
کمالوندی
Nasihat-nasihat Para Nabi 2
Nasihat adalah untaian kata-kata yang ditujukan kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka dapat termotivasi dan lebih baik dari sebelumnya. Nasihat dan ajaran para nabi tentunya menempati puncak dari nasihat-nasihat yang ada. Berikut beberapa nasihat para nabi yang tertuju pada anak-anaknya, murid-murid ataupun umatnya:
Nasihat Nabi Nuh as.
Ketika hendak mendekati waktu kematiannya, nabi Nuh as memanggil kedua orang putranya. Dia berkata,”Aku melarang kalian berbuat berbagai hal yang merusak dan melarang kalian melakukan pemujaan terhadap berhala dan keangkuhan diri serta memerintahkan kalian berdua selalu mengucapkan ‘la ilaha illallah.subhanallah wa bi hamdi’ di setiap waktu.
Nasihat Nabi Ya’qub tentang ketauhidan.
Menjelang kematiannya, nabi Ya’qub as memanggil dan mengumpulkan anak-anaknya kemudian berkata,”Apakah yang kalian sembah setelahku?”. Mereka menjawab,”Kami akan menyembah tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq. Yaitu Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk padaNya”.
Nasihat Nabi Khidir kepada Nabi Musa as.
Dari Ali bin Husain berkta,”Pesan terakhir Khidir kepada Musa bin Imran as adalah:
Janganlah menyalahkan seseorang karena dosanya, karena perbuatan yang paling disukai di sisi Allah Swt ada tiga macam: 1.Tahan dirimu dari membuka aib seseorang. 2. Memberi maaf tatkala mampu (kuasa membalasnya). 3. Bermurah hatilah kepada seluruh hamba Allah Swt. Bertoleransilah kepada setiap orang dan Allah juga akan bertoleransi kepadanya di hari kiamat.
Takut kepada Allah adalah rahasia dari semua kebijaksanaan.
Nabi musa berkata kepada nabi Khidir,”Karena aku dilarang lagi mengikat persahabatan dengan Anda, maka berilah aku suatu nasihat untuk yang terakhir kalinya”. Nabi Khidir pun berkata,”Awasilah dirimu dari apa yang tidak merugikanmu dengan cara yang sebagaimana tidak bermanfaatnya bagimu mengawasi selainnya.”
Nasihat-nasihat Para Nabi 1
Nasihat adalah untaian kata-kata yang ditujukan kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka dapat termotivasi dan lebih baik dari sebelumnya. Nasihat dan ajaran para nabi tentunya menempati puncak dari nasihat-nasihat yang ada. Berikut beberapa nasihat para nabi yang tertuju pada anak-anaknya, murid-murid ataupun umatnya:
Nasihat Nabi Adam
Tatkala kewafatan Adam as sudah dekat, dia pun mengumpulkan anak-anaknya dan mengabari mereka agar mereka meninggalkan jejak-jejak yang baik dan positif di muka bumi dan mewasiatkan pada mereka tentangnya. Di antara wasiat-wasiatnya kepada putranya, beliau berkata:
“Setiap pekerjaan yang hendak kalian lakukan, pikirkanlah terlebih dahulu sejenak. Karena jika aku hendak melakukan sesuatu pekerjaan akan memikirkannya terlebih dahulu, niscaya tidak akan ada sesuatu pun yang akan menimpaku. Adalah menjadi tugas kalian melakukan perbuatan yang berbudi luhur dan mengikutinya dengan sungguh sungguh.”
16 Nasihat Nabi Syits
Mengenal Allah, para malaikta dan menaatiNya
Mengenali kebaikan dan keburukan. Adapun kebaikan, hendaknya diraih (dicita citakan) sedangkan keburukan hendaknya menjauh darinya.
Mendengarkan dan menaati penguasa penyayang yang telah Alla angkat sebagai khalifah di bumi dan menguasakannya untuk memerintah negeri dan hemba-hambaNya.
Berbuat baik kepada orang tua.
Melaksanalan yang makruf berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
Memperhatikan nasib kaum papa (fakir).
Intoleransi terhadap orang asing (musuh allah)
Berani dalam menaati Allah.
Menjaga diri dari melakukan keburukan.
Bersabar karena mempertahankan iman dan keyakinan.
Jujur dalam bertutur kata.
Berlaku adil.
Bersikap wara’ dalam urusan duniawi.
Berkorban dan mendekatkan diri kepada Allah sebagai bukti ucapan terimah kasih kepada Allah yang Maha Tinggi atas segala pemberianNya.
Berlaku lemah lembut(al-hilm) dan memuji Allah yang Maha Tinggi atas segala musibah (cobaan) dunia tanpa harus mempertunjukkan ketidak sabarab diri.
Memiliki rasa malu dan sedikit berdebat (berbicara yang menimbulkan emosi).
Keistimewaan Manusia dengan Rasa Malunya
Manusia adalah salah satu makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt dengan berbagai macam sifat. Sifat yang timbul dari perbuatan manusia disebabkan oleh akal dan hati yang saling mempertimbangkan satu sama lain. Salah satunya adalah sifat rasa malu.
