan, alasan sejati mereka yang menolak bukan karena sibuk dengan pekerjaan atau urusan kehidupan keluarga, tapi anggapan keliru akibat prasangka buruk atas janji-janji ilahi yang muncul di diri mereka. Mereka berpikir bahwa muslimin tidak akan kembali dengan selamat di perjalanan kali ini, oleh karena itu, mereka menolak untuk bergabung.

Orang-orang ini menganggap Tuhan telah meninggalkan nabi-Nya di perjalanan ini dan menyerahkannya ke tangan musuh. Dengan demikian mereka berpikir tidak ada alasan untuk membahayakan nyawanya. Pemikiran keliru ini telah mencegah mereka  untuk menyertai Nabi dan memperbaruhi baiatnya dengan Rasulullah serta faktor bagi kemalangan mereka, karena hal ini indikasi lemahnya iman dan bisa berakibat pada kekufuran terhadap Allah dan rasul-Nya, di mana para pelanggar baiat akan mendapat azab yang pedih.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Janganlah kita memutuskan melawan perintah Tuhan dan para pemimpin ilahi hanya berdasarkan perhitungan duniawi, tetapi marilah kita bertindak dengan bertawakkal kepada Tuhan dan tidak takut pada apa pun.

2. Termasuk dosa besar berprasangka buruk kepada hamba Tuhan, apalagi berburuk sangka kepada Tuhan dan janji-janji-Nya.

3. Terkadang buruk sangka dan pemikiran menyimpang memiliki dampak besar bagi manusia dan mendorongnya untuk melanggar perintah Tuhan.

4. Ketergantungan berlebihan terhadap keluarga tidak boleh menghalangi manusia untuk melakukan kewajiban agama, karena jika demikian maka akan membuat manusia celaka dan mengalami nasib buruk.

Selasa, 21 Desember 2021 14:34

Surat Al-Fath ayat 5-9

 

Surat Al-Fath ayat 5-9

لِيُدْخِلَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَيُكَفِّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَكَانَ ذَلِكَ عِنْدَ اللَّهِ فَوْزًا عَظِيمًا (5)

 

supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah, (48: 5)

Di pembahasan sebelumnya telah dibahas Perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah Saw dan orang musyrik Mekah, di mana Allah Swt telah memberi kabar gembira kemenangan umat Muslim di masa depan dan memberi mereka ketenangan.

Ayat kali ini mengatakan, mereka yang senantisa menjadi penolong dan selalu menyertai Rasulullah serta taat kepadanya, selain mendapat ketenangan duniawi, Allah Swt juga menjamin akhirat mereka; Tuhan mengampuni kesalahan mereka dan menjadikan surga sebagai tempat mereka serta mendapat nikmat ilahi yang tidak akan pernah putus.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Meskipun perempuan tidak memiliki kehadiran langsung di beberapa bidang yang sulit seperti perang dan jihad, tapi jika mereka menjadi penolong dan sepemikiran dengan suami serta anak-anak pejuangnya, dan rela dengan partisipasi suami dan anaknya di medan tempur, maka mereka juga mendapat pahala.

2. Iman tidak berarti bahwa tidak ada kesalahan di pihak orang yang beriman. Tetapi perbuatan baik orang-orang beriman menyebabkan Allah mengampuni kesalahan mereka dan membuat mereka mendapat rahmat dan ampunan-Nya.

3. Kebahagiaan dan keselamatan yang besar dan nyata adalah manusia sejahtera baik di dunia maupun di akhirat, jika tidak maka banyak orang kafir di dunia ini yang akan menikmati berkah materi.

 

وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (6) وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (7)

 

dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali. (48: 6)

Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (48: 7)

Ketika Rasulullah dan muslimin bergerak dari Madinah menuju Mekah, orang munafik yang meragukan pertolongan Allah mengataan, orang muslim tidak akan kembali dengan selamat ke Madinah dan mereka akan terbunuh atau ditawan orang musyrik. Sementara orang musyrik Mekah juga berniat melawan muslimin, tapi bahaya ini berhasil dihilangkan dengan perencanaan Rasul dan perjanjian damai dengan kaum Musyrik.

