کمالوندی

کمالوندی

 

Lembaga Budaya dan Hubungan Islam Divisi Hubungan Internasional Pusat Internasional Tabligh


 

Penerjemah:

Mohammad Adany

Syamsul Arif
  
Perjalanan Revolusi Kafilah Ruhani Imam Husain as
Perjalanan Revolusi Karavan

Sayyidus Syuhada Abu Abdillah Al-Husain as dari Madinah ke Karbala dan

 

Lembaga Budaya dan Hubungan Islam

Divisi Hubungan Internasional

Pusat Internasional Tabligh

 

Dengan Nama Tuhan Syuhada dan Shiddiqin

Perjalanan Revolusi Kafilah Ruhani

Imam Husain as dari Madinah ke Karbala dan Suriah

 

Karya: Divisi IT Pusat Internasional Tabligh

Penerjemah: Mohammad Adlany

           Syamsul Arif

 

Qom Al-Muqaddasah

Aban 1390 HS/Dzulhijjah 1432 H
 

Mukadimah
 

·                    Filsafat kebangkitan Imam Husain as dapat diperoleh dari ucapan dan pernyataan beliau yang pernah dilontarkan di permulaan gerakan di Madinah dan juga di peristiwa-peristiwa yang terjadi tempat-tempat persinggahan selama perjalan beliau.

·                    Dalam koleksi ini, di samping kita bisa mengenal nama-nama tempat persinggahan tersebut dan berikut sejarah perjalanan Imam Husain as dari Madinah hingga Karbala, kita juga akan mengenal tujuan dan prinsip-prinsip beliau, serta kondisi politik dan sosial kala itu secara ringkas.

 

 

 

Madinah
Paruh Kedua Bulan Rajab 60 Hijriah
 

·                    Setelah Mu’awiyah mati, gubernur Madinah kala itu, Walid bin ‘Utbah, menerima perintah untuk memaksa Imam Husain as membaiat Yazid. Imam Husain as menjawab, “Yazid adalah penenggak minuman keras dan fasik yang menumpahkan darah tanpa hak, penebar kerusakan, dan tangannya telah ternodai oleh darah orang-orang tak bersalah. Orang seperti saya tidak akan pernah membaiat orang bejat seperti ini.”

·                    Ketika Marwan bin Hakam meminta Imam Husain as untuk membaiat Yazid, beliau menjawab, “Hai musuh Allah! Enyahlah dari sini. Saya pernah mendengar Rasulullah saw pernah bersabda, ‘Kekhilafahan adalah haram bagi keturunan Abu Sufyan. Jika kalian melihat Mu’awiyah duduk di atas mimbarku, maka bunuhlah dia.’ Umat beliau telah melihat peristiwa ini terjadi. Akan tetapi, mereka melakukan perintah beliau. Sekarang, Allah telah menjerat mereka dengan Yazid yang fasik ini.”

·                    Pada malam 28 Rajab 60, setelah mengucapkan salam perpisahan dengan Rasulullah saw, Imam Husain as meninggalkan Madinah untuk menuju Makkah dengan disertai oleh mayoritas keluarga dan sebagian sahabat setia beliau.

 

Imam Husain as menjelaskan tujuan beliau keluar dari Madinah dalam sebuah surat wasiat, “Saya keluar hanya untuk memperbaiki umat kakekku. Saya ingin melakukan amar makruf dan nahi mungkar, serta ingin bertindak seperti tindakan kakekku Rasulullah saw dan ayahku Ali as.”

 

Makkah
3 Sya’ban – 8 Dzulhijah 60 Hijriah
 

·                    Imam Husain as tiba di Makkah pada tanggal 3 Sya’ban dan tinggal di rumah Abbas bin Abdil Muthalib. Penduduk Makkah dan para peziarah Baitullah yang datang dari berbagai penjuru berjumpa dengan beliau.

·                    Setelah menerima 12.000 surat dari penduduk Kufah, Imam Husain as mengutus Muslim bin Aqil ke Kufah sebagai wakil beliau pada tanggal 15 Ramadhan.

·                    Melalui beberapa surat yang dikirimkan untuk penduduk Kufah dan Bashrah, Imam Husain as menegaskan kepada mereka bahwa orang yang paling layak untuk memegang kekhalifahan adalah Ahlul Bait as.

·                    Setelah menerima surat Muslim bin Aqil bahwa penduduk Kufah telah berbaiat dan juga guna menjaga kehormatan Baitullah lantaran penguasa telah mengambil keputusan untuk membunuh Imam Husain as, beliau merubah niat haji menjadi umrah. Pada tanggal 8 Dzulhijjah, sekalipun banyak sahabat yang menentang, beliau meninggalkan Makkah menuju Irak.

 

Sebagian isi dari pidato Imam Husain as di Makkah, “Kami Ahlul Bait rida dengan keridaan Allah ... Barang siapa bersedia untuk berkorban di jalan kami dan mengorbankan darahnya di jalan menuju perjumpaan dengan Allah, maka hendaklah ia bersiap-siap untuk berangkat bersama kami.”

 

 

Tan’im
Rabu, 9 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Pada permulaan perjalanan menuju Irak, Imam Husain as tidak mengarahkan karavan ke arah timur laut dan persinggahan Shaffah yang merupakan persinggahan pertama di perjalanan dari Makkah ke Kufah. Sebagai gantinya, beliau mengarahkan karavan ke arah Tan’im di barat daya dan melalui jalan yang menuju Madinah. Dengan demikian, 9 km perjalanan menuju Irak lebih jauh telah ditempuh karavan. Mungkin hal ini adalah sebuah siasat yang dilakukan untuk menghindari pengejaran bala tentara penguasa yang berusaha untuk mencegah Imam Husain as menuju ke Irak.

·                    Di persinggahan ini, Imam Husain as berjumpa dengan karavan yang datang dari arah Yaman. Beliau menyewa beberapa unta untuk membawa barang-barang beliau sendiri dan para sahabat beliau dari karavan tersebut. Beliau juga menawarkan kepada mereka untuk mengikuti beliau.

·                    Sebagian kelompok menerima tawaran Imam Husain as dan sekelompok yang lain menolak dan melanjutkan perjalanan mereka.

 

Ucapan Imam Husain as ketika berjumpa dengan karavan Yaman di Tan’im, “Barang siapa ingin bergabung bersama kami, maka kami akan menanggung seluruh biayanya dan kami akan menjadi teman perjalanan yang baik baginya. Barang siapa ingin berpisah dari kami di pertengahan jalan, maka kami akan menanggung biayanya selama perjalanan bersama kami.”

 

Shaffah
Kamis, 10 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Karavan Karbala telah tiba di persinggahan ketiga; yakni Shaffah. Di persinggahan ini, Farazdaq penyair masyhur berjumpa dengan Imam Husain as seraya berkata, “Segala sesuatu yang Anda inginkan dari Allah, maka Dia pasti menganugerahkannya kepada Anda.” “Ceritakanlah kondisi rakyat Irak kepadaku,” lanjut Imam Husain as.

·                    Farazdaq menjawab, “Anda telah bertanya kepada orang yang tahu. Hati rakyat bersama Anda dan pedang mereka bersama Bani Umaiyah. Ketentuan Ilahi turun dari langit dan segala sesuatu yang Dia kehendaki pasti terjadi.”

·                    Imam Husain as menimpali, “Benar ucapanmu. Segala sesuatu ada di tangan Allah. Setiap hari Dia pasti memiliki kehendak. Jika ketentuan Ilahi sesuai dengan kehendak kami, maka kami akan bersyukur kepada-Nya atas seluruh nikmat yang telah Dia anugerahkan. Untuk bersyukur ini, kami memohon taufik kepada-Nya. Jika ketentuan Ilahi memisahkan antara kami dan harapan-harapan kami, maka amal setiap orang yang tulus dan bersumber dari ketakwaan kepada Allah tidak akan pernah terlupakan.”

 

Ucapan Imam Husain as kepada Farazdaq di persinggahan ini, “Jika seluruh peristiwa sesuai dengan kehendak kami, maka kami akan bersyukur kepada Allah lantaran seluruh nikmat yang telah Dia turunkan. Jika seluruh peristiwa tidak sesuai dengan kehendak kami, maka orang yang memiliki niat benar dan hatinya didominasi ketakwaan tidak akan keluar dari jalan yang benar dan ia tidak akan pernah merugi.”

 

Wadil ‘Aqiq
Jumat, 11 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Di persinggahan ini, 'Aun dan Muhammad dua putera Abdullah bin Ja'far Thayyar berhasil mengejar Imam Husain as dengan membawa surat ayah mereka untuk beliau. Dalam surat ini, Abdullah meminta supaya Imam Husain as mengurungkan niat ke Kufah dan segera kembali ke Makkah. Ketika menulis surat tersebut, Abdullah bin Ja'far pergi menjumpai Amr bin Sa'id gubernur Makkah dan berhasil memperoleh jaminan keamanan bagi Imam Husain as. Setelah itu, Abdullah mengirimkan surat jaminan keamanan tersebut kepada Imam Husain as melalui saudara Amr bin Sa'id. Abdullah sendiri akhirnya datang dan berjumpa dengan Imam Husain as di Dzatul 'Irq dan membacakan surat tersebut kepada beliau.

·                    Imam Husain as menolak untuk kembali ke Makkah seraya berkata, "Saya bermimpi berjumpa Rasulullah saw. Ia memerintahkan supaya saya meneruskan perjalan ini. Saya pasti akan melaksanakan segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Rasulullah saw."

·                    Setelah itu, Imam Husain as menjawab surat Amr bin Sa'id. Abdullah bin Ja'far dan Yahya bin Sa'id pun berpisah dari Imam Husain as. Akan tetapi, kedua putra Abdullah tetap bersama beliau. Abdullah berpesan kepada mereka supaya senantiasa bersama Imam Husain as. Akan tetapi, ia sendiri memohon maaf dan kembali ke Makkah.

 

Sebagian isi surat Imam Husain as kepada Amr bin Sa'id gubernur Makkah, "Jaminan keamanan yang terbaik adalah jaminan keamanan yang dimiliki oleh Allah. Di dunia ini, saya memohon supaya memiliki rasa takut kepada-Nya sehingga di akhirat kelak Dia akan memberikan jaminan keamanan."

 

Wadis Shafra'
Sabtu, 12 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Setelah Wadil 'Aqiq, karavan Imam Husain as tiba di Wadis Shafra'. Menurut sebuah riwayat, di persinggahan ini, Mujamma' bin Ziyad dan 'Abbad bin Muhajir bergabung dengan karavan ini.

·                    Mujamma' dan 'Abbad berdomisili di persinggahan Juhainah di pinggiran kota Madinah. Setelah Imam Husain as keluar dari Makkah dan tiba di persinggahan ini, Mujamma' dan 'Abbad menjumpai beliau dan bersedia menemani beliau dalam perjalanan ini. Mereka setia bersama beliau hingga tiba di Karbala seraya berperang di barisan beliau dan menengguk cawan syahadah.

 

Di antara ucapan Imam Husain as selama dalam perjalanan dari Makkah ke Karbala, "Saya tidak melihat kematian kecuali kebahagiaan dan hidup bersama orang-orang lalim tidak lain kecuali kecelaan."

 

 

Dzatul 'Irq
Senin, 14 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Imam Husain as beserta rombongan tiba di Dzatul 'Irq dan berisitirahat di persinggahan ini.

·                    Di persinggahan ini, Imam Husain as berjumpa dengan seseorang dari kabilah Bani Asad yang bernama Busyr bin Ghalib. Beliau menanyakan kondisi Kufah kepadanya. Busyr menjawab, "Hati mereka bersama Anda dan pedang bersama Bani Umaiyah." "Betul apa yang kamu ucapkan, hai saudaraku dari Bani Asad," beliau menimpali. Setelah itu, Busyr bertanya kepada beliau tentang maksud ayat yang menegaskan, "Dan ingatlah suatu hari ketika Kami memanggil setiap umat bersama imam mereka." Imam Husain as menjawab, "Maksud imam tersebut adalah imam yang mengajak umat manusia kepada jalan yang benar dan mereka juga menerima ajakannya. Begitu pula imam yang mengajak umat manusia kepada kesesatan dan mereka juga mengiyakan ajakan ini. Golongan pertama akan masuk ke dalam surga dan golongan kedua akan berada di dalam api neraka."

 

Dzatul 'Irq adalahl sebuah persinggahan yang digunakan oleh para jamaah haji dari Irak untuk memulai ihram. Persinggahan ini adalah pembatas antara Tuhamah dan Najd.

 

Al-Hajir
Selasa, 15 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Di persinggahan ini, Imam Husain as mengirimkan sepucuk surat kepada sebagian penduduk Kufah melalui Qais bin Musahhar. Dalam surat ini tertulis, "Surat Muslim bin Aqil yang menyebutkan kesepakatan kalian untuk membantu kami telah saya terima. Semoga Allah menganugerahkan pahala besar lantaran kesediaan kalian untuk memberikan bantuan ini. Ketika utusanku ini (Qais) sampai kepada kalian, bersikukuhlah dalam setiap tindakan kalian. Saya akan tiba dalam beberapa hari ini."

·                    Di pertengahan jalan, para kaki tangan penguasa menangkap Qais. Ia pun terpaksa merobek surat Imam Husain as supaya tak seorang pun mengetahui isinya. Setelah itu, ia dibawa ke istana Darul Imarah untuk dihadapkan kepada Ubaidullah bin Ziyad. Mereka memaksa supaya menyebutkan nama orang-orang yang telah menulis surat kepada Imam Husain as, atau mencela Imam Husain, ayah, dan saudaranya di hadapan umum. Ia naik ke atas istana. Di samping memuji-muji Ali dan anak keturunannya, serta memperkenalkan dirinya, ia melaknat Ibn Ziyad dan para kaki tangannya. Ia memberitahukan kepada penduduk bahwa Imam Husain as sedang bergerak menuju mereka dan meminta mereka supaya menjawab setiap ajakan beliau. Mendengar semua itu, Ubaidullah memerintahkan supaya Qais dilemparkan dari atas istana. Tubuhnya pun terpotong-potong.

 

Sebagian isi surat Imam Husain as kepada penduduk Kufah, "Saya memohon kepada Allah supaya melimpahkan kebaikan kepada kami dan menganugerahkan pahala agung kepada kalian ... Ketika utusanku ini sampai kepada kalian, maka bersegeralah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Saya akan sampai dalam beberapa hari ini, insya Allah.

Wassalamu 'alakum

 

Al-Khuzaimiyyah
Jumat, 18 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Imam Husain as dan rombongan bermalam di persinggahan ini selama sehari semalam. Ketika pagi tiba, Zainab Kubra as menjumpai Imam Husain seraya berkata, "Wahai saudaraku! Saya keluar dari kemah di pertengahan malam dan mendengar suara penyeru yang menyenandungkan dua bait syair berikut ini:

Hai mata, menangislah dengan penuh sedih; siapakah yang akan menangisi syuahada ini setelahku.

Menangislah atas kaum yang telah dibimbing oleh kematian ini; sehingga mereka menepati janji yang telah diikat terhadap Allah.

·                    Mendengar itu, Imam Husain as membesarkan hati saudara perempuan beliau dan mengajaknya supaya bersabar.

·                    Menurut sebagian riwayat, Zuhair bin Qain bergabung dengan Imam Husain as di persinggahan ini.

 

Imam Husain as berkata kepada saudara perempuan beliau, Zainab Kubra as di persinggahan ini, "Hai Saudariku! Segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah pasti akan terjadi."

 

 

Zarud
Senin, 21 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Zuhair bin Qain adalah seorang pembela setia Utsman bin Affan. Pada tahun itu, ia melaksanakan ibadah haji dan sedang dalam perjalanan menuju Kufah.

·                    Zuhair sangat tidak senang apabila berhenti di sebuah tempat bersama Imam Husain as. Akan tetapi, di persinggahan ini, ia terpaksa harus berhenti sekalipun Imam Husain as juga berhenti di tempat itu. Ketika Zuhari sedang sibuk menyantap makanan bersama teman-teman seperjalanan, Imam Husain as mengundangnya untuk datang ke kemah beliau. Akan tetapi, Zuhair acuh tak acuh. Istri Zuhair berkata kepadanya, "Maha suci Allah! Putra Rasulullah memanggilmu dan kamu tidak memenuhi panggilannya." Akhirnya, Zuhair pergi menjumpai beliau dengan terpaksa. Akan tetapi, ketika kembali dari kemah Imam Husain as, Zuhair sangat bahagia seraya berkata kepada teman-teman seperjalanan, "Saya akan bergabung dengan Husain. Barang siapa hendak membantu putra Rasulullah, hendaklah ia ikut bersamaku. Dan barang siapa tidak ingin bersama kami, maka saya akan berpisah darinya." Istri Zuhair tidak meninggalkannya dan hingga kesyahidan Zuhair, ia masih setia bersama karavan Husaini.

 

Setelah Zuhair gugur syahid, Imam Husain as berkata, "Wahai Zuhair! Semoga Allah tidak menjauhkanmu dari rahmat dan inayah-Nya. Semoga Dia melaknat para pembunuhmu bak kaum Bani Israil yang telah diganti wajah mereka menjadi kera dan babi."

 

 

Tsa'labiyah
Selasa, 22 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Imam Husain as memasuki persinggahan ini di malam hari. Beliau mendengar kesyahidan Muslim bin Aqil dan Hani bin Urwah di persinggahan ini.

·                    Mendengar berita ini, Imam Husain as berseru, "Inna lillah wa inna ilahi raji'un. Setelah mereka pergi, kehidupan ini tidak berguna." Setelah itu, beliau pun meneteskan air mata dan para pengikut beliau juga menangis syahdu.

·                    Imam Husain as bertanya kepada putra-putra Muslim, "Sekarang apa yang akan kalian lakukan?" Mereka menjawab, "Demi Allah! Kami tidak akan kembali, kecuali setelah membalas dendam atas kematiannya atau kami juga gugur sebagai syahid."

·                    Menurut ahli sejarah, Imam Husain as menyempurnakan hujah bagi seluruh pengikut beliau. Setelah mendengar kesyahidan Muslim tersebut, mereka yang mengikuti Imam Husain as hanya demi menumpuk harta dan kedudukan meninggalkan beliau.

 

Ucapan Imam Husain as kepada seorang penduduk Kufah di persinggahan ini, "Demi Allah! Sendainya saya berjumpa denganmu di Madinah, niscaya saya akan tunjukkan kepadamu bekas Jibril di rumah kami dan bagaimana ia turun untuk membawakan wahyu kepada kakekku. Wahai saudaraku! Banyak orang yang telah mempelajari ilmu pengetahuan dari kami."

 

 

Zubalah
Rabu, 23 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Imam Husain as memberitahukan berita kesyahidan Muslim bin Aqil, Hani bin Urwah, dan Adullah bin Yaqthir kepada para pengikut di persinggahan ini. Setelah itu, beliau berkata, "Para pengikut Syiah di Kufah telah meninggalkan kita tanpa penolong. Barang siapa di antara kalian menghendaki, maka ia bisa kembali dan ia tidak memiliki tanggungan apapun dari kami." Menurut ahli sejarah, sekelompok lain pun meninggalkan Imam Husain as.

·                    Imam Husain as mengutus Abdullah bin Yaqthir untuk menyusul Muslim bin Aqil. Akan tetapi, ia tertangkap di pertengahan jalan dan diserahkan kepada Ubaidullah bin Ziyad. Di atas istana Darul Imarah, Abdullah memperkenalkan dirinya sebagai wakil Imam Husain as dan menekankan supaya mereka tetap setiap untuk menolong Imam Husain as. Dengan ini, ia berusaha membangkitkan masyarakat untuk melawan Yazid. Akan tetapi, Ibn Ziyad memerintahkan supaya ia dilemparkan ke bawah dan dengan cara ini, ia menengguk cawan syahadah.

 

Ketika seseorang bertanya kepada Imam Husain as tentang ayat yang menyatakan, "Ingatlah suatu hari ketika Kami memanggil setiap umat bersama imam mereka," beliau menjawab, "Maksud imam tersebut adalah imam yang mengajak umat manusia kepada jalan yang benar dan mereka juga menerima ajakannya. Begitu pula imam yang mengajak umat manusia kepada kesesatan dan mereka juga mengiyakan ajakan ini. Golongan pertama akan masuk ke dalam surga dan golongan kedua akan berada di dalam api neraka."

 

 

Bathnul 'Aqabah
Jumat, 25 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Seorang kakek tua berkata kepada Imam Husain as, "Demi Allah! Kembalilah dari tempat ini, karena dalam perjalanan ini, Anda tidak akan menemui kecuali panah dan tombak. Seandainya mereka yang telah mengundang Anda itu berani memikul beban perang dan mempersiapkan segala sesuatu untuk Anda, lalu Anda mendatangi mereka, makan mungkin masih ada harapan. Akan tetapi, dengan kondisi yang telah terjadi ini, menurut saya, tidak baik Anda melanjutkan perjalanan." Imam Husain as menjawab ucapan kakek tua ini, "Masalah ini sangat jelas bagiku dan saya juga sependapat denganmu. Akan tetapi, tak seorang pun dapat mengalahkan ketentuan Ilahi."

·                    Imam Husain as berkata kepada para pengikut beliau, "Saya yakin bahwa saya pasti akan terbunuh." Mereka bertanya alasan ucapan ini. Beliau menjawab, "Saya bermimpi sekelompok anjing menyerangku. Di antara sekelompok anjing ini, ada seekor anjing yang sangat buas dan memotong-motongku."

 

Ucapan Imam Husain as di persinggahan ini, "Bani Umaiyah tidak akan pernah membiarkan kita sebelum mereka mengambil jiwa kita. Jika mereka bertindak demikian, maka Allah akan menguasakan atas mereka orang-orang yang akan menghinakan mereka."

 

 

Syaraf dan Dzu Husm
Sabtu, 26 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Di persinggahan Syaraf, Imam Husain as memerintahkan kepada para pengikut beliau supaya membawa banyak air dan berangkat di pagi hari. Di pertengahan jalan dan saat Zhuhur tiba, mereka bertemu dengan sebuah laskar. Imam Husain as menggerakkan karavan dengan cepat dan berhasil tiba di persinggahan Dzu Husm sebelum laskar itu tiba. Setelah itu, beliau memerintahkan supaya laskar dan kuda-kuda mereka diberi minum.

·                    Laskar Imam Husain as dan laskar musuh yang dikomandani oleh Hurr melaksanakan shalat Zhuhur. Imam Husain as bertindak sebagai imam jamaah.

·                    Imam Husain as berkata kepada laskar Hurr, "Kami Ahlul Bait as lebih layak untuk memegang kepemimpinan atas kalian daripada para pengaku yang tidak bertindak dengan adil dan selalu melalimi kalian. Wahai masyarakat! Saya tidak datang kepada kalian kecuali kalian telah mengundangku. Jika kalian tidak senang dengan kedatanganku, maka saya akan kembali." Ketika beliau ingin kembali, Hurr menghalang-halangi beliau. Imam Husain as berkata, "Semoga ibumu berduka! Apa yang kamu inginkan?" Hurr menjawab, "Saya memperoleh perintah untuk menyerahkanmu kepada Ubaidullah bin Ziyad. Jika kamu tidak menerima, maka paling tidak kamu harus memilih sebuah jalan yang tidak menuju Kufah dan tidak pula menuju Madinah."

 

Ucapan Imam Husain as di persinggahan ini, "Apakah kalian tidak melihat bahwa hak tidak diamalkan dan batil tidak dihindari? Pada kondisi seperti ini, seorang Mukmin seyogyanya memohon supaya berjumpa dengan Allah."

 

 

Al-Baidhah
Minggu, 27 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Laskar Imam Husain dan laskar Hurr bin Yazid Riyahi yang berjalan beriringan tiba di persinggahan ini. Pada kesempatan ini, Imam Husain as berkata kepada laskar Hurr, "Bani Umaiyah dengan perintah setan menentang Allah dan berbuat kerusakan. Mereka tidak memperhatikan hukum-hukum Allah dan merampas Baitul Mal untuk diri mereka. Mereka menghalalkan seluruh haram Allah dan mengharamkan seluruh halal-Nya. Kalian telah menulis surat kepadaku dan menegaskan bahwa kalian telah berbaiat kepadaku. Jika kalian masih setia memegang baiat kalian terhadapku, maka kalian telah bertindak logis, karena saya adalah putra dari putri Rasulullah dan uswah bagi kalian. Jika kalian memutuskan baiat tersebut, maka demi Allah, ini bukanlah suatu hal yang aneh. Kalian telah melanggar janji terhadap ayahku Ali, saudaraku Hasan, dan anak pamanku Muslim. Ketahuilah, jika kalian melakukan hal ini, maka kalian telah kehilangan kebahagiaan kalian."

 

Ucapan Imam Husain as di persinggahan ini, "Wahai manusia! Rasulullah saw pernah besabda, 'Barang siapa melihat seorang penguasa zalim, pengkhianat, penghalal hal-hal yang haram, dan penentang Sunah Rasulullah saw, lalu ia tidak bangkit untuk menentangnya, maka ia akan memiliki tempat di Jahanam bersamanya."

 

 

'Udzaibul Hajanat
Senin, 28 Dzulhijjah 60 Hijriah
 

·                    Beberapa orang penduduk Kufah menjumpai Imam Husain as dan menjelaskan kondisi kota seraya berkata, "Para pembesar Kufah telah menerima suap dalam jumlah yang sangat banyak. Sekarang, mereka memusuhi Anda dengan satu suara. Hati seluruh penduduk bersama Anda. Akan tetapi, besok pedang mereka akan dihunus untuk melawan Anda."

·                    Imam Husain as bertanya kepada mereka tentang utusan beliau, Qais bin Musahhar. Mereka menjawab, "Mereka membawa Qais setelah tertangkap ke atas istana Darul Imarah supaya melaknat Anda dan ayah Anda. Akan tetapi, ia mengirimkan salam untuk Anda dan ayah Anda, dan lantas melaknat Ibn Ziyad dan ayahnya. Ia juga memberitahukan bahwa Anda sedang datang. Untuk itu, Ibn Ziyad memerintahkan supaya ia dilemparkan dari atas Darul Imarah dan lantas ia syahid." Mendengar cerita ini, Imam Husain as menangis seraya membaca ayat, "Dari kalangan Mukminin ada sekelompok orang yang memegang teguh janji mereka terhadap Allah. Sebagian dari mereka menyongsong kematian dan sebagian yang lain masih menunggu."

 

Ketika mendengar berita kesyahidan Qais di persinggahan ini, Imam Husain as berdoa, "Ya Allah! Tetapkanlah posisi yang tinggi bagi kami dan para pengikut kami di sisi-Mu dan kumpukanlah kami di haribaan rahmat-Mu."

 

 

Qashr Bani Muqatil
Rabu, 1 Muharam 61 Hijriah
 

·                    Sekelompok penduduk Kufah telah memasang kemah di persinggahan ini. Imam Husain as bertanya kepada mereka, "Apakah kalian siap membantu kami?" Sebagian menjawab, "Hati kami tidak rela untuk mati." Sebagian yang lain menjawab, "Kami memiliki banyak istri dan anak. Kami banyak menerima titipan harta masyarakat dan kami tidak bisa yakin terhadap nasib perang ini. Oleh karena itu, kami tidak siap membantumu."

·                    Imam Husain as memerintahkan para pemuda untuk mengambil air dan bergerak di malam hari. Beliau tertidur sejenak di atas kuda tunggangan. Setelah terbangun, beliau berkali-kali mengulangi ucapan "inna lillah wa inna ilaihi raji'un". Ali Akbar maju ke depan dan menanyakan alasan beliau mengucapkan kalimat itu. Imam Husain as menjawab, "Seorang penunggang kuda hadir di hadapanku seraya berkata, 'Kaum ini bergerak di malam hari, sedangkan kematian sedang menunggu mereka.'" Ali Akbar bertanya, "Ayahku! Bukankah kita berada dalam kebenaran?" "Demi Allah! Kita berada dalam kebenarang," jawab Imam Husain menimpali. "Jika begitu, kita tidak akan pernah takut terhadap kematian," jawab Ali Akbar tegas. "Semoga Allah menganugerahkan kebaikan kepadamu," jawab Imam Husain as.

 

Imam berkata kepada Ubaidullah Ju'fi di persinggahan ini, "Jika engkau enggan membantu kami, maka janganlah masuk ke dalam golongan yang memerangi kami. Demi Allah! Barang siapa mendengar jeritan kami dan enggan menolong kami, maka Allah akan melemparkannya ke dalam neraka dengan muka di bawah."

 

 

Nainawa dan Karbala
Kamis, 2 Muharam 61 Hijriah
 

·                    Nainawa adalah sebuah tempat yang Hurr memperoleh perintah supaya Imam Husain as diberhentikan di sebuah gurun pasir yang tak berair, tak berpohon, dan tak berbenteng. Guna mencari tempat yang lebih cocok, beliau meneruskan perjalanan hingga sampai di sebuah tempat. Beliau menanyakan nama tempat ini. Ketika mendengar bahwa nama tempat ini adalah Karbala, beliau menangis seraya berkata, "Turunlah kalian. Di sinilah darah kita akan diteteskan dan tempat kuburan kita. Di sinilah kuburan kita akan menjadi tempat ziarah. Begitulah kakekku Rasulullah menjanjikan." Mendengar seruan ini, para sahabat beliau turun dan menurunkan seluruh barang bawaan. Laskar Hurr mengambil posisi di tempat berhadapan dengan laskar Imam Husain as.

·                    Imam Husain as mengumpulkan seluruh keluarga dan memandangi mereka. Beliau pun menangis. Setelah itu, beliau berkata, "Ilahi! Mereka telah mengusir kami dari tanah suci kakekku. Bani Umaiyah telah menzalimi hak kami. Ya Allah! Ambillah hak kami dari para lalim dan menangkanlah kami atas musuh-musuh kami."

·                    Ubaidullah bin Ziyah menulis sepuruk surat kepada Imam Husain as yang berisi, "Berita ketibaanmu di Karbala telah kami terima. Yazid bin Mu'awiyah telah memerintahkanku supaya aku tidak tidur sebelum membunuhmu, atau engkau menerima ketentuanku dan ketentuan Yazid bin Mua'wiyah. Wassalam." Imam Husain as berkata, "Surat ini tidak perlu dijawab, karena Ubaidullah memang sudah ditentukan menerima azab Ilahi."

 

Setelah Imam Husain as membaca surat Ibn Ziyad, beliau berkata, "Semoga tidak berjaya golongan yang telah rela membeli keridaan manusia dengan harga amarah Allah." (Yaitu lebih mementingkan keridaan manusia atas amarah Allah).

 

Karbala
Jumat, 3 Muharam 61 Hijriah
 

·                    Umar bin Sa’ad memasuki Karbala dengan laskar Kufah yang berjumlah empat ribu orang.

·                    Sebagian menuliskan, “Kabilah Umar bin Sa’ad (Bani Zuhrah) datang mendekati dan menyumpahnya untuk mengurungkan diri dari keputusannya (menjadi sukarelawan untuk berperang menentang Imam Husain as), karena hal ini akan menyebabkan permusuhan antara mereka dan Bani Hasyim.

·                    Di sisi lain, salah satu dari dua putranya yang bernama Hafsh mendorongnya untuk membunuh Imam Husain as, sedang yang lainnya memperingatkan untuk mengurungkan niat itu. Dan usulan Hafsh-lah yang terpilih. Ia bersama ayahnya memutuskan diri pergi ke Karbala untuk memerangi Imam Husain as.

·                    Saat Umar bin Sa’ad mengirim seseorang kepada Imam Husain as untuk mengetahui alasan kedatangan beliau ke negeri ini, beliau as berkata, “Rakyat kota Anda telah menulis surat kepadaku dan mengundangku. Jika kedatanganku telah membuat Anda tak senang, maka saya akan kembali!”

·                    Begitu Umar bin Sa’ad mendengar pesan Imam Husain as ini, ia berkata, “Semoga Allah melepaskanku dari memerangi Husain.”

 

Saat memasuki Karbala, Imam Husain as berkata, “Manusia adalah budak dunia dan agama mereka hanya menjadi hiasan di bibir. Selama kehidupan mereka masih berputar, mereka akan mengikuti agama. Namun, begitu ujian dan cobaan datang, hanya sedikit dari mereka yang masih tetap mempertahankan agamanya.”

 

 

Karbala
Sabtu, 4 Muharam 61 Hijriah
 

·                    Di masjid Kufah, Abdullah bin Ziyad berkata kepada warga yang hadir, “Wahai warga Kufah! Kalian telah menguji keturunan Abu Sufyan, dan telah menemukan mereka sebagaimana yang kalian inginkan! Kalian mengenal Yazid yang berakhlak dan berperilaku baik pada para bawahannya. Seluruh pemberian-pemberiannya berada pada tempatnya yang tepat. Demikian juga dengan ayahnya. Kini Yazid memerintahkanku untuk membagi-bagikan uang kepada kalian dan mengirimkan kalian untuk melawan musuhnya, Husain.”

·                    Setelah itu, ia memerintahkan untuk mengumumkan kepada seluruh warga dan mempersiapkan rakyat untuk bergerak menuju medan laga.

·                    Syimr bin Dzil Jausyan bersama empat ribu pasukan; Yazid bin Rakab, dua ribu, Husain bin Namir, empat ribu; Mazhayir bin Rahinah, tiga ribu, dan Nashr bin Harsyah dengan dua ribu pasukan. Keseluruhannya menyatakan diri siap berperang melawan Imam Husain as.

·                    Dan perjalanan menuju Karbala segera dimulai.

 

Dalam menjawab Qais bin Asy’ab yang menyarankannya untuk berbaiat pada Yazid, Imam Husain bin Ali as berkata, “Tidak, demi Allah! Aku tidak akan meletakkan tanganku dengan hina di atas tangan mereka, dan juga tidak akan melarikan diri dari medan laga sebagaimana para budak.”

 

 

Karbala
Minggu, 5 Muharam 61 Hijriah
 

·                    Akhirnya secara bertahap, pasukan yang terpencar di seluruh kota Kufah berkumpul dan bergabung dengan pasukan Umar bin Sa’ad. Menurut sebuah riwayat, Syabts bin Rub’i telah bergerak ke arah Karbala dengan seribu pasukan berkuda.

·                    Ubaidullah memerintahkan kepada sebagian pasukan untuk berdiri di jalanan yang menujuke arah Karbala dan menghalangi siapa pun yang keluar dari Kufah untuk membantu Imam Husain as.

·                    Karena sekelompok warga mengetahui bahwa perang melawan Imam Husain as berada dalam hukum perang menentang-Nya dan menentang rasul-Nya, maka di pertengahan jalan mereka memisahkan diri dari pasukan musuh dan melarikan diri.

·                    Menurut sebuah riwayat, seorang komandan laskar yang sebelumnya bergerak dari Kufah dengan seribu pasukan, begitu sampai di Karbala,pasukan yang tersisa hanya sekitar tiga atau empat ratus orang, dan selebihnya melarikan diri karena tidak memiliki keyakinan terhadap perang ini.

 

Penggalan dari pidato Imam Husain as yang ditujukan pada pasukan musuh, ”Perhatikanlah! Kami tidak akan pernah menyerah dengan hina. Allah, Rasul-Nya dan para mukmin tidak akan pernah menerima kehinaan untuk kami. Pangkuan-pangkuan suci yang telah membesarkan kami. Kepandaian dan keberanian mereka tidak akan pernah mengajarkan untuk mendahulukan ketaatan pada orang-orang hina atas kematian secara ksatria.”

 

 

Karbala
Senin, 6 Muharam 61 Hijriah
 

·                    Umar bin Sa’ad memperoleh sebuah surat dari Ubaidullah yang isinya demikian, “Aku tidak begitu saja menyerahkan pasukan berkuda dan pasukan berjalan kepadamu. Perhatikanlah bahwa aku memberikan tugas untuk melaporkan keadaan di sini setiap hari kepadaku.”

·                    Habib bin Mazhahir meminta izin kepada Imam Husain as untuk mendekati kabilah Bani Asad yang hidup di dekat daerah itu dan mengajak mereka untuk bergabung. Beliau mengizinkan. Habib kemudian mendatangi mereka dan berkata, “Ikutilah perintahku hari ini dan bergegaslah untuk membantu Husain supaya kalian berada dalam kemuliaan dunia dan akhirat.”

·                    Sejumlah sembilan puluh orang bangkit dan bergerak menuju Karbala. Akan tetapi, di pertengahan jalan mereka bersirobok dengan pasukan Umar bin Sa’ad, dan karena tidak memiliki pertahanan yang kuat, akhirnya mereka terpencar dan kembali ke rumah masing-masing.

·                    Habib mendatangi Imam Husain as dan menceritakan peristiwa ini. Beliau hanya berkata, “Laa haula wa laa quwwata illa billah.”

 

Surat Imam Husain as dari Karbala kepada saudaranya Muhammad bin Hanafiyah dan Bani Hasyim, “Seakan dunia sama sekali tak pernah ada (dan demikian inilah dunia yang berkesudahandan tanpa arti), sementara akhirat adalah senantiasa.”

 

 

Karbala
Selasa, 7 Muharam 61 Hijriah
 

·                    Dituliskan bahwa pasukan yang mengambil baju, senjata perang dan gaji dari pemerintah Bani Umayyah dan siap untuk berperang menentang Imam Husain as berjumlah lebih dari 30 ribu orang.

·                    Umar bin Sa’ad kembali mendapatkan sebuah surat dari Ubaidullah dengan isi sebagai berikut, “Jadikanlah pasukanmu untuk memisahkan antara Husain dan sahabat-sahabatnya dengan sungai Furat, sedemikian hingga bahkan tak ada setetes air pun yang sampai ke mereka, sebagaimana Utsman bin Affan dulu terhalangi dari air.”

·                    Kemudian Umar bin Sa’ad menempatkan 500 pasukan penunggang kuda di sisi sungai Furat. Salahsatu dari mereka berteriak, “Husain! ... Demi Allah ... Engkau tidak akan meminum air ini walau setetes pun hingga kehausan merenggut nyawamu.”

·                    Imam Husain as berkata, “Ilahi!! Binasakan ia dengan kehausan dan jauhkan ia dari segala rahmat-Mu!” Hamid bin Muslim mengatakan, aku melihat dengan mataku sendiri bahwa kutukan Imam Husain as betul-betul terlaksana.