Rasa malu bukan hanya sekedar sifat semata yang ada pada manusia, akan tetapi ia juga memiliki keistimewaan tersendiri. Keistimewaan rasa malu telah dijelaskan oleh Imam Ja’far As-shodiq a.s kepada salah satu murid kesayangan beliau, yaitu Mufaddhol. Berikut penjelasannya:
“Wahai Mufaddhol, perhatikanlah apa saja yang telah dikhususkan bagi manusia,yang tidak diberikan kepada seluruh binatang. Sesuatu yang tinggi nilainya dan besar manfaatnya. Yang aku maksudkan adalah rasa malu.
Seandainya tidak ada rasa malu, maka tamu tak akan disambut dan dimuliakan, janji tak akan ditepati, kebutuhan orang lain tak akan dipenuhi, tak ada yang terdorong untuk melakukan perbuatan baik dan yang tercegah untuk menghindari perbuatan buruk. Bahkan banyak sekali hal-hal yang yang wajib dan harus dilakukan, semua itu dilakukan lantaran rasa malu yang ada di antara manusiaKalau saja tidak memilki rasa malu, dia tidak akan menjaga kedua hak orang tuanya, tidak menyambung tali silaturahmi, tidak menunaikan amanat dan tidak menghindari dari perbuatan maksiat.
Tidakkah engkau perhatikan wahai Mufaddhol, bahwa pada diri manusia terdapat semua hal yang dapat menjadi maslahat serta urusan kesempurnaannya! “.
Nasihat Ulama Untuk Menghilangkan Kesulitan
Ayatullah Bahjat adalah seorang Ulama akhlak, guru sufi yang banyak dicintai dan menjadi rujukan masyarakat Iran, berbagai tempat di Irak, beberapa kawasan di Timur Tengah dan berbagai belahan dunia lainnya.
Dalam salah satu nasihatnya untuk menghilangkan kesulitan, beliau memberikan beberapa poin penting yang harus diperhatikan dan dilaksanakan, sehingga dengan izin Allah Swt kesulitan-kesulitan yang menghadang akan hilang:
Usahakan untuk selalu membawa al Quran kecil.
Bacalah ta`awwuz (أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِِْ) secara berulang-ulang
Bacalah ayat Kursi dan tempelkanlah di rumah.
Bacalah empat surat yang diawali dengan qul (Al Qodr, Al ikhlas, Al Falak dan Annas), terutama menjelang tidur.
ketika waktu azan tiba, berusahalah untuk melantunkan azan pula (menirukan suara azan) dengan suara agak keras.
Dalam sehari bacalah minimal lima ayat al Quran dengan suara agak keras.
*Dari Buku Mata Air Kearifan, Biografi Spiritual Ayatullah Bahjat.
Jika Berdoa, DahulukanTetangga Baru Rumah Sendiri
Banyak kisah hikmah yang bisa kita petik dari rumah kenabian, karena merekalah kembangnya wahyu dan tempat turunnnya Malaikat kala menyampaikan kalam-kalam suci dari Allah Swt. Berikut kisah bagaimana seharusnya kita berdoa yang diajarkan putri Nabi Muhammad Saw, Fatimah.
Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib suatu hari bercerita. Aku melihat ibuku Fatimah mengerjakan shalat di mihrabnya pada malam Jumat. Beliau senantiasa sibuk rukuk dan sujud sampai menjelang fajar.
Saat itu aku mendengar beliau mendoakan kaum mukminin dan mukminat dengan menyebut nama-nama mereka. beliau memperbanyak doa untuk para tetangga hingga tidak sempat berdoa untuk dirinya dan keluarganya sendiri.
Lalu aku bertanya kepadanya, “Ibu, mengapa engkau tidak berdoa untuk dirimu sendiri sebagaimana engkau berdoa untuk orang lain?”
Kemudia beliau menjawab, “Putraku, tetangga dahulu kemudian rumah sendiri.”
Dari kitab Kasyful Gummah Juz 2 hal 25-26.
Demi Allah, Dia Sangat Mencintaiku
Pada masa Rasulullah Saw. Ada seorang penjual minyak yang sangat mencintai Rasulullah. Dia tidak mau melakukan suatu pekerjaan sebelum di perjalanannya bertemu dengan Rasulullah untuk sekedar melihat beliau. Jika penjual minyak itu mendapati Rasulullah dikerumuni orang banyak, dia melongok untuk sekedar melihat beliau.
Siatu ketika beliau sedang dikerumuni orang banyak sehingga tampak olehnya. Orang itu mendekat dan berusaha melihat beliau. Sementara itu Rasulullah Saw. yang sudah mengetahui kebiasaan orang tersebut segera mempersilahkannya duduk di hadapan beliau. Lalu beliau bertanya: ‘Mengapa engkau lakukan sesuatu yang tidak pernah engkau lakukan sebelumnya?”
Penjual minyak itu menjawab: “Wahai Rasululah Demi Allah yang mengutus Tuan dengan kebenaran. Hatiku selalu teringat kepada Tuan. Aku tidak dapat melakukan sesuatu sampai aku melihat Tuan terlebih dahulu.” Rasulullah kemudian mendoakan dan memperlakukan orang itu dengan baik.
Kemudian, beberapa hari Rasulullah Saw. tidak melihat orang tersebut dan beliau menanyakannya.
