
کمالوندی
AS Tarik Pasukannya dari Pangkalan Abu Ghraib Irak
Pasukan koalisi anti-Daesh pimpinan Amerika Serikat dilaporkan telah meninggalkan pangkalan Abu Ghraib di utara Baghdad, Irak.
Seperti dikutip laman Farsnews, situs televisi RT Arabic pada Selasa (7/4/2020) melaporkan pangkalan Abu Ghraib akan diserahkan kepada militer Irak setelah pasukan pimpinan AS mengosongkan tempat itu.
AS telah menarik pasukannya dari pangkalan Habbaniyah di Provinsi al-Anbar pada Sabtu lalu dan menyerahkannya kepada militer Irak.
AS menyerahkan beberapa pangkalannya kepada militer Irak dalam beberapa hari terakhir. Beberapa pihak mengatakan, AS memilih mundur karena mengkhawatirkan berlanjutnya serangan terhadap pangkalannya di Irak.
Hamas: Masyarakat Internasional Harus Akhiri Blokade Gaza
Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menekankan, tiba saatnya masyarakat internasional, khususnya di saat penyebaran wabah Corona, untuk selamanya mencabut blokade Jalur Gaza.
Menurut laporan Pusat Informasi Palestina, Abdul Latif al-Qanu, jubir Hamas Selasa (07/04/2020) mengatakan, masyarakat dunia menetapkan hari tertentu sebagai hari kesehatan dunia harus menyadari blokade zalim terhadap Gaza yang menghalangi pengiriman peralatan medis dan urgen untuk melawan wabah Corona.
"Tiba saatnya masyarakat internasional menyerahkan obat-obatan dan peralatan yang dibutuhkan untuk melawan Corona kepada rakyat Gaza dengan mencabut blokade," paparnya.
Rezim Zionis Israel memblokade Gaza sejak tahun 2006 setelah kemenangan Hamas di pemilu parlemen dan mencegah masuknya kebutuhan mendasar dan pokok termasuk bahan bakar, makanan, obat-obatan dan material bangunan.
Departemen Kesehatan Palestina di laporan terbarunya menyebutkan sembilan kasus baru Corona dan bertambahnya jumlah penderita virus ini menjadi 226 orang.
Selain itu sampai saat ini 13 orang di Gaza dilaporkan terinfeksi Corona dan enam di antaranya sembuh serta kondisi sisanya cukup baik.
Taliban Hentikan Perundingan dengan Pemerintah Afghanistan
Juru bicara Biro Politik Taliban, Suhail Shaheen mengatakan perundingan dengan pemerintah Afghanistan terkait pembebasan tahanan telah dihentikan.
Seperti dikutip laman Tasnimnews, Shaheen dalam sebuah pernyataan, Selasa (7/4/2020) menuturkan Taliban telah mengirimkan tim teknis ke Kabul untuk mengkonfirmasi pembebasan tahanan, karena berdasarkan kesepakatan dan komitmen pemerintah, pembebasan mereka akan dimulai, tapi sayangnya proses ini ditunda dengan berbagai alasan.
Oleh karena itu, lanjutnya, tim teknis Taliban mulai besok tidak akan lagi menghadiri pertemuan-pertemuan yang sia-sia.
Namun, seorang pejabat Afghanistan, Matin Bik mengatakan proses pertukaran tahanan antara kedua pihak tertunda karena Taliban menuntut pemerintah Kabul untuk membebaskan 15 pemimpin mereka.
Pekan lalu, perwakilan pemerintah Kabul dan Taliban memulai perundingan mengenai pembebasan tahanan dan upaya mengakhiri perang di Afghanistan.
وَمَن يَتَوَلَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فَإِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْغَٰلِبُونَ
وَمَن يَتَوَلَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فَإِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْغَٰلِبُونَ
Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang.