 

Demikian Abu Abdillah Imam Husain as mengutuk pasukan musuh, “Ilahi! Tahanlah hujan-Mu dari mereka, ciptakan kesulitan dan kekeringan (sebagaimana tahun-tahun Yusuf), dan tempatkan budak Tsaqafi (Hajjaj bin Yusuf) untuk mereka supaya mereka merasakan pahitnya tegukan racun, dan ambilkan balas dendamku, para sahabatku, Ahlul Bait dan para Syiah-ku dari mereka.”

 

Karbala
Rabu, 8 Muharam 61 Hijriah
 

·                    Rasa kehausan di kemah-kemah makin lama terasa semakin mencekik. Imam Husain as memerintah saudaranya, Abbas, bersama beberapa orang untuk bergerak ke sungai Furat di malam hari. Dengan rencana yang matang, mereka berhasil mematahkan dan menerobos barisan musuh dan kembali ke kemah dengan kantong-kantong penuh air.

 

Pertemuan Imam Husain as dengan Umar bin Sa’ad
·                    Imam Husain berskata, “Wahai anak Sa’ad! Apakah engkau datang menemuiku dan tidak memiliki keluhan pada-Nya?” Ibnu Sa’ad mengatakan, “Jika aku memisahkan diri dari kelompok ini, maka rumahku akan rusak, kekayaanku akan dirampas, dan aku mengkhawatirkan anggota keluargaku dari kemarahan Ibnu Ziyad.” Imam Husain berkata, “Bagaimana dengan dirimu sendiri? Allah akan segera mengambil jiwamu dan engkau tidak akan terampuni di hari kiamat ... Apakah engkau mengira akan sampai pada pemerintahan Rey dan Gurgan? Demi Allah! Tidaklah demikian, karena engkau tidak akan pernah sampai pada keinginanmu.”

·                    Ubaidullah dalam surat selanjutnya mengancam Umar bin Sa’ad bahwa ia akan memecatnya dari tugasnya, berkata, “Jika engkau mempermainkan dan tidak mentaati perintahku, maka aku akan menyerahkan tanggung jawab pasukan ini pada Syimr bin Dzil Jausyan.”

 

Penggalan dari pidato Imam Husain as kepada para sahabatnya, “Wahai para keturunan besar dan agung! Bersabarlah, karena kematian hanyalah sebuah jembatan tempat kalian akan melewati segala kesulitan dan penderitaan dan mengantarkan kalian ke syurga yang luas dengan segala nikmatnya yang senantiasa.”

 

 

Karbala
Kamis, 9 Muharam 61 Hijriah
 

·                    Syimr mendatangi perkemahan Imam Husain as. Selain memanggil Abbas dan putra-putra Ummul Banin lainnya, ia mengatakan, “Aku telah mengambil surat jaminan untuk kalian dari Ubaidullah.” Secara bersamaan, mereka berkata, “Allah melaknatmu dan melaknat surat jaminanmu! Kami berada dalam keamanan dan putra dari putri Rasulullah berada dalam ancaman?!”

·                    Melalui saudara lelakinya, Abbas, Imam Husain as meminta kesempatan satu malam dari musuh untuk melakukan shalat, berdoa, berkhalwat dengan Tuhan dan membaca Al-Quran.

·                    Penggalian parit di seputar perkemahan untuk menghadapi musuh dan memutus hubungan musuh dengan perkemahan dari tiga arah. Interaksi hanya bisa dilakukan dari satu arah dimana para sahabat Imam Husain as ditempatkan. Ini adalah strategi Imam Husain as yang sangat bermanfaat bagi para sahabat.

·                    Sekelompok dari laskar Umar bin Sa’ad bergabung dengan pasukan Imam Husain as.

 

Pidato Imam Husain as kepada musuh, “Celaka kalian! Kerugian apa yang akan kalian peroleh jika mendengarkan perkataanku? Aku mengajak kalian ke jalan yang benar. Akan tetapi kalian menolak seluruh perintahku dan tidak mendengarkan perkataanku, karena perut-perut kalian telah terpenuhi oleh kekayaan haram hingga mengeraskan hati-hati kalian.”

 

 

Karbala
Jumat, 10 Muharam 61 Hijriah
 

·                    Setelah menunaikan shalat Subuh bersama para sahabatnya, Imam Husain as bersabda, “ ... Allah telah memerintahkan pada kesyahidanku dan kesyahidan kalian. Selamat atas kalian yang memilih kesabaran.”

·                    Imam Husain as memerintahkan Zuhair bin Qain untuk memegang komando pasukan sebelah kanan, dan Habib bin Mazhahir, pasukan sebelah kiri. Sementara bendera berada di tangan saudaranya, Abbas.

·                    Kendati pasukan musuh telah mendekati perkemahan, namun Imam Husain as belum memerintahkan untuk melemparkan anak panah. Beliau berkata, “Aku tidak ingin memulai perang dengan pasukan ini.”

·                    Umar bin Sa’ad meletakkan anak panah di panahnya dan melemparkannya ke arah para sahabat Imam Husain seraya berkata, “Saksikanlah bahwa akulah orang pertama yang melemparkan anak panah ke arah pasukan Husain.” Kemudian tindakan ini diikuti oleh para pasukan Umar bin Sa’ad. Mereka membidik para sahabat Imam Husain as dari segala arah.

·                    Imam Husain as bersabda, “Bangkitlah wahai para sahabatku, dan bergegaslah menuju kesyahidan! Allah akan mengampuni kalian.”

·                    Pada serangan pertama, lebih dari empat puluh sahabat Imam Husain as gugur syahid. Selebihnya, secara bergilir satu persatu dari mereka maju ke medan pertempuran untuk bergegas menyambut kesyahidan. Ketika seluruh sahabat telah gugur, tibalah giliran keturunan Bani Hasyim untuk maju ke medan laga bersabung nyawa. Namun mereka pun mereguk madu kesyahidan, seluruhnya, tanpa tersisa.

 

Kini Imam Husain as sendirian, tak berteman. Dengan pandangan penuh haru,beliau memandang ke arah jasad-jasad suci para sahabatnya dan memanggil mereka satu persatu, kemudian bergerak ke arah perkemahan untuk mengucapkan perpisahan terakhir. Setelah itu, beliau lantas mengeluarkan pedang dari sarungnya, berdiri berhadapan dengan musuh, dan memulai peperangan yang tak seimbang. Musuh segera mengepungnya dari segala arah. Tiba-tiba, sebuah anak panah bercabang tiga mengenai dada sebelah kirinya, menancap tepat di jantungnya, sementara tubuh sucinya dipenuhi oleh seratus lebih anak-anak panah yang menancap. Imam Husain as tersungkur jatuh, gugur syahid. Ruhnya yang mulia bergabung ke alam malakut yang tinggi. Jeritan para wanita dan anak-anak, bahkan para malaikat membahana, mengharu biru dan memenuhi belantara langit.

 

 

Karbala
Tragedi Petang Hari Asyura
 

·                    Sore hari kesepuluh, setelah kesyahidan Imam Husain as,

Yazid memerintahkan laskarnya untuk merampas, menjarah, membakar perkemahan dan menyiksa para keluarga kenabian. Dengan membabi buta mereka segera menaati perintah ini. mereka menyerbu ke arah perkemahan Imam Husain as, menjarah peralatan, pakaian dan unta-unta, dan kadang kala tanpa malu terlihat tengah merebut dan mengambil paksa pakaian dari tangan seorang wanita Ahlul Bait as. Putri-putri Rasulullah saw dan keluarga Imam Husain as keluar dari perkemahan, menangis dan menjerit karena kehilangan para pelindung dan orang-orang yang mereka kasihi.

·                    Setelah itu, dengan kepala terbuka, kaki telanjang dan pakaian-pakaian yang telah terjarah, keluarga ini menjadi tawanan Umar bin Sa’ad. Perempuan-perempuan agung ini berkata, "Lewatkanlah kami dari tempat terbunuhnya Imam Husain as." Saat pandangan mereka jatuh ke jasad para syuhada, kembali terdengar jeritan dan raungan yang membahana. Mereka menampari wajah-wajah mereka sendiri. Setelah peristiwa ini, Umar bin Sa’ad yang terlaknat, mengumumkan pada laskarnya, “Siapakah diantara kalian yang bersedia menginjak-injak punggung dan dada Husain dengan kuda?!” Sepuluh orang bangkit menyatakan kesediaannya, dan mulai mengarahkan kuda-kudanya untuk menginjak-injak tubuh mulia Imam Husain as.

·                    Sore itu juga, Umar bin Sa’ad memerintah pasukan Khuli bin Yazid Ashbahi dan Hamid bin Muslim Azdi untuk mengirimkan kepala mulia Imam Husain as ke Ubaidullah bin Ziyad di Kufah. Sementara yang lainnya mengumpulkan kepala-kepala para sahabat dan keluarga beliau yang berjumlah tujuh puluh dua kepala, kemudian mengirimkan seluruh kepala ini ke Kufah bersama Syimr bin Dzil Jausyan dan Qais bin Asy’ats. Setelah itu, mereka mulai mencari-cari orang-orang mereka yang terbunuh lalu menguburkannya. Namun jenazah Imam Husain dan para sahabatnya yang tak berkepala tetap dalam keadaan telanjang di sahara Karbala sampai hari kedua belas Muharam, hingga akhirnya kabilah Bani Asad menguburkan mereka atas arahan Imam Sajjad as.

 

 

Karbala
Sabtu, 11 Muharam 61 Hijriah
 

·                    Pada hari kesebelas Muharam, Umar bin Sa’ad mengeluarkan perintah untuk meninggalkan Karbala menuju Kufah, para wanita dan harim Imam Husain as dinaikkan ke atas unta-unta yang tak berperlengkapan. Para keluarga nubuwwat ini ditawan layaknya para tawanan kafir yang berada dalam kondisi tersulit dan penderitaan terberat. Saat bergerak dari Karbala, Umar bin Sa’ad memerintahkan untuk mengarahkan para tawanan ke medan pertempuran. Qais bin Qurrah mengatakan, “Aku tak akan pernah melupakan bagaimana kondisi Zainab putri Fatimah as saat melihat jasad Husain yang tak berkepala dan tersungkur di atas tanah, jeritannya begitu menyayat." Imam Sajjad as berkata, “Saat aku memandang jasad para syuhada yang tersungkur di atas tanah dan tiada seorang pun dari mereka yang bersedia menguburkannya, dadaku penuh sesak dan rasa berat yang tak terhingga telah melingkupiku hingga hampir saja jiwaku melayang. Saat mengetahui keadaanku, bibiku Zainab menenangkanku supaya aku sabar menghadapi semuanya.”

 

Tiada cara bagiku ‘tuk tak pergi dan tak meninggalkanmu,

Wahai tubuh yang tercabik-cabik, kuserahkan dirimu pada-Nya

 

 

Kufah
Minggu, 12 Muharam 61 Hijriah
 

·                    Selain sebelumnya Ubaidullah bin Ziyad telah melakukan propaganda salah untuk menentang Imam Husain as dan para keturunannya, dan memperkenalkan beliau sebagai orang asing, kini ia juga mendorong rakyat Kufah untuk hadir dalam pesta perayaan kemenangan.

·                    Rakyat Kufah yang gembira atas kemenangan ini berdatangan ke lorong-lorong dan pasar untuk melihat para tawanan. Namun tiba-tiba kegembiraan sebagian besar dari mereka yang memiliki sedikit cahaya keimanan di dalam kalbu berubah menjadi api kebencian dan kesedihan saat mendengar pidato Imam Sajjad as dan bibinya, Zainab Kubra sa yang berkobar.

·                    Selama berada di Kufah, kedua manusia agung ini bersama mereka yang tersisa dari tragedi Karbala, berada di antara rakyat sebagai tawanan perang dan berjalan di antara kepala-kepala syuhada Karbala yang ditancapkan di ujung-ujung tombak.

·                    Perlahan-lahan, para penduduk Kufah mempertanyakan keturunan dan asal para tawanan ini. Mereka memasuki Darul Imarah dengan keraguan dan pertanyaan-pertanyaan yang senada hingga akhirnya mendapatkan jawabannya dalam pertemuan Ubaidullah bin Ziyad, penguasa bengis Kufah dan penyebab utama kesyahidan Imam Husain as.

·                    Di depan kemarahan para tawanan dan penduduk, Ubaidullah bin Ziyad mengambil tongkat kayu seraya memukul kepala mulia Imam Husain as dan menyatakan bahwa kejadian ini merupakan kemenangan baginya di medan laga, dan terbunuhnya Imam Husain merupakan kehendak-Nya. Saat itulah ia mendapatkan jawaban yang mematikan dan sangat pedas dari Zainab as dan Imam Ali bin Imam Husain as yang menyebabkan kehinaan Yazid dan para keturunan Yazid.

 

Setelah sehari (atau beberapa hari, menurut sebuah riwayat) Ibnu Ziyad membawa kepala-kepala para syuhada untuk berkeliling di lorong-lorong dan tempat-tempat di Kufah, ia kemudian mengirimkan mereka ke Yazid bin Muawiyyah di Syam. Setelah itu, menyerahkan para tawanan pada tanggung jawab Mukhaddhar bin Tsa’labah ‘Aidzi dan Syimr bin Dzil Jausyan untuk membawa mereka ke Syam. Ia memerintahkan supaya tubuh Zainal Abidin as diikat, kedua tangannya dikuncikan di leher, kemudian dinaikkan ke atas seekor unta yang tak berperlengkapan.

 

Di Pinggiran Sungai Furat
 

·                    Para pembawa kepala-kepala syuhada menurunkan bawaannya di rumah peristirahatan pertama, lalu sibuk bergembira dan mempermainkan kepala suci Imam Husain as dan menghabiskan sebagian malam untuk minum dan bermabuk-mabuk. Namun, tiba-tiba sebuah tangan keluar dari tembok dan menuliskan sebuah sajak dengan tinta darah dari sebuah pena besi, dan mengatakan, “Apakah kelompok yang membunuh Imam Husain as akan menerima syafaat dari kakeknya pada hari kiamat?”

·                    Di dekat tempat kejadian, seorang rahib yang saat itu tengah sibuk bermunajat di tempat peribadatannya mendengar perkataan ini. Ia bangkit. Dari jendela, ia melihat sebuah tombak yang tersandar di tembok dengan cahaya yang terang benderang hingga menuju langit. Ia juga melihat para malaikat langit yang turun berkelompok-kelompok ke arahnya. Rahib menyaksikan kejadian ini dengan takjub. Rasa ketakutan melingkupinya. Ia keluar dari tempatnya dan mendekati para pengikut Ibnu Ziyad, bertanya, “Siapakah pemimpin kalian?” Menjawab, “Khuli.”

·                    Rahib mendatangi Khuli dan bertanya, “Kepala siapakah itu?” Menjawab “Kepala seorang asing yang melakukan perlawanan di tanah Irak dan ia terbunuh di tangan Ibnu Ziyad.” Berkata, “Siapa namanya?”, menjawab “Husain bin Ali bin Abi Thalib.” Bertanya, “Siapa nama ibunya?” menjawab, “Fatimah binti Muhammad Mushtafa.” Berkata, “Apakah ia adalah Muhammad, nabi kalian?”, menjawab, “Benar”, berkata, “Binasalah kalian dengan apa yang telah kalian lakukan.”

·                    Rahib mendesak mereka untuk menyerahkan kepala tersebut hingga pagi hari di rumahnya. Khuli mengatakan, kami tidak bisa menyerahkannya hingga kami membawanya kepada Yazid bin Muwiyyah dan mengambil hadiah darinya. Rahib bertanya, “Berapakah hadiah yang dijanjikan kepada kalian? Aku akan memberikan sepuluh ribu dirham.”

 

Khuli menerima dirham tersebut dan menyerahkan kepala mulia Imam Husain as ke tangan sang rahib. Rahib meletakkan kepala tersebut di atas sajadahnya dan mengharumkannya dengan minyak misik, kemudian menangis sepanjang malam. Ketika pagi tiba, ia berkata, “Wahai kepala! Aku tidak memiliki sesuatu selain tubuh. Akan tetapi, aku bersaksi bahwa tiada sembahan selain Tuhan. Kakekmu adalah Muhammad, rasul-Nya dan aku bersaksi bahwa aku adalah budak dan hambamu. Wahai Abu Abdillah, demi Allah!Sangat sulit bagiku tidak berada di Karbala dan mengorbankan jiwaku untukmu. Wahai Abu Abdillah! Saat engkau bertemu dengan kakekmu, bersaksilah untukku bahwa aku telah mengucapkan dua kalimat syahadat dan telah berkhidmat kepadamu dan kepada Islam." Kemudian rahib berkata, Asyhadu anlaa ilaha illa huwa...., kemudian ia menyerahkan kembali kepala tersebut kepada mereka. Setelah peristiwa ini, ia keluar dari tempat peribadatannya dan mengabdikan diri pada Ahlul Bait as.

 

Takrit
 

·                    Saat kafilah Karbala sampai di Takrit, para petugas menulis surat kepada gubernur setempat yang berisi, "Temuilah kami, karena kami bersama kepala orang-orang asing." Setelah gubernur membaca surat ini, ia memerintahkan untuk segera mengibarkan bendera-bendera, memukul genderang dan menghias kota. Rakyat dari segala penjuru kota pun berdatangan. Gubernur bergerak keluar untuk menemui mereka dan setiap kali ditanyakan kepada mereka tentang siapakah kepala ini, ia akan menjawabnya dengan mengatakan bahwa ini adalah kepala orang asing yang bangkit untuk menentang Yazid, dan Ibnu Ziyad telah berhasil membunuhnya. Namun, seorang Nashrani yang hadir di tempat itu mengatakan, “Wahai rakyat Takrit! Aku berada di Kufah saat kepala ini dibawa. Ini bukanlah kepala orang asing. Ini tidak lain adalah kepala Imam Husain as.”

·                    Begitu mendengar perkataan ini, mereka langsung menggantikan bunyi genderang dengan membunyikan terompet untuk memperingati kebesaran Imam Husain as, dan mengatakan bahwa kami membenci kaum yang membunuh putra dari putri nabi mereka sendiri.

·                    Saat mendengar kabar mengenai reaksi rakyat Takrit yang seperti ini, petugas Yazid mengurungkan diri untuk memasukkan kafilah tawanan Karbala ke kota itu. Selanjutnya kafilah duka ini melanjutkan perjalanannya dari luar Takrit melalui padang sahara.

 

A’ma, Dair ‘Urwah, Dan Shalita
 

·                    Perjalanan dari Takrit terus berlanjut hingga sampai ke sebuah daerah bernama A’ma, setelah itu dilanjutkan ke Dair ‘Urwah, dan seterusnya tanpa henti menuju ke Shalita.

 

Nakhlah
 

·                    Saat sampai di daerah bernama Wadi Nakhlah, waktu telah menjelang malam, dan di sini pulalah kafilah berhenti dan melewati malam. Pada malam itu, suara jeritan, raungan, tangisan anak-anak dan senandung duka para wanita kembali terdengar. Tangisan dan tetesan air mata yang menghikayatkan duka, derita dan nestapa karena kehilangan orang-orang terkasih. Akan tetapi, mata dan hati buta para petugas kafilah sama sekali tak tergugah dan tersentuh oleh air mata dan tangisan-tangisan ini. Hingga Shubuh, para petugas Yazid disibukkan dengan pesta pora dan hura-hura.

 

Marsyad dan Lina
 

·                    Dari Wadi Nakhlah, kafilah duka Karbala bergerak ke arah Marsyad. Pada awalnya kaum lelaki dan perempuan kota ini berdatangan untuk menyambut mereka. Namun ketika mereka menyaksikan kondisi para tawanan ini, segera suara isakan, jerit dan tangisan membahana ke awan, dan ketakutan mereka untuk menyerang para pembunuh Imam Husain as pun sirna.

 

Mushal dan Sinjar
 

·                    Di dekat daerah Mushal, para petugas Yazid menulis sebuah surat kepada gubernur Mushal untuk menghias kota dan mempersiapkan diri melakukan acara penyambutan bagi kedatangan kafilah duka Karbala.

·                    Sesuai dengan perintah penguasa setempat, kota Mushal telah dipercantik, lampu-lampu benderang dan gemerlapan telah menghias kota dan semarak kota terlihat di seluruh penjuru kota.

·                    Rakyat di daerah ini bertanya-tanya, apa gerangan yang menyebabkan seluruh kegembiraan dan kebahagiaan ini? Dalam jawabannya dikatakan, “Ubaidullah telah membunuh sejumlah orang yang menentang Yazid dan mereka akan mengirimkan kepala-kepalanya kepada Yazid.”

·                    Namun, seseorang yang berada di tengah-tengah rakyat mulai meneriakkan kata-kata, “Wahai rakyat Mushal! mereka semua berbohong. Ketahuilah bahwa sebenarnya yang telah dibunuh oleh Ibnu Ziyad bukanlah orang-orang asing. Mereka tidak lain melainkan putra Rasulullah dan dalam kafilah ini terdapat kepala Imam Husain yang hendak diserahkan ke Yazid.”

 

Nashibain
 

·                    Di Nashibain, penguasa kota mengeluarkan perintah untuk memperindah kota. Saat orang yang membawa kepala Imam hendak memasuki kota, tiba-tiba kuda yang ditungganginya tidak mengikuti perintah tuannya sehingga dipersiapkanlah kuda yang lain. Namun, kuda yang ini pun melakukan tindakan yang serupa, dan kejadian ini terulang beberapa kali. Hingga akhirnya mereka melihat kepala mulia Imam Husain as yang berada di atas tanah. Ibrahim Mushali mengambil dan mengamatinya baik-baik hingga mengenalinya. Setelah itu ia segera melaknat dan mengutuk para petugas. Saat warga kota menyaksikan peristiwa ini, mereka segera memutuskan untuk membunuh pembawa kepala Imam Husain as. Akhirnya karena ketakutan dengan reaksi rakyat, kepala Imam Husain as tidak jadi dibawa masuk ke kota ini.

 

'Ainul Ward dan Da'awat
 

·                    Setelah keluar dari Nashibin, kafilah Karbala memasuki ‘Ainul Ward. Para pembesar dan rakyat kota ini sepakat untuk mengarak kepala-kepala para syuhada dan mengambil keputusan untuk memasuki kota dari pintu ‘Arbain. Selanjutnya, kepala bercahaya Imam Husain as ditancapkan di atas tombak, diletakkan di alun-alun kota, dan menjadi tontonan rakyat dari tengah hari hingga petang. Sekelompok dari mereka bergembira, karena ini adalah kepala-kepala asing, sementara sekelompok lainnya menangis.

 

Qansarin
 

·                    Qansarin merupakan sebuah tempat yang ramai dan berpenduduk banyak. Ketika warga kota ini mendapatkan informasi mengenai kedatangan kafilah ini, mereka segera menutup pintu gerbang kota dan melarang mereka memasukinya. Mereka melaknat rakyat Bani Umayyah dan melempari batu kepada para petugas dan mengatakan, “Wahai orang-orang jahat! Wahai para pembunuh putra-putra para Nabi! Demi Allah! Kalian jangan memasuki kota kami, kendati kalian membunuh orang terakhir dari kami.”

 

Halb
 

·                    Kafilah berhenti untuk sejenak beristirahatdi samping sebuah gunung bernama Jausyan selama satu malam. Para pembawa kepala Imam meletakkan kepala mulia Imam di atas sebuah batu. Saat terbit matahari dan kepala diangkat dari sana, beberapa tetes darah dari kepala Imam Husain mengalir di atas batu. Rakyat kota ini baru menyadari masalah ini setelah kafilah bergerak. Setelah kepergian kafilah, mereka berkumpul di sekitar tetesan-tetesan darah itu dan melakukan majelis duka di tempat ini.

 

Kufr Thab
 

·                    Pintu gerbang di benteng kecil ini tertutup untuk kafilah. Rakyat duduk di atas menara dan tidak bersedia memberikan perbekalan kepada para petugas Yazid, bahkan mereka juga tidak bersedia memberikan sedikit pun air kepada mereka. Khuli mendekati Hushain dan berteriak, “Wahai rakyat Kufr Thab! Bukankah kalian berada di bawah ketaatan pada kami, lalu kenapa kalian tidak bersedia memberikan air kepada kami?!”

·                    Rakyat menjawab, “Demi Zat-Nya! Kami tidak akan memberikan air kepada kalian, sekalikan setetes. Kalianlah yang telah menutup air atas para keturunan Telaga Kautsar dan membuat mereka syahid dengan bibir-bibir yang kehausan.”

 

Ma'arrah Nu'man
 

·                    Para penghuni kota ini membuka pintu gerbang untuk menyambut kedatangan kafilah Karbala ke  kota ini. Mereka menjamu laskar Yazid, memberikan air dan perbekalan kepada mereka dan laskar ini menghabiskan beberapa hari di tempat ini.

 

Humah dan Himsh
 

·                    Setelah melewati Humah, akhirnya kafilah duka Karbala tiba di tempat bernama Himsh. Kota Himsh telah berhiaskan dengan bendera-bendera merah dan kuning untuk menyambut kedatangan kafilah ini. Namun, ketika rakyat kota menyadari bahwa tawanan kafilah ini adalah para putra Ali bin Abi Thalib as dan para putra Rasulullah saw, mereka merasa bersalah dan para perempuan kota segera melakukan majelis duka dan bersenandung duka.

·                    Para lelaki kota yang kecewa dengan keadaan ini, mulai melemparkan bebatuan ke arah laskar Ibnu Ziyad. Karena lemparan ini, sekitar dua puluh enam orang dari pasukan Yazid menemui ajalnya.

·                    Rakyat menutup pintu gerbang kota dan menyatakan bahwa kami tidak akan membiarkan satu orang pun dari kalian yang selamat melewati pintu. Kami harus membunuh Khuli dan mengambil kembali kepala Imam Husain as, dan hingga hari kiamat, kebanggaan ini akan menjadi milik kami.

·                    Laskar Ibnu Ziyad akhirnya mengambil kepala-kepala dan para tawanan dari pintu-pintu kota lainnya dan melarikan diri.

 

Ba'labak
 

·                    Saat para tawanan sampai di dekat kota Ba’labak, rakyat mengibarkan bendera-bendera perayaan, bahkan anak-anak juga dipaksa untuk keluar dari kota hingga satu farsakh untuk menyambut mereka. Sejumlah banyak rakyat lain, keluar dari kota dan mulai menggelar perayaan dengan cara mereka sendiri.

·                    Ummu Kultsum berkata kepada mereka, “Allah akan memecah belah dan memusnahkan kalian, dan kalian akan dikuasai oleh mereka yang tidak memiliki belas kasih kepada kalian.”

 

Dair Nashraniyan
 

·                    Sore mulai beranjak malam Kafilah yang tengah berada di dekat Syam mendengar berita bahwa akan ada sekelompok orang yang hendak menumpahkan darah malam ini untuk membebaskan para tawanan. Mendengar kabar ini, laskar Ibnu Ziyad segera mencari perlindungan ke Dair Nashraniyah.

·                    Seorang rahib mengatakan, “Dair ini tidak memiliki tempat untuk kalian. Masukkanlah kepala-kepala itu dan para tawanan, sementara kalian berjaga-jaga di balik tembok-tembok benteng untuk mengawasi supaya tidak ada musuh yang menyerang kalian."

·                    Rahib menempatkan para tawanan di tempat yang layak dan meletakkan kepala para syuhada di sebuah ruang khusus. Saat malam tiba, sang rahib tua mensucikan dan mengharumkan dirinya, memasuki ruangan dan membuka kunci kotak tempat penyimpanan kepala Imam Husain as. Ia segera mengeluarkan kepala mulia itu ia dari kotak dan dengan penghormatan sempurna ia mulai mencucinya dengan air bunga dan lalu mengharumkannya dengan minyak wangi. Setelah itu, ia meletakkannya ke arah kiblat dan berdiri di depannya.

·                    Malam itu sang rahib mengajak para muridnya untuk memeluk agama Islam dan mengusulkan kepada Imam Sajjad as bahwa mereka akan berperang dan membunuh para petugas Yazid. Namun, Imam Sajjad tidak mengijinkannya seraya berkata, “Allah sendirilah yang akan mengambil balas dendam dari mereka.”

 

Suriah (Damaskus, Syam)
Tanggal Masuk: 1 Shafar 61 Hijriah
 

·                    Kafilah Ahlul Bait Abu Abdillah Imam Husain as memasuki kota Damaskus pada hari pertama Shafar, dan hari itu Bani Umayyah menyelenggarakan pesta perayaan.

·                    Setelah melewati perjalanan panjang dari Kufah hingga Syam, dan diarak di berbagai kota di sepanjang perjalanan bersama kepala-kepala bercahaya para syahid Karbala, kini kepala-kepala ini diarahkan menuju kota Damaskus.

·                    Saat mendekati pintu gerbang Damaskus, Ummu Kultsum memanggil Syimr dan berkata, “Bawalah kami memasuki kota Syam dari pintu gerbang yang tidak ramai oleh penduduk. Jauhkan kepala-kepala dari beludru-beludru supaya rakyat tidak melihat ke arah kami.”

·                    Berlawanan dengan apa yang diminta oleh putri Fatimah as dan cucu Rasul saw, Syimr dengan keras kepala malah memerintahkan supaya kepala para syuhada ditancapkan di atas tombak-tombak, ditempatkan di antara beludru-beludru, kemudian melenggangkan mereka di tengah-tengah rakyat yang datang menonton.

·                    Para perempuan dan anak-anak Ahlul Bait diarahkan untuk melewati pintu gerbang utama Damaskus, diarak di tengah-tengah pasar kota, sementara Zainab Kubra dan putri-putri Imam Husain bin Ali as berada di antara mereka.

·                    Peristiwa lain yang terjadi di Syam adalah kehadiran Ahlul Bait Imam Husain as di tempat perjamuan Yazid. Dalam majelis pertemuan ini, Imam Zainal Abidin as dan Zainab Kubra dengan khotbah-khotbahnya berhasil menjelaskan banyak realita dan fakta untuk rakyat dan membongkar wajah Yazid dan keturunan Yazid yang zalim dan bengis.

·                    Kejadian lainnya di kota ini adalah penempatan kafilah Ahlul Bait di reruntuhan bangunan.

·                    Dan tragedi paling menyayat adalah meninggalnya Ruqayyah, putri Imam Husain yang baru berusia tiga tahun di reruntuhan ini dikarenakan luka yang dideritanya selama masa tawanan. Ia meninggal di sisi kepala ayahnya.

 

 

Sumber rujukan:
 

·                    Al-Maqtal, Muqarram, terjemahan Azizullah ‘Atharudi.

·                    Khulaseh-ye Tarikh-e Islam, Rasuli Mahallati, ringkasan Chenarani.

·                    Zendegani-ye Hazrat-e Abi Abdillah Al-Husain as, Imadzadeh.

·                    Sokhanan-e Husain bin Ali as az Madinah ta Syahadat, Muhammad Shadiq Najmi.

·                    Qesseh-ye Karbala, Ali Nazari Munfarid.

·                    Waq’ah Al-Thuff, Abi Mikhnaf, riset ulang Muhammad Hadi Yusufi.

·                    Al-Husain fi Thariqih ila Al-Syahadah, Sayid Ali Hasyimi.

 

Rabu, 16 September 2020 13:58

Kewajiban haji dan umrah dalam islam

 

Pengertian haji dan Umrah

Pengertian haji menurut syara’ adalah : menuju ka’bah untuk beribadah dengan melakukan beberapa perbuatan yaitu : Ihram, Wukuf, Thawaf, Sa’I dan Thawaf Nisa(Perempuan).

Sedangkan pengertian umrah menurut syara’ adalah : menuju ka’bah untuk beribadah dengan melakukan amalan-amalan berikut yaitu ihram, thawaf, sa’I, thawaf nisa dan cukur atau memotong rambut.

Hukum Haji dan Umrah

Hukum Haji

Haji sebagai salah satu ibadah dalam islam menjadi rukun Islam kelima hukumnya wajib sekali seumur hidup bagi setiap orang Islam yang memenuhi syarat, berdasarkan firman Allah SWT:

... وَ للَّهِ عَلى النَّاسِ حِجُّ الْبَیْتِ مَنِ استَطاعَ إِلَیْهِ سبِیلاً

(آل عمران 97)

Artinya:

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah
(Q.S. AUImran;97)

Rabu, 16 September 2020 13:55

Kisah Imam Husein

 

Mimpi Ummul Fadhl

Suatu hari Ummul Fadhl, isteri Abbas bin Abdul Muthalib (paman Nabi Muhammad Saw) berkata, “Kemarin malam aku bermimpi tentang kelahiran Husein. Pada waktu itu aku menyaksikan sebagian daging badan Nabi terpisah dan jatuh di atas pangkuanku.”

Keesokan harinya aku segera menghadap Rasulullah Saw dengan penuh kekhawatiran. Sesampainya aku di hadapan Nabi, aku menceritakan semua yang kulihat dalam mimpiku kepada beliau. Nabi begitu gembira mendengar kisahku dan berkata, “Wahai Ummul Fadhl, kabar gembira yang engkau berikan kepadaku. Ta’bir mimpimu demikian. Allah Swt akan segera menganugerahkan aku seorang anak dan ia akan kuserahkan kepadamu untuk disusui.” (Kisah yang sama juga disebutkan terkait kelahiran Imam Hasan as seperti dalam “Sad Pand va Hekayat” az Zendegi Emam Hassan as)

Sehari setelah bertemu dengan Nabi, Sayidah Fathimah melahirkan seorang bayi dan Nabi menyerahkannya kepadaku untuk kususui.

Suatu hari aku membawa Husein kepada Rasulullah Saw. Beliau meletakkan bayi itu di atas lututnya kemudian menciumnya. Saat itu Husein mengencingi pakaian Nabi. Saya merasa tidak enak dan langsung ingin mengambilnya dari pelukan Nabi. Tapi yang terjadi Husein malah menangis. Rasulullah Saw kemudian berkata, “Ummul Fadhl, bajuku dengan mudah dicuci, tapi engkau telah menyakiti anakku.”

Aku akhirnya membiarkan Husein. Aku kemudian keluar dari kamar untuk mengambil air. Setelah itu aku kembali ke kamar dan menyaksikan Nabi Muhammad Saw sedang menangis. Aku berkata, “Wahai Rasulullah! Mengapa engkau menangis?”

Nabi menjawab, “Beberasa saat lalu Jibril mengabarkan kepadaku bahwa orang terburuk dari umatku akan membunuh Husein.

Sumber: “Sad Pand va Hekayat”Husein

 

 

Rabu, 16 September 2020 13:40

Masjid Istiqlal

 

Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal adalah masjid negara Republik Indonesia yang terletak di pusat ibukota Jakarta. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno di mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.

Lokasi kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut lapangan Medan Merdeka yang ditengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas). Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari dua ratus ribu jamaah.

Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan asing yang beragama Islam. Masyarakat non-Muslim juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.

Pada tiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad dan Isra dan Mi'raj, Presiden Republik Indonesia selalu mengadakan kegiatan keagamaan di masjid ini yang disiarkan secara langsung melalui televisi nasional (TVRI) dan sebagian televisi swasta.

 

Nama Masjid

Masjid Istiqlal merupakan masjid negara Indonesia, yaitu masjid yang mewakili umat muslim Indonesia. Karena menyandang status terhormat ini maka masjid ini harus dapat menjadi kebanggaan bangsa Indonesia sekaligus menggambarkan semangat perjuangan dalam meraih kemerdekaan. Masjid ini dibangun sebagai ungkapan dan wujud dari rasa syukur bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam, atas berkat dan rahmat Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat kemerdekaan, terbebas dari cengkraman penjajah. Karena itulah masjid ini dinamakan "Istiqlal" yang dalam bahasa Arab berarti "Merdeka".

Sejarah

Setelah perang kemerdekaan Indonesia, mulai berkembang gagasan besar untuk mendirikan masjid nasional. Ide pembangunan masjid tercetus setelah empat tahun proklamasi kemerdekaan. Gagasan pembangunan masjid kenegaraan ini sejalan dengan tradisi bangsa Indonesia yang sejak zaman kerajaan purba pernah membangun bangunan monumental keagamaan yang melambangkan kejayaan negara. Misalnya pada zaman kerajaan Hindu-Buddha bangsa Indonesia telah berjaya membangun candi Borobudur dan Prambanan. Karena itulah di masa kemerdekaan Indonesia terbit gagasan membangun masjid agung yang megah dan pantas menyandang predikat sebagai masjid negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Perencanaan

Pada tahun 1950, KH. Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park, sebuah gedung pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana Merdeka. Pertemuan dipimpin oleh KH. Taufiqurrahman, yang membahas rencana pembangunan masjid. Gedung pertemuan yang bersebelahan dengan Istana Merdeka itu, kini tinggal sejarah. Deca Park dan beberapa gedung lainnya tergusur saat proyek pembangunan Monumen Nasional (Monas) dimulai.

Masjid tersebut disepakati akan diberi nama Istiqlal. Secara harfiah, kata Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau kemerdekaan, yang secara istilah menggambarkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.

Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut, secara mufakat disepakati H. Anwar Tjokroaminoto sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Beliau juga ditunjuk secara mufakat sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Istiqlal meskipun beliau terlambat hadir karena baru kembali ke tanah air setelah bertugas sebagai delegasi Indonesia ke Jepang membicarakan masalah pampasan perang saat itu.

Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan rencana pembangunan masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut baik rencana tersebut, bahkan akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal. Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan dihadapan notaris Elisa Pondag pada tanggal 7 Desember 1954.

Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal 22 Februari 1955. Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik perorangan maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam sayembara itu.

Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid Istiqlal. Ir. H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan waktu itu belum ada bangunan di atasnya.

Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI saat) mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di dalamnya terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan kraton di Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid harus selalu berdekatan dengan kraton atau dekat dengan alun-alun, dan Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun Ibu Kota Jakarta. Selain itu Soekarno juga menghendaki masjid negara Indonesia ini berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai Pancasila.

Pendapat H. Moh. Hatta tersebut akan lebih hemat karena tidak akan mengeluarkan biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas dan di sekitar lokasi. Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina. Untuk memberi tempat bagi masjid ini, bekas benteng Belanda yaitu benteng Prins Frederick yang dibangun pada tahun 1837 dibongkar.

Sayembara rancang bangun masjid

Dewan Juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal, terdiri dari para Arsitek dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai ketua, dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.

Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955. Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya peminat hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba.

Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima) peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:

1. Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi Ketuhanan

2. Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi Istighfar

3. Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi Salam

4. Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Ilham

5. Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Khatulistiwa dan NV. Associatie dengan sandi Lima Arab

Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F. Silaban sebagai pemenang pertama. Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000. Pemenang kedua, ketiga, dan keempat diberikan hadiah. Dan seluruh peserta mendapat sertifikat penghargaan.