“Beberapa hari ini kami juga tidak melihatnya wahai Rasulullah,’ jawab orang-orang di sekitar beliau.
Maka berangkatlah Rasulullah ke pasar minyak. Di sebuah toko yang tertutup beliau menanyakan pemiliknya. Orang-orang dekat toko itu menjawab: “Wahai Rasulullah, pemiliknya telah meninggal dunia. Bagi kami dia adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya, hanya sayangnya, dia punya cacat.”
“Apakah cacatnya?” Tanya Rasulullah Saw.
“Dia sering menunda pembayaran,” Jawab mereka.
“Rasulullah lalu berkata: “Semoga Allah melimpahkan rahmat atasnya. Demi Allah, dia sangat mencintaiku. Sekali pun dia punya cacat, pasti Allah akan mengampuninya.” (DarutTaqrib/Adrikna)
*Orang-orang Bijak, Murtadha Muthahhari.
Inilah Wasiat Imam Ali bin Abi Thalib Untuk Para Pemuda
Imam Ali as adalah pribadi langit yang agung dan mulia, dengan segala keagungan yang ada pada dirinya ia menulis wasiat-wasiat pada akhir-akhir usianya, yang mana dalam salah satu wasiat yang beliau tulis memiliki sebuah petunjuk bagi para pemuda untuk melakukan perjalanan ke langit. Inilah wasiatnya yang sangat berharga bagi para pemuda :
“Wahai pemuda, berusahalah untuk tidak menjadi hamba dunia! Selamatkanlah dirimu dari penghambaan pada dunia, agar engkau menjadi orang yang merdeka dan benar-benar merasakan kemerdekaan. Rasa dari kemerdekaan itu telah menarikmu ke sisi meja hidangan para tamu, yang tidak ada padanya kecuali yang benar. Disana, caci-maki para pencaci dan fitnah para perempuan tukang fitnah tidak berpengaruh sama sekali. Demikian pula, bujukan dan rayuan dunia bakal menemui jalan buntu.
Dengan merasakan manisnya hidangan tersebut, engkau akan merasakan kekuatan yang luar biasa pada dirimu. Akan lahir sejumlah perbuatan darimu, tetapi bukan sebagai pemuda dunia. Seakan-akan ada orang lain yang memegang tanganmu dan memberikan kekuatan kepadamu, agar engkau mencapai puncak itu. Engkau akan membuka sejumlah puncak yang tidak mampu dilakukan oleh manusia-manusia
Jika perbuatan yang lahir telah nampak niscaya dia akan merasakan tangan Allah Swt sedang membimbingnya setiap waktu dalam kehidupannya, pertolongan-Nya akan nampak jelas, begitu juga dengan kedekatan dan cinta-Nya kepada-Nya, dan dia akan merasakan semua itu dengan seluruh wujud dirinya. Seorang pemuda yang mengamalkan wasiat ini, dia akan siap untuk terbang menuju segala yang baik,dan terbang untuk menggapai segala keberhasilan.”
*Dari buku Pemuda Dambaan Surga karya Mahdi Hadawi Tehrani
Keutamaan Bulan Sya`ban
Rasulullah Saw bersabda: “Wahai ahli Madinah, aku adalah Rasul dari Rasul-rasul yang diutus Allah untuk kalian. Ketahuilah, bulan Sya’ban adalah bulanku, maka Allah SWT akan memberikan rahmatNya kepada siapa yang menolongku di bulanku, yaitu berpuasa pada bulan tersebut.”
Sya’ban adalah bulan yang sangat mulia, yang dinisbatkan kepada penghulu para Anbiyah Muhammad Saw, dan Nabiullah Muhammad Saw mengisi bulan tersebut dengan melakukan puasa yang disambung dengan bulan Ramadhan. Beliau Saw bersabda, “Sya’ban adalah bulanku, dan barangsiapa yang berpuasa satu hari pada bulanku, surge diwajibkan atasnya. Diriwayatkan pula dari Imam Ja’far Shadiq as, begitu memasuki bulan Sya’ban imam Zainal Abidin as mengumpulkan sahabatnya dan bertanya kepada mereka, “Tahukah kalian, bulan apa ini?”.
“Bulan ini adalah bulan Sya’ban dan Nabiullah Muhammad Saw bersabda bulan Sya’ban adalah bulanku, karenanya untuk mendapatkan kecintaan dari Nabi dan untuk mendekatkan diri pada Allah, berpuasalah pada bulan ini. Aku bersumpa atas nama Zat yang jiwa Ali bin Al Husain berada di tanganNya bahwa saya mendengar dari ayahku Husain bin Ali as yang berkata, aku mendengar dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as setiap puasa yang engkau lakukan dalam bulan Sya’ban maka engkau akan mendapatkan kecintaan dari Nabi Allah dan mendekatkanmu pada sisi Allah SWT. Allah mencintainya dan mendapat perlindungan di hari kiamat dan wajib baginya surga.”
