کمالوندی

کمالوندی

Selasa, 21 Desember 2021 15:13

Islamophobia di Barat (55)

 

Islamophobia dan sentimen anti-Islam di Barat menyentuh berbagai aspek kehidupan. Kelompok-kelompok anti-Islam memanfaatkan semua sarana untuk menampilkan gambaran bias, tidak rasional, dan ekstrem tentang Islam.

Salah satu instrumen penting mereka adalah menggunakan seni khususnya sinema, animasi, dan game komputer. Pop Culture Collaborative di Amerika Serikat dalam sebuah laporan tentang 100 tahun praktik Islamophobia di Hollywood menemukan bahwa film-film yang diproduksi Hollywood memuat konten orientalisme, anti-kulit hitam, rasisme, anti-Muslim, patriarki, dan imperialisme.

Seorang seniman dan cendekiawan Muslim, Dr. Maytha Alhassen menilai pencitraan negatif tentang Islam dan orang-orang Muslim ada hubungannya dengan kebijakan represif AS terhadap komunitas Muslim domestik dan negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Dia juga menyoroti kemajuan terbaru dalam reklamasi naratif komunitas Muslim Amerika di Hollywood dan yakin bahwa industri perfilman dapat membuat perubahan.

Peneliti Muslim ini menganggap salah satu cara untuk mengubah pendekatan bias dalam produk-produk Hollywood adalah mendukung para sutradara Muslim. Program dan proyek-proyek untuk mendukung para seniman dan penulis naskah Muslim dapat efektif dalam mengubah keadaan sekarang. Tentu saja, saran Dr. Alhassen kepada Hollywood sangat menjanjikan untuk mengubah pendekatan saat ini.

Menyudutkan ajaran Islam di Hollywood merupakan sebuah program dan aksi terencana. Para seniman anti-Islam di Hollywood tidak bergerak sendiri dalam memproduksi film-film anti-Islam dan Muslim.

Industri perfilman Amerika dan secara khusus korporasi-korporasi seperti, Walt Disney – yang punya catatan panjang dalam memusuhi Muslim dan dunia Islam – secara sengaja memperkenalkan kaum Muslim sebagai kaku, berwatak keras, terbelakang, haus perang, lemah, dan penindas perempuan.

Sangat sedikit warga Amerika dan Eropa yang memiliki penilaian yang objektif dan bebas fanatisme tentang komunitas Muslim. Persepsi mereka tentang Muslim biasanya bersumber dari penggambaran yang salah, yang disajikan oleh media-media arus utama di negara mereka.

Penggambaran bias ini sudah tentu sejalan dengan kepentingan internasional Amerika dan sekutunya. Industri perfilman Amerika memiliki catatan panjang dalam merusak citra Islam dan mereka memakai cara yang paling halus untuk menyerang Islam. Mereka memperkenalkan Muslim sebagai komunitas terbelakang dan berbahaya.

Gelombang Islamophobia meningkat tajam di Amerika sejak Donald Trump berkuasa.
Ketua Komisi Hak Asasi Manusia Islam di London, Massoud Shadjareh mengatakan, "Faktanya situasi sedang bergerak ke arah yang lebih buruk. Kebijakan menyatukan dan memberikan identitas yang kuat kepada mayoritas dengan cara menargetkan minoritas merupakan sebuah pekerjaan yang sama persis seperti yang dilakukan Adolf Hitler dan Nazi. Kebijakan ini tentu kontraproduktif dan dampaknya tidak hanya terhadap minoritas yang menjadi target, tetapi juga bagi seluruh masyarakat."

Anggota Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR), Ibrahim Hooper menuturkan, "Bahkan setelah 11 September kita tidak menyaksikan peningkatan gelombang Islamohobia dan sentimen anti-Islam di media-media massa dan masyarakat Barat seperti hari ini."

Di film-film Hollywood, orang-orang Muslim diperkenalkan sebagai sosok yang kejam, bengis, pendukung kekerasan, agresif, penyebar kebencian, fanatik, ekstrem, nasionalis, penindas perempuan, miskin, dan tidak punya harga diri. Di film-film itu, sama sekali tidak ditemukan nilai-nilai kemanusiaan atau rasa empati di tengah masyarakat Muslim.

Mantan pemimpin rezim Zionis, Shimon Peres dalam kunjungannya ke studio DreamWork Animation's Valley mengatakan, "Hubungan vital antara Hollywood dan dunia pendidikan tidak boleh diabaikan. Anak-anak lebih percaya pada aktor daripada politisi. Anda mungkin berpikir bahwa ini adalah pekerjaan Anda, tetapi anak-anak menganggap ini adalah tugas Anda. Anda menghadirkan mimpi, harapan, sebuah dunia yang asing, dan sebuah janji."

Oleh karena itu, para investor utama Hollywood terutama Zionis adalah pemilik korporasi besar animasi, mereka mengucurkan dana besar-besaran di dunia animasi.

Hollywood telah memproduksi ratusan film anti-Islam sehingga sentimen anti-Muslim tumbuh sejak dini di benak anak-anak Amerika. Di samping animasi, serangan besar-besaran juga sedang terjadi terhadap Islam.

Film Zero Dark Thirty yang bercerita tentang pelacakan dan penangkapan Pemimpin Al Qaeda Osama Bin Laden, mungkin dapat dianggap sebagai film Hollywood yang habis-habisan menyerang Islam. Orang Muslim dicitrakan sebagai penjahat dan teroris yang membawa misi menghancurkan AS dan menyembunyikan Bin Laden. Tentu saja tentara Amerika selalu menjadi pemenang di setiap film setelah melakukan cara-cara brutal.

Zero Dark Thirty membawa dua pesan penting: pertama, terorisme harus diselesaikan dengan cara kekerasan dan penyiksaan. Dan kedua, Barat mengarahkan opini publik dalam memandang Islam dan Arab sesuai dengan kepentingannya.

Dari film ini dapat dipahami sejauh mana kampanye Islamophobia telah meracuni pikiran masyarakat Amerika dan seberapa besar peran Hollywood di dalamnya. Dalam film Zero Dark Thirty, kebencian terhadap Muslim, penyiksaan, dan operasi militer terhadap lokasi persembunyian Bin Laden, bukan hanya sesuatu yang harus dilakukan, tetapi juga pantas mendapat penghargaan.

Islam adalah agama penyeru keadilan dan perdamaian. Gambaran Hollywood tentang kaum Muslim benar-benar bertentangan dengan realitas ajaran Islam. Di dunia Islam, pihak yang menyebarkan kekerasan dan ekstremisme adalah Al Saud yang berkuasa di Arab Saudi dan mereka memiliki kedekatan khusus dengan negara-negara Barat. Al Saud kerap mendapat pujian dari AS dan negara-negara Eropa.

Pembunuhan wartawan, Jamal Khashoggi merupakan satu contoh dari ratusan kasus tindakan anti-kemanusiaan yang dilakukan Al Saud. 1,5 miliar warga Muslim dunia sama sekali tidak ada hubungannya dengan Wahabi yang berkuasa di Arab Saudi.

Ilustrasi surat Rahbar untuk para pemuda Eropa dan Amerika Utara.
Propaganda dan pendekatan bias Barat telah mendorong Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei untuk berbicara dengan para pemuda Eropa dan Amerika Utara melalui surat terbuka.

Rahbar menulis, "Saya berbicara kepada kalian (para pemuda), bukan berarti saya mengabaikan orang tua kalian, melainkan karena masa depan bangsa dan negara kalian berada di tangan kalian sendiri; dan juga saya menemukan bahwa rasa untuk mencari kebenaran di hati kalian lebih hidup, kuat dan waspada. Saya juga tidak berbicara kepada para politisi dan negarawan kalian dalam pesan ini, karena saya yakin mereka telah dengan sadar memisahkan jalur politik dari jalan kejujuran dan kebenaran.

Pembicaraan saya dengan kalian adalah tentang Islam, khususnya gambaran dan wajah yang ditampilkan kepada kalian tentang Islam. Sejak dua dekade lalu, kira-kira setelah kehancuran Uni Soviet, banyak upaya telah dilakukan untuk menempatkan agama besar ini di posisi sebagai musuh yang menyeramkan. Provokasi rasa takut, kebencian dan pemanfaatannya, sayangnya memiliki catatan panjang dalam sejarah politik Barat.

Di sini, saya tidak akan membahas mengenai berbagai phobia yang hingga kini diindoktrinasi kepada bangsa-bangsa Barat. Dengan tinjauan sepintas studi kritis terbaru tentang sejarah, kalian akan melihat fakta bahwa dalam penulisan sejarah baru, perilaku-perilaku tidak jujur dan munafik pemerintah-pemerintah Barat terhadap bangsa-bangsa dan budaya lain di dunia telah dikecam."

Di bagian lain, Ayatullah Khamenei menambahkan, "Kalian mengetahui dengan baik bahwa penghinaan, dan penyebaran kebencian dan ketakutan ilusi dari “orang lain” telah menjadi dasar umum bagi semua pencari keuntungan dan penindas. Sekarang, saya ingin kalian bertanya pada diri kalian sendiri, mengapa kebijakan lama dari penyebaran “phobia” dan kebencian menargetkan Islam dan Muslim dengan intensitas belum pernah terjadi sebelumnya?"

"Saya tidak memaksa bahwa kalian harus menerima penafsiran saya atau interpretasi lain tentang Islam. Namun yang ingin saya katakan adalah jangan biarkan realitas-realitas yang dinamis dan efektif di dunia saat ini diperkenalkan kepada kalian dengan kepentingan dan tujuan-tujuan yang telah terkontaminasi. Kalian jangan biarkan orang-orang munafik menggunakan para teroris yang mereka rekrut sebagai wakil Islam untuk memperkenalkan agama ini kepada kalian," imbuhnya. 

Selasa, 21 Desember 2021 15:13

Islamophobia di Barat (54)

 

Gelombang baru sentimen anti-Islam di Amerika Serikat dimulai sejak Donald Trump berkuasa di Gedung Putih. Dengan janjinya melarang warga Muslim memasuki Amerika, Trump menjadikan isu Islamophobia sebagai jargon utama kampanye pemilunya pada 2016.

Setelah menduduki kursi kepresidenan, ia memberlakukan larangan perjalanan terhadap warga enam negara dengan mayoritas Muslim, termasuk Iran. Trump mencampuradukkan Islamophobia dengan Iranophobia. Dengan kebijakannya ini, ia telah menciptakan sebuah tantangan besar dalam sistem internasional.

Setiap kali menemui kegagalan, Trump selalu berusaha untuk menutupi kegagalan ini dengan mengintensifkan perang psikologis terhadap Iran dan menjatuhkan sanksi ekonomi, termasuk menarik diri dari perjanjian nuklir JCPOA.

Sebagai bagian dari kebijakan itu, Trump mengangkat Mike Pompeo sebagai menteri luar negeri dan John Bolton sebagai penasihat keamanan nasional AS, untuk menyempurnakan poros anti-Iran di Gedung Putih.

Sejauh ini Trump gagal memaksakan kehendaknya pada Eropa, Rusia, dan Cina, serta sekutu-sekutu utama Washington. Dengan mengesankan Iran sebagai ancaman terbesar bagi AS dan menjatuhkan sanksi berat terhadapnya, ia ingin menegaskan hegemoni AS kepada dunia.

Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton kemudian memperkenalkan sebuah program kontra-terorisme yang berfokus pada Iran. Surat kabar Spanyol, El Pais dan kantor berita Europress Spanyol dalam laporan terpisah mengatakan bahwa strategi baru kontraterorisme AS menekankan Iran sebagai salah satu musuh utamanya.

"Pemerintahan Trump berkata bahwa adidaya dunia tetap terganggu oleh ancaman Iran melalui jaringan globalnya dan dukungan berkelanjutan mereka kepada kelompok-kelompok teroris," tulis El Pais.

Menurut Europress, laporan strategi keamanan nasional AS tahun 2011 menyebut nama Iran hanya sekali dan negara itu dicap sebagai negara sponsor terorisme. Namun, pemerintahan Trump sekarang menempatkan Iran sebagai sumber utama kekhawatiran AS.

Warga Amerika memprotes kebijakan larangan perjalanan yang diterapkan oleh Trump.
Tetapi ada perbedaan antara peristiwa-peristiwa setelah 2011 dan 2018. Pada saat itu, pemerintahan Obama berhasil menyesatkan komunitas internasional tentang esensi program nuklir Iran dan membawa kasus nuklir negara ini ke Dewan Keamanan PBB, yang berujung keluarnya enam resolusi terhadap Tehran. Semua negara dunia berkewajiban untuk mematuhi resolusi-resolusi tersebut.

Keteguhan Iran pada pendiriannya telah mengubah pendekatan Kelompok 5+1 dalam negosiasi dengan Republik Islam. Perundingan ini akhirnya menghasilkan perjanjian nuklir JCPOA yang ditandatangani pada 2015. Berdasarkan JCPOA, Iran menerima pembatasan sementara terhadap program nuklir damainya dengan imbalan penghapusan sanksi.

Perjanjian nuklir JCPOA kemudian diperkuat melalui resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB dan membuatnya mengikat semua negara. Namun, Trump selama kampanye pilpres AS dan setelah terpilih, berulang kali menyebut JCPOA sebagai kesepakatan terburuk bagi Amerika. Pada Mei 2018, ia secara sepihak menarik diri dari JCPOA dan mengembalikan sanksi ekonomi terhadap Iran.

Tapi kali ini tidak ada negara yang mau mengikuti dikte Amerika. Pendukung Washington hanyalah rezim Zionis Israel dan beberapa negara Arab, yang bersekutu dengan AS.

Para pejabat AS telah melakukan kunjungan ke sejumlah negara untuk membujuk mereka agar mengikuti sanksi sepihak Washington, namun mereka tidak bersedia melakukan itu. Para pejabat Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam 12 laporannya, memverifikasi kepatuhan Iran terhadap JCPOA meskipun adanya tekanan dari AS.

Hanya beberapa bulan setelah Trump keluar dari JCPOA, pemerintah AS harus menerima kegagalannya dalam merangkul sekutunya bahkan negara-negara Eropa supaya mengikuti kebijakan sanksi terhadap Iran. Trump juga gagal meyakinkan IAEA bahwa Tehran telah melanggar perjanjian nuklir. Dia kemudian memanfaatkan pertemuan tahunan Majelis Umum PBB untuk melancarkan propaganda terhadap Iran.

Trump dibanjiri kritik dan protes dari para pemimpin dunia baik di Majelis Umum PBB maupun di Dewan Keamanan. Dia justru terkucil alih-alih berupaya mengucilkan Republik Islam Iran.

Sekarang, sekutu Amerika di Eropa memperkenalkan sebuah mekanisme untuk menangkal dampak sanksi AS dan mempertahankan kerja sama dengan Iran.

Di ranah hukum, pemerintah AS menelan kekalahan lain setelah Mahkamah Internasional mengeluarkan putusan yang memenangkan gugatan Iran dan memerintahkan AS untuk tetap mematuhi Perjanjian Amity.

Penarikan AS dari JCPOA adalah pelanggaran terhadap hukum internasional dan resolusi 2231 Dewan Keamanan. Republik Islam Iran memprotes keras tindakan itu dan kemudian mengadukan AS atas pelanggaran komitmen internasionalnya dan Treaty of Amity 1955.

Iran memandang penerapan kembali sanksi melanggar Perjanjian Persahabatan, Hubungan Ekonomi, dan Hak Konsuler (Treaty of Amity), yang ditandatangani antara Tehran-Washington pada 15 Agustus 1955 di Tehran.

Republik Islam secara resmi mendaftarkan gugatan hukum terhadap AS di Mahkamah Internasional (ICJ) pada 16 Juli 2018. Setelah mempelajari materi gugatan Iran, ICJ pada 3 Oktober 2018 dengan suara bulat memutuskan bahwa AS harus mencabut sanksi terhadap pasokan obat-obatan dan peralatan medis, makanan dan komoditas pertanian, serta suku cadang pesawat.

Putusan Mahkamah Internasional disambut positif oleh Republik Islam Iran. Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif via akun Twitter-nya menulis, "Mahkamah Internasional memerintahkan AS untuk mematuhi kewajiban yang dilanggar dengan memberlakukan kembali sanksi terhadap rakyat Iran ketika keluar dari JCPOA. Ini adalah kegagalan lain bagi pemerintah AS yang kecanduan sanksi dan kemenangan bagi sumpremasi hukum. Sangat penting bagi komunitas internasional untuk secara kolektif melawan unilateralisme AS."

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menuturkan Amerika menerima tamparan dari Islam dalam 40 tahun terakhir.

Kebijakan anti-Iran Donald Trump dan semangat Iranophobia di pemerintahan AS, merupakan sebuah permusuhan terhadap Islam yang anti-kezaliman dan anti-imperialisme Amerika. Secara prinsip, Islam dan Republik Islam Iran menentang arogansi dan kebijakan hegemonik Amerika Serikat.

Selasa, 21 Desember 2021 15:12

Islamophobia di Barat (53)

 

Artikel ini menyoroti kontroversi penerbitan buku Islamophobia di Jerman, dan meningkatnya serangan terhadap komunitas Muslim, terutama perempuan Muslim di Belgia dan Swiss.

Pertumbuhan gerakan ekstrem kanan menyeret Jerman ke arah Islamophobia dan sentimen anti-Islam. Padahal, warga Muslim Jerman termasuk di antara minoritas agama yang paling sopan.

Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa insiden di Jerman menyebabkan imigran Muslim menjadi sasaran kelompok ekstrem kanan dan anti-Islam, seperti PEGIDA. Gerakan anti-Islam juga sudah merebak di tingkat elit dan media-media Jerman.

Seorang mantan pegawai senior di Kementerian Keuangan Negara Bagian Berlin dan mantan Direktur Bundesbank, Thilo Sarrazin menerbitkan sebuah buku dengan judul, “Hostile Takeover: How Islam Hinders Progress and Threatens Society.” Ini adalah buku terlaris dan memberikan angin segar bagi gerakan anti-imigran dan anti-Islam di Jerman.

Sarrazin bukanlah seorang pakar Islam atau pun seorang teolog. Dia tidak mengerti bahasa Arab dan membaca al-Quran dalam terjemahan Jerman. Namun, ini tidak menghentikannya untuk menerbitkan buku setebal 495 halaman untuk melawan Islam dan penganutnya.

Dia menggambarkan masyarakat Islam sebagai terbelakang, tidak demokratis, penghasut perang, dan kurangnya rasa ingin tahu. Menurutnya, semua karakter ini akan menuju ke arah fundamentalisme.

Pendekatan reduktif yang sama juga diterapkan pada kondisi imigran Muslim di Jerman. Dalam serangkaian generalisasi, Sarrazin mengklaim bahwa mereka tidak belajar bahasa Jerman dengan baik atau berintegrasi secara sosial, tidak tertarik pada budaya tuan rumah, cenderung radikal, dan berperilaku jahat.

Berdasarkan argumen tendensius yang dibangunnya, Sarrazin memperingatkan bahwa jika tidak ada perubahan pada kebijakan imigrasi, kaum Islam akan membentuk mayoritas populasi Jerman dalam dua hingga tiga generasi mendatang dan kemudian mengatur tentang Islamisasi lembaga-lembaga sekuler.

Untuk mencegah hal ini, ia berkesimpulan bahwa Jerman harus melarang imigrasi Muslim, mengubah Konvensi Jenewa, dan mendeportasi semua pencari suaka yang ditolak.

Aksi protes menentang gerakan Islamophobia di Eropa.
Di tengah protes anti-imigran oleh kelompok ekstrem kanan di Jerman Timur, buku anti-Islam lainnya diterbitkan untuk memperingatkan "bahaya Islam dan Muslim" terhadap budaya, identitas, dan ekonomi Eropa dan Jerman.

Gerakan sentimen anti-imigran dan anti-Muslim sekarang meningkat di semua negara Eropa. Partai-partai sayap kanan sedang memperluas basis sosial mereka dan sekaligus berusaha agar tidak dituduh sebagai kelompok anti-imigran dan rasisme.

Partai-partai sayap kiri juga mengadopsi kebijakan konservatif agar tidak kehilangan basis massa dalam menghadapi isu-isu seperti, imigran dan xenophobia.

Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer, menyebut imigran sebagai akar dari semua masalah di Jerman. Ia adalah anggota senior Partai Uni Sosial Kristen Bayern dan termasuk deretan orang yang paling gencar menentang kebijakan imigrasi Kanselir Angela Merkel. Menurut Seehofer, pemerintah Jerman harus memberikan batasan untuk imigran yang akan memasuki negara itu.

Pernyataan Seehofer tentang imigran telah memicu banyak kritikan di Jerman. Ketua fraksi kelompok kiri di Parlemen Jerman, mengatakan pemerintah Jerman harus menunjukkan reaksi terhadap komentar Seehofer dan menyampaikan bahwa sikap dia berbeda dengan kebijakan resmi pemerintah.

Gerakan xenofobia dan Islamphobia telah menyatu di Eropa, karena sebagian besar pengungsi yang datang ke benua itu berasal dari negara-negara Muslim di Timur Tengah. Warga Muslim terutama wanita, lebih sering menjadi sasaran tindakan rasis dan tidak manusiawi daripada imigran.

Partai-partai ekstrem kanan tidak berbicara tentang pengusiran imigran dari negara mereka, tapi menuntut penutupan masjid dan mengusir warga Muslim dari Eropa. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk mempersempit ruang kehidupan warga Muslim melalui diskriminasi rasial dan perilaku rasis.

Asosiasi Belgia untuk Pencegahan Islamophobia (CCIB) menerbitkan sebuah laporan yang mendokumentasikan pernyataan dari para korban Islamophobia. Laporan itu menyatakan bahwa serangan yang dipicu oleh sentimen anti-Islam meningkat secara dramatis dengan menargetkan tempat-tempat ibadah, kekerasan fisik, dan memposting ujaran kebencian di media sosial.

Mereka mencatat bahwa sekitar 76 persen serangan Islamophobia di Belgia pada 2017 menargetkan wanita Muslim. "Ada serangan Islamophobia di Belgia setiap dua hari," kata laporan itu.

Sekitar 29 persen serangan Islamophobia terjadi di dunia maya. Dunia maya adalah area yang paling rentan terhadap serangan seperti ini. Ruang publik (17 persen), lembaga pendidikan (16 persen), tempat kerja (14 persen), dan kancah politik (8 persen).

