
کمالوندی
Pesan Universal Pengutusan Rasulullah Saw
Muhammad Saw – beberapa tahun sebelum pengangkatan – selalu berdiam diri di Gua Hira selama satu bulan di sepanjang tahun. Ia duduk di atas bongkahan batu sambil menatap bintang-bintang dan keindahan kota Makkah.
Ia duduk di sana merenungkan keagungan badan manusia, bumi, pepohonan dan tanaman, binatang, gunung-gunung dan ngarai, lautan yang luas dan gelombang yang menderu. Muhammad Saw bersujud di hadapan kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta alam semesta.
Muhammad Saw juga gelisah dengan orang-orang yang menyembah berhala dan meninggalkan Sang Pencipta. Ia kadang memikirkan fenomena penindasan yang dilakukan oleh para pembesar kaum dan orang kaya terhadap masyarakat lemah dan miskin serta mencari solusinya. Saat rasa lelah menghadapi kondisi kala itu menderanya, Muhammad Saw akan bersimpuh di hadapan Allah Swt serta larut dalam ibadah dan munajat. Ia meminta bantuan Tuhan untuk mengakhiri penyimpangan akidah dan problema sosial dan moral masyarakat.
Setelah mengakhiri masa 'itikaf satu bulan di Gua Hira, Muhammad Saw kembali ke kota Makkah dengan hati yang tenang, wajah yang bercahaya, dan penuh optimis. Ia kemudian melakukan thawaf di Ka'bah dan selanjutnya pulang ke rumah untuk memulai rutinitas kehidupan. Muhammad Saw diutus menjadi Rasul pada usia 40 tahun ketika sedang berkhalwat di Gua Hira. Malaikat Jibril datang dan membawa wahyu kepadanya sambil berkata, "Bacalah!" "Aku tidak bisa membaca," jawab Muhammad.
"Bacalah," ulang Malaikat Jibri. Tapi Muhammad terus memberi jawaban yang sama sampai tiga kali dan akhirnya ia pun berkata, "Apa yang harus kubaca?" Jibril menjawab, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dan inilah momen pengangkatan beliau sebagai Rasulullah, utusan Allah kepada seluruh umat manusia. Keagungan dan kandungan wahyu membuat tubuh Muhammad gemetar dan mengucurkan banyak keringat, dan ia pun kembali ke rumahnya.
Setelah menguasai dirinya, Muhammad menyaksikan gunung, bebatuan, dan apa saja yang dilewatinya menyampaikan salam kepadanya dan mereka berkata, "Salam atasmu wahai Muhammad. Salam atasmu wahai Wali Allah. Salam atasmu wahai Rasulullah. Berbahagialah karena Tuhan memberikan keutamaan dan keindahan kepadamu dan memuliakanmu atas segenap manusia dari yang pertama sampai yang terakhir. Orang yang utama adalah ia yang diberikan keutamaan oleh Tuhan dan orang yang terhormat adalah ia yang diberikan kehormatan oleh Tuhan. Jangan gelisah, Allah akan segera mengantarkanmu ke derajat yang paling tinggi dan kedudukan yang paling mulia." (Bihar al-Anwar, jilid 18)
Risalah kenabian Muhammad Saw memiliki keistimewaan yang khas dibanding risalah para nabi sebelumnya. Ciri khas risalah Rasul Saw adalah sebagai penutup, penghapus risalah sebelumnya, penyempurna risalah para nabi terdahulu, ditujukan untuk seluruh umat manusia, dan sebagai rahmat bagi semesta alam. Ciri-ciri ini dimiliki oleh Nabi Muhammad dan tidak dimiliki oleh para nabi sebelumnya. Risalah para nabi terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja dan sesuai dengan kondisi pada masa itu. Sementara risalah Nabi Muhammad Saw diperuntukkan bagi seluruh umat manusia dan berlaku hingga akhir zaman.
Allah Swt mengangkat Muhammad al-Amin sebagai manusia yang paling layak dan paling sempurna. Muhammad Saw adalah sosok manusia sempurna dan moderat, di mana tidak pernah berbuat sesuatu secara ifrat (berlebihan) dan tafrit (pengurangan). Muhammad Saw diutus untuk menyelamatkan manusia yang tenggelam dalam penyembahan berhala dan kebodohan. Dengan bantuan akal dan fitrah mereka sendiri, ia membimbing masyarakat ke jalan tauhid dan meninggalkan berhala.
Pesan utama dan terpenting dari pengutusan Muhammad Saw adalah prinsip tauhid. Prinsip ini bersifat universal sehinggal Islam dikenal sebagai agama tauhid. Para nabi terdahulu juga membawa ajaran tauhid seperti yang disebutkan dalam suarat Al-Anbiya ayat 25, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya; "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku."
Tauhid tentu saja bukan satu-satunya solusi untuk menyelesaikan krisis-krisis di era Jahiliyah. Tauhid berarti membenci, menjauhi, dan menghapus segala bentuk syirik, menolak semua bentuk kezaliman, dan tidak mengandalkan semua kekuatan lain selain kekuasaan Allah. Tauhid seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh manusia modern.
Di antara misi pengutusan Nabi Muhammad Saw adalah menegakkan keadilan di tengah masyarakat. Dalam surat Al-Hadid ayat 25, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." Untuk menciptakan keadilan di masyarakat, pertama-tama harus mengenal keadilan itu sendiri dan kemudian motivasi untuk melaksanakannya di tengah masyarakat.
Rasulullah Saw telah memperjelas masalah keadilan baik secara teoritis maupun praktis. Semua manusia sama kedudukannya di hadapan beliau. Nabi Muhammad – tanpa alasan yang pantas – tidak pernah memuliakan seseorang dari yang lain atau merendahkan seseorang. Beliau bahkan mengarahkan pandangannya ke masyarakat secara adil. Demikian juga ketika mendengarkan pembicaraan masyarakat.
Para sahabat berkisah bahwa Rasulullah Saw menyimak pendapat kami sedemikian rupa sehingga kami berpikir beliau tidak mengerti apa-apa dan baru pertama kali mendengarnya. Padahal, beliau adalah sosok manusia sempurna yang selalu ditemani oleh Jibril.
Pendidikan dan pengajaran merupakan pilar utama kebahagiaan individu dan masyarakat. Semua nabi diutus untuk membimbing manusia ke jalan kebahagiaan dan kesempurnaan. Mereka adalah para guru dan pendidik sejati, di mana mengajarkan makrifat dan hukum-hukum Tuhan kepada manusia dengan ucapan dan amalan. Para nabi tidak pernah mengenal lelah dalam berdakwah demi menghapus kerusakan dan kebobrokan dari masyarakat.
Rasulullah Saw membaktikan seluruh hidupnya untuk mendidik dan membimbing masyarakat. Di tengah berkecamuknya Perang Uhud dan ketika beliau terluka parah dan giginya patah, sekelompok sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, kutuklah mereka! Engkau berjuang untuk membimbing dan menyelamatkan mereka, tapi mereka justru berperang denganmu!" Rasul Saw kemudian meletakkan patahan giginya di telapak tangan dan mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berseru,"Ya Allah! Berilah mereka petunjuk, tunjuklah jalan kepada mereka. Mereka tidak mengetahui."
Masjid Nabawi, Madinah Munawwarah.
Dalam peristiwa Perang Badar, ketika para tawanan yang terikat rantai dibawa menghadap Rasulullah Saw, sebuah senyuman tersungging di bibir beliau. Salah satu tawanan kemudian berkata, "Seharusnya engkau tertawa karena telah mengalahkan kami dan sekarang kami menjadi tawananmu." Rasul bersabda, "Jangan salah! Senyuman saya, bukan senyuman kemenangan dan penaklukan, tapi ini karena harus mengantarkan orang-orang seperti kalian ke surga dengan rantai. Saya ingin menyelamatkan kalian dan kalian melakukan perlawanan terhadap saya, dan kalian menghunus pedang!"
Rasulullah telah mengubah gaya hidup dan hubungan kemanusiaan, budaya politik, budaya pemerintahan dan lain-lain. Beliau membuat masyarakat punya jati diri dan kepribadian, serta menjadikan mereka lebih bertanggung jawab. Rasul bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.”
Allah Swt telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi dan kapasitas. Akal dan fitrah adalah dua sarana internal untuk memperoleh kemuliaan material dan spiritual. Namun mengingat akal dengan sendirinya tidak cukup untuk meniti jalan menuju Tuhan, maka Dia mengutus para nabi sebagai pembimbing eksternal, dan tentu ini tidak menciderai orisinalitas akal dan kedudukannya. Rasulullah Saw juga memberikan perhatian khusus kepada akal, ilmu pengetahuan, dan orisinalitas akal.