Pembangunan

Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan umat Islam.

Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan. Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif. Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966, Menteri Agama KH. M. Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.

Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978, ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam. Biaya pembangunan diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp. 7.000.000.000,- (tujuh miliar rupiah) dan US$. 12.000.000 (dua belas juta dollar AS).

Peristiwa kontemporer

Karena Masjid Istiqlal adalah masjid nasional Republik Indonesia, setiap upacara atau peringatan hari besar Islam senantiasa digelar di masjid ini. Misalnya Hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi'raj, dan Maulid Nabi digelar di masjid ini dan diliput televisi nasional. Untuk turut memeriahkan perhelatan Visit Indonesia Year 1991 digelarlah Festival Istiqlal yang pertama pada tahun 1991. Festival ini digelar untuk memamerkan seni dan kebudayaan Islam Indonesia, turut hadir perwakilan negara sahabat berpenduduk muslim seperti Iran, Arab Saudi, dan perwakilan muslim China dari Uighur. Festival Istiqlal yang kedua digelar pada tahun 1995 untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada pukul 15.20 WIB hari Senin, 19 April 1999 bom meledak di lantai dasar Masjid Istiqlal. Letusan ini meretakkan tembok dan memecahkan kaca beberapa kantor organisasi Islam yang berkantor di Masjid Istiqlal, termasuk kantor Majelis Ulama Indonesia. Dua orang terluka akibat ledakan ini. Pada bulan Juni 1999 Polisi mengumumkan tujuh orang pengamen tersangka pelaku pengeboman Masjid Istiqlal yang telah ditangkap. Ketujuh orang ini adalah pelaksana yang menempatkan bom di Masjid Istiqlal, meskipun demikian siapakah otak perencana di balik pengeboman ini masih belum terungkap jelas.

Karena letak Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta yang bedampingan, maka kedekatan ini menjadi simbol keharmonisan antarumat beragama di Indonesia. Kendaraan umat Katolik yang merayakan misa hari besar keagamaan Katolik diperkenankan menggunakan lahan parkir Masjid Istiqlal.

Pengunjung

Barack dan Michelle Obama mengunjungi Masjid Istiqlal dipandu oleh Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Kyai al-Hajj Ali Musthafa Ya'qub pada tanggal 10 November 2010.

Sebagai masjid terbesar di Kawasan Timur Asia (Asia Tenggara dan Asia Timur), Masjid Istiqlal menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri, terutama wisatawan muslim yang datang dari berbagai penjuru Indonesia ataupun wisatawan muslim dari luar negeri. Pengunjung muslim dapat langsung masuk dan berbaur dengan jemaah untuk menunaikan shalat berjamaah. Wisatawan non-Muslim diperbolehkan berkunjung dan memasuki masjid ini, setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal. Pengunjung non-Muslim harus mengikuti tata cara mengunjungi masjid seperti melepaskan alas kaki serta mengenakan busana yang sopan dan pantas. Misalnya pengunjung tidak diperkenankan mengenakan celana pendek atau pakaian yang kurang pantas (busana lengan pendek, kaus kutang atau tank top). Pengunjung yang mengenakan celana pendek biasanya dipinjamkan sarung, sedangkan pengunjung wanita diminta mengenakan kerudung. Meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu. Misalnya pengunjung non-Muslim (kecuali tamu negara atau VVIP) tidak diperkenankan memasuki lantai pertama ruang utama tempat mihrab dan mimbar, tetapi diperbolehkan melihat bagian dalam ruangan ini dari balkon lantai kedua. Selebihnya pengunjung non-Muslim boleh mengunjungi bagian lain seperti pelataran terbuka, selasar, kaki menara dan koridor masjid.

Setelah presiden Amerika Serikat Barack Obama didampingi istrinya mengunjungi Masjid Istiqal pada November 2010, makin banyak wisatawan asing yang berkunjung ke masjid ini, rata-rata sekitar 20 wisatawan asing mengunjungi masjid ini tiap harinya. Kebanyakan berasal dari Eropa. Para tokoh penting asing terkenal yang pernah mengunjungi Masjid Istiqlal antara lain; Bill Clinton Presiden Amerika Serikat pada tahun 1994, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Libya Muammar Gaddafi, Pangeran Charles dari Britania Raya, Li Yuanchao wakil ketua Partai Komunis China, Presiden Cile Sebastián Piñera, Heinz Fischer Presiden Austria, dan Jens Stoltenberg Perdana Menteri Norwegia, dan Kanselir Jerman Angela Merkel pada tahun 2012.

Arsitektur

Sebagai masjid negara Indonesia, Masjid Istiqlal diharapkan dapat menampung jamaah dalam jumlah yang besar. Karena itu arsitekturnya menerapkan prinsip minimalis, dengan mempertimbangkan keberadaannya di kawasan beriklim tropis. Masjid dirancang agar udara dapat bebas bersirkulasi sehingga ruangan tetap sejuk, sementara jemaah terbebas dari panas matahari dan hujan. Ruangan shalat yang berada di lantai utama dan terbuka sekelilingnya diapit oleh plaza atau pelataran terbuka di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang dengan bukaan lowong yang lebar di antaranya, dimaksudkan untuk memudahkan sirkulasi udara dan penerangan yang alami.

Gaya arsitektur

Masjid Istiqlal dilihat dari pelataran

Masjid ini bergaya arsitektur Islam modern internasional, yaitu menerapkan bentuk-bentuk geometri sederhana seperti kubus, persegi, dan kubah bola, dalam ukuran raksasa untuk menimbulkan kesan agung dan monumental. Bahannya pun dipilih yang besifat kokoh, netral, sederhana, dan minimalis, yaitu marmer putih dan baja antikarat (stainless steel). Ragam hias ornamen masjid pun bersifat sederhana namun elegan, yaitu pola geometris berupa ornamen logam krawangan (kerangka logam berlubang) berpola lingkaran, kubus, atau persegi. Ornamen-ornamen ini selain berfungsi sabagai penyekat, jendela, atau lubang udara, juga berfungsi sebagai unsur estetik dari bangunan ini. Krawangan dari baja ini ditempatkan sebagai jendela, lubang angin, atau ornamen koridor masjid. Pagar langkan di tepi balkon setiap lantainya serta pagar tangga pun terbuat dari baja antikarat. Langit-langit masjid dan bagian dalam kubah pun dilapisi kerangka baja antikarat. Dua belas pilar utama penyangga kubah pun dilapisi lempengan baja antikarat.

Karena bangunan yang begitu besar dan luas, jika memanfaatkan seluruh permukaan lantai di semua bagian bangunan, masjid ini dapat menampung maksimal sekitar 200.000 jamaah, meskipun demikian kapasitas ideal masjid ini adalah sekitar 120.000 jamaah. Masjid ini mempunyai arsitektur yang bergaya modern. Jamaah dan wisatawan yang berkunjung ke masjid ini dapat melihat konstruksi kokoh bangunan masjid yang didominasi oleh batuan marmer pada tiang-tiang, lantai, dinding dan tangga serta baja antikarat pada tiang utama, kubah, puncak menara, plafon, dinding, pintu krawangan, tempat wudhu, dan pagar keliling halaman.

Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Istiqlal juga merupakan obyek wisata religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid ini, jamaah dan wisatawan dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah, dan Eropa. Arsitektur Indonesia nampak pada bangunan yang bersifat terbuka dengan memungkinkan sirkulasi udara alami sesuai dengan iklim tropis serta letak masjid yang berdekatan dengan bangunan pusat pemerintahan. Kemudian pada bagian dalam kubah masjid yang berhiaskan kaligrafi merupakan hasil adopsi arsitektur Timur Tengah. Masjid ini juga dipengaruhi gaya arsitektur Barat, sebagaimana terlihat dari bentuk tiang dan dinding yang kokoh.

Arsitektur Masjid Istiqlal juga menampilkan pendekatan yang unik terhadap berbagai serapan budaya dalam komposisi yang harmonis. Perpaduan itu menunjukkan kuatnya pemahaman yang menghargai berbagai budaya dari masyarakat yang berbeda, yang ditempatkan sebagai potensi untuk membangun harmoni dan toleransi antar umat beragama, dalam rangka membina kesatuan dan persatuan bangsa.

Beberapa kalangan menganggap arsitektur Islam modern Timur Tengah masjid Istiqlal berupa kubah besar dan menara terlalu bersifat Arab dan modern, sehingga terlepas dari kaitan harmoni dan warisan tradisi arsitektur Islam Nusantara tradisional Indonesia. Mungkin sebagai jawabannya mantan presiden Suharto melalui Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila menyeponsori pembangunan berbagai masjid beratap limas tingkat tiga bergaya tradisional masjid Jawa.

Simbolisme

Interior ruang utama masjid Istiqlal; kubah raksasa ditopang 12 tiang berlapis baja antikarat

Ribuan umat muslim Indonesia berkumpul untuk menunaikan shalat Ied pada Hari Raya Idul Fitri di Masjid Istiqlal.

Rancangan arsitektur Masjid Istiqlal mengandung angka dan ukuran yang memiliki makna dan perlambang tertentu. Terdapat tujuh gerbang untuk memasuki ruangan dalam Istiqlal yang masing-masing dinamai berdasarkan Al-Asmaul-Husna, nama-nama Allah yang mulia dan terpuji. Angka tujuh melambangkan tujuh lapis langit dalam kosmologi alam semesta Islam, serta tujuh hari dalam seminggu. Tempat wudhu terletak di lantai dasar, sementara ruangan utama dan pelataran utama terletak di lantai satu yang ditinggikan. Bangunan masjid terdiri atas dua bangunan; bangunan utama dan bangunan pendamping yang lebih kecil. Bangunan pendamping berfungsi sebagai tangga sekaligus tempat tambahan untuk beribadah. Bangunan utama ini dimahkotai kubah dengan bentang diameter sebesar 45 meter, angka "45" melambangkan tahun 1945, tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Kemuncak atau mastaka kubah utama dimahkotai ornamen baja antikarat berbentuk Bulan sabit dan bintang, simbol Islam.

Kubah utama ini ditopang oleh 12 tiang ruang ibadah utama disusun melingkar tepi dasar kubah, dikelilingi empat tingkat balkon. Angka "12" yang dilambangkan oleh 12 tiang melambangkan hari kelahiran nabi Muhammad yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal, juga melambangkan 12 bulan dalam penanggalan Islam (juga penanggalan Masehi) dalam satu tahun. Empat tingkat balkon dan satu lantai utama melambangkan angka "5" yang melambangkan lima Rukun Islam sekaligus melambangkan Pancasila, falsafah kebangsaan Indonesia. Tangga terletak di keempat sudut ruangan menjangkau semua lantai. Pada bangunan pendamping dimahkotai kubah yang lebih kecil berdiameter 8 meter.

Adanya dua bangunan masjid; yaitu bangunan utama dan bangunan pendamping (berfungsi sebagai tangga, ruang tambahan dan pintu masuk Al Fattah), serta dua kubah yaitu kubah utama dan kubah pendamping, melambangkan angka "2" atau dualisme yang saling berdampingan dan melengkapi; langit dan bumi, kepentingan akhirat dan kepentingan duniawi, bathin dan lahir, serta dua bentuk hubungan penting bagi muslim yaitu Hablum minallah (hubungan manusia dengan Tuhannya) dan Hablum minannaas (hubungan manusia dengan sesamanya). Hal ini sesuai dengan sifat agama Islam yang lengkap, mengatur baik urusan keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Islam tidak semata-mata bertitik berat pada masalah ibadah dan akhirat saja tetapi juga memperhatikan urusan duniawi; kesejahteraan, keadilan dan kepedulian sosial, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kehidupan sehari-hari umat muslim.

Rancangan interior masjid ini sederhana, minimalis, dengan hiasan minimal berupa ornamen geometrik dari bahan baja antikarat. Sifat gaya arsitektur dan ragam hias geometris yang sederhana, bersih dan minimalis ini mengandung makna bahwa dalam kesederhanaan terkandung keindahan. Pada dinding utama yang menghadap kiblat terdapat mihrab dan mimbar di tengahnya. Pada dinding utama terdapat ornamen logam bertuliskan aksara Arab Allah di sebelah kanan dan nama Muhammad di sebelah kiri, di tengahnya terdapat kaligrafi Arab Surah Thaha ayat ke-14. Semua ornamen logam baja antikarat didatangkan dari Jerman. Pada awalnya direncanakan menggunakan bahan marmer impor dari Italia seperti Monumen Nasional. Akan tetapi untuk menghemat biaya dan mendukung industri mamer lokal maka bahan marmer akhirnya diambil dari Tulungagung di Jawa Timur.

Struktur bangunan utama dihubungkan dengan emper dan koridor yang mengelilingi pelataran terbuka yang luas. Teras besar terbuka ini berukuran seluas 29.800 meter persegi, berupa pelataran berlapis tegel keramik berwarna merah bata yang disusun sesuai shaf shalat, terletak di sisi dan belakang gedung utama. Teras ini berfungsi menampung jemaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Koridor di sekeliling teras pelataran menghubungkan bangunan utama dengan menara masjid. Tidak seperti masjid dalam arsitektur Islam Arab, Persia, Turki, dan India yang memiliki banyak menara, Istiqlal hanya memiliki satu menara yang melambangkan Keesaan Allah. Struktur menara berlapis marmer berukuran tinggi 66,66 meter (6.666 cm),melambangkan 6.666 ayat dalam persepsi tradisional dalam Al Quran. Ditambah kemuncak yang memahkotai menara terbuat dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz' dalam Al Quran, maka tinggi total menara adalah 96,66 meter. Selain koridor emper keliling terdapat pula koridor di tengah yang menghubungkan Gerbang Al Fattah dengan Gerbang Ar Rozzaq. Jika masjid sudah tentu berkiblat ke arah Mekkah, penjuru koridor ini mengarah ke Monumen Nasional, hal ini untuk menunjukkan bahwa masjid ini adalah masjid nasional Republik Indonesia.

Di masjid ini juga terdapat bedug raksasa yang terbuat dari dari sebatang pohon kayu meranti merah asal pulau Kalimantan yang berusia sekitar 300 tahun.

Masjid Istiqlal dikenal dengan kemegahan bangunannya. Luas bangunannya hanya mencapai 26% dari kawasan seluas 9.32 hektare, yang selebihnya adalah halaman dan pertamanan. Pada taman masjid di sudut barat daya terdapat kolam besar dengan air mancur yang dapat menyemburkan air setinggi 45 meter. Air mancur ini hanya diaktifkan tiap hari Jumat menjelang shalat Jumat atau pada hari raya dan hari penting keagamaan Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, dan Isra Miraj.

Lingkungan sekitar

Kerumunan jemaah shalat Ied di depan gerbang Al Fattah, Masjid Istiqlal.

Pada tahun 1950, keadaan dan kondisi kawasan Taman Wilhelmina yang berada di depan Lapangan Banteng merupakan tempat yang sepi, gelap, kotor, dan tak terurus. Reruntuhan tembok bekas bangunan Benteng Prins Frederick di taman itu penuh dengan lumut, dan ditumbuhi ilalang dimana-mana.

Pada tanggal 21 Mei 1961, dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan Nasional di tempat yang sama, sekitar 50.000 orang dari berbagai unsur lapisan masyarakat, termasuk pegawai negeri dan swasta, alim ulama, tentara, dan lain-lain bekerja bakti membersihkan taman Wilhelmina yang tak terurus itu, sebagai persiapan lokasi pembangunan Masjid yang diawali dengan pidato Menteri Jaksa Agung.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 24 Agustus 1961, telah menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi kaum muslimin di Jakarta khususnya, dan Indonesia pada umumnya, untuk pertama kalinya di bekas taman itu, kota Jakarta akan memiliki sebuah masjid besar dan monumental. Maka dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim Presiden RI Ir. Soekarno meresmikan permulaan pembangunan Masjid Istiqlal diatas area seluas 9.32 Ha. Yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang disaksikan oleh ribuan ummat Islam. Sebuah masjid yang akan menjadi simbol kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Kompleks Masjid Istiqlal juga mempunyai daya tampung parkir untuk 800 kendaraan.

Pagar dan pintu gerbang

Komplek Masjid Istiqlal dikelilingi pagar setinggi empat meter, terdiri dari tembok setinggi satu meter dan diatasnya berdiri pagar setinggi tiga meter yang terbuat dari bahan stainless steel, baja anti karat sepanjang 1.165 meter.

Semula pagar ini meski dibuat dari bahan baja antikarat dan cukup kokoh, namun tingginya hanya sekitar 1,2 meter ditambah 1 meter tembok sehingga memudahkan keluar masuknya orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan cara melompati pagar tersebut, ditambah lagi dengan pintu gerbang yang sangat mudah dilewati meski pintu tersebut dalam keadaan terkunci.

Sebagai solusinya maka mulai tahun 2007 pagar diganti menjadi lebih tinggi dan indah seperti yang disaksikan sekarang. Pintu gerbangpun diubah dan dipercantik dengan menggunakan alumunium cor dan dirancang memiliki celah-celah yang rapat yang tidak mungkin dilewati oleh manusia.

Saat ini untuk masuk ke wilayah Masjid Istiqlal baik menggunakan kendaraan ataupun berjalan kaki harus melalui pintu gerbang yang terbuka yang masing-masing mempunyai gardu jaga. Pintu-pintu gerbang tersebut terletak di sebelah utara, timur, tenggara dan selatan. Salah satu dari pintu gerbang tersebut diperuntukkan khusus untuk VIP yaitu RI 1 dan RI 2.

Terdapat lima pintu gerbang masuk menuju kompleks Masjid Istiqlal, beberapa gerbang masuk ini dihubungkan ke masjid oleh jembatan yang dibawahnya mengalir sungai Ciliwung dan di kiri kanannya terdapat lapangan parkir yang luas, sedangkan dua buah lainnya di bagian utara tidak dihubungkan dengan jembatan. Gerbang masjid ini terdapat di ketiga sisi kompleks masjid, yaitu sisi utara menghadap pintu air dan jalan Veteran, sisi timur menghadap Gereja Katedral Jakarta dan jalan Katedral, dan sisi tenggara-selatan menghadap jalan Perwira dan kantor pusat Pertamina. Sementara di sepanjang sisi barat terdapat rel kereta api yang menghubungkan Stasiun Gambir dan Stasiun Juanda, di sisi barat ini tidak terdapat pintu gerbang.

1. Sisi Utara dari arah Pintu Air terdapat satu pintu gerbang yang langsung diarahkan menuju pintu As-Salam. Pada acara kenegaraan biasanya hanya dibuka untuk dilalui para undangan VIP setingkat pejabat negara, para menteri, duta-duta besar perwakilan negara sahabat, pejabat legislatif, pejabat daerah dan undangan VIP lainnya.

2. Sisi Timur Laut dari arah Katedral terdapat satu buah pintu gerbang berhadapan dengan bangunan gereja Katedral. Pintu gerbang inilah yang dibuka setiap harinya untuk keluar masuk area Masjid Istiqlal dan mulai pada pertengahan tahun 2008 perparkiran menggunakan sistem Check Point.

3. Sisi Tenggara-Selatan dari arah Kantor Pusat Pertamina dan jalan Perwira terdapat tiga pintu gerbang, satu pintu gerbang ujung selatan tepat di pertigaan Jalan Merdeka Timur dan jalan Perwira searah dengan gedung kantor pusat Pertamina dan Stasiun Gambir, satu pintu di sisi tenggara dekat jembatan Ciliwung, dan satu lagi dekat pertigaan Lapangan Banteng searah dengan gedung Kementerian Agama Pusat. Gerbang tenggara dekat jembatan Ciliwung biasanya dibuka untuk umum hanya pada saat shalat Jumat, sedangkan pintu gerbang ujung selatan khusus diperuntukkan bagi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia beserta rombongan bila menghadiri acara keagamaan yang diselenggarakan secara kenegaraan di Masjid Istiqlal, seperti peringatan hari-hari besar Islam seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Seluruh pintu gerbang ini dibuka setiap acara resmi kenegaraan, sedangkan untuk hari-hari biasa pintu gerbang yang dibuka hanya pintu dari arah Katedral yang langsung menuju pintu Al-Fattah.

Sedangkan pada bangunan Masjid Istiqlal terdapat 7 buah pintu gerbang yand dinamakan berdasarkan Asmaul Husna.

Taman, parkir, jembatan, dan air mancur

Air mancur di tengah kolam sudut barat daya taman Masjid Istiqlal.

Halaman di sekitar Masjid Istiqlal sebelah utara, selatan dan timur seluas 6,85 Ha terdari dari:

Pertamanan seluas 4,15 Ha, dibagi menjadi 23 lokasi dan masing-masing diberi nama sesuai dengan nama pepohonan yang dominan berada di lokasi tersebut. Misalnya Taman Kamboja dan lain-lain. Rindangnnya pertamanan berfungsi juga sebagai hutan kota, dihidupi pula dengan beberapa jenis unggas untuk menambah keindahan komplek Masjid Istiqlal. Dengan demikian menjadikan suasana masjid terasa sejuk sehinnga akan menambah kekhusyuan beribadah bagi para jamaah.

Perparkiran seluas 2,15 Ha, yang dapat menampung kurang lebih 800 kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang yang ada. Kualitas pengaspalan untuk halaman, parkir dan jalan dibuat dengan methode pengaspalan kelas satu. Sungai Ciliwung mengalir membelah kompleks Masjid Istiqlal. Karena halaman Masjid Istiqlal dikelilingi oleh sungai, maka dibangun pula tiga buah jembatan besar yang lebarnya 18,6 meter dan panjang sekitar 21 sampai 25 meter. Ditambah satu buah jembatan kecil untuk pejalan kaki, kerangka dari jembatan-jembatan ini juga terbuat dari bahan stainless steel. Tepat di taman ini aliran sungai Ciliwung bercabang dua, cabang ke barat mengarah ke Harmoni, Jalan Gajah Mada-Hayam Wuruk, dan kawasan Kota Tua Jakarta, sedangkan cabang ke timur mengarah ke Pasar Baru, Gunung Sahari dan Ancol. Di sisi utara cabang barat terdapat pintu air yang dibangun pada zaman kolonial Hindia Belanda.

Untuk menambah indahnya panorama kompleks Masjid Istiqlal, di halaman bagian selatan dilengkapi dengan kolam air mancur yang ditempatkan di tengah-tengah, taman air mancur ini seluas 2.803 meter persegi, dan kolam air mancur seluas 8.490 meter persegi, jadi luas keseluruhannya 11,293 meter persegi. Pada bagian tengah kolam dibuat ring penampung air bersih bergaris tengah 45 meter, jumlah nozel pemancar air mancur sebanyak: 1 buah tegak lurus di tengah-tengah cawan air mancur, 17 buah di lingkar luar, dan 8 buah buah di lingkar dalam pada kolam penampungan air bersih. Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter.

Gedung utama dan gedung pendukung

Masjid Istiqlal berdaya tampung jamaah sebanyak 200.000 orang yang terdiri dari:

1. Ruang shalat utama dan balkon serta sayap memuat 61.000 orang.

2. Ruang pada bangunan pendahuluan memuat 8.000 orang.

3. Ruang teras terbuka di lantai 2 memuat 50.000 orang.

4. Semua koridor dan tempat lainnya memuat 81.000 orang.

Pintu masuk

Terdapat tujuh pintu gerbang masuk ke dalam Masjid Istiqlal. Masing-masing pintu itu diberi nama berdasarkan Asmaul Husna. Dari ketujuh pintu ini tiga pintu yaitu Al Fattah, As Salam dan Ar Rozzaq adalah pintu utama. Ketujuh pintu itu adalah:

1. Al Fattah (Gerbang Pembuka): pintu utama yang terletak sisi timur laut berhadapan dengan Gereja Katedral. Pintu ini adalah pintu untuk masyarakat umum yang senantiasa terbuka dan terletak di bangunan pendamping dengan kubah kecil diatasnya.

2. Al Quddus (Gerbang Kesucian): pintu yang terletak di sisi timur laut terdapat di sudut bangunan utama masjid.

3. As Salam (Gerbang Kedamaian): salah satu pintu utama ini terletak di ujung utara pada sudut bangunan utama. Pintu ini langsung menuju dekat shaf terdepan barisan shalat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting VIP, seperti ulama, tamu asing, duta besar dari negara muslim, dan tamu penting lainnya pada acara keagamaan penting.

4. Al Malik (Gerbang Raja): pintu VVIP di sisi barat pada sudut bangunan utama masjid. Seperti pintu As Salam pintu ini juga langsung menuju dekat shaf terdepan barisan shalat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting VVIP seperti presiden dan wakil presiden Indonesia serta tamu negara yang berkunjung.

5. Al Ghaffar (Gerbang Ampunan): pintu ini terletak di ujung selatan pada bangunan selasar pelataran, tepat di bawah menara masjid Istiqlal. Pintu ini adalah yang paling dekat gerbang tenggara sekaligus yang terjauh dari mihrab masjid.

6. Ar Rozzaq (Gerbang Rezeki): salah satu pintu utama ini terletak di tengah-tengah sisi selatan selasar pelataran Istiqlal. Dari pintu ini terdapat koridor yang lurus menghubungkannya dengan pintu Al Fatah di sisi timur laut.

7. Ar Rahman (Gerbang Pengasih): pintu ini terletak di sudut barat daya bangunan selasar masjid, dekat pintu Al Malik.

Gedung utama

Mihrab dan mimbar di ruang utama

Tinggi: 60 meter

Panjang: 100 meter

Lebar: 100 meter

Tiang pancang: 2.361 buah

Masjid Istiqlal yang megah ini adalah bangunan berlantai dua. Lantai pertama untuk perkantoran, ruang pertemuan, instalasi AC sentral dan listrik, kamar mandi, toilet dan ruang tempat wudhu. Lantai dua, untuk shalat yang terdiri dari ruang shalat utama dan teras terbuka yang luas guna untuk menampung jemaah yang melimpah terutama pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha.

Gedung utama dengan ruang shalat utama mengarah ke kiblat (Mekkah), sedangkan teras terbuka yang luas mengarah ke Monumen Nasional (Monas).

Lantai utama yang disediakan untuk ruang sholat baik Rawatib ataupun sholat sunnat lainnya terletak di gedung utama dengan daya tampung 61.00 orang jamaah. Di bagian depan terdapat Mihrab tempat dimana imam memimpin sholat jamaah, dan disebelah kanan mihrab terdapat mimbar yang ditinggikan. Lantainya ditutupi karpet merah sumbangan seorang dermawan dari Kerajaan Arab Saudi.

Kubah besar

Dengan diameter 45 m, terbuat dari kerangka baja antikarat dari Jerman Barat dengan berat 86 ton, sementara bagian luarnya dilapisi dengan keramik. Diameter 45 meter merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945 sesuai dengan nama Istiqlal itu sendiri. Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang ditulis oleh K.H Fa'iz seorang Khatthaath senior dari Jawa Timur.

Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan dan Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat 2,5 ton. Dari dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan tinggi 60 meter, 12 buah pilar ini merupakan simbol angka kelahiran nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau 20 April 571 M.

Seluruh bagian di gedung utama ini dilapisi marmer yang didatangkan langsung dari Tulungagung seluas 36.980 meter persegi.

Gedung pendahuluan

Tinggi: 52 meter

Panjang: 33 meter

Lebar: 27 meter

Bagian ini memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung utama yang diapit dua sayap teras. Luas lantainya 36.980 meter persegi, dilapisi dengan 17.300 meter persegi marmer. Jumlah tiang pancangnya sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada sebuah kubah kecil, fungsi utama dari gedung ini yaitu setiap jamaah dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai perluasan tempat shalat bila gedung utama penuh.

Teras raksasa

Teras raksasa terbuka seluas 29.800 meter terletak di sebelah kiri dan dibelakang gedung induk. Teras ini berlapis tegel keramik berwarna merah kecoklatan yang disusun membentuk shaf shalat. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu teras ini juga berfungsi sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti MTQ dan pada emper tengah biasa digunakan untuk peragaan latihan manasik haji, teras raksasa ini dapat menampung sekitar 50.000 jamaah.

Emper keliling dan koridor

Panjang: 165 meter

Lebar : 125 meter

Emper atau koridor ini mengelilingi teras raksasa dan koridor tengah yang sekelilingya terdapat 1800 pilar guna menopang bangunan emper. Di bagian tengah terdapat koridor tengah yang menghubungkan pintu Al Fattah di timur laut dengan pintu Ar Rozzaq di barat daya. Arah poros koridor ini mengarah ke Monumen Nasional menandakan masjid ini adalah masjid nasional.

Menara

Menara Istiqlal dengan Monas terlihat di kejauhan

Tinggi tubuh menara marmer: 6.666 cm = 66.66 meter

Tinggi kemuncak (pinnacle) menara baja antikarat: 30 meter

Tinggi total menara: sekitar 90 meter

Diameter menara 5 meter

Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai tempat Muadzin mengumandangkan adzan. Di atasnya terdapat pengeras suara yang dapat menyuarakan adzan ke kawasan sekitar masjid.

Menara megah tersebut melambangkan keagungan Islam, dan kemuliaan kaum muslimin. Keistimewaan lainnya, menara yang terletak di sudut selatan masjid, dengan ketinggian 6.666 cm ini dinisbahkan dengan jumlah ayat-ayat Al-Quran. Pada bagian ujung atas menara, berdiri kemuncak (pinnacle) dari besi baja yang menjulang ke angkasa setinggi 30 meter sebagai simbol dari jumlah juz dalam Al-Quran. Menara dan kemuncak baja ini membentuk tinggi total menara sekitar 90 meter.

Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang terbuat dari kerangka baja tipis. Angka 6.666 merupakan simbol dari jumlah ayat yang terdapat dalam AL- Quran, seperti yang diyakini oleh sebahagian besar ulama di Indonesia.

Lantai dasar dan tangga

Ruangan shalat terdapat di lantai pertama tepat di atas lantai dasar, sedangkan lantai dasar terdapat ruang wudhu, kantor Masjid Istiqlal, dan kantor berbagai organisasi Islam. Lantai dasar Masjid Istiqlal seluruhnya ditutupi oleh marmer seluas 25.000 meter persegi dipersiapkan untuk sarana perkantoran, sarana penunjang masjid, dan ruang serbaguna. Gagasan semula tempat ini akan dibiarkan terbuka yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan, misalnya pada saat penyelenggaraan Festival Istiqlal I tahun 1991 dan Festival Istiqlal II tahun 1995 ruangan-ruangan serbaguna di lantai dasar dan pelataran halaman Masjid dijadikan ruang pameran seni Islam Indonesia dan bazaar. Namun pasca terjadinya pengeboman di Masjid Istiqlal pada tanggal 19 April 1999 maka dilakukanlah pemagaran dan pembuatan pintu-pintu strategis pada tahun 1999.

Jumlah tangga menuju lantai shalat utama sebanyak 11 unit. Tiga diantaranya memiliki ukuran besar dan berfungsi sebagai tangga utama yaitu: satu unit berada disisi utara gedung induk, satu unit berada pada gedung pendahuluan yang dapat dipergunakan langsung menuju lantai lima, dan satu unit lainnya berlokasi di emper selatan menuju lantai utama, tangga-tangga ini memiliki lebar 15 meter.

Disamping itu terdapat 4 unit tangga dengan ukuran lebar 3 meter berlokasi pada tiap-tiap pojok gedung utama yang langsung menuju lantai lima dan di sudut-sudut teras raksasa.

Sarana dan fasilitas

Koridor keliling dipenuhi jemaah shalat Ied hari raya Idul Fitri

Umat muslim Indonesia tengah membaca Al Quran setelah menunaikan shalat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Indonesia. Indonesia memiliki jumlah umat muslim terbesar di dunia

Ruang shalat utama luasnya satu hektare dapat menampung jamaah lebih dari 16.000 orang. Ruang tersebut ditambah balkon 4 tingkat dan sayap disebelah timur, selatan, dan utara sehingga luas seluruhnya menjadi 36.980 meter persegi atau sama dengan hampir 4 hektare yang berarti dapat menampung jamaah sekitar 61.000 orang.

Di sebelah barat ruang shalat utama terletak mimbar yang diapit sebelah kiri dan kanannya oleh tembok berlapiskan marmer di mana terpajang kaligrafi Arab yang indah berbunyi: "Allah" (sebelah utara), "La Illaha Illa Allah, Muhammad ar Rasulu Allah" (tengah), dan "Muhammad" (sebelah selatan).

Sarana peribadatan

Karpet

Seluruh lantai utama masjid ditutupi oleh karpet merah sumbangan dari seorang dermawan Arab Saudi bernama Sheikh Esmail Abu Daud yang diserah terimahkan pada tanggal 3 Juni 2005. Karpet sebanyak 103 gulung ini berwarna merah terbuat dari bahan dasar wol.

Perawatan karpet tersebut dikerjakan secara manual, setiap hari dibersihkan dengan menggunakan alat vacum cleaner. Jumlah karpet penutup lantai utama 18 lembar, setiap lembarnya berukuran: panjang 25 meter dan lebar 4 meter, rata-rata beratnya 250 kg.

Rak Al Quran

Masjid Istiqlal juga menyediakan mushaf Al-Qur'an untuk dibaca oleh para jama'ah yang ditempatkan pada rak yang melingkar di 12 tiang yang terdapat pada lantai utama, setiap rak berbentuk setengah lingkaran yang terdiri dari dua tingkat terbuat dari bahan stainless steel.

Setiap rak dapat menampung 100 sampai 150 buah mushaf yang disediakan oleh BPPMI serta waqaf dari jamaah.

Sketsel

Untuk pembatas antara tempat shalat bagi jamaah pria dan wanita dan batas area sholat rawatib, di lantai utama Masjid Istiqlal juga disediakan sketsel yang terbuat dari 20 modul dengan bahan stainless steel dan dari bahan kayu 20 modul dengan ukuran masing-masing 2 meter x 80 cm. Sketsel tersebut bersifat knock down yang bisa dipasang sesuai kebutuhan.

Sarana olahraga

Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Menjaga kesehatan dengan berolahraga merupakan hal yang rutin dilakukan oleh siswa-siswi madrasah dan remaja Masjid Istiqlal.

Untuk mendukung berbagai macam program yang ada, BPPMI menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung seperti sarana olah raga yang representatif berstandart nasional dan internasional yang dibangun di pojok kiri bagian timur Masjid.

Pusat kegiatan olahraga ini berupa lapangan terbuka terdiri dari lapangan Futsal, Badminton, Bola Volly dan Basket. Lapangan olah raga ini berukuran 420 meter persegi, diresmikan penggunaannya oleh ibu Menteri Agama RI pada Tanggal 17 Januari 2009 M/20 Muharram 1430 M.

Tenaga listrik

Tenaga listrik di Masjid Istiqlal difungsikan untuk:

1. Penerangan

2. Tenaga Hydrofour

3. AC

4. Sound system

5. Air Mancur

6. Alat eloktronik lainnya seperti TV, Komputer dll.

Penggunaan listrik untuk kebutuhan penerangan diseluruh areal Masjid Istiqlal baik di gedung ataupun di taman dan halaman serta pagar menggunakan layanan listrik dari PLN. Suplai listrik yang diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan satu gardu tersendiri yang menyiapkan central box berkapasitas 2.000 KVA.

Sebagai cadangan bila terjadi pemadaman dari pihak PLN, disiapkan juga dua buah mesin diesel atau generator berkekuatan 825 KVA dan 500 KVA. Selain untuk penerangan tenaga listrik ini juga dipergunakan untuk mesin-mesin Hydrofour dan AC di ruang perkantoran yang terdapat di lantai dasar masjid, rata-rata konsumsi listrik setiap bulannya adalah 1.750 KVA, dengan pembayaran rekening rata-rata sebesar Rp: 125.000.000/bulan.

Sistem suara dan multimedia

Untuk keperluan ibadah dan sarana informasi Masjid Istiqlal menggunakan sound system yang dikendalikan secara terpusat yang terletak pada ruang kaca bagian belakang lantai dua, dengan jumlah speaker sebanyak 200 chanel yang tersebar pada lantai utama.

Jumlah speaker yang terdapat pada koridor, gedung penghubung dan gedung pendahuluan sebanyak 158 chanel. Sound system dikendalikan oleh 26 amplyfire dan 5 (lima) buah mixer dan diawasi oleh enam orang yang bertugas secara bergantian baik siang ataupun malam hari.

Untuk mendukung kelancaran komunikasi pada waktu pelaksanaan ibadah dan kegiatan, di lantai utama juga telah dipasang system TV plasma sehingga akses informasi dpat diikuti secara merata oleh para jamaah yang berada diseluruh area ruang utama Masjid.

Pendingin udara (AC)

AC difungsikan secara sentral yang meliputi seluruh perkantoran dan ruangan lain yang ada di lantai dasar. Untuk memenuhi kebutuhan AC ini didukung oleh empat buah mesin pendingin atau chiller.

Pendingin ruangan hanya digunakan bagi ruangan-ruangan kantor di lantai bawah dengan menggunakan sistem AC central dan AC split.

Untuk menambah kenyamanan beribadah bagi jamaah, sekarang ini ruang utama Masjid Istiqlal dilengkapi juga dengan 5 unit standing AC, masing-masing berkekuatan 5 PK dan sebelas unit AC celling berkekuatan masing-masing 5 PK, ditambah kipas angin berukuran besar.

Disamping itu pada ruangan perkantoran, ruang madrasah serta ruang VIP yang berada pada lantai dasar sistem pendinginnya juga menggunakan AC sentral yang digerakkan oleh empat unit mesin chiller dengan 300 buah fan coil unit yang tersebar pada setiap ruangan, karena termakan usia di beberapa ruangan ditemukan AC chiller sudah kurang berfungsi maka secara bertahap dilakukan penggantian dengan AC split.

Fasilitas air, ruang wudhu, kamar mandi, WC

Tempat wudhu pria

Tempat wudhu wanita

Keperluan air untuk bersuci di Masjid Istiqlal pada awalnya dari Perusahaan Air Minum (PAM). Sebagai cadangan untuk mengantisipasi kekurangan dan kerusakan maka dibuatlah 6 buah sumur artesis dengan kedalaman 100 M, menggunakan mesin berkekuatan 3 PK dan 3 fase berkapasitas 600 liter permenit dan didistribusikan ke tempat-tempat wudhu.

Untuk kebutuhan air di tempat pembuangan air kecil digunakan delapa buah mesin Hydrofour, ditambah empat tangki Hydrofour berkapasitas 1400 liter. Mesin-mesin air tersebut menggunakan tenaga listrik sebanyak 15 PK.