CCIB mengatakan laporan tersebut didasarkan pada informasi yang dikumpulkan dari orang-orang yang diserang. Wanita Muslim diserang lebih karena jilbab mereka. Laporan ini mencatat sebagian besar penyerang adalah laki-laki.

Uni Eropa menyaksikan meningkatnya sentimen anti-Islam dan kebencian terhadap imigran dalam beberapa tahun terakhir, yang dipicu oleh propaganda dari kubu sayap kanan dan populis. Mereka telah mengeksploitasi kekhawatiran mengenai krisis pengungsi dan terorisme.

Di Swiss, sebagian besar artikel di surat kabar negara itu menyampaikan narasi negatif tentang warga Muslim. Sejak 2015, lebih dari setengah (54%) dari semua artikel di surat kabar utama Swiss tentang kelompok minoritas agama, menyajikan laporan mengenai radikalisasi dan terorisme.

Sebaliknya, topik seperti integrasi yang sukses dan kehidupan sehari-hari warga Muslim hanya mendapat sorotan kurang dari 2 persen di semua artikel, yang terbit di media-media Swiss.

Studi ini dilakukan oleh Universitas Zurich, dan menganalisis artikel cetak dan online tentang warga Muslim dari 18 surat kabar di seluruh negeri antara tahun 2009 dan pertengahan 2017.

Kebanyakan artikel itu fokus pada keretakan antara warga Muslim dan masyarakat umum di Swiss. Mereka bahkan tidak memberikan peluang kepada perwakilan Muslim untuk melakukan pembelaan.

Kelompok anti-Islam bahkan menanamkan kebencian terhadap Islam sejak usia dini melalui game komputer. Mereka mendorong anak-anak untuk berburuk sangka dan membenci Islam sejak kecil. Dalam game ini, kaum Muslim digambarkan sebagai teroris yang harus diperangi.

Sebulan sebelum invasi Amerika Serikat ke Afghanistan, sebuah game komputer bernama "Delta Force" diluncurkan, di mana menceritakan tentang invasi AS ke Afghanistan dan mengesankan Afghanistan sebagai negara teroris. Akhirnya, publik Amerika memandang invasi seperti ini perlu dilakukan.

Selasa, 21 Desember 2021 15:12

Islamophobia di Barat (52)

 

Penghinaan mantan Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson terhadap perempuan Muslim pada Agustus 2018 telah meningkatkan gelombang Islamophobia dan sentimen anti-Muslim di Inggris.

Menurut laporan surat kabar The Independent, kelompok pemantau kejahatan rasial, Tell Mama menyatakan sentimen anti-Muslim meningkat tajam setelah Johnson menyamakan wanita Muslim yang mengenakan burqa dan niqab seperti “perampok bank” atau “kotak surat.”

Mereka mencatat ada hubungan langsung antara komentar mantan menlu Inggris dan peningkatan serangan terhadap wanita Muslim yang mengenakan niqab. Setidaknya empat wanita disebut "kotak surat" di depan umum sejak Johnson menulis artikel kontroversialnya di surat kabar Daily Telegraph pada 5 Agustus 2018.

Pendiri Tell Mama, Fiyaz Mughal menutukan wanita yang mengenakan niqab dikenal jarang melaporkan kasus kebencian anti-Muslim. Oleh karena itu, jumlah kasus serangan rasial terhadap mereka sebenarnya lebih besar dari laporan resmi.

Surat kabar The Guardian mencatat bahwa Islamophobia kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kredibilitas politik arus utama Inggris. Johnson bisa saja berkata "Islam adalah masalahnya" dan ia hanya menghadapi sedikit dampak politik, sementara wanita Muslim harus menanggung lonjakan kasus serangan verbal dan fisik terhadap mereka di ruang publik.

Islamophobia dan sentimen anti-Muslim di Inggris merupakan sebuah masalah serius dan serangan terhadap warga Muslim secara rutin terjadi, namun serangan itu sekarang telah memasuki babak baru. Dewan Muslim Inggris meminta Perdana Menteri Theresa May untuk membuka penyelidikan disiplin setelah Boris Johnson menghina wanita Muslim.

Dewan Muslim Inggris mengatakan kasus Islamophobia telah meningkat sejak artikel kontroversial Johnson diterbitkan. Oleh sebab itu, Partai Konservatif perlu memulai langkah yang lebih serius terhadap Johnson. “Kami berharap partai ini tidak membiarkan penyelidikan ini berhenti di tengah jalan. Tidak seorang pun berhak mengorbankan minoritas dengan membiarkan pelaku kebal dari hukuman,” tulis Dewan kepada PM Inggris.

Britain First, organisasi politik fasis Inggris. 
Theresa May menyerukan Johnson untuk meminta maaf karena membandingkan wanita yang mengenakan burqa dan cadar dengan perampok bank dan kotak surat. Namun, dia belum meminta maaf atas komentarnya itu dan mengatakan kepada wartawan yang meliput di luar rumahnya, "Saya tidak punya sesuatu untuk disampaikan tentang kasus ini, kecuali menawarkan secangkir teh kepada Anda.”

Johnson akhirnya tunduk pada penyelidikan disipliner oleh Partai Konservatif, setelah menerima puluhan pengaduan terkait komentar rasisnya terhadap wanita Muslim. Seorang penilai independen sedang memeriksa pengaduan untuk memutuskan apakah sebuah panel – yang terdiri dari tiga orang – perlu dibentuk untuk membuka penyelidikan secara formal.

Abdel Bari Atwan, seorang analis terkenal Arab dalam artikelnya di surat kabar Rai al-Youm, menyoroti pelecehan yang dilakukan Johnson terhadap kaum Muslim dan menulis, “Ini adalah mata rantai baru dari Islamophobia yang melanda sebagian dari negara Eropa dan (sentimen anti-Muslim) ini meningkat drastis setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS serta keputusannya melarang warga dari tujuh negara Muslim datang ke Amerika.”

“Wanita Muslim yang mengenakan niqab bukanlah kotak pos dan mereka bukan perampok bank, seperti yang dikatakan oleh Johnson. Kita menghargai perempuan untuk memilih pakaian yang sesuai dengannya, dan keyakinannya adalah sebuah hak yang sah, di mana dijamin oleh konstitusi Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, sebagaimana konstitusi ini menjamin penggunaan pakaian yang mendekati telanjang di pantai-pantai,” tegasnya.

Menurut Atwan, pernyataan rasis ini akan menguntungkan kelompok-kelompok ekstrem dan memudahkan mereka untuk merekrut pemuda Muslim untuk tujuan merusak stabilitas di negara-negara tempat mereka tinggal.

Anggota Parlemen Inggris, David Lammy termasuk salah satu politisi yang mengkritik keras komentar rasis Johnson. Dia mengatakan, “Johnson berharap dengan pernyataan provokatif ini dapat mencapai posisi ketua Partai Konservatif dan kemudian kursi perdana menteri.”

“Di jalan-jalan negara kita, sekelompok orang sedang memaksa mencopot burqa dari wajah wanita Muslim, tapi respon Johnson justru menghina mereka dan menyamakan mereka seperti kotak surat,” ujarnya.

Di Amerika, gerakan Islamophobia dan sentimen anti-Muslim juga semakin membara setelah Donald Trump berkuasa. Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mencatat bahwa kasus sentimen anti-Muslim di California naik 82 persen pada 2017 atau selama tahun pertama Trump menjabat.

Cabang CAIR di California mengatakan mereka menerima 2.259 pengaduan terkait serangan anti-Muslim pada 2017, di mana sebagian besar pengaduan terkait dengan masalah larangan perjalanan atau hak-hak imigran, menyusul keluarnya perintah kontroversial Trump.

Jumlah pengaduan meningkat drastis setelah Trump melarang warga dari beberapa negara dengan mayoritas Muslim memasuki wilayah Amerika.

CAIR mengatakan bahwa insiden bias anti-Muslim dan kejahatan rasial secara nasional telah melonjak masing-masing 83 persen dan 21 persen pada kuartal kedua tahun 2018 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Warga Amerika memprotes kebijakan larangan perjalanan yang dikeluarkan Trump.
Di Kanada, masyarakat Muslim diperlakukan tidak adil dan diskriminatif hanya karena mereka seorang Muslim. Dalam sebuah kasus, seorang mahasiswa Muslim di Kanada meninggal dunia karena tidak mendapatkan pertolongan medis pada waktunya.

Seorang mahasiswa jurusan kedokteran, Yosif al-Hasnawi (19 tahun) ditembak di luar Islamic Center al-Moustafa di Kanada setelah ia berusaha menolong seorang pria tua, yang sedang diancam dibunuh oleh dua orang pria. Namun al-Hasnawi ditembak oleh salah satu pria tersebut.

Menurut para saksi mata, mahasiswa Muslim itu meninggal dunia karena tidak mendapatkan pertolongan pertama yang cukup dari tim paramedis. Mereka mengulur waktu dan tidak segera membawa korban ke rumah sakit.

Penyelidikan diluncurkan terhadap dua paramedis yaitu Christopher Marchant dan Steve Snively. Mereka didakwa tidak memberikan pertolongan yang cukup kepada al-Hasnawi. Kasus ini menunjukkan bahwa kedua paramedis ini menolak menyelamatkan korban dari warga Muslim di kota Hamilton, Kanada.

Sayangnya, Islamophobia di Barat sedang mengakar di dalam tatanan sosial negara-negara tersebut. Ini merupakan perkembangan yang buruk dan suram bagi negara-negara yang mengaku dirinya mendukung pluralisme dan hidup rukun serta menghormati kebebasan beragama. 

Selasa, 21 Desember 2021 15:11

Islamophobia di Barat (51)

 

Pada Agustus 2018, Menteri Luar Negeri Inggris waktu itu, Boris Johnson menyebut perempuan Muslim yang mengenakan burqa yang menutupi wajah mereka, terlihat seperti “perampok bank” atau “kotak surat.”

Johnson dalam artikelnya di surat kabar Daily Telegraph, meminta agar pemakaian burqa dan niqab dilarang di tempat-tempat umum dan menyebut model pakaian yang dikenakan minoritas Muslim itu sebagai “aneh.”

“Saya merasa berhak sepenuhnya untuk mengharapkan wanita mengangkat penutup wajahnya ketika berbicara dengannya. Sekolah dan universitas harus bisa mengambil pendekatan yang sama jika seorang siswa terlihat seperti perampok bank,” tulisnya.

Penghinaan ini memicu reaksi luas di dalam Inggris dan luar negeri termasuk dari masyarakat Muslim Inggris. Dewan Muslim Inggris menyatakan bahwa pandangan Johnson memiliki dampak yang mengkhawatirkan terhadap komunitas Muslim. Komentarnya merupakan narasi kelompok sayap kanan bahwa Muslim tidak termasuk bagian dari negara ini.

Menurut Dewan Muslim Inggris, harapan yang paling kecil dalam hal ini adalah meminta maaf dan Partai Konservatif harus memulai penyelidikan independen terhadap dugaan Islamophobia di partai ini.

“Sekarang secara luas diakui bahwa Partai Konservatif memiliki hubungan yang buruk dengan komunitas Muslim Inggris," kata pernyataan Dewan Muslim Inggris.

Pendiri Forum Muslim Konservatif Inggris, Mohamed Sheikh mengatakan tulisan Boris Johnson benar-benar bermasalah. David Lammy, anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh, menyebut Johnson sebagai Donald Trump yang kurang bernilai dan ia sengaja mengobarkan Islamophobia demi kepentingan politik.

