
کمالوندی
Wajah Dunia Setelah Pandemi Corona (2-Habis)
Umat manusia sedang menghadapi sebuah krisis besar setelah wabah virus Corona (COVID-19) menyebar secara cepat di dunia. Wabah ini bisa disebut sebagai sebuah tragedi global.
Mayoritas warga dunia percaya atau beranggapan bahwa virus Corona akan bertahan untuk waktu yang lama dan ini menjadi sebuah mimpi buruk bagi masyarakat dunia.
Di setiap krisis dan konflik bersenjata di dunia, sebagian dari masyarakat dunia terpukul secara ekonomi, tapi belum pernah merasakan dampak seperti yang diciptakan oleh wabah Corona, setidaknya dalam tujuh dekade terakhir (setelah Perang Dunia II).
Dalam satu bulan terakhir dan setelah jutaan orang berada dalam karantina, ekonomi global secara perlahan bergerak menuju resesi. Meskipun negara-negara mengambil langkah antisipasi, namun para pakar ekonomi memperkirakan resesi ekonomi terburuk akan terjadi dalam sejarah modern dan bahkan lebih buruk dari era resesi besar 2009.
Di samping dampak politik dan sosial akibat pandemi Corona, hal yang tak kalah penting adalah prospek ekonomi global setelah berakhirnya wabah ini. Banyak pakar dan analis percaya bahwa dengan melihat dampak buruk Corona terhadap ekonomi dunia terutama kelompok G20 – bahkan setelah berakhirnya wabah ini – maka ekonomi negara-negara serta sistem perekonomian dan perdagangan internasional akan mengalami perubahan fundamental, dan hal ini mulai terlihat dari sekarang.
Pandemi global COVID-19 diperkirakan berdampak jauh lebih buruk bagi investasi langsung di seluruh dunia daripada yang dikhawatirkan selama ini. PBB memperingatkan bahwa penyebaran cepat virus Corona akan memicu penurunan dramatis dalam investasi langsung secara global.
Konferensi PBB tentang Perdagangan, Investasi, dan Pembangunan (UNCTAD) dalam laporannya menyatakan investasi langsung global diperkirakan 40 persen lebih rendah dari proyeksi pada Januari 2020, di mana sebelumnya diharapkan tumbuh hingga lima persen tahun ini.
"Sekarang terbukti bahwa upaya mitigasi pandemi dan lockdown di seluruh dunia berdampak buruk pada semua sektor ekonomi, terlepas dari hubungan mereka dengan jaringan pasokan global. Konsensus mengatakan bahwa kebanyakan – jika tidak kita katakan semua – ekonomi utama akan mengalami resesi yang parah," kata laporan UNCTAD.
Penyebaran cepat virus Corona di Eropa dan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa proses ini akan memberikan pukulan yang sangat besar terhadap struktur politik, sosial, ekonomi, industri, dan perdagangan Barat.
Ilustrasi pasar saham.
AS – sebagai pemimpin Barat – akan menderita lebih parah dari yang lain, terlebih penyebaran COVID-19 di negara itu, telah menyingkap kelemahan kinerja pemerintahan Trump dalam mengelola krisis, kerentanan ekonomi AS, dan ketidakefektivan sistem kesehatan mereka.
Ekonomi AS akan menghadapi tekanan jangka panjang di tengah pandemi Corona dan mendorong lonjakan angka pengangguran hingga 20 persen. Negara-negara Barat – meskipun menguasai banyak kekayaan serta menikmati kemajuan ilmiah dan keamanan – sepertinya akan takluk di hadapan sebuah musuh yang tak pernah terbayangkan yaitu virus Corona.
Pandemi ini mendorong negara-negara bahkan Uni Eropa – sebagai salah satu pelopor perbatasan terbuka antar-anggota – untuk menutup perbatasannya. Namun, sebagian pakar percaya penutupan perbatasan tidak boleh berlangsung lama.
Jika negara-negara berhasil mengontrol virus Corona di dalam wilayahnya dan kemudian menerapkan protokol baru untuk mencegah masuknya kembali Corona, maka langkah ini secara praktis akan menciptakan banyak hambatan bagi perdagangan bebas.
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyatakan bahwa dunia akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih dari pandemi virus Corona, dan banyak ekonomi besar dunia akan jatuh ke dalam resesi selama beberapa bulan mendatang.
Sekretaris Jenderal OECD, Angel Gurria mengatakan, "Goncangan ekonomi yang diciptakan oleh wabah Corona tercatat lebih besar daripada krisis keuangan 2008. Bahkan jika kita tidak menyaksikan resesi di seluruh dunia, kita akan melihat tidak adanya pertumbuhan atau pertumbuhan negatif di banyak negara, termasuk beberapa ekonomi besar. Jadi, tahun ini kita tidak hanya mencatat pertumbuhan yang rendah, tetapi juga membutuhkan waktu lebih lama untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi di masa depan."
Pada dasarnya, kekhawatiran terbesar masyarakat dunia adalah efek jangka panjang dari pandemi Corona. Sebagian besar analis ekonomi memperkirakan bahwa upaya pengendalian wabah Corona termasuk social distancing akan mengurangi banyak kegiatan ekonomi.
Jadi, ekonomi dunia pasti akan mengalami resesi yang belum pernah terjadi sebelumnya, tentu saja sekarang sedang menimpa Amerika. Situasi yang lebih buruk akan terjadi di negara-negara berkembang.
Laporan internasional menunjukkan bahwa pasar negara-negara berkembang membutuhkan sekitar 2,5 triliun dolar. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), sejauh ini 80 negara telah mengajukan permintaan pinjaman darurat dari lembaga ini.
Mantan Wakil Menteri Luar Negeri AS dan dosen Universitas Harvard, Nicholas Burns menuturkan, "Pandemi COVID-19 merupakan krisis global terbesar abad ini. Tingkat keparahan dan skala krisis ini sangat luas. Krisis finansial dan ekonomi saat ini bisa melampaui resesi besar 2008-2009. Setiap krisis dapat menciptakan goncangan yang secara permanen mengubah sistem internasional dan perimbangan kekuasaan."
Sebagian analis dan pakar ekonomi dunia berspekulasi tentang kondisi ekonomi global dan ekonomi negara-negara pada periode setelah berakhirnya wabah Corona, yang mencakup berbagai masalah.