Akhir kata, peringatan hari pengutusan Rasulullah Saw merupakan sebuah kesempatan untuk kembali mendalami ajaran-ajaran Islam – penjamin kebahagiaan – dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad. Masyarakat modern harus kembali ke jalan Rasulullah Saw untuk menyingkirkan sifat-sifat syirik dari dalam diri dan menolak hegemoni asing.
Protokol Kesehatan Islam, Solusi Mencegah COVID-19
Tidak ada agama dan aliran kepercayaan yang memperhatikan masalah kesehatan manusia melebihi agama Islam. Rasulullah Saw bersabda, "Ada dua nikmat yang dilalaikan oleh manusia yaitu kesehatan dan masa muda."
Imam Ali as memandang masalah kesehatan sebagai nikmat Tuhan yang paling besar. Ia berkata, "Hanya kesehatan yang membuat manusia dapat memahami kelezatan hakiki kehidupan." Imam Jakfar Shadiq as menganggap kesehatan sebagai sebuah nikmat yang tidak bisa dinilai secara materi.
Kesehatan adalah sebuah nikmat yang sangat dihargai ketika pemiliknya telah jatuh sakit. Meskipun manusia selalu terserang berbagai penyakit dan gangguan kesehatan, namun penyakit pandemik membuat orang sangat ketakutan, karena ia menyebar dalam skala luas dan membunuh banyak orang dalam waktu singkat.
Virus Corona, yang telah menyebar dari Cina ke hampir seluruh dunia, termasuk salah satu penyakit dari jenis itu. Meskipun ada kemajuan di dunia medis, sayangnya puluhan ribu orang telah terinfeksi virus yang disebut COVID-19 ini dan ribuan orang meninggal dunia.
Para dokter dan pakar medis mengeluarkan berbagai himbauan kepada masyarakat untuk melindungi diri dari infeksi virus Corona. Dalam hal ini, Islam – sebagai agama yang paling sempurna – memiliki ajaran dan panduan penting untuk mencegah dan mengobati penyakit. Tidak diragukan lagi, panduan kesehatan dan spiritual ini sangat bermanfaat untuk melawan jenis virus baru dan berbahaya, COVID-19.
Jadi, bukan tanpa alasan jika kaum Muslim menorehkan banyak prestasi di ilmu kedokteran di masa-masa setelah kemunculan Islam. Sekilas ayat-ayat al-Quran serta hadis Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya menunjukkan bahwa Islam menekankan masalah pencegahan dari segala penyakit.
Sekitar 1.400 tahun yang lalu, agama besar ini memberikan rekomendasi yang tepat dan bijak untuk hampir semua aspek kesehatan individu dan masyarakat, dan bahkan lingkungan. Islam meminta pengikutnya untuk bersungguh-sungguh dalam menjaga kesehatannya.
Memperkuat sistem kekebalan tubuh adalah salah satu cara yang paling penting untuk melawan virus Corona. Rasulullah Saw dan para imam maksum telah merekomendasikan berbagai tanaman herbal dan makanan untuk tujuan ini. Sekarang para dokter Islam-Iran merekomendasikan resep Rasulullah Saw dan Ahlul Bait ini kepada masyarakat. Contohnya, madu, kayu manis, thymus, jahe, bawang putih, dan beberapa tanaman herbal lainnya.
Rasulullah dan para imam maksum telah memberikan panduan kesehatan tentang pentingnya menjaga gizi seimbang, tidak makan berlebihan, dan mengkonsumsi makanan yang sehat, serta selalu menjaga kesehatan.
Al-Quran berulang kali mengingatkan bahwa Allah Swt telah memperkenankan makanan yang halal dan sehat kepada manusia serta melarang mereka dari mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram dan kotor.
Imam Shadiq as berkata, "Allah Swt telah menciptakan manusia, Dia mengetahui apa saja yang baik untuknya dan apa saja yang mudharat. Dia menghalalkan apa yang bermanfaat dan mengharamkan apa yang mudharat."
Islam melarang mengkonsumsi beberapa jenis hewan termasuk kelelawar. Jika benar virus Corona ditularkan dari kelelawar ke manusia, maka kita semakin memahami tentang kebijaksanaan ajaran Tuhan.
Sejak mewabahnya virus Corona, para dokter selalu meminta masyarakat untuk menjaga kesehatan dan kebersihan, termasuk sering mencuci tangan sehingga tidak tertular wabah COVID-19. Ini adalah perintah yang telah dianjurkan oleh Islam kepada umatnya sejak berabad-abad lalu.
Kebersihan dan kesucian itu merupakan perkara penting dan wajib. Rasulullah Saw bersabda, "Islam dibangun atas pondasi kebersihan dan kesucian." Beliau menganggap kebersihan sebagai bagian dari iman.
Salah satu protokol kesehatan Islam yang harus dijalankan dalam situasi normal adalah menjaga kebersihan anggota badan khususnya tangan. Kaum Muslim mengambil lima kali wudhu untuk menunaikan shalat harian termasuk membasuh tangan dan wajahnya.
Selain itu, para pemuka agama menganjurkan untuk mencuci tangan sebelum makan. Islam menilai setiap individu bertanggung jawab terhadap kesehatan orang lain. Individu yang tidak menjaga kebersihan personal sehingga menyebabkan orang lain jatuh sakit, maka ia telah berdosa.
Ketika para dokter mengatakan bahwa kontak dengan orang lain bisa tertular virus Corona, maka seorang Muslim wajib mengamalkan anjuran ini demi keselamatan dirinya dan masyarakat.
Meskipun Islam sangat menganjurkan solidaritas dan perkumpulan di antara pengikutnya, namun jika perkumpulan ini bisa membahayakan keselamatan jiwa dan raga orang-orang, maka Islam merekomendasikan untuk membatalkannya.
Saat ini banyak dari negara Muslim telah meniadakan kegiatan di masjid-masjid seperti shalat Jumat, menutup tempat-tempat suci, dan meliburkan kegiatan agama lainnya demi mencegah penyebaran virus Corona. Rasulullah Saw juga menghindari kontak dengan orang yang terkena penyakit menular dan juga meminta orang lain mematuhinya.
Tentu saja segala sesuatu di alam ini tidak akan terjadi tanpa izin dari Allah Swt. Dia adalah pencipta dan pemilik alam semesta ini. Dengan melihat kaidah umum ini, satu-satunya dzat pemberi kesembuhan adalah Allah Yang Maka Kuasa dan Maka Bijaksana. Nabi Ibrahim as berkata, "Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku." (QS. Ash-Shu'ara, ayat 80)
Namun, Allah dalam banyak kasus memilih media tertentu untuk mewujudkan kehendak-Nya. Dalam hal penyakit, Dia mewujudkan kehendak-Nya melalui proses pengobatan oleh dokter. Oleh karena itu, Islam tidak bisa menerima jika ada orang yang sakit tidak berobat ke dokter dengan harapan memperoleh kesembuhan langsung dari Allah.
Rasulullah Saw dan para aulia selain berdoa kepada Allah untuk meminta kesembuhan, juga merujuk ke tabib dan menjalani proses pengobatan. Imam Shadiq as berkata, "Salah seorang nabi jatuh sakit. Dia pun berujar, aku tidak akan berobat dan menunggu kesembuhan dari Tuhan-ku. Allah kemudian berfirman, 'Aku tidak akan menyembuhkanmu sebelum engkau berobat, tapi kesembuhan berasal dari-Ku."
Islam membalas jasa dokter dan perawat yang telah merawat orang sakit. Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang berusaha untuk menyembuhkan orang sakit, baik ia sembuh ataupun tidak, maka ia telah dibersihkan dari dosa seperti hari ia dilahirkan dari rahim ibunya."
Dalam Islam, orang yang sakit harus berikhtiyar, berdoa, dan memohon kesembuhan dari Allah. Dewasa ini, para ilmuwan membuktikan bahwa iman memiliki pengaruh yang tak terbantahkan dalam kesembuhan pasien. Ketika seorang pasien berdoa, sebenarnya ia telah menjulurkan tangan penuh harap kepada rahmat, kekuatan, dan pertolongan Allah, sebagai pemberi kesembuhan yang hakiki. Dengan demikian, peluangnya untuk sembuh akan semakin besar.