Diriwayatkan dari Shafwan Jamaal yang berkata, Imam Ja’far Shadiq as berkata kepadaku, “Barang siapa diantaramu yang berpuasa pada bulan Sya’ban maka muliakanlah.” Saya bertanya, “Saya menjadi penebusmu, apakah karena didalamnya ada keutamaan?”. Beliau berkata, “Iya. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw begitu melihat hilal pada bulan Sya’ban maka beliau menyerukan kepada penduduk Madinah, “Wahai ahli Madinah, aku adalah Rasul dari Rasul-rasul yang diutus Allah untuk kalian. Ketahuilah, bulan Sya’ban adalah bulanku, maka Allah SWT akan memberikan rahmatNya kepada siapa yang menolongku di bulanku, yaitu berpuasa pada bulan tersebut.”
Kemudian imam Ja’far Shadiq menambahkan sebagaimana yang diriwayatkan dari ayahnya yang bersambung sampai kepada Amirul Mukminin as yang berkata, “Sejak saya mendengarkan seruan Rasulullah tersebut di bulan Sya’ban, saya tidak meninggalkan sekalipun puasa di bulan Sya’ban dan tidak akan meninggalkannya sampai akhir hayatku, insya Allah.”
Kemudian beliau berkata, bulan Syaban dan bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan pengampunan Ilahi.
Dua Puluh Pesan Jihad Ayatullah Sistani
Pertempuran militer dan rakyat Iraq melawan kelompok teroris ISIL semakin sengit. Untuk tetap memelihara etika jihad yang dianjurkan oleh Islam, Ayatullah Sistani menurunkan 20 pesan jihad untuk para pejuang ini.
Berikut ini 20 pesan jihad yang telah dikeluarkan oleh Ayatullah Sistani tersebut:
1. Sebagaimana Allah mengajak seluruh muslimin untuk berjihad dan lebih mengutamakan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang tinggal di rumah, Dia juga menentukan etika dan batasan-batasan jihad yang telah ditetapkan sesuai hikmah dan fitrah. Anda semua harus mengenal dan memperhatikan etika ini. Barang siapa mengindahkan etika ini, maka ia layak memperoleh anugerah dan berkah Ilahi. Tetapi, barang siapa tidak memperhatikannya, maka pahalanya pasti berkurang dan ia tidak akan sampai pada cita-citanya.
2. Jihad memiliki etika umum yang harus diperhatikan sekalipun kita sedang memerangi kaum nonmuslim. Rasulullah saw selalu mengingatkan etika umum ini kepada para sahabat sebelum mereka berangkat ke medan perang. Dalam sebuah hadis Imam Shadiq as berkata, “Ketika Rasulullah ingin mengirimkan masyarakat untuk sebuah perang, beliau memanggil dan mendudukkan mereka di hadapan beliau sembari bersabda, ‘Berangkatlah dengan nama Allah, di jalan Allah, dan atas dasar agama utusan Allah. Janganlah kalian berlebih-lebihan, janganlah memotong-motong anggota tubuh orang-orang yang telah terbunuh, janganlah kalian menggunakan tipu muslihat, janganlah kalian membunuh orang-orang tua, anak-anak, dan kaum wanita, dan janganlah memotong pohon apapun kecuali apabila kalian terpaksa.’”
3. Lebih dari itu, memerangi muslimin yang memberontak juga memiliki etika. Etika ini telah sampai ke tangan kita dari Imam Ali as. Beliau juga senantiasa memperhatikan etika dan memerintahkan seluruh sahabat untuk memperhatikannya. Seluruh umat Islam juga sepakat atas etika ini dan menjadi hujjah antara mereka dan Allah. Anda semua juga harus mengamalkan etika dan sirah Imam Ali ini.
Dalam sebuah hadis, Imam Ali as pernah menekankan hadis Tsaqalain, Ghadir Khum, dan lain-lain seraya berkata, “Pandanglah Ahlul Bait nabi kalian dan berkomitmenlah terhadap keistimewaan mereka. Mereka tidak akan pernah menyelewengkan kalian dari jalan hidayah dan juga tidak akan menjerumuskan kalian ke jurang kesesatan. Untuk itu, jika mereka bergerak, maka kalian juga bergeraklah. Jika mereka berhenti, maka kalian juga harus berhenti. Janganlah kalian mendahului mereka dan juga jangan pula ketinggalan dari mereka, karena kalian pasti akan celaka.”
4. Dalam membunuh setiap manusia, perhatikanlah Allah. Dengan ini, kalian tidak akan rela membunuh orang yang tidak diperbolehkan oleh-Nya untuk dibunuh. Salah satu dosa besar adalah membunuh orang yang tak berdosa, dan salah satu kebaikan terbesar adalah memelihara jiwa manusia. Allah juga telah menekankan hal ini dalam al-Quran.
Ketahuilah, membunuh manusia tak bersalah mengakibatkan efek yang sangat berbahaya dalam kehidupan dunia dan akhirat. Imam Ali as menulis untuk Malik Asytar, “Berhati-hatilah dan jangan sampai kamu menumpahkan darah melalui jalan yang tidak dihalalkan. Tidak ada perbuatan yang memiliki siksa yang pedih dan pengaruh yang buruk seperti tindakan ini. Tindakan ini dapat memutuskan nikmat dan mempercepat ajal. Hanya Allahlah yang akan menghukumi tentang penumpahan darah ini pada hari kiamat kelak. Untuk itu, janganlah kamu gunakan kekuasaanmu ini untuk menumpahkan darah orang, karena tindakan ini akan memperlemah pemerintahanmu, dan bahkan memusnahkannya. Kamu tidak akan memiliki uzur atas pembunuhan sengaja ini di sisi Allah dan di hadapanku, karena hukumannya adalah kisas.”