Dunia akan menyaksikan terbentuknya beberapa aliansi dan organisasi perdagangan dan ekonomi baru. Di sisi lain, dunia juga menyaksikan bubarnya beberapa organisasi perdagangan yang ada saat ini.
Peran ekonomi pemerintah diprediksi akan meningkat dengan alasan memanajemen dan mengontrol dampak buruk dari pandemi Corona di dunia. Negara-negara dunia akan lebih fokus untuk menata ekonomi di dalam negeri dan mengembangkan ekonomi nasional.
Evakuasi pasien Corona di Amerika.
Berbagai sektor ekonomi di tingkat nasional dan dunia diperkirakan akan sangat terpukul, termasuk industri transportasi, industri pariwisata, dan industri konsumen, di mana akan menghadapi tantangan serius untuk mempertahankan bisnisnya.
Resesi ekonomi yang dialami dunia akan memukul sektor energi termasuk minyak, gas, dan industri terkait dalam waktu dekat. Saat ini harga minyak mencatat penurunan tajam yang dipicu oleh lesunya permintaan di pasar dunia, karena pandemi Corona dan lumpuhnya kegiatan ekonomi di berbagai belahan dunia, terutama Cina, Eropa, dan Amerika.
Tentu saja, penurunan tajam harga juga dipicu oleh perseteruan antara negara produsen besar minyak yaitu Arab Saudi dan Rusia. Prospek permintaan minyak telah anjlok di banyak negara karena merebaknya virus Corona dan kebijakan lockdown. Beberapa pihak memperkirakan bahwa permintaan minyak akan turun antara 10 hingga 20 juta barel per hari.
Seiring mewabahnya Corona, sebagian industri besar mengalami penurunan produksi atau berhenti total, sementara industri kecil akan memiliki lebih banyak peluang untuk tumbuh. Meski demikian, para pekerja paruh waktu dan buruh telah kehilangan pekerjaan mereka untuk sementara waktu, dan ini akan meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk memenuhi setidaknya sebagian dari kebutuhan mereka.
Kebijakan lockdown dan pembatasan pergerakan telah mendorong pertumbuhan bisnis online dan kegiatan ini pada akhirnya akan menjadi sebuah budaya bisnis. Pembatasan lalu lintas dan himbauan untuk tetap di rumah, secara drastis telah meningkatkan pemakaian internet di dunia dan ini akan berubah menjadi sebuah perilaku permanen bagi banyak orang.
Mengingat pandemi Corona masih berlanjut dan dengan tujuan memangkas biaya ekonomi, politik dan sosial, pemerintah perlu memperkuat infrastruktur komunikasi untuk kegiatan ekonomi, perkantoran, pendidikan, jasa, keuangan, perbankan, dan asuransi.
Pemerintah harus berusaha mengubah ancaman virus Corona menjadi peluang untuk meningkatkan produktivitas, melakukan desentralisasi dari kota-kota padat, mendesentralisasi industri, merampingkan birokrasi, dan memperkuat e-government.
Wajah Dunia Setelah Pandemi Corona (1)
Wabah virus Corona (COVID-19) yang terdeteksi pertama kali di kota Wuhan, Cina pada November 2019, dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Rutinitas kehidupan di negara-negara terganggu dan menciptakan masalah serius di bidang ekonomi, sosial, dan politik.
Penyebaran virus Corona dipandang sebagai krisis terburuk setelah pandemi wabah Flu Spanyol pada 1918 dan akan membawa efek besar pada tren global, sehingga periode setelah berakhirnya wabah ini dapat disebut sebagai era pasca Corona.
Manusia belum pernah menyaksikan penyakit dengan tingkat penyebaran secara cepat di tingkat global. Dunia sekarang menghadapi pengalaman yang belum pernah ada dalam 100 atau 200 tahun terakhir dan ini telah mempengaruhi semua sektor.
Dengan mewabahnya COVID-19 di era globalisasi, revolusi komunikasi dan informasi, serta interkoneksi negara dan blok-blok regional satu sama lain, dunia sekarang menyaksikan sebuah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini dapat disebut sebagai periode Corona.
Saat ini hal yang menjadi perhatian para pemikir dan pakar internasional adalah tren dunia setelah berakhirnya Corona, yang mulai menampakkan dirinya di berbagai ranah politik, sosial, ekonomi, dan kancah internasional. Dalam pandangan mereka, dunia pasca-Corona akan sangat berbeda dari sebelumnya.
Menurut Sekjen Hizbullah Lebanon Sayid Hassan Nasrallah, efek dari wabah virus Corona lebih besar ketimbang dampak dari Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Lebih jauh lagi, dengan krisis ini, tatanan dunia baru dapat muncul, karena apa yang terjadi telah menerpa seluruh dunia, dan sekarang kita menghadapi perdebatan budaya, agama, ideologis, dan filosofis. Kita tidak tahu apakah Amerika Serikat akan tetap bersatu? Atau apakah Uni Eropa akan tetap ada?
Pandemi Corona telah mengganggu kehidupan normal dan roda perekonomian negara-negara serta ekonomi global. Wabah ini juga telah menyingkap tingkat kesiapan dan kesigapan pemerintah dalam menghadapi krisis. Pandemi ini tampaknya akan mengarah pada perubahan permanen terhadap tren saat ini di bidang kekuatan politik dan ekonomi.
Situasi politik dan sosial dunia pasca Corona akan memiliki banyak perbedaan dengan kondisi saat ini. Pada dasarnya, wabah COVID-19 telah mempengaruhi semua lini kehidupan sosial manusia.
Sebenarnya krisis saat ini menuntut kerja sama regional dan internasional, tapi negara-negara dunia memilih pendekatan internal dalam menyikapi wabah ini. Langkah ini secara perlahan memperlebar jurang pemisah antar-negara dan meningkatkan divergensi di tengah blok-blok regional seperti Uni Eropa.
Ilustrasi virus Corona COVID-19.
Dosen hubungan internasional di Universitas Harvard, Amerika, Stephen Walt menuturkan pandemi Corona akan memperkuat peran pemerintah dan nasionalisme. Pemerintah – dengan semua bentuknya – mengambil tindakan darurat untuk mengelola krisis dan kemungkinan akan terus melakukannya demi kepentingan mereka sendiri setelah berakhirnya krisis ini.