Imam Ali Ridha as berkata, "Mintalah keselamatanmu di dunia dan akhirat kepada Allah." Jelas bahwa orang yang kuat imannya, maka doa-doanya akan cepat terkabul.
Alexis Carrel, ahli bedah dan pakar biologi Perancis dalam bukunya, "Man, the Unknown (1935)" menulis, "Doa dan munajat memiliki pengaruh unik terhadap anggota badan kita. Kondisi ini pada awalnya tidak begitu menyita perhatian, namun ketika proses itu berlanjut, maka tidak ada kenikmatan yang sebanding dengannya. Manusia pasrah di hadapan Tuhan ketika mereka larut dalam doa. Mereka memohon rahmat dan kasih sayang Tuhan...."
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei meminta masyarakat selain mematuhi protokol kesehatan agar terbebas dari infeksi wabah Corona, juga menganjurkan untuk membaca doa dari Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad yang biasa dibacakan ketika dalam masalah dan kesulitan.
Dalam ajaran Islam, kita dianjurkan untuk mendoakan orang lain yang sedang dalam masalah sebelum berdoa untuk kesembuhan kita sendiri sehingga Allah Swt mencurahkan rahmat-Nya kepada kita.
Imam Husein, Simbol Keberanian dan Pengorbanan
Pada 3 Sya'ban tahun keempat Hijriah, rumah Ali as dan Fatimah as diterangi cahaya dan hati Rasulullah Saw diliputi kegembiraan dan kesenangan. Pada hari itu, Husein bin Ali as dilahirkan ke dunia untuk melanjutkan jalan yang sudah dirintis oleh kakeknya.
Sebuah hadis Qudsi berkata, "Ketika Husein lahir, Allah berfirman kepada Rasulullah, 'Selamat atas kelahiran di mana shalawat dan rahmat-Ku menyertainya, selamat atas engkau dan seluruh kaum Muslim karena hari besar ini, hari ketika Husein dilahirkan dan ia membawa bersamanya kebebasan, kecintaan, dan pengorbanan.'"
Hari ini, para pecinta Ahlul Bait as di seluruh dunia bersuka cita atas kelahiran Husein as, karena mereka memperoleh pelajaran berharga dari kehidupan, pemikiran, dan kebangkitannya; sebuah kehidupan yang sarat dengan makrifat dan kesempurnaan.
Nilai hakiki setiap insan bergantung pada ilmu pengetahuan, kesempurnaan, keutamaan, dan sifat-sifat moral. Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dari segi fisik, tapi perbedaan ini tidak membuat mereka lebih utama dari yang lain. Hal yang membuat mereka istimewa adalah ilmu, keutamaan, dan akhlak mulia, dan Husein as memiliki semua sifat ini secara utuh.
Imam Husein adalah salah satu insan teladan dalam sejarah umat manusia. Pengorbanan luar biasa, ketahanan, tawakkal, tekad yang kuat, kesabaran, dan keberaniannya di Karbala, hanya memperlihatkan sebagian dari kepribadian mulia Husein dan sifat-sifat ini membuat semua hati bergerak ke arahnya.
Faktanya, sifat berani dan tangguh tidak akan muncul pada setiap individu, kecuali ia juga menyandang sifat-sifat moral lainnya secara utuh. Sosok seperti ini harus memiliki kesempurnaan iman, makrifat, keyakinan, dan tawakkal sehingga dapat menjadi salah satu dari menifestasi kebesaran Tuhan.
Banyak tokoh besar telah lahir dari rahim sejarah dan masing-masing dari ketokohan mereka dikenal karena keberanian, kepahlawanan, kezuhudan, pemaaf, dan siap berkorban. Akan tetapi, kebesaran dan keutamaan kemanusiaan yang dimiliki oleh Imam Husein as benar-benar sulit ditemukan padanannya dalam sejarah.
Setelah Imam Husein as gugur syahid, Bani Umayyah melaknat Husein dan ayahnya, Imam Ali bin Abi Thalib di mimbar-mimbar selama 60 tahun atas tuduhan melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Meski demikian, tidak satu orang pun dari penguasa mampu merusak nama harum mereka sebagai teladan ketakwaan dan kemuliaan.
Mengenai kepribadian luhur Imam Husein as, seorang ulama Sunni Lebanon, Syeikh Abdullah al-'Alayili berkata, "Apa yang ada dalam riwayat dan sejarah Husein di tangan kami, kami menemukan bahwa Husein memiliki kesempurnaan takwa yang diteladani dari kakeknya dan ia adalah teladan sempurna dari sosok Rasulullah dari segala sisi. Dalam jihad, ia mengayunkan pedang dengan penuh pengorbanan dan tidak ada pekerjaan yang mencegahnya untuk melakukan tugas lain."
Bagi para reformis dan pemuka agama, yakin akan tujuan merupakan faktor penentu untuk mencapai kemajuan. Pemimpin yang yakin akan tujuannya akan melangkah dengan optimis untuk meraih tujuan, ia tidak akan goyah dan keyakinan ini membuatnya kuat. Seperti yang disinggung dalam surat al-Anfal ayat 2, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhan-lah mereka bertawakkal."
Makam Imam Hussein as, Karbala, Irak
Rasulullah Saw – dengan keimanan dan keyakinan yang kuat – baik ketika menang atau pun ketika kalah secara lahiriyah, dengan penuh optimis dan yakin memajukan agenda-agendanya untuk meraih tujuan. Imam Husein as juga sama seperti kakeknya, dalam hal keimanan kepada tujuan dari kebangkitannya. Imam menilai satu-satunya cara untuk menyelamatkan Islam dan masyarakat Muslim adalah melawan skenario jahat Bani Umayyah dan tidak berbaiat dengan Yazid bin Mu'awiyah.
Oleh karena itu, Imam Husein as secara jujur dan tegas mengumumkan penentangannya terhadap kepemimpinan Yazid. Beliau tidak hanya mempelajari pelajaran iman dan keteguhan dalam agama dari kakek dan ayahnya, tapi dengan memikul beban ujian duniawi, telah mengantarkan dirinya ke puncak ifran dan makrifat Ilahi. Ia laksana gunung yang menjulang tinggi, kokoh dan tidak pernah goyah.
Imam Husein telah mencapai sebuah tahapan dari irfan dan makrifatullah sehingga peristiwa segetir apapun akan tampak indah di matanya. Menariknya, Sayidah Zainab as (saudari Imam Husein) juga menyaksikan keindahan yang sama. Ketika Gubernur Kufah, Ubaidillah bin Ziyad berkata kepadanya, "Lihatlah bagaimana perlakuan Tuhan terhadap saudaramu." Zainab menjawab, "Aku tidak melihat sesuatu kecuali keindahan."
Di mata Ahlul Bait, peristiwa Karbala meskipun perbuatan keji tentara Bani Umayyah, tetap terlihat indah karena kebesaran dan puncak kesabaran yang diperlihatkan oleh Imam Husein dalam menghadapi ujian.
Keberanian adalah salah satu sifat mulia kemanusiaan. Sebuah bangsa yang orang-orangnya tidak memiliki keberanian mental dan moral, maka dengan mudah akan ditaklukkan oleh musuh. Bahkan, kelangsungan hidup suatu negara, martabat dan wibawanya bergantung pada tingkat keberanian yang dimiliki oleh rakyatnya.
Seorang ulama besar Sunni, Ibn Abi al-Hadid ketika berbicara tentang keberanian Imam Husein as, menuturkan bahwa dalam hal keberanian, siapa sosok lain yang sama seperti Husein bin Ali as di Padang Karbala. Kami tidak menemukan seseorang di mana masyarakat telah menyerbunya dan ia telah terpisah dengan saudara, keluarga, dan sahabatnya, tetapi dengan keberanian bak singa, ia mematahkan pasukan berkuda. Apa yang anda pikirkan tentang sosok yang tidak tunduk pada kehinaan dan tidak berbaiat kepada mereka hingga gugur syahid.
Percaya diri adalah salah satu sifat utama manusia sukses. Para pemuka agama, semuanya telah mencapai puncak dari karakteristik ini, dan Imam Husein as sebagai pencetus Revolusi Asyura, memiliki karakteristik ini dalam bentuk yang sempurna. Kepercayaan dirinya sedemikian rupa sehingga kondisi apapun tidak merusak keputusan dan tekadnya, tetapi justru membuat Imam lebih tegas dalam mencapai tujuannya.