Tempat wudhu terdapat di beberapa lokasi di lantai dasar yaitu di sebelah utara, timur maupun selatan gedung utama. Di setiap lokasi tersedia 100 unit tempat wudhu dengan kran air terbuat dari bahan stainless steel, tiap unitnya terdiri atas 6 buah kran maka jumlah kran seluruhnya sebanyak 600 buah. Berarti pada saat yang bersamaan dapat melayani 600 orang berwudhu sekaligus.

Sedangkan toilet terdapat di lantai dasar sebelah barat, selatan dan timur di bawah teras raksasa. Toilet ini sengaja dibangun terpisah dari tempat wudhu, hal ini dimaksudkan agar tempat yang bersih dan suci tidak berdekatan dengan tempat yang kotor. Disisi sebelah timur, dibawah emper masjid terdapat dua lokasi urinior yang berkapasitas 80 ruang.

Selain itu juga terdapat 52 kamar mandi dan WC, dengan rincian: 12 buah dibawah emper barat, 12 buah dibawah emper selatan dekat menara dan 28 buah dibawah emper sebelah timur. Keperluan air untuk wudhu, kamar mandi dan toilet ini setiap hari dipasok air dari PAM yaang berkapasitas 600 liter per menit.

Lift bagi penyandang cacat

Mengingat Masjid Istiqlal sebagai sarana umum dan jamaah yang berkunjung juga terdapat diantaranya penyandang cacat dan jamaah lanjut usia. Karena itu bagi penyandang cacat yang akan menuju ke lantai dua dan lantai utama disediakan lift yang terletak di bagian selatan. Hal ini dalam rangka peningkatan pelayanan kepada para jamaah penyandang cacat dan lansia.

Keberadaan satu unit lift yang diperuntukkan khusus bagi jamaah penyandang cacat dan lansia ini adalah berkat bantuan pemerintah DKI Jakarta. Lift tersebut berkapasitas 6 orang dan dioperasikan pada waktu-waktu tertentu sesuai kebutuhan.

Lift ini terdapat di lokasi pintu Ar-Rahman dan dapat diakses melalui pintu gerbang depan kantor pusat pertamina.

Perpustakaan Islam

Firman yang pertama kali diturunkan-Nya dalam Al Quran adalah perintah membaca, melalui firman-Nya tersebut Allah memerintahkan manusia membaca sebagai jalan untuk menuntut ilmu. Jadi jika menutut ilmu memiliki kedudukan mulia, maka jalan kearahnya pun dengan membaca menjadi jalan yang mulia. Kesadaran akan pentingnya membaca sebagai jalan masuknya ilmu telah mendorong generasi terdahulu umat Islam untuk mendirikan fasilitas yang bisa menampung bahan bacaan karya-karya ulama Islam waktu itu.

Perpustakaan Islam Istiqlal, walaupun belum bisa mewakili jumlah besarnya koleksi buku seperti perpustakaan-perpustakaan Islam yang besar lainnya, mewakili fungsinya sebagai pusat keilmuan Islam. Perpustakaan Islam sendiri sudah mulai berkembang di Indonesia. Hampir di setiap masjid-masjid besar di Ibukota, telah dilengkapi dengan sarana perpustakaan.

Poliklinik

Ketika gubernur DKI Jakarta dijabat oleh Bapak Sumarno pada tahun 1968 dimana Masjid Istiqlal masih dalam proses pembangunan, maka untuk membantu karyawan dalam pemeriksaan kesehatan, Gubernur Sumarno ketika itu meminta bantuan pihak RS Gatot Soebroto untuk turut serta membantu dalam bidang pelayanan kesehatan bagi seluruh pekerja dan karyawan proyek pembangunan Masjid Istiqlal. Pihak RS mengirimkan bantuan empat orang tenaga mantri secara bergiliran yaitu:

H.Abd.Hamid Ipang H.M.Sukiran Suster Yuyun Rahayu Suster Rosda Setelah proyek pembangunan masjid diserahkan kepada Sekretaris Negara pada tahun 1984 tenaga medis yang menangani pelayanan kesehatan tinggal dua orang yaitu H.Abd. Hamid Ipang dan H.M. Sukiran.

Sampai sekarang Masjid Istiqlal tetap menyediakan fasilitas berupa Poliklinik Umum. Poliklinik ini berada di bawah tanggung jawab dr. Khulushinnisak, MARS yang juga PNS Departemen Agama. Di Klinik ini karyawan dan para jamaah Masjid Istiqla bisa mendapatkan layanan kesehatan dengan berbagai kemudahan. Klinik Istiqlal bertempat di lantai dasar Masjid Istiqlal Jl. Taman Wijaya Kusuma No.1, Jakarta Pusat.

Pelayanan Kesehatan yang diberikan berupa pemeriksaan dan konsultasi dokter umum serta obat-obatan generik. Bagi karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal, dibebaskan biaya pemeriksanaan. Karyawan dan jamaah harus membawa kartu berobat (atau kartu identitas jika belum memiliki kartu berobat) agar dibebaskan dari biaya pemeriksaan dan konsultasi dokter.

Obat-obatan yang diberikan diutamakan dalam bentuk generik, dan bagi obat-obatan yang tidak ada dalam bentuk generik diutamakan penyediaan hasil produksi perusahaan farmasi nasional.

Jadwal pelayanan kesehatan bagi karyawan adalah setiap hari kerja :

Senin s/d Jum'at : 08.00 - 16.00, Hari sabtu dan Ahad tutup kecuali jika di Masjid Istiqlal diadakan acara hari-hari besar Islam atau acara-acara penting lainnya.

Sejak tahun 2003, pliklinik Masjid Istiqlal sudah dilengkapi oleh tiga orang tenaga dokter dan seorang paramedis, tiga orang tenaga dokter tersebut adalah dokter umum yang terdiri dari seorang dokter PNS Departemen Agama DPK, dua orang dokter Kememterian Agama dan seorang paramedis/mantri karyawan Masjid Istiqlal pensiunan dari RS Gatot Soebroto. Poliklinik Masjid Istiqlal juga dilengkapi alat untuk mengecek kadar gula darah dan kolestrol serta satu unit mobil ambulans.

Adapun obat-obatan yang tersedia di poliklinik ini adalah obat generik bagi penyakit ringan untuk membantu pada tahap pertolongan pertama, bila ada penyakit yang memerlukan pengobatan medis yang serius maka akan dirujuk ke RS. Gatot Soebroto atau RSCM.

Madrasah

Masjid ini menjadi pedoman dan teladan pengelolaan masjid di Indonesia, sehingga harus menjadi contoh dan model dalam pengelolaan masjid secara nasional. Dalam konsep pengelolaan masjid yang ideal, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga harus mejadi tempat pembinaan umat melalui berbagai macam kegiatan. Salah satu kegiatan yang sangat penting adalah pendidikan untuk pembinaan masyarakat atau umat baik pendidikan formal maupun non formal.

Telah diselenggarakan pendidikan formal di Masjid Istiqlal yang terdiri dari jenjang pendidikan: Kelompok bermain dan Raudhatul Athfal, Madarasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).

Bedug raksasa

Pada waktu dulu masjid-masjid di Indonesia dilengkapi dengan bedug yang berfungsi sebagai tanda masuk waktu shalat. Bedug dipukul ketika waktu untuk shalat tiba, diikuti adzan.

Di Masjid Istiqlal bedug masih ada dan dilestarikan keberadaannya sebagai warisan budaya bangsa, saat ini bunyi bedug direkam kemudian diperdengarkan melalui pengeras suara sebelum adzan dikumandangkan. Bedug tersebut memiliki ukuran yang sangat besar, diletakkan di atas penyangga setinggi 3,80 meter, panjangnya 3,45 meter, dan lebarnya 3,40 meter. Semua terbuat dari kayu jati dari hutan Randu Blatung di Jawa Tengah.

Bedug Masjid Istiqlal panjangnya 3 meter, dengan berat 2,30 ton, bagian depan berdiameter 2 meter, bagian belakang 1,71 meter, terbuat dari kayu meranti merah (shorea wood) dari sebuah pohon berumur 300 tahun, diambil dari hutan di Kalimantan Timur, diawetkan menggunakan bahan pengawet superwolman salt D (fluoride, clirome, dan arsenate)

Dulu bedug di Masjid Istiqlal tersebut dipukul setiap hari Jumat, mendahului adzan Jumat yang dikumandangkan melalui pengeras suara. Belakangan ini suara bedug direkam kemudian diperdengarkan melalui pengeras suara sebelum adzan dikumandangkan. Walaupun fungsi beduk sudah dapat digantikan oleh pengeras suara, dalam menentukan tanda masuk waktu shalat, tetapi di Masjid Istiqlal, beduk masih dimanfaatkan. Beduk dipukul sebelum adzan. Selain itu beduk raksasa masjid ini juga berfungsi sebagai hiasan dan sekaligus melestarikan salah satu budaya Islam Indonesia.

Bedug

Garis tengah bagian depan : 2 meter

Garis tengah bagian belakang : 1,71 meter

Panjang : 3 meter

Berat : + 2,30 ton

Jenis kayu : Meranti Merah (Shorea) dari Kalimantan Timur

Umur pohon : + 300 tahun.

Kaki bedug (Jagrag)

Tinggi : 3,80 meter

Panjang : 3,45 meter

Lebar : 3,40 meter

Volume kayu : + 3,10 meter kubik

Jenis kayu : jati (tectona grandis) dari Randublatung Jawa Tengah.

Ukiran : Jepara.

Ukiran pada Jagrag

Tulisan "Allah" di dalam segilima pada 4 tempat. Segi-lima melambangkan : 5 rukun Islam dan 5 waktu sholat.

Tulisan "Bismillahirrahmanirrahim" pada 2 tempat. Tulisan Kalimah Sahadat pada 4 tempat. Surya Sengkala (tahun Matahari) : 1978 dalam seni kaligrafi yang berbunyi :

Angesti = angka 8

Suwara = angka 7

Kusumaning = angka 9

Samadi = angka 1

Pada bagian-bagian jagrag seluruhnya terdapat 27 (dua puluh tujuh) ukiran Surya sengkala.

"Nanasan" dengan dua susun kelopak daun, masing-masing menunjukkan Angka 7 dan 8 (daun).

Ukiran pada Bedug

Ukiran surya Sengkala (tahun matahari) : 1978 dalam seni kaligrafi dengan pengertian sama dengan No.4. Pada kayu bedug terdapat 2 (dua) ukiran Surya Sengkala dilingkari segi lima. Dua buah kendit/sabuk dari logam kuningan terukir berfungsi sebagai hiasan. Pada kedua kendit terdapat 11 (sebelas) ukiran Surya Sengkala.

Bahan kayu

Kayu jagrag berbahan jati (tectona grandis) dari Randublatung Jawa Tengah. Bahan kayu bedug dari jenis Meranti Merah (Shorea) dari Kalimantan Timur, umur pohon diperkirakan 300 tahun, sumbangan dari Badan Pelaksana Pembangunan dan Pengelolaan Pengusahaan Proyek Taman Mini Indonesia Indah dan merupakan potongan batang pohon dari koleksi Taman Mini Indonesia Indah.

Bahan kulit

Bagian depan adalah kulit sapi jantan dari daerah Jawa Timur. Bagian belakang adalah kulit sapi betina jenis Santa Gertrudis, umur 2 tahun, sumbangan PT. Redjo Sari Bumi, Tapos, Bogor.

Bahan lainnya

Kendit/Sabuk : dari logam kuningan.

Gantungan : dari besi baja yang di verchroom.

Band penguat : (pada kedua ujung) dari baja anti karat (stainless steel).

Paku kulit : dari kayu sonokeling, 90 buah pada bagian depan dan 80Â buah pada bagian belakang.

Obat pengawet : Superwolmansalt D (fluoride, chrome, arsenate), konsentrasi larutan kl. 4%, masa rendam 6 (enam) hari.

Pemukul bedug : 4 (empat) buah dari kayu jati terukir.

Jagrag/kaki dikerjakan dalam waktu 25 hari, sedangkan bedug dalam 60 hari.

Koperasi Karyawan dan Jamaah Masjid Istiqlal (KOSTIQ)

Usaha Pengembangan KOSTIQ (Koperasi karyawan dan Jamaah Masjid Istiqlal), selain dapat memakmurkan masjid, juga sangat diharapkan mampu menciptakan dan meningkatkan kesejahtraan karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal.

KOSTIQ telah diakui keberadaannya oleh badan hukum yang telah disahkan oleh Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil pada tanggal 19 Mei 1997 nomor 171/BHKWK.9/V/1997 serta anggaran rumah tangga yang disahkan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) tanggal 31 Maret 2004. Pendirian Kostiq dimotori oleh para pengurus BPPMI, dalam rangka pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh Masjid Istiqlal.

Salah satu tujuan KOSTIQ adalah ikut serta meningkatkan citra baik Masjid Istiqlal melalui kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Saat ini KOSTIQ telah banyak dimanfaatkan oleh para karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal.

Pada awal berdirinya KOSTIQ mensepakati usaha yang dijalankan adalah pengadaan barang-barang kebutuhan sehari-hari, usaha yang sudah berjalan hingga saat ini adalah penjualan sembako. Untuk kebutuhan lainnya seperti barang-barang elektronik KOSTIQ menerapkan sistem kredit jangka pendek maksimun 12 bulan.

Disamping itu usaha yang benar-benar menjadi konsentrasi KOSTIQ adalah:

Usaha simpan pinjam

Usaha perdagangan umum

Usaha toko sembako dan elektronik serta usaha cetak foto yang sangat dibutuhkan oleh para pengunjung di Masjid Istiqlal

Usaha kerjasama khusus

Usaha jasa boga

Kegiatan KOSTIQ dipusatkan di kamar 58 Masjid Istiqlal, sebagai pusat administrasi usaha. Untuk toko penjualan sembako selama ini dipusatkan di pintu air sebelah utara Masjid Istiqlal sementara usaha wartel dan foto copy di area parkir timur pintu utama Masjid Istiqlal.

Koperasi Istiqlal mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga staf yang terdiri dari tenaga bantuan dan tenaga staf penuh, jumlah angota sampai dengan 31 Desember 2008 adalah 261 orang. Pengurus Kostiq selalu berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pembinaan administrasi melalui pemanfaatan potensi pegawai dan saran perkantoran dengan segala keterbatasannya.

Imam dan Muadzin

Masjid Istiqlal mempunyai seorang imam besar, seorang wakil imam besar, dan tujuh orang imam. Sampai saat ini, Masjid Istiqlal memiliki empat imam besar. Imam Besar bertugas untuk mengawasi peribadatan di Masjid Istiqlal sesuai Syari'at Islam dan memberikan layanan konsultasi agama. Mereka adalah K. H. A. Zaini Miftah (1970-1980), K. H. Mukhtar Natsir (1980-2004), K. H. Nasrullah Djamaluddin (2004-2005)dan Imam Besar saat ini yang dijabat oleh Prof. Dr. K. H. Ali Musthafa Ya'qub, M. A. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus Sunnah di Ciputat, Jakarta Selatan. Wakil Imam Besar dijabat Drs. H. Syarifuddin Muhammad, M. M. Beliau adalah mantan Ketua Ikatan Penghafal al-Qur'an. Tujuh imam lainnya adalah:

1. Drs. H. Ali Hanafiah

2. H. Ahmad Husni Isma'il S. Ag.

3. Drs. H. Muhasyim Abdul Majid

4. H. Martomo Malaing AS, S. Q. , S. Th. I

5. H. Ahmad Rofi'uddin Mahfudz, S. Q.

6. Drs. H. Hasanuddin Sinaga, M. A.

7. Drs. H. Dzulfatah Yasin, M. A.

Selain itu, Masjid Istiqlal juga memiliki tujuh orang muadzin yang bertugas mangumandangkan adzan dan memberikan pengajaran tentang Al-Qur'an dan agama Islam. Mereka adalah:

1. Drs. H. Abdul Wahid

2. H. Sayuti

3. H. Muhammad Mahdi, S. Ag.

4. H. Ahmad Achwani S. Ag.

5. H. Hasan Basri

6. H. Muhdori Abdur Razzaq, S. Ag.

7. H. Saiful Anwar al-Bintani

 

 

Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal adalah masjid negara Republik Indonesia yang terletak di pusat ibukota Jakarta. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno di mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.

Lokasi kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut lapangan Medan Merdeka yang ditengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas). Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari dua ratus ribu jamaah.

Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan asing yang beragama Islam. Masyarakat non-Muslim juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.

Pada tiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad dan Isra dan Mi'raj, Presiden Republik Indonesia selalu mengadakan kegiatan keagamaan di masjid ini yang disiarkan secara langsung melalui televisi nasional (TVRI) dan sebagian televisi swasta.

        

Nama Masjid

Masjid Istiqlal merupakan masjid negara Indonesia, yaitu masjid yang mewakili umat muslim Indonesia. Karena menyandang status terhormat ini maka masjid ini harus dapat menjadi kebanggaan bangsa Indonesia sekaligus menggambarkan semangat perjuangan dalam meraih kemerdekaan. Masjid ini dibangun sebagai ungkapan dan wujud dari rasa syukur bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam, atas berkat dan rahmat Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat kemerdekaan, terbebas dari cengkraman penjajah. Karena itulah masjid ini dinamakan "Istiqlal" yang dalam bahasa Arab berarti "Merdeka".

Sejarah

Setelah perang kemerdekaan Indonesia, mulai berkembang gagasan besar untuk mendirikan masjid nasional. Ide pembangunan masjid tercetus setelah empat tahun proklamasi kemerdekaan. Gagasan pembangunan masjid kenegaraan ini sejalan dengan tradisi bangsa Indonesia yang sejak zaman kerajaan purba pernah membangun bangunan monumental keagamaan yang melambangkan kejayaan negara. Misalnya pada zaman kerajaan Hindu-Buddha bangsa Indonesia telah berjaya membangun candi Borobudur dan Prambanan. Karena itulah di masa kemerdekaan Indonesia terbit gagasan membangun masjid agung yang megah dan pantas menyandang predikat sebagai masjid negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Perencanaan

Pada tahun 1950, KH. Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park, sebuah gedung pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana Merdeka. Pertemuan dipimpin oleh KH. Taufiqurrahman, yang membahas rencana pembangunan masjid. Gedung pertemuan yang bersebelahan dengan Istana Merdeka itu, kini tinggal sejarah. Deca Park dan beberapa gedung lainnya tergusur saat proyek pembangunan Monumen Nasional (Monas) dimulai.

Masjid tersebut disepakati akan diberi nama Istiqlal. Secara harfiah, kata Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau kemerdekaan, yang secara istilah menggambarkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.

Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut, secara mufakat disepakati H. Anwar Tjokroaminoto sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Beliau juga ditunjuk secara mufakat sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Istiqlal meskipun beliau terlambat hadir karena baru kembali ke tanah air setelah bertugas sebagai delegasi Indonesia ke Jepang membicarakan masalah pampasan perang saat itu.

Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan rencana pembangunan masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut baik rencana tersebut, bahkan akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal. Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan dihadapan notaris Elisa Pondag pada tanggal 7 Desember 1954.

Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal 22 Februari 1955. Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik perorangan maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam sayembara itu.

Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid Istiqlal. Ir. H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan waktu itu belum ada bangunan di atasnya.

Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI saat) mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di dalamnya terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan kraton di Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid harus selalu berdekatan dengan kraton atau dekat dengan alun-alun, dan Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun Ibu Kota Jakarta. Selain itu Soekarno juga menghendaki masjid negara Indonesia ini berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai Pancasila.

Pendapat H. Moh. Hatta tersebut akan lebih hemat karena tidak akan mengeluarkan biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas dan di sekitar lokasi. Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina. Untuk memberi tempat bagi masjid ini, bekas benteng Belanda yaitu benteng Prins Frederick yang dibangun pada tahun 1837 dibongkar.

Sayembara rancang bangun masjid

Dewan Juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal, terdiri dari para Arsitek dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai ketua, dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.

Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955. Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya peminat hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba.

Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima) peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:

1.      Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi Ketuhanan

2.      Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi Istighfar

3.      Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi Salam

4.      Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Ilham

5.      Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Khatulistiwa dan NV. Associatie dengan sandi Lima Arab

Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F. Silaban sebagai pemenang pertama. Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000. Pemenang kedua, ketiga, dan keempat diberikan hadiah. Dan seluruh peserta mendapat sertifikat penghargaan.

Pembangunan

Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan umat Islam.

Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan. Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif. Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966, Menteri Agama KH. M. Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.

Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978, ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam. Biaya pembangunan diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp. 7.000.000.000,- (tujuh miliar rupiah) dan US$. 12.000.000 (dua belas juta dollar AS).

Peristiwa kontemporer

Karena Masjid Istiqlal adalah masjid nasional Republik Indonesia, setiap upacara atau peringatan hari besar Islam senantiasa digelar di masjid ini. Misalnya Hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi'raj, dan Maulid Nabi digelar di masjid ini dan diliput televisi nasional. Untuk turut memeriahkan perhelatan Visit Indonesia Year 1991 digelarlah Festival Istiqlal yang pertama pada tahun 1991. Festival ini digelar untuk memamerkan seni dan kebudayaan Islam Indonesia, turut hadir perwakilan negara sahabat berpenduduk muslim seperti Iran, Arab Saudi, dan perwakilan muslim China dari Uighur. Festival Istiqlal yang kedua digelar pada tahun 1995 untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada pukul 15.20 WIB hari Senin, 19 April 1999 bom meledak di lantai dasar Masjid Istiqlal. Letusan ini meretakkan tembok dan memecahkan kaca beberapa kantor organisasi Islam yang berkantor di Masjid Istiqlal, termasuk kantor Majelis Ulama Indonesia. Dua orang terluka akibat ledakan ini. Pada bulan Juni 1999 Polisi mengumumkan tujuh orang pengamen tersangka pelaku pengeboman Masjid Istiqlal yang telah ditangkap. Ketujuh orang ini adalah pelaksana yang menempatkan bom di Masjid Istiqlal, meskipun demikian siapakah otak perencana di balik pengeboman ini masih belum terungkap jelas.

Karena letak Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta yang bedampingan, maka kedekatan ini menjadi simbol keharmonisan antarumat beragama di Indonesia. Kendaraan umat Katolik yang merayakan misa hari besar keagamaan Katolik diperkenankan menggunakan lahan parkir Masjid Istiqlal.

Pengunjung

Barack dan Michelle Obama mengunjungi Masjid Istiqlal dipandu oleh Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Kyai al-Hajj Ali Musthafa Ya'qub pada tanggal 10 November 2010.

Sebagai masjid terbesar di Kawasan Timur Asia (Asia Tenggara dan Asia Timur), Masjid Istiqlal menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri, terutama wisatawan muslim yang datang dari berbagai penjuru Indonesia ataupun wisatawan muslim dari luar negeri. Pengunjung muslim dapat langsung masuk dan berbaur dengan jemaah untuk menunaikan shalat berjamaah. Wisatawan non-Muslim diperbolehkan berkunjung dan memasuki masjid ini, setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal. Pengunjung non-Muslim harus mengikuti tata cara mengunjungi masjid seperti melepaskan alas kaki serta mengenakan busana yang sopan dan pantas. Misalnya pengunjung tidak diperkenankan mengenakan celana pendek atau pakaian yang kurang pantas (busana lengan pendek, kaus kutang atau tank top). Pengunjung yang mengenakan celana pendek biasanya dipinjamkan sarung, sedangkan pengunjung wanita diminta mengenakan kerudung. Meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu. Misalnya pengunjung non-Muslim (kecuali tamu negara atau VVIP) tidak diperkenankan memasuki lantai pertama ruang utama tempat mihrab dan mimbar, tetapi diperbolehkan melihat bagian dalam ruangan ini dari balkon lantai kedua. Selebihnya pengunjung non-Muslim boleh mengunjungi bagian lain seperti pelataran terbuka, selasar, kaki menara dan koridor masjid.

Setelah presiden Amerika Serikat Barack Obama didampingi istrinya mengunjungi Masjid Istiqal pada November 2010, makin banyak wisatawan asing yang berkunjung ke masjid ini, rata-rata sekitar 20 wisatawan asing mengunjungi masjid ini tiap harinya. Kebanyakan berasal dari Eropa. Para tokoh penting asing terkenal yang pernah mengunjungi Masjid Istiqlal antara lain; Bill Clinton Presiden Amerika Serikat pada tahun 1994, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Libya Muammar Gaddafi, Pangeran Charles dari Britania Raya, Li Yuanchao wakil ketua Partai Komunis China, Presiden Cile Sebastián Piñera, Heinz Fischer Presiden Austria, dan Jens Stoltenberg Perdana Menteri Norwegia, dan Kanselir Jerman Angela Merkel pada tahun 2012.

Arsitektur

Sebagai masjid negara Indonesia, Masjid Istiqlal diharapkan dapat menampung jamaah dalam jumlah yang besar. Karena itu arsitekturnya menerapkan prinsip minimalis, dengan mempertimbangkan keberadaannya di kawasan beriklim tropis. Masjid dirancang agar udara dapat bebas bersirkulasi sehingga ruangan tetap sejuk, sementara jemaah terbebas dari panas matahari dan hujan. Ruangan shalat yang berada di lantai utama dan terbuka sekelilingnya diapit oleh plaza atau pelataran terbuka di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang dengan bukaan lowong yang lebar di antaranya, dimaksudkan untuk memudahkan sirkulasi udara dan penerangan yang alami.

Gaya arsitektur

Masjid Istiqlal dilihat dari pelataran

Masjid ini bergaya arsitektur Islam modern internasional, yaitu menerapkan bentuk-bentuk geometri sederhana seperti kubus, persegi, dan kubah bola, dalam ukuran raksasa untuk menimbulkan kesan agung dan monumental. Bahannya pun dipilih yang besifat kokoh, netral, sederhana, dan minimalis, yaitu marmer putih dan baja antikarat (stainless steel). Ragam hias ornamen masjid pun bersifat sederhana namun elegan, yaitu pola geometris berupa ornamen logam krawangan (kerangka logam berlubang) berpola lingkaran, kubus, atau persegi. Ornamen-ornamen ini selain berfungsi sabagai penyekat, jendela, atau lubang udara, juga berfungsi sebagai unsur estetik dari bangunan ini. Krawangan dari baja ini ditempatkan sebagai jendela, lubang angin, atau ornamen koridor masjid. Pagar langkan di tepi balkon setiap lantainya serta pagar tangga pun terbuat dari baja antikarat. Langit-langit masjid dan bagian dalam kubah pun dilapisi kerangka baja antikarat. Dua belas pilar utama penyangga kubah pun dilapisi lempengan baja antikarat.

Karena bangunan yang begitu besar dan luas, jika memanfaatkan seluruh permukaan lantai di semua bagian bangunan, masjid ini dapat menampung maksimal sekitar 200.000 jamaah, meskipun demikian kapasitas ideal masjid ini adalah sekitar 120.000 jamaah. Masjid ini mempunyai arsitektur yang bergaya modern. Jamaah dan wisatawan yang berkunjung ke masjid ini dapat melihat konstruksi kokoh bangunan masjid yang didominasi oleh batuan marmer pada tiang-tiang, lantai, dinding dan tangga serta baja antikarat pada tiang utama, kubah, puncak menara, plafon, dinding, pintu krawangan, tempat wudhu, dan pagar keliling halaman.

Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Istiqlal juga merupakan obyek wisata religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid ini, jamaah dan wisatawan dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah, dan Eropa. Arsitektur Indonesia nampak pada bangunan yang bersifat terbuka dengan memungkinkan sirkulasi udara alami sesuai dengan iklim tropis serta letak masjid yang berdekatan dengan bangunan pusat pemerintahan. Kemudian pada bagian dalam kubah masjid yang berhiaskan kaligrafi merupakan hasil adopsi arsitektur Timur Tengah. Masjid ini juga dipengaruhi gaya arsitektur Barat, sebagaimana terlihat dari bentuk tiang dan dinding yang kokoh.

Arsitektur Masjid Istiqlal juga menampilkan pendekatan yang unik terhadap berbagai serapan budaya dalam komposisi yang harmonis. Perpaduan itu menunjukkan kuatnya pemahaman yang menghargai berbagai budaya dari masyarakat yang berbeda, yang ditempatkan sebagai potensi untuk membangun harmoni dan toleransi antar umat beragama, dalam rangka membina kesatuan dan persatuan bangsa.

Beberapa kalangan menganggap arsitektur Islam modern Timur Tengah masjid Istiqlal berupa kubah besar dan menara terlalu bersifat Arab dan modern, sehingga terlepas dari kaitan harmoni dan warisan tradisi arsitektur Islam Nusantara tradisional Indonesia. Mungkin sebagai jawabannya mantan presiden Suharto melalui Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila menyeponsori pembangunan berbagai masjid beratap limas tingkat tiga bergaya tradisional masjid Jawa.

Simbolisme

Interior ruang utama masjid Istiqlal; kubah raksasa ditopang 12 tiang berlapis baja antikarat

 

Ribuan umat muslim Indonesia berkumpul untuk menunaikan shalat Ied pada Hari Raya Idul Fitri di Masjid Istiqlal.

Rancangan arsitektur Masjid Istiqlal mengandung angka dan ukuran yang memiliki makna dan perlambang tertentu. Terdapat tujuh gerbang untuk memasuki ruangan dalam Istiqlal yang masing-masing dinamai berdasarkan Al-Asmaul-Husna, nama-nama Allah yang mulia dan terpuji. Angka tujuh melambangkan tujuh lapis langit dalam kosmologi alam semesta Islam, serta tujuh hari dalam seminggu. Tempat wudhu terletak di lantai dasar, sementara ruangan utama dan pelataran utama terletak di lantai satu yang ditinggikan. Bangunan masjid terdiri atas dua bangunan; bangunan utama dan bangunan pendamping yang lebih kecil. Bangunan pendamping berfungsi sebagai tangga sekaligus tempat tambahan untuk beribadah. Bangunan utama ini dimahkotai kubah dengan bentang diameter sebesar 45 meter, angka "45" melambangkan tahun 1945, tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Kemuncak atau mastaka kubah utama dimahkotai ornamen baja antikarat berbentuk Bulan sabit dan bintang, simbol Islam.

Kubah utama ini ditopang oleh 12 tiang ruang ibadah utama disusun melingkar tepi dasar kubah, dikelilingi empat tingkat balkon. Angka "12" yang dilambangkan oleh 12 tiang melambangkan hari kelahiran nabi Muhammad yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal, juga melambangkan 12 bulan dalam penanggalan Islam (juga penanggalan Masehi) dalam satu tahun. Empat tingkat balkon dan satu lantai utama melambangkan angka "5" yang melambangkan lima Rukun Islam sekaligus melambangkan Pancasila, falsafah kebangsaan Indonesia. Tangga terletak di keempat sudut ruangan menjangkau semua lantai. Pada bangunan pendamping dimahkotai kubah yang lebih kecil berdiameter 8 meter.

Adanya dua bangunan masjid; yaitu bangunan utama dan bangunan pendamping (berfungsi sebagai tangga, ruang tambahan dan pintu masuk Al Fattah), serta dua kubah yaitu kubah utama dan kubah pendamping, melambangkan angka "2" atau dualisme yang saling berdampingan dan melengkapi; langit dan bumi, kepentingan akhirat dan kepentingan duniawi, bathin dan lahir, serta dua bentuk hubungan penting bagi muslim yaitu Hablum minallah (hubungan manusia dengan Tuhannya) dan Hablum minannaas (hubungan manusia dengan sesamanya). Hal ini sesuai dengan sifat agama Islam yang lengkap, mengatur baik urusan keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Islam tidak semata-mata bertitik berat pada masalah ibadah dan akhirat saja tetapi juga memperhatikan urusan duniawi; kesejahteraan, keadilan dan kepedulian sosial, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kehidupan sehari-hari umat muslim.

Rancangan interior masjid ini sederhana, minimalis, dengan hiasan minimal berupa ornamen geometrik dari bahan baja antikarat. Sifat gaya arsitektur dan ragam hias geometris yang sederhana, bersih dan minimalis ini mengandung makna bahwa dalam kesederhanaan terkandung keindahan. Pada dinding utama yang menghadap kiblat terdapat mihrab dan mimbar di tengahnya. Pada dinding utama terdapat ornamen logam bertuliskan aksara Arab Allah di sebelah kanan dan nama Muhammad di sebelah kiri, di tengahnya terdapat kaligrafi Arab Surah Thaha ayat ke-14. Semua ornamen logam baja antikarat didatangkan dari Jerman. Pada awalnya direncanakan menggunakan bahan marmer impor dari Italia seperti Monumen Nasional. Akan tetapi untuk menghemat biaya dan mendukung industri mamer lokal maka bahan marmer akhirnya diambil dari Tulungagung di Jawa Timur.

Struktur bangunan utama dihubungkan dengan emper dan koridor yang mengelilingi pelataran terbuka yang luas. Teras besar terbuka ini berukuran seluas 29.800 meter persegi, berupa pelataran berlapis tegel keramik berwarna merah bata yang disusun sesuai shaf shalat, terletak di sisi dan belakang gedung utama. Teras ini berfungsi menampung jemaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Koridor di sekeliling teras pelataran menghubungkan bangunan utama dengan menara masjid. Tidak seperti masjid dalam arsitektur Islam Arab, Persia, Turki, dan India yang memiliki banyak menara, Istiqlal hanya memiliki satu menara yang melambangkan Keesaan Allah. Struktur menara berlapis marmer berukuran tinggi 66,66 meter (6.666 cm),melambangkan 6.666 ayat dalam persepsi tradisional dalam Al Quran. Ditambah kemuncak yang memahkotai menara terbuat dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz' dalam Al Quran, maka tinggi total menara adalah 96,66 meter. Selain koridor emper keliling terdapat pula koridor di tengah yang menghubungkan Gerbang Al Fattah dengan Gerbang Ar Rozzaq. Jika masjid sudah tentu berkiblat ke arah Mekkah, penjuru koridor ini mengarah ke Monumen Nasional, hal ini untuk menunjukkan bahwa masjid ini adalah masjid nasional Republik Indonesia.

Di masjid ini juga terdapat bedug raksasa yang terbuat dari dari sebatang pohon kayu meranti merah asal pulau Kalimantan yang berusia sekitar 300 tahun.

Masjid Istiqlal dikenal dengan kemegahan bangunannya. Luas bangunannya hanya mencapai 26% dari kawasan seluas 9.32 hektare, yang selebihnya adalah halaman dan pertamanan. Pada taman masjid di sudut barat daya terdapat kolam besar dengan air mancur yang dapat menyemburkan air setinggi 45 meter. Air mancur ini hanya diaktifkan tiap hari Jumat menjelang shalat Jumat atau pada hari raya dan hari penting keagamaan Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, dan Isra Miraj.

Lingkungan sekitar

Kerumunan jemaah shalat Ied di depan gerbang Al Fattah, Masjid Istiqlal.

Pada tahun 1950, keadaan dan kondisi kawasan Taman Wilhelmina yang berada di depan Lapangan Banteng merupakan tempat yang sepi, gelap, kotor, dan tak terurus. Reruntuhan tembok bekas bangunan Benteng Prins Frederick di taman itu penuh dengan lumut, dan ditumbuhi ilalang dimana-mana.

Pada tanggal 21 Mei 1961, dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan Nasional di tempat yang sama, sekitar 50.000 orang dari berbagai unsur lapisan masyarakat, termasuk pegawai negeri dan swasta, alim ulama, tentara, dan lain-lain bekerja bakti membersihkan taman Wilhelmina yang tak terurus itu, sebagai persiapan lokasi pembangunan Masjid yang diawali dengan pidato Menteri Jaksa Agung.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 24 Agustus 1961, telah menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi kaum muslimin di Jakarta khususnya, dan Indonesia pada umumnya, untuk pertama kalinya di bekas taman itu, kota Jakarta akan memiliki sebuah masjid besar dan monumental. Maka dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim Presiden RI Ir. Soekarno meresmikan permulaan pembangunan Masjid Istiqlal diatas area seluas 9.32 Ha. Yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang disaksikan oleh ribuan ummat Islam. Sebuah masjid yang akan menjadi simbol kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Kompleks Masjid Istiqlal juga mempunyai daya tampung parkir untuk 800 kendaraan.

Pagar dan pintu gerbang

Komplek Masjid Istiqlal dikelilingi pagar setinggi empat meter, terdiri dari tembok setinggi satu meter dan diatasnya berdiri pagar setinggi tiga meter yang terbuat dari bahan stainless steel, baja anti karat sepanjang 1.165 meter.

Semula pagar ini meski dibuat dari bahan baja antikarat dan cukup kokoh, namun tingginya hanya sekitar 1,2 meter ditambah 1 meter tembok sehingga memudahkan keluar masuknya orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan cara melompati pagar tersebut, ditambah lagi dengan pintu gerbang yang sangat mudah dilewati meski pintu tersebut dalam keadaan terkunci.

Sebagai solusinya maka mulai tahun 2007 pagar diganti menjadi lebih tinggi dan indah seperti yang disaksikan sekarang. Pintu gerbangpun diubah dan dipercantik dengan menggunakan alumunium cor dan dirancang memiliki celah-celah yang rapat yang tidak mungkin dilewati oleh manusia.

Saat ini untuk masuk ke wilayah Masjid Istiqlal baik menggunakan kendaraan ataupun berjalan kaki harus melalui pintu gerbang yang terbuka yang masing-masing mempunyai gardu jaga. Pintu-pintu gerbang tersebut terletak di sebelah utara, timur, tenggara dan selatan. Salah satu dari pintu gerbang tersebut diperuntukkan khusus untuk VIP yaitu RI 1 dan RI 2.

Terdapat lima pintu gerbang masuk menuju kompleks Masjid Istiqlal, beberapa gerbang masuk ini dihubungkan ke masjid oleh jembatan yang dibawahnya mengalir sungai Ciliwung dan di kiri kanannya terdapat lapangan parkir yang luas, sedangkan dua buah lainnya di bagian utara tidak dihubungkan dengan jembatan. Gerbang masjid ini terdapat di ketiga sisi kompleks masjid, yaitu sisi utara menghadap pintu air dan jalan Veteran, sisi timur menghadap Gereja Katedral Jakarta dan jalan Katedral, dan sisi tenggara-selatan menghadap jalan Perwira dan kantor pusat Pertamina. Sementara di sepanjang sisi barat terdapat rel kereta api yang menghubungkan Stasiun Gambir dan Stasiun Juanda, di sisi barat ini tidak terdapat pintu gerbang.