Sebuah realitas pahit di Eropa – setelah berakhirnya wabah Corona – mulai terlihat bagi banyak warga Eropa, di mana negara-negara Eropa bergerak sendiri-sendiri dan tidak mengambil tindakan kolektif dalam melawan wabah COVID-19 ini.
Dengan demikian, motto Uni Eropa yaitu Bersatu dalam Keragaman dan tuntutan kolektif yaitu kerja sama untuk menciptakan perdamaian dan kesejahteraan, akan menjadi perhatian selama berpotensi merusak keamanan nasional dan pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota.
Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan bahwa proyek-proyek utama Uni Eropa, termasuk zona tanpa-perbatasan (Schengen), bisa berada dalam bahaya jika negara-negara gagal menunjukkan solidaritas.
"Yang dipertaruhkan adalah kelangsungan hidup proyek Eropa. Risiko yang kita hadapi adalah kematian Schengen," tegas Macron selama pertemuan via video conference dengan para pemimpin Eropa.
Pandemi virus Corona juga menyingkap kelemahan kinerja pemerintah di banyak negara dalam mengelola krisis, terutama pemerintahan Trump di Amerika.
Di awal penyebaran COVID-19 di AS, Presiden Donald Trump meremehkan wabah virus ini dan tidak mengambil tindakan yang cukup untuk mencegah penyebarannya. AS sekarang mencatat kasus tertinggi infeksi virus Corona di dunia. Hal ini telah mengurangi kepercayaan publik kepada pemerintah khususnya di AS dan Eropa. Ini juga akan berpengaruh pada legitimasi pemerintah di masa depan.
Di saat yang sama, dapat diprediksi bahwa periode setelah wabah Corona, masalah privasi semakin tidak diperhatikan karena pengawasan pemerintah terhadap dunia maya akan meningkat.
Kelompok hak digital nirlaba, Electronic Frontier Foundation (EFF) dalam sebuah pernyataan mengatakan, "Pemerintah menginginkan pengawasan yang luar biasa untuk mengatasi COVID-19. Wewenang ini berpotensi melanggar privasi kita, mengurangi kebebasan berekspresi, dan sangat memengaruhi kelompok-kelompok yang rentan."
Pandemi Corona akan mempercepat kemungkinan runtuhnya demokrasi Barat di Eropa, yang sudah memikul banyak beban. Dalam beberapa tahun terakhir, Eropa menyaksikan krisis pengungsi, pertumbuhan kubu sayap kanan, penuaan penduduk, dan krisis ekonomi. Persoalan ini telah menggoyahkan fondasi Eropa yang bersatu.
Kelemahan Uni Eropa dalam menangani secara efektif wabah virus Corona, berpotensi menciptakan kerusuhan sosial di benua itu dan memberikan sinyal dari kehancuran integrasi Eropa. Situasi ini akan membuat partai-partai anti-Uni Eropa berkuasa. Jadi, bukan lagi sebuah ilusi jika suatu hari nanti politisi sayap kanan seperti Marine Le Pen berkuasa di Prancis atau Mateo Salvini di Italia.
Perkembangan ini akan melemahkan integrasi di Uni Eropa dan setelah Inggris keluar dari organisasi itu, beberapa negara lain khususnya Italia juga berpotensi meninggalkan Uni Eropa setelah berakhirnya pandemi Corona.
Di Amerika juga seperti Eropa, pandemi Corona akan mempercepat sentralisasi kekuasaan di tangan pemerintah federal dalam mengendalikan dampak ekonomi dan sosial akibat wabah COVID-19. Menurut beberapa analis Amerika, ini akan mengarah pada berlanjutnya kekuasaan Trump.
Pada 2016, Trump berhasil berkuasa di Amerika dengan slogan anti-imigran, dukungan untuk sayap kanan, serta kebijakan America First. Dia kemudian mengadopsi kebijakan sepihak dan anti-globalisasi, serta menarik diri dari perjanjian dan organisasi-organisasi regional dan internasional.
Namun, pandemi Corona semakin memperlihatkan kekacauan kebijakan dan pendekatan Trump. Salah satu pakar teori hubungan internasional, Joseph Nye mengatakan, "Virus Corona telah memperlihatkan kelemahan strategi keamanan nasional Trump, AS tidak dapat melindungi keamanannya dengan bertindak sendiri. Bahkan jika Amerika menang sebagai kekuatan besar, ia tidak dapat melindungi keamanannya dengan bertindak sendiri."
Namun Trump jika kembali terpilih sebagai presiden Amerika, kecil kemungkinan akan mengubah pendekatan dan kebijakannya. Padahal pendekatan ini akan semakin memperlemah peran global Amerika.
Menurut Wakil Direktur Institut Internasional untuk Studi Strategis, Kori N. Schake, Amerika tidak lagi dikenal sebagai pemimpin dunia. Krisis wabah Corona menunjukkan bahwa Washington telah gagal dalam ujian kepemimpinan global.
Di era pasca-Corona, kerja sama global kemungkinan akan melemah dan persaingan di antara kekuatan besar di kancah internasional akan meningkat. Wabah flu Spanyol pada 1918 tidak dapat mengakhiri rivalitas kekuatan besar, demikian juga dengan wabah COVID-19. Pada saat yang sama semangat globalisasi akan semakin melemah.
Sebagian pengamat percaya bahwa kurangnya soliditas dunia dalam merespon pandemi Corona adalah hasil dari pendekatan pemerintahan Trump serta semakin banyaknya pemimpin nasionalis dan populis di seluruh dunia.
Singkatnya, kombinasi dari virus mematikan, perencanaan yang tidak matang, dan kepemimpinan yang tidak kompeten, akan menempatkan umat manusia pada jalan baru dan mengkhawatirkan.
Ketua Dewan Hubungan Luar Negeri AS, Richard Haass menuturkan, "Dampak dari pandemi Corona adalah banyak negara akan kesulitan untuk pulih dari krisis, bertambahnya jumlah pemerintah yang tidak berdaya dan lemah di dunia, memperburuk hubungan antara Cina dan AS, memperlemah proses integrasi Eropa, memperbaiki situasi kesehatan global, dan melemahkan semangat globalisasi."