Lammy via akun Twitter-nya mengatakan, “Di jalan-jalan negara kita, sekelompok orang sedang memaksa mencopot burqa dari wajah wanita Muslim, tapi respon Johnson justru menghina mereka dan menyamakan mereka seperti kotak surat.”

Sebagian analis percaya bahwa komentar-komentar Johnson tentang burqa wanita Muslim bertujuan menarik dukungan kubu sayap kanan di Partai Konservatif Inggris.


Perdana Menteri Inggris waktu itu, Theresa May menyerukan Johnson untuk meminta maaf karena membandingkan wanita yang mengenakan burqa dan cadar dengan perampok bank dan kotak surat. “Beberapa istilah yang digunakan Johnson untuk menggambarkan penampilan orang, jelas membuat mereka tersinggung,” tegasnya.

Komentar Johnson bahkan membangkitkan gelombang kemarahan dari para senior Partai Konservatif, di mana mereka mengecam pernyataan Johnson sebagai Islamophobia dan menuduhnya mengambil bagian dalam politik peluit anjing untuk memicu upaya kepemimpinan populis di masa depan.

May menegaskan, “Kita perlu berhati-hati dalam menggunakan istilah dan kata-kata. Apakah kita meyakini bahwa masyarakat memiliki hak untuk memilih pakaiannya berdasarkan keyakinan agama mereka?”

Ketua Partai Konservatif Inggris, Brandon Lewis mengatakan bahwa ia telah meminta Johnson untuk menyampaikan permintaan resmi atas komentarnya. Namun, sebuah sumber yang dekat dengan Johnson bersikeras bahwa dia tidak akan meminta maaf.

Menteri Penasihat untuk Urusan Luar Negeri Inggris, Alistair Burt mengkritik mantan bosnya itu dengan mengatakan, "Saya tidak akan pernah membuat komentar seperti itu, saya pikir ada tingkat pelanggaran dalam hal ini.”

Namun, Johnson menolak meminta maaf dan bersikeras pada pendiriannya. Dia menyampaikan penentangannya setelah Denmark mengeluarkan larangan terhadap penggunaan niqab dan burqa, mengikuti keputusan yang sama oleh pemerintah Prancis, Jerman, Austria, dan Belgia.

Johnson dalam artikelnya di Daily Telegraph, mengatakan bahwa burqa dan niqab tentu tidak selalu menjadi bagian dari Islam. Di Inggris saat ini hanya ada sebagian kecil dari perempuan yang mengenakan ini.

Di sini, Johnson ada baiknya berkonsultasi dengan salah satu pemuka agama Islam tentang hijab dan aurat sebelum melecehkan perempuan yang mengenakan burqa dan niqab.

Pada dasarnya, al-Quran turun untuk menjelaskan prinsip-prinsip hukum secara global. Ia tidak menjelaskan perkara hukum dan contoh kasus secara detail, karena sumber-sumber hukum dalam Islam bukan hanya al-Quran.

Al-Quran adalah yang pertama dan utama sebagai sumber untuk mengeluarkan pedoman hidup dan panduan moral Islami. Sunnah Rasulullah dan Ahlul Baitnya serta ijma’ ulama juga termasuk salah satu dari sumber-sumber hukum Islam.

Masalah hijab telah disinggung dalam al-Quran sebagai sebuah prinsip umum. Ada dua ayat yang secara tegas berbicara tentang masalah hijab yaitu ayat 31 surat an-Nur dan ayat 59 surat al-Ahzab.

“Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur, ayat 31)   

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab, ayat 59)

Perempuan dan wanita Muslim yang mematuhi ajaran agamanya, memilih mengenakan hijab. Sebagian dari mereka memilih memakai burqa dan niqab. Bukankah pemikiran liberal demokrasi Barat menghormati kebebasan dan keyakinan masing-masing. Sebagian wanita Muslim ingin menutupi wajahnya berdasarkan ajaran agamanya.

Sejauh ini belum ada laporan bahwa burqa dan niqab telah disalahgunakan untuk tindakan kriminal dan kejahatan, yang mengancam keamanan masyarakat Barat. Pelecehan dan larangan penggunaan burqa di negara-negara Barat dikampanyekan oleh kelompok pro-Islamophobia dan anti-Islam.

Sikap anti-Islam yang ditunjukkan Boris Johnson, dapat memicu keretakan lebih dalam di tengah masyarakat Inggris yang memiliki lebih dari tiga juta populasi Muslim.

Selasa, 21 Desember 2021 15:05

Mulla Mohsen Fayz Kashani

 

Mulla Mohsen Fayz Kashani, hakim, filsuf dan pakar hadis terkenal abad ke-11 dan sekaligus murid dari tiga filsuf besar Islam, Sheikh Bahai, Mirdamad dan Mulla Sadra.

Mulla Mohsen Fayz Kashani lahir tahun 1007 H di kota bersejarah dan budaya Kashan. Keluarga Fayz terkenal akan ketinggian ilmu dan takwanya. Ayahnya Radiuddin Shah Morteza adalah seorang ahli fikih, kalam, pakar tafsir dan sastra di kota Kashan. Sementara ibunya, Zahra Khatun adalah seorang wanita berilmu dan penyair, putri Dhiyaul Urafa Razi, salah satu ulama besar kota Ray.

Mohammad Mohsen hanya dua tahun di bawah bimbingan ayahnya dan kemudian ia diasuh dan dididik oleh pamannya. Ia mempelajari dasar-dasar ilmu agama di bawah bimbingan pamannya. Di usia 20 tahun ia bersama kakaknya pergi ke Isfahan untuk melanjutkan pendidikannya. Isfahan saat itu adalah ibu kota dan pusat berkumpulnya ulama besar serta guru terkenal di berbagai cabang ilmu Islam. Sheikh Bahai, Mulla Sadra dan Mirdamad mengubah Isfahan menjadi kutub ilmu dunia Islam. Mulla Mohsen memanfaatkan kondisi ini dengan maksimal.

Patung Fayz Kashani
Dengan upaya dan keseriusannya dalam menimbal ilmu, Allamah Fayz Kashani mampu menyelesaikan setiap jenjang pendidikannya serta mendapat ijin periwayatan hadis dari Sheikh Bahai. Ijin ini sama halnya dengan seorang murid telah sampai pada jenjang pemahaman hadis dan diijinkan untuk menukil hadis serta memberi pandangan tentang keabsahan dan sahih sebuah hadis. Ia kemudian memulai perjalanannya ke kota-kota lain untuk belajar dari berbagai ulama kota tersebut. Fayz Kashani di masa mudanya telah meraih derajat ijtihad dan ia di bidang fikih seorang yang dapat memberi pendapat dan para ahli fikih besar dan terkenal telah mengesahkan ijtihadnya.

Feyz telah menjadi cendekiawan dan ilmuwan yang produktif dan komprehensif dalam berbagai ilmu agama yang telah meninggalkan banyak karyanya sendiri. Cendekiawan besar ini mulai menulis buku dan risalah pada usia delapan belas tahun, dan selama 65 tahun ia menulis sekitar seratus empat puluh buku dan risalah, yang masing-masing memiliki dampak signifikan pada promosi budaya dan pengetahuan masyarakat Islam. Salah satu karya Feyz Kashani berjudul "Tafsir Safi" yang merupakan salah satu kitab otoritatif dalam tafsir Al-Qur'an. Untuk menulis karya ini, Feyz mempelajari dan mempelajari sebagian besar komentar yang ditulis oleh ulama Syiah dan Sunni tentang Al-Qur'an hingga saat itu, dan kemudian menulis komentar ini berdasarkan narasi Syiah yang otentik dan didokumentasikan.

Buku lain dari ulama besar ini disebut Al-Wafi, yang ditulis tentang masalah hadits. Untuk menulis buku Wafi, Feyz Kashani memeriksa dan mempertimbangkan dengan cermat empat buku otoritatif hadits Syi'ah (Kafi, Tahzib, Istibsar, Man La Yahdhra al-Faqih) dan dengan menghapus pengulangan hadits dan menambahkan bagian tambahan dalam deskripsi hadits, yang berguna koleksi Telah mengumpulkan hadits. Al-Wafi telah diterbitkan dalam beberapa volume. Feyz juga memiliki banyak karya teologis, irfan, akhlak, dan sastra yang tidak dapat ia perkenalkan dalam kesempatan yang singkat ini.

Meskipun Allamah Feyz adalah seorang mujtahid yang cakap dan master dalam ilmu-ilmu Islam, dia masih memiliki rasa haus akan ilmu pengetahuan. Fayz tidak memenuhi jiwanya yang masih haus ilmiu dan menganggap ilmu yang diperolehnya tidak berguna untuk mencapai kesempurnaan dan kedekatan dengan Tuhan. Dia mencari pengetahuan tentang ilmu-ilmu lain. Pengetahuan yang dapat digunakan untuk memperluas keberadaan seseorang agar layak mendekati Pencipta dunia. Ilmu ini seharusnya dari jenis yang berbeda, dari jenis tindakan, bukan dari jenis diskusi dan pelajaran sekolah.

Ini haus ini akhirnya membawanya ke ahli irfan besar dan orang bijak, Sadruddin Mohammad Shirazi di kota Qom. Saat itu, Mullah Sadra yang tengah mengasingkan diri, berhenti menulis dan mengajar serta ia sibuk mencari ketenangan batin dan cahaya kebenaran di sebuah desa di sekitar kota suci Qom.

Mulla Mohsen bersama sahabatnya Mulla Abdul Razaq Lahiji, selama delapan tahun menimbah ilmu dan hikmah ilahi dari Mulla Sadra serta membersihkan diri. Fayz Kashani kini bukan saja seorang ahli fikih yang kuat dan guru mumpuni di bidang ilmu-ilmu Islam, tapi seorang arif yang tercerahkan hatinya dan jiwanya yang haus disirami dengan cahaya kebenaran.

Feyz Kashani memberikan perhatian khusus pada shalat Jumat dan percaya bahwa salat Jumat adalah wajib bagi umat Islam selama tidak adanya Imam Maksum (as) dan bahwa mereka yang salat Jumat tidak perlu lagi shalat dzuhur, yaitu salat Jumat mengambil tempat dari sholat dzuhur. Penguasa Shiraz meminta Feyz untuk mengadakan salat Jumat di kota ini. Dia menerima undangan itu dan tinggal di Shiraz selama dua tahun. Namun sedikit demi sedikit banyak terjadi diskusi dan peristiwa tentang shalat Jum'at, sehingga bidangnya menyempit ke Feyz dan ia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Kashan dan mulai mengajar, mengajar, berdakwah dan menulis. Ulama besar ini terkadang melakukan salat Jumat di Kashan bersama sekelompok teman.

Allameh Feyz Kashani memiliki sifat moral yang sangat baik dan terpuji dan menolak untuk mendapatkan ketenaran dan kekuasaan. Dia lebih suka memperoleh pengetahuan esoteris, pengetahuan dan pemikiran yang berguna daripada pekerjaan lain, dan menghindari pesta dan persahabatan dengan para penatua pemerintah. Dalam pencarian ilmu pengetahuan dan kesempurnaan indriawi, ia menanggung banyak kesulitan dan meringankan penderitaan dari perjalanan yang sering dan panjang. Dia blak-blakan dan berani dalam mengungkapkan pandangan dan pendapatnya, dan menghindari kemunafikan, kepura-puraan, dan sanjungan.