Untuk itu, jika Anda semua menghadapi sebuah masalah yang samar atau Anda memberikan kemungkinan peluru akan menimpa orang-orang tak berdosa, maka berhati-hatilah dalam hal ini.
5. Ingatlah Allah dan jangan melakukan hal-hal yang diharamkan, terutama berkenaan dengan orang-orang lanjut usia, anak-anak, dan kaum wanita. Seandainya mereka berasal dari kerabat musuh, kehormatan mereka harus tetap dipelihara. Hal ini berbeda dengan harta benda musuh yang memang harus dikuasai.
Dalam sirah Amirul Muminin Ali as kita saksikan, sekalipun sebagian sahabat terutama kelompok Khawarij untuk menjarah rumah, kaum wanita, dan keluarga musuh, beliau enggan melakukan hal itu. Beliau berkata, “Kaum pria memerangi kita dan kita juga telah berperang. Kita tidak bisa melanggar kaum wanita dan anak-anak, karena mereka adalah muslim. Tetapi, peralatan dan harta benda yang telah mereka gunakan untuk memerangi kalian adalah hak milik laskar dan untuk kalian. Tetapi harta yang ada di rumah mereka adalah hak warisan keluarga mereka dan kalian tidak memiliki hak sedikit pun terhadap harta ini.”
6. Berhati-hatilah dan janganlah kalian menghina agama yang diyakini masyarakat dengan tujuan untuk menghalalkan kehormatan, sebagaimana hal ini pernah dilakukan oleh Khawarij di permulaan sejarah Islam. Para pengikut mereka juga melakukan hal yang sama pada masa kita sekarang ini. Mereka melakukan kejahatan-kejahatan yang pernah dilakukan Khawarij dengan bersandarkan pada sebagai teks-teks agama.
Ketahuilah, barang siapa mengucapkan dua kalimat syahadat, maka ia adalah muslim. Darah dan hartanya harus dihormati, sekalipun ia sesat dan pencipta bid’ah. Hal ini karena setiap bid’ah tidak menyebabkan seseorang menjadi kafir. Bisa jadi seorang muslim yang telah melakukan kerusakan (fasad) lebih pantas untuk dibunuh.
Allah swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kalian berperang di jalan Allah, maka bertabayyunlah. Janganlah kalian katakan kepada orang yang menyatakan Islam kepada kalian bahwa ia bukan orang yang beriman hanya demi menginginkan harta benda dunia.”
Dalam sebuah hadis dari Imam Shadiq as ditegaskan bahwa Imam Ali as tidak pernah menyebut musuh beliau dengan nama musyrik dan munafik. Beliau malah menyebut mereka sebagai saudara-saudara kita yang telah memberontak.
7. Janganlah kalian melanggar warga nonmuslim yang berteduh di bawah payung Islam. Barang siapa melanggar mereka, maka ia adalah pengkhianat, dan khianat adalah termasuk tindakan yang paling buruk dalam ketentuan, fitrah, dan agama Allah.
Allah pernah berfirman, “Janganlah merasa enggan untuk berbuat kebajikan dan bertindak adil kepada mereka yang tidak memerangi kalian dan juga tidak mengusir kalian dari tanah air kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertindak adil.”
8. Takutlah kepada Allah tentang harta benda masyarakat. Harta seorang muslim tidak halal untuk seorang muslim yang lain kecuali apabila ia rela. Barang siapa merampas harta seorang muslim, maka seakan-akan ia menggenggam kobaran api.
Dalam sebuah Rasulullah saw pernah bersabda, “Barang siapa mencuri harta seorang muslim, maka Allah memalingkan waha darinya, memurkainya, dan tidak mencatat kebaikannya sebelum ia bertobat dan mengembalikan harta itu kepada pemiliknya.”
9. Takutlah kepada Allah dan jangan melakukan hal-hal yang diharamkan dengan tangan dan lidah Anda. Janganlah menghukum seseorang lantaran dosa orang lain. Allah berfirman, “Sebuah jiwa tidak akan menanggung dosa jiwa yang lain.” Janganlah Anda menangkap seseorang dengan landasan yang meragukan dan prasangka, kecuali Anda yakin. Keyakinan mendorong Anda bertindak hati-hati dan keraguan dan prasangka akan mendorong Anda melanggar orang lain. Kebencian Anda kepada musuh jangan sampai mendorong Anda untuk melakukan hal-hal yang haram. Allah berfirman, “Janganlah cercaan kaum itu mendorong kalian untuk tidak berbuat adil. Berbuatlah adil, karena hal ini lebih dekat kepada ketakwaan.”
10. Janganlah Anda melarang sebuah kaum untuk menerima hak-hak mereka selama mereka tidak memerangi Anda, sekalipun mereka membenci kalian. Dalam sirah Imam Ali as disebutkan, beliau memperlakukan para penentang beliau sebagaimana seluruh muslimin yang lain. Tentu selama mereka tidak memerangi beliau. Beliau juga tidak pernah memulai perang melawan mereka.