20 Farvardin, Momentum Kemajuan Nuklir Iran
Setiap tanggal 20 Farvardin, yang tahun ini jatuh pada tanggal 8 April 2020, diperingati sebagai "Hari Nasional Teknologi Nuklir Iran".
Momentum penting ini dimulai sejak tahun 2006, ketika Republik Islam Iran mengumumkan kesuksesannya menguasai teknologi pengayaan uranium untuk kepentingan damai pada tanggal 20 Farvardin 1385 HS yang bertepatan 9 April 2006. Sejak itu, penanggalan Iran menetapkan Hari Nasional Teknologi Nuklir Iran yang diperingati setiap tahun.
Keberhasilan para ilmuwan Iran menguasai teknologi pengayaan uranium dan pengoperasian mesin-mesin sentrifugal, menjadikan Republik Islam resmi bergabung dalam jajaran negara-negara pemilik teknologi nuklir di dunia. Keberhasilan tersebut diapresisasi oleh Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan Iran dengan menetapkan tanggal 20 Farvardin sebagai Hari Teknologi Nuklir Nasional, sebagai bentuk penghargaan yang tinggi kepada para ilmuwan nuklir negaranya.
Teknologi nuklir merupakan sains unggulan dan strategis yang memiliki banyak kegunaan di berbagai bidang. Saat ini sekitar 10 negara di dunia menguasai teknologi nuklir.
Energi nuklir memiliki banyak kegunaan. Oleh karena itu, menguasai sains dan teknologi nuklir selalu menjadi sebuah impian bagi banyak negara. Selama setengah abad terakhir, teknologi nuklir memainkan peran penting dalam pengembangan sektor industri, kedokteran, dan pertanian. Teknologi nuklir telah digunakan untuk memproduksi radioisotop dan radiofarmaka, listrik tenaga nuklir, dan produksi bahan-bahan dengan tingkat ketahanan yang tinggi, serta meningkatkan produk pertanian yang berkualitas.
Pengembangan sains dan teknologi nuklir damai di Iran berjalan sesuai dengan fatwa Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei tentang pelarangan produksi, pengembangan, dan penggunaan senjata nuklir maupun senjata pemusnah massal lainnya.
Kemajuan sains dan teknologi nuklir di Iran dibayar dengan biaya politik, hukum, dan ekonomi dengan adanya sejumlah ilmuwan nuklir Iran, termasuk Mustafa Ahmadi Roshan dan Massoud Ali Mohammadi yang gugur diteror musuh.
Kazem Gharibiabadi, Duta Besar dan Wakil Tetap Iran untuk Organisasi Internasional di Wina, dalam pertemuan ke-35 Komisi Pendahuluan Traktat Larangan Pengujian Nuklir Komprehensif, menjelaskan posisi Republik Islam Iran, dengan mengatakan, "Realisasi penuh dari tujuan larangan komprehensif pengujian nuklir tergantung pada komitmen negara-negara pemilik senjata nuklir,".
Christopher Ashley Ford, kepala urusan keamanan internasional dan non-proliferasi di Hudson Institute berkeyakinan bahwa munculnya banyak ancaman dari dunia nuklir saat ini berasal dari modernisasi senjata nuklir dan dimulainya kembali persaingan antara kekuatan utama nuklir.
AS sebagai salah satu pemilik senjata nuklir terbesar di dunia, dan sponsor utama rezim Zionis, memiliki ratusan bom atom yang berada di luar pengawasan lembaga internasional terkait. Padahal, Amerika Serikat memiliki rekam jejak hitam dalam penggunaan bom atom di tahun 1945. AS menjatuhkan senjata-senjata mematikan terhadap orang-orang tak berdosa di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, sekaligus meninggalkan banyak kerusakan lingkungan serius. Masalah ini dibahas selama pertemuan antara PM Jepang, Abe Shinzo dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei di Tehran.
Ayatullah Khamenei dalam pertemuan tersebut menanggapi pernyataan Perdana Menteri Jepang tentang permintaan AS untuk bernegosiasi tentang masalah nuklir dengan Iran. Rahbar mengatakan, "Republik Islam Iran selama lima atau enam tahun telah berunding tentang masalah nuklir dengan AS dan Eropa dalam bentuk kelompok 5 + 1 dan membuahkan hasil. Tetapi Amerika Serikat melanggar kesepakatan dan perjanjian ini. Jadi orang bijak mana yang akan bernegosiasi lagi dengan negara yang telah melanggar semua perjanjian?,".
Menyikapi pernyataan Perdana Menteri Jepang bahwa Amerika Serikat siap untuk bernegosiasi secara jujur dengan Iran, Ayatullah Khamenei mengungkapkan, "Kami tidak percaya ini sama sekali karena negosiasi yang jujur tidak dikeluarkan oleh orang seperti Trump,".
Rahbar kembali menegaskan pandangan Republik Islam mengenai senjata nuklir, dengan menyatakan, "Kami menentang senjata nuklir dan fatwa agama saya mengharamkannya. Tetapi jikapun kami bermaksud membuat senjata nuklir, Amerika Serikat tidak bisa berbuat apa-apa, dan tidak membiarkan Amerika Serikat menghalanginya,".
Ayatullah Khamenei juga menekankan, "Produksi dan penggunaan senjata nuklir tidak masuk akal. Oleh karena itu, Amerika Serikat yang memiliki gudang senjata berisi ribuan hulu ledak nuklir tidak memiliki wewenang untuk membicarakan negara mana yang harus memilikinya atau tidak,".
Dalam sebuah wawancara dengan Euronews, Ali Akbar Salehi, Kepala Organisasi Energi Atom Iran, menekankan, "Kami tidak pernah mencari bom nuklir. Itu adalah fatwa, fatwa pemerintah. Kami telah beralih dari ambang batas infrastruktur industri nuklir dalam semua dimensi, dari siklus bahan bakar hingga merancang reaktor riset untuk membangun semua jenis peralatan yang terkait dengan industri nuklir. Kami telah menjadi negara [yang mengusai teknologi] nuklir. Tentu saja, kami bukan negara nuklir maju seperti Jerman, Amerika Serikat dan Rusia, tetapi kami memiliki semua potensi dalam industri nuklir."