1.      Sisi Utara dari arah Pintu Air terdapat satu pintu gerbang yang langsung diarahkan menuju pintu As-Salam. Pada acara kenegaraan biasanya hanya dibuka untuk dilalui para undangan VIP setingkat pejabat negara, para menteri, duta-duta besar perwakilan negara sahabat, pejabat legislatif, pejabat daerah dan undangan VIP lainnya.

2.      Sisi Timur Laut dari arah Katedral terdapat satu buah pintu gerbang berhadapan dengan bangunan gereja Katedral. Pintu gerbang inilah yang dibuka setiap harinya untuk keluar masuk area Masjid Istiqlal dan mulai pada pertengahan tahun 2008 perparkiran menggunakan sistem Check Point.

3.      Sisi Tenggara-Selatan dari arah Kantor Pusat Pertamina dan jalan Perwira terdapat tiga pintu gerbang, satu pintu gerbang ujung selatan tepat di pertigaan Jalan Merdeka Timur dan jalan Perwira searah dengan gedung kantor pusat Pertamina dan Stasiun Gambir, satu pintu di sisi tenggara dekat jembatan Ciliwung, dan satu lagi dekat pertigaan Lapangan Banteng searah dengan gedung Kementerian Agama Pusat. Gerbang tenggara dekat jembatan Ciliwung biasanya dibuka untuk umum hanya pada saat shalat Jumat, sedangkan pintu gerbang ujung selatan khusus diperuntukkan bagi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia beserta rombongan bila menghadiri acara keagamaan yang diselenggarakan secara kenegaraan di Masjid Istiqlal, seperti peringatan hari-hari besar Islam seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Seluruh pintu gerbang ini dibuka setiap acara resmi kenegaraan, sedangkan untuk hari-hari biasa pintu gerbang yang dibuka hanya pintu dari arah Katedral yang langsung menuju pintu Al-Fattah.

Sedangkan pada bangunan Masjid Istiqlal terdapat 7 buah pintu gerbang yand dinamakan berdasarkan Asmaul Husna.

Taman, parkir, jembatan, dan air mancur

 

 

Air mancur di tengah kolam sudut barat daya taman Masjid Istiqlal.

Halaman di sekitar Masjid Istiqlal sebelah utara, selatan dan timur seluas 6,85 Ha terdari dari:

Pertamanan seluas 4,15 Ha, dibagi menjadi 23 lokasi dan masing-masing diberi nama sesuai dengan nama pepohonan yang dominan berada di lokasi tersebut. Misalnya Taman Kamboja dan lain-lain. Rindangnnya pertamanan berfungsi juga sebagai hutan kota, dihidupi pula dengan beberapa jenis unggas untuk menambah keindahan komplek Masjid Istiqlal. Dengan demikian menjadikan suasana masjid terasa sejuk sehinnga akan menambah kekhusyuan beribadah bagi para jamaah.

Perparkiran seluas 2,15 Ha, yang dapat menampung kurang lebih 800 kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang yang ada. Kualitas pengaspalan untuk halaman, parkir dan jalan dibuat dengan methode pengaspalan kelas satu. Sungai Ciliwung mengalir membelah kompleks Masjid Istiqlal. Karena halaman Masjid Istiqlal dikelilingi oleh sungai, maka dibangun pula tiga buah jembatan besar yang lebarnya 18,6 meter dan panjang sekitar 21 sampai 25 meter. Ditambah satu buah jembatan kecil untuk pejalan kaki, kerangka dari jembatan-jembatan ini juga terbuat dari bahan stainless steel. Tepat di taman ini aliran sungai Ciliwung bercabang dua, cabang ke barat mengarah ke Harmoni, Jalan Gajah Mada-Hayam Wuruk, dan kawasan Kota Tua Jakarta, sedangkan cabang ke timur mengarah ke Pasar Baru, Gunung Sahari dan Ancol. Di sisi utara cabang barat terdapat pintu air yang dibangun pada zaman kolonial Hindia Belanda.

Untuk menambah indahnya panorama kompleks Masjid Istiqlal, di halaman bagian selatan dilengkapi dengan kolam air mancur yang ditempatkan di tengah-tengah, taman air mancur ini seluas 2.803 meter persegi, dan kolam air mancur seluas 8.490 meter persegi, jadi luas keseluruhannya 11,293 meter persegi. Pada bagian tengah kolam dibuat ring penampung air bersih bergaris tengah 45 meter, jumlah nozel pemancar air mancur sebanyak: 1 buah tegak lurus di tengah-tengah cawan air mancur, 17 buah di lingkar luar, dan 8 buah buah di lingkar dalam pada kolam penampungan air bersih. Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter.

Gedung utama dan gedung pendukung

Masjid Istiqlal berdaya tampung jamaah sebanyak 200.000 orang yang terdiri dari:

1.      Ruang shalat utama dan balkon serta sayap memuat 61.000 orang.

2.      Ruang pada bangunan pendahuluan memuat 8.000 orang.

3.      Ruang teras terbuka di lantai 2 memuat 50.000 orang.

4.      Semua koridor dan tempat lainnya memuat 81.000 orang.

Pintu masuk

Terdapat tujuh pintu gerbang masuk ke dalam Masjid Istiqlal. Masing-masing pintu itu diberi nama berdasarkan Asmaul Husna. Dari ketujuh pintu ini tiga pintu yaitu Al Fattah, As Salam dan Ar Rozzaq adalah pintu utama. Ketujuh pintu itu adalah:

1.      Al Fattah (Gerbang Pembuka): pintu utama yang terletak sisi timur laut berhadapan dengan Gereja Katedral. Pintu ini adalah pintu untuk masyarakat umum yang senantiasa terbuka dan terletak di bangunan pendamping dengan kubah kecil diatasnya.

2.      Al Quddus (Gerbang Kesucian): pintu yang terletak di sisi timur laut terdapat di sudut bangunan utama masjid.

3.      As Salam (Gerbang Kedamaian): salah satu pintu utama ini terletak di ujung utara pada sudut bangunan utama. Pintu ini langsung menuju dekat shaf terdepan barisan shalat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting VIP, seperti ulama, tamu asing, duta besar dari negara muslim, dan tamu penting lainnya pada acara keagamaan penting.

4.      Al Malik (Gerbang Raja): pintu VVIP di sisi barat pada sudut bangunan utama masjid. Seperti pintu As Salam pintu ini juga langsung menuju dekat shaf terdepan barisan shalat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting VVIP seperti presiden dan wakil presiden Indonesia serta tamu negara yang berkunjung.

5.      Al Ghaffar (Gerbang Ampunan): pintu ini terletak di ujung selatan pada bangunan selasar pelataran, tepat di bawah menara masjid Istiqlal. Pintu ini adalah yang paling dekat gerbang tenggara sekaligus yang terjauh dari mihrab masjid.

6.      Ar Rozzaq (Gerbang Rezeki): salah satu pintu utama ini terletak di tengah-tengah sisi selatan selasar pelataran Istiqlal. Dari pintu ini terdapat koridor yang lurus menghubungkannya dengan pintu Al Fatah di sisi timur laut.

7.      Ar Rahman (Gerbang Pengasih): pintu ini terletak di sudut barat daya bangunan selasar masjid, dekat pintu Al Malik.

Gedung utama

Mihrab dan mimbar di ruang utama

       Tinggi: 60 meter

       Panjang: 100 meter

       Lebar: 100 meter

       Tiang pancang: 2.361 buah

Masjid Istiqlal yang megah ini adalah bangunan berlantai dua. Lantai pertama untuk perkantoran, ruang pertemuan, instalasi AC sentral dan listrik, kamar mandi, toilet dan ruang tempat wudhu. Lantai dua, untuk shalat yang terdiri dari ruang shalat utama dan teras terbuka yang luas guna untuk menampung jemaah yang melimpah terutama pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha.

Gedung utama dengan ruang shalat utama mengarah ke kiblat (Mekkah), sedangkan teras terbuka yang luas mengarah ke Monumen Nasional (Monas).

Lantai utama yang disediakan untuk ruang sholat baik Rawatib ataupun sholat sunnat lainnya terletak di gedung utama dengan daya tampung 61.00 orang jamaah. Di bagian depan terdapat Mihrab tempat dimana imam memimpin sholat jamaah, dan disebelah kanan mihrab terdapat mimbar yang ditinggikan. Lantainya ditutupi karpet merah sumbangan seorang dermawan dari Kerajaan Arab Saudi.

Kubah besar

Dengan diameter 45 m, terbuat dari kerangka baja antikarat dari Jerman Barat dengan berat 86 ton, sementara bagian luarnya dilapisi dengan keramik. Diameter 45 meter merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945 sesuai dengan nama Istiqlal itu sendiri. Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang ditulis oleh K.H Fa'iz seorang Khatthaath senior dari Jawa Timur.

Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan dan Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat 2,5 ton. Dari dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan tinggi 60 meter, 12 buah pilar ini merupakan simbol angka kelahiran nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau 20 April 571 M.

Seluruh bagian di gedung utama ini dilapisi marmer yang didatangkan langsung dari Tulungagung seluas 36.980 meter persegi.

Gedung pendahuluan

       Tinggi: 52 meter

       Panjang: 33 meter

       Lebar: 27 meter

Bagian ini memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung utama yang diapit dua sayap teras. Luas lantainya 36.980 meter persegi, dilapisi dengan 17.300 meter persegi marmer. Jumlah tiang pancangnya sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada sebuah kubah kecil, fungsi utama dari gedung ini yaitu setiap jamaah dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai perluasan tempat shalat bila gedung utama penuh.

Teras raksasa

Teras raksasa terbuka seluas 29.800 meter terletak di sebelah kiri dan dibelakang gedung induk. Teras ini berlapis tegel keramik berwarna merah kecoklatan yang disusun membentuk shaf shalat. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu teras ini juga berfungsi sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti MTQ dan pada emper tengah biasa digunakan untuk peragaan latihan manasik haji, teras raksasa ini dapat menampung sekitar 50.000 jamaah.

Emper keliling dan koridor

       Panjang: 165 meter

       Lebar : 125 meter

Emper atau koridor ini mengelilingi teras raksasa dan koridor tengah yang sekelilingya terdapat 1800 pilar guna menopang bangunan emper. Di bagian tengah terdapat koridor tengah yang menghubungkan pintu Al Fattah di timur laut dengan pintu Ar Rozzaq di barat daya. Arah poros koridor ini mengarah ke Monumen Nasional menandakan masjid ini adalah masjid nasional.

Menara

Menara Istiqlal dengan Monas terlihat di kejauhan

       Tinggi tubuh menara marmer: 6.666 cm = 66.66 meter

       Tinggi kemuncak (pinnacle) menara baja antikarat: 30 meter

       Tinggi total menara: sekitar 90 meter

       Diameter menara 5 meter

Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai tempat Muadzin mengumandangkan adzan. Di atasnya terdapat pengeras suara yang dapat menyuarakan adzan ke kawasan sekitar masjid.

Menara megah tersebut melambangkan keagungan Islam, dan kemuliaan kaum muslimin. Keistimewaan lainnya, menara yang terletak di sudut selatan masjid, dengan ketinggian 6.666 cm ini dinisbahkan dengan jumlah ayat-ayat Al-Quran. Pada bagian ujung atas menara, berdiri kemuncak (pinnacle) dari besi baja yang menjulang ke angkasa setinggi 30 meter sebagai simbol dari jumlah juz dalam Al-Quran. Menara dan kemuncak baja ini membentuk tinggi total menara sekitar 90 meter.

Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang terbuat dari kerangka baja tipis. Angka 6.666 merupakan simbol dari jumlah ayat yang terdapat dalam AL- Quran, seperti yang diyakini oleh sebahagian besar ulama di Indonesia.

Lantai dasar dan tangga

Ruangan shalat terdapat di lantai pertama tepat di atas lantai dasar, sedangkan lantai dasar terdapat ruang wudhu, kantor Masjid Istiqlal, dan kantor berbagai organisasi Islam. Lantai dasar Masjid Istiqlal seluruhnya ditutupi oleh marmer seluas 25.000 meter persegi dipersiapkan untuk sarana perkantoran, sarana penunjang masjid, dan ruang serbaguna. Gagasan semula tempat ini akan dibiarkan terbuka yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan, misalnya pada saat penyelenggaraan Festival Istiqlal I tahun 1991 dan Festival Istiqlal II tahun 1995 ruangan-ruangan serbaguna di lantai dasar dan pelataran halaman Masjid dijadikan ruang pameran seni Islam Indonesia dan bazaar. Namun pasca terjadinya pengeboman di Masjid Istiqlal pada tanggal 19 April 1999 maka dilakukanlah pemagaran dan pembuatan pintu-pintu strategis pada tahun 1999.

Jumlah tangga menuju lantai shalat utama sebanyak 11 unit. Tiga diantaranya memiliki ukuran besar dan berfungsi sebagai tangga utama yaitu: satu unit berada disisi utara gedung induk, satu unit berada pada gedung pendahuluan yang dapat dipergunakan langsung menuju lantai lima, dan satu unit lainnya berlokasi di emper selatan menuju lantai utama, tangga-tangga ini memiliki lebar 15 meter.

Disamping itu terdapat 4 unit tangga dengan ukuran lebar 3 meter berlokasi pada tiap-tiap pojok gedung utama yang langsung menuju lantai lima dan di sudut-sudut teras raksasa.

Sarana dan fasilitas

Koridor keliling dipenuhi jemaah shalat Ied hari raya Idul Fitri

 

Umat muslim Indonesia tengah membaca Al Quran setelah menunaikan shalat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Indonesia. Indonesia memiliki jumlah umat muslim terbesar di dunia

Ruang shalat utama luasnya satu hektare dapat menampung jamaah lebih dari 16.000 orang. Ruang tersebut ditambah balkon 4 tingkat dan sayap disebelah timur, selatan, dan utara sehingga luas seluruhnya menjadi 36.980 meter persegi atau sama dengan hampir 4 hektare yang berarti dapat menampung jamaah sekitar 61.000 orang.

Di sebelah barat ruang shalat utama terletak mimbar yang diapit sebelah kiri dan kanannya oleh tembok berlapiskan marmer di mana terpajang kaligrafi Arab yang indah berbunyi: "Allah" (sebelah utara), "La Illaha Illa Allah, Muhammad ar Rasulu Allah" (tengah), dan "Muhammad" (sebelah selatan).

Sarana peribadatan

Karpet

Seluruh lantai utama masjid ditutupi oleh karpet merah sumbangan dari seorang dermawan Arab Saudi bernama Sheikh Esmail Abu Daud yang diserah terimahkan pada tanggal 3 Juni 2005. Karpet sebanyak 103 gulung ini berwarna merah terbuat dari bahan dasar wol.

Perawatan karpet tersebut dikerjakan secara manual, setiap hari dibersihkan dengan menggunakan alat vacum cleaner. Jumlah karpet penutup lantai utama 18 lembar, setiap lembarnya berukuran: panjang 25 meter dan lebar 4 meter, rata-rata beratnya 250 kg.

Rak Al Quran

Masjid Istiqlal juga menyediakan mushaf Al-Qur'an untuk dibaca oleh para jama'ah yang ditempatkan pada rak yang melingkar di 12 tiang yang terdapat pada lantai utama, setiap rak berbentuk setengah lingkaran yang terdiri dari dua tingkat terbuat dari bahan stainless steel.

Setiap rak dapat menampung 100 sampai 150 buah mushaf yang disediakan oleh BPPMI serta waqaf dari jamaah.

Sketsel

Untuk pembatas antara tempat shalat bagi jamaah pria dan wanita dan batas area sholat rawatib, di lantai utama Masjid Istiqlal juga disediakan sketsel yang terbuat dari 20 modul dengan bahan stainless steel dan dari bahan kayu 20 modul dengan ukuran masing-masing 2 meter x 80 cm. Sketsel tersebut bersifat knock down yang bisa dipasang sesuai kebutuhan.

Sarana olahraga

Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Menjaga kesehatan dengan berolahraga merupakan hal yang rutin dilakukan oleh siswa-siswi madrasah dan remaja Masjid Istiqlal.

Untuk mendukung berbagai macam program yang ada, BPPMI menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung seperti sarana olah raga yang representatif berstandart nasional dan internasional yang dibangun di pojok kiri bagian timur Masjid.

Pusat kegiatan olahraga ini berupa lapangan terbuka terdiri dari lapangan Futsal, Badminton, Bola Volly dan Basket. Lapangan olah raga ini berukuran 420 meter persegi, diresmikan penggunaannya oleh ibu Menteri Agama RI pada Tanggal 17 Januari 2009 M/20 Muharram 1430 M.

Tenaga listrik

Tenaga listrik di Masjid Istiqlal difungsikan untuk:

1.      Penerangan

2.      Tenaga Hydrofour

3.      AC

4.      Sound system

5.      Air Mancur

6.      Alat eloktronik lainnya seperti TV, Komputer dll.

Penggunaan listrik untuk kebutuhan penerangan diseluruh areal Masjid Istiqlal baik di gedung ataupun di taman dan halaman serta pagar menggunakan layanan listrik dari PLN. Suplai listrik yang diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan satu gardu tersendiri yang menyiapkan central box berkapasitas 2.000 KVA.

Sebagai cadangan bila terjadi pemadaman dari pihak PLN, disiapkan juga dua buah mesin diesel atau generator berkekuatan 825 KVA dan 500 KVA. Selain untuk penerangan tenaga listrik ini juga dipergunakan untuk mesin-mesin Hydrofour dan AC di ruang perkantoran yang terdapat di lantai dasar masjid, rata-rata konsumsi listrik setiap bulannya adalah 1.750 KVA, dengan pembayaran rekening rata-rata sebesar Rp: 125.000.000/bulan.

Sistem suara dan multimedia

Untuk keperluan ibadah dan sarana informasi Masjid Istiqlal menggunakan sound system yang dikendalikan secara terpusat yang terletak pada ruang kaca bagian belakang lantai dua, dengan jumlah speaker sebanyak 200 chanel yang tersebar pada lantai utama.

Jumlah speaker yang terdapat pada koridor, gedung penghubung dan gedung pendahuluan sebanyak 158 chanel. Sound system dikendalikan oleh 26 amplyfire dan 5 (lima) buah mixer dan diawasi oleh enam orang yang bertugas secara bergantian baik siang ataupun malam hari.

Untuk mendukung kelancaran komunikasi pada waktu pelaksanaan ibadah dan kegiatan, di lantai utama juga telah dipasang system TV plasma sehingga akses informasi dpat diikuti secara merata oleh para jamaah yang berada diseluruh area ruang utama Masjid.

Pendingin udara (AC)

AC difungsikan secara sentral yang meliputi seluruh perkantoran dan ruangan lain yang ada di lantai dasar. Untuk memenuhi kebutuhan AC ini didukung oleh empat buah mesin pendingin atau chiller.

Pendingin ruangan hanya digunakan bagi ruangan-ruangan kantor di lantai bawah dengan menggunakan sistem AC central dan AC split.

Untuk menambah kenyamanan beribadah bagi jamaah, sekarang ini ruang utama Masjid Istiqlal dilengkapi juga dengan 5 unit standing AC, masing-masing berkekuatan 5 PK dan sebelas unit AC celling berkekuatan masing-masing 5 PK, ditambah kipas angin berukuran besar.

Disamping itu pada ruangan perkantoran, ruang madrasah serta ruang VIP yang berada pada lantai dasar sistem pendinginnya juga menggunakan AC sentral yang digerakkan oleh empat unit mesin chiller dengan 300 buah fan coil unit yang tersebar pada setiap ruangan, karena termakan usia di beberapa ruangan ditemukan AC chiller sudah kurang berfungsi maka secara bertahap dilakukan penggantian dengan AC split.

Fasilitas air, ruang wudhu, kamar mandi, WC

Tempat wudhu pria

 

 

Tempat wudhu wanita

Keperluan air untuk bersuci di Masjid Istiqlal pada awalnya dari Perusahaan Air Minum (PAM). Sebagai cadangan untuk mengantisipasi kekurangan dan kerusakan maka dibuatlah 6 buah sumur artesis dengan kedalaman 100 M, menggunakan mesin berkekuatan 3 PK dan 3 fase berkapasitas 600 liter permenit dan didistribusikan ke tempat-tempat wudhu.

Untuk kebutuhan air di tempat pembuangan air kecil digunakan delapa buah mesin Hydrofour, ditambah empat tangki Hydrofour berkapasitas 1400 liter. Mesin-mesin air tersebut menggunakan tenaga listrik sebanyak 15 PK.

Tempat wudhu terdapat di beberapa lokasi di lantai dasar yaitu di sebelah utara, timur maupun selatan gedung utama. Di setiap lokasi tersedia 100 unit tempat wudhu dengan kran air terbuat dari bahan stainless steel, tiap unitnya terdiri atas 6 buah kran maka jumlah kran seluruhnya sebanyak 600 buah. Berarti pada saat yang bersamaan dapat melayani 600 orang berwudhu sekaligus.

Sedangkan toilet terdapat di lantai dasar sebelah barat, selatan dan timur di bawah teras raksasa. Toilet ini sengaja dibangun terpisah dari tempat wudhu, hal ini dimaksudkan agar tempat yang bersih dan suci tidak berdekatan dengan tempat yang kotor. Disisi sebelah timur, dibawah emper masjid terdapat dua lokasi urinior yang berkapasitas 80 ruang.

Selain itu juga terdapat 52 kamar mandi dan WC, dengan rincian: 12 buah dibawah emper barat, 12 buah dibawah emper selatan dekat menara dan 28 buah dibawah emper sebelah timur. Keperluan air untuk wudhu, kamar mandi dan toilet ini setiap hari dipasok air dari PAM yaang berkapasitas 600 liter per menit.

Lift bagi penyandang cacat

Mengingat Masjid Istiqlal sebagai sarana umum dan jamaah yang berkunjung juga terdapat diantaranya penyandang cacat dan jamaah lanjut usia. Karena itu bagi penyandang cacat yang akan menuju ke lantai dua dan lantai utama disediakan lift yang terletak di bagian selatan. Hal ini dalam rangka peningkatan pelayanan kepada para jamaah penyandang cacat dan lansia.

Keberadaan satu unit lift yang diperuntukkan khusus bagi jamaah penyandang cacat dan lansia ini adalah berkat bantuan pemerintah DKI Jakarta. Lift tersebut berkapasitas 6 orang dan dioperasikan pada waktu-waktu tertentu sesuai kebutuhan.

Lift ini terdapat di lokasi pintu Ar-Rahman dan dapat diakses melalui pintu gerbang depan kantor pusat pertamina.

Perpustakaan Islam

Firman yang pertama kali diturunkan-Nya dalam Al Quran adalah perintah membaca, melalui firman-Nya tersebut Allah memerintahkan manusia membaca sebagai jalan untuk menuntut ilmu. Jadi jika menutut ilmu memiliki kedudukan mulia, maka jalan kearahnya pun dengan membaca menjadi jalan yang mulia. Kesadaran akan pentingnya membaca sebagai jalan masuknya ilmu telah mendorong generasi terdahulu umat Islam untuk mendirikan fasilitas yang bisa menampung bahan bacaan karya-karya ulama Islam waktu itu.

Perpustakaan Islam Istiqlal, walaupun belum bisa mewakili jumlah besarnya koleksi buku seperti perpustakaan-perpustakaan Islam yang besar lainnya, mewakili fungsinya sebagai pusat keilmuan Islam. Perpustakaan Islam sendiri sudah mulai berkembang di Indonesia. Hampir di setiap masjid-masjid besar di Ibukota, telah dilengkapi dengan sarana perpustakaan.

Poliklinik

Ketika gubernur DKI Jakarta dijabat oleh Bapak Sumarno pada tahun 1968 dimana Masjid Istiqlal masih dalam proses pembangunan, maka untuk membantu karyawan dalam pemeriksaan kesehatan, Gubernur Sumarno ketika itu meminta bantuan pihak RS Gatot Soebroto untuk turut serta membantu dalam bidang pelayanan kesehatan bagi seluruh pekerja dan karyawan proyek pembangunan Masjid Istiqlal. Pihak RS mengirimkan bantuan empat orang tenaga mantri secara bergiliran yaitu:

H.Abd.Hamid Ipang H.M.Sukiran Suster Yuyun Rahayu Suster Rosda Setelah proyek pembangunan masjid diserahkan kepada Sekretaris Negara pada tahun 1984 tenaga medis yang menangani pelayanan kesehatan tinggal dua orang yaitu H.Abd. Hamid Ipang dan H.M. Sukiran.

Sampai sekarang Masjid Istiqlal tetap menyediakan fasilitas berupa Poliklinik Umum. Poliklinik ini berada di bawah tanggung jawab dr. Khulushinnisak, MARS yang juga PNS Departemen Agama. Di Klinik ini karyawan dan para jamaah Masjid Istiqla bisa mendapatkan layanan kesehatan dengan berbagai kemudahan. Klinik Istiqlal bertempat di lantai dasar Masjid Istiqlal Jl. Taman Wijaya Kusuma No.1, Jakarta Pusat.

Pelayanan Kesehatan yang diberikan berupa pemeriksaan dan konsultasi dokter umum serta obat-obatan generik. Bagi karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal, dibebaskan biaya pemeriksanaan. Karyawan dan jamaah harus membawa kartu berobat (atau kartu identitas jika belum memiliki kartu berobat) agar dibebaskan dari biaya pemeriksaan dan konsultasi dokter.

Obat-obatan yang diberikan diutamakan dalam bentuk generik, dan bagi obat-obatan yang tidak ada dalam bentuk generik diutamakan penyediaan hasil produksi perusahaan farmasi nasional.

Jadwal pelayanan kesehatan bagi karyawan adalah setiap hari kerja :

Senin s/d Jum'at : 08.00 - 16.00, Hari sabtu dan Ahad tutup kecuali jika di Masjid Istiqlal diadakan acara hari-hari besar Islam atau acara-acara penting lainnya.

Sejak tahun 2003, pliklinik Masjid Istiqlal sudah dilengkapi oleh tiga orang tenaga dokter dan seorang paramedis, tiga orang tenaga dokter tersebut adalah dokter umum yang terdiri dari seorang dokter PNS Departemen Agama DPK, dua orang dokter Kememterian Agama dan seorang paramedis/mantri karyawan Masjid Istiqlal pensiunan dari RS Gatot Soebroto. Poliklinik Masjid Istiqlal juga dilengkapi alat untuk mengecek kadar gula darah dan kolestrol serta satu unit mobil ambulans.

Adapun obat-obatan yang tersedia di poliklinik ini adalah obat generik bagi penyakit ringan untuk membantu pada tahap pertolongan pertama, bila ada penyakit yang memerlukan pengobatan medis yang serius maka akan dirujuk ke RS. Gatot Soebroto atau RSCM.

Madrasah

Masjid ini menjadi pedoman dan teladan pengelolaan masjid di Indonesia, sehingga harus menjadi contoh dan model dalam pengelolaan masjid secara nasional. Dalam konsep pengelolaan masjid yang ideal, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga harus mejadi tempat pembinaan umat melalui berbagai macam kegiatan. Salah satu kegiatan yang sangat penting adalah pendidikan untuk pembinaan masyarakat atau umat baik pendidikan formal maupun non formal.

Telah diselenggarakan pendidikan formal di Masjid Istiqlal yang terdiri dari jenjang pendidikan: Kelompok bermain dan Raudhatul Athfal, Madarasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).

Bedug raksasa

Pada waktu dulu masjid-masjid di Indonesia dilengkapi dengan bedug yang berfungsi sebagai tanda masuk waktu shalat. Bedug dipukul ketika waktu untuk shalat tiba, diikuti adzan.

Di Masjid Istiqlal bedug masih ada dan dilestarikan keberadaannya sebagai warisan budaya bangsa, saat ini bunyi bedug direkam kemudian diperdengarkan melalui pengeras suara sebelum adzan dikumandangkan. Bedug tersebut memiliki ukuran yang sangat besar, diletakkan di atas penyangga setinggi 3,80 meter, panjangnya 3,45 meter, dan lebarnya 3,40 meter. Semua terbuat dari kayu jati dari hutan Randu Blatung di Jawa Tengah.

Bedug Masjid Istiqlal panjangnya 3 meter, dengan berat 2,30 ton, bagian depan berdiameter 2 meter, bagian belakang 1,71 meter, terbuat dari kayu meranti merah (shorea wood) dari sebuah pohon berumur 300 tahun, diambil dari hutan di Kalimantan Timur, diawetkan menggunakan bahan pengawet superwolman salt D (fluoride, clirome, dan arsenate)

Dulu bedug di Masjid Istiqlal tersebut dipukul setiap hari Jumat, mendahului adzan Jumat yang dikumandangkan melalui pengeras suara. Belakangan ini suara bedug direkam kemudian diperdengarkan melalui pengeras suara sebelum adzan dikumandangkan. Walaupun fungsi beduk sudah dapat digantikan oleh pengeras suara, dalam menentukan tanda masuk waktu shalat, tetapi di Masjid Istiqlal, beduk masih dimanfaatkan. Beduk dipukul sebelum adzan. Selain itu beduk raksasa masjid ini juga berfungsi sebagai hiasan dan sekaligus melestarikan salah satu budaya Islam Indonesia.

Bedug

       Garis tengah bagian depan : 2 meter

       Garis tengah bagian belakang : 1,71 meter

       Panjang : 3 meter

       Berat : + 2,30 ton

       Jenis kayu : Meranti Merah (Shorea) dari Kalimantan Timur

       Umur pohon : + 300 tahun.

Kaki bedug (Jagrag)

       Tinggi : 3,80 meter

       Panjang : 3,45 meter

       Lebar : 3,40 meter

       Volume kayu  : + 3,10 meter kubik

       Jenis kayu : jati (tectona grandis) dari Randublatung Jawa Tengah.

       Ukiran : Jepara.

Ukiran pada Jagrag

Tulisan "Allah" di dalam segilima pada 4 tempat. Segi-lima melambangkan : 5 rukun Islam dan 5 waktu sholat.

Tulisan "Bismillahirrahmanirrahim" pada 2 tempat. Tulisan Kalimah Sahadat pada 4 tempat. Surya Sengkala (tahun Matahari) : 1978 dalam seni kaligrafi yang berbunyi :

       Angesti = angka 8

       Suwara = angka 7

       Kusumaning = angka 9

       Samadi = angka 1

Pada bagian-bagian jagrag seluruhnya terdapat 27 (dua puluh tujuh) ukiran Surya sengkala.

"Nanasan" dengan dua susun kelopak daun, masing-masing menunjukkan Angka 7 dan 8 (daun).

Ukiran pada Bedug

Ukiran surya Sengkala (tahun matahari) : 1978 dalam seni kaligrafi dengan pengertian sama dengan No.4. Pada kayu bedug terdapat 2 (dua) ukiran Surya Sengkala dilingkari segi lima. Dua buah kendit/sabuk dari logam kuningan terukir berfungsi sebagai hiasan. Pada kedua kendit terdapat 11 (sebelas) ukiran Surya Sengkala.

Bahan kayu

Kayu jagrag berbahan jati (tectona grandis) dari Randublatung Jawa Tengah. Bahan kayu bedug dari jenis Meranti Merah (Shorea) dari Kalimantan Timur, umur pohon diperkirakan 300 tahun, sumbangan dari Badan Pelaksana Pembangunan dan Pengelolaan Pengusahaan Proyek Taman Mini Indonesia Indah dan merupakan potongan batang pohon dari koleksi Taman Mini Indonesia Indah.

Bahan kulit

Bagian depan adalah kulit sapi jantan dari daerah Jawa Timur. Bagian belakang adalah kulit sapi betina jenis Santa Gertrudis, umur 2 tahun, sumbangan PT. Redjo Sari Bumi, Tapos, Bogor.

Bahan lainnya

       Kendit/Sabuk : dari logam kuningan.

       Gantungan : dari besi baja yang di verchroom.

       Band penguat : (pada kedua ujung) dari baja anti karat (stainless steel).

       Paku kulit : dari kayu sonokeling, 90 buah pada bagian depan dan 80Â buah pada bagian belakang.

       Obat pengawet : Superwolmansalt D (fluoride, chrome, arsenate), konsentrasi larutan kl. 4%, masa rendam 6 (enam) hari.

       Pemukul bedug : 4 (empat) buah dari kayu jati terukir.

Jagrag/kaki dikerjakan dalam waktu 25 hari, sedangkan bedug dalam 60 hari.

Koperasi Karyawan dan Jamaah Masjid Istiqlal (KOSTIQ)

Usaha Pengembangan KOSTIQ (Koperasi karyawan dan Jamaah Masjid Istiqlal), selain dapat memakmurkan masjid, juga sangat diharapkan mampu menciptakan dan meningkatkan kesejahtraan karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal.

KOSTIQ telah diakui keberadaannya oleh badan hukum yang telah disahkan oleh Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil pada tanggal 19 Mei 1997 nomor 171/BHKWK.9/V/1997 serta anggaran rumah tangga yang disahkan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) tanggal 31 Maret 2004. Pendirian Kostiq dimotori oleh para pengurus BPPMI, dalam rangka pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh Masjid Istiqlal.

Salah satu tujuan KOSTIQ adalah ikut serta meningkatkan citra baik Masjid Istiqlal melalui kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Saat ini KOSTIQ telah banyak dimanfaatkan oleh para karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal.

Pada awal berdirinya KOSTIQ mensepakati usaha yang dijalankan adalah pengadaan barang-barang kebutuhan sehari-hari, usaha yang sudah berjalan hingga saat ini adalah penjualan sembako. Untuk kebutuhan lainnya seperti barang-barang elektronik KOSTIQ menerapkan sistem kredit jangka pendek maksimun 12 bulan.

Disamping itu usaha yang benar-benar menjadi konsentrasi KOSTIQ adalah:

       Usaha simpan pinjam

       Usaha perdagangan umum

       Usaha toko sembako dan elektronik serta usaha cetak foto yang sangat dibutuhkan oleh para pengunjung di Masjid Istiqlal

       Usaha kerjasama khusus

       Usaha jasa boga

Kegiatan KOSTIQ dipusatkan di kamar 58 Masjid Istiqlal, sebagai pusat administrasi usaha. Untuk toko penjualan sembako selama ini dipusatkan di pintu air sebelah utara Masjid Istiqlal sementara usaha wartel dan foto copy di area parkir timur pintu utama Masjid Istiqlal.

Koperasi Istiqlal mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga staf yang terdiri dari tenaga bantuan dan tenaga staf penuh, jumlah angota sampai dengan 31 Desember 2008 adalah 261 orang. Pengurus Kostiq selalu berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pembinaan administrasi melalui pemanfaatan potensi pegawai dan saran perkantoran dengan segala keterbatasannya.

Imam dan Muadzin

Masjid Istiqlal mempunyai seorang imam besar, seorang wakil imam besar, dan tujuh orang imam. Sampai saat ini, Masjid Istiqlal memiliki empat imam besar. Imam Besar bertugas untuk mengawasi peribadatan di Masjid Istiqlal sesuai Syari'at Islam dan memberikan layanan konsultasi agama. Mereka adalah K. H. A. Zaini Miftah (1970-1980), K. H. Mukhtar Natsir (1980-2004), K. H. Nasrullah Djamaluddin (2004-2005)dan Imam Besar saat ini yang dijabat oleh Prof. Dr. K. H. Ali Musthafa Ya'qub, M. A. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus Sunnah di Ciputat, Jakarta Selatan. Wakil Imam Besar dijabat Drs. H. Syarifuddin Muhammad, M. M. Beliau adalah mantan Ketua Ikatan Penghafal al-Qur'an. Tujuh imam lainnya adalah:

1.      Drs. H. Ali Hanafiah

2.      H. Ahmad Husni Isma'il S. Ag.

3.      Drs. H. Muhasyim Abdul Majid

4.      H. Martomo Malaing AS, S. Q. , S. Th. I

5.      H. Ahmad Rofi'uddin Mahfudz, S. Q.

6.      Drs. H. Hasanuddin Sinaga, M. A.

7.      Drs. H. Dzulfatah Yasin, M. A.

Selain itu, Masjid Istiqlal juga memiliki tujuh orang muadzin yang bertugas mangumandangkan adzan dan memberikan pengajaran tentang Al-Qur'an dan agama Islam. Mereka adalah:

1.      Drs. H. Abdul Wahid

2.      H. Sayuti

3.      H. Muhammad Mahdi, S. Ag.

4.      H. Ahmad Achwani S. Ag.

5.      H. Hasan Basri

6.      H. Muhdori Abdur Razzaq, S. Ag.

7.      H. Saiful Anwar al-Bintani

 

Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal adalah masjid negara Republik Indonesia yang terletak di pusat ibukota Jakarta. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno di mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.

Lokasi kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut lapangan Medan Merdeka yang ditengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas). Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari dua ratus ribu jamaah.

Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan asing yang beragama Islam. Masyarakat non-Muslim juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.

Pada tiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad dan Isra dan Mi'raj, Presiden Republik Indonesia selalu mengadakan kegiatan keagamaan di masjid ini yang disiarkan secara langsung melalui televisi nasional (TVRI) dan sebagian televisi swasta.

 

Nama Masjid

Masjid Istiqlal merupakan masjid negara Indonesia, yaitu masjid yang mewakili umat muslim Indonesia. Karena menyandang status terhormat ini maka masjid ini harus dapat menjadi kebanggaan bangsa Indonesia sekaligus menggambarkan semangat perjuangan dalam meraih kemerdekaan. Masjid ini dibangun sebagai ungkapan dan wujud dari rasa syukur bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam, atas berkat dan rahmat Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat kemerdekaan, terbebas dari cengkraman penjajah. Karena itulah masjid ini dinamakan "Istiqlal" yang dalam bahasa Arab berarti "Merdeka".

Sejarah

Setelah perang kemerdekaan Indonesia, mulai berkembang gagasan besar untuk mendirikan masjid nasional. Ide pembangunan masjid tercetus setelah empat tahun proklamasi kemerdekaan. Gagasan pembangunan masjid kenegaraan ini sejalan dengan tradisi bangsa Indonesia yang sejak zaman kerajaan purba pernah membangun bangunan monumental keagamaan yang melambangkan kejayaan negara. Misalnya pada zaman kerajaan Hindu-Buddha bangsa Indonesia telah berjaya membangun candi Borobudur dan Prambanan. Karena itulah di masa kemerdekaan Indonesia terbit gagasan membangun masjid agung yang megah dan pantas menyandang predikat sebagai masjid negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Perencanaan

Pada tahun 1950, KH. Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park, sebuah gedung pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana Merdeka. Pertemuan dipimpin oleh KH. Taufiqurrahman, yang membahas rencana pembangunan masjid. Gedung pertemuan yang bersebelahan dengan Istana Merdeka itu, kini tinggal sejarah. Deca Park dan beberapa gedung lainnya tergusur saat proyek pembangunan Monumen Nasional (Monas) dimulai.