Sama seperti Mulla Mohsen secara terbuka mengungkapkan ketidakpuasannya dengan segala jenis sekularisme dan keduniawian, dia juga sangat menentang pikiran kering dan prasangka yang tidak beralasan dan tidak ilmiah dan membebaskan dirinya dari pandangan duniawi. Dia adalah pengikut Ahlulbait as dan sementara dia adalah seorang ilmuwan terkenal, dia hanya menganggap cinta Ahlulbait as dan mengikuti mereka bermanfaat baginya.

Feyz Kashani memiliki perhatian khusus dan pengabdian yang mendalam kepada Imam Mahdi (as). Sebuah buku berjudul Shouq Al-Mahdi (as) telah ditinggalkan olehnya, yang berisi puisi-puisi penuh konten tentang Imam Mahdi. Dalam pengantar buku ini, Feyz menulis: "Pada awal masa muda, saya memiliki hasrat dan cinta kepada Imam Zaman (as) dan Imam Maksum lainnya, saya memiliki keinginan besar untuk bertemu dengan Imam Suci itu di rumah saya.  "Saya tidak menemukan cara untuk mengunjungi, saya juga tidak memiliki kesabaran dan daya tahan dalam jarak ini ... saya ingin membisikkan kepada diri saya sendiri dengan puisi yang menyenangkan kesedihan perpisahan dan antusiasme pertemuan dengan Imam Mahdi, sehingga aku dapat menenangkan hatiku ."

Feyz memiliki enam anak, tiga putri dan tiga putra, semuanya ulama dan saleh pada masanya. Allamah Mohammad Alam al-Huda, putra sulungnya, adalah seorang ulama, ahli hukum dan muhaddith yang, dari keturunanya sampai sekarang, telah menjadi ulama, penulis dan ahli hukum di kota-kota Kashan, Qom, Tehran, Kermanshah dan Shiraz. Dua putranya yang lain, Noor al-Huda dan Mo'in al-Din, juga merupakan ulama dan tetua pada masanya.

Hal indah yang kita jumpai dalam kehidupan ulama Syi'ah adalah bahwa dalam keluarga mereka, perempuan dan anak perempuan, bersama dengan laki-laki, melewati derajat pengetahuan dan kesempurnaan dan mencapai posisi yang mengagumkan. Mereka biasanya memiliki guru dan ilmuwan yang baik, dan mereka sendiri setelah mencapai derajat ilmu tertentu,  mengadakan kelas dan diskusi untuk wanita. Salah satu putri Feyz Kashani bernama Ilyah adalah seorang jenius dan penyair, dan Umm Salma, penghafal Al-Qur'an dan seorang wanita terpelajar dan saleh.

Mulla Mohsen Fayz Kashani menghembuskan nafas di usia 84 tahun di Kashan dan dikebumikan di tanah pemakaman yang sebelumnya ia beli dan wakafkan. Mengingat sifat tawadhu'nya, ia berwasiat supaya makamnya tidak diberi hiasan atau atap. Namun hal ini tidak menutupi kebesarannya di mata masyarakat. Kini setelah 300 tahun, makam ulama besar ini tetap dihormati masyarakat, bahkan di setiap hari Jumat digelar ziarah khusus di makamnya oleh warga Kashan. Semoga Allah Swt mengumpulkannya dengan Rasulullah Saw dan Ahlulbait as.

Selasa, 21 Desember 2021 15:04

Allamah Bahraini

 

Sayid Hashim Bahrani, putra Sayid Sulaiman Husaini Bahrani dan dikenal dengan sebutan Allamah Bahrain termasuk ulama besar Syiah dan pakar ilmu hadist serta memiliki karya berharga di cabang ilmu Islam ini.

Allamah Bahrani dilahirkan di Desa Katkan, kota Tubli. Tubli saat itu dikenal sebagai pusat keilmuan dan politik Bahrain. Tidak ada catatan detail dan pasti kelahiran ulama besar ini, tapi sejarawan memprediksikan kelahirannya antara tahun 1030 hingga 1040 H.

Silsilah nasab Allamah Bahrani sampai kepada Imam Musa bin Jakfar as, Imam ketujuh Syiah. Kota Tubli yang menjadi pusat kota dan tempat tinggal para penguasa di zaman itu sangat terkenal karena menjadi pusat politik dan ilmu. Di zaman itu, Sheikh Mohammad bin Majid bin Masud Bahrani menjadi marja’ dan pemimpin spiritual di daerah tersebut.

Sayid Hashim Bahrani menimbal ilmu-ilmu dasar di tanah airnya, Bahrain. Tidak ada catatan detail mengenai kehidupan ilmiah Allamah Bahrani di masa kecilnya tersebut. Namun demikian posisi sosial Allamah di Bahrain sangat penting. Sayid Bahrani setelah menimba ilmu dan mengajar di tempat kelahirannya, akhirnya melanjutkan pelajarannya di kota Najaf, Irak serta belajar dari para ulama terkenal di zaman tersebut. Setelah beberapa tahun, Sayid Bahraini akhirnya lulus menjadi marja besar saat itu.

Makam Ulama Besar Syiah Bahrain, Allamah Bahraini
Meski tidak ada catatan pasti mengenai tahun kedatangan Allamah Bahrani ke kota Najaf, tapi berbagai bukti sejarah menunjukkan bahwa ia menjadi murid Guru besar Najaf, Fakhruddin Turaihi tahuan 1063 H. Setelah beberapa waktu belajar dan mengajar di Hauzah Ilmuah Najaf, Allamah Bahrani kembali ke tanah airnya, Bahrain dan setelah meninggalnya Sheikh Mohammad bin Majid Bahrani, ia menjadi marja dan pemimpin spiritual Syiah. Wilayah marjaiyah Allamah Bahrani tidak terbatas di Bahrain dan ia memiliki pengikut serta muqallid (orang yang bertaklid kepadanya) di berbagai wilayah Islam lainnya.

Selain mengajar, menulis, dan marja’ agama dan fiqih, Allamah Bahrani juga menanggani urusan sosial, termasuk mengadili dan menangani urusan orang miskin dan tertindas. Selain itu, keberanian dan ketangguhannya dalam menghadapi para sultan dan penguasa Bahrain serta kegigihannya dalam amar ma'ruf nahi munkar telah meningkatkan minat dan ketaqwaan masyarakat kepadanya dan menjadikan Allamah dicintai di hati masyarakat Bahrain. Dia adalah salah satu orang saleh yang sangat keras kepada gubernur dan penguasa dan membela hak-hak rakyat dan memberi perlindungan kepada mereka.

Allamah Bahrani mengabdikan hidupnya untuk mengumpulkan, mengoreksi dan menyusun hadits dan tidak pernah berhenti mencari buku-buku hadits dan mengumpulkan salinan buku-buku hadits dan mengoreksi, menyusun dan mengatur hadits untuk memanfaatkan narasi dengan lebih baik. Dia meninggalkan karya-karya berharga tentang berbagai mata pelajaran ilmu-ilmu Islam, termasuk tafsir Al-Qur'an, prinsip-prinsip akidah dan sejarah Islam, yang berjumlah 75 karya.

Karya-karya ulama ini merupakan ensiklopedia yang lengkap dan bermanfaat bagi para pencari kebenaran. Sebagian besar karyanya adalah tentang membuktikan Imamah dan karakteristik dan keutamaan maksum dan hadits mereka.

Allamah Bahrani memiliki metode tersendiri dan khusus dalam menyusun kitab-kitab riwayat dan hadits. Dia menggunakan riwayat Sunni untuk membuktikan Imamah Imam Ali (as) dan Imam maksum lainnya, dan dia telah mengutip hadits Imamah melalui seratus sanad dari ulama Sunni, menyebutkan nama kitab dan bukti mereka. Hadits Imamah adalah hadis terkenal di kalangan ulama Islam di mana Rasulullah Saw memperkenalkan kedudukan Ali (as) di sisinya seperti kedudukan status Harun di sisi Musa, kecuali bahwa tidak ada nabi setelahnya. Syiah percaya bahwa selain dua atribut kenabian dan persaudaraan relatif, atribut lain Harun untuk Musa, Ali juga memilikinya termasuk keharusan untuk ditaati, pelayanan dan dukungan, dan popularitas dan keunggulan atas orang lain.

Keistimewaan lain dari tulisan-tulisan Allamah Bahrani adalah penggunaan beberapa versi dan frase yang berbeda dari sebuah hadits untuk memperjelas arti dari hadits tersebut. Dia juga memberikan perhatian khusus pada sanad hadits dan perawinya dan dengan memeriksa dan meneliti secara mendalam sanad riwayat yang dikutip dalam buku-buku hadits, dia mengidentifikasi kesalahan dalam rangkaian perawi. Misalnya, ia meninjau dan meneliti buku Tahzib Syekh Tusi dan mengidentifikasi banyak kesalahan dalam rijal dan sanad hadist dan menerbitkan hasil penelitiannya dalam sebuah buku berjudul "Tanbihat al-Arib fi rijal al-Tahzib". Para ulama besar dan penulis biografi percaya bahwa karena upaya rajin dari ulama yang kuat ini dalam sejarah Syi'ah, tidak ada yang terlihat seperti diirinya kecuali Allamah Majlisi. Bahkan dalam beberapa kasus, seperti meneliti dokumen hadits dan mengoreksinya, ia memiliki kelebihan yang unik dalam jenisnya.

Salah satu karya penting Allamah Bahrani adalah tafsir Al-Qur'an dalam bahasa Arab yang disebut "Al-Burhan Fi Tafsir Al-Quran" di mana ia telah mengumpulkan banyak hadits dari Ahlul Bait as dalam penafsiran ayat . Sebelum Allamah Bahrani, metode seperti itu tidak umum dalam penafsiran Al-Qur'an. Dalam pengantar buku, penulis saat menjelaskan tentang motivasinya untuk menulis tafsir ini menyatakan: Semua orang sepakat akan kehormatan dan keagungan Al-Qur’an dan sepakat bahwa keselamatan adalah dengan berpengang teguh kepada kitab suci ini. Belajar, membaca dan merenungkan ayat-ayatnya akan menghidupka hati-hati yang mati dan serta belajar dan mengamalkannya akan membuat manusia terbebas dari berbagai kesulitan. Saya menyaksikan para mufasir dan ulama cenderung kepada pendapat dari selain Ahlul Bait as, padahal kita harus berhenti memahami misteri dan kebenaran Al-Qur'an hingga kita mengetahui takwil dan tafsir dari Ahlul Bait as. Dengan demikian saya mulai mengumpulkan riwayat dan hadist untuk untuk mengetahui dan memahami interpretasi (penafsiran) Al-Qur'an oleh pada Ahlul Bait as.”

Allamah Bahrani saat menjelaskan karakteristik karyanya ini menulis, “Kitab ini mencakup banyak riwayat tafsir dari Ahlul Bait as dan juga mencakup banyak keutamaan mereka serta ayat-ayat yang diturunkan berkenaan dengan kedudukan dan hak mereka. Tak hanya itu, kitab ini juga berisi banyak hukum, kisah para nabi dan ilmu lain yang tidak akan ditemukan di kitab lain.”