Republik Islam Iran telah menetapkan tujuan rasional untuk pengembangan program nuklirnya yang damai di bidang produksi energi, kesehatan dan pertanian. Kini, Iran telah meraih kemajuan dan keberhasilan signifikan di bidang ini. Jelas, Iran akan menggunakan sains dan teknologi strategis ini berdasarkan potensinya yang sangat besar.(
Model Keluarga Mahdawi di Era Ghaibat Imam Mahdi as
Kehidupan Mahdawi adalah kehidupan yang didasari oleh orientasi dan jiwa serta kehidupan terbentuk bedasarkan dua hal tersebut sehingga menemukan identitas. Kehidupan model ini adalah berusaha untuk meraih keridhaan Allah Swt sebagai satu-satunya orientasi.
Keluarga merupakan institusi sosial terkecil yang memainkan peran utama dalam membentuk masyarakat serta mempersiapkan peluang bagi struktur identitas dan emosi seseorang di masyarakat. Jika setiap keluarga ingin menggambarkan tujuan jangka panjang dan nilai-nilai tinggi bagi dirinya, maka mereka harus mengikuti prinsip dan koridor tertentu.
Jika sebuah keluarga Muslim ingin mengambil tindakan mendasar bagi perkembangan dan pendidikannya, maka ia tidak harus fokus pada pemenuhan kebutuhan materi anggotanya, tapi harus juga memperhatikan kebutuhan spiritual anggota keluarganya.
Penghambaan kepada Tuhan dan melaksanakan apa yang dianjurkan di proses ibadah harus mendominasi di lingkungan dan kehidupan keluarga. Penghambaan yang ikhlas kepada Tuhan mengarahkan anggota keluarga ke jalan kebenaran dan hidayah serta hati-hati mereka samakin baik berhubungan di bawah naungan kasih sayang Ilahi.
Setiap anggota keluarga harus menumbuhkan pengetahuan dan pemahaman terkait Tuhan dan rasul-Nya serta para imam maksum, sehingga mereka mencapai perkembangan spiritualitas. Saat itu, mereka akan menyadari pentingnya keberadaan seorang Imam dan mereka akan menyadari semakin dalam alasan sabda Rasul, “Sebaik-baik amalan umatku adalah penantian Faraj (datangnya kelapangan).”
Menunggu kemunculan kembali Imam al-Zaman (as) selama ketidakhadirannya adalah deklarasi penerimaan perwalian dan imamah dari wali terakhir Nabi Khatam (pbuh) dan menyebabkan kaum Shiah mempertahankan kontak dengan Imam mereka, meskipun dengan cara yang tulus dan spiritual. Keluarga Mahdavi adalah keluarga yang, dengan memahami keberadaan Wali Allah dalam konteks kehidupan, mencoba menyesuaikan perilakunya dengan kesenangan Wali Allah dan mengembangkan tujuannya di jalan yang mengarah pada kemunculan bangsawan itu.
Anggota keluarga harus mengenal Imam Zaman as dan meyakini bahwa beliau masih hidup, dan kedua mengawasi umatnya serta keghaibannya bukan berarti ia tidak hadir yang sama artinya dengan tidak akan muncul. Imam Zaman tidak tampak, tapi ia hadir dan mengawasi. Keluarga Mahdawi harus menyadari bahwa Imam Zaman as menyadari keadaan mereka, karena Imam ketika menghendaki akan mengetahui apa yang ia inginkan.
Kinerja kehidupan Mahdawi yang dikuasai oleh orientasi dan ruh serta kehidupan terbentuk pada kedua hal tersebut serta menemukan identitasnya, satu-satunya upaya yang ditempuh adalah untuk meraih keridhaan Wali Allah Swt. Sama seperti yang beliau pesankan kepada pengikutnya, “Setiap dari kalian harus berbuat memanfaatkan setiap sarana yang mendekatkan kepada Kami, dan jauhilah sesuatu yang mendekatkan kepada kemarahan dan kesedihan Kami.”
Kekhawatiran keluarga Mahdawi bukan hanya kebahagiaan individu, tapi interaksinya dengan yang lain seperti yang dijelaskan bahwa segala sesuatu menjadi sarana bagi kemunculan Imam. Di keluarga Mahdawi, kekhawatiran utama adalah kekhawatiran Imam, bukan kekahwatiran diri sendiri. Oleh karena itu, selain berpikir memberbaiki diri sendiri juga harus memikirkan untuk memperbaiki orang lain.
Manusia dan keluarga Mahdawi harus siap berkorban sehingga mampu membuat agama semakin tinggi dan berkembang. Keluarga Mahdawi harus bergerak dan menjadikan amal perbuatannya di jalan ke arah pemerintahan yang dijanjikan oleh Tuhan kepada seluruh nabi dan auliya’. Serta pada dasarnya tujuan dari penciptaan manusia adalah untuk meraih pemerintah Ilahi. Sama seperti kita baca di doa Iftitah selama malam penuh berkah di bulan Ramadhan: «اللَّهُمَّ إِنَّا نَرْغَبُ إِلَیْکَ فِی دَوْلَةٍ کَرِیمَةٍ تُعِزُّ بِهَا الْإِسْلامَ وَ أَهْلَهُ وَ تُذِلُّ بِهَا النِّفَاقَ وَ أَهْلَهُ» Ya Allah! Aku sangat merindukan pemerintahan yang mulia, di mana Islam dan pengikutya Kamu muliakan dan nifak serta orang-orang munafik menjadi hina.
Setan berjanji akan menyesatkan dan membujuk hamba Allah hingga hari Kiamat seperti yang dijelaskan oleh ayat 39 surat Al-Hijr, «... لَأُزَیِّنَنَّ لَهُمْ فِی الْأَرْضِ وَلَأُغْوِیَنَّهُمْ أَجْمَعِینَ»،....pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.
Di era ghaibah yang sangat sensitif dan kebenaran serta kebatilan bercampur serta tidak mudah untuk menentukan jalan yang benar, kubu setan tidak duduk diam. Mereka dengan beragam trik dan menciptakan kefasadan senantiasa ingin menangguhkan kemunculan sang juru selamat umat manusia. Tapi kehendak Allah adalah orang-orang saleh pewaris utama bumi seperti yang dijelaskan ayat 105 surat al-Anbiya yang mengisyaratkan janji Ilahi ini: وَ لَقَدْ کَتَبْنا فِی الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّکْرِ أَنَّ الْأَرْضَ یَرِثُها عِبادِیَ الصَّالِحُون» Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.