Ayat ini mengatakan, kaum munafik Madinah dan musyrik Mekah yang memperkirakan nasib buruk bagi muslimin, justru diri mereka sendiri akan mengalami nasib buruk dan mendapat murka serta azab ilahi di dunia dan akhirat.

Mereka yang bersandar para kekuatan dan hikmah ilahi serta maju ke medan akan mendapat rahmat dan bantuan Tuhan serta akhirnya meraih kemenangan. Namun mereka yang duduk di rumah karena takut dan menakut-nakuti orang lain serta melemahkan semangat masyarakat, mereka akan bernasib buruk. Faktanya orang seperti ini telah merusak dunia dan akhiratnya sendiri.

Uniknya di ayat ini disebutkan bahwa istri mukmin berada di samping suaminya yang mukmin, sementara istri musyrik dan munafik berada di sampin suami mereka. Dengan demikian ayat ini menjelaskan peran penting perempuan/istri di bidang sosial dan politik serta pengaruh mereka terhadap suami.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Prasangka buruk akan janji-janji ilahi adalah ciri orang munafik dan musyrik, bukan orang mukmin sejati yang percaya akan pemenuhan janji-janji itu.

2. Orang-orang munafik dan orang-orang musyrik itu sependapat dan bersama-sama dalam kejahatan dan kesesatan. Oleh karena itu, dalam ayat-ayat ini disebutkan nasib orang-orang munafik bersama dengan orang-orang musyrik; Namun, orang-orang munafik hidup di antara orang-orang beriman dan dianggap Muslim dalam penampilan.

3. Perempuan berada di pihak laki-laki dalam memperoleh kebajikan atau keburukan moral, dan seperti mereka, perempuan mempengaruhi nasib mereka sendiri dan masyarakat.

4. Semua objek dan fenomena alam semesta berada di bawah rencana dan perintah Tuhan, dan siapa pun yang menentang Tuhan tidak akan memiliki akhir kecuali kekalahan.

 

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (8) لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (9)

 

Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, (48: 8)

supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (48: 9)

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menekankan posisi Rasulullah Saw di tengah masyarakat dan mengatakan, ia menjadi saksi dan pengawas atas segala sesuatu yang terjadi di masyarakat, serta tidak ada yang tersembunyi darinya, meski bisa saja ia tidak akan mengungkapkan apa yang ia ketahui.

Ia menyeru manusia untuk melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk, dan memberi kabar gembira bagi perbuatan baik dan memperingatkan akan akhir dari perbuatan buruk.

Orang-orang beriman diharapkan menerima ucapannya dan dalam praktek, selalu menjadi penolong dan menyertainya serta mengagungkan kedudukannya di masyarakat, sehingga orang munafik dan musuh luar tidak akan berani melukainya.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Harus ada keseimbangan antara kabar gembira dan peringatan saat memberi petunjuk dan mendidik sesorang, sehingga audiens tidak akan sombong atau putus asa.

2. Para mubaligh di tengah masyarakat harus menjadi teladan baik dalam perilaku maupun perbuatan, serta harus menyadari apa yang tengah terjadi di masyarakat.

3. Keharusan iman kepada Tuhan adalah mendukung dan menjaha agama serta Rasulullah Saw. Rasul harus dihormati dan kedudukannya di masyarakat diagungkan.

4. Orang beriman di samping aktivitas sosial dan hadir di lapangan, harus terus mengingat Tuhan baik pagi atau malam dan di shalat atau lainnya, serta memperkuat hubungannya dengan Tuhan melalui metode ini.

Selasa, 21 Desember 2021 14:34

Surat Al-Fath ayat 1-4

 

Surat Al-Fath ayat 1-4

  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا (1) لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (2) وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا (3)

 

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, (48: 1)

supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, (48: 2)

dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). (48: 3)

Surat ini diturunkan setelah perjanjian Hudaibiyah tahun enam hijriyah. Di tahun tersebut, Rasulullah dan sejumlah Muslim Madinah menuju Mekah untuk menunaikan ibadah umrah, tapi kaum Musyrik memblokir jalan mereka di dekat Mekah, tepatnya di daerah Hudaibiyah dan melarang mereka memasuki Mekah.