Mengenal Sahabat Maksumin: Kumail bin Ziyad an-Nakhai
Setiap malam Jum’at, umat islam menghabiskan waktunya dengan berdoa. Salah satu doa yang paling disarankan untuk dibaca adalah doa Kumail. Doa Kumail adalah doa panjang yang sangat indah. Di dalamnya, terdapat permohonan-permohonan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Baik berupa permohonan duniawi maupun ukhrawi. Lihatlah kata-kata indah yang mengalun menyelimuti bumi di malam Jum’at itu, “ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu. Dengan kekuatan-Mu yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu. Dan dengannya menunduk segala sesuatu… Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang meruntuhkan penjagaan, dosa-dosaku yang menyebabkan petaka, dosa-dosaku yang merusak nikmat, dosa-dosaku yang menghalangi doa, dosa-dosaku yang menurunkan bencana…”
Siapakah Kumail?
Doa ini dinamakan doa Kumail. Sedangkan Kumail sendiri adalah seorang sahabat Imam Ali bin Abi Thalib as yang sangat setia. Nama lengkapnya adalah Kumail bin Ziyad an-Nakhai. Ia berasal dari Yaman. Keluarganya bermukim di Kufah selama masa kekhalifahan Imam Ali as. Ia juga tercatat sebagai orang yang memimpin kelompok para pembaca al-Qur’an dalam revolusi Abdurrahman bin al-Ashath melawan al-Hajjaj, gubernur Kufah yang sangat kejam di waktu itu.
Doa Nabi Khidir
Dalam Iqbal al-A’mal, Ibn Thawus menuturkan bahwa Kumail an-Nakhai berkata, “suatu kali aku duduk bersama Imam Ali bin Abi Thalib as di masjid Bashrah bersama sekelompok sahabat beliau. Lalu, seorang di antara kelompok itu bertanya: ‘apa maksud ayat, ‘pada malam itu diuraikan segala urusan yang penuh hikmah?’ (ad-Dukhan: 4) ’
Imam Ali menjawab, ‘malam itu malam pertengahan Sya’ban. Demi Zat yang nyawa Ali berada di genggaman-Nya, baik-buruk segenap hamba dibagikan pada malam pertengahan bulan Sya’ban hingga akhir tahun. Dan barangsiapa yang menghidupkannya (dengan amalan-amalan baik) dan berdoa di waktu itu dengan doa Nabi Khidir, maka Allah akan menjawabnya.’ ”
Singkat cerita, karena penasaran, Kumail meminta imam Ali untuk mengajarinya. Maka, imam Ali lantas mendiktekan doa itu, dan dicatat oleh Kumail dengan penuh kekaguman.
Bangkit melawan al-Hallaj
Sejarah mencatat bahwa al-Hajjaj adalah orang yang sangat keji. Ia juga amat membenci keluarga Nabi saw. Rakyat Kufah hidup menderita di bawah kediktatorannya. Pada tahun 81 H, Abdurrahman bin al-Ashath memberontak kepada atasannya itu, al-Hajjaf bin Yusuf. Pasukannya berjumlah lebih daari seratus orang. Termasuk kelompok pembaca al-Qur’an yang dipimpin oleh Kumail bin Ziyad. Pertempuran sengit terjadi antara dua kubu. Akhirnya, para pejuang berhasil mengalahkan tentara al-Hajjaj. Mereka membebaskan beberapa kota seperti Sajestan dan Kirman (di Iran), serta Basrah dan Kufah (di Irak). Tidak terima dengan kekalahannya, Abdul Malik mengirim pasukan tambahan kepada al-Hajjaj. Kedua pasukan kembali bertempur di Dir al-Jumajum. Setelah pertempuran sengit, pasukan Abdurrahman kalah. Pasukan mereka kocar-kacir. Ada yang terbunuh, melarikan diri dan bersembunyi. Kumail bin Ziyad beberapa pejuang lainnya menghilang. Al-Hajjaj mulai mencari mereka. Al-hajjaj mencari Kumail kemana-mana, tapi mata-mata al-Hajjaj tak mampu menangkap Kumail. Hingga akhirnya, al-Hajjaj menggunakan cara licik; menyiksa dan mengganggu para pengikut Kumail. Mendengar peristiwa itu, Kumail akhirnya menyerah. Orang-orang lantas membawa kumail menghadap al-Hallaj.