Di hari Asyura, Imam Husein as – saat kematian sudah di depan mata – tetap tidak gentar dan ia berdiri tegak di hadapan pasukan Umar ibn Sa'ad dan menyampaikan pesan kepada mereka. Beliau berkata, "Tidak, aku bersumpah demi Tuhan, aku tidak akan tunduk pada kehinaan dan tidak akan lari seperti para budak." Imam begitu teguh dalam membela tujuan dan keyakinannya, dan bahkan kondisi apapun tidak menghalangi dia untuk mencapai tujuannya.
Kedermawanan dan kemurahan hati Imam Husein as telah menjadi sebuah pepatah. Banyak ulama mengungkapkan fakta ini bahwa tidak ada yang bisa menandingi Imam Hasan dan Husein dalam kedermawanan dan kemurahan hati.
Dikisahkan bahwa suatu hari, Imam Husein as sedang shalat di rumahnya, seorang Arab Badui yang terjerat kemiskinan, tiba di kota Madinah dan mendatangi rumah beliau. Ia mengetuk pintu rumah sambil berkata, "Hari ini seseorang yang berharap kepadamu dan mengetuk pintu rumahmu, tidak akan berputus asa. Engkau adalah orang dermawan dan tambang kedermawanan. Wahai orang yang ayahnya adalah penghancur kezaliman!"
Imam Husein as mempersingkat shalatnya agar dapat memenuhi apa yang diinginkan orang itu. Ketika selesai shalat dan keluar melihat orang tersebut, Imam langsung memahami orang itu tidak punya apa-apa dan sangat miskin. Imam mendekatinya dan berkata, “Tetaplah di sini hingga aku kembali.”
Imam Husein as kemudian bertanya kepada pelayannya, “Berapa uang yang tersisa di tanganmu untuk pengeluaran sehari-hari kita?” Pelayan beliau menjawab, "Tinggal 200 dirham dan engkau telah berkata agar uang ini dibagikan kepada para kerabat.” Imam Husein berkata, “Bawa uang itu kepadaku! Karena ada seseorang di depan pintu yang lebih membutuhkannya.”
Pelayan kemudian pergi dan kembali ke hadapan Imam sambil membawa uang tersebut. Setelah menerimanya, Imam Husein as pergi ke depan pintu dan memberikan uang itu kepada orang miskin yang berdiri di sana. Imam berkata, “Ambillah uang ini dan terimalah permintaan maafku. Aku tidak punya uang lebih dari ini untuk diberikan kepadamu.”
Orang miskin itu menerima uang tersebut dan pergi dari rumah Imam. Ia tampak begitu gembira.
Perjuangan Pemikiran Imam Sajjad as
Di bulan Sya’ban, kota Madinah kembali bersuka cita atas kelahiran seorang manusia suci dari Ahlul Bait Nabi as. Rumah sederhana Imam Husein as memancarkan cahaya karena kelahiran seorang anak yang tampak jelas aura kewibawaan di wajahnya.
Ali Zainal Abidin as dilahirkan di Madinah pada 5 Sya’ban tahun 38 Hijriah dari seorang ayah yang mulia, Imam Husein as dan seorang ibu yang salehah, Shahrbanu. Karena memiliki orang tua seperti ini, Ali bin Husein as dipanggil dengan sebutan Ibn al-Khairatain (putra dari dua kebaikan).
Ali bin Husein as memiliki beberapa gelar dan yang paling populer adalah as-Sajjad. Imam Muhammad al-Baqir as berkata, “Ali bin Husein tidak mengingat sebuah nikmat Allah kecuali ia melakukan sujud. Ia tidak membaca ayat al-Quran yang mengandung ayat sajdah kecuali ia melakukan sujud. Allah tidak menyelamatkannya dari keburukan yang dikhawatirkannya kecuali ia melakukan sujud. Ketika usai mengerjakan shalat wajib, ia melakukan sujud. Bekas-bekas sujud terlihat pada seluruh anggota sujudnya. Oleh karena itu, ia diberi gelar al-Sajjad.”
Ali bin Husein kehilangan ibunya hanya beberapa hari dari kelahirannya dan ia kemudian diasuh oleh sang ayah. Ia sempat merasakan era kepemimpinan (imamah) kakeknya, Imam Ali bin Abi Thalib as selama dua tahun. Karena rasa cintanya yang besar kepada pamannya, Imam Hasan as, ia sering mendatangi beliau untuk mempelajari nilai-nilai moral dan spiritual.
Periode imamah ayahnya, Imam Husein as dimulai ketika ia berusia 12 tahun. Ia selalu mendapatkan bimbingan dan pengajaran dari ayahnya dan ia mulai bertugas memimpin umat pada tahun 61 Hijriah. Jadi, setelah ayahnya gugur syahid di Karbala, Imam Sajjad as secara praktis memainkan peran penting dan menentukan. Ia hidup selama 34 tahun setelah peristiwa itu dan memikul tugas sebagai pemimpin umat Islam. Selama periode ini, Imam Sajjad as aktif memerangi kezaliman dan kebodohan dengan berbagai cara.
Imam Sajjad as adalah sosok yang paling mirip dengan kakeknya, Ali bin Abi Thalib, dan dalam perkara ibadah, ia juga sama seperti kakeknya, membaca takbir 70 kali setiap malam dan sangat tekun membaca al-Quran.
Imam Sajjad as selalu berbagi makanan dengan orang-orang fakir miskin dan anak yatim. Kantong kulit yang penuh air selalu berada di pundaknya dan air itu ia didistribusikan ke rumah-rumah anak yatim dan orang miskin. Ia mengatur kebutuhan air dan roti untuk hampir 300 keluarga yang tidak mampu. Para penerima bantuan ini bahkan tidak mengetahui siapa sosok penyedia makanan untuk mereka.
Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as melewati hari-harinya dengan berpuasa dan memakan roti yang keras ketika berbuka. Doa dan zikir-zikir yang ia panjatkan mengandung banyak pelajaran dan nilai-nilai akhlak, dan nilai-nilai ini ia ajarkan kepada masyarakat di sepanjang hidupnya.
Mengenai ketakwaannya, Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Ali bin Husein tidak pernah makan satu suap pun dari barang haram selama hidupnya dan tidak pernah melangkah satu langkah pun ke arah perkara haram, tidak pernah berkata selain kebenaran walaupun satu kata dan tidak pernah melakukan sebuah pekerjaan untuk selain Allah Swt.”
Salah satu tugas utama seorang imam adalah menyampaikan pesan Ilahi dan ajaran murni agama kepada masyarakat. Imam Sajjad as mengemban tanggung jawab yang sama seperti yang dipikul oleh kakeknya, Amirul Mukminin as. Pada dasarnya, misi dan tugas para imam adalah sama secara prinsip, tetapi kondisi, tuntutan zaman, dan kebutuhan masyarakat selalu berbeda di setiap masa.
Perbedaan kondisi dan tuntutan ini tentu saja menuntut perubahan metode dan cara dalam menunaikan misi imamah. Sebagai contoh, Imam Ali as fokus memerangi kezaliman dan penyimpangan serta memberi pencerahan kepada umat tentang posisinya sebagai khalifah yang sah. Beliau membimbing masyarakat ke arah sistem akidah, politik, dan moral berdasarkan ajaran Islam murni. Misi yang sama juga dipikul oleh Imam Hasan dan Imam Husein as.
Sejarah mencatat bahwa para imam maksum masing-masing mengadopsi cara tertentu dalam menunaikan risalah dan tanggung jawabnya. Namun, misi, pesan, dan tujuan mereka sama sekali tidak ada perbedaan satu dengan yang lain. Pada periode imamah Imam Sajjad as, situasi sudah tidak memungkinkan untuk memulai sebuah perlawanan baru terhadap Dinasti Bani Umayyah. Pukulan berat dirasakan masyarakat sejak hari pertama perampasan posisi khalifah, pecahnya perang Siffin, Jamal, dan Nahrawan serta periode kelam kekuasaan Mu’awiyah dan Yazid, dan juga peristiwa syahidnya Imam Husein as dan para sahabatnya di Karbala.
Pesimisme dan keputusasaan telah menghantui masyarakat akibat tekanan masif para penguasa Bani Umayyah. Dalam situasi seperti ini, Imam Sajjad as tidak bisa terang-terangan – seperti yang dilakukan Imam Baqir dan Imam Shadiq – mengajari dan mendidik murid-muridnya, dan juga tidak memungkinkan untuk menyusun kekuatan terhadap penguasa zalim, seperti yang dilakukan Ali bin Abi Thalib as.