Masjid tersebut disepakati akan diberi nama Istiqlal. Secara harfiah, kata Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau kemerdekaan, yang secara istilah menggambarkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.

Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut, secara mufakat disepakati H. Anwar Tjokroaminoto sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Beliau juga ditunjuk secara mufakat sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Istiqlal meskipun beliau terlambat hadir karena baru kembali ke tanah air setelah bertugas sebagai delegasi Indonesia ke Jepang membicarakan masalah pampasan perang saat itu.

Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan rencana pembangunan masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut baik rencana tersebut, bahkan akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal. Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan dihadapan notaris Elisa Pondag pada tanggal 7 Desember 1954.

Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal 22 Februari 1955. Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik perorangan maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam sayembara itu.

Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid Istiqlal. Ir. H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan waktu itu belum ada bangunan di atasnya.

Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI saat) mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di dalamnya terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan kraton di Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid harus selalu berdekatan dengan kraton atau dekat dengan alun-alun, dan Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun Ibu Kota Jakarta. Selain itu Soekarno juga menghendaki masjid negara Indonesia ini berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai Pancasila.

Pendapat H. Moh. Hatta tersebut akan lebih hemat karena tidak akan mengeluarkan biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas dan di sekitar lokasi. Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina. Untuk memberi tempat bagi masjid ini, bekas benteng Belanda yaitu benteng Prins Frederick yang dibangun pada tahun 1837 dibongkar.

Sayembara rancang bangun masjid

Dewan Juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal, terdiri dari para Arsitek dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai ketua, dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.

Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955. Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya peminat hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba.

Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima) peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:

1. Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi Ketuhanan

2. Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi Istighfar

3. Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi Salam

4. Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Ilham

5. Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Khatulistiwa dan NV. Associatie dengan sandi Lima Arab

Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F. Silaban sebagai pemenang pertama. Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000. Pemenang kedua, ketiga, dan keempat diberikan hadiah. Dan seluruh peserta mendapat sertifikat penghargaan.

Pembangunan

Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan umat Islam.

Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan. Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif. Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966, Menteri Agama KH. M. Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.

Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978, ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam. Biaya pembangunan diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp. 7.000.000.000,- (tujuh miliar rupiah) dan US$. 12.000.000 (dua belas juta dollar AS).

Peristiwa kontemporer

Karena Masjid Istiqlal adalah masjid nasional Republik Indonesia, setiap upacara atau peringatan hari besar Islam senantiasa digelar di masjid ini. Misalnya Hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi'raj, dan Maulid Nabi digelar di masjid ini dan diliput televisi nasional. Untuk turut memeriahkan perhelatan Visit Indonesia Year 1991 digelarlah Festival Istiqlal yang pertama pada tahun 1991. Festival ini digelar untuk memamerkan seni dan kebudayaan Islam Indonesia, turut hadir perwakilan negara sahabat berpenduduk muslim seperti Iran, Arab Saudi, dan perwakilan muslim China dari Uighur. Festival Istiqlal yang kedua digelar pada tahun 1995 untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada pukul 15.20 WIB hari Senin, 19 April 1999 bom meledak di lantai dasar Masjid Istiqlal. Letusan ini meretakkan tembok dan memecahkan kaca beberapa kantor organisasi Islam yang berkantor di Masjid Istiqlal, termasuk kantor Majelis Ulama Indonesia. Dua orang terluka akibat ledakan ini. Pada bulan Juni 1999 Polisi mengumumkan tujuh orang pengamen tersangka pelaku pengeboman Masjid Istiqlal yang telah ditangkap. Ketujuh orang ini adalah pelaksana yang menempatkan bom di Masjid Istiqlal, meskipun demikian siapakah otak perencana di balik pengeboman ini masih belum terungkap jelas.

Karena letak Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta yang bedampingan, maka kedekatan ini menjadi simbol keharmonisan antarumat beragama di Indonesia. Kendaraan umat Katolik yang merayakan misa hari besar keagamaan Katolik diperkenankan menggunakan lahan parkir Masjid Istiqlal.

Pengunjung

Barack dan Michelle Obama mengunjungi Masjid Istiqlal dipandu oleh Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Kyai al-Hajj Ali Musthafa Ya'qub pada tanggal 10 November 2010.

Sebagai masjid terbesar di Kawasan Timur Asia (Asia Tenggara dan Asia Timur), Masjid Istiqlal menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri, terutama wisatawan muslim yang datang dari berbagai penjuru Indonesia ataupun wisatawan muslim dari luar negeri. Pengunjung muslim dapat langsung masuk dan berbaur dengan jemaah untuk menunaikan shalat berjamaah. Wisatawan non-Muslim diperbolehkan berkunjung dan memasuki masjid ini, setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal. Pengunjung non-Muslim harus mengikuti tata cara mengunjungi masjid seperti melepaskan alas kaki serta mengenakan busana yang sopan dan pantas. Misalnya pengunjung tidak diperkenankan mengenakan celana pendek atau pakaian yang kurang pantas (busana lengan pendek, kaus kutang atau tank top). Pengunjung yang mengenakan celana pendek biasanya dipinjamkan sarung, sedangkan pengunjung wanita diminta mengenakan kerudung. Meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu. Misalnya pengunjung non-Muslim (kecuali tamu negara atau VVIP) tidak diperkenankan memasuki lantai pertama ruang utama tempat mihrab dan mimbar, tetapi diperbolehkan melihat bagian dalam ruangan ini dari balkon lantai kedua. Selebihnya pengunjung non-Muslim boleh mengunjungi bagian lain seperti pelataran terbuka, selasar, kaki menara dan koridor masjid.

Setelah presiden Amerika Serikat Barack Obama didampingi istrinya mengunjungi Masjid Istiqal pada November 2010, makin banyak wisatawan asing yang berkunjung ke masjid ini, rata-rata sekitar 20 wisatawan asing mengunjungi masjid ini tiap harinya. Kebanyakan berasal dari Eropa. Para tokoh penting asing terkenal yang pernah mengunjungi Masjid Istiqlal antara lain; Bill Clinton Presiden Amerika Serikat pada tahun 1994, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Libya Muammar Gaddafi, Pangeran Charles dari Britania Raya, Li Yuanchao wakil ketua Partai Komunis China, Presiden Cile Sebastián Piñera, Heinz Fischer Presiden Austria, dan Jens Stoltenberg Perdana Menteri Norwegia, dan Kanselir Jerman Angela Merkel pada tahun 2012.

Arsitektur

Sebagai masjid negara Indonesia, Masjid Istiqlal diharapkan dapat menampung jamaah dalam jumlah yang besar. Karena itu arsitekturnya menerapkan prinsip minimalis, dengan mempertimbangkan keberadaannya di kawasan beriklim tropis. Masjid dirancang agar udara dapat bebas bersirkulasi sehingga ruangan tetap sejuk, sementara jemaah terbebas dari panas matahari dan hujan. Ruangan shalat yang berada di lantai utama dan terbuka sekelilingnya diapit oleh plaza atau pelataran terbuka di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang dengan bukaan lowong yang lebar di antaranya, dimaksudkan untuk memudahkan sirkulasi udara dan penerangan yang alami.

Gaya arsitektur

Masjid Istiqlal dilihat dari pelataran

Masjid ini bergaya arsitektur Islam modern internasional, yaitu menerapkan bentuk-bentuk geometri sederhana seperti kubus, persegi, dan kubah bola, dalam ukuran raksasa untuk menimbulkan kesan agung dan monumental. Bahannya pun dipilih yang besifat kokoh, netral, sederhana, dan minimalis, yaitu marmer putih dan baja antikarat (stainless steel). Ragam hias ornamen masjid pun bersifat sederhana namun elegan, yaitu pola geometris berupa ornamen logam krawangan (kerangka logam berlubang) berpola lingkaran, kubus, atau persegi. Ornamen-ornamen ini selain berfungsi sabagai penyekat, jendela, atau lubang udara, juga berfungsi sebagai unsur estetik dari bangunan ini. Krawangan dari baja ini ditempatkan sebagai jendela, lubang angin, atau ornamen koridor masjid. Pagar langkan di tepi balkon setiap lantainya serta pagar tangga pun terbuat dari baja antikarat. Langit-langit masjid dan bagian dalam kubah pun dilapisi kerangka baja antikarat. Dua belas pilar utama penyangga kubah pun dilapisi lempengan baja antikarat.

Karena bangunan yang begitu besar dan luas, jika memanfaatkan seluruh permukaan lantai di semua bagian bangunan, masjid ini dapat menampung maksimal sekitar 200.000 jamaah, meskipun demikian kapasitas ideal masjid ini adalah sekitar 120.000 jamaah. Masjid ini mempunyai arsitektur yang bergaya modern. Jamaah dan wisatawan yang berkunjung ke masjid ini dapat melihat konstruksi kokoh bangunan masjid yang didominasi oleh batuan marmer pada tiang-tiang, lantai, dinding dan tangga serta baja antikarat pada tiang utama, kubah, puncak menara, plafon, dinding, pintu krawangan, tempat wudhu, dan pagar keliling halaman.

Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Istiqlal juga merupakan obyek wisata religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid ini, jamaah dan wisatawan dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah, dan Eropa. Arsitektur Indonesia nampak pada bangunan yang bersifat terbuka dengan memungkinkan sirkulasi udara alami sesuai dengan iklim tropis serta letak masjid yang berdekatan dengan bangunan pusat pemerintahan. Kemudian pada bagian dalam kubah masjid yang berhiaskan kaligrafi merupakan hasil adopsi arsitektur Timur Tengah. Masjid ini juga dipengaruhi gaya arsitektur Barat, sebagaimana terlihat dari bentuk tiang dan dinding yang kokoh.

Arsitektur Masjid Istiqlal juga menampilkan pendekatan yang unik terhadap berbagai serapan budaya dalam komposisi yang harmonis. Perpaduan itu menunjukkan kuatnya pemahaman yang menghargai berbagai budaya dari masyarakat yang berbeda, yang ditempatkan sebagai potensi untuk membangun harmoni dan toleransi antar umat beragama, dalam rangka membina kesatuan dan persatuan bangsa.

Beberapa kalangan menganggap arsitektur Islam modern Timur Tengah masjid Istiqlal berupa kubah besar dan menara terlalu bersifat Arab dan modern, sehingga terlepas dari kaitan harmoni dan warisan tradisi arsitektur Islam Nusantara tradisional Indonesia. Mungkin sebagai jawabannya mantan presiden Suharto melalui Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila menyeponsori pembangunan berbagai masjid beratap limas tingkat tiga bergaya tradisional masjid Jawa.

Simbolisme

Interior ruang utama masjid Istiqlal; kubah raksasa ditopang 12 tiang berlapis baja antikarat

 

Ribuan umat muslim Indonesia berkumpul untuk menunaikan shalat Ied pada Hari Raya Idul Fitri di Masjid Istiqlal.

Rancangan arsitektur Masjid Istiqlal mengandung angka dan ukuran yang memiliki makna dan perlambang tertentu. Terdapat tujuh gerbang untuk memasuki ruangan dalam Istiqlal yang masing-masing dinamai berdasarkan Al-Asmaul-Husna, nama-nama Allah yang mulia dan terpuji. Angka tujuh melambangkan tujuh lapis langit dalam kosmologi alam semesta Islam, serta tujuh hari dalam seminggu. Tempat wudhu terletak di lantai dasar, sementara ruangan utama dan pelataran utama terletak di lantai satu yang ditinggikan. Bangunan masjid terdiri atas dua bangunan; bangunan utama dan bangunan pendamping yang lebih kecil. Bangunan pendamping berfungsi sebagai tangga sekaligus tempat tambahan untuk beribadah. Bangunan utama ini dimahkotai kubah dengan bentang diameter sebesar 45 meter, angka "45" melambangkan tahun 1945, tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Kemuncak atau mastaka kubah utama dimahkotai ornamen baja antikarat berbentuk Bulan sabit dan bintang, simbol Islam.

Kubah utama ini ditopang oleh 12 tiang ruang ibadah utama disusun melingkar tepi dasar kubah, dikelilingi empat tingkat balkon. Angka "12" yang dilambangkan oleh 12 tiang melambangkan hari kelahiran nabi Muhammad yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal, juga melambangkan 12 bulan dalam penanggalan Islam (juga penanggalan Masehi) dalam satu tahun. Empat tingkat balkon dan satu lantai utama melambangkan angka "5" yang melambangkan lima Rukun Islam sekaligus melambangkan Pancasila, falsafah kebangsaan Indonesia. Tangga terletak di keempat sudut ruangan menjangkau semua lantai. Pada bangunan pendamping dimahkotai kubah yang lebih kecil berdiameter 8 meter.

Adanya dua bangunan masjid; yaitu bangunan utama dan bangunan pendamping (berfungsi sebagai tangga, ruang tambahan dan pintu masuk Al Fattah), serta dua kubah yaitu kubah utama dan kubah pendamping, melambangkan angka "2" atau dualisme yang saling berdampingan dan melengkapi; langit dan bumi, kepentingan akhirat dan kepentingan duniawi, bathin dan lahir, serta dua bentuk hubungan penting bagi muslim yaitu Hablum minallah (hubungan manusia dengan Tuhannya) dan Hablum minannaas (hubungan manusia dengan sesamanya). Hal ini sesuai dengan sifat agama Islam yang lengkap, mengatur baik urusan keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Islam tidak semata-mata bertitik berat pada masalah ibadah dan akhirat saja tetapi juga memperhatikan urusan duniawi; kesejahteraan, keadilan dan kepedulian sosial, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kehidupan sehari-hari umat muslim.

Rancangan interior masjid ini sederhana, minimalis, dengan hiasan minimal berupa ornamen geometrik dari bahan baja antikarat. Sifat gaya arsitektur dan ragam hias geometris yang sederhana, bersih dan minimalis ini mengandung makna bahwa dalam kesederhanaan terkandung keindahan. Pada dinding utama yang menghadap kiblat terdapat mihrab dan mimbar di tengahnya. Pada dinding utama terdapat ornamen logam bertuliskan aksara Arab Allah di sebelah kanan dan nama Muhammad di sebelah kiri, di tengahnya terdapat kaligrafi Arab Surah Thaha ayat ke-14. Semua ornamen logam baja antikarat didatangkan dari Jerman. Pada awalnya direncanakan menggunakan bahan marmer impor dari Italia seperti Monumen Nasional. Akan tetapi untuk menghemat biaya dan mendukung industri mamer lokal maka bahan marmer akhirnya diambil dari Tulungagung di Jawa Timur.

Struktur bangunan utama dihubungkan dengan emper dan koridor yang mengelilingi pelataran terbuka yang luas. Teras besar terbuka ini berukuran seluas 29.800 meter persegi, berupa pelataran berlapis tegel keramik berwarna merah bata yang disusun sesuai shaf shalat, terletak di sisi dan belakang gedung utama. Teras ini berfungsi menampung jemaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Koridor di sekeliling teras pelataran menghubungkan bangunan utama dengan menara masjid. Tidak seperti masjid dalam arsitektur Islam Arab, Persia, Turki, dan India yang memiliki banyak menara, Istiqlal hanya memiliki satu menara yang melambangkan Keesaan Allah. Struktur menara berlapis marmer berukuran tinggi 66,66 meter (6.666 cm),melambangkan 6.666 ayat dalam persepsi tradisional dalam Al Quran. Ditambah kemuncak yang memahkotai menara terbuat dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz' dalam Al Quran, maka tinggi total menara adalah 96,66 meter. Selain koridor emper keliling terdapat pula koridor di tengah yang menghubungkan Gerbang Al Fattah dengan Gerbang Ar Rozzaq. Jika masjid sudah tentu berkiblat ke arah Mekkah, penjuru koridor ini mengarah ke Monumen Nasional, hal ini untuk menunjukkan bahwa masjid ini adalah masjid nasional Republik Indonesia.

Di masjid ini juga terdapat bedug raksasa yang terbuat dari dari sebatang pohon kayu meranti merah asal pulau Kalimantan yang berusia sekitar 300 tahun.

Masjid Istiqlal dikenal dengan kemegahan bangunannya. Luas bangunannya hanya mencapai 26% dari kawasan seluas 9.32 hektare, yang selebihnya adalah halaman dan pertamanan. Pada taman masjid di sudut barat daya terdapat kolam besar dengan air mancur yang dapat menyemburkan air setinggi 45 meter. Air mancur ini hanya diaktifkan tiap hari Jumat menjelang shalat Jumat atau pada hari raya dan hari penting keagamaan Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, dan Isra Miraj.

Lingkungan sekitar

Kerumunan jemaah shalat Ied di depan gerbang Al Fattah, Masjid Istiqlal.

Pada tahun 1950, keadaan dan kondisi kawasan Taman Wilhelmina yang berada di depan Lapangan Banteng merupakan tempat yang sepi, gelap, kotor, dan tak terurus. Reruntuhan tembok bekas bangunan Benteng Prins Frederick di taman itu penuh dengan lumut, dan ditumbuhi ilalang dimana-mana.

Pada tanggal 21 Mei 1961, dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan Nasional di tempat yang sama, sekitar 50.000 orang dari berbagai unsur lapisan masyarakat, termasuk pegawai negeri dan swasta, alim ulama, tentara, dan lain-lain bekerja bakti membersihkan taman Wilhelmina yang tak terurus itu, sebagai persiapan lokasi pembangunan Masjid yang diawali dengan pidato Menteri Jaksa Agung.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 24 Agustus 1961, telah menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi kaum muslimin di Jakarta khususnya, dan Indonesia pada umumnya, untuk pertama kalinya di bekas taman itu, kota Jakarta akan memiliki sebuah masjid besar dan monumental. Maka dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim Presiden RI Ir. Soekarno meresmikan permulaan pembangunan Masjid Istiqlal diatas area seluas 9.32 Ha. Yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang disaksikan oleh ribuan ummat Islam. Sebuah masjid yang akan menjadi simbol kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Kompleks Masjid Istiqlal juga mempunyai daya tampung parkir untuk 800 kendaraan.

Pagar dan pintu gerbang

Komplek Masjid Istiqlal dikelilingi pagar setinggi empat meter, terdiri dari tembok setinggi satu meter dan diatasnya berdiri pagar setinggi tiga meter yang terbuat dari bahan stainless steel, baja anti karat sepanjang 1.165 meter.

Semula pagar ini meski dibuat dari bahan baja antikarat dan cukup kokoh, namun tingginya hanya sekitar 1,2 meter ditambah 1 meter tembok sehingga memudahkan keluar masuknya orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan cara melompati pagar tersebut, ditambah lagi dengan pintu gerbang yang sangat mudah dilewati meski pintu tersebut dalam keadaan terkunci.

Sebagai solusinya maka mulai tahun 2007 pagar diganti menjadi lebih tinggi dan indah seperti yang disaksikan sekarang. Pintu gerbangpun diubah dan dipercantik dengan menggunakan alumunium cor dan dirancang memiliki celah-celah yang rapat yang tidak mungkin dilewati oleh manusia.

Saat ini untuk masuk ke wilayah Masjid Istiqlal baik menggunakan kendaraan ataupun berjalan kaki harus melalui pintu gerbang yang terbuka yang masing-masing mempunyai gardu jaga. Pintu-pintu gerbang tersebut terletak di sebelah utara, timur, tenggara dan selatan. Salah satu dari pintu gerbang tersebut diperuntukkan khusus untuk VIP yaitu RI 1 dan RI 2.

Terdapat lima pintu gerbang masuk menuju kompleks Masjid Istiqlal, beberapa gerbang masuk ini dihubungkan ke masjid oleh jembatan yang dibawahnya mengalir sungai Ciliwung dan di kiri kanannya terdapat lapangan parkir yang luas, sedangkan dua buah lainnya di bagian utara tidak dihubungkan dengan jembatan. Gerbang masjid ini terdapat di ketiga sisi kompleks masjid, yaitu sisi utara menghadap pintu air dan jalan Veteran, sisi timur menghadap Gereja Katedral Jakarta dan jalan Katedral, dan sisi tenggara-selatan menghadap jalan Perwira dan kantor pusat Pertamina. Sementara di sepanjang sisi barat terdapat rel kereta api yang menghubungkan Stasiun Gambir dan Stasiun Juanda, di sisi barat ini tidak terdapat pintu gerbang.

1. Sisi Utara dari arah Pintu Air terdapat satu pintu gerbang yang langsung diarahkan menuju pintu As-Salam. Pada acara kenegaraan biasanya hanya dibuka untuk dilalui para undangan VIP setingkat pejabat negara, para menteri, duta-duta besar perwakilan negara sahabat, pejabat legislatif, pejabat daerah dan undangan VIP lainnya.

2. Sisi Timur Laut dari arah Katedral terdapat satu buah pintu gerbang berhadapan dengan bangunan gereja Katedral. Pintu gerbang inilah yang dibuka setiap harinya untuk keluar masuk area Masjid Istiqlal dan mulai pada pertengahan tahun 2008 perparkiran menggunakan sistem Check Point.

3. Sisi Tenggara-Selatan dari arah Kantor Pusat Pertamina dan jalan Perwira terdapat tiga pintu gerbang, satu pintu gerbang ujung selatan tepat di pertigaan Jalan Merdeka Timur dan jalan Perwira searah dengan gedung kantor pusat Pertamina dan Stasiun Gambir, satu pintu di sisi tenggara dekat jembatan Ciliwung, dan satu lagi dekat pertigaan Lapangan Banteng searah dengan gedung Kementerian Agama Pusat. Gerbang tenggara dekat jembatan Ciliwung biasanya dibuka untuk umum hanya pada saat shalat Jumat, sedangkan pintu gerbang ujung selatan khusus diperuntukkan bagi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia beserta rombongan bila menghadiri acara keagamaan yang diselenggarakan secara kenegaraan di Masjid Istiqlal, seperti peringatan hari-hari besar Islam seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Seluruh pintu gerbang ini dibuka setiap acara resmi kenegaraan, sedangkan untuk hari-hari biasa pintu gerbang yang dibuka hanya pintu dari arah Katedral yang langsung menuju pintu Al-Fattah.

Sedangkan pada bangunan Masjid Istiqlal terdapat 7 buah pintu gerbang yand dinamakan berdasarkan Asmaul Husna.

Taman, parkir, jembatan, dan air mancur

 

 

Air mancur di tengah kolam sudut barat daya taman Masjid Istiqlal.

Halaman di sekitar Masjid Istiqlal sebelah utara, selatan dan timur seluas 6,85 Ha terdari dari:

Pertamanan seluas 4,15 Ha, dibagi menjadi 23 lokasi dan masing-masing diberi nama sesuai dengan nama pepohonan yang dominan berada di lokasi tersebut. Misalnya Taman Kamboja dan lain-lain. Rindangnnya pertamanan berfungsi juga sebagai hutan kota, dihidupi pula dengan beberapa jenis unggas untuk menambah keindahan komplek Masjid Istiqlal. Dengan demikian menjadikan suasana masjid terasa sejuk sehinnga akan menambah kekhusyuan beribadah bagi para jamaah.

Perparkiran seluas 2,15 Ha, yang dapat menampung kurang lebih 800 kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang yang ada. Kualitas pengaspalan untuk halaman, parkir dan jalan dibuat dengan methode pengaspalan kelas satu. Sungai Ciliwung mengalir membelah kompleks Masjid Istiqlal. Karena halaman Masjid Istiqlal dikelilingi oleh sungai, maka dibangun pula tiga buah jembatan besar yang lebarnya 18,6 meter dan panjang sekitar 21 sampai 25 meter. Ditambah satu buah jembatan kecil untuk pejalan kaki, kerangka dari jembatan-jembatan ini juga terbuat dari bahan stainless steel. Tepat di taman ini aliran sungai Ciliwung bercabang dua, cabang ke barat mengarah ke Harmoni, Jalan Gajah Mada-Hayam Wuruk, dan kawasan Kota Tua Jakarta, sedangkan cabang ke timur mengarah ke Pasar Baru, Gunung Sahari dan Ancol. Di sisi utara cabang barat terdapat pintu air yang dibangun pada zaman kolonial Hindia Belanda.

Untuk menambah indahnya panorama kompleks Masjid Istiqlal, di halaman bagian selatan dilengkapi dengan kolam air mancur yang ditempatkan di tengah-tengah, taman air mancur ini seluas 2.803 meter persegi, dan kolam air mancur seluas 8.490 meter persegi, jadi luas keseluruhannya 11,293 meter persegi. Pada bagian tengah kolam dibuat ring penampung air bersih bergaris tengah 45 meter, jumlah nozel pemancar air mancur sebanyak: 1 buah tegak lurus di tengah-tengah cawan air mancur, 17 buah di lingkar luar, dan 8 buah buah di lingkar dalam pada kolam penampungan air bersih. Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter.

Gedung utama dan gedung pendukung

Masjid Istiqlal berdaya tampung jamaah sebanyak 200.000 orang yang terdiri dari:

1. Ruang shalat utama dan balkon serta sayap memuat 61.000 orang.

2. Ruang pada bangunan pendahuluan memuat 8.000 orang.

3. Ruang teras terbuka di lantai 2 memuat 50.000 orang.

4. Semua koridor dan tempat lainnya memuat 81.000 orang.

Pintu masuk

Terdapat tujuh pintu gerbang masuk ke dalam Masjid Istiqlal. Masing-masing pintu itu diberi nama berdasarkan Asmaul Husna. Dari ketujuh pintu ini tiga pintu yaitu Al Fattah, As Salam dan Ar Rozzaq adalah pintu utama. Ketujuh pintu itu adalah:

1. Al Fattah (Gerbang Pembuka): pintu utama yang terletak sisi timur laut berhadapan dengan Gereja Katedral. Pintu ini adalah pintu untuk masyarakat umum yang senantiasa terbuka dan terletak di bangunan pendamping dengan kubah kecil diatasnya.

2. Al Quddus (Gerbang Kesucian): pintu yang terletak di sisi timur laut terdapat di sudut bangunan utama masjid.

3. As Salam (Gerbang Kedamaian): salah satu pintu utama ini terletak di ujung utara pada sudut bangunan utama. Pintu ini langsung menuju dekat shaf terdepan barisan shalat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting VIP, seperti ulama, tamu asing, duta besar dari negara muslim, dan tamu penting lainnya pada acara keagamaan penting.

4. Al Malik (Gerbang Raja): pintu VVIP di sisi barat pada sudut bangunan utama masjid. Seperti pintu As Salam pintu ini juga langsung menuju dekat shaf terdepan barisan shalat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting VVIP seperti presiden dan wakil presiden Indonesia serta tamu negara yang berkunjung.

5. Al Ghaffar (Gerbang Ampunan): pintu ini terletak di ujung selatan pada bangunan selasar pelataran, tepat di bawah menara masjid Istiqlal. Pintu ini adalah yang paling dekat gerbang tenggara sekaligus yang terjauh dari mihrab masjid.

6. Ar Rozzaq (Gerbang Rezeki): salah satu pintu utama ini terletak di tengah-tengah sisi selatan selasar pelataran Istiqlal. Dari pintu ini terdapat koridor yang lurus menghubungkannya dengan pintu Al Fatah di sisi timur laut.

7. Ar Rahman (Gerbang Pengasih): pintu ini terletak di sudut barat daya bangunan selasar masjid, dekat pintu Al Malik.

Gedung utama

Mihrab dan mimbar di ruang utama

Tinggi: 60 meter

Panjang: 100 meter

Lebar: 100 meter

Tiang pancang: 2.361 buah

Masjid Istiqlal yang megah ini adalah bangunan berlantai dua. Lantai pertama untuk perkantoran, ruang pertemuan, instalasi AC sentral dan listrik, kamar mandi, toilet dan ruang tempat wudhu. Lantai dua, untuk shalat yang terdiri dari ruang shalat utama dan teras terbuka yang luas guna untuk menampung jemaah yang melimpah terutama pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha.

Gedung utama dengan ruang shalat utama mengarah ke kiblat (Mekkah), sedangkan teras terbuka yang luas mengarah ke Monumen Nasional (Monas).

Lantai utama yang disediakan untuk ruang sholat baik Rawatib ataupun sholat sunnat lainnya terletak di gedung utama dengan daya tampung 61.00 orang jamaah. Di bagian depan terdapat Mihrab tempat dimana imam memimpin sholat jamaah, dan disebelah kanan mihrab terdapat mimbar yang ditinggikan. Lantainya ditutupi karpet merah sumbangan seorang dermawan dari Kerajaan Arab Saudi.

Kubah besar

Dengan diameter 45 m, terbuat dari kerangka baja antikarat dari Jerman Barat dengan berat 86 ton, sementara bagian luarnya dilapisi dengan keramik. Diameter 45 meter merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945 sesuai dengan nama Istiqlal itu sendiri. Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang ditulis oleh K.H Fa'iz seorang Khatthaath senior dari Jawa Timur.

Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan dan Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat 2,5 ton. Dari dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan tinggi 60 meter, 12 buah pilar ini merupakan simbol angka kelahiran nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau 20 April 571 M.

Seluruh bagian di gedung utama ini dilapisi marmer yang didatangkan langsung dari Tulungagung seluas 36.980 meter persegi.

Gedung pendahuluan

Tinggi: 52 meter

Panjang: 33 meter

Lebar: 27 meter

Bagian ini memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung utama yang diapit dua sayap teras. Luas lantainya 36.980 meter persegi, dilapisi dengan 17.300 meter persegi marmer. Jumlah tiang pancangnya sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada sebuah kubah kecil, fungsi utama dari gedung ini yaitu setiap jamaah dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai perluasan tempat shalat bila gedung utama penuh.

Teras raksasa

Teras raksasa terbuka seluas 29.800 meter terletak di sebelah kiri dan dibelakang gedung induk. Teras ini berlapis tegel keramik berwarna merah kecoklatan yang disusun membentuk shaf shalat. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu teras ini juga berfungsi sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti MTQ dan pada emper tengah biasa digunakan untuk peragaan latihan manasik haji, teras raksasa ini dapat menampung sekitar 50.000 jamaah.

Emper keliling dan koridor

Panjang: 165 meter

Lebar : 125 meter

Emper atau koridor ini mengelilingi teras raksasa dan koridor tengah yang sekelilingya terdapat 1800 pilar guna menopang bangunan emper. Di bagian tengah terdapat koridor tengah yang menghubungkan pintu Al Fattah di timur laut dengan pintu Ar Rozzaq di barat daya. Arah poros koridor ini mengarah ke Monumen Nasional menandakan masjid ini adalah masjid nasional.

Menara

Menara Istiqlal dengan Monas terlihat di kejauhan

Tinggi tubuh menara marmer: 6.666 cm = 66.66 meter

Tinggi kemuncak (pinnacle) menara baja antikarat: 30 meter

Tinggi total menara: sekitar 90 meter

Diameter menara 5 meter

Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai tempat Muadzin mengumandangkan adzan. Di atasnya terdapat pengeras suara yang dapat menyuarakan adzan ke kawasan sekitar masjid.

Menara megah tersebut melambangkan keagungan Islam, dan kemuliaan kaum muslimin. Keistimewaan lainnya, menara yang terletak di sudut selatan masjid, dengan ketinggian 6.666 cm ini dinisbahkan dengan jumlah ayat-ayat Al-Quran. Pada bagian ujung atas menara, berdiri kemuncak (pinnacle) dari besi baja yang menjulang ke angkasa setinggi 30 meter sebagai simbol dari jumlah juz dalam Al-Quran. Menara dan kemuncak baja ini membentuk tinggi total menara sekitar 90 meter.

Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang terbuat dari kerangka baja tipis. Angka 6.666 merupakan simbol dari jumlah ayat yang terdapat dalam AL- Quran, seperti yang diyakini oleh sebahagian besar ulama di Indonesia.

Lantai dasar dan tangga

Ruangan shalat terdapat di lantai pertama tepat di atas lantai dasar, sedangkan lantai dasar terdapat ruang wudhu, kantor Masjid Istiqlal, dan kantor berbagai organisasi Islam. Lantai dasar Masjid Istiqlal seluruhnya ditutupi oleh marmer seluas 25.000 meter persegi dipersiapkan untuk sarana perkantoran, sarana penunjang masjid, dan ruang serbaguna. Gagasan semula tempat ini akan dibiarkan terbuka yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan, misalnya pada saat penyelenggaraan Festival Istiqlal I tahun 1991 dan Festival Istiqlal II tahun 1995 ruangan-ruangan serbaguna di lantai dasar dan pelataran halaman Masjid dijadikan ruang pameran seni Islam Indonesia dan bazaar. Namun pasca terjadinya pengeboman di Masjid Istiqlal pada tanggal 19 April 1999 maka dilakukanlah pemagaran dan pembuatan pintu-pintu strategis pada tahun 1999.

Jumlah tangga menuju lantai shalat utama sebanyak 11 unit. Tiga diantaranya memiliki ukuran besar dan berfungsi sebagai tangga utama yaitu: satu unit berada disisi utara gedung induk, satu unit berada pada gedung pendahuluan yang dapat dipergunakan langsung menuju lantai lima, dan satu unit lainnya berlokasi di emper selatan menuju lantai utama, tangga-tangga ini memiliki lebar 15 meter.

Disamping itu terdapat 4 unit tangga dengan ukuran lebar 3 meter berlokasi pada tiap-tiap pojok gedung utama yang langsung menuju lantai lima dan di sudut-sudut teras raksasa.

Sarana dan fasilitas

Koridor keliling dipenuhi jemaah shalat Ied hari raya Idul Fitri

 

Umat muslim Indonesia tengah membaca Al Quran setelah menunaikan shalat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Indonesia. Indonesia memiliki jumlah umat muslim terbesar di dunia

Ruang shalat utama luasnya satu hektare dapat menampung jamaah lebih dari 16.000 orang. Ruang tersebut ditambah balkon 4 tingkat dan sayap disebelah timur, selatan, dan utara sehingga luas seluruhnya menjadi 36.980 meter persegi atau sama dengan hampir 4 hektare yang berarti dapat menampung jamaah sekitar 61.000 orang.

Di sebelah barat ruang shalat utama terletak mimbar yang diapit sebelah kiri dan kanannya oleh tembok berlapiskan marmer di mana terpajang kaligrafi Arab yang indah berbunyi: "Allah" (sebelah utara), "La Illaha Illa Allah, Muhammad ar Rasulu Allah" (tengah), dan "Muhammad" (sebelah selatan).

Sarana peribadatan

Karpet

Seluruh lantai utama masjid ditutupi oleh karpet merah sumbangan dari seorang dermawan Arab Saudi bernama Sheikh Esmail Abu Daud yang diserah terimahkan pada tanggal 3 Juni 2005. Karpet sebanyak 103 gulung ini berwarna merah terbuat dari bahan dasar wol.

Perawatan karpet tersebut dikerjakan secara manual, setiap hari dibersihkan dengan menggunakan alat vacum cleaner. Jumlah karpet penutup lantai utama 18 lembar, setiap lembarnya berukuran: panjang 25 meter dan lebar 4 meter, rata-rata beratnya 250 kg.

Rak Al Quran

Masjid Istiqlal juga menyediakan mushaf Al-Qur'an untuk dibaca oleh para jama'ah yang ditempatkan pada rak yang melingkar di 12 tiang yang terdapat pada lantai utama, setiap rak berbentuk setengah lingkaran yang terdiri dari dua tingkat terbuat dari bahan stainless steel.

Setiap rak dapat menampung 100 sampai 150 buah mushaf yang disediakan oleh BPPMI serta waqaf dari jamaah.

Sketsel

Untuk pembatas antara tempat shalat bagi jamaah pria dan wanita dan batas area sholat rawatib, di lantai utama Masjid Istiqlal juga disediakan sketsel yang terbuat dari 20 modul dengan bahan stainless steel dan dari bahan kayu 20 modul dengan ukuran masing-masing 2 meter x 80 cm. Sketsel tersebut bersifat knock down yang bisa dipasang sesuai kebutuhan.

Sarana olahraga

Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Menjaga kesehatan dengan berolahraga merupakan hal yang rutin dilakukan oleh siswa-siswi madrasah dan remaja Masjid Istiqlal.

Untuk mendukung berbagai macam program yang ada, BPPMI menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung seperti sarana olah raga yang representatif berstandart nasional dan internasional yang dibangun di pojok kiri bagian timur Masjid.

Pusat kegiatan olahraga ini berupa lapangan terbuka terdiri dari lapangan Futsal, Badminton, Bola Volly dan Basket. Lapangan olah raga ini berukuran 420 meter persegi, diresmikan penggunaannya oleh ibu Menteri Agama RI pada Tanggal 17 Januari 2009 M/20 Muharram 1430 M.

Tenaga listrik

Tenaga listrik di Masjid Istiqlal difungsikan untuk:

1. Penerangan

2. Tenaga Hydrofour

3. AC

4. Sound system

5. Air Mancur

6. Alat eloktronik lainnya seperti TV, Komputer dll.

Penggunaan listrik untuk kebutuhan penerangan diseluruh areal Masjid Istiqlal baik di gedung ataupun di taman dan halaman serta pagar menggunakan layanan listrik dari PLN. Suplai listrik yang diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan satu gardu tersendiri yang menyiapkan central box berkapasitas 2.000 KVA.

Sebagai cadangan bila terjadi pemadaman dari pihak PLN, disiapkan juga dua buah mesin diesel atau generator berkekuatan 825 KVA dan 500 KVA. Selain untuk penerangan tenaga listrik ini juga dipergunakan untuk mesin-mesin Hydrofour dan AC di ruang perkantoran yang terdapat di lantai dasar masjid, rata-rata konsumsi listrik setiap bulannya adalah 1.750 KVA, dengan pembayaran rekening rata-rata sebesar Rp: 125.000.000/bulan.

Sistem suara dan multimedia

Untuk keperluan ibadah dan sarana informasi Masjid Istiqlal menggunakan sound system yang dikendalikan secara terpusat yang terletak pada ruang kaca bagian belakang lantai dua, dengan jumlah speaker sebanyak 200 chanel yang tersebar pada lantai utama.

Jumlah speaker yang terdapat pada koridor, gedung penghubung dan gedung pendahuluan sebanyak 158 chanel. Sound system dikendalikan oleh 26 amplyfire dan 5 (lima) buah mixer dan diawasi oleh enam orang yang bertugas secara bergantian baik siang ataupun malam hari.