Di seluruh agama Samawi dijelaskan pembahasan mahdawiyah, juru selamat umat manusia, masa depan yang jelas, pemerintahan mulia dan sejumlah peristiwa akhir zaman. Oleh karena itu, kebijakan makro keluarga Mahdawi juga harus dijelaskan di koridor ini dan sikap setan serta iblis yang ingin memadamkan cahaya Ilahi harus dijelaskan kepada seluruh anggota keluarga dan dipaparkan mekanisme anti kubu arogan serta melawan serangan ini.
Keluarga harus menjadi institusi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anggotanya, dan memperkuat pengenalan terhadap musuh. Melalui pemberian wawasan dan peningkatan pengetahuan, mereka dikenalkan budaya Mahdawi. Karena jika tidak demikian, bisa saja selain mengikuti jalan kesesatan dan perilaku menyimpang akibat fanatisme buta, mereka akan menyerah terhadap anasir negatif di masyarakat.
Pengaruh budaya Mahdawiyah dapat ditelurusi di tiga bidang. Pertama di manusia itu sendiri dan di keluarga yang membesarkan seseorang serta di masyarakat. Pertama kita akan membahas pengaruh Mahdawiyah di dalam diri seseorang.
Budaya mahdawi pada manusia memotivasi mereka untuk menjalani kehidupan yang bertujuan dan berusaha untuk mencapai kebahagiaan di dunia ini dan akhirat. Budaya ini dapat menyelamatkan seseorang dari kekosongan dan kesesatan, karena harapan untuk masa depan yang cerah menghilangkan keraguan dalam esensi kehidupan dan memaksa orang untuk bergerak ke arah yang benar.
Budaya mahdisme meningkatkan kekuatan pemikiran itu sendiri dan mengarahkan manusia ke pengetahuan diri. Itu juga membuatnya tahan terhadap kesulitan, siap menerima bahaya kehidupan, karena masa depan tidak pasti baginya dan akan selalu penuh dengan harapan dan pencerahan. Manusia Mahdawi menghabiskan saat-saat dalam hidupnya untuk meraih keridhaan Imam Mahdi dan menggunakan upaya terbaiknya untuk mencapai keadilan dalam ucapan, perilaku, dan akhlaknya. Manusia Mahdawi berusaha mendekatkan masyarakat dengan masyarakat ideal pada saat kemunculannya dengan menciptakan lebih banyak ikatan antara dirinya dan imam pada masanya.
Budaya Mahdawi memiliki peran mendasar dan menentukan dalam hubungan antara individu dan keluarga. Jika budaya keluarga didasarkan pada pemikiran Mahdavi, dan anggota keluarga, terutama kepala politiknya, sang ayah, dan ketua pendidikan, sang ibu, mencoba membangun budaya Mahdawi dalam keluarga, mereka akan membawa kedamaian dan kebahagiaan satu sama lain. Tentu saja, mencapai tujuan ini harus disertai dengan perencanaan dan tinjauan ke masa depan.
Program ibadah, rekreasi, dan budaya dalam keluarga semestinya seperti menghidupkan kembali ingatan terhadap Imam Mahdi di lingkungan rumah dan wilayah Imam mengendalikan perilakunya. Misalnya, pertemuan doa, tawassul, dan pembacaan Alquran harus diadakan dengan perhatian khusus pada budaya Mahdawi dalam keluarga. Pergi ke tempat ziarah dan masjid harus dilakukan dengan perencanaan khusus dan sebagai keluarga. Bahkan belajar dan menuntut ilmu, berolahraga, silaturahmi, membantu orang lain, dan menghibur mereka, harus dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Imam al-Zaman (as) dan mendapatkan keridhaannya.
Budaya Mahdavi juga harus dikristalisasi dalam masyarakat. Tempat tinggal, tempat kerja, kota atau negara di mana seseorang tinggal dapat dihiasi dengan budaya Mahdawi. Manusia sedang menunggu tugas untuk menyebarkan budaya Mahdisme di tempat tinggalnya. Manajemen politik negara dapat mengambil langkah-langkah efektif ke arah ini dengan mendorong rencana menuju aturan budaya Mahdawi dan penerapan keadilan, dan dengan demikian masyarakat dapat menghirup aroma "Keadilan Mahdawi" yang menyenangkan. Di arena internasional, individu dapat mengekspor budaya ini ke negara lain sesuai dengan tanggung jawab dan konteks kegiatan sosial mereka, dan memberikan landasan bagi kepentingan publik dan global dalam keadilan penuh dan tertinggi di dunia.
Budaya Mahdisme adalah budaya intidhar (menanti). Intidhar sebuah bentuk protes permanen atas ketidakadilan, dan penyelamatan atas keterpurukan serta senantiasa siap dan terlibat di medan. Intidhar faraj (menanti juru selamat) adalah upaya sistematis yang tidak selaras dengan diam dan kemalasan. Intidhar atau penantian Imam Zaman as memiliki peran utama di konstruksi, dinamisme dan mereformasi individu dan masyarakat di masa ghaibat.
Jika manusia yang menanti menjalankan tugas yang diberikan kepadanya maka ia akan menemukan teladan yang tepat, mampu melawan penyimpangan dan dengan meneladani ajaran para Imam, mereka aktif berjihad dan berjuang demi memperbaiki diri dan masyarakat.
Sabar Dalam Mencari Rezeki Halal
Menurut para ulama salah satu kekhususan yang Tuhan sebutkan di dalam Alquran dan dimiliki oleh para nabi, para wali, orang-orang yang salih adalah kesabaran. Sifat sabar ini bagi orang mukmin, muwahid dan orang salih akan selalu ada dalam dirinya, dan jiwa mereka penuh dengan sifat ini.
Nabi besar Muhammad saww yang berkaitan dengan tema kesabaran pernah bersabda: “Kesabaran ada dalam tiga bagian, kesabaran dalam melawan kemaksiatan, dalam beribadah dan dalam menerima musibah”.
Mengacu pada salah satu pembahasan paling penting yang disabdakan oleh Nabi saww tentang hakikat ibadah. Para ulama menyatakan bahwa: Nabi saww pernah bersabda bahwa ibadah itu ada sepuluh bagian, 9 bagian mengenai masalah mencari rezeki yang halal, dan satu bagian untuk furu’uddin.