11. Ketahuilah, mayoritas musuh Anda di medan perang ini hanya tertipu oleh syubhat. Untuk itu, janganlah kalian bertindak sedemikian rupa sehingga syubhat ini menguat di benak masyarakat dan akhirnya mereka bergabung dengan musuh. Tetapi, bertindaklah baik dan adil serta penuh nasihat dan menghindari kelaliman sehingga syubhat itu tidak berpengaruh. Barang siapa berhasil menghilangkan sebuah syubhat dari benak seseorang, maka ia telah menghidupkannya, dan barang siapa menyisipkan syubhat dalam benak seseorang, maka ia telah membunuhnya.
12. Janganlah seseorang dari kalangan Anda berpikiran bahwa kezaliman memiliki pengaruh yang tidak dimiliki oleh keadilan. Gaya berpikir semacam ini terjadi lantaran kelalaian terhadap akibat menengah dan jauh sesuatu dan juga keteledoran atas sejarah umat terdahulu.
Dalam fenomena-fenomena sejarah modern, banyak hal yang bisa kita jadikan pelajaran. Sebagian penguasa menggunakan kezaliman untuk memperkuat kekuasan mereka. Hal ini terus berlanjut hingga Allah membinasakan kekuasaan mereka dari jalan yang tidak pernah mereka bayangkan.
13. Jika kesabaran, tindakan tidak tergesa-gesa, menyempurnakan hujjah, dan mengindahkan norma-norma insani bisa mendatangkan sedikit kerugian bagi kita, tentu hal ini tetap memiliki berkah dan akibat yang lebih baik. Kita banyak melihat contoh untuk masalah ini dalam sirah para manusia suci. Mereka tidak pernah memasuki arena perang untuk melawan muslimin sebelum lawan mereka memulai perang. Pada peristiwa Perang Jamal, setelah laskar Imam Ali as keluar, penyeru beliau menegaskan, “Tak seorang pun berhak memulai perang sehingga saya memerintahkan.”
Imam Husain as pada hari Asyura juga berbuat demikian.
14. Hadapilah masyarakat dengan penuh kebijakan dan dukunglah mereka sehingga mereka mendukung dan menolong Anda. Belalah orang-orang lemah sekuat tenaga Anda, karena mereka adalah saudara-saudara Anda, dan berbuatlah lemah lembut terhadap mereka. Ketahuilah bahwa Anda berada di haribaan Allah dan Dia mencatat seluruh tindakan Anda dan mengetahui niat Anda.
15. Janganlah lupakan salat wajib. Seorang muslim di hadapan perhitungan Allah tidak memiliki amal paling baik daripada salat. Salat juga memiliki etika yang harus diperhatikan di haribaan Allah.
Salat adalah tiang agama dan barometer terkabulnya amal. Allah telah meringankan kewajiban ini dalam kondisi sulit dan perang. Jika seseorang sibuk dengan perang dalam seluruh waktu salat, maka ia bisa mencukupkan diri dengan satu takbir sekalipun ia tidak menghadap ke Kiblat.
Lebih dari itu, Allah juga memerintahkan supaya muslimin menjaga jiwa dan senjata mereka. Untuk itu, janganlah mereka mengerjakan salat secara bersamaan, tetapi kerjakanlah salat secara bergantian.
16. Ingatlah selalu kepada Allah dan bacalah al-Quran. Ingatlah selalu masa ketika Anda akan kembali kepada Allah. Imam Amirul Mukminin as selalu bertindak demikian. Di malam Perang Shiffin, beliau mengerjakan salat di antara dua barisan padahal anak-anak panah melesat dari segala arah, dan beliau tidak menggubrisnya.
17. Kami memohon kepada Allah supaya tindakan Anda terhadap orang pada masa perang dan damai seperti tindakan Rasulullah dan Ahlul Bait as dan kalian menjadi hiasan dan nilai bagi Islam. Agama ini telah dibangun berlandaskan pada cahaya fitrah dan kesaksian akal dan etika. Cukuplah bagi kita keutamaan bahwa nabi kita telah mengibarkan panji rasionalitas dan etika. Dalam dakwah, beliau mengajak seluruh masyarakat untuk merenungkan hidup dan mengambil pelajaran dari kondisi dunia.
18. Hindarilah ketergesaan dalam merenungkan sehingga Anda tidak celaka, karena musuh ingin menyeret Anda ke tempat yang mereka inginkan tanpa Anda berpikir dan merenung.
19. Masyarakat yang dijadikan oleh musuh sebagai perisai hendaklah mengenal nilai pengorbanan para pejuang dan jangan sampai tertipu oleh muslihat yang digelontorkan tentang para pejuang ini. Allah tidak menetapkan sebuah hak untuk seseorang atas orang lain kecuali Dia juga telah menetapkan hak yang setimpal untuknya.
Ketahuilah bahwa tak seorang pun seperti saudara kalian menghendaki kebaikan Anda. Tentu dengan syarat kalian harus murni dan ikhlas. Jika diperlukan, maafkanlah kesalahan sesama kalian. Orang yang menyangka bahwa seorang asing lebih memikirkan nasib keluarga dan negaranya, pasti ia telah keliru. Barang siapa yang ingin mencoba sebuah pengalaman yang telah pernah dicoba sebelum ini pasti akan menyesal. Saling memaafkan akan mendatangkan pahala yang sangat besar.