Di hadapan al-Hajjaj
Wajah Kumail bersinar. Janggutnya telah memutih. Hatinya teguh. Kumail memasuki istana al-Hajjaj dengan gagah. Ia menatap semua hadirin dengan tatapan mata tajam. Tak ada rasa takut sedikitpun di hatinya. Ia tahu bahwa ia akan dibunuh oleh al-Hallaj. Karena kekasihnya, Ali bin Abi Thalib, telah memberitahunya. Tanpa menghiraukan al-Hajjaj, Kumail berkata, “pemimpinku, Imam Ali, telah mengatakan kepadaku bahwa kau akan membunuhku. Wahai musuh Allah, lakukan apa yang ingin kau inginkan! Ketahuilah bahwa hari pembalasan akan muncul setelah pembunuhan ini.”
Al-Hajjaj berkata, “ingkari Ali, bila ingin selamat.”
Kumail menjawab, “Tunjukkan padaku agama yang lebih baik dari agama Ali.”
Al-Hajjaj pun langsung memerintah algojonya untuk memenggal kepala Kumail bin Ziyad an-Nakhai, seorang sahabat besar imam Ali as yang memegang rahasia beliau as. Makam beliau sekarang berada di atas bukit Wadi as-Salam di kota suci Najaf. Kumail boleh mati, tapi namanya selalu abadi dalam hati umat islam.
Pentingnya Pendidikan Akhlak Dalam kehidupan
Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia tidak bisa hidup seorang diri. Manusia membutuhkan bantuan dan keberadaan orang lain. Bukan hanya dalam memenuhi kebutuhan materinya saja, namun juga kebutuhan non materinya. Seperti kebutuhan seorang manusia pada sosok ke dua orang tua, teman maupun sosok seorang guru.
Kebutuhan ini mendorong terjadinya interaksi antar manusia yang kemudian menjadi titik awal lahirnya sejarah, sejak awal peradaban manusia hingga kita saat ini.
Seiring berjalannya sejarah, muncul warisan peradaban berupa kebudayaan. Salah satu bagiannya dikenal sebagai adab dan akhlak, yang mewarnai perjalanan sejarah manusia.
Adab yaitu serangkaian perbuatan atau norma tentang sopan santun yang didasarkan atas aturan agama atau keyakinan suatu masyarakat. Dalam agam Islam kemudian dikenal dengan adab. Adab berasal dari bahasa Arab, artinya “terpuji” atau “perbuatan yang terpuji.”
Dalam perkembangannya, adab memiliki pengertian yang lebih luas. Bukan hanya serangkaian norma tentang sopan santun tapi juga tata cara suatu perbuatan, dan tidak lagi hanya didasarkan agama. Bentuknya pun berbeda di masing-masing daerah, tergantung dari kebudayaan dan keyakinan masyarakatnya. Seperti adab makan, adab bertamu, adab berbicara dan lain sebagainya.
Adab berbeda dengan akhlak. Orang seringkali menganggap sama namun sesungguhnya dua hal yang berbeda, meskipun berkaitan.
Akhlak berasal dari bahasa Arab, merupakan bentuk plural dari kata “khulq”, artinya karakter atau sifat. Sedangkan secara istilah, Akhlak paling umum diartikan sebagai karakter-karakter atau sifat-sifat yang melekat kuat pada jiwa manusia, yang membuat penyandangnya mudah berbuat sesuatu tanpa perlu pertimbangan. Dengan kata lain akhlak adalah kondisi jiwa manusia yang membuat penyandangnya condong untuk melakukan sesuatu, seperti bersedekahnya orang yang dermawan.
Karakter dermawan membuatnya mudah untuk bersedekah, meskipun dari hartanya sedikit. Karakter dermawan inilah yang merupakan akhlak dan bukan perbuatan sedekah itu sendiri.
Sedangkan orang dengan sifat kikir yang bersedekah, belum bisa dikatakan perbuatannya itu adalah cerminan dari karakternya yang dermawan. Karena bisa jadi seseorang itu bersedekah bukan lantaran kondisi jiwanya yang menyukai sedekah, tapi untuk menutupi sifat kikirnya. Meskipun, perbuatan bersedekah terlepas dari apa motivasinya secara umum adalah perbuatan baik.