Mencari rezeki yang halal membutuhkan kesabaran, kesungguhan, dan daya tahan dalam menghadapi kesulitan. Kita harus menanggung segala tantangan dan tidak terpengaruh dengan segala hambatan yang dihadapi. Sangat berharga bagi seseorang untuk berjuang mencari rezeki halal, dan karena itu Allah Swt memuji orang-orang yang mengeluarkan keringat bersungguh-sungguh untuk mendapatkan rezeki yang halal.
Para ulama mengatakan bahwa kesabaran bisa membuat orang lebih memiliki daya tahan, dan bahkan ketika dihadapkan dengan perilaku masyarakat yang sudah keluar dari jalur yang benar dia akan bertahan dan bersabar sampai di mana dia mampu mengajak masyarakat pada jalan Tuhan Yang Mahakuasa.
Kesabaran dalam menerima bencana terutama terkait dengan peristiwa – peristiwa duniawi seperti rasa takut, kelaparan, ancaman terhadap jiwa, kekurangan dalam kehidupan adalah sebuah ujian bagi mereka yang bersabar, dan ketika sudah melewati ujian ini, Allah Swt akan membukakan pintu rahmat-Nya dan meninggikan derajatnya.
Sesungguhnya Doa Bisa Menangkal Bala
Bencana dan kesulitan tidak sama untuk semua orang, Nabi saw pernah bersabda yang ditulis di dalam kitab riwayat, Beliau saw bersabda: “Sesungguhnya bala untuk orang-orang zalim adalah peringatan dan untuk orang mukmin adalah ujian, dan untuk para nabi adalah kenaikan derajat, serta untuk para wali Allah adalah suatu kemuliaan.”
Siapa pun yang menindas orang lain adalah zalim. Sang suami yang menindas istri dan anak-anaknya juga adalah zalim. Seorang wanita yang berakhlak buruk kepada suaminya adalah zalim, dan seorang anak yang tidak menghormati orang tuanya pun zalim, seorang pengusaha yang tidak memiliki belas kasihan pada kliennya dan seorang pekerja kantor yang tidak menghormati klien itu adalah zalim.
Adapun mengenai kalimat “bagi orang-orang mukmin adalah ujian” maksudnya adalah bagi orang-orang yang tidak berdosa yang sedang mengalami ujian ilahi {Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar} (Al- Baqarah:155).
Ada beberapa bagian dalam ayat ini yang Tuhan akan coba berikan kepada kita, berupa ujian yang berbeda-beda, beberapa diuji dengan rasa takut dan yang lain dengan kelaparan, harta benda, atau kehilangan anak. Rasulullah saww juga telah mengalami ujian tersebut di sepanjang hidupnya.
Adapun dalam menghadapi kesulitan dan musibah wabah baru-baru ini, pertama-tama yang harus dilakukan adalah memperhatikan arahan para ahli dalam menangani wabah ini, sepeti halnya yang dianjurkan oleh pemimpin revolusi Islam yang menekankan kepada kita untuk mendengarkan nasihat dokter dan staf ahli medis.
Kedua, orang mukmin tidak boleh mengabaikan untuk merujuk pada dokter yang hakiki dan asli yakni Allah Swt, seperti yang disabdakan Nabi Saw ((Allah adalah Tabib(hakiki))) atau dalam doa Jaushan Kabir disebut “Ya Tibib” atau dalam riwayat Nabi saww dikatakan “Tabib yang mencari orang yang sakit.” Dan ini pun memiliki prosedur juga yang harus diperhatikan orang-orang mukmin.
Tentang efek doa dalam menghadapi kesulitan dan musibah ini, ahlulbait nabi ra pernah mengatakan: ((Sesungguhnya doa bisa menangkal bala)). Doa dapat bertahan melawan kesulitan dan bala. Dengan riwayat lain dari para Imam Ahlulbait ra dikatakan ((Cegahlah bala dengan doa)).
Para Imam ahlulbait ra berkata, salah satu untuk menangkal dan mencegah bala adalah dengan banyak beristigfar seperti yang tercantum di dalam ayat Alquran yang mengatakan: { Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun}, begitu pun amal saleh juga dapat mencegah musibah, seperti yang dikatakan dalam sebuah riwayat ((Sesungguhnya Sedekah bisa mencegah bala)).
Cerita Seorang Sufi yang Ingin Berhenti Bekerja & Reaksi Tak Terduga dari Gurunya
Kisah di bawah ini adalah kisah hikmah yang menggambarkan peristiwa sekarang ini. Yakni ada sebagian orang yang tidak ingin berikhtiar namun menyerahkan hidup serta matinya pada Allah swt. Namun pada akhirnya sang guru menasihati dia. Baca seluruh kisanya ya!
Suatu ketika, Syaqiq al-Balkhi meminta izin kepada guru sufi besar bernama Ibrahim bin Adam untuk bekerja dan berdagang selama beberapa minggu.
Baru tiga hari berlalu, Ibrahim bin Adam dikejutkan dengan kedatangan Syaqiq al-Balkhi. Keheranan menyergap hati Ibrahim bin Adam. Ada apa gerangan sang murid kembali lagi kepadanya bukankah ia memberikan izin kepadanya untuk bekerja beberapa minggu ke depan.
Ibrahim bin Adam pun bertanya, “Ada apa gerangan engkau datang ke sini?”
“Wahai guruku, di tengah perjalanan dagangku ketika aku menyusuri sebuah oase di tengah gurun pasir aku pun melihat seekor burung kecil yang patah sayapnya. Burung kecil ini tak dapat lagi terbang dan mencari makan. Akan tetapi, tiba-tiba dari arah langit datanglah seekor burung besar yang membawa makanan di paruhnya. Burung besar tersebut datang untuk menyuapi burung kecil yang patah sayapnya.”
Ibrahim bin Adam pun memberikan petuah kepada Syaqiq al-Balkhi, “Seperti itulah seharusnya manusia berbuat saling menyayangi di antara mereka seperti halnya burung besar yang engkau lihat dalam perjalanan dagangmu, tetapi mengapa engkau kembali ke sini dan meninggalkan perdaganganmu?”