Dua persoalan ini bisa membuat pemikiran Syiah di bidang budaya, sosial, dan politik terlupakan untuk waktu yang lama. Di sini, diperlukan sebuah gerakan ijtihadi untuk memperluas ufuk pemikiran kaum Muslim dalam kerangka ajaran Islam dan inilah yang dilakukan oleh Imam Sajjad as ketika itu. Ia menyadari bahwa masyarakat telah menyimpang dan mereka terpasung oleh kemewahan dunia, kerusakan politik, moral, dan sosial, serta kondisi represif yang tidak mungkin untuk memulai sebuah gerakan baru.
Oleh karena itu, Imam Sajjad memanfaatkan media doa untuk menjelaskan sebagian dari akidahnya dan kembali membangunkan masyarakat agar mereka perhatian pada masalah makrifat, ibadah, dan penghambaan. Dalam situasi seperti ini, Imam Sajjad fokus pada masalah ibadah dan salah satu pengaruh sosial terpenting adalah terciptanya hubungan masyarakat dengan Allah Swt lewat doa.
Hubungan kontinyu dengan Tuhan dan munajat kepada-Nya akan membuka ruang untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia. Jelas bahwa dimensi spiritual ini muncul dari kebutuhan fitrah manusia kepada Allah Swt. Kegiatan ibadah ini akan mempengaruhi kehidupan manusia dan membawa manfaat bagi mereka. Orang-orang yang sujud dan ruku' di hadapan keagungan Tuhan, mereka akan memperoleh kemuliaan jiwa dan terhormat.
Di tengah situasi kritis ini, Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad melakukan upaya luas untuk mentansfer makrifat agama kepada masyarakat melalui untaian doa. Ia menjelaskan banyak tujuan dan misinya dalam format doa dan munajat. Doa-doa Imam Sajjad kemudian dikumpulkan dalam kitab Sahifah Sajjadiyah, yang dianggap sebagai khazanah makrifat Ilahi setelah al-Quran dan Nahjul Balaghah.
Banyak dari ulama dan perawi hadis menimba ilmu dari Imam Sajjad as. Sebut saja, Ibn Shihab al-Zuhri, meskipun ia loyalis Bani Umayyah dan ulama besar Sunni, tapi ia termasuk salah seorang ulama yang berguru kepada Imam Sajjad dan ia memuji Imam dalam banyak ucapannya.
Sahifah Sajjadiyah.
Doa-doa Imam Sajjad as menjelaskan tentang berbagai peristiwa yang terjadi masa itu. Sahifah Sajjadiyah adalah simbol irfan yang bersumber dari pemikiran epistemologi Imam Sajjad, yang dikenal sebagai Zabur Al Muhammad Saw. Dengan mempelajari kitab ini, seseorang dapat mengenali keagungan ibadah yang dilakukan dengan penuh makrifat oleh sang imam.
Sahifah Sajjadiyah adalah sebuah mahakarya yang selalu mendapat perhatian dari para ulama, peneliti, dan tokoh di Dunia Islam. Lewat kitab ini, Imam Sajjad mengajari semua orang di seluruh masa, dan setiap individu akan mencapai derajat tertentu sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya. Dari mihrab ibadah, Imam telah mendirikan sebuah madrasah pengajaran yang akan mengantarkan orang-orang mengenal hakikat.
Ilmuwan Amerika dan penerjemah kita Sahifah Sajjadiyah, Profesor William Chittick mengatakan, "Sahifah ini mengajarkan banyak pelajaran di berbagai bidang mulai dari tauhid sampai masalah sosial… Imam (dalam Sahifah) menyinggung perkara syariat dalam makna yang luas. Ia selalu menekankan pentingnya mengikuti perintah Allah yang terdapat dalam al-Quran dan hadis untuk kehidupan individu dan sosial. Sahifah juga memuat banyak pelajaran sosial yang khas dan juga perintah yang umum, termasuk urgensitas untuk menegakkan keadilan di masyarakat."
Dengan bait-bait doanya, Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad tidak hanya mengajarkan budaya Syiah kepada para pengikutnya pada masa itu, tapi juga mewariskan mutiara berharga ini kepada masyarakat Syiah setelahnya.
Ali Akbar, Teladan Pemuda Muslim
Setiap tanggal 11 Syaban, yang tahun ini bertepatan dengan 5 April diperingati sebagai hari pemuda dalam kalender nasional Iran. Momentum ini mengambil inspirasi dari kelahiran Ali Akbar bin Husein bin Ali bin Abu Thalib.
Manusia mulia dari keluarga suci Ahlul Bait Rasulullah Saw ini dibesarkan dan dididik oleh kakeknya, Imam Ali, dan ayahnya, Imam Husein hingga meraih derajat keilmuan dan makrifat yang tinggi. Hari kelahiran Ali Akbar di Iran dirayakan sebagai Hari Pemuda dan disambut dengan suka cita.
Beliau dilahirkan pada 11 Sya'ban 33 Hijriah (653 M) di kota Madinah, dan syahid pada 10 Muharram tahun 61 H (681) dalam peristiwa Asyura di Karbala. Sang ayah menuturkan tentang putranya ini, "Pemuda ini [Ali Akbar] dari sisi fisik, akhlak dan perilakunya mirip dengan Nabi Muhammad Saw dibandingkan orang lain. Oleh karena itu, ketika rindu bertemu Rasulullah kami memandanginya,".
Sheikh Abbas Qumi dalam kitab "Muntahi al-Amal" menulis tentang karakteristik Ali Akbar. Ulama besar Syiah ini dalam kitabnya menjelaskan, "Beliau pemuda yang tampan rupanya, baik tutur katanya. Dari sisi fisik dan perilaku mirip dengan Rasulullah Saw. Keberanian dan perjuangannya mewarisi kakeknya, Ali bin Abi Thalib. Beliau mengumpulkan seluruh kesempurnaan dan kemuliaan,".
Ali Akbar Ali Akbar adalah sebuah cabang dari pohon yang baik dan akar yang suci serta pewaris semua kebaikan keluarga Nabi Saw. Sifat dan perilakunya merupakan sebuah kebanggaan dan teladan untuk pemuda zaman sekarang, setiap orang yang merdeka akan terpanggil untuk meneladani Ali Akbar. Para pembenci sekali pun mengakui kemuliaan pemuda ini.
Bahkan, Muawiyah pun mengakui keagungan Ali Akbar, pemuda ksatria yang paling mirip dengan Rasulullah Saw. Dalam sebuah perjamuan di istana bersama orang-orang dekatnya, Muawiyah bertanya, "Siapa orang yang paling layak sebagai pemimpin masyarakat?" "Anda wahai tuan," jawab mereka. Tapi Muawiyah berkata, "Bukan, orang yang paling layak untuk memimpin pemerintah adalah Ali bin Husein bin Ali, kakeknya adalah Rasulullah. Terhimpun dalam dirinya keberanian Bani Hasyim, kedermawanan Bani Umayyah, dan ketampanan Kabilah Tsaqifa."
Lembaran sejarah mencatat peran besar Ali Akbar dalam membela ajaran Islam bersama keluarga Ahlul Bait, terutama ayahnya, Imam Husein. Meskipun usianya tidak lebih dari 28 tahun, tapi peran beliau begitu besar dalam membela ajaran Islam yang diselewengkan oleh penguasa ketika itu. Sebagai pemuda Muslim, Ali Akbar mempertaruhkan seluruh hidupnya demi membela Islam yang diperjuangkan bersama ayahnya, Imam Husein.
Dalam budaya Islam, pemuda merupakan aset yang bernilai dan memiliki kedudukan yang tinggi. Pemuda pantas mendapat penghormatan dan perhatian karena kesucian jiwa, ketulusan, dan keberanian. Berbagai riwayat Ahlul Bait menyebut pemuda lebih dekat dengan alam malakut dari orang lain dan menurut sabda Rasulullah Saw, "Keutamaan pemuda yang tumbuh dalam ibadah atas orang tua yang beribadah di masa tuanya, sama seperti keutamaan para nabi atas masyarakat lain."
Para sosiolog menilai pertumbuhan dan kemajuan sebuah masyarakat dari berbagai aspek budaya, sosial, dan ekonomi bergantung pada pemahaman mereka tentang generasi muda dan perhatian mereka terhadap kaum muda. Para sosiolog percaya bahwa jiwa yang lembut dan hati yang masih muda merupakan manifestasi dari semangat dan keceriaan. Jika semangat ini dibarengi dengan akhlak yang mulia dan ketaatan, maka kebahagiaan generasi muda akan hadir dan keselamatan masyarakat juga akan terjamin.