Meskipun berbeda, adab dan akhlak memiliki hubungan yang sangat erat dan saling terkait. Jika adab terwujud dalam perbuatan, maka akhlak terwujud dalam kondisi jiwa yang menjadi pendorong atau motivasi bagi perbuatan tersebut. Maka adab bisa menjadi efek dari akhlak atau kondisi jiwa, sedangkan akhlak juga bisa menjadi sumber motivasi bagi pelaksanaan adab.
Seperti ketika seseorang kedatangan tamu yang dihormatinya, karakter atau kondisi jiwanya yang rendah hati dan penyayang pada sesama yang ada pada jiwanya akan mendorongnya untuk memberikan penghormatan pada tamunya, dan dorongan itu dapat terealisasi dengan adab yang mengatur tata cara menyambut dan menghormati tamu.
Hubungan adab dan akhlak ini menjadi seperti hubungan antara jasad dan ruh. Ketika kedua hal ini berjalan beriringan maka potensi pelakunya akan teraktualkan dan kemudian terbentuk kepribadiannya sebagai manusia yang manusiawi. Tanpa salah satu dari keduanya, akan menjadi kecacatan bagi pelakunya. Adab tanpa didasari oleh akhlak akan kehilangan nilainya dan sekedar menjadi perbuatan sia-sia. Begitu juga akhlak tanpa adab akan memandulkan potensi karakter baik dalam dirinya.
Islam sebagai agama samawi adalah sebuah madrasah yang menghantarkan pemeluknya pada kesempurnaan sebagai manusia. Dimana semua potensi dalam dirinya teraktualkan secara optimal. sehingga semua perbuatannya tidak tertunduk pada hawa nafsu dan syahwatnya. melainkan pada kebijaksanaan akal yang berlandaskan nilai kebenaran dan kebaikan. Yang dengannya manusia mampu menjadi pewaris dan khalifah Allah di muka bumi, yang menjaga dan melestarikan bumi.
Dalam perjalan manusia menuju kesempurnaan ini dibutuhkan pengetahuan atau makrifat, yaitu makrifat tentang hakikat dunia, hakikat dirinya dan lingkungannya, dan tentang hubungan yang terjalin diantaranya.
Makrifat ini akan menghantarkan seorang manusia pada pengenalan tentang tuhannya, yang berarti telah mengaktualkan potensi akalnya. Pengenalan yang tepat akan tuhannya ini dengan sendirinya akan meniscayakan penghambaan pada Tuhannya. Selanjutnya melalui ritual-ritual ibadah seorang manusia menuju pada peribadatan kepada Tuhan., yang berarti telah mengaktualkan potensi geraknya.
Namun, kedua hal ini saja belum bisa menghantarkan pelakunya pada kesempurnaannya sebagai seorang manusia. Melainkan mesti dibarengi dengan kesiapan jiwa dalam menerima keberadaan tuhannya, yang menjadi landasannya dalam menghamba dan beribadah pada tuhan.
Kesiapan jiwa ini adalah akhlak dan merupakan karakter baik yang melekat kuat dalam jiwa. Seperti kerelaan, rendah hati, mensyukuri nikmat, taat, setia dan lain-lain. Karakter seperti inilah yang memungkinkan jiwa untuk menerima realitas keberadaan Tuhan, dan yang akan mendorongnya untuk tunduk dan patuh pada perintah Tuhan. Dengan akhlak ini pula manusia telah mengaktualkan potensi jiwanya menjadi seorang manusia yang manusiawi jauh dari sisi kebinatangan, sifat yang berasal dari hawa nafsu dan syahawt.
Oleh karena itu pendidikan akhlak sangatlah penting bagi perjalanan hidup manusia. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku tidak diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak.”
Rangkaian panjang estafet risalah kenabian berakhir pada penyempurnaan akhlak, yakni kesempurnaan akhlak adalah perwujudan dari keimanan dan hasil dari ritual ibadah.
Pentingnya pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia, bukan hanya dalam kehidupan personal, melainkan juga dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena dengan pendidikan akhlak jiwa bersih dari karakter-karakter hewani dan siap menapaki jalan kesempurnaan. Oleh sebab itu Islam juga mengajarkan prinsip akhlak lewat ritual-ritual ibadah seperti zakat, puasa, shalat dan lainnya.