Untuk mendukung kelancaran komunikasi pada waktu pelaksanaan ibadah dan kegiatan, di lantai utama juga telah dipasang system TV plasma sehingga akses informasi dpat diikuti secara merata oleh para jamaah yang berada diseluruh area ruang utama Masjid.

Pendingin udara (AC)

AC difungsikan secara sentral yang meliputi seluruh perkantoran dan ruangan lain yang ada di lantai dasar. Untuk memenuhi kebutuhan AC ini didukung oleh empat buah mesin pendingin atau chiller.

Pendingin ruangan hanya digunakan bagi ruangan-ruangan kantor di lantai bawah dengan menggunakan sistem AC central dan AC split.

Untuk menambah kenyamanan beribadah bagi jamaah, sekarang ini ruang utama Masjid Istiqlal dilengkapi juga dengan 5 unit standing AC, masing-masing berkekuatan 5 PK dan sebelas unit AC celling berkekuatan masing-masing 5 PK, ditambah kipas angin berukuran besar.

Disamping itu pada ruangan perkantoran, ruang madrasah serta ruang VIP yang berada pada lantai dasar sistem pendinginnya juga menggunakan AC sentral yang digerakkan oleh empat unit mesin chiller dengan 300 buah fan coil unit yang tersebar pada setiap ruangan, karena termakan usia di beberapa ruangan ditemukan AC chiller sudah kurang berfungsi maka secara bertahap dilakukan penggantian dengan AC split.

Fasilitas air, ruang wudhu, kamar mandi, WC

Tempat wudhu pria

 

 

Tempat wudhu wanita

Keperluan air untuk bersuci di Masjid Istiqlal pada awalnya dari Perusahaan Air Minum (PAM). Sebagai cadangan untuk mengantisipasi kekurangan dan kerusakan maka dibuatlah 6 buah sumur artesis dengan kedalaman 100 M, menggunakan mesin berkekuatan 3 PK dan 3 fase berkapasitas 600 liter permenit dan didistribusikan ke tempat-tempat wudhu.

Untuk kebutuhan air di tempat pembuangan air kecil digunakan delapa buah mesin Hydrofour, ditambah empat tangki Hydrofour berkapasitas 1400 liter. Mesin-mesin air tersebut menggunakan tenaga listrik sebanyak 15 PK.

Tempat wudhu terdapat di beberapa lokasi di lantai dasar yaitu di sebelah utara, timur maupun selatan gedung utama. Di setiap lokasi tersedia 100 unit tempat wudhu dengan kran air terbuat dari bahan stainless steel, tiap unitnya terdiri atas 6 buah kran maka jumlah kran seluruhnya sebanyak 600 buah. Berarti pada saat yang bersamaan dapat melayani 600 orang berwudhu sekaligus.

Sedangkan toilet terdapat di lantai dasar sebelah barat, selatan dan timur di bawah teras raksasa. Toilet ini sengaja dibangun terpisah dari tempat wudhu, hal ini dimaksudkan agar tempat yang bersih dan suci tidak berdekatan dengan tempat yang kotor. Disisi sebelah timur, dibawah emper masjid terdapat dua lokasi urinior yang berkapasitas 80 ruang.

Selain itu juga terdapat 52 kamar mandi dan WC, dengan rincian: 12 buah dibawah emper barat, 12 buah dibawah emper selatan dekat menara dan 28 buah dibawah emper sebelah timur. Keperluan air untuk wudhu, kamar mandi dan toilet ini setiap hari dipasok air dari PAM yaang berkapasitas 600 liter per menit.

Lift bagi penyandang cacat

Mengingat Masjid Istiqlal sebagai sarana umum dan jamaah yang berkunjung juga terdapat diantaranya penyandang cacat dan jamaah lanjut usia. Karena itu bagi penyandang cacat yang akan menuju ke lantai dua dan lantai utama disediakan lift yang terletak di bagian selatan. Hal ini dalam rangka peningkatan pelayanan kepada para jamaah penyandang cacat dan lansia.

Keberadaan satu unit lift yang diperuntukkan khusus bagi jamaah penyandang cacat dan lansia ini adalah berkat bantuan pemerintah DKI Jakarta. Lift tersebut berkapasitas 6 orang dan dioperasikan pada waktu-waktu tertentu sesuai kebutuhan.

Lift ini terdapat di lokasi pintu Ar-Rahman dan dapat diakses melalui pintu gerbang depan kantor pusat pertamina.

Perpustakaan Islam

Firman yang pertama kali diturunkan-Nya dalam Al Quran adalah perintah membaca, melalui firman-Nya tersebut Allah memerintahkan manusia membaca sebagai jalan untuk menuntut ilmu. Jadi jika menutut ilmu memiliki kedudukan mulia, maka jalan kearahnya pun dengan membaca menjadi jalan yang mulia. Kesadaran akan pentingnya membaca sebagai jalan masuknya ilmu telah mendorong generasi terdahulu umat Islam untuk mendirikan fasilitas yang bisa menampung bahan bacaan karya-karya ulama Islam waktu itu.

Perpustakaan Islam Istiqlal, walaupun belum bisa mewakili jumlah besarnya koleksi buku seperti perpustakaan-perpustakaan Islam yang besar lainnya, mewakili fungsinya sebagai pusat keilmuan Islam. Perpustakaan Islam sendiri sudah mulai berkembang di Indonesia. Hampir di setiap masjid-masjid besar di Ibukota, telah dilengkapi dengan sarana perpustakaan.

Poliklinik

Ketika gubernur DKI Jakarta dijabat oleh Bapak Sumarno pada tahun 1968 dimana Masjid Istiqlal masih dalam proses pembangunan, maka untuk membantu karyawan dalam pemeriksaan kesehatan, Gubernur Sumarno ketika itu meminta bantuan pihak RS Gatot Soebroto untuk turut serta membantu dalam bidang pelayanan kesehatan bagi seluruh pekerja dan karyawan proyek pembangunan Masjid Istiqlal. Pihak RS mengirimkan bantuan empat orang tenaga mantri secara bergiliran yaitu:

H.Abd.Hamid Ipang H.M.Sukiran Suster Yuyun Rahayu Suster Rosda Setelah proyek pembangunan masjid diserahkan kepada Sekretaris Negara pada tahun 1984 tenaga medis yang menangani pelayanan kesehatan tinggal dua orang yaitu H.Abd. Hamid Ipang dan H.M. Sukiran.

Sampai sekarang Masjid Istiqlal tetap menyediakan fasilitas berupa Poliklinik Umum. Poliklinik ini berada di bawah tanggung jawab dr. Khulushinnisak, MARS yang juga PNS Departemen Agama. Di Klinik ini karyawan dan para jamaah Masjid Istiqla bisa mendapatkan layanan kesehatan dengan berbagai kemudahan. Klinik Istiqlal bertempat di lantai dasar Masjid Istiqlal Jl. Taman Wijaya Kusuma No.1, Jakarta Pusat.

Pelayanan Kesehatan yang diberikan berupa pemeriksaan dan konsultasi dokter umum serta obat-obatan generik. Bagi karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal, dibebaskan biaya pemeriksanaan. Karyawan dan jamaah harus membawa kartu berobat (atau kartu identitas jika belum memiliki kartu berobat) agar dibebaskan dari biaya pemeriksaan dan konsultasi dokter.

Obat-obatan yang diberikan diutamakan dalam bentuk generik, dan bagi obat-obatan yang tidak ada dalam bentuk generik diutamakan penyediaan hasil produksi perusahaan farmasi nasional.

Jadwal pelayanan kesehatan bagi karyawan adalah setiap hari kerja :

Senin s/d Jum'at : 08.00 - 16.00, Hari sabtu dan Ahad tutup kecuali jika di Masjid Istiqlal diadakan acara hari-hari besar Islam atau acara-acara penting lainnya.

Sejak tahun 2003, pliklinik Masjid Istiqlal sudah dilengkapi oleh tiga orang tenaga dokter dan seorang paramedis, tiga orang tenaga dokter tersebut adalah dokter umum yang terdiri dari seorang dokter PNS Departemen Agama DPK, dua orang dokter Kememterian Agama dan seorang paramedis/mantri karyawan Masjid Istiqlal pensiunan dari RS Gatot Soebroto. Poliklinik Masjid Istiqlal juga dilengkapi alat untuk mengecek kadar gula darah dan kolestrol serta satu unit mobil ambulans.

Adapun obat-obatan yang tersedia di poliklinik ini adalah obat generik bagi penyakit ringan untuk membantu pada tahap pertolongan pertama, bila ada penyakit yang memerlukan pengobatan medis yang serius maka akan dirujuk ke RS. Gatot Soebroto atau RSCM.

Madrasah

Masjid ini menjadi pedoman dan teladan pengelolaan masjid di Indonesia, sehingga harus menjadi contoh dan model dalam pengelolaan masjid secara nasional. Dalam konsep pengelolaan masjid yang ideal, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga harus mejadi tempat pembinaan umat melalui berbagai macam kegiatan. Salah satu kegiatan yang sangat penting adalah pendidikan untuk pembinaan masyarakat atau umat baik pendidikan formal maupun non formal.

Telah diselenggarakan pendidikan formal di Masjid Istiqlal yang terdiri dari jenjang pendidikan: Kelompok bermain dan Raudhatul Athfal, Madarasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).

Bedug raksasa

Pada waktu dulu masjid-masjid di Indonesia dilengkapi dengan bedug yang berfungsi sebagai tanda masuk waktu shalat. Bedug dipukul ketika waktu untuk shalat tiba, diikuti adzan.

Di Masjid Istiqlal bedug masih ada dan dilestarikan keberadaannya sebagai warisan budaya bangsa, saat ini bunyi bedug direkam kemudian diperdengarkan melalui pengeras suara sebelum adzan dikumandangkan. Bedug tersebut memiliki ukuran yang sangat besar, diletakkan di atas penyangga setinggi 3,80 meter, panjangnya 3,45 meter, dan lebarnya 3,40 meter. Semua terbuat dari kayu jati dari hutan Randu Blatung di Jawa Tengah.

Bedug Masjid Istiqlal panjangnya 3 meter, dengan berat 2,30 ton, bagian depan berdiameter 2 meter, bagian belakang 1,71 meter, terbuat dari kayu meranti merah (shorea wood) dari sebuah pohon berumur 300 tahun, diambil dari hutan di Kalimantan Timur, diawetkan menggunakan bahan pengawet superwolman salt D (fluoride, clirome, dan arsenate)

Dulu bedug di Masjid Istiqlal tersebut dipukul setiap hari Jumat, mendahului adzan Jumat yang dikumandangkan melalui pengeras suara. Belakangan ini suara bedug direkam kemudian diperdengarkan melalui pengeras suara sebelum adzan dikumandangkan. Walaupun fungsi beduk sudah dapat digantikan oleh pengeras suara, dalam menentukan tanda masuk waktu shalat, tetapi di Masjid Istiqlal, beduk masih dimanfaatkan. Beduk dipukul sebelum adzan. Selain itu beduk raksasa masjid ini juga berfungsi sebagai hiasan dan sekaligus melestarikan salah satu budaya Islam Indonesia.

 

Pada bagian-bagian jagrag seluruhnya terdapat 27 (dua puluh tujuh) ukiran Surya sengkala.

"Nanasan" dengan dua susun kelopak daun, masing-masing menunjukkan Angka 7 dan 8 (daun).

Ukiran pada Bedug

Ukiran surya Sengkala (tahun matahari) : 1978 dalam seni kaligrafi dengan pengertian sama dengan No.4. Pada kayu bedug terdapat 2 (dua) ukiran Surya Sengkala dilingkari segi lima. Dua buah kendit/sabuk dari logam kuningan terukir berfungsi sebagai hiasan. Pada kedua kendit terdapat 11 (sebelas) ukiran Surya Sengkala.

Bahan kayu

Kayu jagrag berbahan jati (tectona grandis) dari Randublatung Jawa Tengah. Bahan kayu bedug dari jenis Meranti Merah (Shorea) dari Kalimantan Timur, umur pohon diperkirakan 300 tahun, sumbangan dari Badan Pelaksana Pembangunan dan Pengelolaan Pengusahaan Proyek Taman Mini Indonesia Indah dan merupakan potongan batang pohon dari koleksi Taman Mini Indonesia Indah.

Bahan kulit

Bagian depan adalah kulit sapi jantan dari daerah Jawa Timur. Bagian belakang adalah kulit sapi betina jenis Santa Gertrudis, umur 2 tahun, sumbangan PT. Redjo Sari Bumi, Tapos, Bogor.

Bahan lainnya

Kendit/Sabuk : dari logam kuningan.

Gantungan : dari besi baja yang di verchroom.

Band penguat : (pada kedua ujung) dari baja anti karat (stainless steel).

Paku kulit : dari kayu sonokeling, 90 buah pada bagian depan dan 80Â buah pada bagian belakang.

Obat pengawet : Superwolmansalt D (fluoride, chrome, arsenate), konsentrasi larutan kl. 4%, masa rendam 6 (enam) hari.

Pemukul bedug : 4 (empat) buah dari kayu jati terukir.

Jagrag/kaki dikerjakan dalam waktu 25 hari, sedangkan bedug dalam 60 hari.

Koperasi Karyawan dan Jamaah Masjid Istiqlal (KOSTIQ)

Usaha Pengembangan KOSTIQ (Koperasi karyawan dan Jamaah Masjid Istiqlal), selain dapat memakmurkan masjid, juga sangat diharapkan mampu menciptakan dan meningkatkan kesejahtraan karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal.

KOSTIQ telah diakui keberadaannya oleh badan hukum yang telah disahkan oleh Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil pada tanggal 19 Mei 1997 nomor 171/BHKWK.9/V/1997 serta anggaran rumah tangga yang disahkan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) tanggal 31 Maret 2004. Pendirian Kostiq dimotori oleh para pengurus BPPMI, dalam rangka pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh Masjid Istiqlal.

Salah satu tujuan KOSTIQ adalah ikut serta meningkatkan citra baik Masjid Istiqlal melalui kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Saat ini KOSTIQ telah banyak dimanfaatkan oleh para karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal.

Pada awal berdirinya KOSTIQ mensepakati usaha yang dijalankan adalah pengadaan barang-barang kebutuhan sehari-hari, usaha yang sudah berjalan hingga saat ini adalah penjualan sembako. Untuk kebutuhan lainnya seperti barang-barang elektronik KOSTIQ menerapkan sistem kredit jangka pendek maksimun 12 bulan.

Disamping itu usaha yang benar-benar menjadi konsentrasi KOSTIQ adalah:

Usaha simpan pinjam

Usaha perdagangan umum

Usaha toko sembako dan elektronik serta usaha cetak foto yang sangat dibutuhkan oleh para pengunjung di Masjid Istiqlal

Usaha kerjasama khusus

Usaha jasa boga

Kegiatan KOSTIQ dipusatkan di kamar 58 Masjid Istiqlal, sebagai pusat administrasi usaha. Untuk toko penjualan sembako selama ini dipusatkan di pintu air sebelah utara Masjid Istiqlal sementara usaha wartel dan foto copy di area parkir timur pintu utama Masjid Istiqlal.

Koperasi Istiqlal mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga staf yang terdiri dari tenaga bantuan dan tenaga staf penuh, jumlah angota sampai dengan 31 Desember 2008 adalah 261 orang. Pengurus Kostiq selalu berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pembinaan administrasi melalui pemanfaatan potensi pegawai dan saran perkantoran dengan segala keterbatasannya.

Imam dan Muadzin

Masjid Istiqlal mempunyai seorang imam besar, seorang wakil imam besar, dan tujuh orang imam. Sampai saat ini, Masjid Istiqlal memiliki empat imam besar. Imam Besar bertugas untuk mengawasi peribadatan di Masjid Istiqlal sesuai Syari'at Islam dan memberikan layanan konsultasi agama. Mereka adalah K. H. A. Zaini Miftah (1970-1980), K. H. Mukhtar Natsir (1980-2004), K. H. Nasrullah Djamaluddin (2004-2005)dan Imam Besar saat ini yang dijabat oleh Prof. Dr. K. H. Ali Musthafa Ya'qub, M. A. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus Sunnah di Ciputat, Jakarta Selatan. Wakil Imam Besar dijabat Drs. H. Syarifuddin Muhammad, M. M. Beliau adalah mantan Ketua Ikatan Penghafal al-Qur'an. Tujuh imam lainnya adalah:

1. Drs. H. Ali Hanafiah

2. H. Ahmad Husni Isma'il S. Ag.

3. Drs. H. Muhasyim Abdul Majid

4. H. Martomo Malaing AS, S. Q. , S. Th. I

5. H. Ahmad Rofi'uddin Mahfudz, S. Q.

6. Drs. H. Hasanuddin Sinaga, M. A.

7. Drs. H. Dzulfatah Yasin, M. A.

Selain itu, Masjid Istiqlal juga memiliki tujuh orang muadzin yang bertugas mangumandangkan adzan dan memberikan pengajaran tentang Al-Qur'an dan agama Islam. Mereka adalah:

1. Drs. H. Abdul Wahid

2. H. Sayuti

3. H. Muhammad Mahdi, S. Ag.

4. H. Ahmad Achwani S. Ag.

5. H. Hasan Basri

6. H. Muhdori Abdur Razzaq, S. Ag.

7. H. Saiful Anwar al-Bintani

 

 

 

Rabu, 16 September 2020 13:37

Sistem Ekonomi Islam dan Keadilan

 

Dekade keempat revolusi Islam oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei ditetapkan sebagai dekade kemajuan dan keadilan. Penekanan pada dua hal, yakni kemajuan dan keadilan, oleh Rahbar mengisyaratkan bahwa keadilan tanpa kemajuan tak bisa dirasakan oleh masyarakat dan kemajuan tanpa keadilan juga bukan hal yang diharapkan.

Pandangan yang saat ini mengemuka di dunia dan getol dikampanyekan oleh Barat tak pernah menyentuh soal keadilan kala membicarkan kemajuan. Bahkan sejumlah ekonom kapitalis menyatakan bahwa kemajuan ekonomi dan keadilan tak mungkin bisa didapatkan secara bersamaan. Kesenjangan ekonomi dalam skala luas, menurut mereka, adalah sebuah keniscayaan paling penting dalam mewujudkan kemajuan dan pertumbuhan ekonomi yang pesat.  Karena itu, mereka tidak menganjurkan kebijakan pembagian yang adil sebelum kemajuan dicapai dalam bentuknya yang sangat pesat. Sementara, dalam sistem ekonomi Islam kemajuan minus keadilan tidak bernilai sama sekali.

Atas dasar itu, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan kemajuan yang berjalan seiring dengan keadilan. Penekanan itu didasarkan pada pandangan dan ajaran Islam. Dari sisi lain, keadilan akan terwujud ketika seluruh anggota masyarakat memperoleh kesempatan yang memadai untuk memiliki pekerjaan yang layak, keamanan berinvestasi, pendidikan yang sesuai, serta kesehatan dan kesejahteraan yang memadai. Dalam sistem ekonomi Islam, ada serangkaian mekanisme yang memungkinkan untuk menegakkan keadilan ekonomi yang sejalan dengan kemajuan dan pembangunan.

Sejak awal diciptakan, manusia sudah mengenal keadilan. Tak heran jika manusia sepanjang sejarah mendambakan tegaknya keadilan di tengah masyarakat. Semua pemikir dan para tokoh agama ilahi khususnya Islam menekankan soal keadilan yang mesti ditegakkan. Plato dan Aristoteles adalah contoh pemikir besar dalam sejarah yang banyak menyinggung soal keadilan dalam karya-karya pemikiran mereka. Dalam ajaran agama Ilahi, keadilan merupakan tujuan utama yang tidak bisa dipandang dengan sebelah mata. Kata keadilan sangat erat hubungannya dengan hak manusia dan seluruh makhluk di alam semesta. Keadilan dalam maknanya yang benar adalah memberikan kepada setiap sesuatu apa yang sesuai dengannya.

Imam Ali (as) dalam menafsirkan makna keadilan mengatakan, “Keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.” (Nahjul Balaghah hikmah nomer 437). Dari penjelasan itu dapat difahami bahwa keadilan akan terwujud ketika setiap yang memiliki hak memperoleh haknya. Sejatinya, alam semesta diciptakan di atas landasan keadilan, dan kelestraiannya juga bergantung pada tegaknya keadilan. Karenanya, penistaan terhadap keadilan dengan segala bentuknya berarti penistaan terhadap aturan alam semesta yang tentunya akan menimbulkan dampak yang sangat buruk.

Sebagai makhluk yang diberi ikhtiyar dan hak memilih, manusia berpotensi dan bisa untuk keluar dari garis keadilan yang dampaknya akan terjelma dalam bentuk kezaliman. Karena itu, agama Ilahi menyeru manusia untuk tetap berada di jalan keadilan dan menghindari kezaliman. Akal dan naluri manusia juga menolak ketidak adilan. Namun sayangnya, terkadang manusia mencampakkan seruan akal dan wahyu dan lebih tertarik untuk menuruti bisikan hawa nasfu untuk berbuat zalim dan keluar dari jalur keadilan. Hal inilah yang membuat manusia selalu memerlukan bimbingan dan arahan supaya tetap menjaga keadilan dan memperbaiki setiap penyimpangan yang mungkin terjadi. Allah Swt tidak membiarkan manusia dengan kondisinya seperti itu, sehingga Dia mengutus para Nabi dan Rasul dengan membawa syariat Ilahi untuk menunjukkan kepada umat manusia jalan keadilan.

Ibnu Sina mengenai pengutusan para Nabi berkata, “Manusia adalah makhluk yang hidup bermasyarakat. Namun ia tak mampu membuat undang-undang yang bisa mengatur kehidupan sosial dan bahkan individunya berdasarkan keadilan yang bisa membawanya kepada kesejahteraan yang sesungguhnya. Karena itu, Allah dengan kebijaksanaanNya membimbing manusia ke arah itu.” (Al-Syifa’: 557)

Masalah keadilan dan membelanya adalah satu prinsip dasar yang sangat penting dan merupakan salah satu tujuan diutusnya para nabi dan turunnya kitab-kitab Ilahi. Keadalan adalah salah satu asas yang terpenting dalam agama Islam. Perspektif Islam  dan al-Qur’an berkenaan dengan masalah ini menunjukkan kepedulian agama dan kitab suci ini yang sangat besar pada masalah keadilan. Ayat 25 surat al-Hadidi menegaskan;

“Sesungguhnya Kami telah mengutus para nabi dengan dalil yang jelas dan Kami turunkan bersama mereka kitab dan Mizan supaya mereka menegakkan keadilan.”

Berdasarkan ayat suci ini, tujuan dari diutusnya para nabi dan diturunkannya kitab-kitab suci adalah untuk mengajak manusia kepada keadilan. Di ayat ini, Allah Swt menyinggung tentang mizan atau neraca. Sebab bergerak di jalur keadilan memerlukan neraca yang menjadi tolok ukur kebenaran dalam masalah politik, budaya, sosial dan ekonomi. Poin penting yang disinggung ayat suci tadi adalah gerakan umat manusia dalam menegakkan keadilan. Untuk mewujudkannya umat memerlukan ajaran dan bimbingan para nabi yang mendidik mereka dengan benar untuk menjadi eksekutor penegakan keadilan di muka bumi.

Tidak ada seorang muslimpun yang menolak dan tak peduli dengan keadilan sebagai prinsip utama dan cita-cita agung Qur’ani. Salah satu ranah penegakan keadilan adalah bidang ekonomi dan hubungan ekonomi. Ada banyak definisi yang dipaparkan oleh para pemikir Muslim dalam menjelaskan keadilan menurut pandangan Islam. Namun secara garis besar, keadilan ekonomi dalam Islam bermakna terciptanya kesejahteraan umum, terbukanya kesempatan yang sama dan keseimbangan dalam pembagian kekayaan dan pendapatan. Dengan makna ini, dari satu sisi Islam menekankan prinsip memerangi penimbunan harta dan memberantas kemiskinan, dan di sisi lain menegaskan soal pembagian kekayaan secara adil di tengah masyarakat. Islam menentang penimbunan dan menafikan ketidakmerataan dalam kesempatan berkiprah di bidang ekonomi. Semua itu digariskan Islam dalam bentuk kewajiban yang dipikulkan di pundak setiap Muslim. Jelas bahwa program memerangi kerakusan dan memberantas kemiksinan akan mendatangkan kebaikan bagi masyarakat dan menjaga kelestarian agama.

Menilik kondisi berbagai masyarakat di dunia saat ini menyadarkan kita akan adanya ketidakadilan yang luas di sejumlah masyarakat yang cukup maju dan berkembang secara ekonomi. Menurut para pakar dan pemerhati ekonomi, kesenjangan di tengah umat manusia, kemiskinan dan ketidakadilan yang nampak nyata ini disebabkan oleh sistem yang kejam dan zalim dalam hubungan antara komponen-komponen pelaku ekonomi, khususnya antara pekerjaan dan modal. Misalnya banyak ekonom yang meyakini bahwa pembagian kekayaan secara tidak adil, seperti distribusi tanah, modal, dan sarana produksi serta adanya kebebasan ekonomi yang tidak seimbang adalah faktor ketidakadilan dalam pendapatan. Padahal dalam sistem ekonomi Islam, seiring dengan pemanfaatan seluruh potensi pada diri manusia dan alam untuk mencapai kemajuan secara materi, ajaran Ilahi dan norma insani juga mesti ditegakkan dengan menyertakan penyusunan undang-undang dan aturan ekonomi yang bisa mengikis kesenjangan sosial dan memperluas kesejahteraan umum. 

Dalam sistem ekonomi Islam, keadilan ekonomi bisa diwujudkan melalui dua cara. Pertama dengan memberi hak kepada seluruh anggota masyarakat untuk memiliki kehidupan insani yang layak dan terhormat, dan kedua menerapkan aturan yang menyeimbangkan kekayaan dan pendapatan.

 

 

 

Pertanyaan : Mengapa orang-orang Syiah bersujud di atas turbah ?

Jawab:

Diriwayatkan berkaitan dengan sujud, bahwa pada jaman Nabi saw semua orang bersujud diatas permukaan lantai mesjid. Mereka menaburkan pasir halus supaya tidak terganggu oleh kerikil-kerikil kasar, yang juga untuk meratakan permukaannya. Mereka juga meletakan tikar di tempat sujud supaya terlindung dari sengatan panas pada saat musim panas. Hal ini seutuhnya sesuai dengan dasar-dasar fikih Syiah, karena dalam pandangan fikih, turbah tidak memiliki kekhususan maudu’, justru sebagai perantara yang memudahkan bersujud di atas tanah. Dalam sebuah riwayat sahih dari Hisyam Bin Hakam – yang mana semua faqih berdasarkan riwayat ini mengeluarkan fatwa - , dia berkata kepada Aba Abdillah as : “Beritahukan kepadaku tentang hal-hal yang boleh sujud di atasnya dan hal-hal yang tidak diperbolehkan sujud di atasnya!”. Beliau berkata : “Sujud tidak diperbolehkan kecuali di atas bumi atau di atas sesuatu yang tumbuh dari bumi yang tidak dimakan atau dipakai.”. Dia kembali berkata : “Jiwaku sebagai tebusanmu, apakah sebab dibalik itu ?“. Beliau menjawab : “Sesungguhnya sujud adalah kepasrahan diri kepada Allah swt. Maka tidak seharusnya bersujud di atas sesuatu yang dimakan atau dipakai. Karena budak-budak dunia adalah budak dari apa yang mereka makan dan pakai. Sementara orang yang sujud, ketika sujud dia sedang menyembah Allah swt, maka tidak seharusnya dia meletakan dahinya ketika itu di atas  sesuatu yang disembah oleh budak-budak dunia yang mana mereka telah tertipu oleh keangkuhannya.”. (wasa’il as-syiah jilid 3, bab 1, dari bab apa-apa yang dipakai sujud, hadis 1)

(Sisi pemakaian)

Alasan menggunakan turbah adalah :

Pertama: Bersandar kepada riwayat-riwayat yang telah dinukil oleh Syiah maupun Ahlu sunnah, bahwa Nabi saw selalu sujud di atas tanah, dan ketika musim panas tiba, disebabkan kondisi wilayah Arab yang panas, lantai masjid an-Nabi yang terbuat dari tanah dan pasir halus menjadi sangat panas dan menyengat. Sehingga saat itu beliau selalu sujud diatas tikar.

Kedua: Ibadah adalah ketetapan dan pada bagian-bagian dan syarat-syarat ibadah itu harus sesuai dengan perkataan dan perbuatan sang pembawa syariat. Sebagai mana Nabi sendiri bersabda : “ Shalatlah kalian ! sebagaimana kalian melihatku shalat.”. Oleh karena itu dalam pandangan fiqih, sujud tidak diperbolehkan di atas sesuatu selain apa-apa yang nabi gunakan untuk sujud di atasnya.

Ketiga: Falsafah sujud adalah memutuskan hubungan dengan dunia dan hal-hal yang berkaitan dengannya, berserah diri dan tunduk seutuhnya di hadapan Tuhan, dalam riwayat dikatakan bahwa manusia sangat bergantung kepada apa-apa yang dia makan dan pakai. Maka sujud di atas hal-hal seperti ini tidak diperbolehkan. Dan meletakan dahi di atas tanah memiliki nilai terbaik untuk menunjukan pengagungan, tawadhu’, dan keikhlasan atau pelepasan diri dari rasa angkuh dan ketergantungan.

Keempat: Turbah dalam pandangan Syiah tidak memiliki kekhususan maudhu’, bahkan yang menjadi tolok ukur adalah sujud di atas tanah. Adapun turbah adalah alat untuk memudahkan sujud di atas tanah di manapun itu.

Kelima: ulama-ulama terkemuka dan para a’rif dari kalangan Ahlu sunnah juga menegaskan berkaitan dengan sujud di atas tanah, seperti halnya Imam Muhammad Ghazali menjelaskan masalah ini dalam kitab Ihya’ al-ulum. Oleh  sebab itu penentangan yang dilakukan oleh sebagian dari mereka mengenai masalah ini hanyalah berasaskan ketidaktahuan dan fanatisme buta. Dalam pandangan sumber-sumber fiqih dan ulama-ulama besar Ahlu sunnah juga meyakini bahwa sujud di atas tanah lebih utama, dan kalaupun ada persoalan, maka yang perlu ditanyakan adalah mengapa Ahlu sunnah bertolak belakang dengan sunnah Nabi, melakukan sujud di atas segala hal bahkan karpet atau permadani misalnya.

Keenam: Syirik adalah bersujud kepada selain Tuhan, adapun orang-orang Syiah bersujud kepada sang pencipta, bukan kepada tanah. Dengan kata lain Syirik adalah menjadikan selain Tuhan sebagai masjud (objek yang kita sujud kepadanya) bukan masjid (tempat sujud). Dan turbah maupun tanah adalah tempat sujud, bukan masjud. Berbeda halnya dengan perbuatan para penyembah berhala yang menjadikan patung-patung sebagai masjud, mengagungkannya dan tunduk dihadapannya. Selain itu, jika sujud di atas turbah adalah syirik maka sujudnya Ahlu sunnah di atas permadani juga adalah syirik.

Penjelasan: Dari beberapa perbuatan yang menunjukan kerendahan dan tawadhu’, Sujud merupakan puncak dari perbuatan itu yang dilakukan oleh manusia ketika berhadapan dengan seseorang atau sesuatu. Dalil yang diutarakan oleh para penyembah berhala untuk membenarkan sujud mereka terhadap patung-patung adalah karena Tuhan sang pencipta alam tidak terlihat, mereka tidak bisa menyembahnya, maka patung-patung yang terlihatlah yang mereka sembah. Oleh sebab itu mereka mengagungkan, bersujud dan menghormati patung-patung itu, yang bahkan adalah hasil buatan tangan-tangan mereka sendiri. Akan tetapi dalam pandangan Syiah, satu-satunya wujud yang layak disembah adalah Tuhan yang satu, walaupun tidak terlihat dan hakikat zat-Nya tidak tertampung oleh pemahaman manusia yang terbatas, namun menyembahnya adalah hal yang mungkin, dan Dia sendiri yang mengajarkan tata cara untuk menyembahnya, maka sesuai dengan apa yang Dia perintahkanlah kita harus menyembahnya. Sujud di atas tanah dan meletakan dahi di atas sesuatu yang merupakan simbol dari bentuk paling bawah dalam menunjukan kerendahan dan kehinaan manusia dan menerima keagungan sang pencipta (maha suci tuhan dengan segala pujian-Nya), dan perbedaan antara perbuatan ini dengan pemikiran para penyembah berhala seperti langit dan bumi.

Rabu, 16 September 2020 13:17

Motivasi Barat Memerangi Hijab Islami

 

Hijab adalah kata sakral dalam kamus agama Ilahi khususnya Islam sebagai agama langit terakhir. Hijab adalah sesuatu yang bersifat fitrah dan oleh karena itu, wanita di sepanjang sejarah umat manusia selalu menunjukkan kecenderungan untuk menggunakan hijab dan penutup aurat.

Di antara dampak pemakaian hijab adalah dapat menstabilkan kehidupan suami-istri, memberi kenyamanan dan keamanan kepada wanita, mencegah penyimpangan perilaku, dan menjaga keselamatan sosial serta ruang publik masyarakat. Selain itu, hijab merupakan faktor efektif untuk kenyamanan partisipasi kaum wanita di tengah masyarakat dan keaktifan mereka di berbagai ranah sosial.

Hijab telah menjadi isu penting budaya dalam satu dekade terakhir, di mana mempengaruhi sebagian besar interaksi sosial. Ketertarikan wanita di Barat untuk menggunakan hijab telah menjadi sebuah ancaman besar bagi kepentingan para politisi dan bahkan kaum kapitalis. Kebijakan melarang penggunaan hijab yang sedang marak di beberapa negara Barat, merupakan bukti nyata dari pengaruh besar penutup kepala tersebut.

Kaum imperialis dan kekuatan-kekuatan dunia menempuh berbagai cara untuk mengkampanyekan budaya Barat dan kehidupan telanjang. Mereka mengangkat slogan-slogan manis – seperti kebebasan, emansipasi wanita, dan hak asasi manusia – untuk mencapai tujuan jahatnya demi menyebarluaskan budaya vulgar. Sebagai contoh, imperialis Perancis berkesimpulan bahwa mereka harus menanggalkan penutup kepala kaum wanita untuk menguasai Aljazair. Inggris pada abad ke-18 juga menganggap penanggalan hijab wanita sebagai salah satu cara untuk menguasai negara-negara Islam.

Dalam satu abad terakhir di Iran, kaum imperialis juga melakukan banyak upaya untuk menanggalkan hijab wanita. Dalam hal ini, Reza Shah Pahlevi – setelah kunjungan ke Turki dan mempelajari metode untuk memerangi hijab di negara itu – menggunakan berbagai cara untuk memudarkan nilai-nilai agama, khususnya melawan hijab wanita. Ia ingin meniru kebijakan Kemal Ataturk di Turki. Oleh karena itu, Reza Shah pada tanggal 7 Januari 1936, secara resmi mengumumkan penanggalan hijab wanita di Iran. Dengan melaksanakan undang-undang larangan hijab, kebanyakan kaum Muslimah tidak bisa melangkahkan kaki mereka ke luar rumah dan mereka juga dilarang untuk terlibat dalam kegiatan sosial selama tidak menanggalkan penutup aurat. Rezim menempatkan petugas khusus di seluruh penjuru Iran untuk merazia wanita yang memakai hijab. Meski demikian, wanita Iran melakukan perlawanan dan akhirnya pada tahun 1941, Reza Shah meninggalkan Iran dan pelaksanaan undang-undang larangan hijab terhenti dengan sendirinya.  

Identitas dan kepribadian setiap individu secara umum dapat dibaca dari metode dan gaya hidupnya. Hijab dan busana menampilkan gaya hidup seorang wanita Muslimah dan model yang pantas untuk kehidupannya. Namun, mengapa kaum imperialis dan antek-antek mereka begitu takut dengan hijab Muslimah dan berupaya mati-matian untuk melawan hijab?

Dampak utama hijab adalah menghindari budaya telanjang dan memperkuat pondasi-pondasi keluarga di tengah masyarakat. Maraknya budaya telanjang di negara-negara Islam merupakan salah satu instrumen penting pihak asing untuk menjajah dan menguasai negara tersebut. Kaum imperialis terlebih dahulu akan menyerang nilai-nilai budaya sebuah bangsa sebelum mengeksploitasi kekayaan alam dan sumber daya manusia mereka. Barat menggerogotinegara-negara lain dari dalam untuk memuluskan program mereka menguasai sektor ekonomi dan politik negara tersebut.

Di negara-negara Islam, langkah jitu Barat adalah merampas identitas agama masyarakat, khususnya melunturkan atau menghapus hijab di tengah wanita. Dengan mempelajari sejarah Andalusia di Spanyol, Barat berhasil menguasai komunitas Muslim setelah memperlemah keyakinan dan mengkampanyekan budaya telanjang serta kerusakan moral di tengah mereka. Sejak dulu hingga sekarang, perang melawan hijab dengan tujuan menghapus identitas wanita Muslim senantiasa diadopsi oleh negara-negara tertentu. Kaum imperialis ingin memanfaatkan wanita untuk mendukung tujuan-tujuan mereka di dunia. Popularisasi budaya telanjang dan perusakan masyarakat Islam, termasuk di antara tujuan-tujuan kaum imperialis. Mereka menggunakan antek-anteknya di negara-negara Islam sebagai alat untuk meracuni budaya nasional dan nilai-nilai agama sebuah bangsa.

Mengenai hal itu, agen veteran Inggris, Mr.Humphrey mengatakan, “Dalam masalah penghapusan hijab wanita, kita harus melakukan usaha luar biasa sehingga wanita Muslim terdorong untuk melepas hijab dan jilbab mereka… setelah kita melucuti mereka, kita harus mendorong para pemuda untuk mengikuti langkah wanita sehingga tersebar kerusakan di tengah umat Islam.”

Di antara alasan lain pelarangan hijab di negara-negara Barat karena wanita dianggap sebagai komoditas seksual dan barang yang diperjual-belikan untuk melayani lelaki hidung belang. Barat dengan alasan kebebasan wanita, menyeret mereka ke lembah hitam dan mengkampanyekan pakaian-pakaian seksi, yang menampilkan aurat dan lekuk tubuh. Pada dasarnya, orang-orang Barat terjerumus ke dalam sikap yang tidak proporsional (ifrat dan tafrit) berkenaan dengan karakter wanita dan sikap masyarakat terhadap kaum hawa. Mereka sebenarnya tidak mengakui adanya kesetaraan atau keseimbangan dalam memandang kaum wanita. Slogan-slogan mereka absurd dan nonsen belaka.