20. Semua kalangan dan lapisan masyarakat harus menyingkirkan setiap bentuk fanatisme yang tak berarti dan lebih mengindahkan etika yang baik. Allah menciptakan aneka ragam kaum dan bangsa supaya mereka saling mengenal dan tukar menukar pengalaman serta saling tolong menolong. Coba Anda renungkan berapa banyak harta dan tenaga di masa lalu yang telah digunakan hanya untuk memukul sesama kita, padahal seluruh harta dan tenaga ini semestinya harus dimanfaatkan untuk kemajuan seluruh muslimin. Untuk itu, berhati-hatilah menghadapi fitnah yang tidak hanya menghantui orang-orang yang lalim. Padamkanlah api fitnah ini dan berpegangteguhlah kepada tali Allah.
Abbas bin Ali, Manifestasi Kemuliaan
Abbas bin Ali bin Abi Thalib as dilahirkan di kota Madinah pada 4 Sya’ban tahun 26 Hijriah (646 Masehi). Kelahirannya menghadirkan kebahagiaan dan kegembiraan di rumah Amirul Mukminin.
Ketika kabar kelahiran Abbas disampaikan kepada Imam Ali as, ia bergegas pulang ke rumah dan memeluk erat bayi yang baru lahir itu. Ali as mendekap bayi tampan itu dan mencium kedua tangannya. Dia mengetahui bahwa kedua tangan Abbas akan menjadi pelindung bagi Husein as di Hari Asyura dan pengorbanannya dikenang dalam sejarah.
Imam Ali as kemudian dengan khidmat mengumandangkan adzan di telinga kanan anaknya dan iqamah di telinga kirinya. Ia memberikan infak kepada fakir miskin sebagai rasa syukur. Abbas bin Ali dilahirkan dari seorang ibu yang bernama Fatimah Kilabiyah dari Kabilah Bani Kilab yang dikenal berani dan ksatria.
Abbas berada di bawah pengasuhan dan bimbingan sang ayah untuk menimba keutamaan dan makrifat. Sejak kecil, Ali as – yang dikenal sebagai ahli iman, makrifat, dan kesempurnaan – sudah mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan dan adab kepada putranya itu. Ia menyaksikan jiwa ksatria dan keberanian di wajah Abbas, yang kelak akan menghadirkan kebanggaan dan martabat yang mulia bagi kaum Muslim.
Ketika berbicara tentang perkembangan dan keutamaan Abbas, Imam Ali as berkata, “Abbas putraku sejak kecil belajar ilmu, dan layaknya bayi merpati yang memperoleh makanan dan minuman dari induknya, Abbas mendapatkan pengetahuan dariku.” Kebersamaan Abbas dengan dua saudaranya yang mulia seperti Imam Hasan dan Imam Husein as, juga memiliki pengaruh besar pada perkembangan dimensi spiritual dan pengembangan keutamaan dalam dirinya.
Abbas bin Ali as yang akrab dipanggil Abul Fadhl ini, mencapai derajat keilmuan dan makrifat yang tinggi dengan memanfaatkan kesempurnaan Ahlul Bait as. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Paman kami Abbas memiliki wawasan dan iman yang kuat.” Sejarah mencatat bahwa banyak orang datang kepada Abbas untuk menyelesaikan persoalan ilmiah. Di samping berilmu tinggi, Abul Fadhl Abbas juga dikenal sebagai ahli ibadah dan memperpanjang sujudnya dalam setiap ibadah. Ilmu dan makrifat tampil laksana dua sayap yang menghiasi Abbas bin Ali.
Abbas adalah mutiara berharga yang tumbuh di tengah samudera keutamaan, makrifat, dan keluhuran moral. Ia dilahirkan dari seorang ibu yang paling baik dan mulia sebagaimana kesaksian sejarah.
Setelah beberapa tahun kepergian Sayidah Fatimah Az-Zahra as, Imam Ali memanggil saudaranya, Aqil – seorang pakar nasab terkenal pada zaman itu – dan menceritakan keinginannya untuk menikah lagi dan meminta Aqil mencarikan wanita yang salehah dan sangat bagus segi keturunan sehingga bisa melahirkan putra-putri yang hebat, berani, dan tangguh.
Aqil pun memilih Fatimah Kilabiyah (Ummul Banin) dari keturunan Bani Kilab, yang merupakan kabilah yang tiada tara keberaniannya. Namanya adalah Fatimah dan ia sering disebut Ummul Banin (ibu dari para putra) dan dari penikahan ini memiliki empat putra masing-masing; Abbas, Abdullah, Ja'far dan Utsman, di mana keempat putranya ini gugur syahid di Padang Karbala dalam membela Islam.
Setelah menginjakkan kakinya di rumah Ali as, Ummul Banin bersikap dengan lembut dan penuh kasih sayang terhadap putra-putri Fatimah Az-Zahra yaitu; Imam Hasan dan Husein as serta Sayidah Zainab dan Ummu Kultsum. Para ahli sejarah mencatat bahwa kecintaan dan perhatian Ummul Banin kepada putra-putri Az-Zahra as lebih besar dibanding cinta dan perhatiannya kepada keempat anaknya.