Konsep akhlak seperti ini mutlak diperlukan dalam sistem sosial bermasyarakat atau bernegara. Tanpanya, kemajuan jaman tidak akan mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial. Seperti tampak pada negara-negara maju yang justru memiliki masalah-masalah sosial yang jauh lebih kompleks. Seperti kesenjangan sosial, ketimpangan ekonomi, tingginya kasus perceraian dan gaya hidup individualism, dan hedonisme.
Dengan sistem sosial yang berdasarkan konsep moral dan akhlak yang baik, akan tercipta interaksi sosial yang sehat. Dimana seluruh anggotanya menjadi satu kesatuan masyarakat yang saling membantu dan solid. Darinya akan muncul generasi-generasi cerdas yang manusiawi, yang mampu menjaga kelestarian dunia.
Semoga pendidikan moral dan akhlak dalam kearifan budaya lokal, yang bernafaskan Islam di negri ini mendapat perhatian serius masyarakat dan pemerintah, sehingga menjadi solusi dari berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia.
Cinta adalah Penawar Getirnya Hidup
Islam memandang bahwa cinta memainkan peran yang paling besar dalam membentuk masyarakat yang ideal.
Hal itu tampak jelas, karena masyarakat yang diinginkan oleh Islam adalah masyarakat yang fondasi-fondasinya dibangun atas dasar cinta yang mengikat sedari anak anak sampai dewasa.
Islam bercita-cita terbangunnnya masyarakat yang saling bersaudara, saling mencintai antara satu dengan lainnya, sampai pada tingkatan berani berkorban dan lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Sebab, tidak ada unsur yang lebih kuat dalam mengatur masyarakat humanis dan di dambakan, melebihi cinta.
Cinta juga merupakan unsur paling dominan pengaruhnya dalam pendidikan manusia. Cinta merupakan sebaik-baiknya cara dalam merealisasiskan kemajuan peradaban, sosial, ekonomi dan politik.
Diriwayatkan dari nabi Sulaiman as. beliau berkata; “Tidak ada sesuatu pun yang lebih manis dari cinta.”
Manisnya cinta sampai pada tingkat mampu menjadikan segala kepahitan hidup menjadi manis, mampu memperbaiki titik-titik lemah, kekurangan dan kesulitan baik secara individu maupun masyarakat.
Rasulullah Saw mengungkapkan dengan sangat indahnya salah satu sisi manisnya cinta dengan, beliau bersabda:
“Tidak ada satupun majlis yang menjadi sempit dengan hadirnya dua orang yang saling mencintai.”
Bahaya Permusuhan di Tengah Masyarakat
Jiwa permusuhan bertolak belakang dengan cinta. Permusuhan berbahaya bagi masyarakat, dan tidak bisa ditandingi oleh bahaya yang lain.
Permusuhan adalah unsur paling pahit dalam kehidupan ini, dan pahitnya permusuhan mampu menjadikan pahit semua hal yang nikmat. Permusuhan bisa menggantikan nikmat Tuhan menjadi bencana, dan mengubabah sebuah kemenangan menjadi kekalahan.
Akibat permusuhan itu bukan hanya menjadi penghalang tercapainya kemajuan-kemajuan masyarakat dalam kehidupan, namun bisa menjadi sebab berhentinya pengembangan segala potensi yang ada. Oleh karena itu, masyarakat yang ditimpa bencana permusuhan ini pasti akan mengalami kemunduran dan kejatuhan.
Oleh dasar itu, agama yang dibangun atas dasar cinta memandang jiwa permusuhan sebagai pembinasaan dan virus terhadap agama. Rasulullah Saw bersabda; “Sesungguhnya sejelek-jeleknya manusia itu adalah yang membenci banyak orang dan orang banyak pun benci padanya.”
Makna Kembali Kepada Allah SWT
Segala sesuatu berasal dari Allah Swt, Dialah wajibul wujud, sebab segala wujud.
Setelah semua mahkluk diciptakan beserta tujuan penciptaannya, dibekali juga bahwa semua yang ada akan kembali pada proses ruju’ atau kembali kepada asalnya, Allah Swt.