Metode penulisan tafsir ini oleh Allamah adalah sebagai berikut. Ia pertama-tama menyebutkan nama surat dan tempat penurunannya, keutamaan surat dan jumlah ayatnya. Kemudian ia menyebutkan ayat yang memiliki riwayat penafsirannya, ia menukil riwayat untuk setiap ayat. Menurut para peneliti, meski sisi ilmiah di kitab ini dijaga ketat, tapi masih ditemukan juga hadist lemah (dhaif). Namun demikian hal ini tidak mengurangi urgensitas karya dan jerih payah Allamah Bahrani. Karya ulama ini juga mempermudah upaya para tafsir para Imam Maksum as. Dengan demikian Al-Burhan termasuk tafsir riwa’i penting Syiah.

Bahrain termasuk negara yang dikenal dengan sebutan Mutiara Teluk Persia dan terletak di tepi selatan Teluk Persia. Negara ini sepanjang sejarah Islam, senantiasa menjadi benteng kuat Muslim, khususnya Syiah dan melahirkan banyak ulama dan pakar fikir. Faktanya setelah Irak dan Iran, Bahrain termasuk Hauzah Ilmiah Syiah ketiga dan terbesar di dunia Islam.

Posisi penting budaya, politik dan geografi Bahrain menggoda para agresor dan kekuatan besar dunia untuk menguasai negara ini. Dengan demikian rakyat wilayah ini telah memberi pengorbanan harta dan nyawa yang besar akibat serangan berulang para agresor. Serangan ini mempersulit kondisi ulama dan mendorong mereka berhijrah ke negara tetangga, khususnya Iran dan Irak.

Anak-anak Allamah Bahrani termasuk mereka yang berhijrah ke Iran akibat serangan musuh. Mereka di Iran tinggal di kota Isfahan. Sayid Muhsen, putra Allamah Bahrani berhasil membawa sebagian besar karya ayahnya ke Iran dan menyelamatkannya dari kehancuran. Namun demikian tidak menutup kemungkinan ada karya ulama besar ini yang hilang atau musnah selama proses tersebut dan kondisi kacau saat itu.

Akhirnya ulama besar Syiah ini, Allamah Sayid Hashim Bahrani menghembuskan nafas terakhir pada tahun 1107 H di Bahrain dan jenazahnya kemudian dikebumikan di Tubli di samping masjid terkenal di zaman itu. Makam Allamah Bahrani saat ini menjadi tempat ziarah umat Islam dan sangat dihormati. Semoga Allah Swt mengumpulkan Allamah dengan para Maksumin as.

Selasa, 21 Desember 2021 15:03

Allamah Muhammad Taqi Majlisi

 

Salah satu ulama besar dan ternama Syiah pada Abad ke-11 Hijriah adalah Muhammad Taqi Majlisi, putra dari Allamah Majlisi.

Seorang ulama yang bukan saja menjadi sumber karya-karya bernilai tinggi yang diciptakan untuk mengagungkan ajaran Ahlul Bait as, bahkan keberadaannya telah menjadi pionir para ulama besar Syiah yang masing-masing layaknya bintang bersinar terang di langit ajaran Ahlul Bait as.
 
Seiring dengan berkuasanya Dinasti Safawiyah di Iran, Syiah menjadi mazhab resmi di kerajaan ini, dengan demikian orang-orang Syiah dapat hidup lebih tenang, dan ulama Syiah memiliki kesempatan yang baik untuk menyebarkan ajaran Ahlul Bait as, dan menggelar kelas-kelas agama secara leluasa. Di masa-masa inilah tepatnya tahun 1003 Hijriah Qamariah, Muhammad Taqi Majlisi dilahirkan di kota Isfahan. Ayahnya Mullah Ali Majlisi saat itu dikenal karena keutamaan akhlaknya, dan beliau meriwayatkan banyak hadis.
 
Mullah Ali menamai anaknya yang baru saja lahir dengan nama Muhammad Taqi karena kecintaannya pada Imam Kesembilan Syiah. Muhammad Taqi sedari kanak-kanak sudah dididik agama dan akidah Syiah, dan ayah Muhammad Taqi selalu membawanya ke majelis-majelis Syiah.
 
Dikarenakan pendidikan berkualitas yang diberikan ayahnya, Muhammad Taqi pada usia belia saat bermain dengan kawan-kawan sebayanya, kerap memberikan nasihat kepada mereka dengan ayat-ayat Al Quran dan hadis. Ia juga sering bercerita tentang surga da neraka serta akibat perbuatan baik, dan buruk kepada teman-temannya.
 
Ayah Muhammad Taqi berhasil mengenalkan jiwa suci anaknya sejak dini untuk mengenal ajaran Ahlul Bait as, dan menciptakan rasa haus serta kecintaan pada kesempurnaan di dalam dirinya. Peran besar ayah yang tertanam di jiwa Muhammad Taqi sejak kecil inilah yang kelak menjadikannya sebagai figur yang menghabiskan usianya untuk mengaggungkan ajaran Ahlul Bait as, dan menjadikannya salah satu ulama terkemuka Syiah.
 
Muhammad Taqi setelah menempuh pendidikan dasar dari ayahnnya, melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di sisi para ustadz besar masa itu di Isfahan, dan berkat bimbingan ayahnya, ia menghadiri kelas agama Allamah Maula Abdullah Shushtari, salah satu ulama besar Hauzah Ilmiah Najaf yang pindah ke Isfahan. Muhammad Taqi selama bertahun-tahun mengikuti ustadz ini, dan belajar fikih, hadis, ushul fikih, teologi dan tafsir Al Quran darinya. Setelah ustadz meninggal dunia, Muhammad Taqi mulai mengenal Sheikh Bahai, seorang fakih, ilmuwan dan arif besar, dan ia belajar darinya.
 
Di bawah bimbingan Sheikh Bahai, Muhammad Taqi belajar Irfan, dan perjalanan spiritual. Sejak awal Muhammad Taqi memang sudah menunjukkan minat yang besar terhadap Irfan, dan ilmu-ilmu yang biasa dipelajari di Hauzah Ilmiah, sehingga rasa hausnya terhadap ilmu pengetahuan semakin besar. Setelah mengenal Sheikh Bahai, Muhammad Taqi seolah menemukan sesuatu yang hilang dari dirinya. Selain itu, Muhammad Taqi Majlisi juga menghadiri kelas-kelas ulama lain seperti Mir Fendereski, Qadhi Abu Al Surur, Amir Ishaq Astarabadi, Sheikh Abdullah Ibn Jabir Amili, dan Mullah Muhammad Qassim Amili.
 
kitab karya Mullah Muhammad Taqi Majlisi
 
Muhammad Taqi Majlisi pada tahun 1034 Hijriah Qamariah, ketika usianya menginjak 31 tahun, dan diharapkan mengajar di Hauzah Ilmiah Isfahan, berangkat ke kota Najaf, Irak. Ia memutuskan untuk memulai perjalanan spiritual dalam menyucikan jiwa, dan menempuh derajat kesempurnaan, dengan tinggal di Najaf di dekat Makam Suci Imam Ali as.
 
Muhammad Taqi Majlisi terkait hal ini mengatakan, “Saya memulai jihadu nafs di sekitar Pusara Suci Imam Ali as, di Maqam Imam Mahdi af, dan Allah Swt berkat Maula kita, semoga salam dari Allah Swt selalu tercurah untuknya, membukakan pintu-pintu mukasyafah yang tidak bisa ditampung oleh akal-akal yang lemah, kepada saya.”
 
Akan tetapi di masa perjalanan spiritual ini, Muhammad Taqi Majlisi tidak pernah meninggalkan pelajaran fikih, dan hadis, karena ia percaya perjalanan irfani tanpa bimbingan dan kecintaan Ahlul Bait as, dan keluar dari kerangka hukum agama, tidak akan membawa manusia kepada Allah Swt, justru akan menyimpangkannya dari jalan kebenaran.
 
Mullah Muhammad Taqi Majlisi menulis banyak buku, buku hadis dan riwayat merupakan karya beliau yang paling menonjol. Buku terpenting yang ditulis Mullah Muhammad Taqi Majlisi berjudul Raudhatul Muttaqin, dan Lawami Sahibqarani yang merupakan buku komentar atau penjelasan tentang kitab Man La Yahdhuruhu Al Faqih karya Sheikh Saduq. Man La Yahdhuruhu Al Faqih adalah salah satu kitab hadis Syiah yang empat, dan termasuk sumber rujukan utama hadis.
 
Sejak pertama kali ditulis, kitab hadis ini mendapat perhatian besar dari para ulama Syiah, dan lebih dari 17 kitab komentar dan penjelasan ditulis atas Man La Yahdhuruhu Al Faqih. Raudhatul Muttaqin buku karya Mullah Muhammad Taqi Majlisi merupakan kitab komentar terpenting yang pernah ditulis atas kitab Man La Yahdhuruhu Al Faqih, dan berulangkali dicetak.
 
Fakih besar, Muhammad Taqi Majlisi merupakan salah satu pengajar di Hauzah Ilmiah Isfahan yang setiap hari kelasnya dihadiri banyak pelajar agama, dan di antara muridnya yang sukses adalah Allamah Muhammad Baqir Majlisi, Sayid Ni’matullah Jazairi, dan Mullah Muhammad Salih Mazandarani. Meski mencetak ulama-ulama besar, Muhammad Taqi Majlisi tetap merupakan ulama yang dekat dengan rakyat, dan selalu memperhatikan upaya membimbing serta menghidayahi mereka, dan menegakkan ammar makruf dan nahyi munkar di tengah masyarakat.
 
Rumahnya yang terletak di sebelah Masjid Jami Atiq, selalu didatangi masyarakat, dan di sanalah mereka menyelesaikan permasalahan atau pertikaian. Sebagai Imam Jumat kota Isfahan, Mullah Muhammad Taqi Majlisi selalu menyampaikan nasihat, serta bimbingan untuk masyarakat kota. Buku Hadiqatul Muttaqin, ditulis Mullah Muhammad Taqi Majlisi dalam bahasa Farsi untuk masyarakat, dan mendapat perhatian khusus para ulama serta membantu menyelesaikan berbagai permasalahan hukum syariat masyarakat. 
 
Salah satu sisi menarik dari kehidupan Mullah Muhammad Taqi Majlisi adalah kecintaan khususnya pada kitab Sahifah As Sajjadiyah, dan kecintaan luar biasa untuk mengenalkan kitab ini kepada masyarakat. Ia menuturkan, “Di awal masa remaja ketika mencapai usia baligh, saya melakukan banyak upaya untuk mendapatkan ridha Allah Swt, sehingga suatu malam dalam kondisi antara tidur dan tersadar, saya bertemu Imam Mahdi af. Dalam pertemuan itu saya menyampaikan sejumlah pertanyaan, kemudian saya katakan, saya tidak pernah bisa bertemu dengan Anda Ya Imam, lalu Imam Mahdi mengenalkan sebuah kitab kepada saya yang selalu saya amalkan isinya. Imam berkata, aku sudah memberikan sebuah kitab kepada Muhammad Taj, untuk disampaikan kepadamu. Setelah bertemu Imam Mahdi, saya menemui Muhammad Taj, tidak lama saya mencarinya dan akhirnya menemukannya, dan ia memberikan kitab Sahifah As Sajjadiyah kepada saya. Saya menangis dan mencium kitab tersebut, lalu meletakkan kitab itu di mata saya.”
 