Generasi muda tentu saja ingin mencari sebuah teladan yang baik untuk mencapai kebahagiaan tersebut. Jika masih ada kontradiksi antara ucapan dan perbuatan pada diri seseorang, maka kaum muda tidak akan percaya padanya dan tidak akan mengikuti pemikiran dan ide orang tersebut.
Ali Akbar Dalam sejarah kebangkitan Islam, kita mengenal banyak tokoh dan suri tauladan yang layak dijadikan panutan. Sosok yang lebih bertakwa, lebih bersih, dan lebih sempurna tentu saja memiliki lentera hidayah yang lebih terang untuk generasi muda. Ali Akbar bin Husein adalah salah satu panutan yang abadi untuk hari ini dan masa depan.
Ia adalah pribadi pemberani dan pembela kebenaran, ia adalah pemuda yang mulia, cerdas dan pemaaf dan masih banyak sifat-sifat terpuji lain yang melekat padanya. Sifat-sifat mulianya sudah sangat populer di kalangan teman dan musuh dan bahkan jauh sebelum peristiwa Karbala terjadi.
Ali Akbar dikenal dermawan, lembut, dan ramah dalam kehidupan sehari-harinya. Ia berkumpul bersama kaum fakir-miskin ketika mereka dipandang sebelah mata oleh orang-orang kaya dan para pecinta dunia. Beliau makan bersama-sama orang miskin dan berbagi kenikmatan dengan mereka. Kematangan pikiran dan kekuatan jiwa membuatnya tidak pernah merasa takut terhadap penguasa.
Putra Imam Husein ini adalah simbol akhlak mulia, rendah hati, keceriaan, dan penuh semangat, dan ia tidak pernah meninggalkan adab terutama di hadapan orang tuanya. Ia telah mengajarkan kaum muda rahasia keabadiaan yaitu berpihak pada kebenaran, berakhlak mulia, dan rendah hati.
Kesantunannya di hadapan sang ayah bukan semata-mata karena ikatan emosional, tapi ia memandang ayahnya sebagai imam dan panutannya. Imam Husein as juga mencintai anaknya bukan hanya selaku ayah, tapi ia adalah seorang pemuda yang mulia, suci, dan bertakwa dan oleh sebab itu, Imam Husein memuliakannya.
Keberanian Ali Akbar dan kearifannya dalam beragama serta kematangan dalam berpolitik, termanifestasi selama perjalanan ke Karbala khususnya pada hari Asyura. Ia adalah pemuda pertama dari Bani Hasyim yang meminta izin dari Imam Husein untuk maju ke medan perang. Imam pun memberi izin kepadanya dan ia langsung menuju medan perang.
Perjuangan dan pengorbanan Ali Akbar hingga kini masih relevan dijadikan sebagai teladan para pemuda Muslim di era globalisasi ini. Para pemuda saat ini berada dalam kepungan informasi yang dengan mudah mereka akses. Tidak sedikit dari pemuda Muslim sibuk tenggelam dengan informasi keliru, tidak penting, bahkan menyesatkan di media sosial dan melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga dan bagian dari masyarakat.
Kini saatnya para pemuda meneladani jejak Ali Akbar di hari pemuda ini dengan memperbaiki akhlaknya dan mempersembahkan karya terbaiknya untuk keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.
Wajah Dunia Setelah Pandemi Corona (2-Habis)
Umat manusia sedang menghadapi sebuah krisis besar setelah wabah virus Corona (COVID-19) menyebar secara cepat di dunia. Wabah ini bisa disebut sebagai sebuah tragedi global.
Mayoritas warga dunia percaya atau beranggapan bahwa virus Corona akan bertahan untuk waktu yang lama dan ini menjadi sebuah mimpi buruk bagi masyarakat dunia.
Di setiap krisis dan konflik bersenjata di dunia, sebagian dari masyarakat dunia terpukul secara ekonomi, tapi belum pernah merasakan dampak seperti yang diciptakan oleh wabah Corona, setidaknya dalam tujuh dekade terakhir (setelah Perang Dunia II).
Dalam satu bulan terakhir dan setelah jutaan orang berada dalam karantina, ekonomi global secara perlahan bergerak menuju resesi. Meskipun negara-negara mengambil langkah antisipasi, namun para pakar ekonomi memperkirakan resesi ekonomi terburuk akan terjadi dalam sejarah modern dan bahkan lebih buruk dari era resesi besar 2009.
Di samping dampak politik dan sosial akibat pandemi Corona, hal yang tak kalah penting adalah prospek ekonomi global setelah berakhirnya wabah ini. Banyak pakar dan analis percaya bahwa dengan melihat dampak buruk Corona terhadap ekonomi dunia terutama kelompok G20 – bahkan setelah berakhirnya wabah ini – maka ekonomi negara-negara serta sistem perekonomian dan perdagangan internasional akan mengalami perubahan fundamental, dan hal ini mulai terlihat dari sekarang.
Pandemi global COVID-19 diperkirakan berdampak jauh lebih buruk bagi investasi langsung di seluruh dunia daripada yang dikhawatirkan selama ini. PBB memperingatkan bahwa penyebaran cepat virus Corona akan memicu penurunan dramatis dalam investasi langsung secara global.
Konferensi PBB tentang Perdagangan, Investasi, dan Pembangunan (UNCTAD) dalam laporannya menyatakan investasi langsung global diperkirakan 40 persen lebih rendah dari proyeksi pada Januari 2020, di mana sebelumnya diharapkan tumbuh hingga lima persen tahun ini.
"Sekarang terbukti bahwa upaya mitigasi pandemi dan lockdown di seluruh dunia berdampak buruk pada semua sektor ekonomi, terlepas dari hubungan mereka dengan jaringan pasokan global. Konsensus mengatakan bahwa kebanyakan – jika tidak kita katakan semua – ekonomi utama akan mengalami resesi yang parah," kata laporan UNCTAD.
Penyebaran cepat virus Corona di Eropa dan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa proses ini akan memberikan pukulan yang sangat besar terhadap struktur politik, sosial, ekonomi, industri, dan perdagangan Barat.
Ilustrasi pasar saham.
AS – sebagai pemimpin Barat – akan menderita lebih parah dari yang lain, terlebih penyebaran COVID-19 di negara itu, telah menyingkap kelemahan kinerja pemerintahan Trump dalam mengelola krisis, kerentanan ekonomi AS, dan ketidakefektivan sistem kesehatan mereka.
Ekonomi AS akan menghadapi tekanan jangka panjang di tengah pandemi Corona dan mendorong lonjakan angka pengangguran hingga 20 persen. Negara-negara Barat – meskipun menguasai banyak kekayaan serta menikmati kemajuan ilmiah dan keamanan – sepertinya akan takluk di hadapan sebuah musuh yang tak pernah terbayangkan yaitu virus Corona.
Pandemi ini mendorong negara-negara bahkan Uni Eropa – sebagai salah satu pelopor perbatasan terbuka antar-anggota – untuk menutup perbatasannya. Namun, sebagian pakar percaya penutupan perbatasan tidak boleh berlangsung lama.
Jika negara-negara berhasil mengontrol virus Corona di dalam wilayahnya dan kemudian menerapkan protokol baru untuk mencegah masuknya kembali Corona, maka langkah ini secara praktis akan menciptakan banyak hambatan bagi perdagangan bebas.
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyatakan bahwa dunia akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih dari pandemi virus Corona, dan banyak ekonomi besar dunia akan jatuh ke dalam resesi selama beberapa bulan mendatang.
Sekretaris Jenderal OECD, Angel Gurria mengatakan, "Goncangan ekonomi yang diciptakan oleh wabah Corona tercatat lebih besar daripada krisis keuangan 2008. Bahkan jika kita tidak menyaksikan resesi di seluruh dunia, kita akan melihat tidak adanya pertumbuhan atau pertumbuhan negatif di banyak negara, termasuk beberapa ekonomi besar. Jadi, tahun ini kita tidak hanya mencatat pertumbuhan yang rendah, tetapi juga membutuhkan waktu lebih lama untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi di masa depan."
Pada dasarnya, kekhawatiran terbesar masyarakat dunia adalah efek jangka panjang dari pandemi Corona. Sebagian besar analis ekonomi memperkirakan bahwa upaya pengendalian wabah Corona termasuk social distancing akan mengurangi banyak kegiatan ekonomi.
Jadi, ekonomi dunia pasti akan mengalami resesi yang belum pernah terjadi sebelumnya, tentu saja sekarang sedang menimpa Amerika. Situasi yang lebih buruk akan terjadi di negara-negara berkembang.