Dalam Al Qur’an disebutkan, “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan kamu tidak dikembalikan kepada Kami?” QS. al Mukmin: 115.
Proses ‘kembali’ yang disebutkan dalam berbagai ayat diterjemahkan dengan istilah kematian.
Semua yang diciptakan Allah tidaklah sia sia, mengandung maksud dan tujuan, bahkan kematian. Kematian manusia hanyalah sebuah bentuk proses peralihan alam, di mana manusia masih akan tetap ada namun pada tingkatan alam yang berbeda. Allah Swt berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada kami kamu dikembalikan”. QS. Al Ankabut: 57.
Dalam dunia Tasawwuf, istilah kembali kepda Allah Swt tidaklah harus menunggu kematian secara fisik, namun setiap orang wajib berupaya dengan kesungguhan hati belajar mengembalkan segalanya kepada Allah Swt, jauh sebelum datang kematian sesungguhnya.
Beruntunglah orang yang mau dan mampu melaksanakan pengembalian dirinya kepada Allah Swt sebelum benar benar merasakan sakaratul maut. Baginda Rasululullah Muhammad Saw bersabda,”Matilah kalian sebelum kalian dimatikan (benar-benar mati)”.
Hadits di atas tidak bermakna kita harus melakukan bunuh diri atau perbuatan yang mengantarkan kepada kematian, akan tetapi bermakna untuk belajar mengekang hawa nafsu dan segala hal yang tercela dalam diri, sehingga jiwa tidak hawa nafsu.
Mayat yang terbujur kaku dan tidak bisa berbuat apa pun, adalah gambaran hawa nafsu yang dapat dikendalikan.
Jangan Mudah Menuduh
Betapa buruknya ketika seseorang menjelek-jelekan orang lain dihadapan orang banyak. Betapa kejamnya jika seseorang menuduh orang lain melakukan suatu keburukan yang tidak pernah ia lakukan, hanya karena motif-motif pribadi, kebencian dan hasutan.
Betapa berdosa dan jahatnya apabila seseorang menjatuhkan kehormatan orang-orang jujur dan dihormati masyarakat, memfitnah dan menjatuhkan martabat mereka di hadapan khalayak.
Dewasa ini, setiap hari fitnahan dan tuduhan menghiasi pikiran masyarakat. Menuduh dan mengatakan kata-kata kotor sudah dianggap biasa. Media-media sosial menjadi ajang mengumbar fitnah dan hasutan. Pemikiran sempit dan cuti nalar sudah menjadi karakter bangsa hinga mudah terprofokasi. Hilang sudah budaya sengkuyung dan tabayun, terkiskis sudah sikap menghormati orang tua dan mengayangi yang lebih muda.
Padahal dalam ajaran manapun, menuduh orang tak berdosa merupakan perbuatan buruk dan akhlaq yang jelek. Firman Allah dalam Al Qur’anul surat An-nisaa:112 menyebutkan; “Dan barang siapa yang megerjakan dosa atau kesalahan, kemudian dituduhkan kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya dia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.”
Rasulullah Saw bersabda:
“Orang yang menfitnah seorang mukmin atau menuduh atas apa yang tidak ada padanya, maka Allah menempatkannya di sebuah bukit api pada hari Kebangkitan sampai dia bertobat atas apa yang telah dituduhkan kepada si mukmin.”
Imam Ja’far Shodiq a.s juga berkata:
“Barang siapa yang menfitnah laki-Laki Mukmin atau perempuan Mukminat atau menuduh atas apa yang dia tidak lakukan, maka di hari Kebangkitan kelak Allah SWT akan memenjarakannya di dalam tanah berlumpur Khabal sampai dia bertobat dari apa yang dia tuduhkannya itu.” Lalu beliau ditanya oleh salah seorang sahabatnya,”Wahai Imam, apakah yang dimaksud dengan “tanah lumpur Khabal itu?.” dan Imam a.s menjawab,”Itu adalah nanah yang keluar dari Vagina para pelacur.”
Rasulullah Saw juga mengatakan:
“Menfitnah seseorang yang tak berdosa itu lebih berat dari pada gunung-gunung.”
Semoga kita terhindar dari perilaku berbahaya ini.