Sahifah As Sajjadiyah adalah sebuah kitab yang berisi 54 doa dan munajat Imam Keempat Syiah, Imam Ali bin Hussein as. Selepas tragedi Karbala, Imam Sajjad as atas izin Allah Swt selamat, dan menjadi Imam Keempat Syiah pengganti Nabi Muhammad Saw.
 
Pemerintahan Dinasti Umayah setelah peristiwa Karbala, dan gugurnya Sayid As Syuhada, Imam Hussein as, dan menawan keluarga Nabi Muhammad Saw, menerapkan aturan keras terhadap para pecinta Ahlul Bait as. Aktivitas Imam Sajjad as dikontrol ketat, kenyataannya beliau berada dalam tahanan rumah, dan masyarakat tidak bisa memanfaatkan keberadaan beliau dengan mudah.
 
Di masa sulit ini, Imam Sajjad memilih bahasa doa untuk menyampaikan ajaran Ilahi, dan munajat-munajat indah dengan kandungan pendidikan, agama, Irfan, sosial dan politik yang tinggi disampaikan dalam bingkai doa. Para ulama Syiah menganggap kitab Sahifah As Sajjadiyah sebagai perbendaharaan hakikat dan ajaran Ilahi terbesar setelah Al Quran dan Nahj Al Balaghah. Oleh karena itu mereka menyebut Sahifah As Sajjadiyah sebagai Injil Ahlul Bait dan Zabur Aali Muhammad.
 
Muhammad Taqi Majlisi menghabiskan sebagian besar usianya untuk belajar, dan tenggelam dalam Sahifah As Sajjadiyah, sehingga karena terus melafalkan doa Sahifah As Sajjadiyah, doanya seringkali mustajab dan dikabulkan Allah Swt. Artinya setiap doa yang dipanjatkan kepada Allah Swt selalu diterima.
 
Ia juga mengajarkan Sahifah As Sajjadiyah kepada masyarakat, dan sekuat tenaga mengenalkan kitab ini kepada mereka. Kerja kerasnya membuahkan hasil, di masa itu di setiap rumah warga Isfahan bisa ditemukan lebih dari satu kitab Sahifah As Sajjadiyah, dan masyarakat akrab dengan kitab tersebut.
 
Muhammad Taqi Majlisi mengatakan, “Saya tidak bisa menghitung ilmu-ilmu yang diberikan Allah Swt kepada saya, karena Sahifah As Sajjadiyah ini. Hal ini merupakan kebaikan Allah Swt kepada kita, dan kepada masyarakat. Berkat hadiah Imam Zaman ini, Sahifah As Sajjadiyah ada di setiap rumah, dan banyak orang yang membaca doanya, dan doanya terkabul.”
 
Mullah Muhammad Taqi Majlisi mengembuskan nafas terakhir pada 11 Syaban 1070 Hijriah Qamariah di Isfahan, dan jenazahnya dikebumikan di kota ini. Meninggalnya fakih besar ini merupakan kehilangan yang luar biasa di bidang agama, terutama Hauzah Ilmiah Isfahan.
 
Pasalnya Isfahan telah kehilangan guru hadis terbaik. Akan tetapi murid-murid beliau melanjutkan jalannya, dan bekerja keras menyucikan diri serta menghidupkan hadis, terutama  Allamah Muhammad Baqir Majlisi, yang berjasa menjadikan kajian hadis giat dilakukan, dan hadis mendapat perhatian lebih besar.

Selasa, 21 Desember 2021 15:01

Muhammad Baqir bin Muhammad Taqi Majlisi

 

Di sepanjang sejarah, para ulama besar Syiah – terlepas dari banyak tekanan dan minimnya sarana – telah merawat tunas mazhab Syiah lewat kerja keras dan upaya tak kenal lelah. Mereka telah melestarikan warisan Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya dengan amanah sehingga sampai ke tangan kita.

Di jalan yang sulit ini, jika situasi sosial dan politik relatif lebih menguntungkan masyarakat Syiah, para ulama, fuqaha, dan ilmuwan Syiah memanfaatkan peluang ini untuk mencerahkan umat dan menerangi jalan hakikat selama berabad-abad.

Muhammad Baqir bin Muhammad Taqi Majlisi (1037-1110 H) atau dikenal dengan Allamah Majlisi atau al-Majlisi al-Tsani, juga menorehkan banyak kesuksesan dalam menyebarkan mazhab Ahlul Bait. Hal ini diraih berkat kerja keras, kecerdasan, dan tentu saja keiklhasannya.

Setelah pemerintah Safawi berkuasa di Iran, Syiah ditetapkan sebagai mazhab resmi Iran untuk pertama kalinya. Selama periode itu, para ulama Syiah menikmati kenyamanan yang relatif untuk mengajar, berdiskusi, dan menulis buku, karena pendekatan baik penguasa terhadap mazhab Ahlul Bait. Mereka juga menemukan peluang yang baik untuk melakukan kegiatan sosial dan politik.

Tidak seperti agama-agama lain di dunia, termasuk Kristen, yang ajarannya lebih fokus pada masalah personal, Islam adalah sebuah ajaran yang komprehensif dan kaya di semua aspek kehidupan manusia, termasuk di bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum. Bahkan bagian penting dari ajaran Islam berfokus pada masalah tersebut.

Dengan demikian, jika tercipta kondisi yang kondusif, para ulama Syiah – dengan kepakarannya – terjun ke dunia politik dan sosial sehingga dapat mengatur urusan masyarakat sesuai dengan ajaran Islam.

Pada era Safawi, Allamah Majlisi termasuk salah satu ulama yang melakukan kegiatan politik dan sosial yang sangat efektif. Posisi ilmiah dan kedudukan mulianya di antara berbagai lapisan masyarakat telah membuat Shah Suleiman Safawi mengangkatnya untuk posisi Syaikhul Islam pada 1098 H.

Syaikhul Islam adalah jabatan tertinggi keagamaan Syiah pada periode pemerintahan Safawi dan setelahnya sampai periode Pahlevi. Syaikhul Islam bertanggung jawab atas urusan agama, peradilan termasuk mengangkat dan memberhentikan hakim, menangani anak-anak yatim, menerima dan membelanjakan khumus dan zakat untuk urusan masyarakat Muslim, dan masalah penting lain.

Syaikhul Islam dihormati oleh pemerintah dan biasanya diajak berkonsultasi tentang masalah-masalah penting. Setelah kematian Shah Suleiman pada 1105 H dan berkuasanya Shah Sultan Hussein, Allamah Majlisi tetap menduduki posisi itu dan melaksanakan tugasnya sampai tahun wafatnya pada 1110 H.

Sultan Hussein naik takhta setelah kematian Shah Suleiman. Sudah menjadi tradisi bagi para tokoh Sufi untuk mengikatkan pedang di pinggang raja pada upacara penobatan. Namun, Sultan Hussein tidak mengizinkan para Sufi untuk mengikatkan pedang di pinggangnya.

Sang raja memanggil Allamah Majlisi dan memintanya untuk memimpin upacara penobatannya. Allamah melakukan upacara itu di sebuah aula kaca di istana raja. Shah menghadap ke arah Allamah sambil berkata, "Apa yang engkau minta untuk pekerjaan ini dan imbalan apa yang engkau inginkan?"

Melihat Shah yang masih muda dan kurang berpengalaman dalam mengatur pemerintah, Allamah Majlisi memintanya untuk memastikan keamanan dan ketentraman negara. Ia berkata kepada Shah, "Saya meminta raja supaya mengeluarkan dekrit yang melarang meminum arak, perang antarsekte, dan kegiatan adu merpati."

Pada masa itu, adu merpati merupakan simbol kepahlawanan dan huru hara generasi muda. Mereka bahkan mengabaikan nilai-nilai moral serta tidak peduli dengan urusan penting kehidupan individu dan sosial.

Shah Sultan Hussein menerima usulan Allamah Majlisi dengan lapang dada dan mengeluarkan dektrit sesuai dengan permintaannya. Dengan demikian, Allamah telah mencegah tiga penyakit masyarakat sekaligus. Tiga bentuk kerusakan ini telah menghancurkan bangsa-bangsa besar dan membuat mereka terhina yaitu: kerusakan, perpecahan, dan sikap acuh generasi muda.

Dengan meminta Shah melarang minuman keras, Allamah tidak hanya memintanya melindungi masyarakat dan generasi muda dari perbuatan tercela dan kerusakan, tetapi juga mencegah raja dan para menteri dari melalaikan tugas negara dan bersikap tidak bijak.

Sebab, sebagian besar raja Safawi – terlepas dari kecintaan mereka pada mazhab Syiah – tidak memiliki pendidikan agama yang tepat. Hal ini menyebabkan kerusakan seperti, mabuk-mabukan yang menjadi tren di istana mereka. Sebagai akibat dari perilaku tercela ini, kemampuan mereka untuk memerintah kerajaan dan mengatur urusan negara berkurang.

Dengan usulan bijaknya, Allamah Majlisi telah melindungi masyarakat dari perbuatan tercela itu semaksimal mungkin, tetapi sayangnya, para oportunis yang memanfaatkan kelemahan raja, akhirnya berhasil menyeret Sultan Hussein ke dalam perbuatan tercela ini. Allamah Majlisi sudah memperkirakan kehadiran orang-orang jahat di lingkungan istana. Oleh karena itu, ia menggunakan kekuasaannya semaksimal mungkin untuk mengurangi kemungkaran dan memperbaiki lingkungan internal istana.

Ilmuwan besar ini kemudian menulis sebuah risalah sederhana dalam bahasa Persia dengan judul "Adab Suluk Raja dengan Masyarakat." Risalah ini merupakan terjemahan dan penasfiran atas surat tugas Imam Ali as kepada Malik al-Asytar al-Nakha'i tentang cara menjalankan pemerintahan secara adil dengan tambahan tiga hadis lain.

Allamah Majlisi menjelaskan tujuan dari penulisan kitab itu adalah untuk menyadarkan orang-orang yang lalai dan memperbaiki moral para penguasa. Ia hidup sezaman dengan empat raja Safawi dan punya pengaruh besar pada raja-raja Safawi. Oleh karena itu, nasihat lisan dan pendekatan reformisnya, di samping karya-karya tulisnya, secara efektif telah mengendalikan kerusakan di istana raja dan penindasan terhadap masyarakat Muslim Iran.

Dalam menjaga kemurnian mazhab Ahlul Bait, Allamah Majlisi terpaksa bangkit untuk melawan serangan pemikiran dan budaya dari berbagai kelompok, mulai dari opisisi sampai musuh-musuh Islam dan Syiah. Ia melawan kegiatan anti-budaya yang disebarkan oleh perwakilan lembaga dan perusahaan Barat, penyesatan yang dilakukan kaum Sufi, keraguan yang disebarkan para pendeta istana, konspirasi asing, dan bahkan propaganda beracun yang dilakukan para penyembah berhala, serta membela kebenaran mazhab Syiah.

Sekte lain yang diperangi oleh Allamah Majlisi adalah akidah sesat kaum Sufi. Dalam karya-karyanya, ia mengkritik metode Sufisme dan menunjukkan kontradiksi antara pemikiran, kebiasaan, dan tuntunan mereka dengan ajaran para imam Syiah.