Laporan internasional menunjukkan bahwa pasar negara-negara berkembang membutuhkan sekitar 2,5 triliun dolar. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), sejauh ini 80 negara telah mengajukan permintaan pinjaman darurat dari lembaga ini.
Mantan Wakil Menteri Luar Negeri AS dan dosen Universitas Harvard, Nicholas Burns menuturkan, "Pandemi COVID-19 merupakan krisis global terbesar abad ini. Tingkat keparahan dan skala krisis ini sangat luas. Krisis finansial dan ekonomi saat ini bisa melampaui resesi besar 2008-2009. Setiap krisis dapat menciptakan goncangan yang secara permanen mengubah sistem internasional dan perimbangan kekuasaan."
Sebagian analis dan pakar ekonomi dunia berspekulasi tentang kondisi ekonomi global dan ekonomi negara-negara pada periode setelah berakhirnya wabah Corona, yang mencakup berbagai masalah.
Dunia akan menyaksikan terbentuknya beberapa aliansi dan organisasi perdagangan dan ekonomi baru. Di sisi lain, dunia juga menyaksikan bubarnya beberapa organisasi perdagangan yang ada saat ini.
Peran ekonomi pemerintah diprediksi akan meningkat dengan alasan memanajemen dan mengontrol dampak buruk dari pandemi Corona di dunia. Negara-negara dunia akan lebih fokus untuk menata ekonomi di dalam negeri dan mengembangkan ekonomi nasional.
Evakuasi pasien Corona di Amerika.
Berbagai sektor ekonomi di tingkat nasional dan dunia diperkirakan akan sangat terpukul, termasuk industri transportasi, industri pariwisata, dan industri konsumen, di mana akan menghadapi tantangan serius untuk mempertahankan bisnisnya.
Resesi ekonomi yang dialami dunia akan memukul sektor energi termasuk minyak, gas, dan industri terkait dalam waktu dekat. Saat ini harga minyak mencatat penurunan tajam yang dipicu oleh lesunya permintaan di pasar dunia, karena pandemi Corona dan lumpuhnya kegiatan ekonomi di berbagai belahan dunia, terutama Cina, Eropa, dan Amerika.
Tentu saja, penurunan tajam harga juga dipicu oleh perseteruan antara negara produsen besar minyak yaitu Arab Saudi dan Rusia. Prospek permintaan minyak telah anjlok di banyak negara karena merebaknya virus Corona dan kebijakan lockdown. Beberapa pihak memperkirakan bahwa permintaan minyak akan turun antara 10 hingga 20 juta barel per hari.
Seiring mewabahnya Corona, sebagian industri besar mengalami penurunan produksi atau berhenti total, sementara industri kecil akan memiliki lebih banyak peluang untuk tumbuh. Meski demikian, para pekerja paruh waktu dan buruh telah kehilangan pekerjaan mereka untuk sementara waktu, dan ini akan meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk memenuhi setidaknya sebagian dari kebutuhan mereka.
Kebijakan lockdown dan pembatasan pergerakan telah mendorong pertumbuhan bisnis online dan kegiatan ini pada akhirnya akan menjadi sebuah budaya bisnis. Pembatasan lalu lintas dan himbauan untuk tetap di rumah, secara drastis telah meningkatkan pemakaian internet di dunia dan ini akan berubah menjadi sebuah perilaku permanen bagi banyak orang.
Mengingat pandemi Corona masih berlanjut dan dengan tujuan memangkas biaya ekonomi, politik dan sosial, pemerintah perlu memperkuat infrastruktur komunikasi untuk kegiatan ekonomi, perkantoran, pendidikan, jasa, keuangan, perbankan, dan asuransi.
Pemerintah harus berusaha mengubah ancaman virus Corona menjadi peluang untuk meningkatkan produktivitas, melakukan desentralisasi dari kota-kota padat, mendesentralisasi industri, merampingkan birokrasi, dan memperkuat e-government.
Wajah Dunia Setelah Pandemi Corona (1)
Wabah virus Corona (COVID-19) yang terdeteksi pertama kali di kota Wuhan, Cina pada November 2019, dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Rutinitas kehidupan di negara-negara terganggu dan menciptakan masalah serius di bidang ekonomi, sosial, dan politik.
Penyebaran virus Corona dipandang sebagai krisis terburuk setelah pandemi wabah Flu Spanyol pada 1918 dan akan membawa efek besar pada tren global, sehingga periode setelah berakhirnya wabah ini dapat disebut sebagai era pasca Corona.
Manusia belum pernah menyaksikan penyakit dengan tingkat penyebaran secara cepat di tingkat global. Dunia sekarang menghadapi pengalaman yang belum pernah ada dalam 100 atau 200 tahun terakhir dan ini telah mempengaruhi semua sektor.
Dengan mewabahnya COVID-19 di era globalisasi, revolusi komunikasi dan informasi, serta interkoneksi negara dan blok-blok regional satu sama lain, dunia sekarang menyaksikan sebuah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini dapat disebut sebagai periode Corona.
Saat ini hal yang menjadi perhatian para pemikir dan pakar internasional adalah tren dunia setelah berakhirnya Corona, yang mulai menampakkan dirinya di berbagai ranah politik, sosial, ekonomi, dan kancah internasional. Dalam pandangan mereka, dunia pasca-Corona akan sangat berbeda dari sebelumnya.
Menurut Sekjen Hizbullah Lebanon Sayid Hassan Nasrallah, efek dari wabah virus Corona lebih besar ketimbang dampak dari Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Lebih jauh lagi, dengan krisis ini, tatanan dunia baru dapat muncul, karena apa yang terjadi telah menerpa seluruh dunia, dan sekarang kita menghadapi perdebatan budaya, agama, ideologis, dan filosofis. Kita tidak tahu apakah Amerika Serikat akan tetap bersatu? Atau apakah Uni Eropa akan tetap ada?
Pandemi Corona telah mengganggu kehidupan normal dan roda perekonomian negara-negara serta ekonomi global. Wabah ini juga telah menyingkap tingkat kesiapan dan kesigapan pemerintah dalam menghadapi krisis. Pandemi ini tampaknya akan mengarah pada perubahan permanen terhadap tren saat ini di bidang kekuatan politik dan ekonomi.
Situasi politik dan sosial dunia pasca Corona akan memiliki banyak perbedaan dengan kondisi saat ini. Pada dasarnya, wabah COVID-19 telah mempengaruhi semua lini kehidupan sosial manusia.
Sebenarnya krisis saat ini menuntut kerja sama regional dan internasional, tapi negara-negara dunia memilih pendekatan internal dalam menyikapi wabah ini. Langkah ini secara perlahan memperlebar jurang pemisah antar-negara dan meningkatkan divergensi di tengah blok-blok regional seperti Uni Eropa.
Ilustrasi virus Corona COVID-19.
Dosen hubungan internasional di Universitas Harvard, Amerika, Stephen Walt menuturkan pandemi Corona akan memperkuat peran pemerintah dan nasionalisme. Pemerintah – dengan semua bentuknya – mengambil tindakan darurat untuk mengelola krisis dan kemungkinan akan terus melakukannya demi kepentingan mereka sendiri setelah berakhirnya krisis ini.
Sebuah realitas pahit di Eropa – setelah berakhirnya wabah Corona – mulai terlihat bagi banyak warga Eropa, di mana negara-negara Eropa bergerak sendiri-sendiri dan tidak mengambil tindakan kolektif dalam melawan wabah COVID-19 ini.
Dengan demikian, motto Uni Eropa yaitu Bersatu dalam Keragaman dan tuntutan kolektif yaitu kerja sama untuk menciptakan perdamaian dan kesejahteraan, akan menjadi perhatian selama berpotensi merusak keamanan nasional dan pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota.
Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan bahwa proyek-proyek utama Uni Eropa, termasuk zona tanpa-perbatasan (Schengen), bisa berada dalam bahaya jika negara-negara gagal menunjukkan solidaritas.
"Yang dipertaruhkan adalah kelangsungan hidup proyek Eropa. Risiko yang kita hadapi adalah kematian Schengen," tegas Macron selama pertemuan via video conference dengan para pemimpin Eropa.
Pandemi virus Corona juga menyingkap kelemahan kinerja pemerintah di banyak negara dalam mengelola krisis, terutama pemerintahan Trump di Amerika.