Perundingan antara kaum Muslim dan musyrik akhirnya berujung pada perjanjian damai antara Nabi dan pembesar Quraisy dengan tujuan umat Muslim untuk tahun-tahun selanjutnya diijinkan menunaikan ibadah haji. Ketika Rasulullah kembali ke Madinah, surat ini turun dan memberi kabar gembira kemenangan umat Muslim.

Ayat ini yang diturunkan setelah Perjanjian Hudaibiyah termasuk mukadimah (pendahuluan) bagi sebuah kemenangan penting di masa mendatang. Karena sebelumnya, orang musyrik hanya berpikir untuk menghancurkan umat Muslim dan tidak menganggap komunitas ini. Tapi hasil dari Perjanjian Hudaibiyah adalah umat Muslim diakui dan mereka meraih kemenangan pasti dengan penaklukan kota Mekah tahun 8 Hijriyah.

Dengan pengutusan Rasulullah Saw, tradisi keliru dan sesat era jahiliyah dipertanyakan. Berdasarkan ajaran Islam, sistem kasta sosial dihancurkan, dan seluruh umat manusia dari setiap etnis dan kabilah adalah hamba Tuhan dan sesama saudara. Namun demikian perjuangan Rasulullah melawan penyembahan berhala dan tradisi jahiliyah telah mengganggu para pembesar musyrik dan ini bukan sesuatu yang mudah diabaikan. Dengan demikian, mereka menganggap Rasulullah berdosa karena memberantas nilai dan tradisi keliru jahiliyah dan menciptakan perubahan di sendi-sendi masyarakat.

Singkatnya dapat dikatakan bahwa prestasi penting Perjanjian Hudaibiyah dan hasilnya adalah penaklukan kota Mekah yang kemudian disusul dengan pemusnahan tradisi keliru jahiliyah. Rasulullah Saw menerapkan sistem Islam di Mekah dan Madinah, mengakhiri perseteruan antara kabilah dan menerapkan spirit persaudaraan di antara seluruh lapisan masyarakat.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Perencanaan dan pengambilan keputusan berdasarkan fakta yang ada memberikan dasar untuk sukses. Kemenangan atas musuh tidak selalu dalam bayang-bayang perang dan jihad; Terkadang perdamaian dan rekonsiliasi juga memberikan dasar untuk kemenangan atas musuh.

2. Jika kita mengejar untuk menjalankan kewajiban dan tidak takut akan dampaknya, maka Allah Swt akan mengatut supaya dampak dan pengaruh tersebut hilang dan yang muncul adalah hasil yang diiginkan.

3. Keputusan Rasulullah Saw untuk berdamai atau berperang melawan musuh sesuai dengan petunjuk dan arahan Allah Swt, dan beliau tidak bertidak sesuai dengan hawa nafsunya.

 

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (4)

 

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, (48: 4)

Di peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, mayoritas Muslim sedih dan terpukul karena tidak mendapat kesempatan untuk berziarah ke Mekah dan melakukan ibadah umrah. Namun turunnya surat ini dan kabar gembira akan kemenangan mereka di masa depan, telah memberi ketenangan kepada mereka dan membuat imannya terhadap ucapan Rasul dan Tuhan serta janji-Nya semakin solid.

Wajar jika mereka yang meyakini dunia berada di bawah pengaturan Tuhan dan seluru fenomena alam di langit dan bumi seperti tentara Tuhan, tidak pernah merasa kalah dan tidak takut akan kekuatan serta wibawa musuh.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Salah satu karunia Tuhan bagi orang-orang yang beriman adalah membawa kedamaian di hati mereka, sebagaimana salah satu hukuman bagi orang-orang kafir adalah menanamkan rasa takut dalam hati mereka.

2. Iman memiliki derajat dan selalu berfluktuasi, mengalami naik dan turun. Faktanya keberadaan kesulitaan dan munculnya beragam fenomena, termasuk ujian untuk mengukur iman seseorang.

3. Perhatian pada kekuatan, pengetahuan dan kebijaksanaan Tuhan, dan fakta bahwa semua fenomena alam berada di bawah aturan dan perintah Tuhan, memberikan kedamaian batin bagi orang beriman.