Langkah lain yang diambil Barat untuk menghapus hijab adalah mendistorsi nilai-nilai. Musuh memahami bahwa perang dengan negara-negara Islam penentang Barat tidak akan efektif, karena mereka akan melawannya dengan kekuatan iman. Pada akhirnya, Barat memilih perang lunak yaitu memperlemah dan merusak jiwa, keimanan, dan keyakinan masyarakat. Jelas bahwa salah satu strategi penting perang lunak adalah mengkampanyekan budaya telanjang dan dekadensi moral di tengah para pemuda. Penulis kontroversial Perancis, Michel Houellebecq mengatakan, “Perang terhadap Islamisasi akan sia-sia dengan membunuh Muslim, kita akan mencapai kemenangan itu hanya dengan merusak moral mereka. Oleh sebab itu, kita harus mengkampanyekan rok pendek ketimbang menjatuhkan bom di kepala mereka.”

Hijab telah menjadi target serangan kaum imperialis sejak mereka menjajah negara-negara Islam, sebab hijab wanita Muslim adalah salah satu faktor untuk melestarikan independensi identitas Islam dan mempertehankan ciri khas agama tersebut. Pemerintah-pemerintah Barat memahami bahwa hijab merupakan perisai dan pelindung bagi kaum wanita dan untuk itu, hijab harus dilucuti untuk memudahkan langkah-langkah berikutnya.

Dalam dua bukunya,‘Hijab' dan ‘Nezam-e Hoquq-e Zan dar Islam' (Sistem Hukum Perempuan dalam Islam), Syahid Ayatullah Murtadha Muthahhari menjelaskan pandangan Islam yang sebenarnya dalam masalah wanita dan partisipasi mereka di tengah masyarakat. Beliau menyoal teori dan pandangan Barat yang cenderung melecehkan wanita dan menistakan hak-hak kaum Hawa. Muthahhari menegaskan bahwa partisipasi terbaik wanita di tengah masyarakat mesti dilakukan dengan menjaga kesopanan berpakaian dan jilbab. Sebab, jilbab menjaga batas-batas kehormatan kaum wanita dan melindungi masyarakat dari penyimpangan moral.

Pada dasarnya, hijab adalah ketentuan wanita muslimah yang paling dibenci Barat karena bertolak belakang dengan budaya mereka. Orang-orang Eropa merasa bahwa segala hasil pemikiran mereka harus diterima oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Mereka terobsesi membumikan trend wanita Eropa yang identik dengan modisme, hedonisme, kosmetisme dan keterpurukan wanita sebagai obyek seksualisme. Mereka ingin semua itu dimainkan oleh kaum wanita sendiri. Mereka berteriak kencang ketika obsesi itu mendapat perlawanan. Barat pantang bersikap toleran terhadap segala sesuatu yang menyalahi prinsip-prinsip mereka.

Hingga sekarang, Barat menebar segudang klaim kemanusiaan untuk memerangi tradisi hijab, menerapkan pergaulan bebas dengan anggapan bahwa ini adalah satu penghormatan bagi kaum wanita. Dalam beberapa tahun terakhir ini, upaya memerangi hijab terlihat gencar di Eropa, terutama Perancis dan Jerman. Barat selalu berusaha menekan habis-habisan setiap budaya non-Barat yang hendak menunjukkan eksistensinya.

Rabu, 16 September 2020 13:15

Profil Imam Ali as Dalam Nahjul Balaghah

 

1- Orang Pertama Yang Masuk Islam:

«فأنا أول من آمن به ... فأنا أول من صدقه»

“Semantara saya adalah yang pertama beriman kepada-Nya… Sedangkan saya adalah orang pertama yang mem-benarkannya.”[1]

2- Melihat Cahaya Wahyu:

«أرى نور الوحي و الرسالة، و أشم ريح النبوة»

“Saya biasa melihat dan memperhatikan sinar cahaya dari wahyu dan risalah Ilahi, dan benghirup napas kenabian.”[2]

3- Aku Selalu Bersama Nabi saw:

«و لقد كنت أتبعه اتباع الفصيل أثر أمه يرفع لي في كل يوم من أخلاقه علما ويأمرني بالاقتداء به»

“Sementara saya biasa mengikuti beliau seperti seekor anak unta mengikuti jejak kaki induknya. Setiap hari beliau menunjukkan kepada saya beberapa dari akhlaknya yang mulia dan memerintahkan saya untuk mengikutinya seperti panji.”[3]

4- Catatan Perjuangan:

«لقد قالت قريش إن ابن أبي طالب رجل شجاع ولكن لا علم له بالحرب لله أبوهم وهل أحد منهم أشد لها مراسا وأقدم فيها مقاما مني لقد نهضت فيها وما بلغت العشرين، و ها أنا ذا قد ذرفت على الستين…»

“Sehingga orang Quraisy itu mulai mengatakan bahwa 'Ali ibn Abi Thalib berani tetapi tidak mengetahui (siasat) perang. Allah memberkati mereka! Adakah seseorang di antara mereka lebih berani dalam peperangan dan lebih berpengalaman dalam hal ini daripada saya. Saya bangkit untuk itu sebelum saya berusia dua puluhan, dan di sini saya berada, setelah menyeberangi [usia] enam puluh…”[4]

5- Tidak Pernah Ragu Sekalipun:

 «ما شككت في الحق مذ أريته»

“Saya tak pernah merasa ragu tentang hak sejak hal itu ditunjukkan kepada saya.”[5]

6- Tidak Pernah Menipu Sekalipun:

«والله ما معاوية بأدهى مني و لكنه يغدر و يفجر، و لولا كراهية الغدر لكنت من أدهى الناس…»

“Demi Allah,[6] Mu'awiyah tidak lebih cerdik dari saya, tetapi ia menipu dan melakukan perbuatan jahat. Sekiranya penipuan tidak dibenci (dilarang) maka tentulah saya menjadi paling cerdik dari semua manusia…”[7]

7- Tidak Pernah Berbohong Sekalipun:

«والله ما كتمت وشمة و لا كذبت كذبة»

“Demi Allah, saya tidak menyembunyikan sepatah kata pun dan tidak mengucapkan suatu kebohongan…”[8]

8- Ilmu:

«أيها الناس سلوني قبل أن تفقدوني ، فلانا بطرق السماء أعلم مني بطرق الارض...»

“Wahai manusia! Bertanyalah kepada saya sebelum Anda kehilangan saya, karena sesungguhnyalah saya mengenal jalan-jalan di langit lebih dari jalan-jalan di bumi[9]…”[10]

9- Nilai Dunia:

«والله لدنياكم هذه أهون في عيني من عراق خنزير في يد مجذوم»

“Demi Allah, dunia Anda ini lebih rendah dalam pandangan saya daripada isi perut babi di tangan seorang lepra.”[11]

10- Pencabut Akar Kelompok-kelompok Pembawa Fitnah

«اما بعد أيها الناس. فأنا فقأت عين الفتنة، ولم تكن ليجرأ عليها أحد غيري»

“Amma ba'du. Wahai manusia, saya telah mengeluarkan mata pendurhakaan. Tiada orang selain saya yang maju ke arahnya ketika kegelapannya sedang membengkak dan kegilaannya parah.”[12]

11- Yang Paling Layak (Menduduki Jabatan Khilafah):

«لقد علمتم أني أحق الناس بها من غيري»

(Diucapkan Amirul Mukminin as ketika orang memutuskan untuk membaiat kepada Utsman)

“Tentulah Anda telah mengetahui bahwa saya yang paling berhak dari semua orang lain atas kekhalifahan.”[13]

12- Menerima Bai’at Umat:

«فتداكوا على تداك الابل الهيم يوم وردها قد أرسلها راعيها و خلعت مثانيها حتى ظننت أنهم قاتلي أو بعضهم قاتل بعض لدي»

“Mereka berlomba kepada saya sebagai unta berlomba ketika tiba di tempat perairan setelah dilepas ikatan kakinya, sampai saya berpikir bahwa mereka akan membunuh saya atau saling membunuh di hadapan saya.”[14]

13- Kecintaan Kepadaku:

«لو أحبني جبل لتهافت»

“Sekalipun sebuah gunung mencintai saya, ia akan runtuh (juga).”[15]

Sayid Radhi mengatakan: Artinya ialah bahwa karena cobaan pada manusia yang mencintai Amirul Mukminin as, kesusahan parah akan menimpanya dan hal ini hanya berlaku bagi orang yang takwa, berkebajikan dan orang pilihan.

14- Melihat Kebenaran:

«إن معي لبصيرتي ما لبست و لا لبس علي»

“Sesungguhnya bersama saya adalah bashirah (mata hati untuk melihat kebenaran). Saya tak pernah menyamarkan sesuatu atas diriku dan tidak pula (hakekat) tersamarkan atasku.”[16]

15- Merindukan Kesyahidan:

«والله لابن أبي طالب آنس بالموت من الطفل بثدي أمه»

“Demi Allah, putra Abu Thalib[17] lebih akrab dengan kematian daripada seorang bayi dengan dada ibunya.”[18]

Catatan:

Bila kita ingin mengkaji profil dan kepribadian Imam Ali as di dalam Nahjul Balaghah, terdapat berbagai macam pembahasan, akan tetapi kita hanya menyebutkan beberapa contoh dari hal tersebut. [IG/

[1] Nahjul Balaghah, Khutbah ke-71.

[2] Khutbah ke-192.

[3] Khutbah ke-192.

[4] Khutbah ke-27.

[5] Hikmah ke-184.

[6] Orang-orang yang jahil akan agama dan akhlak, bebas dari ikatan hukum agama dan tidak menyadari konsepsi hukuman dan ganjaran, tidak mendapatkan hampanya dalih untuk mencapai tujuan mereka. Mereka dapat beroleh jalan keberhasilan fana pada setiap tahapan; tetapi bilamana dikte kemanusiaan, atau Islam, atau batas-batas yang diletakkan oleh etika dan hukum agama menjadi penghalang, kesempatan untuk merancang dan mendapatkan sarana menjadi lebih sempit, dan kemungkinan bertindak menjadi terbatas. Pengaruh dan kekuasaan Mu'awiyah adalah akibat rekayasa dan cara-cara yang tidak mengenal halangan dan rintangan tentang apa yang halal dan haram, tidak pula ia takut akan Hari Pengadilan. Sebagaimana dikatakan oleh 'Allamah ar-Raghib al-Ishfahani ketika berbicara tentang watak, 'Tujuannya selalu adalah untuk mencapai maksudnya, halal atau haram. la tidak peduli akan agama dan tak pernah memikirkan hukuman Ilahi. Maka, untuk memelihara kekuasaannya ia menempuh jalan berbohong dan mengada-adakan cerita rekaan, melaksanakan segala macam tipuan dan rekayasa. Ketika merasa bahwa ia tak mungkin beriiasil tanpa melibatkan Amirul Mukminin dalam peperangan, ia menghasut Thalhah dan Zubair untuk melawannya. Ketika merasa tak mungkin mencapai keberhasilan dengan cara itu, ia menghasut orang Suriah dan menimbulkan perang saudara, Perang Shiffin. Dan ketika posisi pemberontak itu telah diketahui dengan gugurnya 'Ammar ibn Yasir, ia segera mengatakan bahwa 'Ali bertanggung jawab atas gugurnya 'Ammar karena dia yang membawanya ke medan pertempuran; dan pada kesempatan lain ia menafsirkan kata-kata 'pihak pendurhaka' dalam hadis Nabi itu sebagai 'pihak pembalas dendam' dengan maksud untuk membenarkan bahwa 'Ammar dibunuh oleh kelompok yang mencari pembalasan atas terbunuhnya 'Utsman, padahal bagian berikut dari ucapan Nabi, yakni ‘ia hendak menyeru mereka ke surga sementara mereka menyerunya ke neraka' tidak meninggalkan ruang untuk penafsiran lain. Ketika tak tertinggal harapan kemenangan bahkan dengan siasat licik itu, ia merekayasa untuk mengangkat mashaf Al-Qur'an di ujung tombak, walaupun dalam pandangannya Al-Qur'an maupun perintah-perintahnya tidak berarti apa-apa. Apabila ia sungguh-sungguh bertujuan mengambil keputusan dari Al-Qur'an, mestinya ia mengajukan tuntutan itu sebelum dimulainya pertempuran, dan ketika diketahuinya bahwa keputusan itu telah diperoleh 'Amr ibn 'Ash, dengan menipu Abû Musa al-Asy'ari, dan bahwa hal itu bahkan sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan Al-Qur'an, ia tak seharusnya menerimanya dan mestinya ia menghukum 'Amr ibn 'Ash atas kelicikan itu, atau sekurang-kurangnya memperingatkan dan mencelanya. Tetapi sebaliknya, kinerjanya dihargai dan sebagai hadiahnya ia dijadikan Gubernur Mesir."

Berlawanan dengan ini, perilaku Amirul Mukminin merupakan teladan tinggi tentang syariat dan etika. la terus mengikuti tuntutan kebenaran dan kesalehan, sekalipun dalam situasi sulit, dan tidak membiarkan kehidupannya yang suci dinodai tipuan dan kelicikan. Apabila ia mau, ia dapat menghadapi kelicikan dengan kelicikan, dan kegiatan Mu'awiah yang aib dapat dijawab dengan tindakan yang serupa. Misalnya, ketika ia menempatkan penjaga di Sungai Efrat dan menghalangi pasokan air kepada Amirul Mukminin. Kemudian, ketika Amirul Mukminin merebut posisi itu, pasokan air dapat saja diputuskannya dari mereka pula atas dasar untuk melakukan pembalasan. Tetapi Amirul Mukminin tak pemah menodai tangannya dengan tindakan tak manusiawi semacam itu, yang tidak dibenarkaa oleh hukum atau kode etik, walaupun pada umumnya orang memandang tindakan semacam itu terhadap musuh adalah sah dan menamakan karakter bermuka dua semacam itu untuk mencapai keberhasilan suatu gaya kebijakan dan kemampuan memerintah. Tetapi Amirul Mukminin tak pernah berpikir untuk memperkuat kekuasaannya dengan tipuan atau perilaku bermuka dua dalam keadaan bagaimanapun. Maka, ketika orang menasihatinya untuk mempertahankan para pejabat di masa 'Utsman dalam jabatannya dan agar berlaku ramah terhadap Thalhah dan Zubair dengan menempatkan mereka sebagai Gubernur Kflfah dan Bashrah, dan menggunakan kecakapan Mu'awiqah dalam pemerintahan dengan memberikan kepadanya jabatan Gubernur Suriah, Amirul Mukminin menolak nasihat itu dan lebih menyukai perintah hukum agama di atas keperluan duniawi, dan menyatakan secara terbuka tentang Mu'awiqah sebagai berikut, "Apabila saya mempertahankan Mu'awiah atas apa yang telah diambilnya maka saya akan tennasuk "yang mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong" (QS. 18:51). Orang-orang yang melihat keberhasilan lahiriah tidak peduli untuk mempertimbangkan dengan sarana apa keberhasilan itu dicapai. Mereka mendukung siapa saja yang mereka lihat berhasil dengan sarana kelicikan dan tipuan, dan memandangnya sebagai cakap memerintah, cerdas, ahli politik, berpikiran cemerlang dan sebagainya, sementara orang yang tidak menggunakan cara-cara licik dan tipuan karena terpaut pada perintah-perintah Islam dan ajaran Ilahi dan lebih menyukai kegagalan ketimbang berhasil melalui cara-cara batil, dipandang sebagai tak mengenal politik dan berwawasan lemah. Mereka tidak merasa perlu untuk memikirkan kesulitan dan rintangan apa yang berada di jalan seseorang yang berpegang pada prinsip dan hukum yang mencegahnya terus maju walaupun telah mendekati keberhasilan.

[7] Khutbah ke-200.

[8] Khutbah ke-16.

[9] Sebagian orang menerangkan bahwa "lorong-lorong bumi" dalam ucapan Amirul Mukminin ini berarti urusan dunia, dengan lorong-lorong langit bewti hukum agama, dan bahwa Amirul Mukminin bermaksud mengatakan bahwa ia mengetahui urusan hukum perintah-perintah agama melebihi urusan dunia. Maka Ibn Maitsam al-Bahram (dalam Syarh Nahjul Balâghah, IV, h. 200-201) menulis, "Diriwayatkan dari 'Allamah al-Wabarî, ia mengatakan bahwa maksud Amirul Mukminin ialah bahwa bidang pengetahuan agamanya lebih luas dari pengetahuannya tentang urusan dunia."

Tetapi, mengingat konteksnya, keterangan itu tidak dapat dipandang tepat karena klausa yang sedang kita bahas itu telah digunakan sebagai penyebab dari klausa, "Tanyailah saya sebelum Anda kehilangan saya," dan kemudian disusul dengan ramalan tentang bencana. Bila di antara keduanya dimasukkan klausa "saya lebih mengetahui urusan keagamaan daripada urusan keduniaan" maka seluruh ucapan itu kehilangan makna. Karena, Amirul Mukminin menantang (mereka) untuk menanyakan apa saja yang mereka kehendaki, tidak dibataskan pada urusan hukum agama saja, sehingga kalimat ini dapat dipandang sebagai sebabnya. Kemudian, ramalan tentang timbulnya pemberontakan tak berkaitan dengan urusan hukum agama, sehingga tak dapat diajukan sebagai bukti lebih banyaknya pengetahuan tentang urusan agama. Mengabaikan pentingnya makna kata-kata itu dan menafsirkannya secara yang tidak sesuai dengan keadaan itu, tidak menunjukkan ruh yang tepat, bilamana konteks itu juga membawa makna yang sama yang secara terbuka dibawa oleh kata-kata itu. Jadi, untuk memberi peringatan tentang kejahatan Bani Umayyah, Amirul Mukminin mengucapkan kata-kata, "Tanyakan kepada saya apa saja yang Anda kehendaki, karena saya mengetahui jalan-jalan takdir ilahi melebihi jalan-jalan bumi. Maka, apabila Anda bertanya kepada saya tentang urusan yang tertulis dalam lauhul mahfuzh dan mengenai takdir ilahi, saya dapat mengatakan kepada Anda, dan suatu kejahatan yang serius akan timbul terhadap saya dalam hal-hal di mana Anda merasa ragu, karena mata saya lebih terbiasa dengan garis-garis halus mengenai kejadian dan bencana ketimbang apa yang saya ketahui tentang kehidupan yang nampak di muka bumi. Terjadinya kejahatan ini sama meyakinkan sebagaimana obyek yang dilihat dengan mata. Karena itu Anda harus bertanya kepada saya tentang detail-detailnya dan jalan untuk menyelamatkan diri darinya, supaya Anda mampu mengatur pertahanan Anda bilamana waktu itu tiba." Makna ini didukung oleh ucapan-ucapan Amirul Mukminin yang berturut-turut sehubungan dengan hal gaib, dan yang dibenarkan oleh masa depan. Maka Ibn Abil Hadid mengomentari pengakuan ini sebagai berikut, "Pengakuan Amirul Mukminin diakui pula oleh ucapan-ucapannya tentang kejadian yang akan datang yang bukan sekali atau seratus kali diucapkannya melainkan secara berkelanjutan dan berturut-turut, dari mana tak tertinggal keraguan bahwa apa saja yang dikatakannya adalah atas basis pengetahuan dan kepastian, dan bukan secara kebetulan." (Syarh Nahjul Balâghah, XIII, 106)

Sehubungan dengan ucapan Amirul Mukminin ini, telah ditunjukkan dan diterangkan sebelumnya (dalam Khotbah 92, Catatan 2) bahwa tak ada seorang lain yang berani mengemukakan pengakuan seperti itu, dan orang-orang yang mengajukan pengakuan semacam itu terpaksa menghadapi penghinaan dan kerendahan. Tentang ramalan-ramalan yang dikatakan Amirul Mukminin, lihatlah Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balâghah, VII, h. 47-51; al-Qâdhî Nûruliah al-Mar'asyî, Ihqaq al-Haqq, edisi baru, VIII, h. 87-182.

[10] Khutbah ke-189.

[11] Hikmah ke-236.

[12] Khutbah ke-93.

[13] Khutbah ke-74.

[14] Khutbah ke-54.

[15] Hikmah ke-111.

[16] Khutbah ke-10.

[17] Tentang kematian, Amirul Mukminin berkata bahwa maut begitu dicintainya sehingga bahkan seorang bayi tak sebegitu mau sampai melompat ke sumber makanannya itu sementara ia dalam pangkuan ibunya. Keterlekatan bayi pada buah dada ibunya adalah karena pengaruh dorongan alami, tetapi dikte dorongan alami itu berubah dengan majunya waktu. Ketika masa bayi yang terbatas itu berakhir dan temperamen anak itu berubah, ia bahkan tak ingin melihat apa yang dahulunya begitu akrab baginya, bahkan memalingkan wajah darinya. Tetapi, kecintaan para nabi dan wali uniuk bertemu dengan Allah bersitat mental dan spiritual, dan perasaan mental dan spiritual tidak berubah, tidak pula kelemahan atau kelapukan terjadi padanya. Karena maut adalah sarana dan tangga pertama ke tujuannya maka cinta mereka kepada maut semakin bertambah sehingga kekerasannya menjadi sumber kesenangan bagi mereka, dan kepahitannya terasa sebagai sumber kenikmatan. Cinta mereka kepadanya adalah sebagai cinta orang haus kepada sumber air, atau kerinduan musafir yang tersesat kepada tujuannya. Maka, ketika Amirul Mukminm diciderai oleh serangan fatal 'Abdur-Rahman ibn Muljam, ia berkata, "Saya sebagai seorang pejalan yang telah mencapai (tujuan), seperti pencari yang sudah mendapatkan (maksud), dan apa yang ada di sisi Allah adalah baik bagi orang yang takwa." Nabi mengatakan bahwa tak ada kesenangan bagi seorang mukmin selain persesuaian dengan Allah.

[18] Khutbah ke-5.

Rabu, 16 September 2020 13:10

Seorang Wanita Yunani Masuk Islam

 

Saya menjadi yakin ketika saya membaca biografi Nabi Muhammad Saw.

Nama saya Janna. Saya warga Yunani. Saya lahir di Jerman dan dibesarkan di keluarga yang sangat ketat dengan tradisi Yunani Ortodoks. Kami tumbuh hampir seperti keluarga Muslim lainnya yang hidup bersama-sama anak lain. Keluarga kami ingin menjamin bahwa kami akan dibesarkan dengan cara Kristen, yaitu cara Ortodoks.

Pada hari-hari libur, kami selalu pergi berlibur bersama-sama dan tidak pernah berpisah ketika mengisi liburan. Sehingga, liburan keluarga bagi semua sangat mengasikkan, khususnya liburan pertama kami di Uni Emirat Arab (UEA) sekitar 13 tahun yang lalu. Waktu itu, saya berumur sekitar 12-13 tahun dan pekan pertama kami tinggal di negara itu, kami melakukan tur ke seluruh UEA.

Pada saat itu adalah hari Jumat ketika kami dalam perjalanan ke al-Souq (pasar). Tiba-tiba adzan (panggilan untuk shalat) terdengar pertanda dimulainya waktu shalat. Semua kegiatan berhenti. Orang-orang menghentikan mobil mereka dan mengambil sajadah, kemudian keluar dari mobil. Ternyata mereka kemudian menunaikan shalat di jalanan.

 Suara adzan telah mengubah sesuatu di dalam diri saya dan subhanallah saya tidak tahu apa itu, tetapi sesuatu itu tidak pernah meninggalkan saya. Ia telah mengubah sesuatu di dalam diri saya dan menetap di dalamnya. Saya ingin tahu apa artinya dan apa yang sebenarnya dikatakan kepada saya.

Saya adalah orang yang tidak pernah ingin mendengar masalah kematian sama sekali. Saya biasa meninggalkan percakapan ketika mengarah pada masalah kematian dan saya tidak pernah menghadiri pemakaman. Paman saya menghirup nafasnya yang terakhir dan meninggal di depan mata saya. Peristiwa itulah yang banyak mengubah diri saya.

Saya mulai merasa bahwa hidup ini tidak persis apa yang saya pikirkan. Kami menginvestasikan terlalu banyak waktu dan energi pada hal-hal yang dapat hilang dalam hitungan detik. Setelah kematian paman saya, saya biasa bangun tiga kali dalam semalam hanya untuk memeriksa apakah ayah atau ibu saya masih bernapas.

Meneliti Islam

Saya selalu merasa takut akan kematian karena saya berpikir bahwa ini adalah akhir dari kehidupan. Hal itu sangat mendorong saya untuk mulai meneliti lagi tentang Islam. Sebelumnya, saya melakukan riset tentang agama-agama lain juga, tetapi saya tidak dapat menemukan kebenaran di sana atau kebenaran yang meyakinkan saya.

Ketika saya mulai mengkaji tentang Islam, saya menemukan semua jawaban yang tidak dapat saya temukan dalam agama saya sendiri. Faktanya adalah saya menjadi yakin ketika saya membaca biografi Nabi Muhammad Saw. Hal ini mengingatkan saya begitu banyak dari apa yang kami biasa ketahui dan baca tentang Yesus. Sehingga saya mulai membaca dan membaca, dan tampaknya Nabi Islam menjadi orang mulia dengan karakteristik yang luar biasa dan memiliki sebuah kepribadian yang saya pikir saya tidak pernah mempunyai sesuatu yang mirip seperti itu sebelumnya.

Setelah membaca biografinya, saya yakin bahwa saya harus menghapus semua yang saya tahu tentang Islam dan mulai membaca dari nol dan seterusnya. Kemudian mendapatkan hasil penelitian saya sendiri serta memperoleh fakta-fakta sendiri tentang agama ini, karena jelas bahwa semua yang saya tahu sebelumnya adalah salah.

Tidak butuh waktu lama untuk mengetahui bahwa Islam adalah benar dan tidak mungkin ada agama lain di dunia daripada ini. Meskipun saya yakin tentang Islam, tetapi saya takut untuk mengucapkan syahadat. Saya seperti mengatakan "Ya, itu hal yang benar" dan saya mengambil logika dan cara hidup ini dalam diri saya, tetapi saya tidak akan pernah bisa menerima Islam karena saya tahu orang tua dan keluarga saya tidak akan menerimanya. Jika mereka sampai mengetahui hal itu, maka hidup saya akan berubah secara dramatis.


Mengucapkan Syahadat

Saya bertemu dengan seorang gadis di Jerman. Dia berasal dari Mesir. Namanya Noha. Dia banyak membantu saya, sebab saya bertemu dengannya tepat ketika saya mulai berdoa untuk benar-benar menemukan kebenaran dan mendapatkan keberanian yang lebih kuat tentang apa yang saya lakukan. Kami mulai mengenal satu sama lain. Kami berbicara tentang Islam. Dia mulai menjelaskan semuanya kepada saya dan semua pertanyaan yang saya miiliki, karena saya yakin saya tahu yang sebenarnya. Saya tahu agama saya salah dan saya tidak bisa hidup seperti itu.

Setelah bertemu Noha, kira-kira satu atau satu setengah bulan kemudian, saya bersyahadat (kesaksian iman) di Jerman, tepatnya di asrama mahasiswa. Hal itu seharusnya hanya aku dan Noha yang tahu, tetapi entah bagaimana, mahasiswa-mahasiswa Muslim mengetahui bahwa seseorang akan masuk Islam. Sehingga setelahnya, saya memiliki sekitar 20 orang saksi di ruangan asrama tersebut. Jadi Alhamdulillah saya mempunyai banyak saksi.

Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), alhamdulillah saya telah mengucapkan syahadat dan saya tidak akan pernah melupakan hari itu dan hari pertama saya shalat.

 

Rabu, 16 September 2020 13:07

Manfaat Tawakal Kepada Allah Swt

 

Kemuliaan dan martabat di sisi masyarakat adalah  buah dari tawakal kepada Allah Swt. Orang yang bertawakal tidak pernah bergantung kepada orang lain, sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Swt. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan jabatan, sehingga martabat dan kemuliaannya tetap terjaga.

Ilmu pengetahuan, industri, seni dan teknologi, menjadi sumber prestasi bagi manusia. Dengan ilmu dan teknologi manusia dapat mencapai kemakmuran materi dan memiliki berbagai fasilitas dalam kehidupannya, serta banyak hal yang awalnya tidak diketahui manusia menjadi tampak jelas baginya.

Dewasa ini, banyak fenomena yang telah dipahami oleh ilmu manusia, namun ada satu poin yang menjadi perenungan dan harus ditinjau ulang oleh para pakar, yaitu kemajuan dan kemampuan materi tidak mampu memenuhi kebutuhan ruh dan jiwa manusia seperti kebutuhan akan ketentraman, ketenangan, rasa optimis dan harapan akan masa depan.

Saat ini, banyak problem yang mengancam masyarakat, di mana kecemasan dan depresi adalah yang paling umum dialami mereka. Ilmu psikologi, bimbingan dan psikiater dengan berbagai metodenya, berupaya memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Berbagai aliran pengobatan psikologi, mulai dari terapi perilaku, terapi psikoanalitik dan pengobatan yang didasarkan pada nalar dan emosi serta bentuk pengobatan yang lainnya, diterapkan demi membantu manusia menghilangkan problemnya. Selain berbagai metode pengobatan tersebut, agama datang untuk membantu manusia dan memberikan strategi psikologis khusus untuk menghadapi masalah-masalah kejiwaan.

Tawakal kepada Allah Swt adalah salah satu metode yang dapat membantu manusia. Berbagai riset dan pengamatan empiris menekankan akan hal itu, dimana tawakal kepada Allah Swt dapat mengurangi rasa cemas dan depresi, bahkan berbagai penyakit fisik yang disebabkan oleh masalah psikologis, serta menciptakan ketentraman, keberanian, optimisme, percaya diri dan kesabaran bagi manusia. Dalam Islam ditegaskan bahwa tawakal kepada Allah Swt sebagai salah satu strategi penting agama demi kebahagiaan manusia.

Secara etimologi, tawakal adalah mempercayakan, memasrahkan dan menyerahkan permasalahan kepada pihak lain. Tawakal menunjukkan adanya kelemahan dan ketergantungan kepada pihak lain. Dalam Al-Qur’an, kata tawakal berjumlah 42 dalam segala bentuk, tunggal atau jamak, berkonotasi memasrahkan diri, memercayakan serta menyerahkan segala permasalahan kepada Allah Swt. Sedangkan secara istilah,  salah satu definisi tawakal adalah bentuk ketergantungan dan kepasrahan yang benar kepada Allah swt sebagai zat yang berkuasa mendatangkan manfaat dan menolak marabahaya dengan senantiasa melakukan ikhtiar (usaha) sebagaimana yang diperintahkan-Nya.

Bertawakal bukan berarti tidak melakukan ikhtiar, tetapi lebih dari itu, tawakal berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT sembari senantiasa melakukan ikhtiar. Rahasia dan hakikat tawakal adalah kepasrahan jiwa kepada Allah swt, karena itu segala bentuk ikhtiar tidak akan ada manfaatnya, jika dilakukan tanpa kepasrahan kepada Allah.

Ketika manusia menghadapi masalah dan merasa dirinya sendiri tidak mampu menyelesaikan masalah itu, maka ia akan menyerahkan masalah tersebut kepada seseorang yang mampu menyelesaikannya, dan dengan jalan tersebut ia telah meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu, jika yang diwakilkan adalah seseorang yang berilmu, mampu dan berkualitas, serta memiliki minat dan simpati tinggi kepada yang mewakilkan, maka penyerahan tersebut akan memiliki nilai tinggi dan kemungkinan berhasilnya pun akan lebih besar.

Kenyataan ini sesuai dengan tawakal manusia kepada Allah Swt. Manusia senantiasa menghadapi masalah dalam hidupnya, dan mengingat manusia memiliki banyak keterbatasan dan tidak mampu menyelesaikan masalahanya sendiri, maka untuk menutupi ketidakmampuan dan kelemahannya, selain menggunakan faktor alamiah dan materi, ia harus bersandar kepada kekuatan tak terbatas Allah Swt dan percaya kepada-Nya, serta memohon pertolongan Allah Swt supaya sukses dalam mengatur urusan kehidupannya. Allah Swt sebagai pencipta manusia lebih mengetahui segala sesuatu yang menguntungkan atau merugikan manusia dan tentunya Dia lebih penyanyang dari segalanya. 

Sebagaimana keutamaan akhlak yang lain, tawakal juga memiliki berbagai sebab dan sumber. Namun dapat dikatakan bahwa pennyebab utama tawakal adalah iman dan yakin kepada zat suci Allah Swt dan keindahan serta keagungan-Nya. Ketika manusia menyadari kekuatan dan ilmu tak terbatas Allah Swt dan melihat dunia sebagai panggung anugerah tak terbatas-Nya, maka ia dengan penuh keyakinan akan bertawakal dan menyerahkan dirinya kepada Allah Swt. Saat manusia berada dalam masalah, Ia akan berpegang hanya kepada Allah Swt dan selain berusaha, ia juga akan memohon keberhasilan kepada-Nya.

Percaya penuh kepada Allah Swt demi meraih ketenangan jiwa dapat menghilangkan kecemasan dan kegelisaan, sehingga manusia dengan mudah dapat melangkah untuk meraih hasilnya. Salah satu ciri orang yang bertawakal adalah di saat bahagia ia tidak terlalu berbangga, dan tatkala kebahagiaan itu lenyap, ia juga tidak terlalu gelisah dan sedih, namun ia semaksimal mungkin berupaya memenuhi keperluannya dan menyerahkan hasilnya kepada Allah Swt. Ia yakin bahwa Allah Swt akan menolongnya.

Manusia seperti itu bagaikan orang yang berlindung di benteng yang kuat dan musuh tidak dapat menjangkaunya. Oleh sebab itu, orang-orang mukmin tatkala menghadapi masalah, mereka langsung berlindung di bawah benteng tawakal, di mana tak seorang pun dapat menembus benteng tersebut. Dengan begitu kegelisahan dan ketakutan tidak ada artinya bagi mereka.

Banyak ayat Al-Quran dan riwayat yang menjelaskan tentang tawakal. Dalam tujuh ayat secara berulang disebutkan kalimat yang artinya orang-orang yang beriman harus bergantung hanya kepada Allah Swt. Kalimat tersebut secara jelas menerangkan hubungan antara iman dan tawakal.

Dalam surat Ash-Shuara ayat 61 dan 62, Allah Swt berfirman, “Maka tatkala kedua kelompok itu saling melihat, para pengikut Musa berkata ketakutan, "Sesungguhnya Firaun dan kaumnya hampir menyusul dan kemudian membunuh kita." (61) “Musa berkata, "Sesungguhnya perlindungan Allah selalu menyertai ke mana aku pergi. Dia senantiasa memberikan kepadaku jalan keselamatan." Demikianlah, Musa berusaha menenangkan Bani Israil dan membuang jauh-jauh dari pikiran mereka perihal ketersusulan yang menakutkan itu.” (62)

Kedua ayat tersebut mengisahkan tentang Nabi Musa as dan kaumnya. Ketika kaum Nabi Musa as melihat bala tentara Firaun yang mengejar mereka, mereka ketakutan dan menyatakan bahwa mereka tidak akan mampu menghadapai tentara Firaun. Namun Nabi Musa as menenangkan mereka dan mengingatkan kaumnya bahwa Allah Swt bersama mereka.

Pada hakikatnya, salah satu metode efektif yang dilakukan semua nabi dalam menghadapi masalah adalah tawakal kepada zat tak terbatas Allah Swt. Manusia yang bertawakal, dalam dirinya akan timbul energi dan kekuatan serta akan menemukan kesabaran yang berkesinambungan demi mencapai tujuan-tujuannya.

Selain itu, ia akan menemukan arti dari segala peristiwa yang ia alami dalam kehidupannya. Pemahaman tersebut dapat membantunya dalam menafsirkan fenomena kehidupannya, sehingga terlepas dari sesuatu yang tidak berguna dan tak berarti. Manusia seperti ini tidak akan pernah merasa putus asa dan akan terus berupaya demi mencapai tujuannya, namun jika mereka tidak mendapat hasil yang diinginkan, mereka menilai bahwa ada kebaikan di balik itu.

Terkait hal itu,  Allah Swt dalam surat al-Baqara ayat 216 berfirman, “....Mungkin saja di dalam hal-hal yang tidak kalian sukai itu terdapat kebaikan, dan sebaliknya, di dalam hal-hal yang kalian sukai justru terdapat keburukan. Allah sungguh mengetahui maslahat yang kalian ketahui. Maka, sambutlah apa yang diwajibkan kepada kalian.”

Salah satu sisi lain dari tawakal kepada Allah Swt adalah harapan manusia kepada anugerah Allah tatkala mengalami kondisi yang sulit. Munculnya harapan untuk terbebas dari kegelisahan dan problem, serta harapan untuk mendapat pertolongan Allah Swt dalam memerangi kebatilan, merupan dampak dari tawakal. Orang yang bertawakal merasa yakin akan mendapat pertolongan Allah Swt, sehingga ia tidak tenggelam dalam masalah yang ia hadapi.

Manfaat lain dari tawakal adalah memiliki hati dan kemandirian yang kuat dalam mengambil keputusan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa “Barang siapa yang ingin menjadi orang yang paling dicintai masyakarat, maka ia harus bertakwa, dan barang siapa ingin manjadi orang terkuat di masyarakat, maka ia harus bertawakal kepada Allah Swt, dan.....”

Kemuliaan dan martabat di sisi masyarakat adalah  buah dari tawakal kepada Allah Swt. Orang yang bertawakal tidak pernah bergantung kepada orang lain, sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Swt. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan jabatan, sehingga martabat dan kemuliaannnya tetap terjaga.

Terkait hal itu, dalam surat al-Anfal ayat 49, Allah Swt berfirman, “…Sesungguhnya orang-orang yang menyerahkan segala urusan mereka kepada Allah dengan penuh keimanan dan harapan, serta menyandarkan diri hanya kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan segala kebutuhan dan memenangkan atas musuh-musuh mereka. Sesungguhnya Allah Mahakuat kekuasaan-Nya dan Mahabijaksana dalam pemeliharaan-Nya.”

Dengan tawakal, urusan materi dan maknawi manusia akan teratur. Ia akan mendapat rizki yang tidak pernah ia bayangkan dan pikirkan sebelumnya dan ia akan menjalani hidupnya di jalan yang benar dengan rasa puas dan optimis. Rasa puas tersebut dapat menjauhkan manusia dari penyakit-penyakit jiwa dan akhlak. (IRIB Indonesia/RA/NA)

 

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…