Di awal penyebaran COVID-19 di AS, Presiden Donald Trump meremehkan wabah virus ini dan tidak mengambil tindakan yang cukup untuk mencegah penyebarannya. AS sekarang mencatat kasus tertinggi infeksi virus Corona di dunia. Hal ini telah mengurangi kepercayaan publik kepada pemerintah khususnya di AS dan Eropa. Ini juga akan berpengaruh pada legitimasi pemerintah di masa depan.
Di saat yang sama, dapat diprediksi bahwa periode setelah wabah Corona, masalah privasi semakin tidak diperhatikan karena pengawasan pemerintah terhadap dunia maya akan meningkat.
Kelompok hak digital nirlaba, Electronic Frontier Foundation (EFF) dalam sebuah pernyataan mengatakan, "Pemerintah menginginkan pengawasan yang luar biasa untuk mengatasi COVID-19. Wewenang ini berpotensi melanggar privasi kita, mengurangi kebebasan berekspresi, dan sangat memengaruhi kelompok-kelompok yang rentan."
Pandemi Corona akan mempercepat kemungkinan runtuhnya demokrasi Barat di Eropa, yang sudah memikul banyak beban. Dalam beberapa tahun terakhir, Eropa menyaksikan krisis pengungsi, pertumbuhan kubu sayap kanan, penuaan penduduk, dan krisis ekonomi. Persoalan ini telah menggoyahkan fondasi Eropa yang bersatu.
Kelemahan Uni Eropa dalam menangani secara efektif wabah virus Corona, berpotensi menciptakan kerusuhan sosial di benua itu dan memberikan sinyal dari kehancuran integrasi Eropa. Situasi ini akan membuat partai-partai anti-Uni Eropa berkuasa. Jadi, bukan lagi sebuah ilusi jika suatu hari nanti politisi sayap kanan seperti Marine Le Pen berkuasa di Prancis atau Mateo Salvini di Italia.
Perkembangan ini akan melemahkan integrasi di Uni Eropa dan setelah Inggris keluar dari organisasi itu, beberapa negara lain khususnya Italia juga berpotensi meninggalkan Uni Eropa setelah berakhirnya pandemi Corona.
Di Amerika juga seperti Eropa, pandemi Corona akan mempercepat sentralisasi kekuasaan di tangan pemerintah federal dalam mengendalikan dampak ekonomi dan sosial akibat wabah COVID-19. Menurut beberapa analis Amerika, ini akan mengarah pada berlanjutnya kekuasaan Trump.
Pada 2016, Trump berhasil berkuasa di Amerika dengan slogan anti-imigran, dukungan untuk sayap kanan, serta kebijakan America First. Dia kemudian mengadopsi kebijakan sepihak dan anti-globalisasi, serta menarik diri dari perjanjian dan organisasi-organisasi regional dan internasional.
Namun, pandemi Corona semakin memperlihatkan kekacauan kebijakan dan pendekatan Trump. Salah satu pakar teori hubungan internasional, Joseph Nye mengatakan, "Virus Corona telah memperlihatkan kelemahan strategi keamanan nasional Trump, AS tidak dapat melindungi keamanannya dengan bertindak sendiri. Bahkan jika Amerika menang sebagai kekuatan besar, ia tidak dapat melindungi keamanannya dengan bertindak sendiri."
Namun Trump jika kembali terpilih sebagai presiden Amerika, kecil kemungkinan akan mengubah pendekatan dan kebijakannya. Padahal pendekatan ini akan semakin memperlemah peran global Amerika.
Menurut Wakil Direktur Institut Internasional untuk Studi Strategis, Kori N. Schake, Amerika tidak lagi dikenal sebagai pemimpin dunia. Krisis wabah Corona menunjukkan bahwa Washington telah gagal dalam ujian kepemimpinan global.
Di era pasca-Corona, kerja sama global kemungkinan akan melemah dan persaingan di antara kekuatan besar di kancah internasional akan meningkat. Wabah flu Spanyol pada 1918 tidak dapat mengakhiri rivalitas kekuatan besar, demikian juga dengan wabah COVID-19. Pada saat yang sama semangat globalisasi akan semakin melemah.
Sebagian pengamat percaya bahwa kurangnya soliditas dunia dalam merespon pandemi Corona adalah hasil dari pendekatan pemerintahan Trump serta semakin banyaknya pemimpin nasionalis dan populis di seluruh dunia.
Singkatnya, kombinasi dari virus mematikan, perencanaan yang tidak matang, dan kepemimpinan yang tidak kompeten, akan menempatkan umat manusia pada jalan baru dan mengkhawatirkan.
Ketua Dewan Hubungan Luar Negeri AS, Richard Haass menuturkan, "Dampak dari pandemi Corona adalah banyak negara akan kesulitan untuk pulih dari krisis, bertambahnya jumlah pemerintah yang tidak berdaya dan lemah di dunia, memperburuk hubungan antara Cina dan AS, memperlemah proses integrasi Eropa, memperbaiki situasi kesehatan global, dan melemahkan semangat globalisasi."
Anggota DPR Irak: Kabinet al-Zurufi Tidak Akan Mendapat Mosi Kepercayaan
Anggota DPR Irak menyatakan bahwa kabinet Adnan al-Zurufi tidak akan mendapat suara mosi kepercayaan dari parlemen karena penolakan koalisi al-Fath, Negara Hukum dan gerakan politik Hikmah.
Menurut laporan IRIB, Burhan al-Ma'muri, anggota parlemen Irak menyatakan, "Koalisi al-Fath, Negara Hukum dan gerakan politik Hikmah sebagai kelompok berpengaruh di dalam parlemen Irak masih menolak Adnan al-Zurufi sebagai perdana menteri negara ini dan karena mereka menolaknya, kemungkinan besar kabinetnya juga tidak akan mendapat suara di parlemen."
Parlemen Irak
"Masih belum ada konsensus mengenai nama-nama yang telah diusulkan sebagai pengganti al-Zurufi dan jika al-Zurufi mengundurkan diri, nama-nama kandidat baru akan diumumkan oleh kelompok-kelompok Syiah. Tetapi sekarang al-Zurufi belum memutuskan untuk mengundurkan diri dan terus bekerja untuk membentuk pemerintahan," tambah wakil DPR Irak ini.
Sebelumnya Fraksi Badar di Parlemen Irak kembali mengritik Adnan al-Zurufi sebagai perdana menteri.
Sementara itu, Duta Besar AS untuk Baghdad Matthew Tueller mengklaim bahwa parlemen Irak tidak memilih Adnan al-Zurufi dan kabinetnya akan memiliki konsekuensi serius bagi Irak.
Adnan al-Zurufi ditunjuk oleh Presiden Irak Barham Salih pada 17 Maret untuk membentuk kabinet baru, tetapi penunjukkan itu ditentang keras oleh beberapa kelompok Syiah.
Beberapa kelompok Syiah percaya bahwa al-Zurufi bukanlah sosok yang mandiri dan bergantung pada aktor asing, terutama Amerika Serikat.
Haniyeh dan Berri Bicarakan Pengungsi Palestina
Ketua Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) melakukan percakapan via telepon dengan ketua Parlemen Lebanon dan membicarakan pengaruh wabah virus Corona atas kondisi kamp-kamp pengungsi Palestina di Lebanon.
Menurut laporan Info Palestina, Ismail Haniyeh, Ketua Biro Politik Hamas dalam percakapan telepon dengan Nabih Berri, Ketua Parlemen Lebanon menekankan perlunya menyediakan peralatan medis dan barang saniter yang dibutuhkan untuk para pengungsi Palestina agar dapat menghadapi penyakit Corona.
Nabih Berri, Ketua Parlemen Lebanon
Ziyad al-Nakhalah, Sekjen Gerakan Jihad Islam Palestina dalam dialog via telepon dengan Mahmoud Abbas, Pemimpin Otorita Palestina menekankan pentingnya mengintegrasikan upaya dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kesehatan warga Palestina dan memerangi virus Corona serta tantangan lain yang dihadapi rakyat Palestina.
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan, jumlah warga Palestina yang terinfeksi virus Corona mencapi 217 orang.
Cegah Corona; Yordania Turup Perbatasan hingga setelah Ramadhan
Menteri Kesehatan Yordania mengkonfirmasi penutupan perbatasan negara ini hingga setelah bulan suci Ramadhan.
Saad Jaber mengatakan, langkah ini ditempuh untuk melawan penyebaran wabah Corona sehingga departemen ini mampu mengalahkan krisis akibat pandemi ini.
"90 persen warga Yordania komitmen dengan instruksi pemerintah untuk mencegah penyebaran wabah Corona," papar Jaber.
Menurut laporan, sampai saat ini ditemukan 232 kasus positif Corona di Yordania.