Tentu saja, Allamah Majlisi, sama seperti ulama besar lainnya seperti Syeikh Baha'i dan Mulla Sadra, tidak pernah menentang irfan Islam murni, bahkan ia sendiri termasuk salah satu dari arif besar. Namun, ia mengkritik kaum Sufi dan akidah sesat mereka, termasuk tidak mematuhi ajaran agama, mempopulerkan tradisi di luar ajaran agama seperti, lingkaran zikir dan tarian Sufi, serta menafsirkan makna batin terhadap agama dan teks-teks agama.

Berkat pengaruh Allamah Majlisi terhadap raja-raja Safawi yang sezaman dengannya, maka Iran dan para tetangganya yang Sunni dapat hidup rukun dan jauh dari konflik. Provinsi-provinsi Sunni di Iran bahkan tidak diganggu oleh masyarakat Syiah dan Iran hidup dalam kedamaian.

Meskipun raja muda mulai terjebak dalam konspirasi kaum oportunis dan secara praktis kehilangan kendali atas negara, namun selama Allamah Majlisi masih hidup, Iran tetap memberikan keamanan dan ketenangan kepada rakyatnya dari semua mazhab dan agama.

Hitungan mundur keruntuhan pemerintahan Safawi dimulai setelah wafatnya Allamah Majlisi pada 27 Ramadhan 1111 H. Ia telah menjalani kehidupan yang penuh berkah, mendidik ratusan ulama, menulis banyak kitab, menerjemahkan puluhan buku agama dalam bahasa Arab dan Persia, dan meninggalkan banyak karya untuk masyarakat Syiah.

Allamah Majlisi meninggal dunia di usianya yang ke-73 tahun (sesuai dengan tanggalan Hijriah) pada malam ke-27 bulan suci Ramadhan tahun 1110 H. Agha Jamal Khansari memimpin shalat jenazah untuknya. Sesuai surat wasiatnya, ia dimakamkan di serambi Masjid Jami' Isfahan di sisi makam ayahnya, Allamah Muhammad Taqi bin al-Maqsud Ali al-Majlisi. Sejak wafatnya sampai sekarang.

Selasa, 21 Desember 2021 14:59

Allamah Majlisi

 

Bihar al-Anwar adalah karya besar Allamah Mohammad Baqer Majlesi dan ensiklopedia besar hadis Syiah yang mencakup isu-isu agama seperti sejarah, fiqih, teologi, tafsir al-Quran dan lain-lain. Karya ini mencakup lebih dari 85 ribu hadis dari Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Bait as dan penulisannya memakan waktu lebih dari 30 tahun.

Bihar al-Anwar: al-Jamiah lidurari akhbar al-A'imah al-Athar merupakan karya terpenting Allamah Mohammad Baqir Majlesi dan insklopedia besar Syiah. Selama 30 tahun Allamah dibantu murid-muridnya aktif menulis dan mengumpulkan naskah karya besar ini.

Allamah Majlesi di mukadimah bukunya Bihar al-Anwar menjelaskan masa belajar dan fase ilmiah serta spiritualnya. Ia juga memaparkan motif kecenderungannya terhadap hadis. Merujuk pada kajian ilmu-ilmu resmi pada masanya seperti ilmu sastra, fiqih dan usul fiqih, hikmah dan filsafat, teologi dan matematika serta kelazimannya dalam komunitas ilmiah pada masa itu, ia mengatakan bahwa semangat pencariannya tidak tergenangi oleh ilmu-ilmu konvensional dan kehausannya akan ilmu yang benar dan perenungan tentang manfaat dan hasil ilmu pengetahuan dan tujuan murid-muridnya telah membawanya ke sumber yang jelas dari pengetahuan dan kebijaksanaan yang benar, yaitu firman Tuhan (wahyu) dan hadis para maksumin.

Allamah menilai al-Quran dan hadis yang diriwayatkan dari Nabi serta Ahlu Bait as sebagai sumber terpenting untuk meraih pengetahuan dan ajaran agama serta menyebutnya lebih unggul dari seluruh ilmu-ilmu Islami lainnya. Meski demikian, ahli hadis besar ini tidak menolak kredibilitas akal bahkan meyakini untuk memahami prinsip-prinsip agama diperlukan akal, serta ia juga menggunakan argumentasi logis dan akal saat menganalisa dan menafsirkan sejumlah hadis.

Bihar al-Anwar memiliki posisi tinggi dihadapan para peneliti dan cendikiawan mengingat kitab ini menyebutkan lebih banyak sanad riwayat yang dinukil dari pada Imam Syiah, kategorisasi, syarah dan penjelasan dari berbagai hadis, berabagai penelitian teologi, sejarah, fiqih, tafsir, akhlak, hadis dan bahasa;  Meskipun volumenya besar, banyak manuskrip telah ditulis sejak awal, dan dengan munculnya industri percetakan, semua atau sebagian darinya telah diterbitkan berkali-kali. Bagian paling terkenal dari Bihar al-Anwar adalah terjemahan dari bagian ensiklopedia ini yang didedikasikan untuk subjek Imam Zaman (as) dan telah diterbitkan sebagai buku independen berjudul "Mahdi yang Dijanjikan".

Allamah Majlisi dalam Bihar al-Anwar telah mengkategorikan hadits dengan cara yang logis dan berorientasi pada subjek sehingga pembaca dan sarjana dapat mengambil manfaat maksimal darinya dalam waktu singkat dan dapat melihat secara komprehensif hadis yang ada dalam subjek apa pun. Ulama yang bijaksana ini telah mencoba untuk mengadopsi semua masalah dan isu-isu agama dalam kumpulan besar Bihar al-Anwar dan untuk mengumpulkan hadits yang terkait dengannya. Koleksi ini dimulai dengan topik "al-Aql wa al-Jahl" (akal dan kebodohan) dan berlanjut dengan topik yang berkaitan dengan teologi dan tauhid, keadilan ilahi dan sejarah para nabi.

Salah satu fitur menarik dari Bihar Al-Anwar adalah bahwa Allameh Majlisi telah memulai setiap bab dari koleksi besar ini dengan ayat-ayat yang sesuai dengan subjeknya dan telah mengungkapkan pendapat para penafsir di mana pun ada kebutuhan untuk menafsirkan ayat-ayat tersebut. Setelah menyebutkan ayat-ayat dan tafsirnya, ia mengutip hadits-hadits yang berkaitan dengan topik itu dan dalam banyak kasus menggambarkan narasi dan menjelaskan kata-kata yang sulit dipahami oleh audiens. Dalam menafsirkan dan menjelaskan hadist dan riwayat, ia telah menggunakan berbagai sumber bahasa, fiqih, tafsir, teologi, sejarah, akhlak/etika, dll. Uraian-uraian ini merupakan salah satu keunggulan kumpulan naratif yang penting ini.

Keistimewaan lain dari Bihar adalah penulis memiliki banyak buku yang beberapa di antaranya telah dihancurkan dan belum sampai kepada kita. Untuk menulis buku ini, Allamah mengirim murid-murid dan para sahabatnya ke negara-negara dan negeri-negeri dekat dan jauh untuk mendapatkan salinan terbaik dan paling otoritatif dari setiap buku. Banyak sumber yang diperoleh Allamah pada waktu itu sekarang telah hilang, dan jika Allamah tidak mengumpulkan riwayat-riwayat yang dikutip di dalamnya dalam satu kumpulan, kami tidak akan memiliki riwayat-riwayat ini sekarang. Selain itu, dalam karya ini, Allamah Majlisi, selain diskusi, terkadang mengutip buku-buku atau risalah singkat yang dianggap efektif dalam memahami subjek. Seperti risalah Imam Hadi (as) dalam menanggapi jabr dan tafwiz, risalah tentang hak-hak Imam Sajjad (as), Tauhid Mofazal dll. Oleh karena itu, Imam Khomeini menyebut karya ini sebagai sebuah perputakaan besar dan penting dengan nama Bihar.

Sebagian ulama menganggap adanya riwayat yang lemah (dhaif) dan tidak kredibel, serta ketidakcukupan beberapa penjelasan Allamah Majlisi sebagai kelemahan kumpulan ini. Menanggapi kritik ini, perlu dicatat bahwa salah satu tujuan terpenting Allamah Majlisi dalam menyusun Bihar al-Anwar adalah mengumpulkan riwayat untuk mencegah kehancurannya, untuk mentransfer warisan riwayat Syiah ke generasi berikutnya dan untuk menjelaskan dan mempelajari hadits-hadits target, itu adalah tujuan yang kedua. Allameh tahu bahwa hidup yang singkat tidak akan memberinya kesempatan untuk mempelajari dan meneliti secara menyeluruh dan akurat menjelaskan semua hadis yang dikumpulkan.

Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengambil langkah pertama dan paling mendasar, yaitu mengumpulkan hadist, memberi penjelasan secara singkat bagian-bagiannya sebanyak yang dia bisa, dan untuk melakukan penelitian dan studi lebih lanjut untuk peluang di kemudian hari atau bahkan untuk generasi mendatang. Untuk itu, ia mengatakan dalam beberapa pernyataan: "Naskah tidak teratur dan membingungkan, tetapi kami mengutipnya sehingga jika versi aslinya ditemukan setelah kami, itu akan dikonfrontasi dan diperbaiki, dan jika tidak, naskah dan versi ini yang terkadang bukannya tidak bermanfaat tidak akan hilang dan namanya akan tetap tercatat."

Juga, beberapa kritikus menganggap pengulangan hadist sebagai kelemahan dari pekerjaan ini. Mencermati perkataan Allamah, dapat dipahami bahwa ia sangat menyadari pengulangan ini, tetapi berbagai faktor, hubungan sebuah hadist dengan dua atau lebih pembahasan yang berbeda dan adanya versi yang berbeda dari sebuah hadist menyebabkan penulis mengulangi karyanya untuk menjadi komprehensif. Ada kemungkinan bahwa sebuah hadist berisi berbagai topik, yang masing-masing harus diperiksa di bawah babnya sendiri, dan pada saat yang sama fragmentasi hadist mempengaruhi pemahamannya, dan oleh karena itu sebuah hadis harus diulang dalam beberapa bab.

Allamah Majlisi memiliki kehidupan yang sangat diberkati. Pada usia 73 tahun, ia menulis lebih dari seratus buku dalam bahasa Persia dan Arab, salah satunya adalah Bihar al-Anwar, yang telah diterbitkan dalam seratus sepuluh jilid. Di antara tulisan-tulisan Allamah, 49 buku dan risalah telah ditulis dalam bahasa Persia dengan tujuan untuk mempromosikan ilmu-ilmu agama di antara orang-orang biasa. Meskipun praktik ini sudah dimulai beberapa waktu sebelum Allamah Majlisi, namun karya-karya Majlisi menjadi lebih terkenal dan disambut oleh banyak penutur bahasa Persia, sehingga di sebagian besar rumah-rumah berbahasa Persia terdapat satu atau lebih buku karya Allamah Majlisi.

Di antara karya penting Allamah Majlisi yang dutujukan untuk penggunaan masyarakat umum berbahasa Persia adalah Hayah al-Qulub tentang sejarah para nabi, Jala'u al-Uyun tenatang kehidupan para maksumin as, Hilyah al-Mutaqiin tentang adab dan tata cara kehidupan serta Haq al-Yaqin tentang akidah.