Sejak hari pertama berada di rumah Imam Ali, ia mengusulkan kepada suaminya agar memanggil dirinya dengan sebutan Ummul Banin, sehingga tidak mengungkit kesedihan putra-putri Fatimah Az-Zahra as, karena nama Fatimah akan mengingatkan mereka pada ibunya yang telah tiada.
Abul Fadhl Abbas dibesarkan di bawah pengasuhan Imam Ali as dan Ummul Banin, seorang wanita yang memiliki maktifat dan keutamaan yang tinggi. Kesantunan dan kesetiaan yang tulus merupakan tanda dari perkembangan dan keluhuran jiwa, dan Abbas bin Ali as sangat menonjol dari yang lain dalam hal keutamaan. Ia sangat menghormati ayah dan saudara-saudaranya serta sangat patuh pada perintah sang ayah, Imam Ali as.
Abbas memiliki keyakinan yang sempurna terhadap kepemimpinan (imamah) ayahnya dan juga kelanjutan kepemimpinan ini, yang akan diteruskan oleh dua saudaranya, Hasan dan Husein as. Ketika eksistensi Islam terancam oleh Bani Umayyah, Abbas bersama saudaranya Imam Husein as terjun ke medan perang dan membela Islam secara tulus. Ia mempersembahkan pengorbanan terbaik sehingga hukum-hukum Allah Swt tetap tegak di muka bumi.
Di sepanjang hidupnya, Abul Fadhl Abbas tidak pernah meninggalkan saudaranya sekaligus imamnya dan taat mutlak kepadanya dan selalu memberikan pengabdian terbaik. Kesetiaan dan rasa hormatnya kepada Imam Husein as telah menjadi buah bibir di sepanjang sejarah. Ia tidak pernah duduk di hadapan Imam Husein as kecuali setelah memperoleh izin. Ia juga selalu memanggil Imam Husein dengan sebutan “Ya Sayyidi” “Ya Aba Abdillah” atau “Yabna Rasulullah.”
Dalam sejarah disebutkan bahwa Abbas memiliki wajah yang rupawan dan bercahaya, bagaikan sinar rembulan. Karena itu, ia pun dijuluki Qamar Bani Hasyim (Purnama Bani Hasyim). Menurut catatan sejarah, Abbas adalah seorang pria yang tampan dan gagah, dan setiap kali duduk di atas kuda, kakinya akan menyentuh tanah.
Keperkasaan dan kekuatan Abbas selain diwarisi dari kabilah ibunya, juga diperoleh berkat bimbingan Imam Ali as yang tidak hanya mengajarinya ilmu pengetahuan dan makrifat Islam, tapi juga membekalinya dengan berbagai keterampilan, seperti teknik bela diri, seni memanah, dan bermain pedang. Ia kemudian mempersembahkan seluruh kekuatan fisik dan spiritualnya untuk mengabdi kepada Islam dan membela kebenaran di Padang Karbala.
Ilustrasi ketika Abbas bin Ali gugur syahid di Karbala.
Ketika Imam Husein as dan Ahlul Bait dicekik oleh dahaga di Karbala, Abbas dengan gagah berani menerobos blokade tentara musuh yang berusaha menghalangi pasukan Imam memperoleh air dari Sungai Furat. Setibanya di bibir sungai, ia segera memenuhi kantong kulit dengan air dan memacu kudanya menuju perkemahan putra-putri Bani Hasyim. Namun di tengah jalan, ia menjadi sasaran serangan musuh hingga kedua tanggannya terputus dan gugur syahid.
Pengorbanan Abbas ini lahir dari makrifat dan pengetahuan yang sempurna tentang agama Allah Swt. Pengetahuan ini telah membentuk kepribadiannya sehingga membuatnya rela berkorban di jalan Allah. Ia belajar dari ayahnya, Imam Ali as bahwa hidup ini harus memiliki tujuan.
Sifat-sifat mulia yang disandang Abbas membuatnya tersohor dengan berbagai sebutan seperti, Bab al-Hawaij (pintu permintaan hajat), Abdu Saleh (hamba yang saleh), Shahib al-Liwa' (pembawa panji), dan Qamar Bani Hasyim. Mengenai keutamaan Abbas, Imam Ali Zainal Abidin as berkata, “Ya Allah, rahmatilah pamanku, Abbas. Dalam peperangan kedua tangannya telah dipotong oleh musuh. Sesungguhnya ia telah mengorbankan jiwanya untuk saudaranya… Di sisi Allah ia memiliki kedudukan yang sangat agung sehingga samua para syahid pada hari kiamat cemburu kepadanya dan berharap dapat mencapai kedudukan itu."
Abbas bin Ali dikenal sebagai figur yang bertakwa, saleh, dan orang kepercayaan masyarakat. Siapa pun yang mengenalnya niscaya mengakui beliau sebagai seorang yang bijak dan mulia. Sikapnya yang terbuka dan ramah membuat siapa pun tertarik kepadanya. Abbas adalah sosok yang rendah hati dan santun. Keteguhan, kesantunan, dan kesabaran Abbas mengingatkan kita pada ucapan Imam Ali as bahwa, "Tidak ada warisan yang lebih mulia kecuali akhlak."