“Guruku, aku datang ke sini karena aku berpikir bukankah Allah yang memerintahkan burung besar untuk menyuapi burung kecil yang patah sayapnya juga mampu memberikanku rezeki di mana pun dan kapan pun aku berada. Aku akan meninggalkan seluruh usaha perdaganganku dan berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah pasti Allah memberikan rezeki kepada seluruh hamba-Nya,” jawab Syaqiq al-Balkhi.
Ibrahim bin Adam pun memberikan nasehat yang sangat bijaksana, “Apakah engkau mengira dengan engkau beribadah dan meninggalkan usaha perdaganganmu niscaya engkau meraih rida Allah? Mengapa engkau tidak meniru burung besar yang memberikan makan kepada burung kecil yang patah sayapnya? Burung besar itu berusaha mencari makan dan memberikan kepada burung kecil yang kesusahan. Apakah engkau belum mendengar sabda Rasulullah Saw ‘Tangan di atas (orang yang memberi) lebih baik dari tangan di bawah (orang yang meminta)’?”
Syaqiq al-Balkhi pun terdiam seribu kata. Ia pun meminta permohonan maaf kepada gurunya, Ibrahim bin Adam.
“Ketahuilah muridku, seorang sufi harus mencari derajat yang lebih baik di hadapan Allah dengan usaha terbaik yang dapat ia kerjakan.”
Syaqiq al-Balkhi pun menyanjung gurunya, “Sungguh engkau adalah seorang yang sangat luas ilmunya.”
Kisah ini memberikan kita gambaran bahwa ulama sufi bukanlah ulama yang sekedar berpasrah diri kepada Allah. Melainkan, mereka semua adalah orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam usaha mereka seraya memasrahkan hasilnya kepada Allah.
Sumber: Alif
Tiga Ciri Orang Sabar
Sabar memiliki banyak jenis dan penerapannya, pentingnya kesabaran telah disebutkan di dalam Alquran sebanyak 103 kali dan 93 ayat, dan sebagian dari yang disebutkan Alquran berhubungan dengan sabar dalam dalam musibah kemasyarakatan.
Allah Swt di dalam ayat ke-155 pada surat Al-Baqarah berfirman:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْن}
{Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar}.
Adapun ciri-ciri orang yang bersabar adalah seperti yang disebutkan oleh Rasulullah saw di dalam sebagian riwayat:
((عَلَامَهُ الصَّابِرِ فِی ثَلَاثٍ أَوَّلُهَا أَنْ لَایَکْسَلَ وَالثَّانِیَهُ أَنْ لَایَضْجَرَ وَالثَّالِثَهُ أَنْ لَایَشْکُوَ مِنْ رَبِّهِ تَعَالَى لِأَنَّهُ إِذَا کَسِلَ فَقَدْ ضَیَّعَ الْحَقَّ وَ إِذَا ضَجِرَ لَمْ یُؤَدِّ الشُّکْرَ وَ إِذَا شَکَا مِنْ رَبِّهِ عَزَّ وَ جَلَّ فَقَدْ عَصَاهُ))
((alamat orang sabar ada tiga: yang pertama adalah tidak malas, kedua adalah tidak gelisah, cemas dan berkeluh kesah , dan yang ketiga tidak mengeluh tentang Tuhannya, karena jikalau dia malas maka dia telah melalaikan hak, jikalau gelisah, cemas dan berkeluh kesah maka dia tidak bersyukur, dan jikalau dia mengeluh mengenai Tuhannya maka dia bermaksiat kepada-Nya)).
Parlemen Lebanon: Amerika Sekarang Sedang Membunuh Warganya Sendiri
Ibrahim al-Musawi, anggota fraksi parlemen Lebanon Al-Wafa al-Muqawama, menanggapi peningkatan jumlah orang yang terinfeksi virus corona di Amerika Serikat dan kurangnya peralatan medis dan perlindungan di negara itu terhadap warganya.
“Selama 30 tahun terakhir, Washington telah melancarkan 13 agresi dan serangan yang bertikai dan menghabiskan $ 14,2 triliun untuk menghancurkan negara dan membunuh warga negara lain,” tulis Al-Musawi di akun Twitter-nya.
“Jika Amerika Serikat hanya menghabiskan sebagian kecil dari biaya ini untuk orang-orangnya dan infrastrukturnya, dan untuk membangun rumah sakit dan sistem perawatan kesehatan yang nyata, (yang sebenarnya mereka mampu) maka mereka tak akan berteriak seperti sekarang ini,” katanya.
Dia juga menulis bahwa Amerika Serikat telah mengkhianati dan membunuh jutaan orang di seluruh dunia dan sekarang melakukan hal yang sama kepada rakyatnya!
Amerika Serikat adalah salah satu negara dengan jumlah tertinggi orang yang terinfeksi virus corona di negara ini, dengan 336.000 orang yang terinfeksi virus corona dan 9.600 kematian.
Wabah Tak Terbendung, New York Pertimbangkan Kuburan Massal
Ketua Dewan Kesehatan New York pada Senin (6/4) mengatakan bahwa para pejabat sedang mempertimbangkan pembangunan kuburan massal untuk penderita corona yang meninggal dunia. Ia menjelaskan bahwa rencananya kuburan tersebut akan dibangun di taman-taman setempat.
Pernyataan tersebut dikatakan oleh Mark Levine melalui laman Twitter resminya.
Levine mengatakan bahwa pemakaman ini hanya berlaku sementara. “Pemakaman sementara ini akan dibuat di taman-taman New York (ya, anda tak salah baca kok). Parit pemakamannya akan digali sedemikian rupa supaya cukup untuk 10 peti mati dalam satu garis,” tulisnya.
Levine mengatakan bahwa mungkin warga New York akan sulit menerimanya. Tapi ia menegaskan bahwa maksud dari langkah ini adalah mencegah terjadinya pemandangan-pemandangan memilukan seperti yang terjadi di Italia dimana tentara terpaksan mengumpulkan mayat-mayat yang tercecer di jalan dan di sejumlah gereja.
Meski begitu, Walikota New York, Bill de Blasio mengatakan bahwa pihaknya masih belum memberikan keputusan terkait pemakaman tersebut. Ia masih mengedepankan opsi penggunaan rumah mayat dan pemakaman rumah dalam menyikapi angka kematian yang terus bertambah ini.